BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian merupakan tahapan, proses, urutan ataupun alur kerja untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan diawali dengan tahapan pengetesan sampel Fly Ash dan Bottom Ash dari PT.SOCI MAS. Adapun tahap pelaksanaan penelitian pada Labaoraturium antara lain: 3.1 Lokasi dan Waktu Pengujian a. Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Departemen Teknik Sipil. b. Waktu Pengujian dilakukan mulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember Metode Penelitian Secara singkat tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dijabarkan pada langkah- langkah berikut ini; a. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk mempelajari penelitian - penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terutama mengenai komposisi bahan penyusun yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari kemungkinan pemakaian bahan tambahan lainnya pada komposisi penyusun yang mungkin bisa memperbaiki sifat sifat penelitian tersebut. b. Pemeriksaan Bahan dan pembuatan benda uji Pemeriksaan ini dilakukan terhadap bahan - bahan yang akan digunakan sebagai penyusun. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain: 25

2 1) Pemeriksaan Sifat Semen, antara lain; a) Pemeriksaan kehalusan butir b) Pemeriksaan waktu ikat semen 2) Pemeriksaan Agregat, antara lain; a) Pemeriksaan gradasi butiran agregat b) Pemeriksaan kadar lumpur c) Pemeriksaan kandungan organik d) Pemeriksaan kadar liat e) Pemeriksaan berat isi agregat f) Pemeriksaan berat jenis dan arbsorpsi 3) Pemeriksaan kadar bahan kimia dalam air 4) Perendaman benda uji 5) Pengujian absorpsi bata beton 6) Pengujian kuat tekan pada umur 28 hari 7) Pengujian ketahanan aus dan ketahanan terhadap natrium sulfat c. Desain bata beton Dari hasill pengujian akan dilakukan perhitungan struktur untuk mendesain ukuran dan ketebalan bata beton beton yang paling optimal. 3.3 Bahan yang Digunakan Bahan penyusun Paving Block terdiri dari semen portland, agregat halus dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat batako yang diinginkan. Biasanya perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan penyusun Paving Block yang lebih ekonomis dan efektif. Bahan-bahan penyusun Paving Block yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Semen Portland Semen Portland yang dipergunakan adalah semen dengan merk dagang Semen Andalas dalam kemasan 50 kg. 26

3 3.3.2 Pasir Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi: a. Analisa ayakan pasir; b. Pemeriksaan berat isi agregat halus; c. Pemeriksaan kandungan organik (colorimetric test) pada agregat halus; d. Pemeriksaan berat jenis pada semen dan fly ash; e. Pemeriksaan kadar lumpur dan kadar liat agregat halus Air Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Fly Ash dan Bottom Ash Pada penelitian ini, digunakan Fly Ash dan Bottom Ash hasil dari sisa pembakaran batu bara sebagai bahan substitusi semen dan pasir. 3.4 Pemeriksaan Bahan Penyusun Paving Block Analisa Ayak Agregat Halus (SNI ) dan Analisis Ayak Bottom Ash a. Tujuan Percobaan 1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir dan Bottom Ash 2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir dan Bottom Ash b. Peralatan 1) Timbangan 2) Sieve shaker machine 27

4 3) 1 set ayakan 4) Oven 5) Sample splitter c. Bahan 1) Pasir kering oven sebanyak 1000 gram. 2) Bottom Ash d. Prosedur Percobaan 1) Ambil pasir dan Bottom Ash yang telah kering oven (110±5) ºC; 2) Sediakan pasir dan Bottom Ash sebanyak 2 sampel masingmasing seberat 1000 gr dengan menggunakan sampel splitter; 3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan; 4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine; 5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat; 6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit; 7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan; 8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2. e. Rumus (3.1) Dimana: FM = Fineness Modulus Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan (fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut: - Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60 - Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90 28

5 - Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20 f. Hasil Percobaan Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,51 Modulus kehalusan Bottom Ash (FM) = 2,406 Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus. (2,20 < FM < 2,60) Berat Isi Agregat Halus (ASTM C-29) dan Berat isi Bottom Ash. a. Tujuan Percobaan 1) Menentukan berat isi agregat halus pasir dan Bottom Ash b. Peralatan 1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel 2) Batang perojok 3) Bejana besi 4) Termometer 5) Sekop Kecil c. Bahan 1) Pasir Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC 2) Air d. Prosedur Percobaan 1) Dengan cara merojok: a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir dan Bottom Ash sampai bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara merata pada permukaannya; Pasir Bottom Ash ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi pasir Bottom Ash sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus lapisan dibawahnya; 29

6 e. Rumus b) Timbang bejana + pasir / Bottom Ash; c) Pasir dan Bottom Ash dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana; 2) Cara menyiram: a) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dan Bottom Ash dengan cara menyiram dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya. b) Timbang bejana + pasir / Bottom Ash. Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana. Percobaan dilakukan untuk 2 sampel. (3.2) Dimana: ρ = Berat isi pasir (gr/cm 3 ) m = Berat pasir (gr) v = volume bejana (cm 3 ) f. Hasil Percobaan Pasir Berat isi dengan cara merojok: 1,677 gr/cm 3 Berat isi dengan cara menyiram: 1,562 gr/cm 3 g. Hasil Percobaan Bottom Ash Berat isi dengan cara merojok: 1,421 gr/cm 3 Berat isi dengan cara menyiram: 1,331 gr/cm 3 30

7 3.4.3 Pengujian Kadar Organik Pasir/Colorimetric Test (SNI ) dan Kadar Organik Bottom Ash/ Colorimetric Test. a. Tujuan Percobaan Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus. b. Peralatan 1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml 2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml 3) Timbangan 4) Mistar 5) Standar warna Gardner 6) Sendok pengaduk 7) Sampel splitter c. Bahan 1) Pasir dan Bottom Ash kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm 2) NaOH padat 3) Air d. Prosedur percobaan 1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi seperempat bagian; 2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol; 3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH larut; 4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm); 5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit; 31

8 6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncang-guncang pada arah mendatar selama 8 menit; 7) Campuran didiamkan selama 24 jam; 8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar warna Gardner. e. Rumus/standar Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut: 1) Standar warna no. 1: berwarna bening/jernih 2) Standar warna no. 2: berwarna kuning muda 3) Standar warna no. 3: berwarna kuning tua 4) Standar warna no. 4: berwarna kuning kecoklatan 5) Standar warna no. 5: berwarna coklat Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan dengan air. f. Hasil Percobaan Warna material pasir adalah kuning muda (Standar no. 2) Warna material Bottom Ash adalah kuning kecoklatan (Standar no. 4) Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200) a. Tujuan Percobaan Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan Bottom Ash. b. Peralatan 1) Ayakan no ) Oven 3) Timbangan 4) Pan 32

9 c. Bahan 1) Pasir kering oven 2) Kerikil kering oven 3) Air d. Prosedur Percobaan 1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2 (dua) sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan kering oven; 2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran; 3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui ayakan terlihat jernih dan bersih; 4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam; 5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat; 6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil. e. Rumus (3.3) Dimana: KL = Kadar lumpur agregat (%) A = Berat sampel mula-mula (gr) B = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam (gr) Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar lumpur pasir < 5%. 33

10 f. Hasil Penelitian Kadar lumpur Bottom Ash rata-rata = 4,4% (Bottom Ash memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan) Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump) a. Tujuan Percobaan Menentukan persentase kadar liat dalam pasir dan Bottom Ash. b. Peralatan 1) Ayakan no ) Oven 3) Timbangan 4) Pan c. Bahan 1) Pasir sisa pengujian kadar lumpur 2) Aquades 3) Air d. Prosedur Percobaan 1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades selama 24 jam; 2) Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan ada pasir yang ikut terbuang; 3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil diremas-remas selama ± 5 menit; 4) Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven bersuhu 110 ± 5 ºC selama 24 jam; 5) Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat. 34

11 e. Rumus (3.4) Dimana: A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur) (gr) B = Berat pasir setelah di oven (gr) Pasir yang memenuhi persyaratan, bila kadar liat pasir <1%. f. Hasil Percobaan Kadar liat rata-rata = 0,42 % (pasir memenuhi syarat untuk dipakai dalam campuran batako) Pengujian Berat Jenis Semen (SNI ) dan Berat Jenis Fly Ash a. Tujuan Percobaan: Menentukan berat jenis semen. B. Peralatan: 1) Timbangan dengan ketelitian gr 2) Botol Le Chatelir 3) Cawan Porselin 4) Gelas Ukur 5) Corong Kaca c. Bahan 1) Semen Portland 2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Petroleoum Institute) d. Prosedur Percobaan: 1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0 dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan. 35

12 e. Rumus: 2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan pada botol Le Chatelir 20 o C untuk mengunakan suhu cairan dalam piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir. 3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir (V1). 4) Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam botol Le Chatelir, hindarkan penempelan semen pada dinding dalam botol Le Chatelir diatas cairan. 5) Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. 6) Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir (V2). (3.5) Dimana: V1 = Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir V2 = Pembacaan kedua pada skala botol Le Chatelir V2- V1 = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu Catatan: - Berat jenis semen portland antara Suhu ruangan yang diperbolehkan 20 o C - 24 o C. 36

13 f. Hasil Percobaan: Berat jenis semen: 3,062 gr/ml Prosedur pengujian berat jenis Fly Ash sama dengan prosedur pengujian berat jenis semen. Berat jenis Fly Ash : 2,43 gr/ml 3.5 Pembuatan Benda Uji Benda Uji Paving Block a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji batako: 1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm. 2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan dalam pembuatan benda uji. 3) Ember, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako. 4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan kedalam cetakan. 5) Sekop dan cangkul, untuk mengaduk campuran batako. 6) Mesin cetak Paving Block dengan ukuran cetakan (20 x 10 x 6) cm b. Prosedur Pembuatan benda uji Paving Block : 1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan. 2) Timbang semen, pasir dan dengan perbandingan 1 pc : 3 ps. Penambahan Fly Ash dan Bottom Ash dimulai dari 0%, 25%, 50% 75%, dan 100 % dari berat semen dan pasir dengan mengurangi jumlah semen pasir awal. 3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 3 ps untuk campuran selanjutnya dengan penambahan 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %. Aduk semua bahan sampai rata. 37

14 4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air secukupnya sampai tercapai campuran setengah basah (lengas tanah) yang merata. Secara sederhana, keadaan ini dapat diketahui dengan cara: Campuran yang telah merata dikepal dengan telapak tangan. Kemudian dijatuhkan dari ketinggian lebih kurang lebih kurang 1,2 meter kepermukaan tanah keras. Bila campuran sudah baik, 2/3 bagian tetap mengumpul dan 1/3 lainnya tersebar (Utomo, 2010). 5) Setelah itu adonan yang sudah tercampur merata dimasukkan kedalam cetakan Paving Block setinggi 2/3 bagian cetakan, kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar benar padat dengan alat pemadat. 6) Masukkan kembali adonan Paving Block kedalam cetakan hingga penuh, kemudian dipadatkan lagi 7) Setelah itu tutup cetakan dengan penutup mesin cetakan manual, kemudian di tekan hingga padat. Setelah padat, adonan di keluarkan dari mesin cetak Paving Block manual. 8) Lalu Paving Block yang sudah di tercetak diangkat secara perlahan dan letakkan ditempat yang teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan. 3.6 Perawatan Benda Uji Benda Uji Paving Block Perawatan Paving Block yang baik, yaitu sesuai dengan langkah-langkah berikut: a. Hindarkan Paving Block dari sinar matahari langsung dan air hujan agar pengikatan adonan sesuai yang diharapkan. b. Perawatan Paving Block selama 28 hari yaitu dengan merendam dan dengan menjaga suhu ruangan. 38

15 3.7 Pengujian Benda Uji Pengujian Penyerapan Air a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air: 1) Wadah berisi air untuk merendam benda uji hingga Paving Block jenuh air. 2) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan Paving Block dari kelebihan air setelah di rendam. 3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang Paving Block dalam keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr. 4) Oven dipergunakan untuk mengeringkan Paving Block akan kandungan air setelah direndam. Oven yang dipergunakan dilengkapi pengatur suhu, dengan suhu antara 105 o C sampai dengan 110 o C. b. Prosedur Pengujian: Paving Block yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam keadaan kering. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah: 1) Paving Block dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel. 2) Paving Block dimasukan kedalam oven selama 24 jam/sehari, sehingga didapati Paving Block dalam kering oven. 3) Timbang Paving Block, sehingga didapat berat Paving Block dalam keadaan kering oven. 4) Rendam Paving Block selama 24 jam /sehari atau hingga Paving Block sudah keadaan jenuh. 5) Timbang Paving Block, sehingga didapati berat Paving Block dalam keadaan jenuh. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, penyerapan air dapat dihitung. 39

16 3.7.2 Pengujian Kuat Tekan a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tekan: 1) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan. Mistar sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm. 2) Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton (compression machine). b. Prosedur Pengujian: 1) Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama ± 24 jam. 2) Timbang berat benda uji lalu letakkan pada compressor machine sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya. 3) Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh. 4) Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka cata skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut. 5) Percobaan diulang untuk setiap benda uji. 6) Hitung kuat tekan batako dengan persamaan rumus Dimana : P = beban tekan, N L = luas bidang tekan mm Pengujian Ketahanan Terhadap Natrium Sulfat a. Peralatan pengujian : 1) Larutan jenuh garam natrium sulfat yang jernih dengan berat jenis antara 1,151-1,

17 2) Bejana tempat merendam contoh dalam larutan natrium sulfat b. Prosedur Pengujian : 1) Dua buah benda uji utuh (bekas pengujian ukuran) dibersihkan dari kotoran yang melekat, kemudian dikeringkan dalam dapur pengering pada suhu (105+2) C hingga berat tetap lalu didinginkan dalam desikator. 2) Setelah dingin ditimbang sampai ketelitian 0,1 gram, kemudian direndam dalam larutan jenuh garam natrium sulfat selama 16 sampai dengan 18 jam, setelah itu diangkat dan didiamkan dulu agar cairan yang berlebih meniris. 3) Selanjutnya masukkan benda uji kedalam dapur pengering pada suhu (105+2) C selama kurang lebih 2 jam, kemudian didinginkan sampai suhu kamar. 4) Ulangi pernedaman dan pengeringan ini sampai 5 kali berturutturut. 5) Pada pengeringan yang terakhir, benda uji dicuci sampai tidak ada lagi sisa sisa garam sulfat yang tertinggal. 6) Untuk mengetahui bahwa tidak ada lagi garam sulfat yang tertinggal, larutan pencucinya dapat diuji dengan larutan. 7) Untuk mempercepat pencucian dapat dilakukan pencucian dengan air panas bersuhu kurang lebih C. 8) Setelah pencucian sampai bersih, benda uji dikeringkan dalam dapur pengering sampai berat tetap (± 2-4 jam), didinginkan dalam desikator. Kemudian ditimbang lagi sampai ketelitian 0,1 gram. 9) Disamping itu diamati keadaan benda uji apakah setelah perendaman dalam larutan garam natrium sulfat terjadi atau nampak adanya retakan, gugusan atau cacat-cacat lainnya. 10) Laporkan keadaan setelah perendaman itu dengan kata-kata : 41

18 - Baik/ tidak cacat, bila tidak nampak adanya retak-retak atau perubahan lainnya - Cacat/ retak-retak, bila nampak adanya retak-retak (meskipun kecil), rapuh, gugus dan lain- lain. 11) Apabila selisih penimbangan sebelum perendaman dan setelah perendaman tidak lebih dari 1 % dan benda uji tidak cacat nyatakan benda-benda uji tadi baik. Bila selisih penimbangan dari 2 diantara 3 benda uji tadi lebih besar dari 1 %, sedang benda ujinya baik (tidak cacat) nyatakan benda uji secara keseluruhan menjadi cacat Pengujian Ketahanan Aus a. Prosedur penelitian 1) Ambil lima buah contoh uji dipotong berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 50 mm x 50 mm dan tebal 20 mm (untuk pengujian ketahanan aus). 2) Sisa dari pemotongan dibuat benda uji persegi dengan ukuran kurang dari 20 mm (untuk penentuan berat jenis) 3) Mesin aus yang dipergunakan, cara-cara mengaus dan mencari berat jenis dikerjakan sesuai SNI , cara uji ubin semen. 4) Benda uji yang telah diukur dan telah ditimbang, diletakkan pada tempatnya pada mesin pengaus, dibebani dengan beban tambahan sebesar 3 1/3 kg. 5) Mesin pengaus dijalankan dans etelah pengaus pertama berlangsung 1 menit, benda uji diputar 90, dan pengausan dilanjutkan. 6) Setiap setelah pengausan berlangsung 1 menit benda uji diputar 90, dan hal ini dilakukan sampai berlangsung 5x1 menit. Selama menit-menit pengausan, permukaan yang diaus harus 42

19 selalu diamati setiap menit apakah lapisan kepala ini telah ada yang habis. 7) Benda uji yang lapisan kepalanya tidak habis setelah pengausan selama 5 menit, dibersihkan dari debu dan serpihan kemudian ditimbang ampai ketelitian 10 mg. 8) Jika sebelum pengausan berlangsung 5 menit lapisan kepala telah ada yang habis, pengausan dihentikan pada menit terakhir habisnya lapisan kepala, lalu benda uji dibersihkan dari debu dan ditimbang. 9) Catat hasil penimbangan ini dan hitung selisih berat benda uji sebelum dan sesudah diaus. Bagi benda uji yang belum habis lapisan kepalanya, pengausan dapat dilanjutkan sampai pada menit-menit habisnya lapisan kepala atau sampai menit ke ) Benda uji untuk berat jenis lapisan kepala, setelah kering ditimbang lalu ditentukan volumenya. Hitung berat jenis masing-masing benda uji dengan ketelitian sampai 2 desimal, dan hitung nilai rata-rata dari 10 benda uji. 11) Ketahanan aus masing-masing benda uji dapat dihitung sebagai berikut : Dimana : A = selisih berat benda uji sebelum dan sesudah diaus (gr) BJ= berat jenis rata-rata lapisan kepala (gr/cm 3 ) I = Luas permukaan bidang aus, dalam (cm 2 ) w = Lamanya pengausan (menit) 43

20 3.8 Perhitungan Mix Design Paving Block Perhitungan mix design Paving Block ini didasarkan pada perbandingan komposisi Semen : Pasir yaitu 1: 3. Dan dalam pencampuran ini air yang dipakai menggunakan sistem trial. Tabel 3.1 Komposisi perencanaan Paving Block 27 sampel Semen Pasir 1 3 No. Variasi Semen (kg) Pasir (kg) Fly Ash (kg) Air (ltr) 1. 0% 22,575 67, , % 16, ,725 5, % 11, ,725 11, , % 5, ,725 16, , % 0 67,725 22, No. Variasi Semen (kg) Pasir (kg) Bottom Ash (kg) Air (ltr) 1. 25% 22,575 50, , % 22,575 33, , , % 22,575 16, , % 22, ,725 16,2 No. Variasi Semen (kg) Pasir (kg) Fly Ash (kg) Bottom Ash (kg) Air (ltr) 1. 25% 19, , , , % 16, , , , , % 14, , , , % 11, , , ,

21 Gambar 3.1. Diagram alir penelitian Mulai Identifikasi masalah Studi literatur & pengumpulan data Persiapan bahan Semen Pasir Fly Ash dan Bottom Ash Pengujian Bahan Pembuatan Benda Uji Paving Block Masa pemeliharaan selama 28 hari absorbsi, kuat tekan, ketahanan aus dan ketahanan terhadap natirum sulfat. Data Analisa data dan Pembahasan Ya Memenuhi standar SNI Kesimpulan dan saran Selesai Tidak 45

22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Paving Block Pengujian Daya Serap berikut: Adapun hasil pengujian daya serap air pada Paving Block adalah sebagai Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengujian Daya Serap No Variasi Jenis Berat Kering (kg) Berat Basah (kg) Absorbsi Air (%) 1 PAVING 0% 3,094 3,207 3,652 2 BLOCK 0% 2,943 3,034 3,092 3 NORMAL 0% 3,159 3,268 3, % 3,056 3,150 3, % 3,160 3,251 2, PAVING 25% FA 2,701 2,837 5,035 2 BLOCK 25% 25% FA 2,718 2,846 4, FLY ASH 25% FA 2,886 3,000 3, % FA 2,940 3,025 2, % FA 2,900 2,983 2,862 1 PAVING 50% FA 2,714 2,930 7,958 2 BLOCK 50% 50% FA 2,618 2,843 8,594 3 FLY ASH 50% FA 2,698 2,950 9, % FA 2,832 3,026 6, % FA 2,549 2,800 9,847 1 PAVING 75% FA 2,446 2,813 15,004 2 BLOCK 75% 75% FA 2,276 2,634 15,729 3 FLY ASH 75% FA 2,252 2,682 19, % FA 2,167 2,516 16, % FA 2,341 2,666 13,883 1 PAVING 100% FA BLOCK HANCUR 100% FLY ASH PAVING 25% BA 2,794 3,017 7,981 2 BLOCK 25% 25% BA 2,721 2,944 8,195 3 BOTTOM 25% BA 2,607 2,829 8, % BA 2,631 2,840 7,944 5 ASH 25% BA 2,668 2,883 8,058 1 PAVING 50% BA 2,510 2,676 6,613 Ratarata (%) 3,229 3,889 8,519 15,963-8,139 46

23 2 BLOCK 50% 50% BA 2,633 2,753 4,558 3 BOTTOM 50% BA 2,521 2,684 6,466 4 ASH 50% BA 2,698 2,839 5, % BA 2,653 2,784 4,938 1 PAVING 75% BA 2,635 2,806 6,489 2 BLOCK 75% 75% BA 2,711 2,862 5,569 3 BOTTOM 75% BA 2,611 2,845 8, % BA 2,688 2,789 3,757 5 ASH 75% BA 2,743 2,856 4,119 1 PAVING 100% BA 2,302 2,500 8,601 2 BLOCK 100% BA 2,426 2,543 4, % 100% BA 2,268 2,440 7, % BA 2,217 2,347 5,864 5 BOTTOM 100% BA 2,350 2,468 5,021 ASH 1 PAVING 25% FABA 2,795 2,936 5,045 2 BLOCK 25% 25% FABA 2,866 3,046 6,281 3 FLY ASH 25% FABA 2,830 2,979 5,265 4 BOTTOM 25% FABA 2,685 2,851 6,182 5 ASH 25% FABA 2,710 2,878 6,199 1 PAVING 50% FABA 2,694 2,971 10,282 2 BLOCK 50% 50% FABA 2,656 2,932 10,392 3 FLY ASH 50% FABA 2,578 2,852 10,628 4 BOTTOM 50% FABA 2,612 2,872 9,954 5 ASH 50% FABA 2,588 2,831 9,389 1 PAVING 75% FABA 2,584 2,785 7,779 2 BLOCK 75% 75% FABA 2,540 2,676 5,354 3 FLY ASH 75% FABA 2,644 2,829 6,997 4 BOTTOM 75% FABA 2,577 2,753 6,829 5 ASH 75% FABA 2,726 2,812 3,155 1 PAVING 100% FABA 2,333 2,599 11,402 2 BLOCK 100% 100% FABA 2,207 2,534 14,816 3 FLY ASH 100% FABA 2,292 2,542 10,908 4 BOTTOM 100% FABA 2,196 2,536 15,483 5 ASH 100% FABA 2,225 2,552 14,697 5,560 5,779 6,379 5,794 10,129 6,023 13,461 47

24 Gambar 4.1 Nilai absorbsi dengan substitusi fly ash Gambar 4.2 Nilai absorbsi dengan substitusi bottom ash 48

25 Gambar 4.3 Nilai absorbsi dengan substitusi fly ash dan bottom ash Absorbsi Gambar 4.4 grafik hubungan antara substitusi Fly Ash dan Bottom Ash terhadap absorbsi Dari grafik komposisi Paving Block yang diuji, nilai penyerapan air terkecil terjadi pada Paving Block normal dengan nilai penyerapan air sebesar 3,229%. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash yang terkecil adalah 49

26 pada Paving Block 25% Fly Ash sebesar 3,998% dan yang terbesar pada Paving Block 75% Fly Ash sebesar 15,963%. Namun pada Paving Block 100% Fly Ash nilai penyerapan air tidak dapat dihitung karena Paving Block hancur, disebabkan Fly Ash hanya memiliki kandungan kapur yang rendah sehingga Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Bottom Ash yang terkecil adalah pada Paving Block 50% Bottom Ash sebesar 5,560% dan yang terbesar adalah Paving Block 25% Bottom Ash sebesar 8,139%. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash Bottom Ash yang terkecil adalah pada Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash sebesar 5,794% dan yang terbesar adalah Paving Block 100% Fly Ash Bottom Ash sebesar 13,461%. Penggunaan variasi substitusi Fly Ash yang besar dapat menyebabkan nilai absorbsi yang besar dikarenakan sifat fisik dari Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna sehingga penyerapan air semakin besar dan Fly Ash tidak dapat menggantikan fungsi dari semen Pengujian Kuat Tekan Adapun hasil pengujian kuat tekan pada Paving Block dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.2. Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan No Jenis Luas Penampang (mm 2 ) Massa Paving Block (kg) Beban Tekan (KN) Kuat Tekan (MPa) 1 0% 0,36 0, ,67 2 0% 0, ,11 3 0% 0,36 0, ,22 4 0% 0,36 0, ,22 5 0% 0,36 0, ,67 6 0% 0,36 0, ,89 7 0% 0,36 0, ,11 8 0% , ,33 9 0% , , % , ,00 50

27 KUAT TEKAN RATA-RATA 25, % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA , , % FA , , % FA , KUAT TEKAN RATA-RATA 25, % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA , , % FA , , % FA , ,56 KUAT TEKAN RATA-RATA 14, % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA 0,36 0, , % FA , , % FA , , % FA , ,78 KUAT TEKAN RATA-RATA 7,22 1 Variasi ke dengan substitusi Fly Ash 100 % hancur

28 KUAT TEKAN RATA-RATA % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, % BA , , % BA , , % BA , ,89 KUAT TEKAN RATA-RATA 27, % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA , , % BA , , % BA , ,56 KUAT TEKAN RATA-RATA 15, % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA , , % BA , , % BA , ,22 KUAT TEKAN RATA-RATA 19, % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, ,67 52

29 3 100% BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA 0,36 0, , % BA , , % BA , , , ,11 KUAT TEKAN RATA-RATA 17, % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA , , % FABA , , % FABA , ,22 KUAT TEKAN RATA-RATA 26, % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA , , % FABA , , % FABA , ,00 KUAT TEKAN RATA-RATA 19, % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA , , % FABA , , % FABA , ,67 53

30 KUAT TEKAN RATA-RATA 15, % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA 0,36 0, , % FABA , , % FABA , , % FABA , ,56 KUAT TEKAN RATA-RATA 10,50 Gambar 4.5 Nilai kuat tekan dengan substitusi fly ash 54

31 Gambar 4.6 Nilai kuat tekan dengan substitusi Bottom ash Gambar 4.7 Nilai kuat tekan dengan substitusi fly ash dan bottom ash 55

32 Gambar 4.8 Grafik hubungan antara substitusi Fly Ash dan Bottom Ash terhadap kuat tekan Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Kuat tekan tertinggi terdapat pada Paving Block dengan substitusi Bottom Ash sebesar 27,61 MPa. Dan kuat tekan terendah terdapat pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash sebesar 7,22 Mpa. Namun pada Paving Block dengan dengan substitusi 100% Fly Ash tidak dapat dilakukan uji tekan dikarenakan Paving Block sangat rapuh dan mudah hancur. Variasi sustitusi Fly Ash yang terlalu besar tidak dapat mencapai nilai kuat tekan yang besar dikarenakan Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna seperti pada semen. Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam kategori mutu B adalah Paving Block normal, Paving Block 25% Fly Ash, Paving Block 25% Bottom Ash, Paving Block 75% Bottom Ash, Paving Block 100% Bottom Ash, Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash, dan Paving Block 50% Fly Ash Bottom Ash. Paving Block dengan mutu B dapat digunakan untuk pelataran parkir. 56

33 Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam kategori mutu C adalah Paving Block 50% Fly Ash, Paving Block 50% Bottom Ash, dan Paving Block 75% Fly Ash Bottom Ash. Paving Block kategori mutu C dapat digunakan untuk pejalan kaki. Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam mutu D yaitu Paving Block dengan substitusi 100% Fly Ash dan Bottom Ash dan dapat digunakan untuk taman dan pengunaan lainnya. Paving Block dengan substitusi 75% Fly Ash tidak dapat dimasukkan kedalam kategori mutu D sebab nilai kuat tekan Paving Block ini berada dibawah syarat minimal mutu D. Tabel 4.3. Pengelompokan Variasi Paving Block Terhadap Mutu Sesuai SK SNI No. Variasi Kuat Tekan Rata-rata (Mpa) Kuat Tekan Menurut SNI SNI Mutu Sesuai SK SNI Rata-rata Min 1. 0% 25, ,0 B 2. 25% FA 25, ,0 B 3. 50% FA 14, ,5 C 4. 75% FA 7, ,5 D % FA % BA 27, ,0 B 7. 50% BA 15, ,5 C 8. 75% BA 19, ,0 B % FA 17, ,0 B % FABA 26, ,0 B % FABA 19, ,0 B % FABA 15, ,5 C % FABA 10, ,5 D 57

34 4.1.3 Pengujian Ketahanan Terhadap Natrium Sulfat Tabel 4.4. Tabel Hasil Pengujian Ketahanan Terhadap Natrium Sulfat No Variasi. Massa Sebelum Direndam Natrium Sulfat (Kg) Massa Setelah Direndam Natrium Sulfat (Kg) Selisih berat Paving Block Kehilangan Berat (%) Keadaan benda uji setelah Direndam 1 0% 3,034 3,012 0,022 0,725 Baik 2 0% 3,073 3,056 0,017 0,553 Baik 1 25% FA 2,815 2,798 0,017 0,603 Baik 2 25% FA 2,832 2,813 0,019 0,671 Baik 1 50% FA 2,714 2,686 0,028 1,032 Baik 2 50% FA 2,727 2,698 0,029 1,063 Baik 1 75% FA 2,347 2,312 0,035 1,491 Cacat 2 75% FA 2,448 2,411 0,037 1,511 Cacat 1 100% FA % FA % BA 2,741 2,721 0,020 0,729 Baik 2 25% BA 2,813 2,790 0,023 0,817 Baik 1 50% BA 2,508 2,486 0,022 0,877 Baik 2 50% BA 2,530 2,509 0,021 0,830 Baik 1 75% BA 2,644 2,620 0,024 0,908 Baik 2 75% BA 2,521 2,498 0,023 0,912 Baik 1 100% BA 2,283 2,266 0,017 0,745 Baik 2 100% BA 2,226 2,211 0,015 0,674 Baik 1 25% FABA 2,881 2,872 0,009 0,312 Baik 2 25% FABA 2,835 2,828 0,007 0,247 Baik 1 50% FABA 2,732 2,717 0,015 0,549 Baik 2 50% FABA 2,617 2,605 0,012 0,458 Baik 1 75% FABA 2,644 2,631 0,013 0,492 Baik 2 75% FABA 2,521 2,502 0,019 0,754 Baik 1 100% FABA 2,237 2,219 0,018 0,805 Baik 2 100% FABA 2,217 2,197 0,020 0,921 Baik Dari tabel hasil pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat, terlihat bahwa Paving Block hampir keseluruhan memenuhi syarat. Paving Block dengan substitusi 50% Fly Ash terlihat baik tetapi kehilangan berat melebihi 1% dan Paving Block dengan substitusi 75% terlihat cacat dan kehilangan berat melebihi 1% sehingga Paving Block ini dinyatakan cacat menurut SK SNI

35 4.1.4 Pengujian Ketahanan Aus No. Tabel 4.5. Tabel Hasil Pengujian Ketahanan Aus Variasi Massa Sebelum Pengausan (gr) Massa Setelah Pengausan (gr) Selisih Massa Sebelum dan Sesudah Pengausan (gr) Berat Jenis Lapisan Kepala (gr/cm 3 ) Lamanya Aus (menit) Luas (cm 2 ) Ketahanan Aus (mm/menit) 1. Paving , , Block , , Normal , , , , , ,331 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % FA , , , , , , , , , ,144 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % FA , , , , , , , , , ,729 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % FA , , , , , , , , , ,743 Ketahanan Aus Rata-Rata 1, % FA (Hancur)

36 Ketahanan Aus Rata-Rata % BA , , , , , , , , , ,152 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % BA , , , , , , , , , ,248 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % BA , , , , , , , , , ,202 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % , , BA , , , , , , , ,414 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % , , FABA , , , , , , , ,179 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % , , FABA , , , , , , , ,432 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % , ,517 60

37 2. FABA , , , , , , , ,620 Ketahanan Aus Rata-Rata 0, % , , FABA , , , , , , , ,779 Ketahanan Aus Rata-Rata 0,799 Gambar 4.9 Nilai ketahanan aus dengan substitusi fly ash 61

38 Gambar 4.10 Nilai ketahanan aus dengan substitusi bottom ash Gambar 4.11 Nilai ketahanan aus dengan substitusi fly ash dan bottom ash 62

39 Gambar 4.12 Grafik hubungan antara substitusi Fly Ash dan Bottom Ash terhadap ketahan aus Dari grafik hasil pengujian ketahanan aus, terlihat bahwa Paving Block normal, Paving Block 25% Fly Ash, Paving Block 25% Bottom Ash, Paving Block 75% Bottom Ash, Paving Block 100% Bottom Ash, Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash, dan Paving Block 50% Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu B menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,149 mm/menit dan rata-rata 0,130 mm/menit. Paving Block 50% Fly Ash, Paving Block 50% Bottom Ash, dan Paving Block 75% Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu C menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,184 mm/menit dan rata-rata 0,160 mm/menit. 63

40 Untuk Paving Block 100 % Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu D menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,251 mm/menit dan rata-rata 0,219 mm/menit. Namun pada Paving Block dengan dengan substitusi 100% Fly Ash tidak dapat dilakukan uji ketahanan aus dikarenakan Paving Block sangat rapuh dan mudah hancur. 4.2 Hasil Keseluruhan Pengujian Dari seluruh pengujian yang dilakukan didapat data- data sebagai berikut : a. Dari grafik komposisi Paving Block yang diuji, nilai penyerapan air terkecil terjadi pada Paving Block normal dengan nilai penyerapan air sebesar 3,229%. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash yang terkecil adalah pada Paving Block 25% Fly Ash sebesar 3,998% dan yang terbesar pada Paving Block 75% Fly Ash sebesar 15,963%. Namun pada Paving Block 100% Fly Ash nilai penyerapan air tidak dapat dihitung karena Paving Block hancur, disebabkan Fly Ash hanya memiliki kandungan kapur yang rendah sehingga Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Bottom Ash yang terkecil adalah pada Paving Block 50% Bottom Ash sebesar 5,560% dan yang terbesar adalah Paving Block 25% Bottom Ash sebesar 8,139%. Nilai penyerapan air pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash Bottom Ash yang terkecil adalah pada Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash sebesar 5,794% dan yang terbesar adalah Paving Block 100% Fly Ash Bottom Ash sebesar 13,461%. Penggunaan variasi substitusi Fly Ash yang besar dapat menyebabkan nilai absorbsi yang besar dikarenakan sifat fisik dari Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna sehingga penyerapan air semakin besar dan Fly Ash tidak dapat menggantikan fungsi dari semen. b. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Kuat tekan tertinggi terdapat pada Paving Block dengan substitusi Bottom Ash sebesar 27,61 MPa. Dan kuat tekan 64

41 terendah terdapat pada Paving Block dengan substitusi Fly Ash sebesar 7,22 Mpa. Namun pada Paving Block dengan dengan substitusi 100% Fly Ash tidak dapat dilakukan uji tekan dikarenakan Paving Block sangat rapuh dan mudah hancur. Variasi sustitusi Fly Ash yang terlalu besar tidak dapat mencapai nilai kuat tekan yang besar dikarenakan Fly Ash tidak dapat mengikat dengan sempurna seperti pada semen. Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam kategori mutu B adalah Paving Block normal, Paving Block 25% Fly Ash, Paving Block 25% Bottom Ash, Paving Block 75% Bottom Ash, Paving Block 100% Bottom Ash, Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash, dan Paving Block 50% Fly Ash Bottom Ash. Paving Block dengan mutu B dapat digunakan untuk pelataran parkir. Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam kategori mutu C adalah Paving Block 50% Fly Ash, Paving Block 50% Bottom Ash, dan Paving Block 75% Fly Ash Bottom Ash. Paving Block kategori mutu C dapat digunakan untuk pejalan kaki. Paving Block yang dapat dimasukkan kedalam mutu D yaitu Paving Block dengan substitusi 100% Fly Ash dan Bottom Ash dan dapat digunakan untuk taman dan pengunaan lainnya. Paving Block dengan substitusi 75% Fly Ash tidak dapat dimasukkan kedalam kategori mutu D sebab nilai kuat tekan Paving Block ini berada dibawah syarat minimal mutu D. c. Dari tabel hasil pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat, terlihat bahwa Paving Block hampir keseluruhan memenuhi syarat. Paving Block dengan substitusi 50% Fly Ash terlihat baik tetapi kehilangan berat melebihi 1% dan Paving Block dengan substitusi 75% terlihat cacat dan kehilangan berat melebihi 1% sehingga Paving Block ini dinyatakan cacat menurut SK SNI d. Dari grafik hasil pengujian ketahanan aus, terlihat bahwa Paving Block normal, Paving Block 25% Fly Ash, Paving Block 25% Bottom Ash, Paving Block 75% Bottom Ash, Paving Block 100% Bottom Ash, Paving Block 25% Fly Ash Bottom Ash, dan Paving Block 50% Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu B menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,149 mm/menit dan rata-rata 0,130 65

42 mm/menit. Paving Block 50% Fly Ash, Paving Block 50% Bottom Ash, dan Paving Block 75% Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu C menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,184 mm/menit dan rata-rata 0,160 mm/menit. Untuk Paving Block 100 % Fly Ash Bottom Ash mempunyai nilai ketahanan aus yang didapat tidak memenuhi standart Paving Block mutu D menurut SNI yaitu ketahanan aus minimal 0,251 mm/menit dan rata-rata 0,219 mm/menit. Namun pada Paving Block dengan dengan substitusi 100% Fly Ash tidak dapat dilakukan uji ketahanan aus dikarenakan Paving Block sangat rapuh dan mudah hancur. 4.3 Analisa Harga Perbandingan harga paving block K-300 di pasaran dengan paving block substitusi fly ash dan bottom ash. Tabel 4.6. Harga Paving Block No. Jenis Paving Block Harga (Rp) 1. Paving block 20x10x6 cm di Rp pasaran 2. Paving block 20x10x6 cm dengan Rp substitusi 25% FA 3. Paving block 20x10x6 cm dengan Rp substitusi 25% BA 4. Paving block 20x10x6 dengan substitusi 25% FABA Rp

43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh dan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Penyerapan air terbesar dari seluruh variasi percobaan adalah pada Paving Block dengan komposisi Fly Ash 75% yaitu sebesar 15,963%. b. Kuat tekan terbesar terdapat pada Paving Block dengan substitusi Bottom Ash 25% sebesar 27,61 MPa. c. Dari tabel hasil pengujian ketahanan terhadap natrium sulfat, terlihat bahwa Paving Block hampir keseluruhan memenuhi syarat, kecuali Paving Block dengan substitusi Fly Ash 50% dan Fly Ash 75%. d. Dari pengujian ketahanan aus didapat nilai ketahanan aus yang terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan standart SNI e. Terlihat perbandingan seluruh pengujian Paving Block normal dengan Paving Block substitusi Fly Ash dan Bottom Ash. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya maka disarankan sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, ketelitian, perencanaan, metode pekerjaan, alat dan bahan hingga perawatan haruslah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan panduan. b. Begitu banyaknya keterbatasan pada penelitian ini, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Pemilihan material sangat berpengaruh dengan mutu Paving Block yang akan di uji, termasuk kadar lumpur pada material pasir dapat menurunan mutu beton dan lebih banyak membutuhkan semen. 67

44 2) Pemeriksaan kandungan kimia terhadap Fly Ash dan Bottom Ash agar bisa diketahui zat kimia yang dikandung secara mendetail. 3) Menggunakan mesin khusus untuk membuat Paving Block, agar didapat hasil yang maksimal. Karena alat yang tidak memadai, proses pembuatan Paving Block pada penelitian ini masih dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dan memungkinkan kualitas dari Paving Block yang berbeda-beda dan tidak maksimal. 4) Penggunaan mesin pengaus yang kurang maksimal sehingga diperoleh ketahanan aus yang melebihi standart SNI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pemilihan Metode Desain Campuran Ada beberapa metode desain pencampuran beton sebagai dasar untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan rencana dan mempunyai sifat-sifat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON 2.1. Umum Beton merupakan hasil campuran Semen Portland (PC), agregar halus (pasir), agregat kasar (krikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah (admixtures) dengan proporsi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB IV METODE PENELITIAN A. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

Paving Block. Construction s Materials Technology

Paving Block. Construction s Materials Technology Paving Block Construction s Materials Technology introduction flooring stone used as in interior pedestrian wearing surface. (ASTM C 119) paving stone used in an interior pedestrian wearing surface as

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air, 22 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Bahan-bahan tersebut antara lain: 1. Agregat

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON

BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON 1. Calibration Of Measure ASTM C 29/C 29M 90 Suhu Ruangan o C 28 Suhu Air o C 26 Berat Bejana Kg 0.47 Berat Air Kg 1.85 Berat Isi Air Kg/m 3 996.77 Faktor Koreksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode pengujian dilakukan dengan menguji material beton yaitu agregat kasar dan agregat halus yang akan menjadi bahan pembentuk beton yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengujian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON METODE DOE Design Of Experiment (DOE) adalah sebuah pendekatan sistematik untuk menginvestigasi suatu sistem atau proses. Secara umum, DOE merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C a)

ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C a) LAMPIRAN I - PEMERIKSAAN MATERIAL ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C 136-84a) Nama : Muhammad Fauzi NIM : 10 0404 170 Diuji oleh : Muhammad Fauzi Diameter ayakan Berat Tertahan Berat Berat Total Kumulatif (mm)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai September 2014 di laboratorium fisika STIPAP dan laboratorium beton teknik USU. B. Peralatan Peralatan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI FERDINAND FASSA, S.T., M.T. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2016 1 I. PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR A. Pendahuluan Pasir adalah butiran butiran mineral yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan yang meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sampel, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian 23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON Umum Analisa data dilakukan dengan melakukan pengujian material di laboratorium. Dengan melakukan pekerjaan ini, akan didapatkan karakteristik bahan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer). 27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dinas Binamarga Provsu. Objek dalam penelitian ini adalah beton non pasir

BAB III METODE PENELITIAN. Dinas Binamarga Provsu. Objek dalam penelitian ini adalah beton non pasir BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton UPT. Pengujian Dan Pengendalian Mutu Dinas Binamarga Provsu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. SISTEMATIKA PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian di laboratorium sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar Indonesia SNI

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON BAB III METODE PENELITIAN 3.1. URAIAN UMUM Langkah-langkah yang mengawali penelitian dilaksanakan berdasarkan peraturan dan standart yang berlaku, dalam hal ini digunakan acuan SK SNI T 15 1990 03 dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Dalam penelitian ini akan mencari hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan menggunakan bahan lokal. Disini akan dipelajari karakteristik agregat baik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian pelaksanaan pembuatan beton dilakukan dari bulan Februari- April 2016 di laboratorium dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 13.00

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III. Metodologi Penelitian 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Sebelum memulai pembuatan benda uji untuk pengetesan perlu dipilihpilih terlebih dahulu bahan-bahan yang sesuai, dicampur dan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). B. Peralatan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN 4.1 ANALISIS DATA LABORATORIUM 4.1.1 Agregat Halus Pada penelitian ini, yang pertama kali dilakukan di lab adalah pengujian agregat halus dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pengambilan sampel dilakukan pada 10 tempat di Yogyakarta.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI 211.2-98) Mix Design Beton Ringan dengan Metode ACI Mix design beton ringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ACI 211.2-98. Sesuai prosedur pada metode ACI 211.2-98,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran I Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55183

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang peneliti lakukan adalah dengan cara membuat benda uji di laboratorium Teknik Bahan Konstruksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dimana penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alur Penelitian Mulai Hipotesis Survei Bahan Studi Literatur Penentuan Bahan Material Pengujian Bahan Material Sesuai Mix Desain Sesuai Pembuatan Benda Uji Perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Pengujian Agregat Pengujian agregat bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan stone crusher (mesin pemecah batu).

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada jam 08.00 sampai dengan 12.00

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x

III. METODE PENELITIAN. Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x 27 III. METODE PENELITIAN A. Umum Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji pada penelitian

Lebih terperinci

1. SNI Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.

1. SNI Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate. I. REFERENSI LAPORAN REKAYASA BETON II. 1. SNI 03-2417-1991. Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C.131-2001. Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate. TUJUAN Dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama : M. Hafiz Nim : 08 0404 081 Material : Pasir Tanggal : 11 Januari 2014 Diameter Ayakan. () (No.) Berat Fraksi

Lebih terperinci

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5. BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus

Lebih terperinci

BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON

BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON. Calibration Of Measure ASTM C 29/C 29M 90 Suhu Ruangan o C 28 Suhu Air o C 26 Bejana Kg 0.46 Air Kg.85 Isi Air Kg/m 3 996.78 Faktor Koreksi, K=(B/A) 538.8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan pembuatan beton yang digunakan pada penelitian ini adalah : A. Agregat kasar (split) berupa batu pecah yang berasal dari Clereng,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan metode penelitian dari mulai persiapan sampai dengan pengambilan kesimpulan dan saran.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pengaruh Penambahan Tras Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Mortar Sebagai Bahan Dasar Paving Block.

ABSTRAK. Pengaruh Penambahan Tras Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Mortar Sebagai Bahan Dasar Paving Block. ABSTRAK Pengaruh Penambahan Tras Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Mortar Sebagai Bahan Dasar Paving Block * Reni OktavianiTarru ** OktovianusParewang renarta_trj@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci