ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SAWAH. Kabupaten Tegal ) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SAWAH. Kabupaten Tegal ) SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SAWAH ( Studi Kasus Gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Syari ah Jurusan Muammalah Oleh: MUHAMAD JAMRONI FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

2 ii

3 iii

4 ( 4 ( MOTTO bî)!$# (#qà)?$#ur Èbºurô ãèø9$#ur ÉOøOM}$# n?tã (#qçrur$yès? Ÿwur 3 uqø) G9$#ur ÎhŽÉ9ø9$# n?tã (#qçrur$yès?ur ÇËÈ É>$s)Ïèø9$# ß ƒï x!$# Artinya: an tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. (QS. Al-Maidah: 2) iv

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: - Ayah dan Bunda, tercinta yang senantiasa dengan tulus mencurahkan kasih dan sayang serta motivasi dengan penuh pengharapan dan do anya, karena ketulusan kalianlah penulis dapat mengenal agama Islam. - Mba dan adik-adikku yang senantiasa menjadi penyemangat bagi dalam penulis menulis skripsi ini.. - Buat Dewi cintaku yang senantiasa menghiasi perjalanan hidup, terima kasih atas kesabarannya dan motivasinya selama ini. - Sahabat-sahabatku yang takkan kulupakan kebersamaan kita didalam kampus kita tercinta. v

6 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang diajukan bahan rujukan. Semarang, Mei 2010 Deklarator Muhamad Jamroni vi

7 ABSTRAK Sekripsi dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Gadai Sawah (Studi Kasus Gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ) ini merupakan penelitian lapangan (fiel research). Adapun perumusan masalah adalah: a) Bagaimana praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, b) Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Tujuan penelitian ini untuk: 1). Untuk mengetahui praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. 2) Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitataif. Sumber data diperoleh dari data primer (secara langsung) adalah hasil dari fiel research (penelitian lapangan) yaitu wawancara dengan pemberi gadai, penerima gadai, dan tokoh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dan data skunder (tidak langsung) yaitu literature lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun metote pengumpulan data yaitu dengan interview, observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau keadaan senyatanya dai praktek gadai Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan sudah memenuhi syarat dan rukun gadai. Namun, ada beberapa hal yang perlu dibenahi seperti pengelolaan barang jaminan dan pembagian hasil barang jaminan. Karena dengan ketidak jelasan hal tersebut, pada akhirnya timbul prasangka bahwa salah satu pihak merasa diuntungkan atau dirugikan. Selain itu ada perbedaan pendapat dikalangan Imam Mazhab mengenai pemanfaatan barang jamina gadai oleh penerima gadai. Namun secara jelas dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama Madzhab dalam membahas pemanfaatan barang gadai merupakan referensi bagi para pihak dalam transaksi gadai (rahn) untuk dapat memilih atau mencari jalan tengah dalam hal pemanfaatan barang gadai sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, sehingga tujuan utama gadai sebagai pemikat pada transaksi yang tidak tunai tidak terabaikan vii

8 KATA PENGANTAR Bissmillahir Rohmannir Rohim Segala puja dan puji syukur kita selalu panjatkan pada Allah yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita. Sehingga atas rahmat dan hidayah-nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa at-nya di akhir nanti.. Skripsi yang berjudul ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SAWAH (Studi Kasus Gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ) ini disusun guna memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) pada jurusan Muamalah Di Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor IAIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M. A., selaku penanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar dilingkungan IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Muhyiddin, M, Ag. (Dekan Fakultas Syari ah) atas segala kebijakan teknis di tingkat fakultas dan sekaligus sebagai bapak kami 3. Dra Hj Nur Huda M.Ag selaku dosen pembimbing I dan Bapak Suwanto S.Ag. M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan viii

9 waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 4. Para dosen pengajar dilingkungan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Yang terbaik dalam kehidupan ini, kedua orang tuaku atas do a, bimbingan, cinta dan kasih sayangnya sepanjang hayatku, serta seluruh keluargaku yang telah mendukungku selama ini. 6. Buat Sang-Dewi yang selalu sabar dalam mensuport dan mendampingi ku dalam pembuatan skripsi ini agar cepat selesai. 7. Sahabat-sahabatku yang selalu mensuport agar cepat menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman Fakultas Syari ah Angkatan 2004 khususnya Jurusan Muamalah yang selalu bercanda bersama di dalam kelas. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Semarang, Mei 2010 Penulis Muhamad Jamroni ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I PERSETUJUAN PEMBIMBING... II PENGESAHAN...III MOTTO... IV DEKLARASI... V PERSEMBAHAN... VI ABSTRAK...VII KATA PENGANTAR... VIII DAFTAR ISI... X BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Peneltian...5 D. Telaah Pustaka... 5 E. Metode Penulisan... 8 F. Sistematika Penulisan BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI A. Pengertian Gadai B. Dasar Hukum Gadai C. Syarat dan Rukun Gadai...18 x

11 D. Hak dan Kewajiban Para Pihak E. Pendapat Ulama Tentang Pemanfaatan Barang Gadai BAB III : PRAKTEK GADAI SAWAH DI DESA PENYALAHAN KEC. JATINEGARA KAB. TEGAL A. Gambaran Umum Desa Penyalahan Kondisi Geografis Kondisi Sosial, Budaya, Keagamaan dan Ekonomi B. Praktek Gadai Sawah Di Desa Penyalahan Praktak Gadai Pendapat Tokoh Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SWAH DI DESA PENYALAHAN a. Syarat dan Rukun Gadai...48 b. Pemanfaatan Barang Jaminan c. Prinsip Ta awwun BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran...55 C. Penutup xi

12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman. Keabadian dan kekuatan Islam telah terbukti sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan peradaban manusia senantiasa dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui Al- Qur an sebagai landasannya. Keuniversalan konsep Islam merupakan jawaban terhadap keterbatasan manusia dalam berpikir. Dalam menjawab permasalahan yang timbul nampaknya peran hukum Islam dalam konteks kekinian dan kemodernan dewasa ini sangat diperlukan dan tidak dapat dihindarkan lagi. Kompleksitas permasalahan umat yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman membuat hukum Islam harus menampakkan sifat elastisitas dan fleksibilitasnya guna memberikan yang terbaik serta memberikan kemaslahatan bagi umatnya. 1 Di dalam hidup ini, terkadang orang mengalami kesulitan. Untuk menutupi (mengatasi) kesulitan itu terpaksa meminjam uang kepada pihak lain. Meskipun untuk memperoleh pinjaman itu harus disertai dengan jaminan (koleteral). 2 Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur an Surat Al- Baqarah ayat 283 yaitu: 1 Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syari ah, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h.2. 2 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fikih Muamalat), Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 2003, h.253.

14 Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu. (Qs. Al-Baqarah : 283) 3 Agama Islam juga mengajarkan kepada umatnya supaya hidup tolongmenolong. Bentuk dari tolong-menolong ini bisa berupa pemberian, pinjaman, atau utang-piutang. Dalam suatu perjanjian utang-piutang, debitur sebagai pihak yang berutang meminjam uang atau barang dari kreditur sebagai pihak yang berpiutang. Agar kreditur memperoleh rasa aman dan terjamin terhadap uang yang dipinjamkan, kreditur mensyaratkan sebuah agunan atau jaminan. Agunan ini di antaranya bisa berupa gadai atas barangbarang yang dimiliki oleh debitur. Debitur sebagai pemberi gadai menyerahkan barang-barang yang digadaikan tersebut kepada kreditur atau penerima gadai. 4 Gadai merupakan salah satu katagori dari perjanjian utang-piutang. Praktek semacam ini telah ada pada zaman Rasulullah SAW. Dan Rasulullah 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 2004, h www. makalah gadai syari ah. Id. Com.18/J1nuari/2009. Surabaya: Mekar Surabaya, 2

15 sendiri pernah melakukan. Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara suka rela atas dasar tolong-menolong. 5 Dalam pelaksanaannya, si pemegang gadai berhak menguasai benda yang digadaikan kepadanya selama hutang si berhutang belum lunas, tetapi ia tidak berhak mempergunakan benda itu. Selanjutnya ia berhak menjual gadai itu, jika si berhutang tidak bisa membayar hutangnya. Jika hasil penjualan gadai itu lebih besar dari pada hutang yang harus dibayar, maka kelebihan itu harus di kembalikan kepada si penggadai. 6 Tetapi jika hasil itu tidak mencukupi pembayaran hutang, maka si pemiutang tetap berhak menagih piutang yang belum dilunasi itu. Penjualan gadai harus dilakukan di depan umum sebelum penjualan dilakukan biasanya hal itu harus diberitahukan lebih dahulu kepada si penggadai. Tentang pelunasan hutang, pemegang gadai selalu didahulukan daripada pemiutang lainya. 7 Di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, ada cara gadai yang hasil barang gadaian itu, langsung dimanfaatkan oleh penerima gadai (orang yang memberi piutang). Banyak terjadi di Desa itu, bahwa sawah yang dijadikan barang jaminan gadai langsung dikelola oleh penerima gadai dan hasilnya pun sepenuhnya dimanfaatkan oleh penerima gadai. Pada dasarnya pemilik barang, dapat mengambil manfaat dari barang yang digadaikan. Kendati pemilik barang (jaminan) boleh memanfaatkan hasilnya, tetapi dalam beberapa hal dia tidak boleh bertindak untuk menjual, 5 Muhammad Sholikul Hadi,, op.cit. h.3. 6 M. Ali Hasan, op, cit. H Ibid, h

16 mewakafkan, atau menyewakan barang jaminan itu, sebelum ada persetujuan dari penerima gadai. Oleh karena itu apakah sudah benar, pelaksanaann gadai yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal menurut Hukum Islam? Mereka memiliki keterbatasan infomasi tentang gadai atau rahn, yang seharusnya mereka pahami sebelum mereka melakukan transaksi gadai itu.. Sebagian masyarakat di Desa tersebut melakukan gadai secara perorangan. Kebanyakan mereka melakukan gadai itu dengan jaminan sawah yang masih produktif. Karena kebanyakan penerima gadai tidak menginginkan jika sawah yang dijadikan jamian gadai tidak produktif. Maka dari uraian di atas penulis menegaskan judul yang akan di jadikan bahan penelitian penulisan skripsi ini adalah: ANALISIS HUKUIM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI SAWAH, (Studi Kasus Gadai di Desa Penyalahn Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tagal). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal? 4

17 2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal? C. Tujuan Penulisan Dalam penelitian skripsi ini, ada beberapa tujuan yang hendak di capai oleh penulis yaiti: 1. Untuk mengetahui praktek gadai sawah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. 2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. D. Telaah Pustaka Pada masa sekarang ini banyak pemikir yang membahas persoalan pegadaian. Sehingga tidak heran apabila banyak pemikir yang menuangkan ide pemikiranya ke dalam buku. Dalam memandang proses penulisan penelitian ini, penulis membutuhkan literatur-literatur buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dijadikan bahan penelitian sebagaimana tercantum di bawah ini: Hartono (285016) dengan judul sekripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Gadai Nglumpur Dan Pelaksanaanya Di Kecamatan Sukalilo Kabupaten Pati Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana jika perjanjian gadai ngelumpur yang dikaitkan dengan kaidah ushul fiqh, dalam kasus perjanjian ngelumpur yang telah terjadi di 5

18 Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati merupakan pelanggaran dalam hukum Islam, karena adanya beban bunga yang begitu besar sehingga terjadi dampak negatif terhadap petani, selain itu perjanjian gadai ngelumpur mengandung haram. Nor Kholiq (286032) dengan judul skripsi Studi Analisis Terhadap Hadits Tentang Pinjaman Yang Menarik Manfaat Adalah Riba Dalam Kitab Sunan Al-Qubro. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana keshahihan atau kedhoifan hadits tentang pinjaman yang menarik manfaat adalah riba dapat dijadikan pegangan hukum (hujjah) menurut penulis bahwa pinjaman yang mencari manfaat adalah riba dan hadits tentang pinjaman yang menarik manfaat adalah riba dapat dijadikan pegangan hukum. Dalam bukunya Ibnu Rusyd, terjemah: Drs. Imam Ghazali Said, MA. Dan Drs. Achmad Zaidun yang berjudul Bidayatul Mujtahid Analisis Fiqih Para Mujtahid, dijelaskan berbagai transaksi dalam Islam termasuk mengenai Ar-Rahn (pegadaian). Dalam buku ini disebutkan bahwa penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang gadai. Namun apabila barang gadaian berupa hewan, maka penerima gadai boleh mengambil air susu dan menungganginya dalam kadar yang seimbang dengan makanan dan biaya yang diberikan kepadanya. 8 Dalam bukunya Muhammad Sholikul Hadi, yang berjudul Pegadaian Syariah dalam buku ini menyajikan informasi tentang 8 Ibnu Rusyd, ter: Drs. Imam Ghazali Said, MA. Dan Drs. Achmad zaidun., Bidayatul Mujtahid, analisis Fiqih Para Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, h

19 bagaimana konsep dan kerja pegadaian syariah yang dapat dijadikan sebagai suatu alternatif lembaga keuangan syariah yang dapat diperhatikan di Indonesia atau di Negara manapun. Dalam buku ini disebutkan bahwa barang gadai tidak boleh diambil an faatnya, hal ini di sebabkan status barang tersebut hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi penerimanya. 9 Dalam bukunya Drs. H. Nazar Bakry, yang berjudul Problematika Pelaksanaan Fiqih Islam dalam buku ini diuraikan mengenai bagaimana mahasiswa mudah dalam mempelajari Fiqih. Dalam salah satu bab di buku ini, juga dijelaskan mengenai pemanfaatan barang gadai. Pada bab tersebut dijelaskan bahwa yang boleh mengambil manfaat dari barang jamina gadai adalah orang yang menggadaikan, bahkan semua manfaat tetap milik si pemberi gadai, walopun tidak seizin orang yang menerima gadai. 10 Dalam bukunya H. Sulaiman Rasjid Fiqih Islam dalam salah satu bab di buku ini menjelaskan tentang utang piutang dan pemanfaatan barang yang dijadikan jaminan. Pada bab tersebut dijelaskan bahwa orang yang memberi gadai boleh mengambil manfaat dari barang jaminan gadai walopun tidak seizin orang yang menerima gadai dan kerusakan barang pun atas tanggungannya. 11 Dalam bukunya Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, terjemah: K.H. Moch. Anwar dan tim, yang berjudul Fathul Mu in 9 Muhammad Sholikul Hadi, op, cit, h H. Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqih Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, Cetakan Ke-36, h

20 dijelaskan mengenai gadai dan ketentuan barang jaminan. Dalam buku ini disebutkan bahwa penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang gadai, kecuali dengan izin si pemberi gadai. 12 Adapun dukungan litertur-litertur tersebut sebagai pangkal tolak menuju penelitian lapangan yang sempurna. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang praktek gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jatunegara Kabupaten Tegal. E. Metode Penelitian Kajian penelitian yang diangkat dalam skripsi ini digolongkan dalam bentuk penelitian lapangan atau field research. Dalam hal ini, fenomena kehidupan yang ada dalam masyarakat menjadi unsur penting dalam kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Untuk memperoleh kesimpulan dan analisis yang tepat, serta dapat mencapai hasil yang diharapkan dalam penelitian ini, maka dalam penulisan dan pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data berpusat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. 2. Sumber Data a. Data primer Data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. 13 Adapun sumber data primer dalam 12 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, terjemah: K.H. Moch. Anwar dan tim, Fathul Mu in, Bandung: Sinar Baru Algensindo, h

21 penelitian ini adalah warga yang melakukan gadai dan tokoh masyarakat Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. b. Sumber data sekunder Jenis data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai pendukung data pokok, atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok. 14 Adapun sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer adalah berupa buku, jurnal, majalah dan pustaka lain yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam skripsi ini yang dijadikan sumber data sekunder adalah buku dan kitab referensi yang berhubungan dengan pelaksanaan gadai. 3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang di lakukan adalah: a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap objek sasaran. 15 Metode ini juga bisa diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan data sistematik fenomena yang di 13 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,!997. h Suryadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h Prof. Dr. h. Abdurrahmat Fathoni, M.Si, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, h

22 selidiki. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang praktek gadai sawah yang di lakukan oleh warga Desa Penyalahan Kecamatan Jatunegara Kabupaten Tegal. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diperoleh oleh yang diwawancarai. 16 Peneliti menanyakan suatu hal yang telah direncanakan kepada responden. Pada wawancara ini peneliti dimungkinkan melakukan tanya jawab dengan responden seperti: Perangkat Desa, warga yang melakukan gadai dan tokoh masyarakat di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. c. Dokumentasi 4. Analisis Data Metude dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transaksi, buku, surat kabar, majalah, tesis, makalah, jenis-jenis karya tulis, agenda dan sebagainya. 17 Dalam skripsi ini penulis menggunakan dokumentasi yang langsung diambil dari obyek penelitian (Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal) berupa arsip Desa. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis semua catatan hasil wawancara, dokumentasi dan lainnya untuk 16 Ibid, h Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: PT. Ranika Cipta, 1998, h

23 meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan. 18 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Analisis data deskriptif analisis yaitu cara penulisan dengan mengutamakan terhadap gejala, peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang. 19 Metode ini bertujuan untuk menggambarkan barang gadai di Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ditinjau dari hukum Islam. F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pokok Masalah, Tujuan Penulisan, Telaah Pustaka, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI Yang terkandung pada bab ini adalah berisi landasan teori mengenai ketentuan umum gadai yang meliputi: Pengertian Gadai, Dasar Hukum Gadai, Rukun dan Syarat Gadai, Hak dan Kewajiban Para Pihak dan Pendapat Ulama tentang Pemanfaatan Barang Gadai. 18 Neong Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Ed.IV, 2000, h Tim Penulis Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman Penulisan Skripsi Semarang: Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, 2002,h.17 11

24 BAB III : PRAKTEK GADAI SAWAH DI DESA PENYALAHAN KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL Pada bab ini penulis kemukakan tentang gambaran wilayah yang dijadikan obyek penelitian dan proses gadai yang menjadi pokok masalah di antaranya: a) Gambaran Umum Desa Penyalahan yang meliputi: Kondisi Geografis, Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Keagamaan. b) Praktek Gadai Sawah di Desa Penyalahan, praktek gadai, dan pendapat tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan barang gadai. BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTRK GADAI SAWAH DI DESA PENYALAHAN Pokok yang terkandung dalam bab ini adalah a). Syarat dan Rukun Gadai, b). Pemanfaatan Barang Gadai dan c). Prnsip Ta awwun BAB V : PENUTUP Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan di atas dan penutup sebagaima akhir dari penelitian ini. 12

25 BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI A. Pengertian Gadai Gadai menurut bahasa berarti menggadaikan, merunggukan atau jaminan (borg). 20 Istilah gadai dalam bahasa Arab diistilahkan Ar-rahn. 21 Rahn dalam bahasa Arab juga memiliki pengertian tetap dan kontinyu. 22 Ada yang menyatakan kata rahn bermakna tertahan. Dengan dasar firman Allah surat al-muddatsstir ayat 38: Artinya: Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. (QS. al- Muddatstsir :38) 23 Gadai menurut istilah adalah akad utang di mana terdapat suatu barang yang di jadikan peneguhan atau penguat kepercayaan dalam utang piutang, barang itu boleh dijual kalau utang tak dapat dibayar, hanya penjual itu hendaknya dengan keadilan (dengan harga yang berlaku di waktu itu) H.Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 1994, h Choiruman Pasribu Suhrowardi K.Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, cet 2, 1996, h Departemen Agama RI, Al-Qur an dan terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004, h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung: PT.Sinar Baru Algensindo, 1994, h

26 Sedangkan Al-Imam Abu Zakaria Al-Anshari menetapkan ta rif (definisi) ar-rahn di dalam kitabnya Fathul Wahab adalah menjadikan benda yang bersifat harta (harta benda) sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapat dibayarkan dari (harga) benda itu bila utang tidak dibayar. 25 Sedangkan gadai menurut Syekh Zainuddin Bin Abdul Azis Al- Malibari adalah menjaminkan barang yang dapat dijual sebagai jaminan utang, jika penanggung tidak mampu membayar utangnya karena kesulitan. Oleh karena itu tidak boleh menggadaikan barang wakaf atau ummu al-walad (budak perempuan yang punya anak di tuannya), 26 Rahn adalah menjadikan barang yang boleh dijual sebagai kepercayaan hutang yang digunakan untuk membayar hutang jika terpaksa tidak bisa melunasi hutang tersebut, maka berarti tidak sah menggadaikan barang wakaf atau budak ummu al-walad. 27 Menurut Sayid Sabiq bahwa pengertian gadai adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut syara sebagai jaminan utang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang atau bisa mengambil sebagian (manfaat) barang itu. 28 Pengertian gadai menurut KUH Perdata (Burgerlijk Wetbook) Pasal 1150 Gadai adalah: Suatu hak yang diperoleh kreditur (orang yang berpiutang) atas suatu barang bergerak yang di serahkan oleh debitur (orang yang berhutang) atau orang lain atas namanya sebagai jaminan pembayaran dan memberikan hak 25 Chuzaimah T. Yanggo dan A. Hafiz Anshory, A.Z, op. cit, h Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Terjemah Fathul Mu in, Jilid I, Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet I, 1994, h M. Ali As ad, Terjemah Fathul Muin, Kudus: Menara Kudus, Jilid 2, 1979, h Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah 12, Jakarta: Pustaka Percetakan Offset, 1998, h

27 kepada kreditur untuk mendapat pembayaran terlebih dahulu dari kreditur lainnya atas hasil penjualan benda-benda. 29 Pengertian gadai menurut Susilo adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. 30 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gadai menurut hukum Islam dan KUH Perdata adalah suatu perjanjian (akad) utang piutang dengan menjadikan barang yang bernilai menurut syara sebagai jaminan untuk menguatkan kepercayaan, sehingga memungkinkan terbayarnya utang dari si peminjam kepada pihak yang memberikan pinjaman. B. Dasar Hukum Gadai Sistem hutang piutang dengan gadai ini diperbolehkan dan disyariatkan dengan dasar Al-Qur an, Hadits dan Ijma para Ulama. 1. Dalil Al-Qur an Di antara dalil Al-Qur an tentang gadai adalah: 29 Niniek Suparni, KUH Perdata, Jakarta: PT.Rineka Cipta, Cet VI, 2005, h Muhamad Sholihul Hadi, op, cit, h

28 Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu. (Qs. Al-Baqarah : 283) 31 Berdasarkan ayat di atas, bahwa dalam melakukan kegiatan muamalah yang tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang pun yang mampu menjadi juru tulis yang akan menuliskannya, maka hendaklah ada barang tanggungan (borg) yang oleh pihak yang berpiutang di jadikan jaminan Hadits Yaitu: Masalah rahn juga diatur dalam hadits Nabi Muhammad SAW. : ( ) Artinya: "Dari Anas berkata: telah merungguhkan Rasulullah SAW akan baju besi beliau kepada orang Yahudi di Madinah sewaktu beliau mengutang syair dari seorang Yahudi untuk ahli rumah (keluarga) beliau" (HR. Bukhori, Nasai, dan Ibnu Majah) 33 Dari hadits di atas dapat disimpulkan, bahwa gadai itu boleh dilakukan dalam keadaan bermukim, hal ini terlihat bahwa Nabi SAW 31 Departemen Agama RI, op.cit, h M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h Mu ammal Hamidy, Terjemah Nailul Authar Jilid IV, Surabaya: Bina Ilmu, h

29 menggadaikan baju besinya dengan makanan kepada orang Yahudi untuk keluarga beliau. Selain hadits di atas dapat dikemukakan dalam ketentuan hadits dari Aisyah r.a:. Artinya: Dari Aisyah r.a, bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah membeli makanan dari seorang Yahudi secara jatuh tempo dan Nabi SAW, menggadaikan sebuah baju besi kepada Yahudi. 34 Dengan adanya beberapa hadits di atas, maka dapat diambil pemahaman bahwa: a. Aqad gadai dalam syari'at Islam adalah jaiz (boleh) b. Kebolehan gadai tersebut tidak hanya dalam keadaan bepergian saja, akan tetapi juga boleh pada waktu sedang bermukim (tidak dalam bepergian) 3. Pendapat Ulama Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu boleh. Para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyari atkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian Imam Bukhori, Shahih al Bukhari, Juz 3, Beirut, Libanon: Dar Al- Kutub Al-Ilmiyah, t.th, h Muhamad Sholihul Hadi, op.cit. h 52 17

30 C. Syarat dan Rukun Gadai Akad gadai dipandang sah dan benar menurut syariat Islam apabila telah memenuhi syarat dan rukun gadai yang telah ditentukan dalam hukum Islam. 1. Syarat gadai Menurut Imam Syafi i bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah akad orang yang menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima gadai. 36 Menurut Sayyid Sabiq, syarat sah akad gadai adalah sebagai berikut: a. Berakal b. Baligh (dewasa) c. Wujudnya marhum ( barang yang dijadikan jaminan pada saat akad ) d. Barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima barang gadaian atau wakilnya. 37 Berdasarkan dari keempat syarat di atas dapat di simpulkan bahwa syarat sah gadai tersebut ada 2 hal yaitu : a. Syarat aqidain (rahin dan murtahin) 36 M. Shalikul Hadi, op.cit., h Sayid Sabiq, op.cit, h

31 Dalam perjanjian gadai unsur yang paling penting adalah pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian gadai (unsur subjektif), yaitu cukup dengan melakukan tukar menukar benda, apabila mereka berakal sehat (tidak gila), dan telah mumayyiz (mencapai umur). Kemudian untuk orang yang berada di bawah pengampuan atau wali dengan alasan amat dungu (sufih) hukumnya seperti mumayyiz, akan tetapi tindakan-tindakan hukum sebelum mencapai usia baligh diperlukan izin dari wali, apabila pengampu mengizinkan perjanjian gadai dapat dilakukan, tetapi apabila wali tidak mengizinkan maka perjanjian gadai tersebut batal menurut hukum. 38 b. Syarat barang gadai (marhum) Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat antara lain : a) Harus dapat diperjualbelikan b) Harus berupa harta yang bernilai c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari ah d) Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang diterima secara langsung e) Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau pegadai) setidaknya harus seizin pemiliknya. 39 Salah satu syarat bagi marhum adalah penguasaan marhum oleh rahin. Mengenai penguasaan barang yang digadaikan, maka pada 38 Rahmat Syafi I, Fiqih Muamalah, Cet.3, Bandung: Pustaka Setia, 2006, h Ibid, h

32 dasarnnya dalam firman Allah maka hendaklah ada barang yang digadaikan (oleh yang berpiutang) tetapi ulama masih berselisih pendapat, apakah penguasaan barang ini merupakan syarat kelengkapan ataukah syarat sahnya gadai. Selama belum terjadi penguasaan, maka akad gadai tidak mengikat bagi orang yang menggadaikan. Bagi fuqaha yang mengaggap penguasaan sebagai syarat kelengkapan akad gadai itu sudah mengikat dan orang yang menggadaikan sudah dipaksa untuk menyerahkan barang kecuali bila penerima gadai tidak mau adanya penentuan demikian Rukun Gadai Di samping syarat-syarat dalam perjanjian gadai di atas, kita juga mengenal adanya rukun dalam gadai. Menurut hukum Islam bahwa rukun gadai itu ada 4 (empat), yaitu: a) Shighat atau perkataan b) Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin) c) Adanya barang yang digadaikan (marhum) d) Adanya utang (marhum bih) 41 Adapun mengenai rukun gadai dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Shighat atau perkataan Menurut TM. Hasbi Ash-Shiddieqi, pengertian shighat (akad) menurut bahasa adalah : 40 Ibnu Rusyd, op.cit, h Chairuman Pasaribu Suhrawardi, op.cit, h

33 Artinya: "Rabath (mengikat) adalah mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat salah satunya dengan tali yang lain hingga bersambung, lalu keduanya menjadi sepotong benda" Kemudian menurut istilah fuqaha ialah: Artinya: "Perkataan antara ijab dan qabul secara yang dibenarkan syara' yang menetapkan keridlaan keduanya (kedua belah pihak)" 42 Rukun gadai akan sah apabila disertai ijab dan qabul, sedangkan ijab dan qabul adalah shighat aqdi atas perkataan yang menunjukkan kehendak kedua belah pihak, seperti kata "Saya gadaikan ini kepada saudara untuk utangku yang sekian kepada engkau", yang menerima gadai menjawab "Saya terima marhum ini" Shighat aqdi memerlukan tiga syarat: 1) Harus terang pengertiannya 2) Harus bersesuaian antara ijab dan qabul 3) Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pahak yang bersangkutan. 43 Di samping ketentuan di atas, akad gadai juga bisa dilakukan dengan bentuk bahasa, kata isyarat tersebut diberikan terhadap apa yang dimaksudkan, sebagaimana yang dikatakan oleh TM. Hasbi Ash- 42 TM. Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra, Cet.I, 1997, h Ibid, h.29 21

34 Shiddieqy dalam Pengantar Fiqh Muamalah bahwa isyarat bagi orang bisu sama dengan ucapan lidah (sama dengan ucapan penjelasan dengan lidah) 44. b. Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin). Pemberi gadai haruslah orang yang dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan. Sedangkan penerima gadai adalah orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai). 45 c. Adanya barang yang digadaikan (marhum). Barang yang digadaikan harus ada wujud pada saat dilakukan perjanjian gadai dan barang itu adalah barang milik si pemberi gadai (rahin), barang gadaian itu kemudian berada dibawah pengawasan penerima gadai (murtahin). 46 Pada dasarnya semua barang bergerak dapat digadaikan, namun ada juga barang bergerak tertentu yang tidak dapat digadaikan. Adapun jenis barang jaminan yang dapat digadaikan di pegadaian antara lain: 1) Barang-barang perhiasan; emas, perak, intan, mutiara, dan lainlain. 2) Barang-barang elektronik:tv, kulkas, radio, vidio, tape recorder, dan lain-lain. 3) Kendaraan: sepeda, motor, mobil. 44 Ibid, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, Yogyakarta: Ekonisia (Kampus Fakultas Ekonomi UII), 2004, h Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op.cit.h

35 4) Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah. 5) Mesin: mesin jahit, mesin ketik, dan lain-lain. 6) Tekstil: kain batik, permadani. 7) Barang-barang lain yang dianggap bernilai. 47 Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama syafi iyah barang yang digadaikan itu memiliki tiga syarat: 1) Bukan utang, karena barang hutangan itu tidak dapat digadaikan 2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang. 3) Barang yang digadaikan bisa dijual apabila sudah tiba masa pelunasan hutang gadai. 48 d. Adanya hutang (marhum bih) Hutang (marhum bih) merupakan hak yang wajib diberikan kepada pemiliknya, yang memungkinkan pemanfaatannya (artinya apabila barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan, maka tidak sah), dan dapat dihitung jumlahnya. 49 Selain itu hutang yang digunakan haruslah bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan bunga atau mengandung unsur riba M. Sholikul Hadi, op.cit, h Ibnu rusyd, op.cit, h Heri Sudarsono, op.cit, h Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op.cit.h

36 3. Berakhirnya Akad Gadai Menurut Sayyid Sabiq, hak hak gadai akan berakhir jika: a. Rahin (yang menggadaikan barang) telah melunasi semua kewajibannya kepada murtahin (yang menerima gadai) b. Rukun dan syarat gadai tidak terpenuhi. c. Baik penggadai dan penerima gadai atau salah satunya ingkar dari ketentuan syara dan akad yang telah disepakati oleh keduanya. 51 D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Para pihak (pemberi dan penerima gadai) masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan kewajiban adalah sebagai berikut: Hak dan kewajiban pemberi gadai (rahin) a. Hak pemberi gadai 1) Pemberi gadai mempunyai hak untuk mendapatkan kembali barang miliknya setelah pemberi gadai melunasi utangnya. 2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan dan hilangnya barang gadai apabila hal itu di sebabkan oleh kelalaian penerima gadai. 51 M. Sholikul Hadi, op.cit. h M. Sholikul Hadi, op.cit, h

37 3) Pemberi gadai berhak untuk mendapatkan sisa dari penjualan barangnya setelah dikurangi biaya pelunasan utang dan biaya lainnya. 4) Pemberi gadai berhak meminta kembali barangnya apabila penerima gadai telah jelas menyalahgunakan barangnya. b. Kewajiban pemberi gadai 1) Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi utang yang telah diterimanya dari penerima gadai dalam tenggang waktu yang telah ditentukan. 2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atas barang gadai miliknya, apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi utangnya kepada pemegang gadai Hak dan kewajiban penerima gadai (murtahin) a. Hak penerima gadai (murtahin) 1) Penerima gadai berhak untuk menjual barang yang digadaikan, apabila pemberi gadai pada saat jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibanya sebagai orang yang berhutang. 2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan barang jaminan. 53 Ibid. h

38 3) Selama utangnya belum dilunasi, maka penerima gadai berhak untuk menahan barang jaminan yang diserahkan oleh pemberi gadai. b. Kewajiban penerima gadai (murtahin) 1) Penerima gadai berkewajiban bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harga barang yang digadaikan jika itu semua atas kelalaianya. 2) Penerima gadai tidak dibolehkan menggunakan barang yang di gadaikan untuk kepentingan pribadi. 3) Penerima gadai berkewajiban untuk memberitahu kepada pemberi gadai sebelum di adakan pelelangan barang gadai. Dalam perjanjian gadai baik pemberi gadai atau penerima gadai tidak akan lepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Hak penerima gadai adalah menahan barang yang digadaikan, sehingga orang yang menggadaikan barang dapat melunasi barangnya. Sedangkan hak menahan barang gadai adalah bersifat menyeluruh, artinya jika seseorang menggadaikan barangnya dengan jumlah tertentu, kemudian ia melunasi sebagiannya, maka keseluruhan barang gadai masih berada di tangan penerima gadai, sehingga rahin menerima hak sepenuhnya atau melunasi seluruh utang yang ditanggungnya Ibnu Rusyd, op.cit, h

39 Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan tidak boleh bila yang menerima gadai menjual barang gadaian yang diterimanya dengan syarat harus dijual setelah jatuh tempo dan tidak sanggup ditebus olehnya tetapi harus dijual belikan oleh pemberi gadai, atau wakilnya dengan seizin murtahin (yang menerima gadai). Jika pemberi gadi tidak mau menjual barang tersebut, maka yang menerima gadai berhak mengajukan tuntutan kepada hakim. 55 E. Pendapat Ulama Tentang Pemanfaatan Barang Gadai Pada dasarnya segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dijual, maka boleh untuk dijadikan jaminan (borg) atas utang. 56 Selain itu juga barang yang dijadikan jaminan sudah ada pada saat perjanjian terjadi, sehingga memungkinkan bagi barang itu untuk diserahkan seketika kepada murtahin dan barang tersebut mempunyai nilai menurut syara. Persoalan lain adalah apabila yang dijadikan barang jaminan itu adalah binatang ternak. Menurut sebagian ulama Hanafiyah, murtahin boleh memanfaatkan hewan ternak itu apabila mendapat izin dari pemiliknya. 57 Ulama Malikiyah, Syafi iyah dan Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa apabila hewan itu dibiarkan saja, tanpa diurus pemiliknya, maka murtahin 55 Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Tinjauan Antar Mazhab), Semarang: Pustaka Risky putra, Cet.II, 2001, hlm Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi (eds), Kifayatul Akhyar Terjemah Ringkas Fiqih Islam Lengkap, Cet.I, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh, Jilid V, Bairut: Dar Ar-Fikr, 1984, h

40 boleh memanfaatkannya, baik seizin pemiliknya maupun tidak, karena, membiarkan hewan itu tersia-sia, termasuk dalam larangan Rasulullah. 58 Ulama Hanabilah berpendapat bahwa apabila yang dijadikan barang jaminan itu adalah hewan, maka pemegang barang jaminan berhak untuk mengambil susunya dan mempergunakanya, sesuai dengan jumlah biaya pemiliharaan yang dikeluarkan pemegang barang jaminan. 59 Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yaitu: : ( ). Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: binatang tunggangan yang dirungguhkan atau diborongkan harus ditunggangi dipakai, disebabkan ia harus dibayar, air susunya boleh diminum diperas untuk pembayaran ongkosnya, orang yang menunggangi dan meminum air susunya harus membayar. 60 Hadits di atas menerangkan bahwa binatang yang dijadikan jaminan boleh diambil manfaatnya seperti untuk tunggangan, diminum air susunya hal ini disebabkan karena adanya biaya yang telah dikeluarkan untuk pemeliharaan tetapi apabila hasil ternaknya ada kelebihannya, maka kelebihan itu dibagi rata antara murtahin dan rahin. Dan apabila orang yang menunggangi dan yang minum air susunya tidak membaginya maka orang tersebut harus membayar kelebihan itu. 58 Fathi Ad-Duraini, Al-Fat Al-Islami Al-Muqaram Ma al Al-Mazzahib, Demaskus: Mathba ah Ath-Tharriyin, 1979, h Ibnu Qudamah, Al-Mughni., Jilid IV, h Imam Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibarhim bin Magrib bin Bani Zibal Bukhori Ja fi, Sohih Bukhori Jilid 3, Birut Libanon: Darul Qutub, h

41 Akan tetapi menurut ulama Hanabilah, apabila barang jaminan itu bukan hewan atau sesuatu yang tidak memerlukan biaya pemiliharaan, seperti, tanah, maka pemegang tidak boleh memanfaatkanya. 61 Ulama Hanafiyah mengatakan apabila barang jaminan itu hewan ternak, maka pihak penerima gadai boleh memanfaatkan hewan itu apabila mendapat izin dari pemilik barang. Sedangkan ulama Malikiyah dan Syafi iyah mengatakan bahwa kebolehan memanfaatkan hewan ternak yang dijadikan barang jaminan oleh pemberi gadai, hanya apabila hewan itu dibiarkan saja tanpa diurus pemiliknya. 62 Madzhab Maliki berpendapat gadai wajib dengan akad (setelah akad) pemberi gadai (rahin) dipaksakan untuk menyerahkan marhun untuk dipegang oleh penerima gadai (murtahin). Jika marhun sudah berada di tangan pemegang gadaian (murtahin), pemberi gadai (rahin) mempunyai hak memanfatkan, berbeda dengan pendapat Imam Asy Syafi i yang mengatakan hak memanfaatkan berlaku selama tidak merugikan/membahayakan penerima gadai (murtahin). 63 Para ulama fiqih sepakat bahwa barang yang dijadikan barang jaminan itu tidak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa menghasilkan sama sekali, karena tindakan itu termasuk tindakan yang menyia-nyiakan harta, akan tetapi bolehkah pihak pemegang barang jaminan (murtahin), memanfaatkan barang 61 Ibnu Qudamah, op. cit, h Wahbah az-zuhaili, loc.cit, h Sayid Sabiq, Fikih Sunnah 12, Alih Bahasa: H. Kamaludin A Marzuki, Pustaka, h,

42 jaminan itu? Sekalipun mendapat ijin dari pemilik barang jaminan, dalam persoalan ini terjadi perbedaan pendapat para Jumhur ulama fiqih. 64 Para ulama fiqih juga sepakat bahwa segala biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan barang-barang jaminan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya, yaitu orang yang berutang (rahin). 65 Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya, baik oleh pemiliknya maupun oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi penerimanya. Namun apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Hal ini dilakukan karena pihak pemilik barang (pemberi gadai) tidak memiliki barang secara sempurna yang memungkinkan ia melakukan perbuatan hukum (barangnya sudah digadaikan). Misalnya, mewakafkan, menjual dan sebagainya sewaktu-waktu atas barang yang telah digadaikan tersebut. Sedangkan hak penerima gadai (murtahin) terhadap barang tersebut hanya pada keadaan atau sifat kebendaannya yang mempunyai nilai, tetapi tidak pada guna pemanfaatan/ pemungutan hasilnya. murtahin hanya berhak menahan barang gadai, tetapi tidak berhak menggunakan atau memnfaatkan hasilnya, sebagaimana pemilik barang (pemberi gadai) tidak berhak menggunakan barangnya itu, tetapi sebagai pemilik apabila barang yang digadaikan itu mengeluarkan hasil, maka hasil itu menjadi miliknya Abu Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rasyid, Bidayatul Al- Mujtahid Wanihayat Wamuqtasid, Bairut: Dar Al-Jiil, 1409 H/1989, Jilid II, h Ibid, h Muhammad Sholikul Hadi, Op.cit. h

43 Secara jelas dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama madzhab dalam membahas pemanfaatan barang gadai di atas merupakan referensi bagi para pihak dalam transaksi gadai (rahn) untuk dapat memilih atau mencari jalan tengah dalam hal pemanfaatan barang yang digadaikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, sehingga tujuan utama gadai sebagai pengikat pada transaksi yang tidak tunai tidak terabaikan Htt://diansuhendri,blogspot,com/2008/06/konsep-gadai-syariah-dalam-fiqih-hlml. 31

44 BAB III PRAKTEK GADAI SAWAH DI DESA PENYALAHAN KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL A. Gambaran Umum Desa Penyalahan 1. Kondisi Geografis a. Letak dan Batas Desa Penyalahan Desa Penyalahan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. Sebagai Desa yang terletak di Kecamatan Jatinegara, Desa Penyalahan mempunyai batas wilayah yaitu: 1) Sebelah Utara : Desa Argatawang 2) Sebelah Timur : Desa Cerih dan Desa Sumbarang 3) Sebelah Selatan : Desa Sumbarang dan Desa Sitail 4) Sebelah Barat : Desa Mokaha 68 b. Luas wilayah Desa Penyalahan mempunyai luas wilayah desa ha yang terdiri dari : 1) Luas lahan sawah : ha 2) Luas lahan pekarangan : ha 3) Luas lain-lain : ha 68 Sumber Data Monografi Desa Penyalahan tahun

45 c. Struktur organisasi Dalam struktur pemerintahan Desa Penyalahan Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal di pimpin oleh seorang Kepala Desa. Dalam menjalankan pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh Sekretaris Desa dan Kepala Urusan (kaur). Adapun susunan pemerintahan Desa Penyalahan tahun 2008 sebagai berikut: Tabel I Struktur Pemerintahan Pada Tahun No Jabatan Nama 1 Kepala Desa Khudori 2 Sekretaris Desa Umu Fadilah 3 Ka. Ur.Pemerintahan Nahdiyin 4 Ka. Ur. Pembangunan Wahyu 5 Ka. Ur. Keuangan Mamluatun Hikmah 6 Ka. Ur. Kesra Ahmad Mukhtar 7 Ka. Ur. Umum Umi Azizah 8 Ka. Ur. Dusun Jabidin Desa Penyalahan terdiri dari 783 kepala keluarga dengan penduduk yang berjumlah 2,774 jiwa yang terdiri 1,256 orang perempuan dan 1,518 orang laki-laki Kondisi Sosial, Budaya, Keagamaan dan Ekonomi a. Keadaan Sosial Penduduk Desa Penyalahan sangat memperhatikan pendidikan untuk masa depan anak-anaknya. Hal ini terlihat dari banyaknya 69 Ibid. 70 Ibid. 33

46 jumlah penduduk usia sekolah yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai taraf SMU dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi (D2 dan S1) dan pendidikan yang bersifat keagamaan, yaitu pendidikan di pondok pesantren. Adapun klasifikasi penduduk menurut pendidikan adalah sebagai berikut : Tabel 2 Jenis Pendidikan Penduduk Pada Tahun No Jenis pendidikan Jumlah 1 Belum sekolah Usia 7-15 tahun tidak pernah sekolah Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA 67 7 Tamat D Tamat D Tamat S-1 4 Total Di desa Penyalahan juga terdapat fasilitas umum seperti tempat peribadatan, sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya. Tabel 3 Banyaknya Sarana Umum di Desa Penyalahan Tahun No Jenis sarana Jumlah 1 Masjid 3 2 Musholla 17 3 Taman Kanak-kanak 2 4 Sekolah Dasar 2 5 Sekolah Menengah Pertama 1 6 Madrasah Ibtidaiyyah 1 7 Balai Desa 1 71 Ibid. 72 Ibid. 34

47 8 Lapangan Olah Raga 1 Dalam upaya untuk mewujudkan terciptanya suatu keadilan sosial bagi masyarakat Desa Penyalahan dengan pemerataan pembangunan yang bergerak di bidang sosial meliputi : 1) Peningkatan kesadaran sosial 2) Perbaikan pelayanan sosial 3) Bantuan sosial bagi anak-anak yatim piatu. 73 b. Keadaan Budaya Masyarakat Desa Penyalahan sebagai masyarakat ber-etnis Jawa yang mempunyai corak budaya seperti masyarakat Jawa pada umumnya. Budaya masyarakat Desa Penyalahan sebagian besar dipengaruhi oleh ajaran Islam, budaya tersebut dipertahankan oleh masyarakat Desa Penyalahan sejak dahulu sampai sekarang, Adapun budaya tersebut adalah: 1) Berzanji, kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dengan cara membaca kitab Al-Berzanji, biasanya dilakukan seminggu sekali pada malam jum at bertempat di masjid dan musholla. 2) Yasinan, budaya ini dilaksanakan seminggu sekali oleh masyarakat dengan membaca surat yasin pada malam Jum at. 3) Rebana, kegiatan kesenian ini dilakukan untuk memeriahkan acara pernikahan, acara khitanan dan hari-hari besar Agama Islam. 73 Ibid 35

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang zaman. Keabadian dan kekuatan Islam telah terbukti sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang zaman. Keabadian dan kekuatan Islam telah terbukti sepanjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman. Keabadian dan kekuatan Islam telah terbukti sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB II LANDASAN TEORITIS.  artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Gadai Syariah 1. Pengertian Gadai Syariah Menurut pengertian bahasa gadai berasal dari kata " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS 21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang

Lebih terperinci

BAB II GADAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB II GADAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM BAB II GADAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM A. Pandangan Umum tentang Gadai Gadai adalah menjadikan benda yang bersifat harta (harta benda) sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapat dibayarkan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang 59 BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Berdasarkan Landasan teori dan Penelitian yang peneliti peroleh di Kelurahan Ujung Gunung

Lebih terperinci

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari Secara teknis menahan salah satu harta peminjam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI. dalam bahasa Arab juga memiliki pengertian tetap dan kontinyu. 3 Ada yang

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI. dalam bahasa Arab juga memiliki pengertian tetap dan kontinyu. 3 Ada yang BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG GADAI A. Pengertian Gadai Gadai menurut bahasa berarti menggadaikan, merunggukan atau jaminan (borg). 1 Istilah gadai dalam bahasa Arab diistilahkan Ar-rahn. 2 Rahn dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut

Lebih terperinci

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku sepanjang zaman. Rasulullah saw diberi

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA 68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktik Gadai Ganda Kendaraan Bermotor di Kelurahan

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al 48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat BAB III STUDI PUSTAKA A. Pengertian Gadai Syariah (Ar-Rahn) Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga disebut al-habs. Secara etimologis arti rahn adalah tetap dan lama,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Gadai Sawah di Desa Morbatoh Kecamatan Banyuates Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti

Lebih terperinci

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem dan prosedur gadai emas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar hidup saling tolong menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang mampu harus menolong orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi dengan berbagai sunnah-nya agar syariah yang Ia turunkan lewat Rasul-Nya semakin subur di muka

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pauh adalah sebuah Desa di Kecamatan Limpasu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan Indonesia. Persentase luas Desa Pauh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Kasus Perkasus Dari hasil penelitian dilapangan yang telah penulis lakukan melalui wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah ini

Lebih terperinci

SKRIPSI. Dalam Ilmu Syari ah

SKRIPSI. Dalam Ilmu Syari ah ANALISIS FIQH MU AMALAH TERHADAP JUAL BELI POHON SENGON DENGAN SISTEM PENEBANGAN DITANGGUHKAN DI DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM

RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM BAB II RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Rahn Yang dimaksud hutang piutang adalah memberikan sesuatu baik itu berupa uang atau benda berharga lainnya dalam jumlah tertentu

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn,

BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn, BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn, yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau tanggungan

Lebih terperinci

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI 22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al- BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI 66 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. ANALISIS DARI PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH Manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Islam adalah merupakan agama yang paling sempurna, agama Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah saja, namun di dalamnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu. BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Gadai (Rahn) Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu. Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan lama, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. AKAD 1. Pengertian Akad Kata akad berasal dari Bahasa Arab al- aqd yang secara etimolagi berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan, (al-ittifaq). Secara terminologi fiqh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang sangat gencarnya dalam melakukan peningkatan perekonomian nasional. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK A. Pelaksanaan Gadai Sawah di Desa Undaan Lor, Karanganyar, Demak Berdasarkan Syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Emas Dengan Akad Rahn Di BNI Syariah Bukit Darmo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa Bumiharjo, Kec Batanghari, Kab Lampung-Timur Untuk mendapatkan informasi mengenai mekanisme

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN AKAD RAHN

ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN AKAD RAHN ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN AKAD RAHN (STUDI KASUS DI BANK SYARIAH MEGA INDONESIA CABANG SEMARANG) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jual Beli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Jual beli Jual beli (al-bay ) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan: Ba a asy-syaia jika

Lebih terperinci

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal sejarah manusia,orang-orang bekerja keras dalam kehidupan untuk memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah berikan bagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid BAB IV ANALISIS A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid Mazhab Syafi i dan mazhab Hanbali berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan dana, sementara barang yang digadaikan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk sosial, mereka akan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis terhadap Praktik Kerjasama Budidaya Lele

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Syariat Islam merupakan ajaran yang universal yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada ummatnya ke dunia ini sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami makna yang terkandung dalam judul skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan penegasan seperlunya. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proposional.

Lebih terperinci

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG SKRIPSI Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

Lebih terperinci

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) A. Pengertian Ar-Rahn Pengertian gadai (Ar-Rahn) secara bahasa adalah tetap, kekal dan jaminan, sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyadera sejumlah harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gadai dalam Bahasa Arab disebut rahn, yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Secara syara, rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Hutang Piutang Dan Hibah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI DiajukanOleh : AMIRUDDIN MahasiswaSekolahTinggi Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung Berdasarkan uraian data sebagaimana yang telah ditamnpilkan di Bab III tentang praktik lelang barang jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian masyarakat yang senantiasa berkembang secara dinamis, membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek kehidupan. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul skripsi ini, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi makelar

Lebih terperinci

MEKANISME PEMBIAYAAN RAHN SEBAGAI PRODUK JASA DI BMT MARHAMAH WONOSOBO

MEKANISME PEMBIAYAAN RAHN SEBAGAI PRODUK JASA DI BMT MARHAMAH WONOSOBO MEKANISME PEMBIAYAAN RAHN SEBAGAI PRODUK JASA DI BMT MARHAMAH WONOSOBO TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu Perbankan Syari ah Oleh: SITI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan mu amalah ialah Ijarah. Menurut bahasa, Ijarah berarti upah atau ganti atau imbalan. Karena itu lafaz Ijarah mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010)

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1) dalam

Lebih terperinci