BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelayanan Perizinan. Dengan memiliki izin Karaoke 83,yang termasuk. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelayanan Perizinan. Dengan memiliki izin Karaoke 83,yang termasuk. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga."

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Dalam mendirikan usaha tempat hiburan karaoke di Salatiga, harus melalui prosedur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan. Dengan memiliki izin Karaoke 83,yang termasuk dalam perizinan bidang wisata yang dikeluarkan melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) Kota Salatiga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga. Formulir Izin pendirian tempat usaha karaoke tersebut diakses dan didapat oleh melalui situs BPPT dan PM secara resmi di Setelah di isi sesuai kelengkapan dan kepentingan yang diperlukan lalu diserahkan ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) sebagai Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang melaksanakan kegiatan penyelenggaraan perizinan yang proses 83 Izin Karaoke adalah izin untuk membuka usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan untuk menyanyi dan diiringi dengan alat musik. Pasal 1 angka 42 peraturan walikota tentang pelimpahan Sebagian kewenangan pengelolaan Perizinan secara terpadu satu pintu. 99

2 pengelolaannnya mulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu tempat 84. Dari data yang penulis kumpulkan dengan teknik wawancara dengan pihak Pengusaha Karaoke di Kota Salatiga dan kafe yang memiliki ijin lisensi dengan KCI wilayah Jawa Tengah sebenarnya sudah banyak, namun ketika perjanjian yang hanya berlaku satu tahun mereka tidak memperpanjang lagi perjanjian tersebut. Berikut hasil penelitian penulis di tempat karaoke Salatiga yang menjadi objek penelitian : Tabel 3 Kafe dan Tempat Karaoke di Salatiga Keterangan ( Berlisensi No Nama Kafe dan mengumumkan, Alamat Tempat Karaoke menyiarkan,memutar,atau memainkan musik/tidak) 1 Sarirejo RW IX Ratna Kafe n Berlisensi, jangka waktu Kec. Sidorejo Karaoke masih berlaku Salatiga 2 Ratna 2 Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) 3 Amidis Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) 4 Gold Cafe & Karaoke Sarirejo RW IX Berlisensi, waktu Kec. Sidorejo perjanjian sudah tidak 84 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT dan PM) kota Salatiga, di akses tanggal 01 september

3 Nama Kafe dan No Tempat Karaoke 5 Idola Cafe & Karaoke Chie Cafe dan 6 Karaoke 7 Kafe Sakura Rejo 2 Cafe & 8 Karaoke Prameswari Cafe dan 9 Karaoke 10 Mini 3 Karaoke 11 D Jozz Karaoke Wahid Family 12 Karaoke Alamat Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Sarirejo RW IX Kec. Sidorejo Salatiga Jl. Diponegoro Kompleks Ruko Salatiga Jl. Jendral Sudirman Salatiga Keterangan ( Berlisensi mengumumkan, menyiarkan,memutar,atau memainkan musik/tidak) diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, waktu perjanjian sudah tidak diperpanjang (Daluwarsa) Berlisensi, jangka waktu masih berlaku Berlisensi, jangka waktu masih berlaku 101

4 Keterangan ( Berlisensi mengumumkan, No Nama Kafe dan Alamat menyiarkan,memutar,atau Tempat Karaoke memainkan musik/tidak) 13 Jl. Diponegoro Berlisensi, jangka waktu Happy Puppy No.77L masih berlaku Karaoke Salatiga 14 Zensho Karaoke Jl. Jend sudirman 92-93, Atrium lantai 2 Salatiga Berlisensi, jangka waktu masih berlaku 15 Jl. Sukowati No. Berlisensi, jangka waktu Mr. Locus Family 19 masih berlaku Karaoke Salatiga Jl.Veteran 16 Zone Musik Salatiga Berlisensi, jangka waktu masih berlaku Sumber: wawancara penulis dengan tempat kafe dan karaoke di Salatiga Dari hasil penelitian tersebut Penulis akan mendeskripsikan bahwa ke-16 tempat karaoke tersebut menggunakan player musik berbentuk hard disc dengan kapasitas rata-rata yang dimiliki adalah terabyte. Dengan jumlah lagu pada masing-masing tempat karaoke tentulah berbeda. Tentunya tempat-tempat karaoke ini mengakui bahwa mereka telah memperoleh ijin/sertifikat pengalihan hak atas lagu yang terdapat pada server mereka 85. Tapi dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa ada tempat karaoke yang sertifikat lisensi untuk kegiatan mengumumkan, menyiarkan, memutar atau, memainkan musik telah daluwarsa. 85 Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan pemilik atau pengelola kafe dan tempat karaoke di Salatiga yang menjadi objek penelitian 102

5 Selain mengumumkan, penelitian ini membuktikan bahwa tempat karaoke juga melakukan penggandaan atau perbanyakan terhadap materi ciptaan yang telah memperoleh hak cipta 86. Rumah bernyanyi karaoke membeli lagu yang kemudian lagu tersebut dikopi ke server atau player musik milik mereka. Menurut penulis hal ini dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran hak cipta karena lisensi yang diperoleh oleh rumah bernyanyi karaoke hanyalah hak untuk mengumumkan bukan untuk memperbanyak atau menggandakan materi hak cipta. Beberapa video yang pernah responden dan/atau penulis temukan di tempat karaoke juga ada yang tidak sesuai dengan video yang seringnya dilihat di TV, Internet, ataupun dalam CD aslinya. Penulis juga menemukan ada lagu yang telah dibeli oleh pihak rumah bernyanyi karaoke kemudian lagu-lagu tersebut untuk di tambahkan lirik pada lagu sehingga lirik lagu tersebut dapat dibaca 87. Selain itu penulis menemukan bentuk perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta yang menurut penulis dikategorikan sebagai salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh tempat karaoke atau kafe, yaitu dengan mengurangi besar ukuran file tiap lagu 88. Dengan pengurangan ini kualitas tampilan 86 Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama,termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (Pasal 1 angka 6 UUHC). 87 Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan pengelola Kafe Sakura Salatiga 88 Pengurangan ukuran file juga dikenal dengan istilah kompresi file. Bentuk pengurangan ukuran file lagu termasuk salah satu hak moral dari pencipta yang hanya bisa dialihkan melalui wasiat. Lihat penjelasaan Pasal 24 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 103

6 video lagu dapat menjadi menurun atau tidak seperti kualitas aslinya 89. Ada yang memakai CD bajakan atau bukan berasal dari aslinya, dan ada yang dari hasil mendownload dari situs illegal 90. Apabila pelaku usaha ini telah meminta izin akan bentuk eksploitasi video lagu tersebut maka pelaku usaha ini tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggar hak cipta. Tetapi semua pemilik, pengelola maupun pelaku usaha karaoke yang dijadikan objek penelitian pada penulisan ini hanyalah mengurus izin pengalihan hak mengumumkan, menyiarkan,memutar,atau memainkan musik di KCI. Dalam kasus hak cipta terkait karya cipta lagu yang pernah terjadi di Salatiga, berdasarkan wawancara dengan penyidik di Polres Salatiga diambil kesimpulan bahwa pengusaha tempat karaoke di Kafe Locus, Zone Musik, dan Kafe Sakura di Salatiga telah melakukan pelanggaran atas karya cipta lagu seperti yang terjadi selama pendirian usaha tersebut. Sebagai pihak yang telah diberi kuasa oleh kurang lebih 3000an pemilik ciptaan lagu di Indonesia, KCI mengirimkan surat sebanyak 3 (tiga) kali kepada pengusaha Karaoke tetapi pihak pengusaha Karaoke tidak menghiraukan surat tersebut. Oleh karena pengusaha Karaoke ini telah termasuk dalam kategori users yang bermasalah selanjutnya pihak KCI melaporkan masalah tersebut ke polisi. Pemilik ataupun Manajer Karaoke dalam penggunaan lagu hasil karya ciptaan 89 Penulis mengambil contoh dari hasil observasi ditempat Karaoke Ratna yang memiliki hard disc berkapasitas 12 terabytes dengan jumlah lagu sebanyak 14 juta buah. 90 Berdasarkan hasil observasi penulis di beberapa tempat karaoke yang menjadi objek penelitian. 104

7 seorang pencipta dengan tujuan komersil tersebut tidaklah memperoleh izin lisensi atau tidak megurus izin penggunaan lagu tersebut dari pencipta atau pemegang hak cipta lagu dalam hal ini kepada KCI 91. Dalam kasus tersebut dipersangkakan melanggar Pasal 72 ayat (1), Jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang RI No. 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta 92. Pasal 72 Ayat (1) UUHC yang bunyinya sebagai berikut: Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp ,- (satu Juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) dan atau denda paling banyak Rp ,- (lima miliar rupiah). Dari hasil penelitian penulis, bahwa terjadinya pelanggaran tersebut tidak lepas dari kurangnya pemahaman pengusaha karaoke atau masyarakat mengenai hak cipta karena banyak yang tidak mengetahui akan arti dan fungsi hak cipta serta isi undang-undang hak cipta itu sendiri. Masih rendahnya pengetahuan tentang hukum di bidang hak cipta dapat dilihat jika para pengusaha karaoke di atas (terutama di kawasan Sarirejo) yang tidak tahu dan tidak memperdulikan tentang bagaimana pentingnya izin lisensi dan royalti atas apa yang mereka 91 Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12 September Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12 September

8 pakai, bahkan banyak tempat usaha karaoke tersebut yang tidak mengindahkan tentang royalti. Sikap para pengusaha karaoke yang mengangap walaupun tidak memiliki ijin lisensi pun mereka masih tetap bisa menjalankan usahanya. Serta adanya sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan yang besar tanpa melihat hak dan kewajibannya sebagai seorang user, juga karena anggapan bahwa untuk mengurus ijin lisensi dari KCI dirasa rumit karena memakan waktu, biaya dan proses yang lama. Hal ini menunjukan jika masih kurangnya kesadaran pengusaha karaoke di Salatiga dalam mengurus perjanjian lisensi 93. Belum lagi kendala yang ditemui dari pihak KCI sendiri dalam memjalankan fungsinya seperti masalah luasnya cakupan kerja KCI, kurangnya SDM yang dimiliki pihak KCI, juga mengenai status hukum KCI yang masih menjadi perdebatan karena tumpang tindih dengan lembaga collective organization yang lain. Selama ini pihak dari Polres Salatiga mengatakan sudah melakukan sosialilasi kepada tempat tempat usaha karaoke di Salatiga mengenai hak cipta. Namun dari sekian tempat penelitian penulis para pengusaha karaoke mengatakan jika belum ada sosialisasi yang mendalam, hanya ada himbauan jika harus membayar royalti dalam memakai karya cipta lagu atau musik. Pada hakikatnya efektifitas penindakan hukum jika terjadi pelanggaran hak cipta tersebut juga dipengaruhi oleh sikap, 93 Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara penulis dengan tempat karaoke di Salatiga yang menjadi objek penelitian. 106

9 tindakan aparat penegak hukum. Akan tetapi dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa tingkat pengetahuan penyidik Polres Salatiga terhadap kewenangan mereka dalam bertindak yang di berikan UUHC masih sangat kurang. Hal ini menjadi gambaran dimana kurangnya sosialisasi yang menyentuh semua lapisan masyarakat baik dilakukan oleh Pemerintah, aparat penegak hukum, maupun dari KCI ataupun semua pihak yang mampu melakukan sosialisasi UUHC. Dari hasil penelitian penulis dalam mekanisme pemberian izin lisensi, pihak KCI sudah menentukan kegiatan pemakaian musik atau lagu seperti apakah yang wajib memperoleh lisensi dari KCI yaitu kegiatan pemakaian musik yang bersifat komersial,seperti: 1. Kegiatan yang dilakukan bertujuan mendapatkan keuntungan financial atau pemasukan financial melalui penjualan barang/jasa/karcis ataupun melalui sponsorship/sumbangan atau sejenisnya tanpa melalui penjualan barang/jasa/karcis; dan 2. Kegiatan yang dilakukan yang tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan financial dan/atau pemasukan financial tetapi hiburan yang disajikan melibatkan honorarium,gaji, atau bentuk imbalan lainnya. Orang atau lembaga yang melakukan kegiatan seperti di atas oleh KCI dinamai pemakai (user), sedangkan untuk pemakaian yang dipakai sendiri atau untuk kegiatan yang tidak bersifat komersial tidak 107

10 perlu meminta izin dari KCI atau tidak perlu membayar royalti. Pemakai seperti ini oleh KCI disebut pengguna. Dalam pemberian izin kepada pemakai (user) dalam hal ini tempat karaoke, KCI membuat perjanjian standart. Perjanjian standart ini yang isinya terbuka untuk diketahui para Pencipta yang memberi surat kuasa kepada KCI, adalah berupa Perjanjian Lisensi Pengumuman Musik (PLPM). Adapun isi perjanjian lisensi antara pengusaha/pemilik tempat karaoke dengan YKCI antara lain : 1) Nomor perjanjian lisensi 2) Nama tempat pertunjukkan yang dikelola oleh penerima lisensi 3) Bentuk pemakaian musik 4) Dasar perhitungan royalti pemakai musik 5) Jangka waktu perjanjian 6) Hak dan kewajiban para pihak, yang intinya berisi : a) KCI memberikan lisensi kepada penerima lisensi untuk mengumumkan lagu/musik dengan ruang lingkup khusus yang tertulis dalam bentuk pemakaianmusik dan berlaku di jenis tempat pertunjukan yang tertulis pada perjanjian; b) Pemberian izin kepada Penerima Lisensi harus disertai dengan pembayaran royalti oleh penerima lisensi kepada KCI untuk jangka waktu 1 tahun dan pembayaran tahun pertama dilakukan pada saat penandatanganan perjanjian; 108

11 c) Apabila terdapat perbedaan antara royalti yang dibayarkan dalam hal pembaran kurang, penerima lisensi wajib secepatnya membayar saldo yang belum dilunasinya dan dalam hal pembayaran lebih, KCI wajib mengembalikan secepatnya kelebihan pembayaran kepada Penerima Lisensi; d) Untuk tiap tahun berikutnya, penerima lisensi wajib memberitahukan kepada KCI maksud perpanjangan lisensi dalam waktu 14 hari sebelum jatuh tempo tanggal lisensi dan apabila perpanjangan lisensi tidak dilakukan sementara Penerima Lisensi tetap melakukan kegiatan mengumumkan/menyiarkan musik secara komersial, Surat Perjanjian Lisensi Pengumuman Musik secara otomatis gugur dan kegiatan itu merupakan pelanggaran hak cipta; e) Izin mengumumkan lagu/musik diberikan KCI dalam bentuk sertifikat Lisensi kepada Penerima Lisensi pada saat penandatanganan perjanjian dan pada tahun berikut-nya diberikan tenggang waktu selambat-lambatnya 14 hari setelah penerimaan lisensi memenuhi kewajiban membayar royalti; f) KCI menjamin penerima lisensi bebas dari segala gugatan pihak ketiga yang menjadi peserta maupun pihak yang 109

12 berafiliasi pada KCI sepanjang menyangkut hak ekonomi mengumumkan musik; dan g) Penerima lisensi mendapatkan informasi tentang pendistribusian pembayaran royalti kepada para pencipta lagu. 7. Perhitungan pembayaran royalti 8. Pelanggaran terhadap perjanjian dan penyelesaian sengketa Di bagian bawah sendiri setelah mencantumkan hal-hal di atas, merupakan tempat yang dipakai untuk masing-masing pihak menandatangani perjanjian tersebut, sebagai tanda kesepakatan para pihak setelah terlebih dahulu membaca, mengerti dan memahami isi syarat-syarat yang ada di halaman sebaliknya. Selain surat perjanjian, disitu juga melampirkan lembaran berisikan tentang arti beberapa istilah dalam perjanjian lisensi pengumuman lagu/musik, dengan maksud memberi penjelasan-penjelasan terhadap penerima lisensi. Lampiran tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian tersebut. Bila perjanjian sudah dibuat dan ditanda tangani, maka selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari setelah perjanjian itu dibuat, si penerima lisensi akan mendapatkan sertifikat lisensi sebagai tanda bukti pemakaian hak-hak mengumumkan lagu yang terdapat dalam repertoire (Daftar lagu-lagu di KCI) Irfan Eato, Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu Ditinjau Dari Uu No 19 Tahun Lex Administratum, Vol.1/No.1/Jan-Mrt/2013. hal

13 Setelah di hitung besarnya royalti, pemakai lagu membayar dimuka atas penggunaan satu tahun untuk lagu apa saja yang dikehendaki. Setelah membayar, KCI akan menerbitkan Sertifikasi Lisensi Pengumuman Musik (SLPM). Pada akhir tahun, atau secara berkala selama satu tahun berjalan, pemakai lagu memberikan daftar lagu yang digunakan agar royalti yang telah dibayarnya sampai kepada Pencipta lagu yang lagunya disiarkan atau disuarakan. Suatu perjanjian Lisensi hanya berlaku selama satu tahun dan bisa diperpanjang secara otomatis pada tanggal dan bulan yang sama tiap tahun berikutnya. Pada saat itu juga dapat disesuaikan kembali dengan perubahan-perubahan mengenai jenis musik dan lagu yang ada maupun jumlah royalti yang dibayarkan kepada KCI. Dan perjanjian akan berakhir dengan sendirinya jika salah satu pihak menghendaki, dengan cara memberitahukan secara tertulis paling lambat 2 (dua) bulan sebelum perjanjian lisensi berakhir. Mengenai system pembayaran royalti dalam memberikan izin/lisensi, hak mengumumkan yang dijalankan KCI adalah system blanket lisensi atau paket. Cara menentukan tarif royalti KCI sedapat mungkin mengacu pada rumusan internasional. KCI mengadaptasi berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh CISAC (The Confederation of International Societies for Authors and Composers). Sebagai induk dari lembaga collecting society sedunia, CISAC bertugas 111

14 mengkoordinir aktivitas-aktivitas collecting society se-dunia dalam menentukan tata cara pengelolaan royalti agar lebih baik dan efesien 95. KCI dalam menagih royalti juga melihat pada kondisi tiap unit usaha yang dimiliki users. Hal ini dilakukan dikarenakan adanya perbedaan tingkat kondisi pendapatan atau penghasilan (income) yang diterima users dari tempat usahanya. Penentuan perbedaan besaran tarif ini, didasari oleh survei yang sebelumnya dilakukan KCI pada masingmasing tempat unit usaha users, sehingga dari data survei tersebut KCI dapat membedakan manasaja unit usaha yang baru buka dengan unit usaha yang sudah mapan. Jadi, memang ada perbedaan dalam penentuan besaran tarif atas royalti yang dipungut KCI, namun hal ini semata-mata dilakukan KCI untuk menghormati hak-hak users, sebab alangkah tidak adil jika users yang baru membuka unit usaha dikenakan tarif yang sama besarnya dengan users yang telah memiliki unit usaha yang sudah mapan 96. Untuk dasar penghitungan besarnya tarif royalti ini ada suatu rumusan yang berlaku di Lembaga Collecting Society Internasional yaitu sejumlah persentase tertentu dari pendapatan kotor. 1. Basic Expenditure for Entertaiment (BEE) Adalah pengeluaran rata-rata seseorang satu kali ketempat hiburan. Dianggap sebagai Gross Income pengelola tempat 95 Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21 September

15 hiburan 1 pengunjung. Dasar BEE ini selalu berubah nilainya sesuai dengan kondisi perekonomian saat itu. 2. International Unouoted Acceptance (IUA) Adalah dasar persentase yang telah disetujui atau diterima secara universal, sebagai berikut: a. Feature musik (Live concert, Disco, Karaoke, radiao) sebesar 6 % -10 % dari Gross Income. b. Entertainment Musik (Live di Restaurant/Cafee, TV) sebesar 3 % - 6% dari Gross Income. c. Background Musik (mechanical musik) sebesar 1 % - 2 % dari gross Income. 3. Occupancy Rate Adalah jumlah tingkat pemakaian/kunjungan/jumlah penumpang selama satu tahun sebesar 40 %. 4. Working Days/Months. Adalah perhitungan jumlah hari kerja dalam satu tahun sebanyak 300 hari atau 12 bulan. 97 Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa perhitungan pemungutan royalti berbeda-beda, antara lain : 1. Discotique, 6% X 50% X 313 hari X Rp = Rp , pembulatannya menjadi Rp /room size 97 Edy Waluyo. Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Kaitannya Dengan Pemungutan Royalti Lagu Untuk Kepentingan Komersial, Tesis Fh Undip Semarang;2008. hal

16 2. Live musik, 3% X 50% X 313 hari X Rp = Rp , pembulatannya menjadi Rp /Seat 3. Karaoke reguler, 6% X 50% X 313 hari X Rp = Rp , pembulatannya menjadi Rp Karaoke VIP, Per room = 5 orang, 2 X Rp = Rp /VIP room 5. TV/Video Screen (sebagai Background Musik sejumlah Rp /Screen 6. Fitness dan Aerobic Classes, BEE = Rp (tiket masuk sekali pakai) 1,3% X 40% X 300 hari X Rp = Rp , pembulatannya menjadi Rp /Floor Area 98 B. ANALISIS Sertifikat lisensi yang diberikan KCI kepada penerima lisensi itu berjudul Sertifikat Lisensi Hak Pengumuman Karya Cipta Lagu. Yang memberikan tempat karaoke hak untuk mengumumkan, menyiarkan, memutar, atau memainkan musik dalam bentuk karaoke 99. Berdasarkan sertifikat lisensi tersebut tempat karaoke atau penerima lisensi hanya dapat menggunakan hak ekonomi ciptaan lagu sebatas mengumumkan lagu tersebut. Tetapi kenyataanya, penelitian yang melibatkan 16 rumah 98 Ibid.Hal Sertifikat lisensi KCI terlampir 114

17 bernyanyi karaoke ini menunjukkan bahwa ada tempat karaoke telah melakukan suatu perbuatan tanpa menghiraukan hak pencipta. Hal tersebut melanggar Pasal 72 ayat (1), Jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang RI No. 19 tahun 2002, tentang Hak Cipta 100. Dengan uraian dari setiap unsur tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, unsur barangsiapa. Ini menandakan yang menjadi subjek delik adalah siapapun. Kalau menurut KUHP yang berlaku sekarang, hanya manusia yang menjadi subjek delik, sedangkan badan hukum tidak menjadi subjek delik. Tetapi, dalam undang-undang khusus seperti undang-undang tindak pidana ekonomi, badan hukum atau korporasi juga menjadi subjek delik 101. Dalam UUHC, barangsiapa bisa ditunjuk antara lain, kepada pelaku dan produser rekaman suara. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklore, atau karya seni lainnya 102. Produser rekaman suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya 103. Dalam kasus ini 100 Wawancara dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12 September Hendra Tanu Wijaya,Hak Cipta Musik atau Lagu,Jakarta,UI Press,2003,hlm Pasal 1 angka 10 Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun Pasal 11 angka 10 Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun

18 Unsur Barang Siapa ditujukan kepada pemilik Karaoke sebagai subjek hukum, maka Penulis berpendapat unsur barang siapa terpenuhi. Kedua, unsur dengan sengaja dan tanpa hak. Kebanyakan tindak pidana mempunyai unsur kesengajan atau opzet bukan unsur culpa (kelalaian). Ini adalah layak, oleh karena biasanya yang pantas mendapat hukuman pidana itu ialah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja. Kesengajan ini dapat berupa kesengajaan yang bersifat tujuan (oogmerk), kesengajaan secara keinsafan kepastian (Opzet bij zekerheidsbewustzijn), dan kesengajaan secara keinsfan kemungkinan (Opzet bij mogelijkheidsbewustzjin) 104. Mengenai arti tanpa hak dari sifat melanggar hukum, dapat dikatakan bahwa mungkin seseorang tidak mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan yang sama sekali tidak dilarang oleh suatu peraturan hukum. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4 UUHC, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta. Pemilik hak cipta dapat mengalihkan atau menguasakan sebagian atau seluruh haknya kepada orang/badan hukum baik melalui perjanjian, surat kuasa maupun dihibahkan atau diwariskan 105. Tanpa pengalihan atau kuasa tersebut, maka tindakan itu merupakan tanpa hak bahwa Karaoke telah melakukan dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa pengumuman musik / lagu ditempat 104 Hendra Tanu Wijaya,Op,Cit,hlm ibid 116

19 usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasa atas lagu. Unsur ini terpenuhi karena manajemen Karaoke dengan sadar telah mengumumkan atau memperbanyak hak cipta berupa pengumuman musik / lagu ditempat usahanya tanpa izin dari pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasa atas lagu sendiri yang diakui pengusaha karaoke itu sendiri. Hal ini pun didukung oleh keterangan yang mengatakan bahwa pihak KCI wilayah Jawa tengah telah mengirimkan surat pemberitahuan, surat pengingat, dan surat peringatan kepada pihak pengusaha Karaoke namun diacuhkan. Inilah hal yang menampakkan bahwa pengusaha Karaoke dengan sengaja melakukan pelanggaran hak cipta. Keempat, unsur perbuatan dapat dikualifikasikan dalam bentuk mengumumkan. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (5) UUHC,pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun, sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain; dan unsur memperbanyak (perbanyakan), menurut ketentuan Pasal 1 ayat (6) UUHC, adalah penambahan jumlah suatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun sebagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Dalam kasus ini pihak Karaoke 117

20 memperdengarkan /mempertontonkan /menyiarkan ciptaan lagu kepada umum yang memutar lagu yang dinyanyikan pengunjung karaoke Dari hasil penelitian diatas, penulis melihat perbuatan yang melanggar hak pencipta yang dilakukan oleh tempat karaoke tidak hanya dalam ranah hak ekonomi pencipta tetapi juga dalam hak moral pencipta 106. Penulis melihat bahwa rumah bernyayi karaoke telah melanggar hak integritas pencipta. Hak integritas merupakan bagian dari hak moral pencipta itu sendiri. Hal ini pun telah Penulis kemukakan pada sub bab sebelumnya. Hak integritas ini bertujuan untuk melindungi ciptaan pencipta dari penyimpangan, pemenggalan, atau perubahan yang dapat merusak integritas pencipta. Berdasarkan Penjelasan Pasal 24 ayat (2) UUHC disebutkan bahwa dengan hak moral, pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk: a. Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam ciptaannya ataupun salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara umum; b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi, atau bentuk perubahan lainnya yang meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak 106 Perbuatan sekecil apapun terhadap suatu ciptaan, baik seperti mengganti atau mengubah judul dan sub judul suatu ciptaan, mengganti warna, menampilkan suatu ciptaan drama diluar stage yang dimaksudkan oleh pencipta, maupun mengubah nama asli atau nama samaran pencipta digolongkan sebagai pelanggaran hak moral. Terdapat dalam Elyta Ras Ginting,Hukum Hak Cipta Indonesia,Bandung,2012, hlm

21 apresiasi dan reputasi pencipta. Selain itu tidak satupun dari hak-hak tersebut dapat dipindahkan selama penciptanya masih hidup, kecuali atas wasiat pencipta berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dari hasil penelitian yang penulis temukan, dapat disimpulkan bahwa tempat karaoke tersebut telah melakukan beberapa perbuatan pelanggaran hak cipta seperti : 1. Rumah bernyanyi karaoke melakukan penggandaan dengan meng-copy lagu ke hard disc mereka; 2. mengurangi ukuran file lagu; 3. Ada rumah bernyanyi karaoke yang melakukan aransemen ulang. 4. Ada Rumah bernyanyi karaoke mengumumkan lagu yang di download dari situs ilegal; 5. Ada rumah bernyanyi karaoke mengumumkan lagu yang didapatnya bukan berasal dari CD aslinya. Perbuatan-perbuatan rumah bernyanyi karaoke di atas tidaklah memperoleh izin sebelumnya dari pencipta lagu/produser rekaman suara untuk mengeksploitasi lagu tersebut. Dari hal ini Penulis menarik kesimpulan bahwa rumah bernyanyi telah melakukan pelanggaran hak cipta. Konsekuensi apabila hal ini diumumkan atau disiarkan walaupun rumah bernyanyi telah memperoleh lisensi pengumuman lagu adalah rumah bernyanyi karaoke selain melanggar ketentuan Pasal 72 ayat (1), 119

22 Pasal 72 ayat (2) dan Pasal 72 ayat (6) UUHC dapat diberlakukan terhadap rumah bernyanyi karaoke yang melakukan pelanggaran hak cipta dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta dan dengan sengaja materi ciptaan diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain. Terhadap lebih lanjut mekanisme perjanjian lisensi hak cipta lagu antara pengusaha karaoke dengan KCI, pasal 45 UUHC mengatur bahwa : 1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta (termasuk pelaku sebagai pemegang hak terkait) berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan pengumuman, perbanyakan, penyiaran sebagaimana diatas. 2. Kecuali diperjanjikan lain, lingkup lisensi dimaksud meliputi semua perbuatan pengumuman, perbanyakan, penyiaran berlangsung selamajangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. 3. Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanan perbuatan pengumuman, perbanyakan dan penyiaran tadi disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta atau pemegang hak terkait oleh penerima lisensi. 120

23 4. Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak terkait oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi. Dari ketentuan Pasal 45 UUHC tersebut, ada dua hal pokok berkaitan dengan pengalihan hak cipta maupun hak terkait dari pemilik hak kepada pihak lain, yaitu : 1. Lisensi apabila orang lain hendak melakukan perbuatan perbanyakan dan pengumuman Ciptaan serta kegiatan perbanyakan dan penyiaran dari rekaman suara dan/atau gambar pertunjukan, harus mendapat lisensi dari pencipta atau pemegang hak terkait; dan 2. Royalti penerima lisensi wajib member royalti kepada Pencipta atau pemegang hak terkait. Bagaimana substansi yang sebenarnya dari perjanjian antara pemberi lisensi dan penerima lisensi sangat bergantung kepada kedua belah pihak. Pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yang saling berhadapan, yaitu penawaran oleh pihak penawar dan pihak penerimaan oleh pihak penerima. Diantara pihak penawar dan pihak penerima tersebut harus tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak 107. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan 107 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sebagai Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1989, hlm

24 berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata ayat (1) yang menyatakan : semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Adapun yang menjadi subyek dalam perjanjian lisensi tersebut ialah pencipta lagu yang diwakili oleh KCI 108, sebagai Pemberi Lisensi dengan semua user kecuali produser sebagai penerima lisensi. Pemberi lisensi harusnya mengetahui sampai titik mana hak kekayaan intelektual dapat dilisensikan kepada pihak lain dan seberapa jauh pemberi lisensi sudah dilindungi secara hukum. Demikian hal bagi Penerima Lisensi harus mengetahui keabsahan dan kepemilikan atas obyek dari lisensi. Dengan demikian baik pemberi lisensi maupun penerima lisensi, masingmasing mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi pengumuman lagu ini 109. Mengenai royalti yang selama ini dikelola KCI pada prinsipnya setelah dikumpulkan, dipotong biaya administrasi, pajak, dana operasional lalu didistribusikan kepada pencipta lagu yang telah terdaftar sebagai anggota KCI pada bulan maret tahun berikutnya. Besar kecilnya jumlah royalti yang diterima anggota KCI bergantung juga terhadap laporan pemakaian lagu yang bersangkutan oleh para pemakai, jadi semakin sering lagu dipakai/diumumkan oleh users maka akan semakin 108 Pencipta lagu memberikan surat kuasa kepada KCI untuk mengelola hak mengumumkan ciptaaan lagu tersebut. 109 Djuwityastuti, Kajian Yuridis Penerbitan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) Yustisia Edisi Nomor 69 Sept. - Desember 2006, hal

25 banyak juga pula royalti yang akan diterima pencipta lagu 110. Menurut Penulis hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pencipta lagu atau anggota KCI yang sudah memberikan kuasa kepada KCI dikarenakan data laporan pemakaian lagu yang masuk belum tentu akurat. Artinya bahwa lagu ciptaan siapa sajakah yang dipakai oleh para users dan berapa banyak pemakaiannya. Penggunaan lagu di tempat karaoke pada umumnya bergantung pada situasi dan permintaan pengunjung, sehingga mungkin saja data lagu yang dinyatakan banyak dipakai tetapi sebenarnya tidak banyak dipakai dan mungkin juga sebaliknya. Maka hal inilah yang menurut Penulis dapat menimbulkan ketidakadilan. Perlu menjadi catatan bahwa dalam pemberian lisensi KCI sebagai salah satu wadah yang bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa dalam memberi izin hanyalah memberikan hak mengumumkan kepada users yang merupakan repertoire KCI. Dari perjanjian lisensi tersebut diketahui bahwa rumah bernyanyi karaoke hanyalah memperoleh hak untuk mengumumkan suatu ciptaan lagu. Sedangkan untuk perbanyakan, pemecahan bagian materi ciptaan, pengurangan ukuran file lagu, ataupun aransemen ulang lagu tersebut merupakan bentuk eksploitasi ciptaan yang seharusnya sebelum pengeksplotasian itu dilakukan terlebih dahulu patutlah apabila pelaku usaha tempat karaoke ini memperoleh lisensi atas bentuk eksploitasi. 110 Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September

26 B.1 Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu Antara Pengusaha Karaoke Dengan KCI Di Kota Salatiga Kegiatan KCI dalam melaksanakan perjanjian lisensi dan pemungutan royalti di Kota Salatiga saat ini masih diwarnai berbagai hambatan-hambatan yang datang dari berbagai aspek, kurangnya pemahaman pengusaha karaoke atau masyarakat mengenai hak cipta, masih rendahnya pengetahuan tentang hukum di bidang hak cipta dan kurangnya kesadaran akan pentingnya mengurus perjanjian lisensi dan pembayaran royalti terhadap pemakaian lagu oleh pengusaha karaoke di Salatiga adalah masalah yang paling besar saat ini ditemu oleh KCI. Penarikan royalti memang telah dikuasakan kepada KCI oleh pencipta lagu ataupun pemegang hak karya cipta, akan tetapi belum keluarnya Peraturan Pemerintah tentang hal ini j u g a menjadi kendala yang sampai saat ini masih dihadapi KCI untuk terus melakukan tugasnya 111. Bentuk-bentuk standar perjanjian lisensi tidak ditemukan dalam UUHC, yang ada hanyalah pasal yang menyebutkan bahwa mengenai perjanjian lisensi akan diatur kemudian dalam Keppres. Akan tetapi sampai sekarang ini belum ada Keppres tentang perjanjian lisensi. Permasalahan yang lain adalah mengenai pemungutan royalti. UUHC menyebutkan bahwa pemungutan royalti dilakukan oleh organisasi profesi berdasarkan kesepakatan antara pencipta dan organisasi profesi tersebut. Pasal ini menimbulkan multi tafsir mengenai siapa yang disebut 111 Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September

27 dengan organisasi profesi dan apa saja yang menjadi kewenangannya. Multi tafsir dari pasal tersebut mengakibatkan adanya tumpang tindih kewenangan sesama collecting societies. Tumpang tindih kewenangan tersebut sempat menjadi persolaan bagi beberapa collecting societies dan sempat mencuat ke permukaan, hingga akhirnya harus diselesaikan di pengadilan. Kasus yang sempat terjadi salah satunya adalah YKCI (Yayasan Karya Cipta Indonesia) berhadapan dengan ASIRI (Asosiasi Indutri Rekaman Indonesia) yang saling mengklaim memiliki hak untuk melakukan pemungutan royalti. Selain itu, disamping ASIRI dan YKCI ada juga banyak organisasi profesi yang mengklaim dirinya sebagai lembaga yang berhak melakukan pemungutan royalti, katakanlah seperti PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), dan PAPPRI (Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia). Untuk lebih memperjelasnya maka Penulis akan mengelompokan beberapa kendala KCI dalam melaksanakan perjanjian lisensi dan pemungutan royalti di Salatiga: 1. Kurangnya sosialisasi UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta kepada masyarakat dan pengguna/ user. UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, diharapkan dapat menjadi payung kepastian hukum terkait segala sesuatu tentang Hak Cipta. Namun kehadiran UU tersebut ternyata dirasakan tidak lebih dari sekedar pelengkap. Keluarnya Undang-undang Nomor 19 Tahun 125

28 2002 Tentang Hak Cipta bukan serta merta seluruh lapisan masyarakat tahu akan hal itu, walaupun pada teoritisnya keluarnya suatu Undang-undang dan telah diterbitkan dalam Berita Negara masyarakat dianggap tahu baik mengenai isi maupun sanksi yang termuat di dalamnya. Untuk itu perlu lebih banyak sosialisai kepada semua masyarakat mengenai hak cipta ini, semua pihak diharapkan memberikan pengertian kepada pengusaha ataupun masyarakat tentang pemahaman hak cipta dan royalti karena jika tidak pengunaan ataupun pemakaian lagu-lagu disebuah tempat usaha yang dikomersilkan tanpa dipungut royaltinya akan membuat para pencipta kehilangan kepercayaan terhadap institusi hukum yang ada dalam hal penegakan hukum. Sosialisasi bisa dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan, pemahamanpemahaman lansung yang dilakukan pihak terkait baik di lapangan. 2. Rendahnya kesadaran pengguna/ user dalam menghargai karya cipta. Hal ini dipengaruhi faktor kebiasaan masyarakat yang pada umumnya tidak memperhatikan arti dari Hak Cipta itu, dengan keadaan ini jelas masyarakat juga tidak mempedulikan tentang bagaimana pentingnya pembayaran 126

29 royalti atas apa yang mereka pakai, bahkan banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang royalti sehingga masih ada kegiatan usaha tanpa membayar royalti,hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu royalti dan tentang Undang-undang Nomor 19 Tahun Sulitnya pendataan penguna karya cipta karena luasnya wilayah kerja dengan tidak didukung oleh SDM dan Biaya Jumlah usaha yang banyak berkembang saat ini cukup menyulitkan KCI dalam mendata usaha yang mempergunakan karya cipta para pemegang hak cipta, baik usaha berskala kecil ataupun besar, usaha hiburan yang jadi target utama KCI dalam pemungutan royalti saat ini berkemang dengan pesat dan belum semuanya terdata oleh KCI hal ini disebabkan jumlah petugas di lapangan yang sedikit tidak sesuai dengan jumlah usaha yang tumbuh saat ini. Dengan luasnya cakupan kerja KCI ternyata dalam internal manajemen tidak didukung dari segi SDM-nya, setidaknya dari segi kuantitas (banyaknya jumlah) SDM. Keadaan seperti ini sangat dirasakan oleh pihak perwakilan KCI yang ada didaerah. Keadaan yang ada semakin diperparah dengan minimnya alokasi dana bagi operasional KCI jika dibandingkan dengan luasnya wilayah 127

30 kerja, dan itu semakin membuat KCI tidak maksimal dalam bekerja. 4. Status keberadaan Yayasan Karya Cipta yang dipertanyakan Tumpang tindih kewenangan sebuah lembaga collective organization yang terjadi antara KCI dengan lembaga profesi lain yang ikut serta mengklaim dirinya yang berhak melakukan pemungutan royalti. Sebut saja dengan ASIRI ( Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan, PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada dasarnya tidak merumuskan secara definitif mengenai adanya suatu collective organization, melainkan sekilas disebutkan sebagai organisasi profesi. Dengan tidak adanya penunjukan oleh undang-undang, maka embrio organisasi yang berdiri atas prakarsa PAPPRI sejak 20 tahun silam ini seolah kehilangan legitimasinya di masyarakat. Diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa pemerintah tidak bertindak untuk membentuk organisasi profesi yang kuat dan berwibawa. Penyudutan terhadap status KCI semakin dipertajam dengan banyaknya pihak yang tidak terima dan mengajukan gugatan kepadanya. 128

31 B.1.2 Penyelesaian Pelanggaran Perjanjian Lisensi Hak Cipta Lagu antara Pengusaha Karaoke dengan KCI di Kota Salatiga Pada tindak pidana dibidang hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta, penyidik pada Polres Salatiga berdasarkan hasil wawancara, penyidik berperan dalam menindaklanjuti setiap persoalan yang berhubungan dengan tindak pidana dibidang hak cipta. Apabila mendapat laporan atau menemukan sendiri pelanggaran tersebut petugas kepolisian dapat melakukan penindakan 112. Hal ini pula telah Penulis jelaskan bahwa Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta memberikan klasifikasi delik sebagai delik biasa /formal, itu berarti dianggap telah sepenuhnya terlaksana dengan dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undangundang. Bersifat mutlak ada kerugikan yang ditimbulkan, barulah para pelaku pelanggar baru dapat dituntut berdasarkan ketentuan pidana yang terdapat dalam UUHC. Menurut keterangan yang diberikan Bapak Darmawan selaku Kanit ReskrimPolres Salatiga, Penyididik pada Reskrim Polres Salatiga melakukan proses penyidikan terhadap kasus pelanggaran hak cipta berdasarkan Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Perkap 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. 112 Wawancara dilakukan dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12 September

32 Berdasarkan hasil wawancara juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penyidik pada Subdit Reskrim terhadap kewenangan mereka dalam bertindak yang telah diberikan oleh UUHC masih sangat kurang. Oleh karenanya penyelidikan terhadap tindak pidana hak cipta baru dilakukan pada saat ada laporan dari pemegang hak cipta yang dirugikan. Dengan penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa salah satu faktor merajalelanya pelanggaran hak cipta di kota Salatiga juga dipengaruhi oleh keaktifan dari pihak kepolisian. Dalam praktiknya Penulis berpendapat tindak pidana hak cipta tidak tepat dimasukkan dalam kategori delik biasa. Setidaknya ada tiga alasan mengapa Penulis berpendapat demikian, yaitu pertama, aparat penegak hukum tidak bisa menentukan apakah telah terjadi tindak pidana hak cipta tanpa membandingkan barang hasil pelanggaran hak cipta dengan ciptaan aslinya. Hanya pencipta atau pemegang hak ciptanya-lah yang memegang dan mengetahui dengan pasti ciptaan yang asli tersebut. Oleh karena itu, seharusnya tidak mungkin aparat penegak hukum dapat bergerak sendiri tanpa adanya pengaduan terlebih dahulu dari pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan atas tindak pidana tersebut. Kedua, dalam melakukan proses hukum, aparat penegak hukum tidak mungkin langsung mengetahui apakah suatu pihak telah mendapat izin untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan. Oleh karena itu, pasti ada pengaduan terlebih dahulu dari pencipta atau pemegang hak cipta yang mengetahui dengan pasti bahwa suatu pihak 130

33 telah melanggar hak ciptanya karena tidak memiliki izin untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Ketiga, dalam praktik, apabila terjadi pelanggaran hak cipta, pihak yang hak ciptanya dilanggar lebih menginginkan adanya ganti rugi dari pihak yang melanggar hak cipta ketimbang pelanggar hak cipta tersebut dikenakan sanksi pidana penjara atau denda. Oleh karena itu, penyelesaiannya diupayakan secara damai di luar pengadilan. Namun, karena tindak pidana hak cipta adalah delik biasa, sering kali aparat penegak hukum yang mengetahui adanya pelanggaran hak cipta terus melanjutkan proses hukum pidana meski sudah ada kesepakatan damai antara pihak yang dilanggar hak ciptanya dengan pihak yang melanggar hak cipta. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi para pihak yang telah berdamai tersebut. Indonesia telah memiliki beberapa undangundang di bidang HKI, yaitu tentang paten, merek, hak cipta, desain industri, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit terpadu. Kecuali undang-undang tentang hak cipta, undang-undang di bidang HKI lainnya menentukan bahwa tindak pidana yang diatur didalamnya merupakan delik aduan. Sangat aneh ketika tindak pidana hak cipta diatur berbeda dengan tindak pidana dibidang HKI lainnya. Dengan demikian, seharusnya tindak pidana hak cipta diatur sama dengan tindak pidana di bidang HKI, yaitu merupakan delik aduan. Menurut Penulis memang benar bahwa hanya pencipta dan pemegang haklah yang mengetahui dengan pasti ciptaannya yang asli. 131

34 Tetapi apabila ciptaan tersebut ingin digunakan dalam suatu usaha atau mengomersialkan materi hak cipta maka sebagai pelaku usaha yang beritikad baik terlebih dahulu pelaku usaha ini meminta izin kepada pencipta dari ciptaan tersebut. Apabila berhubungan dengan penggunaan ciptaan lagu, pelaku usaha ini dapat meminta izin pengalihan hak ekonomi kepada produser rekaman atau suatu asosiasi yang diberi kuasa oleh pencipta untuk mewakilinya dalam pengalihan hak. Disaat pelaku usaha ini telah memperoleh pengalihan izin penggunaan lagu dalam bentuk pengumuman, KCI selaku salah satu wadah perantara antara pencipta dan pelaku usaha memberikan sertifikat penggunaan lagu sesuai dengan syarat-syarat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Jikalau pelaku usaha ini meminta pengalihan izin langsung kepada penciptanya maka bentuk pengalihannnya berbentuk perjanjian lisensi yang selanjutnya lisensi tersebut didaftarkan pada dirjen HAKI. Jadi kalau alasannya penegak hukum berkendala dalam menemukan alat bukti sebagaimana alasan di atas bahwa pencipta dan pemegang hak ciptalah yang memegang dan mengetahui dengan pasti ciptaan aslinya, pihak penyidik dapat menanyakan keberadaan lisensi pengalihan hak tersebut atau sertifikat pengalihan hak yang telah pelaku usaha peroleh sebelumnya disaat pengurusan izin tersebut atau kalau diperlukan cek lisensi yang terdaftar pada direktorat HKI. Apabila pelaku usaha itu tidak memilikinya maka dapat dipastikan pelaku usaha tersebut telah melanggar hak pencipta. 132

35 Kedua, apabila alasannya adalah tidak akan mungkin mengetahui apakah suatu pihak telah mendapat izin untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan. Penulis dapat menganalogikan bahwa penggunaan narkoba tanpa resep dari dokter yang telah mengikuti pelatihan di rumah sakit ketergantungan obat merupakan suatu perbuatan yang dilarang, ada pun jenis yang hanya diperbolehkan adalah psikotropika golongan III dan golongan IV. Hal ini barulah dapat diketahui jika Polisi melakukan penggerebekan atau razia terhadap pelaku yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Hal semacam ini pula dapat diberlakukan pada kasus pelanggaran hak cipta. Jadi para pelaku usaha dapat dirazia oleh pihak kepolisian tanpa adanya aduan terlebih dahulu kepada Polisi. Ketiga, apabila alasannya karena seringkali pencipta lebih menginginkan ganti rugi daripada sanksi pidana diberlakukan terhadap pihak yang melanggar. Penulis berpendapat UUHC telah memberikan hak kepada pencipta untuk dapat melakukan gugatan perdata pada pengadilan negeri dan juga penuntutannya. Delik biasa pada UUHC ini diberikan karena selain kepentingan pribadi pencipta yang dirugikan juga hal ini berimplikasi pada pemasukan negara dari sektor perpajakan. Telah diketahui bahwa sebagian besar pelaku usaha menginginkan perolehan keuntungan dengan cara yang mudah. Jadi untuk alasan menyulitkan para pihak yang ingin berdamai Penulis rasa bukanlah suatu alasan yang tepat karena pelanggaran hak cipta tidak hanya berbicara mengenai pencipta 133

36 dan pelaku usaha tetapi juga negara yang dalam hal ini turut merasakan kerugian yang ditimbulkan oleh para pelanggar hak cipta. Potensi kerugian negara dari 60 kasus pelanggaran hak cipta yang telah ditangani oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual diperkirakan mencapai sekitar Rp 100 miliar 113. Seandainya royalti yang diterima oleh pencipta sebesar peredaran ciptaanya di lapangan maka pencipta akan membayar pajak yang banyak pula sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan pajak itu maka sejahteralah masyarakat Indonesia terlepas dari masalah mafia pajak tentunya. Ini pula membuktikan pelaku usaha yang beritikad buruk juga telah merugikan masyarakat Indonesia. B.1.3 Upaya Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta pada Kafe dan Tempat Karaoke Yang Tidak Memiliki Lisensi atas Hak Cipta Lagu KCI dalam hal pelaksanaan pemungutan royalti di lapangan sebenarnya tidak hanya menunggu pembayaran dari pihak pengelola tempat hiburan melainkan juga melakukan pengawasan, pengawasan ini dilakukan untuk menertibkan setiap pengelola hiburan dalam pengunaan lagu dan melihat tempat usaha lain yang belum membayar lisensi atas karya cipta yang dikuasakan kepadanya.untuk itu KCI melakukan pengawasan di lapangan, bisa dilakukan oleh anggota KCI langsung dan juga mendengarkan secara langsung laporan dari masyarakat ataupun para pemegang hak cipta, dari sini KCI akan langsung melakukan pengecekan jika benar terjadi pelanggaran maka 113 Pelanggaran Hak Cipta, hingga-oktober-2012-kerugian-negara-diperkirakan-100-miliar diakses pada tanggal 13 september

37 KCI akan langsung melayangkan surat peringatan kepada pengelola tempat usaha atau hiburan tersebut 114. Jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh penerima lisensi atau penerima lisensi tidak memenuhi kewajibannya membayarkan royalti sesuai yang telah diperjanjikan maka antara KCI dan penerima lisensi dalam hal ini pemilik atau pengusaha tempat-tempat karaoke akan dipertemukan bersama untuk menyelesaikan secara musyawarah terlebih dahulu, akan tetapi jika jalan musyawarah yang ditempuh tidak membuahkan hasil maka salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan masalah ini ke ranah hukum untuk menyelesaikan masalah tersebut 115. Ketentuan pidana yang dipergunakan untuk melindungi hak cipta mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup berarti. Perkembangan dan perubahan mengenai ketentuan pidana ini senantiasa disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan bidang-bidang hak cipta yang mencakup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan. Dinaikkannya ancaman pidana bagi pelanggar hak cipta dapat dikatakan mendapat pengaruh dari sektor ekonomi, karena pada dasarnya si pelaku kejahatan hak cipta dapat memperoleh keuntungan finansial yang besar, terlebih lagi kalau tindak pidananya berupa pembajakan. Usaha penanggulangan kejahatan hak cipta disamping 114 Wawancara dilakukan dengan Daryanto,Pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Jateng & DIY pada tanggal 21September Wawancara dilakukan dengan Darmawan, Kanit Reskrim Polres Salatiga pada tanggal 12 September

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229] UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 72 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA DAN KETENTUAN SANKSI PIDANANYA

BAB II BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA DAN KETENTUAN SANKSI PIDANANYA BAB II BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA DAN KETENTUAN SANKSI PIDANANYA A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Pengajuan tuntutan hak cipta dapat dilakukan secara pidana. Undang- Undang hak cipta telah

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015 SUATU TINJAUAN TENTANG HAK PENCIPTA LAGU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1 Oleh: Ronna Sasuwuk 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat Serta Prosedur Pendaftaran dan Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 1. Syarat dan Prosedur Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Lebih terperinci

LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA. A s h i b l y. Abstract

LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA. A s h i b l y. Abstract 39 LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA A s h i b l y Abstract In practice, the use and collection of royalties creation would not all be done by the author. Thus was born

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Cipta merupakan salah satu jenis dari Hak Kekayaan Intelektual. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2014 tentang Hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: Mengingat: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki

Lebih terperinci

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014 INTISARI HAK CIPTA UU No 28 Tahun 2014 Definisi Pasal 1 : Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang HAKI (hak atas kekayaan intelektual) adalah hak hukum yang timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang dipublikasikan kepada masyarakat umum baik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa

dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa 91 A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah ditambah dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perbedaan perlindungan

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No. Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program

Lebih terperinci

: /2 /0 04

: /2 /0 04 » Apakah yang dimaksud dengan Hak cipta?» Apa yang dapat di hak ciptakan?» Berapa Lama hak cipta berakhir?» Apa yang ada dalam Domain Publik?» Apakah Cukup Gunakan?» Alternatif untuk Hak Cipta» Hak cipta

Lebih terperinci

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU. Perhatikan desain-desain handphone berikut:

DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU. Perhatikan desain-desain handphone berikut: DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Perhatikan desain-desain handphone berikut: 1 1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang SIRKUIT TERPADU (integrated

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Program Komputer menurut Undang- Menurut Soebekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa di

BAB IV. A. Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Program Komputer menurut Undang- Menurut Soebekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa di BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER SECARA MASSAL BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI OLEH SUATU INSTANSI DENGAN MICROSOFT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Hak cipta memiliki hak ekslusif di dalamnya yaitu hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 9-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1983 (ADMINISTRASI. FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF. Muthia Septarina*

PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF. Muthia Septarina* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 30-35 30 PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF Muthia Septarina* PENDAHULUAN Sebagai negara yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai

Lebih terperinci

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal: Berlaku Revisi Halaman 1 Desember 2015 t tppm 1. TUJUAN Prosedur Hak Cipta inibertujuan untuk menerangkan cara pengajuan Hak Cipta dari Ciptaan para Karyawan (Dosen dan Tenaga Kependidikan) Universitas

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? Bapak Agung : Jangka waktu perlindungan Hak cipta: 6. Selama hidup ditambah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH, MH, FCBArb Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin Hak Cipta Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin Beberapa Pengertian Pengumuman adalah 1.pembacaan, 2.penyiaran, 3.pameran, 4.penjualan, 5.pengedaran,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Kantor Hak Kekayaan Intelektual Institut Pertanian Bogor (Kantor HKI-IPB) Gedung Rektorat IPB Lantai 5 Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Atas Kekayaan Intelektual Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Kekayaan Intelektual Hasil pemikiran, kreasi dan desain seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.266, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undangundang tentang

Lebih terperinci

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi &Komunikasi

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi &Komunikasi BAB III Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi &Komunikasi Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti timbul dari kebiasaan. Etika mencakup analisis dan penerapan nilai-nilai seperti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

MEREK. Umum. 1. Apakah merek itu?

MEREK. Umum. 1. Apakah merek itu? MEREK Umum 1. Apakah merek itu? Yang dimaksud dengan merek adalah suatu "tanda" yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2002. TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya pengendalian pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semenjak jaman Hindia Belanda dengan berlakunya Auteurswet dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1.

BAB I PENDAHULUAN. semenjak jaman Hindia Belanda dengan berlakunya Auteurswet dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKAN MASALAH Sudah lebih dari satu dekade Undang-undang No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai payung hukum atas perlindungan atas karya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II PELANGGARAN TERHADAP HAK KONSUMEN ATAS PEMBATALAN KONSER OLEH PROMOTOR SELAKU PELAKU USAHA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II PELANGGARAN TERHADAP HAK KONSUMEN ATAS PEMBATALAN KONSER OLEH PROMOTOR SELAKU PELAKU USAHA BAB II PELANGGARAN TERHADAP HAK KONSUMEN ATAS PEMBATALAN KONSER OLEH PROMOTOR SELAKU PELAKU USAHA 2.1. Hubungan Hukum Antara Konsumen Dan Pelaku Usaha Konser merupakan kegiatan yang melibatkan labih dari

Lebih terperinci

B U P A T I B A L A N G A N

B U P A T I B A L A N G A N -1- B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri; Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 38 Barang siapa karena kealpaannya : a. tidak menyampaikan Surat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Rony Arifiandy, S.Si. HaKI-5. Hak Cipta (Copyright)

Rony Arifiandy, S.Si. HaKI-5. Hak Cipta (Copyright) Rony Arifiandy, S.Si 1 HaKI-5 Hak Cipta (Copyright) HAK TERKAIT NEIGHBORING RIGHTS Hak cipta memberikan insentif untuk membuat ciptaan dengan memberikan hak eksklusif kepada pencipta. Namun, pengumuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya cipta perlu dilindungi hukum, Pemerintah Republik Indonesia telah mengundangkan UUHC yang merupakan instrumen atau perangkat hukum untuk memberikan jaminan perlindungan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996)

KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996) *51746 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1997 HAKI. MEREK. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3681). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh Oleh Rudy Susatyo Disampaikan dalam kegiatan Workshop dengann tema Meniuju Keunggulan UST Melalui Peningkatan Kinerja Riset Abdimas (Menuju HaKI, Jurnal Terindeks, dan Optimalisasi Jabatan Fungsional),

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK HIBURAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK HIBURAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

SOFYAN ARIEF SH MKn

SOFYAN ARIEF SH MKn Kekayaan Intelektual SOFYAN ARIEF SH MKn sofyanariefumm@gmail.com 085736025201 PROSES LAHIRNYA KARYA INTELEKTUAL Olah pikir manusia Lahir karena kemampuan Intelektual Manusia Manusia Menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya pola pikir, intelektual,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 302, 1997 (HAKI. PATEN. Perdagangan. Penemuan. Ekonomi. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan laju pembangunan di Indonesia yang di ikuti dengan laju perkembangan teknologi, maka meningkat pula kebutuhan manusia akan gaya hidup. Salah

Lebih terperinci

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 22 HLM, LD No 15 ABSTRAK : - bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1989 (PERDATA, PERINDUSTRIAN, PIDANA, KEHAKIMAN, HAK MILIK, PATEN, TEKNOLOGI. Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 4 2000 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci