BAB I PENDAHULUAN. itu, Papua membenahi diri dan berkembang menjadi salah satu daerah timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. itu, Papua membenahi diri dan berkembang menjadi salah satu daerah timur"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Papua merupakan daerah kawasan paling timur Indonesia yang tergabung ke dalam wilayah NKRI pada tahun 1969 melalui hasil jajak pendapat yang diadakan oleh pemerintah Indonesia dan Belanda, Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Sejak itu, Papua membenahi diri dan berkembang menjadi salah satu daerah timur Indonesia yang terkenal memiliki kekayaan alam berlimpah dan potensi wisata yang indah. Namun dibalik seribu pesona yang dimiliki Papua, tersimpan permasalahan laten yang hingga kini belum dapat terselesaikan di antara pihak-pihak yang bertikai. Banyak pihak menilai bahwa konflik kekerasan yang banyak terjadi di Papua salah satunya disebabkan oleh isu kemerdekaan Papua. Munculnya isu ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor seperti permasalahan politik dan ekonomi, tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah, hingga tuntutan kebenaran akan sejarah integrasi Papua ke Indonesia yang dianggap telah direkayasa oleh pihak-pihak tertentu. Isu ini tentu saja mendapat perhatian berbagai pihak tidak terkecuali pers Papua. Sejak reformasi bergulir dan otonomi khusus Papua diberlakukan di tahun 2001, pers Papua mendapatkan kebebasannya dalam memberitakan berbagai peristiwa yang dahulu dilarang dan dianggap tabu untuk diketahui publik seperti isu kemerdekaan Papua.

2 Surat kabar Harian Cenderawasih Pos (Harian Cepos), adalah surat kabar lokal pertama yang terbit di Papua khususnya kota Jayapura sejak masa pemerintahan Belanda di Papua. Dalam perkembangannya, Harian Cepos kini merupakan koran lokal terbesar di Papua yang memiliki tiras oplah perhari hingga eksemplar. Menempati posisi sebagai leader dalam pasar surat kabar lokal Papua, tidak menyurutkan kompetisi di antara media sejenis lainnya, hal ini terlihat dari jumlah surat kabar harian lokal yang ada di Provinsi Papua terutama kota Jayapura yang kini berjumlah enam surat kabar harian (tabloidjubi.com, 03 Juli 2013 diakses 20 Agustus 2013). Selain menguasai pasar surat kabar lokal Papua, Harian Cepos memiliki manajemen media yang cukup baik, hal ini terjadi sejak hubungan kerjasama yang dilakukan Harian Cepos dengan Jawa Pos Grup, salah satu grup surat kabar nasional terbesar di Indonesia yang berbasis di Surabaya. Kerjasama yang dilakukan sejak 1993 ini membuahkan hasil yang cukup manis sesuai dengan tagline yang diusung Harian Cepos yaitu Harian Pertama dan Terbesar di Papua. Tidak hanya melayani kebutuhan informasi harian masyarakat Jayapura dan kabupaten lain di sekitar Jayapura, Harian Cepos juga beredar hingga ke wilayah pegunungan Papua hingga kabupaten-kabupaten di Propinsi Papua Barat, tentu saja harga jual Harian Cepos disesuaikan dengan biaya transportasi pengiriman yang tidak sedikit. Harian Cepos banyak mengisi surat kabarnya dengan peristiwa lokal yang terjadi di wilayah Propinsi Papua dan Papua Barat, hal ini terlihat dari banyaknya berita lokal yang memenuhi lebih dari 90 persen isi Harian Cepos yang berjumlah

3 kurang lebih 24 halaman. Sebagai surat kabar lokal yang paling banyak dicari oleh masyarakat Papua, Harian Cepos tentunya akan selalu menampilkan berita-berita menarik dan peristiwa yang hangat dibicarakan masyarakat terutama yang terjadi dalam lingkup lokalitas wilayah Papua dan Papua Barat. Adanya tuntutan kemerdekaan Papua oleh rakyat Papua menjadikan isu ini menjadi isu lokal yang sangat menarik bagi media terutama Harian Cepos. Dengan jumlah 44 berita yang di latar belakangi peristiwa tuntutan kemerdekaan rakyat Papua dari bulan Januari hingga Juni 2012, maka jika dirata-ratakan, setiap minggu Harian Cepos akan memberitakan 1 hingga 2 peristiwa yang dilatarbelakangi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat diindikasikan bahwa Harian Cenderawasih Pos menganggap bahwa berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua merupakan salah satu peristiwa yang cukup penting untuk diberitakan selama semester awal tahun Selama tahun 2012 memang banyak peristiwa yang terjadi berkaitan dengan adanya tuntutan merdeka ini, baik aksi demonstrasi damai hingga peristiwa konflik kekerasan yang menimbulkan korban jiwa dan meneror keamanan masyarakat Papua. Harian Cepos pun ikut memberitakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan mengangkatnya sebagai headline, tidak ketinggalan Harian Cepos memberikan perhatiannya secara intens pada persidangan makar yang dituduhkan kepada Forkorus Yaboisembut dan rekan-rekannya karena telah menggelar Kongres Rakyat Papua III (KRP III) di Lapangan Zakheus Padang Bulan, Jayapura pada 19 Oktober 2011.

4 Sebagai koran lokal terbesar di Papua, Harian Cenderawasih Pos tentunya selalu mengangkat isu dan peristiwa yang menarik yang terjadi di Papua seperti berbagai peristiwa yang dilatarbelakangi wacana tuntutan kemerdekaan Papua. Oleh karena itu maka menarik bila untuk melihat bagaimana berita kemerdekaan Papua ditampilkan oleh Harian Pagi Cenderawasih Pos selama bulan Januari hingga Juni tahun B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana tampilan berita tuntutan kemedekaan rakyat Papua di Harian Pagi Cenderawasih Pos edisi Januari Juni 2012? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tampilan berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari Juni D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam bidang kajian analisis teks/berita khususnya.

5 2. Manfaat Praktis a. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai ragam pesan berita dalam surat kabar lokal. b. Selain itu diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi bagi peneliti media lainnya khususnya dalam analisis berita. E. Objek Penelitian Objek penelitian adalah berita tentang tuntutan merdeka rakyat Papua di Harian Pagi Cenderawasih Pos. Dipilihnya harian ini karena merupakan satusatunya media lokal yang memiliki relasi dengan salah media nasional, selain itu harian ini merupakan yang terbesar oplahnya di wilayah Papua dan Papua Barat dibandingkan dengan media sejenis lainnya. Berita yang diambil adalah berita headline dengan jenis berita straight news mulai dari edisi Januari hingga Juni F. Kerangka Teori 1. Surat Kabar Surat kabar berisikan berbagai informasi aktual seperti ekonomi, politik, budaya, gaya hidup, dan sebagainya. Santana dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer (2005:87) menyatakan bahwa karakteristik yang dimiliki sebuah surat kabar sangat terkait dengan kebutuhan informasi pembaca yang nampak pada keanekaragaman topik dan peristiwa yang diangkat oleh surat kabar. Meskipun saat ini surat kabar bersaing dengan berbagai media informasi yang jauh lebih praktis,

6 efisien, menarik dan komplit dalam memberikan informasi, namun kelebihan dari surat kabar dalam melakukan investigasi sebuah peristiwa dan menyajikannya secara komprehensif kepada khalayak luas menjadikan surat kabar tetap ditunggu oleh pembaca setianya. Yunus (2010:29) mendefinisikan surat kabar sebagai media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan. Surat kabar dilihat dari periodenya, dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu surat kabar harian yang terbit setiap harinya dan surat kabar mingguan yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Sedangkan dari isinya, surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu surat kabar umum dan surat kabar khusus. Isi surat kabar umum terdiri dari berbagai macam informasi yang dapat dibaca oleh khalayak umum, sedangkan surat kabar khusus isinya memiliki kekhususan di mana biasanya juga ditujukan kepada kalangan tertentu pula, misalnya surat kabar bisnis (Suryawati,2011:41). Pada umumnya ukuran surat kabar adalah broadsheet (600 mm dengan lebar 380 mm) atau tabloid (setengah dari broadsheet) yang didalamnya berisi tentang berita, informasi, dan iklan. Surat kabar merupakan media informasi yang mengandalkan tulisan dan gambar untuk memberikan informasi kepada khalayak, namun setiap surat kabar biasanya memiliki kekhasannya masing-masing untuk membedakannya dengan surat kabar lain. Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari surat kabar yaitu memiliki aktualitas, periodesitas, publisitas, dan universalitas. Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengenyampingkan pentingnya kebenaran berita, periodesitas yang menandakan bahwa sebuah surat kabar harus terbit secara teratur

7 atau secara periodik. Sedangkan publisitas adalah sebaran informasinya ditujukan kepada khaayak dan memenuhi kepentingan orang banyak, dan universalitas berarti informasi yang disebarkan harus bersifat umum dan beraneka ragam dari seluruh penjuru dunia. Menurut Agee dalam Suryawati (2011:41) surat kabar memiliki dua fungsi yang berbeda, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer antara lain: 1) Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia. 2) Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya dalam focus berita. 3) Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media. Sedangkan fungsi sekunder dari surat kabar yaitu: 1) Mengampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemsyarakatan yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu. 2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita-cerita khusus. 3) Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak komunitas tertentu. Dalam perkembangan surat kabar, ENCYCLOPÆDIA BRITANNICA mencatat bahwa terdapat tiga fase perkembangan surat kabar, yaitu fase para pelopor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul secara sporadis dan gradual yang kemudian menjadi penerbitan teratur dalam hal waktu terbit, materi berita, dan segmentasi pembaca. Fase kedua adalah pertumbuhan surat kabar yang masih rentan

8 pada tekanan masyarakat dan kepentingan penguasa sehingga sensor pada materi berita selalu diberlakukan yang membuat surat kabar menjadi tidak independen. Fase ketiga yaitu masa pengendalian kebebasan pers akibat kapitalisasi industri masyarakat yang muncul melalui pemungutan pajak, penyuapan serta sanksi hukum yang mengancam institusi media serta pewarta berita (Santana,2005:87-88). Histori panjang surat kabar ini menandakan bahwa kekuasaan dan kekuatan sosial ekonomi surat kabar sangat penting dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat (Muhtadi,1999:88). Seiring dengan pekembangan masyarakat dan kemajuan pengetahuan manusia diberbagai bidang, maka industri media pun ikut pula menata diri dalam pembaharuan terutama dalam pengelolaan organisasi surat kabar atau manajemennya. Saat ini media informasi tidak hanya berupaya menyajikan berita yang menarik tetapi juga berupaya mendapatkan keuntungan dari bisnis media, hal ini nampak dari munculnya berbagai iklan yang menghiasi isi surat kabar, harga surat kabar yang terus meningkat, bahkan penyediaan kolom atau halaman khusus untuk informasi yang sudah dipesan untuk dipublikasikan. Sebagai sebuah bentuk organisasi, surat kabar pada umumnya memiliki bidang-bidang tertentu untuk mengelola dan menjalankan tugas dan fungsi masingmasing. Kerangka manajemen media atau surat kabar memiliki perbedaan atau kekhasan tersendiri dari bentuk manajemen organisasi bisnis umumnya, seperti pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur berita, dan wartawan. Dari bidang-

9 bidang inilah naskah berita dalam surat kabar diproduksi dan dipublikasikan kepada khalayak luas. 2. Berita Banyak peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat setiap detiknya, namun hanya sedikit yang dapat diangkat menjadi berita dan dipublikasikan melalui media massa untuk diketahui masyarakat secara luas. Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting for Today s Media secara abstrak mendefinisikan berita adalah man bites dog (Muhtadi,1999:108). Hornbby menjelaskan berita atau news sebagai laporan tentang apa-apa yang terjadi paling mutakhir (sangat-sangat baru), baik peristiwanya maupun faktanya. Sedangkan Bleyer mendefinisikan berita sebagai segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca. Dari berbagai definisi yang cukup sederhana di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. Tom Clarke, seorang direktur institut jurnalistik di London, (dalam Kusumaningrat,2009:39) mengatakan bahwa konon, berita yang dalam bahasa Inggris adalah NEWS, merupakan kependekan dari North, East, West, dan South, yang berarti bahwa suatu cerita yang meskipun tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun menunjukkan maksudnya, yaitu bahwa berita adalah untuk memuaskan nafsu ingin tahu manusia dengan menghimpun kabar/informasi dari segala penjuru. Sementara kata berita berasal dari bahasa Sansekerta, Vrit (dalam bahasa Inggris dapat

10 disamakan dengan write ) yang berarti ada atau terjadi. Ada pula yang menyebutnya vritta, yang artinya kejadian atau peristiwa yang terjadi, dalam bahasa Indonesia vritta berarti berita atau warta (Suryawati,2011:67-68). Sebuah peristiwa digolongkan layak manjadi berita apabila memiliki sifat faktual, aktual, akurat, objektif, penting, dan menarik perhatian publik atau unik. Penting berarti berita tersebut memiliki arti penting bagi pembaca dan berdampak pada kehidupan dan kepentingan masyarakat umum. Aktual berarti peristiwa yang menjadi berita belum lama terjadi dan atau masih menjadi pembicaraan hangat di masyarakat atau disebut berita hangat. Berita harus unik atau tidak biasa dan khas sehingga seringkali menerobos nilai kelaziman publik (Yunus,2010:74). Dalam Zaenuddin (2011: ) jenis berita dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) Straight news, adalah berita yang ditulis atau disajikan secara singkat, lugas, dan apa adanya. Pola penyajian berita menggunakan teknik piramida terbalik, sifat tulisan adalah padat, singkat, dan jelas, yang memenuhi unsur 5W+1H. Straight news mencerminkan kebaruan berita dan membantu kecepatan pembaca mengetahui dan memahami informasi. 2) Depth news, yakni berita-berita yang disajikan tanpa mengutamakan informasi paling penting dan terbaru pada awal berita. Jenis berita ini digunakan untuk menulis berita tentang sesuatu yang sudah terjadi namun disajikan secara mendalam.

11 3) Feature merupakan jenis berita yang disajikan secara panjang lebar dan mendalam sehingga wartawan dapat memaparkan duduk persoalan secara mendalam dan memberikan perspektif bagi berita. Sedangkan kategori berita dalam Eriyanto (2012: ), berita dapat dikategorikan menjadi: 1) Hard news, yaitu berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Hard news dibatasi oleh waktu dan aktualitas dengan indikator keberhasilan adalah kecepatannya untuk diberitakan. 2) Soft news, berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest) dan tidak dibatasi oleh aktualitasnya karena ukuran keberhasilan berita ini adalah emosi khalayak yang tersentuh oleh berita tersebut. 3) Spot news, adalah subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news dimana peristiwa yang akan diliput tidak dapat direncanakan. 4) Developing news, berhubungan juga dengan peristiwa yang tidak terduga namun dimasukkan juga elemen lainnya yaitu rangkaian berita yang akan diteruskan pada keesokan atau dalam berita selanjutnya. 5) Continuing news, dimana peristiwa yang terjadi bisa diprediksikan atau direncanakan. Adapun sebuah berita mengandung nilai-nilai tertentu yang dapat menjadi kriteria seleksi kelayakan sebuah peristiwa untuk menjadi berita. Nilai berita juga menjadi asumsi intuitif bagi wartawan tentang apa yang menarik dan mendapatkan perhatian khalayak. Menurut Eriyanto (2012: ) nilai berita merupakan produk

12 dari konstruksi wartawan karena nilai berita memberi prosedur bagaimana peristiwa yang begitu banyak disaring dan ditampilkan kepada khalayak. Sedangkan Shoemaker dan Reese, nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak. Dalam perkembangannya, terdapat berbagai unsur nilai berita yang dapat dijadikan acuan dalam menilai sebuah persitiwa, Ali Murtadlo dalam Wazis (2012:37), mantan Redaktur Pelaksana Jawa Pos, mengungkap 10 unsur nilai berita versi Jawa Pos, yaitu (1) baru; (2) unik; (3) dramatik; (4) aktualitas; (5) tokoh; (6) kontroversi; (7) proximity-kedekatan; (8) magnitude-getaran; (9) ekslusif; (10) dan mission. Julian Harriss, Kelly Leiter, dan Stanley Johnson dalam Abrar (2005:3) memberikan delapan nilai berita, yaitu konflik, kemajuan, penting, dekat, aktual, unik, manusiawi, dan berpengaruh. Begitu banyak unsur nilai berita yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan peristiwa, namun Shoemaker dan Reese dalam Eriyanto (2012: ) merangkum berbagai macam nilai berita secara umum menjadi 5 nilai berita, yaitu : 1) Prominance, yaitu nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. 2) Human interest. Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. 3) Conflict/controversy. Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa saja.

13 4) Unusual. Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjad. 5) Proximity. Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik dari fisik, maupun emosi dengan khalayak. Dalam prosesnya, produksi berita melalui beberapa tahapan penting hingga menjadi berita yang diangap layak untuk dipublikasikan kepada khalayak luas, proses tersebut antara lain liputan berita, penulisan berita, dan proses penyuntingan berita. a) Liputan Berita Liputan adalah kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan dan mengelola bahan berita untuk diterbitkan. Liputan berita dalam Yunus (2010:57) dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu liputan berita terduga dan liputan berita tak terduga. Liputan berita terduga merupakan hal yang dapat diprediksi sebelumnya, hal ini membuat liputan berita dapat dimulai dari rencana liputan yang dihasilkan dari rapat redaksi, yang ditandai dengan pembuatan rencana atau proyeksi berita tentang suatu masalah yang sedang terjadi dan layak menjadi berita. Sedangkan liputan berita tak terduga adalah peristiwa yang dapat terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksikan, sehingga wartawan harus memiliki kemampuan untuk dapat mengetahui kronologis peristiwa dengan cepat dan akurat. Sedangkan Zaenuddin (2011:97) menambahkan satu jenis liputan, yaitu liputan investigatif yang merupakan liputan berita mengenai sesuatu yang didasarkan pada penyelidikan atau pengusutan secara mendalam dan cermat. Fakta-fakta, data-data, dan pernyataan

14 narasumber tersebut digali secara cermat untuk memperoleh berita yang teliti dan akurat. Seorang wartawan tidak hanya memiliki ketrampilan dalam menulis tetapi juga membutuhkan teknik liputan yang baik karena kualitas liputan memiliki pengaruh yang signifikan pada akurasi berita. Liputan yang baik menghasilkan berita yang bermutu dan dipercaya sehingga berimbas pada kredibilitas pewarta. Selain memahami teknik liputan yang baik, wartawan juga harus mampu mengembangkan isi beritanya dengan berbagai keterangan dari berbagai sumber guna memperdalam dan memperkaya materi berita, Dalam Zaenuddin (2011:99-100) terdapat sedikitnya empat sumber berita yang lazim digunakan oleh wartawan, yaitu: 1) Peristiwa atau kejadian. Wartawan dalam meliput suatu peristiwa sekaligus menjadi saksi terjadinya peristiwa tersebut sehingga informasi yang diberikan oleh wartawan menjadi lebih akurat dan objektif, 2) Proses wawancara. Guna mendapatkan informasi maka wartawan memerlukan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan informasi yang ia cari, namun tidak semua orang dapat dijadikan narasumber karena wartawan juga melakukan seleksi dan penilaian terhadap orang yang layak menjadi narasumber, 3) Pencarian atau penelitian dokumen. Sebuah berita juga didapat melalui penggalian dokumen-dokumen yang dianggap sebagai informasi penting.

15 4) Partisipasi dalam peristiwa. Di mana wartawan terlibat dalam peristiwa sebagai narasumber yang memberikan pernyataannya untuk dikutip oleh wartawan lain, misal dalam konferensi pers Sumber berita dapat membantu wartawan memperkaya hasil liputannya dan menjaga keseimbangan pemberitaan atau cover both side, selain itu narasumber berkontribusi memberikan keadilan atau fairness dalam berita. Sumber berita memiliki berbagai kriteria yang harus dipenuhi, dalam Yunus (2010:52), antara lain, memiliki hubungan langsung dengan berita, memiliki otoritas terhadap masalah yang diberitakan, dan memiliki kompetensi dalam memberikan informasi terkait dengan berita. Dari segi sifat, dalam Yunus (ibid.), sumber berita dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu sumber berita resmi dan sumber berita tidak resmi. Sumber berita resmi adalah orang atau lembaga yang menjadi sumber berita dengan unsur sengaja untuk memberi informasi kepada media massa, sedangkan sumber berita tidak resmi merupakan sumber berita yang berasal dari pihak-pihak lain, seperti masyarakat dan ahli. Sumber berita tidak resmi biasanya menjadi keterangan atau materi tambahan topik berita. Sedangkan dari segi isi berita, sumber berita dapat digolongkan menjadi empat, yaitu sumber berita dari bahan tertulis/tercetak, sumber berita dari perangkat elektronik, sumber berita dari orang, dan sumber berita dari kantor berita. Dari berbagai jenis golongan sumber berita di atas, sumber berita orang atau people trail merupakan sumber berita yang memiliki kesulitan yang cukup tinggi dan

16 kompleks dalam mendapatkan keterangan yang diinginkan pewarta. Hal ini ditegaskan dalam pernyataan Abrar (2005:24) yang menyebutkan bahwa posisi narasumber dalam sebuah wawancara ibarat raja dalam sebuah transaksi dagang, yang berarti wartawan harus memiliki ketrampilan untuk berkomunikasi dengan baik sehingga narasumber bersedia memberikan dukungan dalam penyediaan materi berita yang dibutuhkan wartawan. Adapun sumber berita orang atau yang lazim disebut narasumber merupakan seseorang yang menjadi narasumber utama, memiliki pemahaman dan pengetahuan akan topik yang akan menjadi berita (Yunus,2010:53). b) Penulisan Berita Ada peristiwa yang memiliki nilai berita tinggi namun karena ditulis dan disajikan dengan asal jadi maka berita menjadi tidak bermakna serta tidak menarik bagi pembaca. Namun, ada peristiwa yang tidak memiliki nilai berita tinggi dan tidak begitu penting tetapi dikemas dengan pola penulisan tepat dan menarik maka bisa jadi mampu menarik perhatian pembaca. Pada umumnya, berita ditulis dengan memenuhi pedoman 5W+1H yaitu what (apa yang terjadi), who (siapa yang terlibat dalam kejadian), what (mengapa atau apa yang menyebabkan peristiwa), where (dimana peristiwa terjadi), when (kapan peristiwa terjadi), dan how (bagaimana peristiwa terjadi) dalam Abrar (2005:54). Hal ini digunakan untuk mendapatkan akurasi peristiwa untuk ditampilkan atau disajikan ke dalam berita. Sedangkan pola penulisan berita memiliki keberagaman, ada yang menggunakan teknik piramida terbalik yang menempatkan berita terpenting atau

17 unsur yang paling dramatis pada bagian akhir dan ada yang menggunakan teknik piramida dimana unsur terpenting berada di awal berita atau lebih diprioritaskan yang kemudian diikuti dengan materi berita lain yang dianggap kurang penting, dalam Yunus (2010:67-68). Selain berita memperhatikan teknik penyajian berita dengan pedoman menulis 5W+1H dan dengan menggunakan berbagai teknik pola penulisan berita, terdapat bagian-bagian berita yang penting untuk diperhatikan karena memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk membangun sebuah berita yang utuh dan menarik. Bagian-bagian tersebut antara lain judul berita, lead atau teras berita, tubuh berita, dan penutup berita. Judul berita pada dasarnya untuk menarik perhatian dan minat pembaca, dan untuk menyesuaikan dengan tata letak halaman surat kabar, terutama pada berita utama yang biasanya menggunakan tipografi yang lebih besar dan mencolok, dalam Yunus (2010:75). Sedangkan lead berita adalah ringkasan peristiwa yang ingin disampaikan sehingga memudahkan pembaca membaca berita, dan memuaskan perasaan ingin tahu pembaca dengan segera. Lead juga berfungsi sebagai sebuah intro atau penggoda agar pembaca tertarik pada berita, dalam Kusumaningrat (2009:127). Tubuh berita atau isi berita merupakan bagian berita yang menyajikan esensi pesan dari berita yang disajikan, dan penutup berita merupakan bagian berita yang posisinya di bagian akhir berita yang berfungsi sebagai penjelasan akhir dari peristiwa, dalam Yunus (2010:70).

18 Graber dalam Abrar (2011:14-15) mengelompokkan model penulisan berita kedalam empat kelompok, yaitu model cermin, model professional, model organisasi, dan model politik. Model cermin merupakan model di mana berita dilaporkan secara apa adanya tanpa ada perspektif tertentu atau pandangan wartawan terhadap peristiwa yang diliput. Model jurnalisme professional adalah model jurnalisme yang mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan dalam laporannya. Berita yang ditulis tidak disertai penilaian subjektif wartawan karena pandangan ini menganggap bahwa hanya khalayak yang boleh memberikan penilaiannya terhadap laporan peristiwa. Model jurnalisme organisasi yaitu berita disesuaikan dengan tujuan organisasi media yang mempublikasikan berita, hal ini seringkali dilakukan untuk membentuk citra positif bagi organisasi tersebut. Model jurnalisme politik ditujukan untuk memberikan gagasan pada sebuah ideologi dan tak jarang menimbulkan nuansa konflik dengan menjelek-jelekkan ideologi yang bertentangan dengan yang dianut. c) Penyuntingan Berita Dalam proses akhir produksi berita terdapat proses penyuntingan atau editing berita, editing dilakukan untuk mengoreksi atau meninjau kembali materi berita yang telah ditulis dan disusun agar menjadi sempurna. Dalam proses editing biasa dilakukan oleh seorang editor yang ditugaskan untuk melakukan fungsi editing. Editing berita merupakan proses yang dilakukan setelah wartawan menyusun materi berita menjadi laporan berita. Tujuan dari proses editing adalah untuk mengetahui dan melihat kembali tulisan-tulisan yang telah dibuat wartawan agar sesuai dengan

19 tujuan yang diharapkan oleh institusi media. Proses editing dapat dilakukan oleh wartawan penulis itu sendiri, namun dalam organisasi media terdapat editor yang bertanggung jawab atas kelayakan berita sebelum dipublikasikan. Editor adalah orang yang bertugas melakukan penyuntingan atau editing setiap naskah berita sebelum naik cetak atau diterbitkan. Penilaian kelayakan berita dilakukan dengan berbagai tahap seperti, (1) memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual; (2) menghindari kontradiksi dan memperbaiki berita; (3) memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca dan tata bahasa); (4) menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya bahasa surat kabar yang bersangkutan; (5) meringkas berita agar memiliki kejelasan makna; (6) menghindari pemakaian bahasa yang negative dan bermakna ganda; (7) melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi (subjudul); (8) menemukan judul yang menarik; (9) membuat keterangan gambar/caption; dan (10) mengecek berita yang tercetak. Selain itu dari segi prosesnya terdapat dua tahapan, yang pertama adalah proses penyuntingan yaitu penyuntingan redaksional yang mengacu pada aspek kelogisan berita, kemudahan pemahaman, dan kejelasan makna agar pembaca lebih mudah memahami isi berita. Kedua, penyuntingan substansial yang menekankan pada keakuratan data dan kebenaran fakta yang disajikan dalam berita atau dengan kata lain merupakan representasi kualitas pemberitaan (dalam Yunus,2010:87). Editor merupakan bagian dari struktur dewan keredaksian dalam organisasi media, di mana dewan redaksi berwenang untuk mengizinkan, merevisi, bahkan menolak suatu berita untuk dipublikasikan ke dalam surat kabarnya. Kewenangan

20 inilah yang sering disebut sebagai kebijakan redaksi. Nugroho (1999:4) menyebut kebijakan redaksional sebagai perangkat yang digunakan untuk memberikan garis besar penyusunan dan pembuatan berita. Dewan redaksi juga dapat disebut sebagai gatekeeper atau penjaga gawang karena perannya sebagai penjaga yang menyeleksi setiap naskah atau laporan berita yang masuk ke meja redaksi sebelum dinaik cetakan di surat kabar. Proses seleksi berita inilah yang oleh Fishman dikatakan sebagai teori gatekeeper di mana ia melihat adanya kecenderungan dalam proses produksi berita, yaitu pandangan seleksi berita (selectivity of news). Gatekeeper adalah sebuah metafora yang digunakan untuk menggambarkan proses seleksi media terutama berkaitan dengan layak atau tidaknya sebuah laporan berita melewati gates atau gerbang untuk diangkat di media massa, dalam hal ini adalah surat kabar. McQuail menyatakan bahwa proses gatekeeping juga menjadi tempat konflik di mana seringkali terdapat pertarungan kepentingan di meja redaksi (2010:309). Kepentingan tersebut seringkali berorientasi pada pemilik media yang ikut melakukan kontrol dalam pemberitaan di medianya sehingga menjadi hal yang lumrah ketika isi berita merefleksikan kepentingan dari pihak yang membiayai kinerja organisasi media. Menurut Turow (ibid.:291) terdapat kecenderungan yang tidak terelakkan dari pemilik media untuk menetapkan garis-garis besar kebijakan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh seluruh staf media tersebut. Sementara menurut Ed Baker dalam Freedman (2008:122) terdapat tiga hal yang ikut mempengaruhi

21 kebijakan redaksi yaitu kekuatan pasar, kepemilikan media, dan aktor politik atau kepentingan sosial. Shoemaker dan Reese dalam Syahputra (2006:54-60), terdapat berbagai faktor yang turut mempengaruhi konten berita, yaitu: 1) Faktor individual/personal (individual media workers) Faktor ini berhubungan dengan latar belakang pengelola media seperti jenis kelamin/orientasi seksual, usia, agama, suku, dan pendidikan. Faktor individual ini melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal pelaku/pengelola media terhadap berita yang disajikan kepada khalayak. 2) Faktor rutinitas media (media routines) Rutinitas media berkaitan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Pada dasarnya, masing-masing media memiliki kriteria terhadap sebuah berita, termasuk di dalamnya ciri-ciri berita yang baik dan layak untuk disajikan kepada khalayak. Bukan hanya itu saja, kriteria juga berlaku pada persitiwa apa saja yang dapat diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, siapa penulisnya, siapa editornya, dan sebagainya. Kriteria tersebut adalah rutinitas yang berlangsung setiap hari dan menjadi prosedur standard bagi pekerja media yang berada di bawah naungan institusi tersebut. 3) Faktor organisasi media, termasuk di dalamnya struktur organisasi sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan. Para pelaku media bukanlah merupakan perseorangan yang ada dalam organisasi media. Mereka hanya merupakan bagian kecil dari organisasi media itu. Masing-masing personal memiliki

22 fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan divisi kerjanya. Dari perbedaan fungsi kerja itu, maka otomatis mereka pun memiliki kepentingan sendirisendiri untuk mewujudkan program kerja atau target kerja mereka. Biasanya di antara divisi-divisi dalam organisasi media divisi redaksi dan divisi pemasaran yang sering terjad perbedaan. Hal ini dikarenakan tujuan dan target kedua divisi itu bertolak belakang. Divisi pemasaran selalu saja memikirkan bagaimana meningkatkan penjualan, sementara divisi redaksi terkadang mengedepankan unsur jurnalisme dalam setiap berita yang diterbitkan. Namun terlepas dari perbedaan target, seluruh komponen dalam organisasi media akan bermuara pada satu tujuan sesuai dengan filosofi organisasi media itu sendiri. Kepemilikan media (media ownership) juga bagian dari organisasi media yang bisa berpengaruh terhadap pemberitaan. 4) Faktor Ekstramedia. Faktor ini berkaitan dengan elemen-elemen yang berada di luar lingkungan media. Walaupun posisinya tidak pada internal media yang bisa mempengaruhi langsung jalannya rutinitas keja organisasi media, namun beberapa faktor di luar media berikut secara tidak langsung mempengaruhi proses penyusunan berita di media, antara lain: (a) Sumber berita, dimana sumber berita dipandang sebagai pihak yang tidak netral dan mememiliki kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan seperti memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak. Sumber berita akan memberlakukan politik

23 pemberitaan dengan memberikan informasi yang baik bagi dirinya dan mengembargo sumber berita yang tidak baik bagi diriya. (b) Sumber penghasilan media yang bermuarap ada pendapatan iklan dan juga konsumen media. Pihak pengiklan memiliki potensi untuk mengintervensi media agar melakukan blocking pada berita yang merugikan kepentingan pengiklan. Ketertarikan khalayak pada tema-tema yang tengah booming dan menjadi trend setter pembicaraan menjadi kesempatan bagi media untuk mengeksploitasi peristiwa agar mendongkrak penjualan di konsumen media. (c) Kontrol pemerintah (government controls) Pengaruh pemerintah dalam pemberitaan sebuah media tergantung pada sistem pemerintahan yang berlaku pada suatu negara. misalnya pada negara yang menganut sistem otoriter, pemerintah memiliki pengaruh yang kuat dan dominan dalam menentukan berita yang diterbitkan. Sedikit berbeda pada negara yang menganut sistem demokratis dan liberal. Kecenderungan media untuk menentukan pemberitaannya lebih besar. Pemerintah hanya berfungsi sebagai control agar media tetap berjalan pada koridor yang telah disepakati sesuai dengan undang-undang yang berlaku di negara masing-masing. (d) Pasar (market place)

24 Pasar yang dimaksud di sini berkaitan dengan karakteristik pasar yang dibidik (berdasarkan segmentasi pembaca), competitor dan media lain yang sejenis, dan sebagainya. (e) Teknologi Kemajuan teknologi juga dapat memberikan pengaruh terhadap pemberitaan yang disajikan sebuah media. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan teknologi terkini pada perangkat kerja pelaku media. Misalnya untuk memperoleh berita terkini mengenai peristiwa penting di suati daerah, maka media tersebut paling tidak memiliki koneksi internet yang memadai untuk bisa mendapatkan info terkini dengan cepat dan actual dari lokasi yang cukup jauh. Hal ini juga menjadi salah satu syarat berita yang baik yaitu aktual dan terkini. 5) Faktor ideologi Berbeda dengan keempat faktor sebelumnya, yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan rutinitas kerja dalam ruang redaksi sebuah organisasi media. Level ideologi secara fisik tidak dapat dilihat dan bersifat abstrak. Level ini hanya dapat dipahami dan dirasakan. Hal ini dikarenakan ideologi merupakan kerangka berpikir atau referensi yang digunakan oleh individu untuk melihat dan menafsirkan realitas yang ada. Dalam konteks media massa, ideologi yang dimaksud adalah mengarah pada ideologi professional. Dengan mengacu pada ideologi tersebut, pelaku media memiliki standard untuk melaksanakan tugas serta menilai kualifikasi dan kualitas

25 pekerjaan mereka. Hal ini juga yang menentukan nilai berita yang berlaku pada sebuah media. Faktor ideologi inilah yang menjadi dasar institusi media untuk menetapkan kebijakan redaksional yang diberlakukan dalam mekanisme kerja keredaksian. G. Kerangka Konsep Dari pemaparan sebelumnya telah dijelaskan mengenai konsep berita dalam surat kabar yang berkaitan dengan proses produksi berita yang menghasilkan tampilan berita yang menarik di surat kabar. Adapun konsep yang digunakan untuk memberikan pengertian pada untuk makna atau definisi konsep, yaitu: a. Frekuensi berita bertujuan untuk mengetahui jumlah berita tentang tuntutan kemerdekaan Papua yang dijadikan headline oleh Harian Cenderawasih Pos setiap bulannya mulai dari bulan Januari 2012 hingga Juni b. Tema tema umum berita headlines di Harian Pagi Cenderawasih Pos. Tema umum ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui berita headlines apa saja yang terdapat di Harian Pagi Cenderawasih Pos, hal ini untuk memudahkan pada langkah penelitian selanjutnya yaitu framing berita. c. Fisik berita berkaitan dengan posisi berita dan panjang berita. Fisik berita membantu dalam mengetahui perhatian surat kabar terhadap berita tersebut, analoginya adalah ketika sebuah berita ditempatkan pada posisi halaman pertama bahkan menjadi headline, maka berita tersebut dianggap sangat penting oleh surat kabar, dan semakin panjang paragraph isi berita maka surat kabar memiliki

26 perhatian tersendiri pada realitas peristiwa yang diberitakan. Adapun dalam penelitian ini, fisik berita yang digunakan untuk dianalisis adalah panjang berita sedangkan posisi berita tidak dikategorikan lagi mengingat sampel berita yang diambil merupakan headline sehingga sudah pasti posisi berita dianggap sangat penting oleh surat kabar. d. Teknis berita nampak pada lingkup berita, tipe berita, dan fokus berita. Dalam penelitian ini unit konsep yang digunakan adalah tipe atau kategori berita yaitu hard news, soft news, developing news, dan continuing news. Tipe atau kategori berita dalam Eriyanto (2012: ) yaitu: 1) Hard news, yaitu berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Hard news dibatasi oleh waktu dan aktualitas dengan indikator keberhasilan adalah kecepatannya untuk diberitakan. 2) Soft news, berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest) dan tidak dibatasi oleh aktualitasnya karena ukuran keberhasilan berita ini adalah emosi khalayak yang tersentuh oleh berita tersebut. 3) Developing news, berhubungan juga dengan peristiwa yang tidak terduga namun dimasukkan juga elemen lainnya yaitu rangkaian berita yang akan diteruskan pada keesokan atau dalam berita selanjutnya. 4) Continuing news, dimana peristiwa yang terjadi bisa diprediksikan atau direncanakan. e. Kecenderungan isi berita antara lain terdiri dari nilai berita dan narasumber. Konsep nilai berita mengacu pada pendapat Shoemaker dan Reese yaitu:

27 1) Prominance, yaitu nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. 2) Human interest. Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. 3) Conflict/controversy. Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa saja. 4) Unusual. Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjad. 5) Proximity. Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik dari fisik, maupun emosi dengan khalayak. Narasumber adalah pihak atau orang yang memberikan kontribusi dalam pemberian bahan maupun penyusunan suatu berita dan memiliki pemahaman serta pengetahuan akan topik yang akan menjadi berita (Yunus, 2010:52). Narasumber dapat dilihat dari pekerjaan, jabatan, atau status sosial yang dimiliki oleh narasumber. f. Merdeka menurut Kamus Politik adalah lepas dari segala ikatan yang tidak layak (unsur negatif) sehingga menjadi pribadi yang bebas untuk menentukan nasib sendiri yang lebih baik (Marbun, 2007: ). Sedangkan menurut

28 Soedjatmoko merdeka berarti menentukan nasib sendiri di mana ia cenderung menyebutnya sebagai kemerdekaan politik (Soedjatmoko, 1996:8). H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan analisis isi kualitatif untuk memberikan gambaran mengenai cara penyampaian berita. Menurut Schreier (2012:1), analsisis isi kualitatif adalah metode sistematis yang menggambarkan makna dari materi penelitian melalui klasifikasi dan kategorisasi materi. Altheide dalam Kriyantono (2006:247) memberikan penjelasan secara teknis dimana periseti analisis isi berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis. 2. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menurut Eriyanto penelitian analisis isi dapat berbasis pada deskriptif di mana peneliti tidak bermaksud untuk menguji suatu hipotesis tertentu melainkan untuk menggambarkan secara detail suatu teks tertentu melalui karakteristik dari setiap teks (Eriyanto,2011:47). Dengan menggunakan teknik deskripsi peneliti ingin melakukan teknik penjabaran dan analisis data melalui kalimat melalui pertanyaan bagaimana dimana peneliti ingin

29 melihat tampilan berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Pagi Cenderawasih Pos. 3. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua berita headline mengenai tuntutan kemerdekaan oleh rakyat Papua yang terbit di Harian Pagi Cenderawasih Pos dari tanggal 01 Januari 30 Juni Sedangkan sampel yang digunakan adalah keseluruhan dari jumlah populasi yang dikumpulkan pada periode tersebut. 4. Sumber Data dan Pengumpulan Data Data yang diperoleh untuk mendukung penelitian ini didapatkan dari dua jenis sumber, yaitu: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah berita headline tentang tuntutan kemerdekaan oleh rakyat Papua yang terbit di Harian Pagi Cenderawasih Pos. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi pustaka melalui buku-buku ilmiah, penelitian sebelumnya yang relevan, internet, dan berbagai pengetahuan umum sebagai landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

30 5. Analisis Data Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan melalui berbagai tahapan, pada tahap pertama, teks berita surat kabar yang didapatkan sesuai dengan kriteria yang diinginkan akan dikumpulkan dan diidentifikasi judul berita dan tanggal terbit masing-masing berita. Tahap kedua, dilakukan penghitungan jumlah berita yang muncul tiap bulannya selama periode Januari hingga Juni 2012 untuk mengetahui frekuensi berita yang muncul di surat kabar tiap bulannya. Tahap ketiga, berita yang telah teridentifikasi kemudian dikelompokkan berdasarkan topik isi beritanya untuk mendapatkan tema umum berita agar memudahkan langkah analisa data di tahap selanjutnya. Tahap keempat, teks berita yang telah dikelompokkan berdasarkan tema umum kemudian dikategorisasikan berdasarkan kategori panjang berita, tipe berita, lead berita, nilai berita, dan narasumber berita. Tahap kelima, hasil pengkategorisasian masing-masing akan dianalisis secara deskripsi untuk menggambarkan hasil temuan dan memberikan analisis yang lebih mendalam. Tabel 1. Kategori Berita No. Kategori Unit Analisis Sumber 1. Frekuensi Berita 2. Tema Umum Berita 3. Panjang berita 1. Sangat panjang ( 21 paragraf); 2. Panjang (16-20 paragraf); 3. Sedang (11-15 paragraf); 4. Pendek (6-10 paragraf); 5. Sangat pendek ( 5 paragraf) Abrar,2005:47

31 4. Tipe berita 1. Hard news; 2. Soft news; 3. Developing news; 4. Continuing news. 5. Nilai berita 1. Prominence; 2. Human interest; 3. Conflict; 4. Unusual; 5. Proximity. 6. Narasumber berita 1. Pemerintah Republik Indonesia; 2. Pemerintah Provinsi; 3. Pemerintah Kabupaten; 4. Pemerintah Kota; 5. DPR RI; 6. DPRD Provinsi; 7. DPRD Kabupaten; 8. Hakim; 9. Jaksa; 10. Penasehat Hukum; 11. POLRI; 12. POLDA 13. POLRES; 14. POLSEK; 15. TNI; 16. OPM ; 17. Organisasi masyarakat; 18. Intelektual/mahasiswa; 19. LSM; 20. Tokoh masyarakat/tokoh adat/tokoh agama; 21. Komnas HAM; 22. Masyarakat umum; 23. Kalangan luar negeri; 24. Lainnya. Eriyanto,2012: Eriyanto,2012: Sudibyo,2001: 102

32 6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan, terdiri dari: A. Latar belakang masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Manfaat penelitian : 1. Manfaat teoritis 2. Manfaat praktis 5. Objek penelitian 6. Kerangka teori : 1. Surat Kabar 2. Berita a) Liputan Berita b) Penulisan Berita c) Penyuntingan Berita 7. Kerangka konsep 8. Metode penelitian 1. Jenis penelitian 2. Tipe penelitian 3. Populasi dan sampel 4. Sumber data dan Pengumpulan Data a) Data primer

33 b) Data sekunder 5. Analisis data Bab II Harian Cenderawasih Pos, terdiri dari: A. Profil Harian Pagi Cenderawasih Pos : Pertama dan Terbesar di Papua B. Kebijakan Redaksional Harian Cenderawasih Pos Bab III Hasil penelitian, terdiri dari: A. Frekuensi Berita B. Tema Umum Berita C. Panjang Berita D. Kategori Berita E. Nilai Berita F. Narasumber Berita Bab IV Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan B. Saran

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis isi yang dilakukan secara kualitatif terhadap berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari hingga Juni tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Modul ke: 09 Haililah Fakultas FIKOM Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Tri Gandhiwati,S.S.,S.Si.,M.M. Program Studi Hubungan Masyarakat Asal-Usul Berita Berita berasal dari Bahasa Sansekerta "Vrit"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 05 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Reportase Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Reportase adalah ujung tombak proses kerja jurnalistik. Tak lain karena proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejak menapaki awal reformasi beragam surat kabar banyak bermunculan, bernotabene demi mewujudkan kebebasan pers di Indonesia. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita adalah sajian informasi tentang suatu kejadian yang berlangsung atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui informasi berantai

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK Modul ke: Menulis Berita Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar Fakultas TEKNIK Drs. Masari, MM Program Studi TEKNIK MESIN http://www.mercubuana.ac.id Teknik Penulisan Berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

Apa itu Straight News?

Apa itu Straight News? Fakhrurradzie Gade Apa itu Straight News? Merupakan bentuk berita langsung, bisa juga disebut berita aktual atau terkini (spotnews/hardnews). Berita straight news umumnya memerlukan publikasi lebih cepat.

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Documenter Cowboys in Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 30 April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

Lebih terperinci

Mata Kuliah : PR Writing 1. Topik ke-8: Menulis Feature. abdurrahman/prw1/2009 1

Mata Kuliah : PR Writing 1. Topik ke-8: Menulis Feature. abdurrahman/prw1/2009 1 Mata Kuliah : PR Writing 1 Topik ke-8: Menulis Feature abdurrahman/prw1/2009 1 Tujuan Instruksional Umum Selesai perkuliahan diharapkan mahasiswa menjelaskan pengetian feature dan jenis-jenis feature serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan kualitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan kualitatif yaitu 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan kualitatif yaitu sebuah penelitian dimana peneliti berinteraksi dengan berbagai material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism)

Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism) Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism) Dr. Rahmawati Husein Disampaikan pada Training Eco-Spiritual MLH-AMM PWM DIY Yogyakarta, 20 April 2013 Pengertian & Latar belakang Jurnalisme lingkungan menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

Ciri khas tulisan feature

Ciri khas tulisan feature PERTEMUAN 9 FEATURE PENGERTIAN FEATURE Feature adalah sejenis karangan ringan yang disiapkan penulisannya sebagai bacaan hiburan, namun tetap membeberkan fakta yang ada. Dengan kata lain feature suatu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa merupakan sarana menyebarkan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

Penulisan Media PR Ekternal

Penulisan Media PR Ekternal Modul ke: Penulisan Media PR Ekternal Press Release Fakultas FIKOM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Press Release Definisi Naskah sederhana yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

Membuat Press Release

Membuat Press Release Materi 11 Membuat Press Release Bahan Ajar Produksi Media Public Relations Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Pengertian Press Release Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran penelitian ini. Simpulan dan saran diberikan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik. Jika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

Pemberitaan Calon Kepala Daerah dalam Pilkada 2015

Pemberitaan Calon Kepala Daerah dalam Pilkada 2015 Pemberitaan Calon Kepala Daerah dalam Pilkada 2015 (Kajian Terhadap Proses Seleksi Berita di Harian Suara Merdeka dalam Meliput Pasangan Calon Wali Kota Semarang) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan media massa di Indonesia yang berkembang pesat terutama sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam menyajikan beragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia komunikasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air terutama media massa-media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) penelitian Analisis isi Sampel: Suara Merdeka, Wawasan, Jawa Pos Radar Semarang, Koran Sindo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Mengenai Berita 2.1.1 Pengertian Berita Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit atau Vritta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah. Perkembangan ini dibuktikan dengan semakin banyaknya surat kabar yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah. Perkembangan ini dibuktikan dengan semakin banyaknya surat kabar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media cetak merupakan media yang berpengaruh besar dalam sejarah kehidupan manusia. Sebelum kemunculan media elektronik, media cetak menjalankan fungsinya sebagai media

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian SEPUTAR INDONESIA (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Periode

Lebih terperinci

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan Abstrak Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan informasi semakin meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan cepat dan praktis. Kecil kemungkinan media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah alternatif pilihan baru. Maka, kedudukan jurnalisme online mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah alternatif pilihan baru. Maka, kedudukan jurnalisme online mungkin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internet Sebagai Cyber Media Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, melainkan hanya menjadi sebuah alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BELAJAR MENULIS. GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta

BELAJAR MENULIS. GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta BELAJAR MENULIS GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta PENULIS adalah Seorang yang juga pembaca. Seorang yang selalu menyimak, sadar akan sekitar, dan pemerhati Seorang yang cepat menangkap ide/ gagasan dan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (1984:28) mengatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN MEDIA

BAB IV GAMBARAN MEDIA BAB IV GAMBARAN MEDIA Setiap pemberitaan di media massa, secara tidak langsung membentuk sebuah wacana membentuk pola pikir pembacanya. Begitu pula dalam penelitian ini, tentang bagaimana media mewacanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim : Sikap Media, Citra Personal dan Penghapusan APBD Untuk Wartawan (Analisis Isi Berita Gubernur Jawa Tengah di Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Radar Semarang) Skripsi Disusun untuk memenuhin persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

TEKNIK MENULIS BERITA YANG BAIK. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

TEKNIK MENULIS BERITA YANG BAIK. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom TEKNIK MENULIS BERITA YANG BAIK Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Pada hari Selasa, 1 September 2015, Lembaga OKI melalui Seksi Bidang IKO menyelenggarakan Seminar IKI yang bertempat di Ruang Auditorium

Lebih terperinci