BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep nyeri 1. Definisi Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan sangat individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan orang lain. Setiap individu akan merasakan reaksi dan persepsi yang berbeda. Nyeri menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi faktorfaktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman masa lalu, kecemasan dan stress serta efek plasebo (Potter, 2005; Smeltzer dan Barre 2002). Adapun definisi menurut IASP, 1979 (Intenational Association for Study of Pain) nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007). Sedangkan menurut Jamie (2006), nyeri merupakan segala sesuatu yang dikatakan seseorang dan dirasakannya berhubungan dengan rasa tidak nyaman. Berdasarkan Dari ketiga definisi yang terdapat diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang dirasakan oleh seseorang dan bersifat individual yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik aktual dan potensial yang menyangkut dua aspek yaitu aspek psikologis dan aspek fisiologis. 2. Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory) Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori Gate control theory dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007).

2 Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menjelaskan bahwa impuls nyeri diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-a dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu terdapat mekanoreseptor, neuron beta-a yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-a, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mechanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, musik, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter dan Perry, 2005). 3. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri Menurut Smeltzer & Barre (2004). Faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri usia, jenis kelamin, budaya, perhatian. a. Usia Batasan usia menurut DepKes RI (2009) yaitu anak-anak mulai usia 0-12 tahun, remaja usia tahun, dewasa usia tahun, lansia usia lebih dari 60 tahun. Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada

3 lansia. Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari proses penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor penting dalam pemberian obat. Perubahan Metabolik pada orang yang lebih tua mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap persepsi nyeri dan hasilnya sudah tidak konsisten. Washington, Gibson dan Helme (2000) menemukan bahwa orang tua membutuhkan intensitas lebih tinggi dari rangsangan nyeri dibandingkan orang usia muda. Menurut Edwards & Fillingham (2000) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi nyeri antara orang muda dengan orang tua, sedangkan menurut Li, Green-wald dan Gennis (2001) menemukan bahwa nyeri pada lansia pasien merupakan bagian dari proses penuaan. Pasien usia lanjut melaporkan nyeri kurang signifikan dibandingkan pasien yang lebih muda b. Jenis kelamin Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada laki-laki. c. Budaya Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. Suza (2003), menemukan bahwa orang Jawa dan Batak mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan

4 keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelola nya atau rasa sakitnya. Di sisi lain, pasien Batak merespon nyeri dengan berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda yang mempengaruhi persepsi nyeri. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU ada tiga meliputi fisik, psikososial dan lingkungan (Morton & Fontaine, 2009). a. Faktor fisik Faktor fisik yang mempengaruhi nyeri pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU termasuk gejala penyakit kritis (misalnya, angina, infark miokard, dyspnea), luka (pasca-trauma, pasca operasi), gangguan tidur, keterbatasan gerak karna alat-alat invasif yang terpasang, faktor fisik lainnya adalah hipertermi karena proses penyakit yang dialami. Penyakit yang paling umum atau cedera dirawat di ICU: infark miokard, bedah torax, penyakit cardiovaskuler dan penyakit traumatik dan untuk beberapa pasien nyeri dianggap terus menerus dan durasi selama menjalani perawatan di ruang ICU (Pasero & McCaffery, 2002). b. Faktor psikososial Faktor psikososial mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien yang dirawat di ICU dengan ventilator mekanik faktor faktor itu antara lain cemas dan depresi, gangguan komunikasi, ketidakmampuan untuk melaporkan dan menggambarkan rasa sakit, takut sakit, cacat, tidak adanya keluarga yang menunggu disamping pasien sebagai support

5 system, kejenuhan yang dialami oleh pasien yang terpasang ventilator mekanik. Cemas merupakan faktor yang mempengaruhi nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU seperti lingkungan yang asing tidak adanya keluarga yang menunggu, rasa aman dan nyaman didapat dari keluarga, teman, kenyakinan beragama (Hupcey, 2000). c. Faktor lingkungan Lingkungan perawatan ICU merupakan faktor yang menyebabkan nyeri pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Banyak alat elektronik yang ada di ruang ICU seperti ventilator mekanik, bedside monitor, syiring pump, infus pump suara yang ditimbulkan alat-alat tersebut membuat kebisingan di ruang ICU (Puntillo, dkk, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Puntillo dkk (2004) melaporkan bahwa selama pasien menjalani perawatan di ruang ICU, 15% dari mereka mengalami keadaan tidak nyaman, 50% dari mereka mempunyai pengalaman tidak nyaman, dan 35% dari mereka mengalami sangat tidak nyaman (nyeri). 5. Alat pengukuran nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik Penilaiaan skala nyeri harus dilakukan secara terus menerus tetapi pada pasien yang terpasang ventilator mekanik banyak kendala dalam penilaian skala nyeri yang sebabkan karna pasien tidak bisa komunikasi secara verbal dan terpasanng endotrakeal tube (ETT) dan terjadi perubahan tingkat kesadaran (Hamill-Ruth & Marohn, 1999.; Herr & Kwekkeboom, 2001; Shannon & Bucknall, 2003). Hal ini diperlukan pengetauan yang cukup tentang penilaian skala nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik. Menurut Gelinas (2007) dan Payen (2001) menyatakan bahwa penilian skala nyeri pada pasien yang dirawat di ruang ICU bisa dilakukan dengan mengamati prilaku pasien walaupun kondisi pasien tidak sadar.

6 Penilaian nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik dengan menitik beratkan data obyektif yang terlihat secara nonverbal (AHCPR, 1992; Jacobi, 2002). Sebuah penelitian yang dikukan oleh Gelinas & Arbour (2009) pada 257 pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU hasilnya menunjukan ekspresi rasa nyeri ditunjukan dengan cara meringis, kekakuan otot, kepatuhan saat penggunaan ventilator mekanik (melawan kerja ventilator). Penilaian respon nyeri menggunakan parameter dari tanda-tanda vital. Meskipun tanda-tanda vital meningkat selama perawatn di ruang ICU. (Gelinas, 2007; Young, 2006), peningkatan tanda-tanda vital tidak selalu terjadi pada pasien yang mengalami nyeri (Gelinas, 2007). The American Society Managemen Pain Nurse (ASMPN) merekomendasikan bahwa tanda-tanda vital tidak boleh dianggap sebagai indikator utama dari penilaian nyeri, karena kondisi ini bisa disebabkan karna perubahan homestatic dan pengaruh dari obatobatan (Herr, 2006). Penilaian nyeri pada pasien yang terjadi penurunan kesadaran dapat menggunakan beberapa parameter atau instrumen, instrumen yang dapat digunakan adalah menggunakan BPS (Behabioral Pain Scale ), CPOT (Critcal Pain Obserb Tool), PACU-BPRS (Post Anesthesia Care Unit Behavioral Pain Rating Scale), PAIN (Pain Assessment and Intervention Notation) algoritma (Herr, 2006; Anand & Craig, 1996). Instrumen yang digunakan untuk penilaian nyeri pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan ventilator adalah menggunakan Skala Nyeri dengan Perilaku (BPS) dan Critcal Pain Obserb Tool (CPOT) (Herr, 2006; Anand & Craig, 1996). Penjelasan instrumen CPOT yang digunakan untuk penilaian nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik dapat di lihat pada Tabel 2.1.

7 The Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT) (Gelinas dkk, 2006) Tabel.2.1 Indikator Kondisi Skor Keterangan Ekspresi wajah Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot. Kaku 1 Mengerutkan kening, mengangkat alis. Meringis 2 Menggigit selang ETT. Gerakan tubuh Tidak ada gerakan abnormal Aktivasi Alarm ventilator mekanik 0 Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau posisi normal (tidak ada gerakan lokalisasi nyeri) Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, meyentuh lokasi nyeri,mencari perhatian melalui gerakan. Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba untuk duduk, tidak mengikuti perintah, mengamuk, mencoba keluar dari tempat tidur. Pasien kooperatif terhadap kerja ventilator mekanik Alarm Aktif tapi mati sendiri 0 Alarm tidak berbunyi. 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti secara spontan. Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi Berbicara jika pasien diekstubasi. Ketegangan otot Berbicara dalam nada 0 Bicara dengan nada pelan. normal atau tidak ada suara Mendesah, mengeran 1 Mendesah, mengerang. Menangis 2 Menangis, berteriak. Tidak ada ketegangan 0 Tidak ada ketegangan otot. otot Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif. Sangat tegang atau kaku 2 Gerakan sangat kuat. TOTAL

8 Keterangan Ekspresi wajah a) Skor 0 : Tidak ada ketegangan otot b) Skor 1 : Mengerutkan kening, mengangkat alis c) Skor 2 : Menggigit selang ETT Gerakan tubuh a) Skor 0 : Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau posisi normal (tidak ada gerakan lokalisasi nyeri) b) Skor 1 : Gerakan hati-hati, meyentuh lokasi nyeri, mencari perhatian melalui gerakan c) Skor 2 : Mencabut ETT, mencoba untuk duduk, tidak mengikuti perintah, mengamuk, mencoba keluar dari tempat tidur. Kepatuhan dengan ventilator mekanik a) Skor 0 : Alarm ventilator mekanik tidak berbunyi b) Skor 1 : Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti secara spontan c) Skor 2 : Alarm sering berbunyi Nada bicara (tidak terpasang selang ETT) a) Skor 0 : Bicara dengan nada pelan b) Skor 1 : Mendesah, mengerang c) Skor 2 : Menangis, berteriak Ketegangan otot a) Skor 0 : Tidak ada ketegangan otot b) Skor 1 : Mengerutkan kening, mengangkat alis c) Skor 2 : Tidak ada ketegangan otot Catatan: Skor 0 : tidak nyeri Skor 1-2 : nyeri ringan Skor 3-4 : nyeri sedang Skor 5-6 : nyeri berat Skor 7-8 : nyeri sangat berat.

9 Petunjuk penggunaan CPOT menurut Gelinas, dkk (2006). 1. Amati pasien selama satu menit 2. Kemudian pasien harus diamati selama mendapatkan tindakan pengobatan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi 3. Pasien harus diamati sebelum dan pada puncak tindakan pengobatan untuk menilai apakah pengobatan efektif atau tudak dalam menghilangkan nyeri 4. Penilaian diambil nilai yang tertinggi dari niali CPOT 5. Amati nilai CPOT setelah dilakukan tindakan pengobatan. 6. Management nyeri Management nyeri bisa dilakukan dengan pharmakologic dan non pharmakologic, terapi pharmakologic untuk mengatasi nyeri diberikan oleh dokter melalui intra vena atau rute epidural (Smeltzer dan Bare, 2004). a. Management nyeri dengan pharmakologic. Management pharmakologic untuk mengatasi nyeri di ruang ICU adalah Opioid, Non opioid, dan adjuvant (anti convulsan, anti depresan, dan obat bius lokal). Analgesik golongan opiod yaitu morfin, fentanil, kodein, efek samping analgesik opoid adalah depresi pernafasan, hipotensi, retensi urin, penurunan cardiac output, pusing mual dan bahkan mengancam nyawa pasien. Golongan analgesik non opiod yang dipakai untuk mengatasi nyeri di ruang ICU adalah Acetaminophen, Ketorolac dan Adjuvant (Pasero & McCaffery dalam Urden, 2008). Penjelasan obat-obat yang biasa di pakai untuk mengatasi nyeri di ruang ICU adalah sebagai berikut; 1) Morfin Morfin merupakan analgesik opiod yang sering digunakan untuk menyatasi nyeri di ruang ICU, efek samping dari morfin adalah vaso dilatasi pembuluh darah sehingga bermanfaat untuk mengurangi beban kerja miokard dan mempumyai efek untuk mengatasi cemas akibat dari vasodilatasi pembuluh darah akan mengakibatkan

10 hipotensi efek samping lain dari morfin adalah depresi pernafasan karna morfin mengurangi kerja kemosensitif central di medula oblongata maka saat pemberin morfin harus diawasi secara terusmenerus. Efek samping morfin sangat bahaya bahkan dapat menyebabkan kematian (Pasero & McCaffery dalam Urden, 2008) 2) Fentanil Fentanil merupakan obat pilihan jika terjadi alergi terhadap morfin fentanil larut dalam lemak dan memiliki kerja lebih cepat dari pada morfin dalam pemberianya harus diawasi kondisi tanda-tanda vital efek samping dari fentanil dapat menyebabkan bradikardi (Liu & Gropper, 2003). Satu ampul fentanil 2 ml berisi 0,05 mg/ml, fentanil mempunyai efek analgesik 80 kali lebih kuat daripada morfin daya kerja sampai dengan 3 jam, nilai puncaknya 3 sampai 30 menit setelah 30 menit dari pemberian efek analgesik nya berkurang dan hilang 3 jam setelah pemberian fentanil (Tjay & Raharja, 2007). 3) Kodein Menurut Mc Caffery & Passero (1999, dalam Chanif, 2012) kodein saat ini jarang diunakan untuk mengatasi nyeri di ruang ICU, kodein mempunyai efek analgesik untuk nyeri ringan sampai sedang dalam pemberiannya harus di kombinasikan dengan analgesik non opiod (Acetaminophen), Kodein dimetabolisme dalam hati Acetaminophen Acetaminophen merupakan analgesik yang digunakan untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang, kerja dari Acetaminophen menghambat sintesis dari prostaglandin neurotransmiter di susunan saraf pusat (Lehne, 2007). b. Management nyeri non pharmakologic Dalam rangka mengembangkan management nyeri non pharmakologic yang efektif dibidang keperawatan pada pasien yang terpasang ventilator mekanik maka perawat perlu mengetahui jenis-jenis management nyeri

11 non pharmakologic yang bisa dilakukan oleh seorang perawat. Menurut Bulechek dan Dochterman (2004). Management nyeri non pharmakologic yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri adalah musik therapy, relaksasi, hypnosis therapy, distraksi therapy, terapi bermain, terapi aktivitas, akupuntur therapy, kompres dan pijat. Menurut Pellino, dkk (2005) Management nyeri non pharmakologic dapat digunakan untuk kombinasi dengan pharmakologic dalam mengatasi nyeri hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pharmakologic dan non pharmakologic mempunyai efek lebih baik daripada hanya mengunakan analgesik opiod saja. Management nyeri non pharmakologic yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU adalah relaksasi, terapi musik, terapi sentuhan, terapi pijat (Pellino dkk, 2005). 1). Relaksasi Menurut Houston & Jesurum (dalam Chanif, 2011). Relaksasi merupakan management nyeri non pharmakologic yang mempunyai efek sangat baik untuk mengatasi nyeri. Relaksasi akan menyebabkan penuruan hormon adrenalin dengan penurunan hormon adrenalin akan menyebabkan rasa tenang, rasa tenang akan menyebabkan aktifitas saraf simpatik menurun sehingga akan menyebabkan penurunan nyeri. Relaksasi juga akan menyebabkan kondisi rilek pada otot sehingga menyebabkan konsumsi oksigen dalam otot menjadi sedikit dengan demikian akan menurunkan frekwensi nadi dan tekanan darah, penurunan frekwensi nadi dan tekanan darah akan menyebabkan penurunan nyeri (Biley, 2000). Menurut penelitian Houston dan Jesurum (dalam Chanif, 2011) p enggunaan tehnik relaksasi (The quick relaxation technique /QRT) dan kombinasi farmakologis yang dilakukan pada 24 pasien yang berumur 70 tahun dimana obyek penelitian sedang menjalani bedah jantung bypass di ruang ICU, hasil penelitian ini menunjukan setengah dari sampel

12 yang diteliti merasakan nyeri hilang dengan cepat dari pada kelompok yang tidak diberi relaksasi. 2). Terapi Musik (perangsangan auditori murrotal) Terapi musik merupakan bagian dari tehnik relaksasi yang dapat digunakan di ruang ICU yang mempunai efek menenangkan (Biley, 2000). Menurut Oken (2004) musik dapat memiliki efek terapeutik pada pikiran dan tubuh manusia. Efek suara dapat mempengaruhi keseluruhan fisiologi tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sekunder lebih dalam pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik, hipotalamus dan sistem saraf otonom. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls suara melalui telinga. Dari sini, saraf vagus, yang membantu regulasi kecepatan denyut jantung, respirasi, dan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke tenggorokan, laring, jantung, dan diafragma. Para ahli terapi suara menyatakan saraf vagus dan sistem limbik (bagian otak yang bertanggung jawab untuk emosi) merupakan penghubung antara telinga, otak, dan sistem saraf otonom yang menjelaskan bagaimana suara bekerja dalam menyembuhkan gangguan fisik dan emosional (Oken, 2004). Perangsangan auditori murrotal mempunyai efek distraksi yang meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol desenden dan membuat relaksasi otot. Dapat juga digunakan dasar teori Opiate endogenous, dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana sistem saraf pusat mengistirahatkan substansi morfin yang dinamakan endorphin dan enkephalin bila nyeri diterima. Opiate endogen ini dapat dirangsang pengeluaranya oleh stimulasi rangsangan. Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf sensori perifer (Monsdragon, 2004).

13 3). Terapi sentuhan Terapi sentuhan merupakan salah satu metode non pharmacologic yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dasar teori ini adalah teori gate control yang oleh Melzack dan Wall (1965) teori ini menjelaskan bahwa ada dua macam serabut saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan serabut saraf berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil menyebabkan gate control di spinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil mencapai korteks serebral (Potter dan Perry, 2005). 4). Terapi Pijat Pijat merupakan tehnik managemen non pharmakologic untuk mengurangi nyeri dan dapat menyebabkan pasien rilek dan pasien dapat memenuhi kebutuhan istirahat tidur. Ruang ICU dianggap penyebab ketidaknyamanan pasien baik fisik dan psikis. Menurut Monsdragon (2004) mekanisme pijat dapat menurunkan nyeri adalah serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak perjalanan sensasi nyeri yang dibawa oleh otak lebih kecil dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak menutup pintu gerbang dalam otak. Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol desenden dan membuat relaksasi otot. Dapat juga digunakan dasar

14 teori Opiate endogenous, dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana sistem saraf pusat mengistirahatkan substansi morfin yang dinamakan endorphin dan enkephalin bila nyeri diterima. Opiate endogen ini dapat dirangsang pengeluaranya oleh stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf sensori perifer. Efek terapi pijat telah dilakukan penelitian oleh Chanif (2012) pasien yang mengalami nyeri post laparotomi di RS. Dr. Karyadi Semarang dalam penelitian tersebut diketahui bahwa setelah 5 jam pemberian obat analgesik ketorolac pasien mengalami nyeri dengan intervensi pemberian pijat kaki pada pasien post laparotomi hasilnya menunjukan bahwa pijat kaki dapat mengurangi nyeri. B. Perangsangan Auditori Murrotal 1. Perangsangan Auditori Perangsangan Auditori adalah memberikan perangsangan pada pendengaran dengan menggunakan suara. Suara bergerak di udara dengan kecepatan 340 m/detik, terdiri dari getaran-getaran dari sumbernya sampai mencapai telinga, kemudian melalui telinga ini ia menyebar ke seluruh tubuh. Sel yang terpengaruhi oleh vibrasi suara, berespon dengan mengubah vibrasinya sendiri, yang berarti bahwa kerja mekanik dari sel ini dapat meningkat dan menjadi lebih kuat. Sel-sel otak bervibrasi serta mengirimkan gelombang magnet dan eletromagnetik yang mewakili aktivitas otak. Sel-sel otak dipengaruhi oleh segala vibrasi apapun jenisnya dan darimanapun sumbernya (Oken, 2004). Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa efek suara berkaitan impuls suara yamg ditransmisikan ke dalam tubuh. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls suara melalui telinga dan otak. Dari telinga dan otak, saraf vagus membantu meregulasi kecepatan denyut jantung,

15 respirasi, dan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke tenggorokan, laring, jantung, dan diafragma. Para ahli terapi suara menyatakan saraf vagus dan sistem limbik (bagian otak yang bertanggung jawab untuk emosi) merupakan penghubung antara telinga, otak, dan sistem saraf otonom yang menjelaskan bagaimana suara bekerja dalam menyembuhkan gangguan fisik dan emosional (Oken, 2004). 2. Perangsangan Auditori Murrotal Perangsangan Auditori Murrotal adalah perangsangan pendengaran dengan bacaan Ayat-ayat Suci Al-qur an yang dikemas dalam bentuk MP3. Ayatayat Suci Alqur an mempunyai efek terapeutik bagi yang membaca dan yang mendengarkan (Oken, 2004). Terapi audio dengan membacakan Alqur an telah diteliti oleh Qadhi (2009) mengungkapkan bahwa pemberian perangsangan murrotal (Ayat -ayat suci Al-qur an) dapat mengurangi kecemasan, nyeri dan mempercepat proses penyembuhan penyakit. Mendengarkan Ayat Suci Al-qur an memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer. Gelombang delta merupakan gelombang yang mengindikasikan bahwa kondisi responden dalam kondisi sangat rilek. Salah satu surah didalam Alqur an yang memiliki efek terapeutik adalah surah Ar-rahman. Dasar pemilihan surah Ar-rahman dalam penelitian ini adalah surah Ar-rahman terdiri dari 78 Ayat memiliki makna mengenai kemurahan dan sifat kasih sayang Tuhan kepada hamba-nya serta terdapat Ayat yang diulang sampai 31 kali yaitu Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? yang artinya mengajarkan rasa syukur yang harus kita lakukan setiap saat kepada tuhan (Qadhi, 2009). Pemberian murrotal surat Ar-rahman akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimisme (harapan kesembuhan), mendatangkan ketenangan, damai dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga mengakibatkan

16 rangsangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF ( Corticotropin Releasing Factor). CRF akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH ( Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini akan merangsang kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol dimana menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan dan nyeri (Oken, 2004). Pramisiwi, Pratiwi, Frita, dkk (2011) mengatakan bahwa Surah Ar-rahman mempunyai Timbre medium, pitch 44 Hz, harmony reguler dan consistent, Rythm andate (mendayu-dayu), volume 60 decibel, intensitas medium amplitudo, sehingga mempunyai efek relaksasi jika di perdengarkan pada pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit terutama di ruang ICU. Menurut Pramisiwi, dkk (2011) karakteristik Surah Ar -Rahman yang dilantunkan oleh Ahmad Saud telah divalidasi oleh seorang ahli di laboratorium seni Fakultas Budaya dan Seni Universitas Negeri Semarang. Uji reliabilitas dari MP3 Surah Ar-Rahman menunjukan setiap yang mendengarkan mendapatkan kualitas, durasi yang sama dari suara yang dihasilkan, karakteristik alat dan lantunan MP3 Surah Ar-Rahman yang mempunyai efek terapeutik lihat tabel 3.3 dan 3.4. Jenis Alat MP3 Headphone Sensitivity Frequency response Power handling capacity Impedance Mass Approx Tabel 2.2 Karakteristik auditori Pramisiwi, dkk (2011) Karakteristik Votre MP3 Player 2GB Spesifikasi merk extreme Bass 120 db Hz 0,2 W gr Nada Tone Timbre Pitch Harmony Intensity Rythm Interval Volume Length Tabel 2.3 Karakteristik Lantunan Surat Ar-Rahman Pramisiwi, dkk (2011) Karakteristik Tone E Medium 44 Hz Reguler and consistent tone colour Medium amplitude Andante E, G, B minor 60 decibel 13 min 55 sec

17 C. Ventilator Mekanik 1. Definisi Ventilator mekanik adalah Alat bantu nafas yang memeberian bantuan nafas denga cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi pernafasan guna untuk mampertahankan hidup (Ufahsyam, 2009). 2. Fisiologi pernafasan pada ventilator Mekanik Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot-otot interkostalis, rongga dada mengembang karena terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru-paru sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif, pada pernafasan ventilator mekanik mengirimkan udara dengan memompa ke paru-paru pasien sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorak paling positif (Ufahsyam, 2009). 3. Indikasi pemasangan ventilator mekanik Indikasi pemasangan ventilator mekanik adalah pada pasien yang mengalami gangguan gangguan pernafasan, disfungsi otot pernafasan seperti kelelahan otot pernafasan, kelainan dinding thorak, penyakit neuromuskuler (guillaine bare syndrome, poliomylitis, myastenia), peningkatan tahanan jalan pernafasan (COPD, Severe Asma) dan gangguan pusat pernafasan yang disebabkan oleh keracunan, trauma kapitis (Ufahsyam, 2009). Menurut Thelan (dalam Ernawati, 2007) pasien yang mengalami gangguan oksigenasi (gagal nafas) dapat disebabkan oksigen yang kurang, pneumoni, kontusio paru. Gangguan oksigenasi yang disebabkan karna hipoksia yaitu karena gangguan pada jantung yang akhirnya mengakibatkan edema paru, AMI (akut infark miocard), Cardiomyopati dan hipertensi heart disease. Gangguan oksigenasi juga dapat disebabkan karna Anemia yang disebabkan perdarahan hebat dan belum mendapatkan transfusi darah.

18 4. Mode ventilator mekanik Mode ventilator mekanik terdiri dari : a. Control Mode, Assist mode, IMV (Intermiten Mandatory Ventilator); pernafasan pasien diatur sepenuhnya oleh mesin ventilator mekanik. b. SIMV(Synhcronize Intermiten mandatory Ventilator); pasien diberi kesempatan untuk bernafas disela-sela bantuan ventilator mekanik. c. Pressure Support/Spontan Mode Control, mode ini memungkinkan pasien menerima volume, pressure dan frekuensi sesuai yang telah diatur atau semua fungsi pernafasan diambil alih oleh mesin ventilator mekanik. d. Asisst Mode adalah memungkian pasien menerima volume dari mesin dan batuan nafas tetapi hanya sedikit pasien diberi kesempatan untuk bernafas spontan jumlah pernafasan dan volume ditentukan oleh pasien. e. IMV(Intermiten Mandatory Ventilator); pasien diberi kesempatan untuk bernafas sendiri, ventilator mekanik memberikan bantuan nafas dimana saja namun pada mode ini bantuan nafas dari ventilator mekanik tidak terjadi pada saat pasien barnafas sendiri sehingga tidak terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator mekanik. f. Pressure Support/Spontan Mode; memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif yang telah ditentukan pada saat pasien inspirasi. g. CPAP(Contineus Positif Airways Presure)/spontan mode; respirstory rate dan volume tidal ditentukan oleh pasien sendiri (Ufahsyam, 2009)

19 D. Kerangka Teori. Gangguan pusat pernafasan Gagal nafas Kelainan dinding dada Gangguan neuromuskuler Tahanan jalan nafas. Pemasangan endotracheal tube (ETT), pemasangan ventilator mekanik Management pharmakologic : Analgesik opiod, non opiod, sedasi dan adjuvant (morfin, fentanil, Acetaminophen, kodein) Faktor yang mempengaruhi respon nyeri; 1. usia. 2. jenis kelamin. 3. budaya. 4. perhatian terhadap nyeri. Nyeri Management non pharmakologis : Relaksasi, terapi sentuhan, terapi musik(perangsangan auditori murrotal), terapi pijat. Faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pada pasien yang yang terpasang ventilator mekanik; 1. Faktor lingkungan; bedside monitor, syiring pump, infus pump. 2. Faktor fisik; angina, infark (miokard, dyspnea), luka (pasca-trauma, pascaoperasi), gangguan tidur, keterbatasan gerak karna alat-alat invasif yang terpasang (ETT, CVP). 3. Faktor psikososial; Cemas, depresi, gangguan komunikasi, takut sakit, takut cacat Skema.2.1 Sumber ; Pellino, dkk (2005), Sheen (2009), Smeltzer & Bare (2004).

20 E. Kerangka konsep Variabel Independent Variabel Dependent Peransangan Auditori murrotal (Ayat-ayat suci Alqur an). nyeri pada pasien yang terpasang ventilator. Skema 2.2 kerangka konsep F. Variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah ; 1. Variabel independent yaitu perangsangan auditori murrotal (Ayat-ayat suci Alqur an) 2. Variabel Dependent yaitu penurunan nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik G. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah ; Ada perdedaan intensitas nyeri pada pasien yang terpasang ventilator mekanik sebelum dan setelah pemberian perangsangan auditori murrotal (Ayat-ayat suci Al-qur an).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensif Care Unit (ICU) merupakan suatu unit yang telah dirancang untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang kompleks. Hampir 5 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu unit yang telah dirancang untuk memberikan perawatan pada pasien dengan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH Sokeh a, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB b, Ns. Chanif, S.Kep, MNS c

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH Sokeh a, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB b, Ns. Chanif, S.Kep, MNS c Pengaruh Perangsangan Auditori Murrotal (Ayat-Ayat Suci Al-Qur an) terhadap Nyeri pada Pasien yang terpasang Ventilator Mekanik di Ruang ICU Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Sokeh a, Ns. Yunie Armiyati,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif merupakan suatu unit yang telah dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif merupakan suatu unit yang telah dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unit perawatan intensif merupakan suatu unit yang telah dirancang untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang kompleks. Hampir lima juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

MODUL MATA KULIAH MANAJEMEN NYERI. Materi Asessment Pada Kasus Nyeri. Disusun Oleh Dr. Widaningsih, S.Kp., M.Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2017

MODUL MATA KULIAH MANAJEMEN NYERI. Materi Asessment Pada Kasus Nyeri. Disusun Oleh Dr. Widaningsih, S.Kp., M.Kep. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2017 MODUL MATA KULIAH MANAJEMEN NYERI Materi Asessment Pada Kasus Nyeri Disusun Oleh Dr. Widaningsih, S.Kp., M.Kep UNIVERSITAS ESA UNGGUL Tahun 2017 1 / 15 ASESSMENT PADA KASUS NYERI A. Pendahuluan Masalah

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, dan penyakit saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan.pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan operasi merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pijat 1. Defenisi Pijat Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi permasalahan serius yang sangat penting. Karena merupakan salah satu penyakit degeneratif yang paling

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

NYERI PADA PASIEN SAKIT KRITIS Dwi Pantja Wibowo RS Premier Bintaro Tangsel Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia (PERDICI)

NYERI PADA PASIEN SAKIT KRITIS Dwi Pantja Wibowo RS Premier Bintaro Tangsel Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia (PERDICI) NYERI PADA PASIEN SAKIT KRITIS Dwi Pantja Wibowo RS Premier Bintaro Tangsel Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia (PERDICI) Pendahuluan Nyeri merupakan bagian penting di dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi 2.1.1 Defenisi Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan masyarakat seutuhnya antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih

Lebih terperinci

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS Imelda Rahmayunia Kartika e-mail: syeirha_girl@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis bedah mulut kedokteran gigi dimana tindakannya adalah mencabut gigi. Pencabutan gigi yang ideal adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI SULASTRI J

SKRIPSI SULASTRI J PERBEDAAN TINGKAT NYERI ANTARA KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN POST OP FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT KARIMA UTAMA KARTASURA SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan

Lebih terperinci

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan KARAKTERISTIK NYERI PADAA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF ANTARA A YANG DIBERII DISTRAKSI MUSIK KLASIKK & MASSASE DENGAN YANG DIBERI MASSASE SAJA DI RUMAH BERSALIN GRATIS KEPATIHAN KULON JEBRES SURAKARTAA

Lebih terperinci

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN : TERDAPAT PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Satriyo Agung, Annisa Andriyani, Dewi

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas terhadap penyakit yang mereka alami dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat (Boedhisantoso, 1982). Konfusius mengatakan, Jika musik terdengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya.

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya. Pembahasan Akupresur a. Pengertian Akupresur merupakan terapi menggunakan pijatan dengan jari tangan, akupresur dilakukan dengan cara memberikan rangsangan penekanan oleh ujung-ujung jari tangan pada titik

Lebih terperinci

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan adalah nyeri persalinan. Dimana dengan meningkatnya perasaan nyeri, para ibu selalu meminta agar persalinannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

parameter kriteria nilai skor Usia < 3 tahun tahun tahun 2 13 tahun 1 Jenis kelamin Laki-laki 2 Perempuan

parameter kriteria nilai skor Usia < 3 tahun tahun tahun 2 13 tahun 1 Jenis kelamin Laki-laki 2 Perempuan 0. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Penilaian risiko jatuh dilakukan saat pengkajian awal dengan menggunakan metode pengkajian risiko jatuh yang telah ditetapkan oleh RS Royal Progress. Penilaian risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bangsa yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan pembangunan kelak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemas adalah fenomena dimana seseorang merasa tegang, takut dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). Kecemasan dental adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering terjadi pada lansia. Nyeri pada penyakit pada penyakit artritis reumatoid terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Menurut The International for the Study of Pain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan BAB V PEMBAHASAN A. Karateristik Responden Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan Februari sampai bulan April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Koping Nyeri 1.1 Pengertian koping Menurut Lazarus dan Folkman (1989) koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki mekanisme untuk merespon bagian yang mengalami luka. Respon terhadap luka ini terdiri dari proses homeostasis, fase inflamasi, fase proliferatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea merupakan tindakan melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara transabdominal melalui insisi uterus. Seksio sesarea

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium (Hamilton, 1995). Menstruasi terjadi hampir setiap 28 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 52 Jombang. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. dalam layanan pilihan utama masyarakat di Kabupaten Jombang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 52 Jombang. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. dalam layanan pilihan utama masyarakat di Kabupaten Jombang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang yang berlokasi di Jl. KH. Wahid Hasyim 52 Jombang.

Lebih terperinci