BAB I PENDAHULUAN. Ramainya perbincangan mengenai ekonomi rakyat, ekonomi. kerakyatan dan perekonomian rakyat akhir-akhir ini menimbulkan kesan
|
|
- Veronika Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ramainya perbincangan mengenai ekonomi rakyat, ekonomi kerakyatan dan perekonomian rakyat akhir-akhir ini menimbulkan kesan seolah-olah terdapat pendekatan ekonomi baru yang hendak ditawarkan kepada masyarakat. Padahal, dengan menelusuri perkembangan pemikiran ekonomi Indonesia pada masa pra-kemerdekaan, akan segera diketahui bahwa istilah-istilah itu sebenarnya hanyalah sekedar lahir kembali. Istilah-istilah serupa telah dipakai oleh para pendiri republik ini jauh sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Muhammad Hatta misalnya, telah membuat artikel dengan judul Ekonomi rakyat pada tahun 1933 (lihat Hatta, 1954). Diantara tiga istilah tadi, istilah ekonomi kerakyatan adalah yang paling layak untuk mendapat perhatian. Istilah ini mengandung konotasi lahirnya aliran ekonomi baru yang berbeda dari aliran-aliran ekonomi yang selama ini menjadi acuan. Adapun istilah ekonomi rakyat dan perekonomian rakyat, hanyalah sekedar ungkapan yang berbeda dari hal serupa. Kedua istilah ini mengacu pada suatu sektor perekonomian tertentu yang dihuni oleh massa rakyat. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan? Berpedoman kepada penggunaan istilah kerakyatan dalam sila ke-empat Pancasila, maka makna istilah tersebut dapat dipastikan mengandung unsur demokrasi di 1
2 2 dalamnya. Bila kata kerakyatan dalam ekonomi rakyat itu dicari maknanya sesuai dengan kedudukannya sebagai kata sifat, maka kata lain dari ekonomi kerakyatan sesungguhnya adalah ekonomi (yang) demokratis atau demokrasi ekonomi. Penjabaran lebih lanjut ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi itu dapat ditemukan dalam penjelasan-penjelasan pasal 33 UUD Salah satu penggalan kalimat dalam penjelasan pasal 33 berbunyi sebagai berikut: Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan dan bukan kemakmuran perseorangan. Berdasarkan penggalan kalimat tersebut maka makna ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi dapat dipahami dengan mudah. Ekonomi kerakyatan adalah suatu situasi perekonomian dimana berbagai kegiatan ekonomi diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat, sementara penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ekonomi itupun berada dibawah pengendalian atau pengawasan anggota-anggota masyarakat. Bila dikatakan dengan bunyi pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tadi, maka situasi perekonomian seperti itulah yang disebut sebagai perekonomian usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. 1 Dalam GBHN 1993 meskipun istilah sektor informal masih ditemukan di empat tempat, tetapi diperkirakan akan tidak ada lagi dimasa mendatang, karena istilah-istilah ekonomi rakyat adalah lebih tepat dan sudah 1 Sritua Arief, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan IDEA, 1997, hlm. 3.
3 3 merupakan istilah atau konsep baku dalam UUD 1945 yang selanjutnya mendapat penekanan 25 kali dalam GBHN 1993 antara lain sebagai berikut: 1. Pengembangan ekonomi diarahkan pada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran dari seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kemajuan sosial. Dalam rangka ini perhatian khusus perlu diberikan pada usaha untuk membina dan melindungi usaha kecil dan tradisional serta dengan ekonomi lemah pada umumnya. (arah PJP II). 2. Pembangunan telah berhasil meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan rakyat pada umumnya, walaupun masih ada ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang menuntut adanya usaha pencegahan agar tidak berkembang ke arah keangkuhan dan kecemburuan sosial. Selain itu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya pemusatan kekuatan ekonomi dalam bentuk monopoli, oligopoli, monopsoni, dan praktek-praktek lainnya yang merugikan masyarakat (kondisi umum Repelita VI). 3. Usaha informal dan tradisional sebagai bagian dari ekonomi rakyat yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat, serta merupakan kegiatan ekonomi nyata yang makin luas, perlu terus dibina agar tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh dari usaha nasional serta mampu
4 4 berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha (kebijaksanaan sektoral Repelita VI). Dari kutipan GBHN 1993 ini, jelas bahwa rakyat Indonesia meyakini perlunya koreksi total terhadap aneka rupa ketidakmerataan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) rakyat banyak, yang dalam proses pertumbuhan ekonomi tinggi belum ikut menikmati hasil-hasilnya, harus benar-benar ditingkatkan pendapatan dan daya belinya. Peningkatan taraf hidup rakyat banyak itulah maka sesungguhnya dari pemerataan pembangunan. 2 Keseimbangan merupakan nilai dasar yang pengaruhnya terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi Islam, misal kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimony), dan menjauhi pemborosan (extravagance). Konsep keseimbangan ini tidak hanya imbangan kebaikan hasil usaha diarahkan untuk dunia dan akhirat saja, tetapi berkait juga dengan kepentingan (kebebasan) perorangan dengan kepentingan umum yang harus dipelihara, Growth with Equity tampil dalam kehidupan ekonomi masyarakat, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban, apabila suatu waktu keseimbangan ini terganggu dan terjadi ketimpangan-ketimpangan sosial ekonomi dalam kehidupan-kehidupan masyarakat akan haruslah ada tindakan untuk mengembalikan keseimbangan semula. Keadilan harus diterapkan di semua fase kegiatan ekonomi. Keadilan dalam produksi dan konsumsi ialah aransemen efisiensi dan memberantas keborosan. Adalah suatu kedzaliman 2 Mubyarto, Ekonomi Rakyat Program IDT & Demokrasi Ekonomi Indonesia, Ed. 2, Cet. ke-1, Yogyakarta: Aditya Media, 1997, hlm. 6.
5 5 dan penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan, bahkan sampai membiarkannya merampas hak orang lain. Keadilan dalam distribusi ialah penilaian yang tepat terhadap faktor-faktor produksi dan kebijaksanaan harga hasilnya sesuai dengan takaran yang wajar. Keadilan berarti kebijaksanaan mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu memasuki pasar atau tidak sanggup membelinya menurut kekuatan pasar, yaitu kebijaksanaan melalui zakat, infaq, shadaqah. 3 Dalam sistem Ekonomi Islam dapat kita ungkap lima nilai instrumental yang strategis sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya, sebagai berikut: 1. Zakat Zakat adalah kewajiban finansial dari harta kekayaan menurut ketentuan Islam. Zakat bukanlah pajak yang untuk menjamin penerimaan negara. Distribusi hasil pengumpulan zakat tertentu yaitu kepada delapan kelompok sasaran. Zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan dan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi. Zakat berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen dalam hal mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan atau investasi dan konsumsi. Pengaruh-pengaruh baik dari zakat pada aspek sosial ekonomi 3 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, edisi 2, Cet. I, Jakarta: Inti Idayu Press, 1978, hlm. 79
6 6 memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan menghilangkan pertentangan kelas karena tajamnya perbedaan pendapatan. Pelaksanaan zakat oleh negara akan menunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang growth with equity, peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Mengingat kedudukan zakat sebagai rukun Islam ketiga dan memiliki dampak sosial ekonomi yang baik, sampaisampai khalifah Abu Bakar Siddiq berani mengambil resiko akan memerangi orang Islam yang tidak membayar zakat walaupun melakukan shalat. Peranan lembaga zakat, baik zakat harta (mal) maupun zakat fitrah (nafs), akan sangat tampak lagi dengan lebih baik bila diberlakukan bersama-sama dengan pelarangan riba dan qirad sebagai nilai instrumental berikutnya. 2. Pelarangan Riba Hakekat pelarangan riba dalam Islam adalah suatu penolakan terhadap resiko finansial tambahan yang diterapkan dalam transaksi uang atau modal maupun jual beli yang dibebankan kepada satu pihak saja sedangkan pihak lainnya dijamin keuntungannya. Bunga pinjaman uang, modal dan barang dalam segala bentuk dan macamnya, baik untuk tujuan produksi maupun konsumsi, dengan tingkat bunga tinggi atau rendah, dan jangka waktu panjang maupun pendek adalah termasuk riba. Sesungguhnya Islam adalah suatu system ekonomi yang bersendikan larangan riba.
7 7 Ulama Islam telah bulat sepakat tentang larangan riba menurut al- Qur an, yaitu riba nasi ah, yaitu riba yang tambah padanya merupakan imbalan dari masa yang tertentu, panjang atau pendek, sedikit atau banyak. Dan riba al-qur an ialah riba yang dijalankan oleh bank atau lembaga keuangan non bank dan orang-orang dalam transaksi perdagangan mereka yang non Islam, semuanya haram tanpa keraguan larangan riba. Ternyata tidak hanya Islam saja, dalam Taurat dan Injil-pun tercantum larangan riba, meskipun mereka telah sengaja merubahnya atau melupakannya. Agama Kristen yang sekarang telah melarang riba secara positif tidak saja pada orang Kristen tetapi juga pada orang-orang yang bukan Kristen. Bunga adalah penyebab utama dari kegoncangan ekonomi dewasa ini, baik dalam bentuk krisis-krisis periodik atau sebagai perbedaan yang mencolok dalam pembagian pendapatan nasional, atau menghambat jalan kepenanaman modal. Para ekonom muslim abad ke XV Hijriah merintis fungsionalisasi ekonomi bebas bunga dengan mendirikan bank Islam, bank bebas bunga, yang melakukan segala kegiatan ekonomi yang lebih modern daripada bank-bank non Islam yang konvensional. 4 Sesudah perang dunia ke-ii sudah umum pendapat di dunia Barat, bahwa pendapatan yang merata di seluruh negara harus dicapai untuk melaksanakan keadilan sosial dan melenyapkan pertentangan kelas yang menjadi siksa masyarakat selama itu. Apabila dalam abad ke-18 dan ke-19 hanya gerakan sosialis yang menuntut pendapatan yang kira-kira merata, 4 Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, edisi. 1, Cet. Ke-1,Jakarta: Rajawali, 1987, hlm. 71.
8 8 di dunia sebelum perang dunia ke-ii, kaum kapitalis ikut mempertahankannya. Pemimpin rakyat yang duduk dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) memasukkan antara lain beberapa pokok dari cita-cita itu ke dalam UUD 1945 yakni ekonomi terpimpin. Dalam ekonomi terpimpin pemerintah harus bertindak supaya tercapai suatu penghidupan sosial yang lebih baik. Penghidupan sosial itu harus berdasarkan keadilan sosial. Dalam masa penjajahan semua itu sukar dicapai oleh karena semuanya bergantung kepada penjajah. Tetapi dalam masa kemerdekaan seperti sekarang ini, yang menurut UUD 1945 negara kita berdasarkan kedaulatan rakyat, kita apabila mau dapat mencapainya berangsur-angsur dengan langkah yang tepat dan tekad yang kuat. Dalam garis besar dikirakirakan di waktu itu, bahwa langkah yang pertama yang akan diambil untuk meningkatkan kemakmuran rakyat ialah mendorong dahulu ekonomi yang terbelakang dengan jalan koperasi dan pendidikan. Perekonomian golongan warga negara Tiong Hoa dibiarkan berkembang dengan tenaga sendiri dengan bantuan kredit dari bank secara jujur. Apabila sebagian yang berarti dari pada perekonomian warga negara asli telah dapat mencapai tingkat perekonomian warga negara golongan Tiong Hoa, bantuan pemerintah itu diberikan kira-kira merata ke seluruh lapisan masyarakat. Sejak kita merdeka (17 Agustus 1945), pemerintah dengan bantuan panitia pemikiran siasat ekonomi, telah memikirkan kemakmuran
9 9 yang merata dengan jalan mengkoordinasikan transmigrasi dan industri. Transmigrasi sudah lama dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia merdeka hendaklah meneruskan tugas yang penting itu dengan menyebarkan pula industri yang akan dibangun sampai ke daerah seberang. Melihat luasnya daerah Indonesia yang panjangnya kirakira sepersembilan lingkaran bumi pada katulistiwa, industri berkumpul di pulau Jawa, bagi daerah seberang lebih murah mendatangkan barangbarang industri dari luar negeri dari pada didatangkan dari Jawa. Sebab itu industri harus tersebar ke seluruh Indonesia. Dengan adanya industri yang tersebar merata itu, lebih mudah pula memencarkan penduduk yang berlebihan di pulau Jawa ke luar Jawa. 5 Dari pemaparan-pemaparan tersebut di atas, kita melihat bagaimana Muhammad Hatta berusaha merumuskan sebuah konsep ekonomi yang berjuang untuk kemakmuran rakyat. Penulis melihat bahwa ada satu relevansi antara konsep ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta dengan konsep ekonomi Islam. Karena konsep ekonomi Islam-pun pada dasarnya berusaha untuk menyejahterakan masyarakat secara bersama. Konsep ekonomi Islam sangat menentang permainan yang tidak sehat dalam sistem ekonomi. Dari sini penulis melihat ada relevansi antara konsep ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta dengan konsep ekonomi Islam. Titik inilah yang menjadi kajian dalam penelitian yang akan dilakukan penulis. hlm Muhammad Hatta, Kumpulan Pidato III, Cet ke-2, Jakarta: Gunung Agung, 2002,
10 10 B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, maka dapatlah dirumuskan beberapa pokok masalah dalam penelitian ini. 1. Bagaimana pemikiran Muhammad Hatta tentang ekonomi kerakyatan? 2. Bagaimana relevansi pemikiran Muhammad Hatta terhadap konsep ekonomi Islam? C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yang secara garis besar adalah: 1. Untuk mengetahui pemikiran Muhammad Hatta tentang ekonomi kerakyatan. 2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Muhammad Hatta terhadap konsep ekonomi Islam. D. Telaah Pustaka Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan penelaahan buku-buku yang dapat dijadikan sebagai pola dasar penelitian dari hasil penelitian tentang Muhammad Hatta telah banyak dilakukan sebagai bahan pertimbangan penulis sebutkan beberapa orang yang telah meneliti pemikiran Muhammad Hatta. Pertama, Wahidin Said, S.HI meneliti tentang Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Hatta dengan Mahmoed Syaltut tentang Koperasi atau Syirkah Ta awuniyah, dalam skripsinya dijelaskan persamaan dan perbedaan
11 11 pemikiran antara keduanya. Muhammad Hatta merupakan tokoh nasionalis yang pemikirannya lebih dekat pada koperasi secara umum, sedangkan Mahmoed Syaltut lebih pada perspektif syari ah atau hukum Islam yang dikenal dengan nama syirkah ta awuniyah. 6 Kedua, Masduki, S.HI lulusan syari ah IAIN Walisongo Semarang dalam skripsinya juga membahas tentang pemikiran Muhammad Hatta, yaitu Pemikiran Muhammad Hatta tentang Demokrasi. Dalam skripsinya dijelaskan tentang konsep demokrasi Mohammad Hatta, selain sebagai tokoh ekonomi, Muhammad Hatta juga dikenal sebagai bapak proklamator. 7 Revrisond Baswir dalam bukunya Agenda Ekonomi Kerakyatan menjelaskan bahwa ekonomi kerakyatan bisa terwujud tanpa harus menyimpang dari UUD 1945 khususnya pasal 33 tentang kekayaan negara. 8 Dari beberapa penelitian diatas, penulis melihat bahwa kajian tentang ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta masih perlu dan relevan, sehingga penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh. Diharapkan nantinya akan dihasilkan penelitian yang komprehensif dan karya ilmiah sebagai sumbangsih bagi pemikiran ekonomi Islam. 6 Wahidin Said, Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Hatta dengan Mahmoed Syaltut tentang Koperasi atau Syirkah Ta awuniyah, Skripsi Sarjana Syari ah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Masduki, Pemikiran Muhammad Hatta tentang Demokrasi, Skripsi Sarjana Syari ah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, Revrisond Baswir, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan IDEA, 1997.
12 12 E. Metode Penelitian Penelitian dalam kajian skripsi ini adalah termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library Research). Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Yaitu dengan mengumpulkan, membaca dan menelaah buku-buku atau tulisan-tulisan yang disusun oleh Muhammad Hatta, serta buku-buku lain yang mendukung pendalaman dan ketajaman analisis. 1. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yakni dari buku-buku atau tulisan-tulisan langsung dari Muhammad Hatta. Data buku tersebut diantaranya yang berjudul Pikiran-pikiran Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mencapai Kemakmuran Yang Merata (kumpulan pikiran Muhammad Hatta), Membangun Koperasi Dan Koperasi Membangun (Muhammad Hatta), Kumpulan Pidato III (Muhammad Hatta), Beberapa Fasal Ekonomi (Muhammad Hatta). Buku-buku tersebut panjang lebar membahas tentang pemikiran Muhammad Hatta, sumber data tersebut merupakan data primer. Buku Ekonomi Rakyat Program IDT dan Demokrasi Ekonomi Indonesia dari tulisan Mubyarto, Agenda Ekonomi Kerakyatan yang ditulis oleh Sritua Arief, Ekonomi Rakyat (konsep, kebijakan dan strategi) tulisan dari Soeharto Prawirokisumo, Muhammad Hatta pejuang proklamator pemimpin manusia biasa yang ditulis oleh Amrin Imran,
13 13 yakni orang-orang yang mempunyai pikiran yang sama dengan Muhammad Hatta, buku tersebut merupakan buku sekunder. 2. Analisa Data Setelah data terkumpul maka penulis mengolah data dan menganalisisnya secara kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dengan menggunakan metode analisis kualitatif dengan metode deskriptif analisis. 9 maksudnya adalah menggambarkan atau memaparkan secara obyektif dan kritis dalam rangka memberikan perbaikan, solusi atau terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang. 10 Metode ini digunakan untuk menjabarkan semua data yang terdapat pada bab II dan Bab III, yakni konsep ekonomi Islam dan konsep ekonomi kerakyatan Mohammad Hatta. Dengan begitu, penulis akan dapat dengan mudah mencari indikator yang menghubungkan kedua model data. Kemudian dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk data yang sudah dideskripsikan tersebut. Metode tersebut antara lain: a. Metode Induksi Metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari 9 Mohammad Solek, Studi Tentang Kitab Nihayat Al-Zayn Suatu Upaya Memahami Pemikiran Hukum Islam Imam Nawawi Al Bantani dengan Analisa Intertekstual, Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo Semarang, 2000, hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta, Rineka Cipta, 1993, hlm. 236
14 14 pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus kamudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. 11 Dalam metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan gambaran, indikator dari konsep ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta. Kemudian indikator tersebut akan digunakan untuk mencari relevansi antar konsep ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta dengan konsep ekonomi Islam. b. Pendekatan Historis Sosiologis Pendekatan ini digunakan untuk menelusuri sejarah pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta serta yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri sehingga muncul corak atau karakteristik yang dipunyai oleh Muhammad Hatta. F. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis akan memaparkan tentang bagian-bagian skripsi dan hubungannya dengan antar bagian-bagian tersebut secara sistematis dan utuh. Bab pertama dimulai dengan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian/penulisan. Kemudian pada bab kedua diuraikan tentang Muhammad Hatta: tokoh ekonomi; karya-karya Muhammad Hatta, pemikiran ekonomi 11 Mohammad Solek, op. cit., hlm. 57.
15 15 Muhammad Hatta yang antara lain adalah pendirian koperasi yang berdasarkan azaz gotong royong dan mengadakan program transmigrasi. Bab ketiga dipaparkan tentang sistem ekonomi Islam, yang meliputi prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, instrumen dasar ekonomi Islam dan tujuan ekonomi Islam. Pada bab keempat berisi tentang analisis ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta relevansinya dengan sistem ekonomi Islam dengan rincian analisis prinsip dasar ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta, analisis instrumen dasar ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta, relevansi konsep ekonomi kerakyatan Muhammad Hatta dengan sistem ekonomi Islam. Dan bab kelima sebagai penutup yang berisi kesimpulan, saran dan penutup.
SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KSP RUKUN SURAKARTA DENGAN PT POS INDONESIA (PERSERO) KANTOR WILAYAH SRAGEN TENTANG PEMOTONGAN UANG PENSIUN UNTUK ANGSURAN KREDIT PENSIUN SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk
Lebih terperinciAGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA
AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem
Lebih terperinciAsas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam
. Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam 2 Pengertian Sistem Ekonomi Islam adalah sistem pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciMATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH
LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH (Studi Tentang Pengakomodasian Norma-Norma Hukum dalam Pengaturan Kelembagaan Kospin Syariah di Karanganyar) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Lebih terperinciJakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan koperasi merupakan penjabaran dari ekonomi kekeluargaan yang secara tegas dinyatakan dalam UUD 1945. Perlu diperhatikan bahwa dari aspek normatif
Lebih terperinciPEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA
PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA Disusun oleh NAMA : HAMDANI DHARMA YUNA RIMOSAN NIM : 11.11.4844 Kelompok : c JURUSAN : S1-teknik informatika DOSEN : drs. Tahajudin soedibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
Lebih terperinci2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan sistem ekonomi Islam di Indonesia yang sudah dimulai sejak tahun 1992 semakin marak dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan Islam baik bank maupun non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciPERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)
PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciSKRIPSI. Memperoleh. Oleh : Nanda Permana C
SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEGIATAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERASAAN SATU BANYUDONO BOYOLALI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, ALFABETA, Bandung,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum bisnis merupakan suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pemasaran tidak terlepas dari unsur persaingan. Biasanya tidak ada salah satu bisnis pun, yang dengan leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan. Sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti tolong menolong antara sesama. Koperasi berasal dari kata Cooperation
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu kerjasama yang hukumnya mubah, yang berarti tolong menolong antara sesama. Koperasi berasal dari kata Cooperation (bahasa inggris) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Disamping itu koperasi juga merupakan
Lebih terperinciPELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)
PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas-asas kekeluargaan. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI (Studi di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Khasanah Wonogiri) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi beberapa tahun terakhir ini telah membawa pengaruh sangat besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah
Lebih terperinciMENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN
MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN 2035 Amrial Ilmu Ekonomi Islam FEB UI Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI RANGKAIAN BEBERAPA KOMPONEN YANG SALING PENGARUH MEMPENGARUHI DAN SALING TERGANTUNG DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN.
SISTEM EKONOMI SISTEM? /SISTIM RANGKAIAN BEBERAPA KOMPONEN YANG SALING PENGARUH MEMPENGARUHI DAN SALING TERGANTUNG DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN. SISTEM EKONOMI? SEKUMPULAN UNSUR-UNSUR ATAU KOMPONEN- KOMPONEN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi Bagi Indonesia koperasi merupakan suatu badan usaha yang menerapkan sifat gotong royong dan cara bekerjanya bersifat kekeluargaan. Kata koperasi berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembang perekonomian suatu negara semakin meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan, namun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pembahasan kinerja dengan konsep balanced scorecard telah banyak
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembahasan kinerja dengan konsep balanced scorecard telah banyak dibahas. Sebagaimana yang dikutip oleh Sony Yuwono dari penelitian Ovle, kata benda score merujuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)
BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo) A. Analisis Perilaku Konsumsi Islam Pemikiran Monzer Kahf Analisis konsumsi pemikiran
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN
PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciFAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 melaksanakan pembangunan nasional dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perbankan sebagai salah satu sub sektor ekonomi sangat besar peranannya dalam mendukung aktivitas dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan alat di dalam mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN Modul ke: Fakultas FEB INDONESIA Sistem Ekonomi Indonesia a. Perbandingan sistem (Kapitalis, Sosialis dan campuran) b. Sistem perekonomian Indonesia Sitti Rakhman, SP., MM Program Studi Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia untuk bermasyarakat, saling tunjang menunjang, topang-menopang, dan tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir ini tergolong cepat. Salah satu alasannya adalah keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank menduduki posisi yang sangat vital dalam perekonomian seperti yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari peran serta
Lebih terperinciManifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini
Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi
Lebih terperinciURAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi
URAIAN MATERI A. Pengertian Koperasi Kata Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu co dan operation. Co berarti bersama, operation berarti usaha. Kalau kedua kata itu dirangkai, maka koperasi dapat
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010
60 IMPLEMENTASI SISTEM BANK SYARIAH VERSUS SISTEM BANK KONVENSIONAL ======================================= Oleh: Dr. Hj. RENNY SUPRIYATNI B., SH., MH. NIP. 19570214 199302 2 001 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum Undang-Undang Perbankan Syariah ditetapkan, jumlah bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang. Bahkan setelah difasilitasi oleh
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR
PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR \ Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era yang penuh dengan segala persaingan baik pada sektor pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu hal yang sedang marak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat tersebut dijadikan dasar atau pedoman pelaksanaan koperasi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerja sama yang akan berlangsung terus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerja sama ini diadakan dengan perusahaan ataupun rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciuntuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan
RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Pada akhir tahun, keuntungan yang diperoleh koperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat. pembangunan nasional mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran strategis dalam menyelaraskan, menyerasikan, serta menyeimbangkan berbagai unsur pembangunan. Peran
Lebih terperinciWulansari Budiastuti, S.T., M.Si.
Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil Alamin, rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam semesta termasuk manusia, yaitu untuk memperbaiki masyarakat, untuk mengatur pergaulan,
Lebih terperinciSISTEM PEREKONOMIAN. By : Angga Hapsila, SE. MM
SISTEM PEREKONOMIAN 1. PENGERTIAN EKONOMI DAN SISTEM PEREKONOMIAN 2. SISTEM EKONOMI TRADISIONAL 3. SISTEM EKONOMI KAPITALIS 4. SISTEM EKONOMI SOSIALIS 5. SISTEM EKONOMI CAMPURAN 6. SISTEM EKONOMI INDONESIA
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi Nim : 11.11.5663 Kelompok : F Program studi : S1-Teknik informatika Dosen : Dr.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan
Lebih terperinciLembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga keuangan tersebut dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Relevansi Dalam kamus Bahasa Indonesia mengartikan kata relevansi sebagai kesesuaian, kecocokan, hubungan, kaitan usul dengan kenyataan
Lebih terperinciNILAI DASAR EKONOMI ISLAM. Binti Nur Asiyah, M.si.
NILAI DASAR EKONOMI ISLAM Binti Nur Asiyah, M.si. 1 MATERI Kepemilikan Kebersamaan Keadilan Kebebasan Keseimbangan 2 KEPEMILIKAN Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disahkan
Lebih terperinciPijar-Pijar Gagasan Soekarno
Peringatan Hari Lahir Pancasila - 01 Juni 2015 11:20 wib Pijar-Pijar Gagasan Soekarno Faisal Ismail, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta PADA sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah Islam yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam sudah ada dan sudah terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk badan usaha. Badan usaha sendiri dapat didefinisikan kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 5
Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional sekarang ini banyak melibatkan koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan begitu
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sekarang ini tengah giat giatnya melaksanakan perubahan dalam pembangunan, baik fisik maupun non fisik. Pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha usaha produktif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekarang ini sering terjadi krisis ekonomi global. Hampir seluruh negara mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, tidak terkecuali Indonesia. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek riba. Di dalam Al-Qur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciterdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang berbentuk koperasi dan dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah). BMT terdiri dari dua istilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini salah satunya adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan sebutan BPRS adalah sebuah lembaga keuangan islam yang hadir di tengahtengah carut marutnya perekonomian
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia sekarang ini sedang di perioritaskan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat agar lebih maju dan merata. Kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris Cooperation terdiri dari
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Pengertian Koperasi Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi, karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang sempurna, memuat ajaran-ajaran yang bersifat universal. Universal tidak hanya berisi ajaran yang bersifat umum mengenai hubungan manusia
Lebih terperinciAnalisis Rasio Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada KPRI Guyub Rukun Cabang Dinas Dikpora Kecamatan Laweyan Surakarta
Analisis Rasio Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada KPRI Guyub Rukun Cabang Dinas Dikpora Kecamatan Laweyan Surakarta Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang hingga saat ini belum bisa terselesaikan di negara kita adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan ekonomi saat ini baru
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama perusahaan adalah melakukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan suatu langkah yang direncanakan produsen sebelum produk dihasilkan
Lebih terperinci