BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi

1 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2017 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, bahwa penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran, dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2017, berpedoman pada Peraturan Bupati Tangerang Nomor 61 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2017; b. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan, perlu melakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 61 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang...

2 -2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor 02). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN, DAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Tangerang Nomor 61 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2017 diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (4) huruf b diubah dan diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (4a) sehingga Pasal 15 (1) RKA disusun: a. berdasarkan PPAS; Pasal 15 b. searah dengan Renja SKPD; dan c. memperhatikan Tugas Pokok dan Fungsi, SPM dan SOP. (2) Teknis...

3 -3- (2) Teknis formulasi alokasi belanja atau pengeluaran, mempedomani SBK, SSH dan kode rekening penganggaran. (3) SBK dan SSH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengatur nilai tertinggi atas standar yang diatur/ ditetapkan. (4) Dalam hal SBK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengatur satuan biaya yang dibutuhkan dalam formulasi RKA, dapat dilakukan dengan: a. menggunakan satuan biaya yang berlaku umum atau yang diterbitkan oleh jasa layanan profesi/ aplikasi/pemeliharaan/paket pekerjaan; b. penyetaraan standar dengan mempertimbangkan kesamaan/kesetaraan kriteria dan tidak melebihi nilai yang tercantum dalam SBK; atau c. berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (4a) Ketentuan standar biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperkenankan atas pertimbangan/ persetujuan TAPD. (5) Dalam hal SSH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengatur harga barang yang dibutuhkan dalam penyusunan RKA, penentuan harga satuan dapat berdasarkan: a. hasil survey/harga pasar; b. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS); c. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan; d. daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal; dan/atau e. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (engineer s estimate). 2. Ketentuan dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a diubah dan Pasal 41 ayat (2) huruf b dihapus sehingga Pasal 41 Pasal 41 (1) Honorarium PPK diberikan berkenaan tanggungjawab PPK atas pengadaan barang dan jasa pada SKPD tempat kedudukannya dan/atau SKPD lain sesuai penunjukkan. (2) Honorarium PPK dibedakan berdasarkan sifat kegiatan, yaitu: a. pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik; b. dihapus; c. pengadaan...

4 -4- c. pengadaan/pemeliharaan barang dan jasa lainnya; dan d. jasa konsultansi. (3) Honorarium PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan berdasarkan paketpaket pekerjaan atau akumulasi seluruh paket pekerjaan pengadaan barang dan jasa dalam 1 (satu) kegiatan dengan mempertimbangkan besaran alokasi pengadaan dan memperhatikan aspek kewajaran, kepatutan, rasionalitas dan pertanggung jawaban. 3. Ketentuan dalam Pasal 42 ayat (1) diubah sehingga Pasal 42 Pasal 42 (1) Honorarium peneliti perjanjian pekerjaan/kontrak diberikan untuk paket pekerjaan pembangunan/ pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik. (2) Nilai perjanjian pekerjaan/kontrak diatas Rp ,- (dua ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh 1 (satu) orang peneliti kontrak. (3) Nilai perjanjian pekerjaan/kontrak di atas Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (satu miliar rupiah) dilaksanakan oleh tim peneliti kontrak yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan 1 (satu) orang anggota. (4) Nilai perjanjian pekerjaan/kontrak di atas Rp ,- (satu miliar rupiah) dilaksanakan oleh tim peneliti kontrak yang terdiri dari (1) satu orang ketua merangkap anggota dan 3 (tiga) orang anggota. 4. Ketentuan dalam Pasal 43 diubah sehingga Pasal 43 Pasal 43 Penganggaran honorarium PPK dan Peneliti Kontrak pada kegiatan dengan keluaran (output) final berupa konstruksi/instalasi fisik dan pengadaan barang aset tetap ditempatkan dalam rincian obyek belanja modal berkenaan. 5. Ketentuan dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a, ayat (2) dan ayat (3) huruf b diubah dan Pasal 44 ayat (1) huruf b dihapus sehingga Pasal 44 Pasal 44 (1) Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa bagi kelompok kerja ULP dan pejabat pengadaan dibedakan berdasarkan paket pekerjaan: a. pembangunan...

5 -5- a. pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik; b. dihapus; c. pengadaan/pemeliharaan barang dan jasa lainnya; dan d. jasa konsultansi. (2) Honorarium kelompok kerja ULP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam rangka proses penetapan penyedia barang/jasa paket pekerjaan pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik dan pengadaan barang dan jasa lainnya diatas Rp ,- (dua ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi diatas Rp ,- (lima puluh juta rupiah). (3) Honorarium pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka: a. proses penetapan penyedia barang/jasa paket pekerjaan pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik, pengadaan barang dan jasa lainnya sampai dengan Rp ,- (dua ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah); dan b. proses penetapan penyedia barang/jasa paket pekerjaan pengadaan barang secara elektronik (eprocurement melalui e-catalogue). 6. Ketentuan dalam Pasal 45 ayat (2) diubah sehingga Pasal 45 Pasal 45 (1) Honorarium kelompok kerja ULP dan pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat diberikan berdasarkan paket-paket pekerjaan atau akumulasi seluruh paket pekerjaan pengadaan barang dan jasa dalam 1 (satu) kegiatan dengan mempertimbangkan jumlah alokasi pengadaan dan memperhatikan aspek kewajaran, kepatutan, rasionalitas dan pertanggungjawaban. (2) Penganggaran honorarium kelompok kerja ULP dan pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada kegiatan dengan keluaran (output) final berupa konstruksi/instalasi fisik dan pengadaan barang aset tetap ditempatkan dalam rincian obyek belanja modal berkenaan. 7. Ketentuan dalam Pasal 46 ayat (2) huruf a dan ayat (5) diubah dan Pasal 46 ayat (2) huruf b dihapus sehingga Pasal 46 Pasal 46...

6 -6- Pasal 46 (1) Honorarium Tim Pemeriksa Barang dan Jasa dianggarkan untuk honorarium panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan berkenaan dengan tanggungjawab atas pemeriksaan perkembangan dan penyelesaian akhir pekerjaan pengadaan barang dan jasa; (2) Honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan berdasarkan paket pekerjaan: a. pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan konstruksi/instalasi fisik; b. dihapus; c. pengadaan/pemeliharaan barang dan jasa lainnya; dan d. jasa konsultansi. (3) Honorarium panitia penerima hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan paket pekerjaan barang/jasa atau akumulasi beberapa paket pekerjaan barang/jasa diatas Rp ,- (lima puluh juta rupiah); (4) Honorarium pejabat penerima hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan paket pekerjaan barang/jasa atau akumulasi beberapa paket pekerjaan barang/jasa mulai Rp ,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah); (5) Penganggaran honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada kegiatan dengan dengan keluaran (output) final berupa konstruksi/instalasi fisik dan pengadaan barang aset tetap ditempatkan dalam rincian obyek belanja modal berkenaan. 8. Ketentuan dalam Pasal 62 ayat (2) diubah sehingga Pasal 62 Pasal 62 (1) Belanja makanan dan minuman rapat dianggarkan untuk rapat yang diselenggarakan di lingkungan kantor atau menggunakan fasilitas gedung milik pemerintah/pemerintah daerah lain atau menggunakan fasilitas ruang rapat/ pertemuan lainnya yang tidak bersifat komersial. (2) Belanja makanan dan minuman tamu dianggarkan dalam rangka menjamu tamu pimpinan/kantor perorangan dan jamuan penerimaan tamu kunjungan kerja/studi bandung/observasi lapangan dan sejenisnya. (3) Jamuan makanan dan minuman KDH/WKDH merupakan jamuan rumah tangga sehari-hari Bupati dan Wakil Bupati. Pasal II...

7 -7- Pasal II Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal 16 Januari 2017 BUPATI TANGERANG, Ttd. Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal 16 Januari 2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANGERANG, A. ZAKI ISKANDAR Ttd. ISKANDAR MIRSAD BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017 NOMOR 16