BAHAN DANMETODE. pengambilan contoh tanah dilapangan yang dilakukan pada tegakan kemenyan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DANMETODE. pengambilan contoh tanah dilapangan yang dilakukan pada tegakan kemenyan"

Transkripsi

1 BAHAN DANMETODE Waktu dan Tempat Penganbilan contoh tanah dan pengamatan laboratorium dilakukan pada bulan Agustus2016 sampai Januari2017. Kegiatan penelitian diawali dengan pengambilan contoh tanah dilapangan yang dilakukan pada tegakan kemenyan (Styrax spp) yang ada di Desa Pardomuan Kecamatan Sitellu Talli Urang Julu Kabupaten Pakhpak Bharat. Selanjutnya dilakukan pengamatan kolonisasi mikroorganisme serta identifikasi fungidi LaboratoriumBiologi Tanah Fakultas Pertanian,, Medan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tanah dari 4 jenis tegakan yaitu tanah kemenyan bunga, kemenyan batak, kemenyan minyak dan kemenyan jurame, etil alkohol 95%, kertas lebel, kapas, plastik web, alumunium foil, larutan fisiologis steril (8,5 gr NaCl per liter akuades) dalam Erlenmeyer 250 ml sebanyak 90 ml dan dalam tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml, media Nutrien Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), media pikovskaya, tepung selulosa, dan media ligninolitik Alat yang digunakan adalah cangkul atau sendok tanah, kantong plastik, pisau,kaca preparat, sarung tangan, masker,tali plastik, ember, oven, laminar air flow, pipet volume, timbangan, botol semprot yg berisi alkohol, Erlenmeyer, cawan petri steril, tabung reaksi steril, bunsen, mikroskop, rak tabung reaksi, pipet steril, autoclave, shaker, rotamixer, jarum ose, kamera, dan alat tulis. 13

2 Prosedur Penelitian Pengambilan Contoh Tanah Contoh tanah diambil dari 4 jenis tegakan kemenyan yaitu kemenyan batak, kemenyan bunga, kemenyan minyak dan kemenyan jurame. Masing-masing tegakan diambil tanahnya sebanyak 3 kali ulangan. Contoh tanah diambil secara sistematis berdasarkan metode Saraswati, dkk (2007) pada tanah non rhizosfir berukuran 20x20 cm dan kedalaman 0-10 cm. Tanah diambil dengan menggunakan cangkul. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tiga titik ulangan pada satu jenis tegakan dan dibersihkan dari akar. Setiap tiga titik pengambilan contoh tanah digabung dan dicampur secara komposit didalam ember plastik bersih.sebanyak 100 gr tanah diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik, semua contoh tanah diikat kuat kemudian diberi label dan dianalisis di laboratorium. Sebelum melakukan pengamatan mikroba dilanoratorium, terlebih dahulu dilakukan analisis kondisi tanah. Adapun parameter yang diamati meliputi ph tanah, C- organik tanah, P-tersedia dan KTK untuk mengetahui kondisi sifat tanah yang digunakan untuk penelitian. Penetapan Total Mikroba Pembuatan Seri Pengenceran Metode pengenceran yang digunakan adalah metode pengenceran bertingkat berdasarkan metode Saraswati, dkk (2007) yang dimulai dengan memasukkan10gr tanah ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang telah berisi 90 ml larutan fisiologis steril, kemudian kocok dengan shaker selama 30 menit. Kemudian menyediakan tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis steril 14

3 dengan menuliskan kode 10 2, 10-3 dan seterusnya pada tabung 1 sampai 8.Secara aseptik dilakukan pemipetan 1 ml biakan murni kemudian masukkan kedalam tabung reaksi nomor 1, kemudian dikocok hingga campuran homogen dengan menggunakan rotamixer. Selanjutnya dari tabung reaksi nomor 1 secara aseptik dipipet 1 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi nomor 2, dikocok hingga homogen dan dilakukan hal yang sama untuk tabung nomor 2,3,4 sampai 8. Kemudian secara aseptik dipipet 1 ml dari tabung reaksi nomor 8 kemudian dibuang, maka diperoleh pengenceran 10-1 sampai 10-9 Penuangan Pengenceran 10-7, 10-8, 10-9 dituangkan pada media Nutrien Agar (NA)sesuai dengan metode Anas (1989) yang bersuhu 50 o C untuk analisis bakteri.kemudian pengenceran 10-5, 10-6, 10 7 dituangkan media Potato Dextrose Agar (PDA)untuk analisis fungi.kemudian cawan tersebut diletakkan diatas meja yang rata, dan digerakkan memutar kekiri dan kekanan supaya suspensi mikroba dan media tercampur rata.selanjutnya, setelah agar mengental inkubasikan biakan tersebut dengan posisi terbalik pada suhu kamar selama 3 hari. Setelah 3 hari selanjutnya dilakukan penghitungan manual untuk menentukan total fungi dan bakteri dalam setiap cawan perti. Isolasi Mikroba Perombak Selulosa Isolasi mikroba perombak selulosa dilakukan dengan metode pengenceran berdasarkan metode Anas (1989). Pada penuangan mikroba perombak selulosa digunakan media tepung selulosa, dilakukan dengan menuangkan pengenceran 10 3, 10-4 dan 10-5 dan media sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri yang telah steril. 15

4 Lalu putar cawan petri kearah kiri dan kanan sebanyak 3 kali biarkan agarnya mengeras.inkubasikan pada temperatur 28 0 C selama satu minggu. Mikroorganisme yang dapat menghancurkan selulosa mempunyai daerah yang terang disekitar koloni.kemudian koloni tersebut dipindahkan ke media padat yang telah disediakan untuk pemurnian.tanah biasanya mengandung satuan pembentuk koloni (SPK) per ml. Pemurniaan mikroba selulolitik Pindahkan koloni mikroba selulolitik yang sudah tumbuh pada medium selulolitik yang baru.inkubasi selama 3 5 hari pada suhu kamar, lakukan pengamatan sampai diperoleh koloni tunggal.simpan di dalam agar miring untuk koleksifungi selulolitik kolonitunggal. Isolasi Mikroba Perombak Lignin Isolasi mikroba perombak lignin menggunakan media ligninolitik. Isolasi mikroba perombak lignin dilakukan dengan metode pengenceran bertingkat berdasarkan metode Anas (1989)dan penuangan. Pada penuangan mikroba perombak lignin digunakan media lignolitik, dilakukan dengan menuangkan pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5 dan media sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri yang telah steril. Lalu putar cawan petri kearah kiri dan kanan sebanyak 3 kali biarkan agarnya mengeras. Inkubasikan pada temperatur 28 0 C selama satu minggu. Mikroorganisme yang dapat menghancurkan lignin mempunyai daerah yang terang disekitar koloni. Kemudian koloni tersebut dipindahkan ke media padat yang telah disediakan untuk pemurnian. Pemurniaan mikroba perombak lignin 16

5 Pemurnian mikroba perombak lignin dilakukan dengan memindahkan koloni mikroba lignin yang sudah tumbuh pada medium lignolitik yang baru.inkubasi selama 3 5 hari pada suhu kamar, lakukan pengamatan sampai diperoleh koloni tunggal.simpan di dalam agar miring untuk koleksifungi lignolitik kolonitunggal. Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan 3 hari setelah media biakan selesai dan parameter yang diamati adalah: 1. Perhitungan koloni Perhitungan koloni dilakukan dengan menggunakan metode hitung cawan. Setelah 3 hari hitung koloni yang terbentuk dengan menggunakan alat penghitung koloni model Quebec. Untuk mempermudah perhitungan koloni digunakan petakpetak pada alat penghitung, mulai dari petak teratas dari kiri kekanan kemudian ke petak dibawahnya.dapat juga dilakukan dengan menghitung secara manual. Jumlah sel permililiter dapat ditetapkan dengan rumus (Waluyo, 2010): Koloni per ml atau per gram = Jumlah koloni per cawan x 1/faktor pengenceran 2. Identifikasi Fungi Identifikasi fungi yang sudah tumbuh dilakukan setelah pemurnian selama 3 hari. Indentifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopisnya. Pengamatan makroskopis dilakukan secara manual langsung ke cawan petri untuk fungi yang tumbuh. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan menggunakan kaca preparat. Fungi yang sudah tumbuh di ambil sedikit dengan menggunakan selotip kemudian di tempelkan pada kaca preparat untuk ditumbuhkan selama 3 hari di dalam cawan petri yang berisi kapas dan disemprot aquades supaya kondisi suhunya tetap lembab. Setelan 3 hari fungi yang tumbuh 17

6 pada kaca preparat selanjutnya diamati dibawah mikroskop untuk diketahui ciri hifa yang tumbuh untuk diketahui jenis fungi yang tumbuh. Kemudian ciri mikroskopis yang sudah ditemukan selanjutnya dicocokkan dengan buku identifikasi fungi untuk memastikan jenis fungi yang tidak diketahui (Gilman, 1971) dan (Gandjar, dkk, 2006) 3. Pengolahan Data Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap berdasarkan perlakuan tanah dari empat jenis tegakan dan tiga ulangan pada hutan kemenyan (Styrax spp). Adapun perlakuan sebagai berikut: Bu Ba Mi Ju : Jenis tanah di bawah tegakan kemenyan bunga : Jenis tanah di bawah tegakan kemenyan batak : Jenis tanah di bawah tegakan kemenyan minyak : Jenis tanah di bawah tegakan kemenyan jurame berikut: Dimana : Model matematika yang diasumsikan untuk rancangan ini adalah sebagai Yij = µ + Ti + ij Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan jenis tanah ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum Ti = pengaruh perlakuan jenis tanah ke-i ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan jenis tanah ke-i dan ulangan ke-j Selanjutnya masing masing data di uji dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Sastrosupadi, 2000). 18

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah mempengaruhi keberadaan mikroorganisme di dalam tanah. Hal tersebut sesuai dengan Saraswati, dkk (2007) yang menyatakan bahwa di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar air, jenis penggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Berdasarkan analisis sifat kimia keempat sampel tanah yang sudah dilakukan di laboratorium maka diperoleh hasil sifat kimia tanah yang berbeda (Tabel 1). Tabel 1. Hasil analisis sifat kimia tanah Jenis Tegakan Parameter ph (H 2 O) C-organik (%) P (ppm) KTK Kemenyan Batak 3,9 sm 4,37 t 3,03 sr 16,13 r Kemenyan Bunga 3,9 sm 7,00 st 12,13 s 17,50 s Kemenyan Minyak 4,1 sm 7,30 st 25,05 st 14,33 r Kemenyan Jurame 3,8 sm 4,24 t 1,61 sr 20,75 s Kriteria menurut Balai Penellitian Tanah (2005) Keterangan : sm : sangat masam t : tinggi r : rendah s: sedang st: sangat tinggi sr: sangat rendah Kondisi kimia tanah nilai ph keempat sampel dari tegakan kemenyan yang berbeda termasuk dalam kategori tanah sangat masam yaitu kisaran 3,9-4,1. Tanah paling masam yaituberada dibawah tegakan kemenyan jurame yaitu 3,8 dan yang mendekati masamberada di bawah tegakan kemenyan minyak yaitu 4,1. Kemasaman tanah terjadi karena konsentrasi ion H dalam tanah berlebih serta tanah lebih sedikit kandungan mineralnya. Hal tersebut terjadikarena kurangnya proses aliran air di dalam tanah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ekosari, 19

8 dkk (2013) bahwa tanah organik cenderung memiliki kemasaman tinggi karena mengandung beberapa anorganik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Waktu pengambilan tanah juga mempengaruhi kemasaman tanah. Pengambilan tanah pada kondisi musim hujan mempengaruhi kemasaman tanah dengan terjadinya pencucian basa tanah ke dalam lapisan tanah sehingga meninggalkan kemasaman pada lapisan tanah di permukaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmah, dkk (2014) bahwa ph tanah pada kedalaman cm lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 30 cm di duga disebabkan oleh karena tercucinya basa-basa kelapisan bawah oleh air hujan. Dan menurut Kartasapoetra, dkk (1987) dalam Susilawati (2008) ph tanah yang rendah akan menyebabkan ketersediaan hara menurun dan perombakan bahan organik terhambat. Kandungan C-Organik tanah termasuk kategori tinggi dan sangat tinggi yaitu kisaran 4,24-7,20. Kandungan C-Organik tinggi terdapat pada sumber tanah kemenyan batak dan kemenyan jurame, kategori sangat tinggi pada tanah kemenyan bunga dan kemenyan batak. Kandungan C-Organik tinggi dan sangat tinggi dipengaruhi adanya kegiatan dekomposisi yang berlangsung di dalam tanah dan kegiatan aliran air yang menyebabkan bahan organik meningkat di dalam tanah. Kandungan C-Organik dipengaruhi oleh banyak tidaknya bahan organik di dalam tanah. Kandungan P-tersedia dalam tanah termasuk kategori sangat rendah sampai sangat tinggi. Kriteria sangat rendah dari sumber tanah kemenyan jurame yaitu 1,61 dan kriteria sangat tinggi dari sumber tanah kemenyan minyak yaitu 20

9 25,05.Sangat rendahnya kandungan P-tersedia dalam tanah jurame diakibatkan karena rendahnya ph tanah dan terjadi pencucian yang tinggi di dalam tanah sebaliknya P tersedia yang tinggi pada tanah kemenyan minyak karena ph kemenyan minyak lebih tinggi dibanding yang lain dan proses pencucian di dalam tanah sangat rendah hal ini sesuai dengan Cahyo, Oksana dan Aryanti (2013) yang menyatakan bahwa Penurunana nilai P-tersedia pencucian hara, terangkutnya hara oleh tanaman, subsiden atau pemadatan dan rendahnya nilai ph. Kandungan KTK keempat sampel menunjukkan kategori rendah sampai sedang. Kandungan KTK tertinggi pada tanah kemenyan Jurame yaitu 20,75 dan terendah pada tanah kemenyan minyak yaitu 14,33. Tinggi rendahnya kandungan KTK tanah disebabkan oleh kandungan bahan organik tanah dan tinggi rendahnya ph tanah. KTK tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan kondisi liat tanah serta kemampuan tanah dalam menjerap unsur hara dan mineral dalam tanah. Pada tanah dengan kondisi lahan basah mengalami pencucian yang lebih tinggi sehingga menyebabkan penurunan KTK tanah. Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah jenis tanah inceptisol dimana tanah dengan kondisi tanah basah karena banyak terdapat pada lokasi hutan tropis yang memiliki kadar curah hujan tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Evans, dkk (2014) bahwa tanah jenis ini menempati hampir 4% dari luas keseluruhan wilayah tropika atau 207 juta hektar.oleh karena itu sebagian besar jenis tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercuci karena pengaruh musim basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan dan pencucian. 21

10 Rekapituasi Sidik Ragam Keberadaan Mikroorganisme Tanah Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa jenis tegakan memberikan pengaruh yang berbeda pada keberadaan mikroorganisme perombak bahan organik tanah. Jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap kelimpahan total fungi perombak lignin, namun tidak berpengaruh nyata terhadap total fungi, total bakteri, populasi total fungi perombak selulosa, populasi total bakteri perobak selulosa dan populasi total bakteri perombak lignin. Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam keberadaan mikroorganisme tanah Perlakuan Variabel Jenis Tegakan Total fungi 0,821 tn Total bakteri 0,307 tn Total fungi perombak selulosa 0,718 tn Total bakteri perombak selulosa 0,136 tn Total fungi perombak lignin 0,028* Total bakteri perombak lignin 0,467 tn Ket: * = Berpengaruh nyata, tn= Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan5%. Jenis tanah yang ada pada lokasi pengambilan sampel termasuk jenis inceptisol. Jenis tanah inceptisol memiki kandungan bahan organik yang beragam yang memepengaruhi keberagaman mikroorganisme tanah terutama untuk mikroba perombak bahan organik tanah. Hasil penelitian Agung, dkk (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata antara total populasi bakteri dengan C-organik (r = 0,89**), dan berpengaruh sangat nyata pula pada uji korelasi antara total populasi jamur dengan C-organik (r = 0,87**) (Tabel 3.3). C- organik tertinggi pada tipe penggunaan lahan kebun campuran (TiLc) juga disebabkan karena pengelolaan yang tidak intensif (hasil wawancara petani) dan beragamnya eksudat akar yang dihasilkan pada kebun campuran. Menurut Soemarno(2010) dalam Agung, dkk (2013) bahwa Mikroorganisme dalam tanah biasanya terkonsentrasi pada daerah sekitar perakaran karena akar mengeluarkan 22

11 berbagai sekresi yaitu berupa asam amino, karbohidrat, vitamin, nukleotidadan enzim, oleh karena itu, eksudat akar merupakan sumber nutrisi bagi mikroorganisme tanah. Penetapan Total Fungi dan Bakteri Sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa jenis tegakan kemenyan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah populasi fungi dan bakteri.rataan populasi fungi dan bakteri pada jenis tanah yang berbeda dapat disajikan pada(tabel 3) Tabel 3. Jumlah populasi total fungi dan bakteri (... x 10 7 SPK/ml) Jenis Tegakan Rataan Fungi Bakteri Kemenyan Batak ,88 Kemenyan Bunga ,04 Kemenyan Minyak ,18 Kemenyan Jurame ,66 Jumlah rataan populasi fungi berdasarkan jenis tegakan tanah tertinggi berada di bawah tegakan kemenyanjuramesebanyak 1340 x 10 7 SPK/ml dan terendah terdapat pada jenis tanah di bawah tegakan kemenyan bataksebanyak 1030 x 10 7 SPK/ml.Perbedaan jenis tegakantidak berpengaruhnyata terhadap keberadaan populasi mikroorganisme fungi dan bakteri. Hal ini dikarenakan kandungan ph tanah pada setiap jenis tegakan hampir sama. Pada tanah kemenyan jurame memiliki kandungan ph lebih rendah yaitu sebesar 3,8 lebih asam dari tanah kemenyan batak dengan ph sebesar 3,9 sehingga kisaran populasi fungi lebih banyak terdapat pada tanah kemenyan juramekarena fungi lebih menyukai kondisi tanah yang sangat masam. Rataan populasi fungi tertinggi pada tanah kemenyan jurame karena pada tanah kemenyan jurame memiliki kandungan ph yang paling asam diantara jenis kemenyan yang lain. Hal ini sesuai dengan Gandjar, dkk (2006) yang menyatakan 23

12 bahwa kebanyakan fungi tumbuh optimum pada kisaran ph luas yaitu 2-5,5 dan akan lebih optimum pada tanah yang lebih masam. Kedalaman tanah juga mempengaruhi kemasaman tanah. Pengambilan contoh tanah pada penelitian ini dilakukan pada kedalaman 0-10 cm dari permukaan tanah. Kemasaman tanah memepengaruhi keberadaan mikroorganisme di dalam tanah. Hal tersebut diperkuat hasil penelitian Ardi (2009) yang menyatakan bahwa bahwa faktor kedalaman tanah berpengaruh nyata terhadap besarnya ph tanah dimana semakin dalam suatu tanah maka semakin besar pula ph tanahnya. Tinggi rendahnya total fungi dan bakteri pada tanah juga disebabkan jenis tanah pada lokasi pengambilan contoh tanah daerah Pakpak Barat merupakan jenis tanah inceptisol. Menurut Arif dkk (2014) bahwa di kebun inti tanaman gambir Kabupaten Pakpak Bharat memiliki jenis ordo tanah inseptisol. Kemasaman tanah juga dikarenakan jenis tanah yang mempengaruhi tinggi rendahnya fungi dan bakteri dalam tanah, menurut Evans, dkk (2014) bahwa tanah jenis inceptisol menempati hampir 4% dari luas keseluruhan wilayah tropika atau 207 juta hektar.oleh karena itu sebagian besar jenis tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercuci karena pengaruh musim basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan dan pencucian. Proses pencucian tanah mempengaryhu kandungan KTK dan kemasaman pada tanah. Berdasarkan Tabel 3diketahui bahwa jumlah populasi bakteri tertinggi terdapat pada tanah di bawah tegakan kemenyan jurame sebesar 15,66 x 10 7 SPK/ml dan terendah terdapat pada jenis tanah di bawah tegakan kemenyan minyak sebesar 3,1 x 10 7 SPK/ml. Bakteri merupakan populasi yang paling banyak ditemukan di alam namun hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ketika keadaan 24

13 mendukung dimana bakteri tumbuh dengan baik pada kisaran ph 6,5-7,5 sedangkan pada ph dibawah 5,0 tidak dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian pada tanah yang masam bakteri lebih sedikit jumlahnya dibandingkan fungi. Keempat sampel tanah yang diuji menunjukkanph yang sangat masam sehingga bakteri lebih sedikit ditemukan dibandingkan koloni fungi. Pertumbuhan bakteri akan ditekan oleh fungi bila ph tidak menguntungkan bagi bakteri. Hal ini sesuai dengan Waluyo(2007)yang menyatakan bahwa nilai ph medium sangat berpengaruh pada jenis mikroba yang tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran ph 3-6. Kebanyakan bakteri mempunyai ph optimum pertumbuhan sekitar ph 6,5-7,5. Pada ph dibawah 5,0 dan diatas 8.5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat dan bakteri yang mengoksidasi sulfur. Sebaliknya, khamir menyukai ph 4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran ph 2,5-8,5. Oleh karena itu, khamir tumbuh pada ph rendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat. Kapang mempunyai ph optimum 5,7 tetapi seperti halnya khamir kapang masih dapat hidup pada ph 3,0-8,5. Tinggi rendahnya bakteri dalam tanah juga dipengaruhi oleh kondisi eksudat akar pada vegetasi. Umur vegetasi mempengaruhi kandungan bahan makanan yang dikeluarkan oleh eksudat pada akar tanaman dimana bahan makanan memberikan nutrisi bagi pertumbuhan bakteri dalam tanah. Menurut Antralina, dkk (2015) perbedaan populasi pada umur tanaman yang berbeda disebabkan oleh perbedaan aktivitas metabolisme akar di mana semakin bertambah umur, akar yang tumbuh dan aktif semakin banyak sehingga menyebabkan komposisi dan jumlah eksudat yang dikeluarkan akan semakin 25

14 banyak. Dengan demikian, akan semakin banyak sumber makanan tersedia untuk pertumbuhan bakteri sehingga populasinya juga akan bertambah banyak pada daerah perakaran. Jumlah dan tipe perakaran juga mempengaruhi jumlah dan kualitas eksudat akar. Isolasi dan Identifikasi Mikroba Perombak Selulosa Sidik ragam terhadap populasi fungidan bakteri perombak selulosa(tabel 2)menunjukkan bahwa tanah dibawah tegakan kemenyan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap populasi fungi dan bakteri perombak selulosa. Jumlah populasi fungi perombak selulosa tertinggi terdapat pada jenis tanah kemenyan minyak sebesar 25,1 x 10 4 SPK/ml dan terendah terdapat pada jenis tanah kemenyan bunga sebesar 15,8 x 10 4 SPK/ml (Tabel 4): Tabel 4. Jumlah populasi fungi dan bakteri perombak selulosa (.. x 10 4 SPK/ml) Jenis Tegakan Rataan Fungi Bakteri Kemenyan Batak 15,9 101,6 Kemenyan Bunga 15,8 34,3 Kemenyan Minyak 25,1 73,2 Kemenyan Jurame 18,0 20,8 Pada tanah dibawah tegakan kemenyan minyak terdapat lebih banyak fungi yang mampu mengurai selulosa dibanding tanah dibawah tegakan jenis kemenyan yang lain. Hal tersebut disebabkan karena pada tanah di bawah tegakan kemenyan minyak, memiki ph masam dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Akibatnya fungi perombak selulosa mendominasi dalam menguraikan bahan selulosa. Sedangkan pada tanah kemenyan bunga lebih sedikit kandungan C- Organik dan P sehingga bahan organiknya lebih sedikit. Hal tersebut sesuai Wanda (2012) yang menyatakan bahwa peran penting mikroorganisme dalam 26

15 degradasi selulosa adalah menguraikan unsur hara yang terikat dalam material organik yang sukar larut diubah menjadi material organik yang sukar larut Jumlah populasi bakteri perombak selulosa tertinggi terdapat pada jenis tanah kemenyan batak sebesar 101,6 x 10 4 SPK/ml dan terendah terdapat pada jenis tanah kemenyan jurame sebesar20,8 x 10 4 SPK/ml (Tabel 4). Pada tanah kemenyan batak mengandung lebih banyak C-Organik yang merupakan bahan utama yang diperlukan oleh mikroba perombak selulosa. Sedangkan tanah dibawah tegakan kemenyan jurame memiliki kandungan C-Organik paling sedikit. Hal tersebut menentukan sedikit banyaknya populasi mikroba perombak selulosa. Rohmawati (2013) menyatakan bahwamikroba perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organi dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati). Fungi dan bakteri mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menguraikan bahan organik. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh faktor biotik dan abiotik yang terkandung di dalam tanah. Menurut BIS (2010) keragaman fungsional dan aktivitas organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor biotik danabiotik setempat.faktor biotik meliputi kondisi vegetasi, sedangkan faktor abiotik meliputi kondisi iklimdan kondisi tanah. Kandungan C- Organik juga memepengaruhi keberadaan mikroba perombak selulosa. Maryandini, dkk (2009) menyatakan bahwasetiap bakteri selulolitik menghasilkan enzim selulase kompleks yang berbeda-beda, tergantung dari gen yang dimiliki dan sumber karbon yang digunakan. Berdasarkan hasil Identifikasi diperoleh 4 27

16 genus fungi perombak selulosa yaitu Aspergillus sp, Penicillium sp, Candida sp dan Mucor sp (Tabel 5). Tabel 5. Hasil Identifikasi Fungi Perombak selulosa Genus Sumber Tanah Kemenyan Batak Kemenyan Bunga Kemenyan Minyak Aspergillus sp 1 + Kemenyan Jurame Aspergillus sp 2 + Aspergillus sp 3 + Aspergillus sp 4 + Aspergillus sp 5 + Aspergillus sp 6 + Aspergillus sp 7 + Aspergillus sp 8 + Aspergillus sp 9 + Penicillium sp 1 + Penicillium sp 2 + Penicillium sp 3 + Penicillium sp 4 + Penicillium sp 5 + Penicillium sp 6 + Candida sp 1 + Mucor sp 1 + Keterangan : + = Ada Hasil yang diperoleh menunjukkan keragaman fungi pada setiap jenis tanah dan genus yang paling dominan adalah genus Aspergillus sp. Adapun jumlah jenis paling banyak ditemukan pada tanah di bawah tegakan kemenyan batak. Aspergillus sp merupakan jenis fungi yang paling banyak ditemukan dan merupakan jenis kapang selulotik yang mampu merombak bahan organik tanah terutama bahan selulosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wanda (2012) bahwa Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang selulotik, yaitu kapang yang memiliki kemampuan merombak atau mendegradasi selulosa terutama pada kondisi aerob. Jenis Penicillium sp juga banyak ditemukan pada tanah dengan kondisi masam sehingga pada penelitian ini kedua genus tersebut banyak ditemukan. Menurut 28

17 Samosir (2009) fungi Penicillium sp merupakan fungi yang dapat berkembang di dalam tanah tanah masam yang memiliki ph rendah. Hal ini akan menimbulkan lebih banyak fungi lagi. Fungi tersebut terdapat di dalam tanah dimana jumlah yang terbanyak terdapat dilapisan permukaan tempat bahan organik yang tersedia dan mencukupi aerasinya. Isolasi dan Identifikasi Mikroba Perombak lignin Sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah dibawah tegakan kemenyan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap populasi fungi perombak lignin, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bakteri perombak lignin. Rataan jumlah populasi fungi dan bakteriperombak ligninserta hasil pengujian dengan uji DMRT dapat disajikan pada (Tabel 6): Tabel 6. Jumlah populasi fungi dan bakteri perombak lignin (... x 10 4 SPK/ml) Jenis Tegakan Rataan Fungi Bakteri Kemenyan Batak 5,8 ab 42,06 Kemenyan Bunga 4,6 a 5,7 Kemenyan Minyak 8,7 ab 45,7 Kemenyan Jurame 17 c 39,2 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbedatidak nyata menurut DMRT pada taraf 5% Rataan jumlah populasi fungi perombak lignin tertinggi terdapat pada tanah di bawah tegakan kemenyan jurame sebesar 17 x 10 4 SPK/ml yang berbeda nyata dengan tanah di bawah tegakan yang lainnya dan terendah terdapat pada tanah dibawah tegakan kemenyan bunga sebesar 4,6 x 10 4 SPK/ml yang berbeda tidak nyata dengan kemenyan batak dan kemenyan minyak tetapi berbeda nyata dengan tanah dibawah tegakan kemenyan jurame (Tabel 6). 29

18 Pada tanah kemenyan jurame terdapat fungi perombak lignin yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanah kemenyan yang lain. Hal ini karena pada tanah kemenyan jurame memiliki ph yang lebih rendah. ph yang rendah tersebut mendukung banyaknya jumlah fungi yang tumbuh sehingga mempengaruhi banyaknya bahan organik yang tersedia di dalam tanah. Mikroba perombak lignin merupakan salah satu mikroba yang mampu menguraikan bahan organik yang terkandung di dalam tanah, hal ini sesuai dengan pernyataan Ekosari, dkk (2013) tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa anorganik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Jumlah populasi bakteri perombak lignin tertinggi terdapat pada jenis tanah kemenyan minyak sebesar 45,7 x 10 4 SPK/ml dan terendah terdapat pada jenis tanah kemenyan bunga sebesar 5,7 x 10 4 SPK/ml (Tabel 6).Hal ini terjadi karena bahan lignin di dalam tanah lebih susah di rombak oleh mikroba terutama fungi dan tidak semua mikroba mampu merombak lignin. Untuk jenis tanah masam jenis fungi akan lebih lama bertahan dibandingkan bakteri. Bakteri akan tertutup oleh fungi setelah 3 hari. Hal ini sesuai dengan Wanda (2012) yang menyatakan bahwa lignin merupakan material yang paling kuat dalam biomassa, sehingga sangat resisten terhadap degradasi baik secara biologis, enzimatis maupun secara kimia. Lignin sulit di degradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen serta berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman.aiman dan Astuti (2012) menyatakan bahwa Mikrobia hanya sedikit sekali yang mampu 30

19 mendegradasi lignin dan biasanya sangat lambat. Jasad yang mampu memecah lignin utamanya adalah jamur tingkat tinggi yaitu Basidiomycetes. Tanah dibawah tegakan kemenyan minyak memiliki kandungan ph mendekati netral sehingga bakteri lebih banyak tumbuh. Hal tersebut dikarenakan bakteri hanya dapat tumbuh pada kisaran ph netral. Waluyo(2007) menyatakan kebanyakan bakteri mempunyai ph optimum sekitar ph 6,5-7,5. Pada ph dibawah 5,0 dan diatas 8.5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat dan bakteri yang mengoksidasi sulfur. Bakteri merupakan organisme yang paling besar jumlahnya di dalam tanah, sehingga dalam satu gram saja dapat ditemukan kurang lebih 10 9 bakteri. Dalam keadaan menguntungkan bakteri dapat berkembang dengan cepat, tetapi keadaan ini tidak dapat bertahan lama. Karena seiring dengan bertambahnya waktu nutrisi yang ada disekitarnya juga berkurang padahal bahan-bahan tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri(yulipriyanto, 2010). Pada awalnya yang pertama kali tumbuh adalah bakteri namun setelah bahan organik sebagai energi bagi bakteri habis pertumbuhannya akan terhenti dan di dominasi oleh pertumbuhan fungi yang pertumbuhannya lebih lama dari pada bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 2 genus fungi yaitu Aspergillus dan Penicillium (Tabel 7). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fungi yang dominan adalah jenis Aspergillus sp. Jumlah jenis Aspergillus terbanyak diperoleh pada tanah dibawah tegakan kemenyan batak yaitu sebanyak 5 jenis. Adapunjenis Penicillium sp terbanyak diperoleh pada tanah dibawah tegakan kemenyan bunga. 31

20 Pada kemenyan minyak dan kemenyan jurame masing-masing hanya dijumpai 1 genus saja. Tabel 7. Hasil Identifikasi Fungi Perombak lignin Genus Sumber Tanah Kemenyan Batak Kemenyan Bunga Kemenyan Minyak Kemenyan Jurame Aspergillus sp 1 + Aspergillus sp 2 + Aspergillus sp 3 + Aspergillus sp 4 + Aspergillus sp 5 + Aspergillus sp 6 + Aspergillus sp 7 + Penicillium sp 1 + Penicillium sp 2 + Penicillium sp 3 + Keterangan : + : ada Aspergillus sp merupakan genus yang sangat potensial di dalam tanah sehingga mampu tumbuh pada kondisi apa pun terutama pada kondisi tanah masam. Pada kondisi tersebut lignin sulit untuk terdegradasi karena kandungan yang terdapat pada lignin membuat lignin resisten tergadap mikroba perombak. Hal ini sesuai dengan Wanda (2012) bahwa lignin merupakan material yang paling kuat dalam biomassa, sehingga sangat resisten terhadap degradasi baik secara biologis, enzimatis maupun secara kimia. Lignin sulit di degradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen serta berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman. Aspergillus sp merupakan jenis fungi yang mudah tumbuh pada daerah yang ekstrim terutama untuk jenis tanah yang sangat masam(effendi 1999). Aspergillus sp ini diketahui mampu bertahan dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dari pada mikroorganisme lain. 32

21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keberadaan mikroorganisme tertinggi sampai terendah berturut-turut pada tanah kemenyan jurame, kemenyan batak, kemenyan minyak dan kemenyan bunga serta identifikasi jenis fungi ditemukan 5 genus fungi yaitu genus Aspergillus sp, Penicillium sp, Candida sp dan Mucor sp. Ditemukan 21 isolat Aspergillus sp, 9 isolat Penicillium sp, 3 isolat Mucor sp dan 1 isolat Candida sp. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mikroba fungsional dalam tanah terutama mikroba yang sudah ditemukan pada tanah kemenyan tersebut 33

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Uji potensi mikroba pelarut fosfat dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan 25 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan populasi mikroorganisme (aktinomisetes, bakteri, fungi) dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit Lampiran 1. Prosedur Penelitian 1. Sifat Kimia Tanah a. C-Organik Ditimbang g tanah kering udara telah diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml Ditambahkan 10 ml K 2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di Laboratorium Kesuburan Tanah, dan Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Juli 2011. Untuk pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari rizosfer tanaman Cabai merah (Capsicum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung. Lokasi percobaan secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar Cahaya Negeri, Abung Barat, Lampung Utara dan Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Pada Tahun I penelitian ini dilakukan 3 tahap percobaan sebagai berikut: 1. Percobaan 1 : Penentuan bahan baku pupuk organik Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Teknik Pengumpulan Data 2.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan (Mikologi). Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 Februari sampai 31 Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB sejak bulan April 2010- Januari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012. Sampel gubal dan daun gaharu diambil di Desa Pulo Aro, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Setiap kali praktikum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian eksplorasi keberadaan mikroba pelarut fosfat dilaksanakan di ekowisata Mangrove kelurahan Wonorejo, kecamatan Rungkut, kota Surabaya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian inidilakukan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei

Lebih terperinci

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015 Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Exploration and Potential of Phosphate

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 26. Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional di Kabupaten Semarang yaitu Pasar Projo Ambarawa, Pasar Sumowono, Pasar Babadan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah tongkol jagung manis kering yang diperoleh dari daerah Leuwiliang, Bogor. Kapang yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Bakteri

Teknik Isolasi Bakteri MODUL 3 Teknik Isolasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Pengenceran Suspensi Bakteri dari Sumber Isolat/Lingkungan 2. Teknik Isolasi Bakteri (Solid and Liquid Medium) TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami persiapan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Januari 2012

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE

II. MATERI DAN METODE II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar spiritus, pipet, jarum ose, erlenmeyer,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Januari 2012

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni 2011. Di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengujian a W di lakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011. III. METODE PENELITIAN A. Uji Kontak Bakteri A.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian A.1. Materi Penelitian A.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 4 isolat Trichoderma spp. koleksi Prof. Loekas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING

PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING Tujuan 1. Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba pada medium agar miring. 2. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan mikrorganisme 3. Mengetahui cara mensterilkan media. Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan pengambilan sampel tanah dilakukan di kecamatan Samarinda Utara provinsi Kalimantan Timur. Sampling dilaksanakan pada bulan Maret 2011,

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT O L E H NAMA : MHD FADLI NST NIM : 1109008817 PRODI GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI : A LABORATORIUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerusakan material akibat jamur pada ruang penyimpanan arsip merupakan masalah serius yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015. Pengambilan sampel tanah dikawasan hutan Mangrove Desa Srimulyo Kecamatan

Lebih terperinci