BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Pabrik Gula Toelangan Sidoarjo didirikan pada tahun 1850 oleh pemerintah Belanda dengan nama NV. Maatschappij Tot Exploitatie de Suider Onder Namingan Kremboong en Toelangan. Setelah Indonesia merdeka maka pabrik tersebut diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dengan SK Menteri Pertanian No 229/UM/57 pada tanggal 10 Desember Kepengurusan untuk perusahaan perkebunan dibagi menjadi tiga strata, yaitu : 1. Pusat Perkebunan Negara Baru uang badan hukumnya berada pada Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara Pusat (BPUPPN). 2. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Jatim yang dipimpin oleh Direksi. 3. Pabrik Gula Toelangan dipimpin oleh Administratur. Dengan PP I/63, diadakan pengelompokan untuk perusahaan perkebunan sejenis, sedangkan hirarki perkebunan tetap hanya namanya saja yang berubah menjadi : 1. Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara atau BPUPPN dan Jawa Timur merupakan salah satu cabang. 2. Badan Pimpinan Umum Pabrik Gula Negara (BPUPGN) Inspeksi IX di bawah Inspektur. 3. Perusahaan Pabrik Gula Negara (PGN), Pabrik Gula Toelangan merupakan badan hukum. PP XIII/68 merumuskan bahwa strata yang ada selama ini dibubarkan. Selanjutnya dengan PP XIV/68 dibentuk lagi suatu kepengurusan sebagai berikut : 1. Badan khusus urusan perkebunan.

2 2. Perusahaan Negara Perkebunan XXII di bawah Direktur Utama merupakan badan hukum. 3. Perusahaan Negara Perkebunan XXII pada Pabrik Gula Toelangan dipimpin oleh Administratur. Pada tahun 1974 dikeluarkan Lembaran Negara no 234/1974 sehingga hirarki kepengurusan PG menjadi : 1. Badan Khusus Urusan Perusahaan Negara Perkebunan di inspeksi wilayah. 2. Perusahaan Negara Perkebunan XXII berubah menjadi PTP XXI-XXII (Persero). 3. Perusahaan Negara Perkebunan XXII PG Toelangan berubah menjadi PG Toelangan PTP XX-XXII (Persero). Sejak tahun 1974, PG Toelangan merupakan salah satu unit dari PTP XXI-XXII yang berkedudukan di Surabaya yang membawahi 12 pabrik gula di Pulau Jawa dan dua rumah sakit. Kemudian diberlakukan Peraturan Pemerintah RI No 15 tahun 1996 tentang peleburan perusahaan perseroan terhitung 11 Maret 1966, PT Perkebunan XX-XXII (Persero) berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara X (Persero), gabungan dari PTP XXI- XXII, PTP XIX dan PTP XXVII. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) membawahi 12 pabrik gula, tiga rumah sakit, dua pabrik tembakau dan satu pabrik karung. Salah satu dari dua belas pabrik gula di dalam PT Perkebunan Nusantara X adalah Pabrik Gula Toelangan. 4.2 Proses Produksi Proses pembuatan gula pada pabrik gula Toelangan terbagi menjadi tujuh stasiun kerja antara lain stasiun persiapan, stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun puteran dan stasiun penyelesaian. Sedangkan proses produksi yang terjadi pada tiap stasiun akan dijelaskan satu persatu. Stasiun persiapan diadakan sebagai sarana penyediaan bahan baku baik bahan baku utama maupun bahan baku pembantu dengan tujuan untuk mempersiapkan tebu yang akan

3 digiling dan bahan baku pembantu yang akan dipakai pada proses pengolahan nira. Pada stasiun ini aktivitas yang dilakukan adalah menimbang tebu yang akan digiling serta menimbang bahan baku pembantu sehingga pada saat proses berjalan tidak akan kekurangan bahan baku. Sedangkan pada stasiun gilingan terdapat dua tahap pengerjaan yaitu tahap pengerjaan pendahuluan dan tahap penggilingan. Pada tahap pendahuluan setelah tebu ditimbang kemudian tebu diiris, dipecah, dihancurkan dan dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dengan tujuan batang tebu yang mengandung gula akan pecah sehingga gula lebih mudah dikeluarkan. Kemudian tebu tersebut masuk pada tahap penggilingan. Tahap penggilingan berfungsi untuk merubah bentuk fisis tebu menjadi nira dan ampas dengan cara penekanan. Diharapkan dengan penggilingan ini, nira yang diperoleh sebanyak mungkin dan ampas yang dihasilkan bisa minimal. Nira kotor yang dihasilkan dari proses penggilingan selanjutnya masuk pada stasiun pemurnian untuk dimurnikan sehingga didapatkan nira jernih dan pengotornya (blothong). Secara garis besar proses produksi yang dilakukan pada stasiun pemurnian adalah sebagai berikut. Nira mentah atau nira kotor dipanaskan terlebih dahulu dalam juice heater dengan tujuan untuk memudahkan proses penguapan. Selanjutnya nira tersebut masuk ke peti susu kapur, pre kontraktor dan defekator. Pada sub stasiun ini nira dicampur dengan susu kapur yang dihasilkan oleh sub stasiun instalasi susu kapur. Tujuan dari pemberian kapur ini adalah untuk mengendapkan kotoran yang terbawa oleh nira mentah serta untuk menetralkan ph nira. Selanjutnya nira yang sudah mengalami proses pencampuran dengan susu kapur masuk ke dalam sub stasiun peti sulfitasi denagn bantuan pompa. Pada sub stasiun ini nira direaksikan dengan gas SO 2. Gas SO 2 murni tersebut dihasilkan dari pembakaran belerang padat pada sub stasiun tobong belerang. Tujuan dari pemberian gas SO 2 ini adalah untuk menetralkan kelebihan susu kapur dan untuk memutihkan kristal gula (memucatkan warna nira).

4 Setelah keluar dari peti sulfitasi maka nira yang sudah diputihkan masuk ke dalam bejana pengembang atau biasa disebut dengan flash tank. Dalam flash tank nira melalui proses penghilangan gas udara. Penghilangan gas ini bertujuan untuk membantu proses pengendapan. Setelah nira keluar dari flash tank, kemudian masuk ke dalam sub stasiun snow balling tank. Di sisni nira di beri bahan pembantu yaitu flokulan dengan tujuan untuk mengumpulkan kotoran serta mengeluarkan gas-gas yang tidak mengembun. Kemudian nira masuk ke dalam sub stasiun peti pengendap dan terjadi proses pengendapan yang kemudian diahsilkan nira jernih dan nira kotor. Nira jernih diproses selanjutnya pada stasiun penguapan sedangkan nira kotor oleh perusahaan diberikan kepada petani tebu dan digunakan sebagai pupuk. Pada stasiun penguapan, nira jernih yang masih encer dipanaskan sehingga didapatkan nira kental. Selain untuk mendapatkan nira kental, penguapan juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang tidak dapat terembunkan. Selanjutnya nira kental masuk dalam stasiun masakan, dan dilakukan proses kristalisasi dengan suhu rendah. Tujuan pengkristalan tersebut adalah untuk mengubah sakarosa dalam bentuk larutan menjadi bentuk kristal. Dalam proses ini diusahakan kehilangan gula sekecil mungkin, hasil kristal gula dapat memenuhi syarat yang dikehendaki, waktu proses sependek mungkin dan biaya yang dibutuhkan serendah mungkin. Nira yang sudah menjadi kristal gula selanjutnya masuk ke dalam stasiun puteran. Pada stasiun ini kristal gula mengalami tiga tahapan yaitu penghilangan larutan gula yang ada di sekitarnya, penghilangan sisa larutan yang tertinggal di permukaan kristal dan mengurangi ketebalan larutan atau kotoran yang tertinggal di permukaan kristal. Putaran yang digunakan pada stasiun ini ada dua jenis yaitu putaran High grade Fugal denagn kecepatan tinggi dan putaran Low Grade Fugal dengan putaran rendah.

5 Kristal gula yang telah terjadi selanjutnya tidak langsung disalurkan kepada konsumen melainkan dilakukan penyimpanan di gudang sehingga agar tahan disimpan. Sedangkan syarat-syarat penyimpanan antara lain : - gula harus kering (kadar air maksimal 1%) - warna putih dan bersih - besar kristal harus rata ( mm) - jahitan karung harus rapi dan rapat Dengan adanya syarat tersebut maka kristal gula harus melalui stasiun penyelesaian. Pada stasiun ini gula dikeringkan dengan menggunakan udara panas yang dihembuskan dengan suhu ±70 o C. Sehingga dengan demikian kristal gula benar-benar kering dan tahan disimpan. Sedangkan gambar urutan proses produksi dapat dilihat pada lampiran A 4.3 Deskripsi fungsi komponen dari sub stasiun Tiap sub stasiun dalam stasiun pemurnian mempunyai komponen dan fungsi yang berbeda-beda. Berikut ini adalah deskripsi fungsi dari tiap komponen tersebut. Juice Heater Juice Heater atau yang biasa disebut sebagai pemanasan pendahuluan mempunyai fungsi secara umum untuk memanaskan nira sehingga mempermudah jalannya penguapan pada stasiun penguapan. Beberapa komponen dan fungsi dari juice heater tersebut sebagai berikut : 1. Pemberat Sebagai penahan tutup atas dan bawah pada waktu pembersihan 2. Pipa pengeluaran gas buang Mengeluarkan gas-gas yang tidak terembunkan 3. Pipa keluar masuk nira Sebagai jalannya nira masuk ke dalam pipa pemanas 4. Katup pengaman

6 Mengontrol tekanan yang masuk ke dalam ruang pemanas 5. Pipa pemasukan panas Sebagai jalannya uap pemans masuk ke dalam ruang pemanas 6. Pipa pengimbang Sebagai jalannya air pengimbang 7. Ruang pemanas Sebagai tempat terjadinya pemanasan 8. Termometer Sebagai penunjuk suhu nira dalam ruang pemanas 9. Manometer Sebagai penunjuk tekanan uap panas Instalasi pembuat susu kapur Sub stasiun ini berfungsi untuk membuat susu kapur yang bergunan\a untuk mengendapkan pengotor yang ada di dalam nira. Sedangkan komponen dari instalasi pembuat susu kapur adalah sebagai berikut : 1. Penampung kapur tohor Sebagai penampung sementara kapur tohor yang akan dicairkan 2. Pemadam kapur Tromol untuk tempat pemadaman dan pencampuran air dengan kapur 3. Motor penggerak I Untuk menggerakkan tromol pemadam kapur 4. Saringan getar Sebagai penyaring untuk memisahkan kerikil dan pasir dari susu kapur 5. Motor penggerak II Sebagai penggerak saringan getar 6. Bak tunggu I Sebagai penampung susu kapur yang keluar dari saringan getar

7 7. Pipa air dingin Sebagai saluran air dingin untuk mengencerkan susu kapur 8. Pengaduk Untuk mengaduk susu kapur agar pencampuran lebih homogen 9. Motor penggerak III Sebagai penggerak pengaduk pada bak tunggu II 10. Bak tunggu II Sebagai tempat untuk mengencerkan susu kapur 11. Pompa Untuk memompa susu kapur dari bak tunggu menuju defekator Peti susu kapur, pre kontraktor dan defekator Sub stasiun ini merupakan aktivitas lanjut dari proses yang terjadi pada instalasi pembuat susu kapur. Peti susu kapur, pre kontraktor dan defekator berfungsi untuk membuat campuran susu kapur lebih homogen serta sebagai tempat untuk mencampur nira dengan susu kapur. Adapun fungsi dari tiap komponen pada sub stasiun ini antara lain : 1. Pipa pemasukan susu kapur Sebagai tempat laluan pemasukan susu kapur dari pemadam kapur 2. Peti susu kapur Sebagai tempat menampung susu kapur 3. Pipa pengembalian Sebagai tempat laluan untuk mengembalikan susu kapur 4. Pengatur pengeluaran susu kapur Sebagai pengatur volume susu kapur yang dibutuhkan di defekator 5. Pre kontraktor Sebagai tempat bercampurnya nira dan susu kapur tanpa pengaduk 6. Pipa pengeluaran susu kapur

8 Sebagai tempat laluan pengeluaran susu kapur 7. Defekator I/II/III Sebagai tempat bereaksinya nira dengan susu kapur 8. Motor Sebagai penggerak pengaduk 9. Pengaduk Untuk mempercepat reaksi susu kapur dengan nira Tobong belerang Fungsi dari tobong belerang belerang secara umum adalah sebagai penyedia gas SO 2 yang digunakan untuk proses sulfitasi nira mentah. Sedangkan fungsi dari tiap komponen antara lain : 1. Lemari kapur Sebagai penampung kapur tohor 2. Kompresor Mengatur tekanan udara agar konstan 3. Penampung udara kering Membantu kompresor agar tekanan udara yang masuk ke dalam laci pembakaran konstan 4. Valve pengatur udara Sebagai pengatur udara masuk laci pembakaran agar tetap konstan 5. Kaca penglihat Untuk mengontrol proses pembakaran belerang 6. Pipa pemasukan uap Sebagai saluran pemasukan uap panas 7. Pemasukan belerang Sebagai tempat/lubang untuk memasukkan belerang yang akan dibaka 8. Pemasukan air dingin Sebagai saluran masuk air pendingin 9. Laci pembakaran belerang Sebagai tempat pembakaran belerang 10. Pipa gas SO2 Sebagai saluran gas SO2 dari sublimator ke peti sulfitasi

9 11. Sublimator Sebagai tempat terjadinya sublimasi 12. Pipa pemasukan air pendingin sublimator Sebagai jalan masuk/keluarnya air pendingin Peti sulfitasi Peti ini berfungsi untuk mereaksikan nira mentah terkapur denagn gas SO 2 hingga keasaman tertentu. Fungsi dari komponen pada peti sulfitasi sebagai berikut : 1. Pipa pemasukan nira Sebagai saluran pemasukan nira dari defekator 2. Sungkup Untuk mendistribusikan gas SO2 3. Sekat parabolis Untuk sirkulasi nira sehingga pencampuran nira lebih sempurna 4. Ruang sulfitasi Sebagai tempat terjadinya reaksi pencampuran nira dengan gas SO2 5. Bak luapan Sebagai penampung luapan nira sebelum keluar peti sulfitasi 6. Pipa pengeluaran Untuk saluran pengeluaran nira tersulfitir untuk mengalami proses selanjutnya 7. Pipa tap nira Untuk mengeluarkan sisa cairan Bejana pengembang (flash tank) Bejana pengembang berfungsi untuk menghilangkan gas atau udara yang masih terdapat di dalam nira agar tidak mengganggu proses pengendapan. Berikut ini adalah komponen dari bejana pengembang dan fungsi dari masing-masing komponen tersebut. 1. Pipa pemasukan Saluran pemasukan nira mentah tersulfitir

10 2. Pipa pengeluaran Saluran pengeluaran nira dari flash tank ke snow balling tank 3. Kisi-kisi Untuk membuat aliran nira menyebar 4. Bak penampung Untuk menampung nira yang masuk dan selanjutnya keluar lewat pipa pengeluaran nira 5. Pipa pengeluaran udara (cerobong) Sebagai jalam keluarnya gas-gas atau udara yang keluar lewat pipa pengeluaran nira Snow balling tank Snow balling tank berfungsi untuk membuat campuran nira dan flokulan lebih homogen dan merubah struktur endapan yang sebelumnya memanjang dan halus menjadi bentuk bulat dan kasar sehingga densitas endapan lebih beasr dan dapat mempermudah proses pengendapan. Komponen yang membentuk alat ini adalah sebagai berikut : 1. Pipa pemasukan nira Sebagai saluran nira masuk dari flash tank 2. Ruang sirkulasi Tempat nira bersirkulasi 3. Sekat Sebagai pembatas agar nira mudah bersirkulasi 4. Cerobong Sebagai tempat pengeluaran udara dan gas-gas yang tidak dibutuhkan 5. Pipa pemasukan flokulan Sebagai saluran pemasukan flokulan 6. Pipa pengeluaran nira Sebagai saluran nira menuju peti pengendap

11 Peti pengendap Alat ini berfungsi untuk mengendapkan kotoran dalam nira mentah sehingga menghasilkan nira jernih dan nira kotor. Komponen dari peti pengendap antara lain : 1. Bak pengendap Sebagai tempat tempat terjadinya proses pengendapan 2. Talang nira masuk Sebagai saluran nira dari snow balling tank menuju peti pengendap 3. Pelampung Untuk memisahkan nira jernih dan nira kotor 4. Valve nira jernih Untuk menurunkan nira jernih dari peti pengendap menuju talang nira jernih 5. Talang nira jernih Sebagai saluran nira jernih dari peti pengendap menuju stasiun penguapan 6. Valve nira kotor Untuk menurunkan nira kotor dari peti pengendap menuju saluran pembuangan nira kotor 7. Talang nira kotor Sebagai saluran pembuangan nira kotor 8. Engsel Sebagai pengatur naik turunnya pelampung Pompa centrifugal Alat ini berfungsi untuk memompakan cairan dengan viskositas rendah. Komponen dari pompa ini antara lain : 1. Pipa pemasukan Sebagai saluran pemasukan cairan ke dalam pompa 2. Pipa pengeluaran Sebagai saluran pengeluaran cairan dari pompa 3. Rumah pompa Sebagai tempat berputarnya kipas 4. Impeller

12 Sebagai pengangkut cairan 5. As pompa Poros pemutar impeller yang dihubungkan dengan motor 6. Motor listrik Untuk menggerakkan as pompa dan penghasil putaran centrifugal Pompa plugner Alat ini berfungsi untuk memompakan cairan dengan viskositass tinggi. Sedangkan fungsi dari tiap komponen penyusun pompa ini adalah : 1. Roda penggerak Untuk menggerakkan maju mundur torak 2. Torak Sebagai penghubung roda penggerak dengan plugner 3. Klep hisap Untuk mengatur cairan yang dihisap agar tidak kembali lagi 4. Plugner Sebagai penghisap dan penekan cairan 5. Klep penekan Untuk mengatur cairan yang sudah ditekan agar tidak kembali 6. Pipa pemasukan Sebagai saluran pemasukan cairan yang akan dipompa 7. Pipa pengeluaran Sebagai saluran pengeluaran cairan yang dipompa 8. Ketel angin Untuk mengatur tekanan cairan supaya tetap 4.4 Risk Assessment Risk assessment dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisa terhadap risiko terjadinya bencana secara menyeluruh untuk mengukur tingkat risiko bencana yang dapat terjadi. Risk assessment dibagi menjadi empat tahap Hazard

13 Identification dengan menggunakan FMEA dan RCA, Frequency Assessment, Consequence Assessment, Risk Evaluation Failure ModeEffect and Analysis (FMEA) FMEA digunakan dengan tujuan untuk mengetahui hazards yang mengakibatkan terjadinya bencana pada pabrik gula Toelangan. Tabel FMEA ini disusun berdasarkan wawancara dengan bagian instalasi dan bagian pengolahan. Berikut ini adalah rekap FMEA, dan lanjutan rekap tersebut dapat dilihat pada lampiran C. Dalam FMEA ini disebutkan nilai RPN yang didapatkan dari perkalian severity dengan occurance.

14 N o 1 Sub stasiun JUICE HEATE R Komponen Pemberat Pipa pengeluara n gas buang Tabel 4.1 Rekap FMEA Functio Function n Failure Sebagai penahan tutup atas dan bawah pada waktu pembersihan Mengeluarka n gas-gas yang tidak terembunkan Pembera t patah Pipa bocor Failure Mode Besi terkoros i Pipa tertimp a benda berat O 5 1 Failure Effect Pembersiha n heater tidak dapat dilakukan Gas buang tidak dapat keluar dari pemanas Proses pengendapa n nira terganggu Proses produksi terhambat S RP N

15 4.4.2 Root Cause Analysis (RCA) Berdasarkan FMEA didapatkan tiga kejadian dengan nilai RPN tertinggi maka langkah selanjutnya adalah membuat RCA atau akar penyebab dari kejadian tersebut. RCA didapatkan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan penelitian yaitu bagian instalasi serta melihat secara langsung mesin-mesin yang ada pada stasiun pemurnian. Tujuan dari pembuatan RCA ini adalah untuk mengetahui akar penyebab dari timbulnya resiko terjadinya pencemaran udara, kebakaran dan uap panas release. Berikut ini adalah RCA dari Pencemaran udara. Direct cause dari pencemaran udara adalah gas SO2 dan SO3 release. Sedangkan terpaparnya gas tersebut dikarenakan enam faktor yaitu laci pembakaran damage, Kaca penglihat pecah, pipa gas SO2 bocor, Sublimator bocor, Ruang sulfitasi bocor dan ruang sulfitasi meledak. Pencemaran Udara Gas SO2 dan SO3 release Laci pembakaran damage (1) Kaca penglihat pecah (2) Pipa gas SO2 bocor (3) Sublimator bocor (4) Ruang sulfitasi bocor (5) Ruang sulfitasi meledak (6) Gambar 4.1 RCA Pencemaran Udara Penyebab terjadinya kebakaran adalah dikarenakan laci pembakaran damage. Berikut ini adalah RCA dari kebakaran. 1

16 Kebakaran Laci pembakaran damage Tekanan terlalu tinggi Suhu terlalu tinggi Laci tertimpa benda berat Gambar 4.2 RCA Kebakaran Sedangkan direct cause untuk uap panas release adalah Kaca penglihat pecah, laci pembakaran damage dan pipa pemasukan uap bocor. Di bawah ini adalah RCA yang menunjukkan penyebab langsung dari upa panas release. Uap Panas Release Kaca penglihat pecah (1) Laci pembakaran damage (2) Pipa pemasukan uap bocor (3) Gambar 4.3 RCA Uap Panas Release Gambar RCA secara keseluruhan terdapat pada lampiran E, dari gambar tersebut dapat terlihat akar penyebab dari resiko tersebut di atas.

17 4.4.3 Frequency Assessment Frekuensi atau tingkat kemungkinan terjadinya masingmasing kejadian tersebut akan ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Severity of frequency Rangking Event Level Descriptor 1 Pencemaran udara (karena gas SO2 dan SO3) D Unlikely 2 Kebakaran D Unlikely 3 Uap panas release C Possible Consequence Assessment Setelah didapatkan frekuensi munculnya tiap kejadian, maka langkah selanjutnya adalah menentukan konsekuensi atau dampak dari tiap kejadian jika terjadi. Tabel 4.3 Severity of consequence Rangking Event Level Descriptor 1 Pencemaran udara (karena gas SO2 dan 5 Catastrophic SO3) 2 Kebakaran 4 Major 3 Uap panas release 3 Moderate Risk Matrix Berdasarkan frequency dan consequence assessment, maka di buat risk matrix yang menggabungkan keduanya seperti yang tampak pada tabel di bawah ini :

18 Frequen cy A (almost certain) Tabel 4.4 Risk Matrix Consequence Insignifica Min Modera nt or te Major Catatrophi c H H E E E B (likely M H H E E C (possibl e) L M H (uap panas release) E E D (unlikel y) L L M H (kebakara n) E (pencemar an udara karena gas SO2 dan SO3) E (rare) L L M H H 4.5 Readiness Assessment Pada Readiness Assessment disebarkan suatu checklist yang diberi nama CAR Checklist. Checklist ini diberikan kepada tiap kepala bagian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Kategori jawaban dari setiap pertanyan yang ada dalam CAR check list adalah sebagai berikut: 1. Not Capable : Tidak ada kemajuan yang telah dicapai 2. Marginally Capable : Beberapa kemajuan telah dicapai, tetapi dibutuhkan usaha yang sangat besar untuk mencapai kapabilitas/kemampuan secara total

19 3. Generally Capable : Kapabilitas dasar telah dicapai dan dikembangkan tetapi masih memerlukan usaha untuk mencapai mencapai kapabilitas secara total 4. Very Capable : Kapabilitas yang dicapai sudah berada pada tingkat tinggi dan hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mencapai kapabilitas secara total 5. Fully Capable : Kapabilitas total telah dicapai dan hanya memerlukan perawatan/pemeliharaan N/A - Not Aplicable : Tidak diaplikasikan pada pekerjaan Prosentase sistem manajemen secara keseluruhan Dari hasil pengisian checklist maka sistem manajemen PG Toelangan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar diagram lingkaran di bawah ini. PROSENTASE CAR CHECKLIST 36% 16% 0% 7% 41% Gambar 4.4 Prosentase Keseluruhan Berdasarkan gambar tersebut sistem manajemen penanggulangan bencana pada PG Toelangan berada pada kategori generally capable.

LAMPIRAN A. Bagan proses pengolahan gula pada Pabrik Gula Toelangan

LAMPIRAN A. Bagan proses pengolahan gula pada Pabrik Gula Toelangan LAMPIRAN A Bagan proses pengolahan gula pada Pabrik Gula Toelangan CAPABILITY ASSESSMENT FOR READINESS (CAR) CHECKLIST DISASTER MANAGEMENT NO PERTANYAAN NILAI 2 3 4 N/A CATATAN EMF.0 PERATURAN DAN WEWENANG.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1964 perusahaan NV My Handle Kian Gwan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bernama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

ARINA ALFI FAUZIA

ARINA ALFI FAUZIA ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Wawancara

Lampiran 1 Daftar Wawancara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( ) Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyaringan Nira Kental Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada pada nira kental hasil dari pemurnian

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP: LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disaster Management Disaster Management adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik BAB I PENDAHULUAN PT. PG Candi Baru adalah salah satu pabrik gula di Indonesia yang menghasilkan gula kristal putih (GKP) jenis Superior Hooft Suiker IA (SHS IA) sebagai produk utamanya. Hasil samping

Lebih terperinci

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK 01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR OLE H : ERN I SWANDAYANI SANDY SUYANTO FRANSISCA IRHANNY (6103001009) (6103001051) (6103001055) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X

Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma Budi_santoso@staff.gunadarma.ac.id PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembuatan Gula Pabrik gula adalah suatu pabrik yang berperan mengubah bahan baku tebu menjadi kristal produk yang memenuhi syarat. Di dalam proses kristalisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Areal PT PG Rajawali II Unit PG Subang pada tahun 1812-1833 pada awalnya merupakan areal tanaman karet milik swasta asing (Inggris) yang kemudian pada

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT. Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang dilakukan di beberapa

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI

PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : YANNY SUSANTO 6103009139

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang/ Sejarah Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu terletak di desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, buah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA Macam-macam dan contoh perubahan Kimia 1. Proses pembakaran, contoh : Kertas dibakar, Kayu dibakar, bensin terbakar, rumah terbakar, plastik terbakar 2. Proses pencampuran

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo

Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-417 Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Anovia D. Riswardani, Ahmad K.

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN ABSTRAK

PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN ABSTRAK PENANGGULANGAN KONTAMINASI DAN DEGRADASI MINYAK PELUMAS PADA MESIN Sailon Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT. Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang dilakukan di beberapa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Pabrik Gula Djombang Baru adalah salah satu unit pengolahan gula tebu yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Pabrik ini terletak di jalan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.6

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.6 SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.6 1. Untuk membuat air tawar dari air laut dapat dilakukan dengan cara... Distilasi Kunci Jawaban : A Pembuatan air tawardari air

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu Pabrik Gula Kwala Madu merupakan pabrik gula ke2 (Dua) di Sumatera Utara sesudah pabrik gula Sei

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kimia Gula Komposisi kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Di dalam sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus

Lebih terperinci

Perubahan zat. Perubahan zat

Perubahan zat. Perubahan zat Perubahan zat Perubahan zat A Sifat Zat 1. Sifat fisika Zat memiliki ciri khas masing-masing. Kawat tembaga dapat kamu bengkokkan dengan mudah, sedangkan sebatang besi sulit dibengkokkan. Ciri khas suatu

Lebih terperinci

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG.

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. Kebon Agung terletak di Desa Kebon

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk SEJARAH SINGKAT Pabrik Gula Gunung Madu terletak diujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya berada di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, 90 km ke arah utara dari Ibukota Propinsi Lampung (Bandar

Lebih terperinci

APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU

APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU (Saccharum officinarum L) (STUDI KASUS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO) PABRIK GULA OLEAN SITUBONDO)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : YANNY SUSANTO 6103009139 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR KRISTALISASI

PRINSIP DASAR KRISTALISASI PRINSIP DASAR KRISTALISASI Posted on 20.12 by ayu anisa No comments Pengertian Kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur

Lebih terperinci

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL Pesawat bantu terdiri dari dan berbagai peralatan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi mesin bantu di kamar mesin dan mesin bantu, di geladak (dek) atau di

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA Nyimas Dewi Sartika 1 ABSTRACT Generally on BUMN sugar factory the rendement is lower than private sugar factory. The audit purpose is to know processing

Lebih terperinci

HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU

HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU LAMPIRAN 58 Lampiran 1. Hasil Samping Industri Gula Tebu HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU Tenaga listrik Bahan bakar Arang briket Ampas Gas methane dan Gas air Makanan ternak Pulp & kertas Pucuk dan daun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketel uap merupakan suatu pesawat tenaga yang banyak digunakan dan dianggap layak dalam dunia industri di negara indonesia. Dimana ketel biasanya digunakan untuk penggerak

Lebih terperinci

1. Fabrikasi Struktur Baja

1. Fabrikasi Struktur Baja 1. Fabrikasi Struktur Baja Pengertian proses fabrikasi komponen struktur baja secara umum adalahsuatu proses pembuatan komponen-komponen struktur baja dari bahanprofil baja dan atau plat baja. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM)

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) SIDANG TUGAS AKHIR PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) Oleh : M. Renardo Prathama Abidin 2307 030 049 Ferry Oktafriyanto 2307 030 076 DIPRESENTASIKAN PADA JUMAT, 9 JULI

Lebih terperinci

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT

PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT KARYA ILMIAH YUSMIYATI FIDIA FITRI 052409074 PROGRAM

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

Untuk Daerah Tertinggal

Untuk Daerah Tertinggal Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI SIKLUS HIDUP GULA Siklus hidup gula terjadi pada proses produksi gula di pabrik, yaitu mulai dari tebu digiling hingga menjadi produk gula yang siap untuk dipasarkan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah : 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji teori-teori

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian terhadap aliran campuran air crude oil yang mengalir pada pipa pengecilan mendadak ini dilakukan di Laboratorium Thermofluid Jurusan Teknik Mesin. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 PROSES PEMBUATAN GULA DARI NIRA TEBU. Produknya adalah gula jenis SHS (Superior Hooft Suiker) 1-A dengan hasil samping

BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 PROSES PEMBUATAN GULA DARI NIRA TEBU. Produknya adalah gula jenis SHS (Superior Hooft Suiker) 1-A dengan hasil samping BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 PROSES PEMBUATAN GULA DARI NIRA TEBU Proses pembuatan gula menggunakan proses sulfitasi alkhalis continue. Produknya adalah gula jenis SHS (Superior Hooft Suiker) 1-A dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB VII PENDINGINAN MOTOR

BAB VII PENDINGINAN MOTOR BAB VII PENDINGINAN MOTOR Pendinginan adalah suatu media (zat) yang berfungsi untuk menurunkan panas. Panas tersebut didapat dari hasil pembakaran bahan bakar didalam silinder. Sebagaimana diketahui bahwa

Lebih terperinci