BAB IV HASIL DAN ANALISIS Sejarah Jawa Tengah. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN ANALISIS Sejarah Jawa Tengah. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang,"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Pati, Kedu,Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta.Provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad).Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu. Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undangundang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya.penetapan Undangundang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus

2 4.1.2 Keadaan Geografi dan Demografi Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah jiwa terdiri atas lakilaki dan perempuan.kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (2,342 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (2,227 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,953 juta jiwa). Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusatpusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), daerah Salatiga Raya ( termasuk wilayah Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan Suruh), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta TegalBrebesSlawi. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun). 52

3 Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan(20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%) Kemiskinan di Jawa Tengah Berdasarkan data tingkat kemiskinan selama kurun waktu 10 tahun, kota Salatiga menempati urutan pertama dalam rendahnya penduduk miskin sedangkan kabupaten Brebes menempati urutan terakhir dalam tingginya penduduk miskin. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah (tiap Kabupaten/Kota tahun 2004 dan 2013) Kota Tahun Peringkat tahun penduduk 2004 miskin di Jawa Tengah 2013 Peringkat penduduk miskin di Jawa Tengah Kota Salatiga Kota Magelang Kota Tegal Kota Pekalongan Kota Surakarta Temanggung Batang Sekoharjo

4 Kudus Semarang Jepara Kota Semarang Blora Purworejo Karanganyar Rembang Pekalongan Boyolali Sragen Kendal Wonosobo Wonogiri Magelang Banjarnegara Tegal Demak Purbalingga Pati Klaten Grobogan Pemalang Kebumen

5 Banyumas Brebes Cilacap Sumber : Badan Pusat Statistik Selama kurun waktu antara tahun kemiskinan di provinsi jawa tengah mengalami perubahan di setiap masingmasing kabupaten, tidak jarang ada kabupaten yang angka kemiskinan masih tetap tidak mengalami perubahan, tetapi ada daerah yang mengalami perubahan seperti di kabupaten magelang pada tahun pada tahun 2004 berada pada peringkat 19 pada penduduk miskin tetapi di tahun 2013 berada pada posisi 26. Hal itu menunjukkkan bahwa tingkat kemiskinan di kabupaten Magelang mengalami penurunan. Pada kabupaten Karanganyar juga mengalami penurunan dimana pada tahun 2004 pada peringkat 12 kemudian tahun 2013 berada di posisi 15 yang berarti kabupaten karanganyar mampu menurunkan tingkat kemiskinan dan kabupaten boyolali juga mengalami hal yang sama dimana saat tahun 2003 berada pada posisi 16 dan di tahun 2013 berada pada posisi 19, setiap daerah ada yang mengalami perubahan tetapi ada juga yang tidak mengalami perubahan justru tingkat kemiskinan naik, untuk melihat hasil data tersebut dapat dilihat pada data tabel 4.1 diatas Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan peringkat IPM, Brebes merupakan urutan pertama dalam rendahnya tingkat IPM, sedangkan Surakarta menempati urutan terakhir, data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : 55

6 Tabel 4.2 Jumlah Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah (tiap Kabupaten/Kota tahun 2004 dan tahun 2013) kota Tahun Peringkat IPM Tahun 2004 di Jawa Tengah 2013 Peringkat IPM di Jawa Tengah Kota Salatiga Kota Magelang Kota Tegal Kota Pekalongan Kota Surakarta Temanggung Batang Sekoharjo Kudus Semarang Jepara Kota Semarang Blora Purworejo Karanganyar Rembang Pekalongan Boyolali

7 Sragen Kendal Wonosobo Wonogiri Magelang Banjarnegara Tegal Demak Purbalingga Pati Klaten Grobogan Pemalang Kebumen Banyumas Brebes Cilacap Sumber : Badan Pusat Statistik IPM sendiri digunakan untuk mengetahui peningkatan dari hasil peningkatan kualitas suatu daerah, IPM sendiri terdiri dari data jumlah angka harapan hidup, angka melek huruf, ratarata lama sekolah, dan pengeluaran riil perkapita. Dari olahan data tersebut akan diperoleh data IPM yang dapat di gunakan untuk melakukan berbagai penelitian, data tersebut sangat akurat karena data tersebut diolah langsung oleh BPS daerah. Pada tabel tersebut 57

8 data yang diambil adalah daerah provinsi Jawa Tengah, pada 2004 dan 2013, IPM masingmasing kabupaten/kota mengalami perubahan baik tingkat IPM yang semakin meningkat atau tingkat IPM yang tetap, pada kabupaten salatiga selama 10 tahun mengalami peningkatan IPM yang baik dimana pada tahun 2004 berada pada tingkat 23 dan di tahun 2013 berada pada tingkat 32, setelah kabupaten salatiga dengan tingkat IPM yang mengalami peningkatan ada kabupaten sragen dimana pada tahun 2004 berada pada tingkat ke 3 dan di tahun 2013 berada pada tingkat 11, yang juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi ada di kabupaten rembang yang pada tahun 2004 berada di tingkat 11 danpada tahun 2013 berada pada tingkat 17, dari ketiga daerah tersebut masih ada beberapa daerah yang mengalami perubahan untuk lebih jelas mengenai perubahan yang terjadi di tingkat IPM dapat dilihat secara langsung pada tabel Pengangguran Berdasarkan peringkat Pengangguran, Kota Magelang menempati urutan pertama dalam rendahnya pengangguran, sedangkan Kota Semarang menempati urutan terakhir. Data dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Jumlah Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah (menurut Kabupaten/Kota tahun 2004 dan 2013) 58

9 kota Tahun Peringkat Tahun pengangguran di 2004 Jawa Tengah 2013 Peringkat pengangguran di Jawa Tengah Kota Salatiga 10, ,678 2 Kota Magelang 5, ,241 1 Kota Tegal 10, ,641 4 Kota Pekalongan 14, ,328 3 Kota Surakarta 19, , Temanggung 14, , Batang 31, , Sekoharjo 40, , Kudus 29, , Semarang 23, , Jepara 21, , Kota Semarang 79, , Blora 16, , Purworejo 10, ,832 7 Karanganyar 23, ,784 5 Rembang 14, ,760 9 Pekalongan 22, , Boyolali 30, , Sragen 19, , Kendal 33, , Wonosobo 12, , Wonogiri 28, ,

10 Magelang 38, , Banjarnegara 29, ,495 8 Tegal 50, , Demak 46, , Purbalingga 19, , Pati 28, , Klaten 43, , Grobogan 33, , Pemalang 45, , Kebumen 29, , Banyumas 34, , Brebes 57, , Cilacap 74, , Sumber : Badan Pusat Statistik Pengangguran adalah penduduk yang telah memasuki dalam kategori angkata kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Pengangguran itu sendiri sangat mempengaruhi tingkat kemiskinan karena dengan adanya pengangguran yang belum memperoleh gaji makan semakin meningkat pula kemiskinan, sedangkan laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan akan semakin banyak pula calon pencari kerja yang akan mencari pekerjaan, sedangkan jumlah pekerjaan yang disediakan tidak sesuai denganjumlah pencari kerja. 60

11 Disetiap daerah kabupaten/kota mengalami tingkat pengangguran yang berbedabeda di provinsi Jawa Tengah sendiri hanya ada beberapa daerah yang mampu menekan angka pengangguran atau tingkat pengangguran semakin sedikit setiap tahunnya, kabupaten pati sendiri yang mampu menekan tingkat pengangguran cukup tinggi berada pada tingkat ke 17 pada tahun 2004 dan di tahun 2013 berada pada tingkat 31, di kabupaten jepara yang pada tahun 2003 tingkat pengangguran termasuk dalam kategori yang banyak pengangguran yaitu di peringkat 13 tetapi pada tahun 2013 berada pada tingkat 25 yang berarti tingkat pengangguran semakin sedikit, setelah kabupaten jepara ada kabupaten blora di tahun 2003 berada pada tingkat pengangguran yang masuk dalam 10 besar tertinggi di jawa tengah yaitu pada tingkat 9 tetapi pada tahun 2013 bisa menekan angka pengangguran menjadi tingkat ke 21, selain daerahdaerah tersebut masih banyak daerah yang mengalami berbagai perubahan baik menuju kearah yang lebih baik dimana mampu mengurangi tingkat pengangguran tetapi adapula daerah yang justru mengalami peningkatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel PDRB PDRB adalah pendapatan yang diperoleh suatu daerah baik kabupaten/kota, pendapatan yang diperoleh oleh daerah tersebut kemudian dipergunakan sebagai anggara untuk memenuhi berbagai macam kebtuhan daerah tersebut guna memperbaiki sarana dan prasarana untuk meningkatkan perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat. 61

12 Tabel 4.4 PDRB konstan di Provinsi Jawa Tengah (menurut Kabupaten/Kota tahun 2004 dan tahun2013) Kota Tahun Peringkat Tahun PDRB di 2004 Jawa Tengah 2013 Peringkat PDRB di Jawa Tengah Kota Salatiga 31 1 Kota Magelang Kota Tegal 34 4 Kota Pekalongan Kota Surakarta Temanggung Batang Sekoharjo Kudus

13 63 Semarang Jepara Kota Semarang Blora Purworejo Karanganyar Rembang Pekalongan Boyolali Sragen Kendal Wonosobo

14 64 Wonogiri Magelang Banjarnegara Tegal Demak Purbalingga Pati Klaten Grobogan Pemalang Kebumen Banyumas

15 Brebes Cilacap 9 5 Sumber : Badan Pusat Statistik PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto atas konstan adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponenkomponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masingmasing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. Setiap daerah memiliki PDRB yang berbedabeda karena pendapatan yang diperoleh berbeda, diantara semua kabupaten/kota yang terdapat di Jawa Tengah ada daerah dengan PDRB yang mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu pada kabupaten banyumas dimana pada tahun 2004 PDRB daerah tersebut pada tingkat 20 dan kemudian di tahun 2013 berada pada tingkat 29, hal tersebut menunjukkan bahwa pada kabupaten banyumas dapat menaikkan 65

16 pendapatan daerah dari berbagai sektor yang dapat meningkatkan PDRB. Selain banyumas ada kabupaten sragen yang juga mengalami peningkatan pada PDRB yaitu di tahun 2004 pada tingkat 11 dan pada tahun 2013 berada pada tingkat 19, disusul oleh kabupaten purbalingga pada tingkat 4 dan di tahun 2013 berada pada posisi 13, meski tidak terjadi banyak peningkatan tetapi daerah dapat meningkatkan pendapatan yang mampu meningkatkan nilai PDRB, tetapi tidak semua daerah mengalami peningkatan ada beberapa yang mengalami penurunan maupun tetap, untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada data tabel Peringkat Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah DaridataKemiskinan, IPM, Pengangguran dan PDRB yang sudah dijelaskan pada tabel diatas dapat disimpulkan peringkat sementara bahwa : Tabel 4.5 Peringkat Kemiskinan, Pengangguran, IPM, dan PDRB berdasarkan Kota/Kabupaten di Jawa Tengah Peringkat Kemiskinan, IPM, Pengangguran, PDRB di Jawa Tengah Kota/Kabupaten Kemiskinan IPM Pengangguran PDRB Kota Salatiga Kota Magelang Kota Tegal

17 Kota Pekalongan Kota Surakarta Temanggung Batang Sekoharjo Kudus Semarang Jepara Kota Semarang Blora Purworejo Karanganyar Rembang Pekalongan Boyolali Sragen Kendal Wonosobo Wonogiri Magelang Banjarnegara

18 Tegal Demak Purbalingga Pati Klaten Grobogan Pemalang Kebumen Banyumas Brebes Cilacap Berdasarkan data pada tabel diatas setiap Kabupaten/Kota setiap daerah mempunyai data yang tidak konsisten. Pada kota Salatiga tingkat pertama pada data kemiskinan dan PDRB, peringkat kedua pada data pengangguran, tetapi pada data IPM pada peringkat 32..Kota Magelang pada peringkat pertama pada data pengangguran, peringkat kedua pada data kemiskinan dan PDRB, dan Pada IPM mengalami pada peringkat 33. Kemudian pada Kabupaten Brebes IPM pada tingkat pertama, peringkat 31 pada tingkat PDRB tetapi pada data Penganguran dan Kemiskinan berada pada peringkat ke 34. Berdasarkan dari hasil tabel tersebut kota salatiga yang 68

19 memiliki tingkat kemiskinan paling rendah tetapi pada tingkat IPM berada pada tingkat 33 yang berarti tingkat IPM masih sangat rendah 4.2 Pemilihan Model Karena data yang dianalisis merupakan data panel, maka harus ditentukan metode pendekatan analisis. Pendekatan analisis panel data yang diuji adalah pendekatan pooled least square, pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random effect) melalui uji Chow untuk memilih antara pendekatan pooled least square atau pendekatan efek tetap (fixed effect), dan uji Hausman untuk memilih antara pendekatan efek tetap (fixed effect) atau efek acak (random effect) sehingga mendapatkan pendekatan yang paling tepat terhadap model Likelihood Ratio Test ( Chow Test ) Likelihood ratio test dilakukan untuk mengetahui apakah model yang lebih baik untuk digunakan adalahpendekatan pooled least square (common effect) atau pendekatan efek tetap (fixed effect). Uji ini dilakukan dengan prosedur uji F statistic dengan hipotesis : H 0 = Pooled Least Square (common) lebih baik daripada Fixed Effect Model. H 1 = Fixed Effect Model lebih baik daripada Pooled Least Square (common). Hasil Likelihood ratio test adalah sebagai berikut : 69

20 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Likelihood Ratio Test Redundant Fixed Effects Tests Pool: FE Test crosssection fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Crosssection F (34,312) Crosssection Chisquare Crosssection fixed effects test equation: Dependent Variable: LOG(KMISKINN?) Method: Panel Least Squares Date: 01/17/16 Time: 01:36 Sample: Included observations: 10 Crosssections included: 35 Total pool (balanced) observations:

21 Variable Coefficient Std. Error tstatistic Prob. C LOG(PNGNGGURAN?) LOG(IPM?) LOG(PDRB?) Rsquared Mean dependent var Adjusted Rsquared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood HannanQuinn criter Fstatistic DurbinWatson stat Prob(Fstatistic) Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews v.6, Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh angka probabilitas Crosssection F sebesar 0,0000 dengan demikian maka diketahui bahwa nilai pvalue lebih kecil dari α (0,05), sehingga kesimpulan dari hasil uji Chow adalah menolak H 0, sehingga model Fixed Effect Model lebih baik untuk digunakan daripada Pooled Least Square (common effect). 71

22 4.2.2 Hausman Test Hausman test digunakan untuk memilih pendekatan terbaik antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Pengujian ini mengikuti distribusi chisquare dengan hipotesis : H 0 = Random Effect Model lebih baik daripada Fixed Effect Model. H 1 = Fixed Effect Model lebih baik daripada Random Effect Model. Hasil pengujian Hausman Test adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hausman Tes Correlated Random Effects Hausman Test Pool: RE Test crosssection random effects ChiSq. Test Summary Statistic ChiSq. d.f. Prob. Crosssection random Crosssection random effects test comparisons: Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG(PNGNGGURAN?)

23 LOG(IPM?) LOG(PDRB?) Crosssection random effects test equation: Dependent Variable: LOG(KMISKINN?) Method: Panel Least Squares Date: 01/17/16 Time: 01:36 Sample: Included observations: 10 Crosssections included: 35 Total pool (balanced) observations: 350 Variable Coefficient Std. Error tstatistic Prob. C LOG(PNGNGGURAN?) LOG(IPM?) LOG(PDRB?) Effects Specification Crosssection fixed (dummy variables) Rsquared Mean dependent var

24 Adjusted Rsquared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood HannanQuinn criter Fstatistic DurbinWatson stat Prob(Fstatistic) Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews v.6, Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh nilai chisquare statistic sebesar 93, Dengan membandingkan nilai chisquare statistic tersebut dengan nilai chisquare kritis ( α = 0,05 ) yaitu 7,82,maka disimpulkan bahwa hasil pengujian menerima H 0 karena nilai chisquare statistic lebih kecil daripada chisquare kritis. Sehingga dari kesimpulan tersebut maka pendekatan yang lebih baik digunakan ialah Fixed Effect Model (REM). 4.3 Hasil Regresi Data Panel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk data panel, yaitu gabungan dari data runtun waktu (time series) selama 10 tahun, mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dengan data silang (cross section) sebanyak 35 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Data diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Badan Pusat Statistik (BPS) serta literatur lain yang terkait. 74

25 Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen, yaitu Pengangguran, IPM, dan PDRB, sedangkan variabel dependennya adalah Kemiskinan. Analisis hasil regresi ini menjelaskan model regresi dan diuji sesuai dengan persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan model yang terbaik sehingga mampu menjelaskan permasalahan yang hendak dijawab dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam menjelaskan pengaruh Pengangguran,Indeks Pembangunan Manusia,dan Pendapatan Perkapita (PDRB), terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dilakukan pengujian model dengan metode estimasi data panel. Model yang dikembangkan adalah sebagai berikut: ln(kemiskinan) = α 0 + α 1 ln(pengangguranit) + α 2 ln(ipmit) + α 3 ln(pdrbit) + εit Dimana : Ln α 1,2,3 Kemiskinan Pengangguran IPM PDRB i = logaritma normal = nilai koefisien variabel independen = jumlah kemiskinan = Pengangguran (ribu jiwa) = IPM (persen) = Pendapatan Perkapita (Rp) = Kabupaten/kota t = Waktu ( tahun ) Berikut merupakan hasil regresi data panel dengan menggunakan pendekatan fixed effect model. 75

26 4.3.1 Estimasi Fixed Effect Model Hasil pegujian regresi data panel dengan menggunakan metode Fixed Effect Modeladalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Estimasi Output Hasil Regresi Fixed Effect Model Dependent Variable: LOG(KMISKINN?) Method: Pooled Least Squares Date: 01/17/16 Time: 19:04 Sample: Included observations: 10 Crosssections included: 35 Total pool (balanced) observations: 350 Variable Coefficient Std. Error tstatistic Prob. C LOG(PNGNGGURAN?) LOG(IPM?) LOG(PDRB?) Fixed Effects (Cross) _BNJRNEGRAC

27 _BANYUMAS C _BATANG C _BLORA C _BOYOLALI C _BREBES C _CLACP C _DEMAK C _GROBOGANC _JEPARA C _KARANGANYAR C _KEBUMEN C _KENDAL C _KLATEN C _KTMAGELANG C _KTPEKALONGA C _KTSALATIGA C _KTSEMARANGC _KTSRAKARTAC _KTTEGAL C _KUDUS C _MAGELANG C

28 _PATI C _PEKALONGA C _PEMALANG C _PURBALINGGA C _PURWOREJOC _REMBANG C _SEMARANGC _SRAGEN C _SUKOHARJOC _TEGAL C _TEMANGGUNGC _WONOGIRI C _WONOSOBOC Effects Specification Crosssection fixed (dummy variables) Rsquared Mean dependent var Adjusted Rsquared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood HannanQuinn criter

29 Fstatistic DurbinWatson stat Prob(Fstatistic) Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews v.6, Dari hasil pengolahan regresi data panel dengan metode Fixed Effect Model diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (Rsquared) dari hasil estimasi sebesar , yang menunjukkan variabelvariabel independent mampu menjelaskan 98,6381% terhadap variabel dependent. Hasil estimasi diatas menunjukkan adanya pengaruh individu dari data cross section (kabupaten/kota) pada konstanta model penelitian. Untuk regresi panel Provinsi Jawa Tengah menghasilkan fungsi: Kemiskinan = 20,99838 c pengangguran ipm pdrb Untuk hasil masingmasing kabupaten/kota memiliki instersep yang berbedabeda sehingga untuk hasil persamaan masingmasing kabupaten/kota sebagai berikut : NO Kabupaten/kota Coeficient Pengangguran IPM PDRB 1 Banjarnegara Banyumas Batang Blora Boyolali Brebes

30 7 Cilacap Demak Grobogan Jepara Karanganyar Kebumen Kendal Klaten Kota magelang Kota 16 pekalongan Kota salatiga Kota semarang Kota surakarta Kota tegal Kudus Magelang Pati Pekalongan Pemalang Purbalingga

31 27 Purworejo Rembang Semarang Sragen Sukoharjo Tegal Temanggung Wonogiri Wonosobo Analisis Hasil Regresi Uji F ( Uji Serempak ) Uji F dilakukan untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi signifikan dalam menentukan nilai variabel terikat.uji F merupakan pengujian terhadap variabel bebas (independent variable) secara bersamasama yang dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.jika Fstatistik < Fkritis (tabel) berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen, tetapi jika Fhitung > Ftabel berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 81

32 Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi Fixed Effect Model menunjukkan nilai Fstatistik sebesar dan nilai probabilitas ( Fstatistik ) sebesar 0, Dengan membandingkan nilai Fstatistik tersebut dengan nilai F tabel sebesar 1,645 ( α=5% ) maka diketahui bahwa Fstatistik > Ftabel sehingga disimpulkan bahwa semua regressor (variabel independen ) secara bersama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen Koefisien determinasi ( R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) merupakan suatu ukuran yang menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang telah diestimasi dengan data sesungguhnya. Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi fixed Effect Model menghasilkan nilai R 2 sebesar yang berarti bahwa sebanyak 98,54% variasi atau perubahan pada Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen dalam model, sedangkan sisanya (1,46% ) dijelaskan oleh sebab lain di luar model yang digunakan dalam penelitian ini Uji Statistika t Pengujian ini digunakan untuk menguji koefisien regresi, termasuk juga intersep secara individu.pengujian hipotesis melalui uji statistik t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh individual masingmasing variabel bebas dalam model terhadap variabel dependennya. Selain menguji signifikansi dengan 82

33 probability ( tstatistic ) dengan α sebesar 5 persen, juga dilakukan uji arah atas nilai koefisiennya. Hasil pengujian regresi dalam penelitian ini menunjukkan variabel bebas dinilai signifikan degan nilai signifikansi kurang dari 0.05 yaitu logpengangguran (0,0115) yang merupakan variabel Pengangguran, logipm (0,0267) yang merupakan variabel Indeks Pembangunan Manusia, log PDRB (0.0000) yang merupakan Produk Domestik Regional Bruto. logkemiskinan = 20, logPengangguran logIPM 0,336052logPDRB 4.5 Pengujian Hipotesis Berikut akan diuraikan hasil pengujian atas ketiga hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinankabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hipotesis pertama dalam penelitian adalah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Hasil pengujian regresi data panel dengan metode fixed Effect Model menunjukkan bahwa nilai tstatistik variabel Pengangguran sebesar Nilai ttabel dengan α= 5% diperoleh angka sehingga nilai tstatistik > ttabel, artinya apabila terjadi peningkatan pengangguran di kabupaen/kota Provinsi Jawa Tengah sebesar 1 persen maka kemiskinan akan meningkat 0, persen. Dengan demikian dapat 83

34 disimpulkan bahwa variabel pengangguran secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian firdaus (2012) yang menyatakan bahwa Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.artinya Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.Hasil pengujian regresi data panel dengan metode fixed Effect Model menunjukkan bahwa nilai tstatistik variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar Nilai ttabel dengan α= 5 persen diperoleh angka sehingga nilai t statistik ttabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel indeks pembangunan manusiasecara individu berpengaruh signifkan terhadap variabel kemiskinan, artinya apabilal terjadi peningkatan nilai IPM di kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah sebesar 1 persen maka tinkat kemiskinan akan menurunkan persen. Hasil ini sesuai dengan penelitian susianti (2012) yang Dari hasil estimasi dan uji statistik diperoleh bahwa pendapatan perkapita berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 84

35 4.5.3 Produk domestic regional bruto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di provinsi jawa tengah. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah produk domestic regional bruto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di provinsi jawa tengah.hasil pengujian regresi data panel dengan metode fixed Effect Model menunjukkan bahwa nilai tstatistik variabel produk domestk regional brutosebesar Nilai ttabel dengan α= 5 persen diperoleh angka sehingga nilai t statistik ttabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel belanja modal secara individu memiliki pengaruh signifkan terhadap variabel kemiskinan, artinya apabila terjadi peningkatan PDRB di kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah sebesar 1 persen maka tingkat kemiskinan akan menurun 0, persen. Hasil ini sesuai dengan penelitian dewangga (2014) dengan perolehan hasil adalah produk domestic regional bruto Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa tegahberpengaruh negatif, tetapi signifikan terhadap kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi jawa tengah Interpretasi Hasil Analisis Pemerintah daerah sebagai otoritas yang berkuasa penuh atas pengelolaan APBD diharapkan dapat memanfaatkan APBD sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperbaiki kualitas layanan publik, dan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah.penelitian ini mencoba untuk membahas sejauh mana pengaruh komponen APBD terutama mengenai pengangguran, indeks pembangunan 85

36 manusia, dan produk domestic regional bruto terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat menggunakan indeks kemiskinan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi jawa tengah.ini berarti bahwa pengangguran berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, sebaiknya pemerintah daerah melakukan berbagai pelatihan maupun memberikan pinjaman dengan jaminan yang lebih ringan dan prosedur yang mudah sehingga masyarakat yang belum memperoleh pekerjaan dapat membuka lapangan kerja baru sesuai dengan ketrampilan yang diberikan.selain dengan cara tersebut melakukan urbanisasi atau pemerataan penduduk dapat mengurangi pengangguran pada daerah tersebut. Hasil pengujian dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah. Hal ini menunjukkan apabila indeks pembangunan manusia mengalami penurunan akan menyebabkan meningkatnya kemiskinan di masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah daerah diharapkan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan indeks pembangnan manusia dengan membuat berbagai macam program untuk meningkatkan pendidikan di daerah terpencil, meningkatkan layanan kesehatan sehingga tingkat indeks pembangunan manusia dapat meningkat dan tingkat kemiskinan mengalami penurunan karena kualitas sumber daya manusia semakin baik. 86

37 Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa produk domestic regional bruto berpengaruh terhadap kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.Pemerintah daerah hendaknya dapat memberikan alokasi belanja modal yang lebihbesar untuk pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan di mana haltersebut sangatmendukung terciptanya peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat di daerah tersebut. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi dalam suatu daerah akan berdampak pada meningkatnya PDRB yang akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan perkapitamasyarakat dan kemudian dapat meningkatkan nilai IPM di daerah tersebut. Adanya peningkatan alokasi belanja modal dalam pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan selain dapat meningkatkan kegiatan ekonomi juga dapat mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh sumber daya dan informasi yang diperlukan sehingga dapat menciptakan taraf hidup yang lebih baik. Penelitian juga membuktikan bahwa pengaruh pendidikan relative lebih kecil dibandingkan pengaruh pendapatan dalam menurunkan kemiskinan. Hal ini berimplikasi bahwa penduduk tidak selalu menurunkan kemiskinan, penduduk perlu waktu untuk menurunkan kemiskinan. 87

Lampiran 1. Data Penelitian

Lampiran 1. Data Penelitian Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelan g Lampiran 1. Data Penelitian Kab / Kota Tahun Kemiskinan UMK TPT AMH LnUMK (%) (Rb Rp) (%) (%) 2010 18.11 698333 13.4565 9.75

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

Lebih terperinci

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel Hasil Common Effect Method: Panel Least Squares Date: 12/06/11 Time: 18:16 C 12.40080 1.872750 6.621707 0.0000 LOG(PDRB) 0.145885 0.114857 1.270151

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian hipotesisinya yang meliputi uji serempak (ujif), uji signifikansi paramerer individual (uji T), dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. UJI Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi imi terjadi heterokedastisitas atau tidak, untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh DAU dan PAD tahun lalu terhadap Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara tahun 2006 2008. Alat analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan data-data yang digunakan dalam bentuk deskripsi data. Kemudian dari data yang ada, diperoleh hasil analisis dengan menggunakan beberapa alat analisis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Jenis data yang digunakan adalah data panel yang berbentuk dari tahun 2006 sampai tahun 2013 yang mencakup 33 propinsi di Indonesia. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji Park, nilai probabilitas dari semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 5%. Keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( 2010-2015 ) JURNAL Oleh : Nama : Faza Ibnu Redha No. Mahasiswa : 13313262 Program Studi : Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun (dalam jutaan rupiah)

Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun (dalam jutaan rupiah) Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Tahun 2010-2013 (dalam jutaan rupiah) Kabupaten/Kota Tahun 2010 2011 2012 2013 Kab. Asahan 669516 803227 837686 1038246 Kab. Dairi 445652

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling No Nama Bank Kriteria 1 Kriteria 2 Yang memenuhi kriteria 1 dan 2 1 PT. BPD Aceh 2 PT. BPD Bali 3 PT. BPD Bengkulu - - 4 PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Dalam penelitian ini daerah yang digunakan adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah 44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah Kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat ditentukan menggunakan indeks Williamson yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang kemiskinan ini hanya terbatas pada kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Variabel yang digunakan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 49 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan data gabungan antara cross section dan data time series. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur ekonomi dan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejaheraan penduduk atau masyarakat. Kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitian Kota/Kab Tahun PDRB INV LBR Bogor 2009 1273760 110108 111101 2010 1335090 1382859 268543 2011 1439103 23266318 268543 2012 1527428 23266318 268543 2013 1628110 23272174

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah daerah provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S -- BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak dan Luas Wilayah Jawa Tengah terletak di antara 108 30 B.T -- 111 30 B.T dan 6 30 L.S -- 8 30 L.S. Propinsi ini terletak di

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2015 Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar strata I pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kondisi latar penelitian. Menurut Arikunto (1989),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kondisi latar penelitian. Menurut Arikunto (1989), BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Menurut Moleong (2010:132), subjek penelitian sebagai informan, yang berarti orang pada latar penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kabupaten atau kota sejumlah 35 kabupaten dan kota (BPS,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 72 Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2010 Kode Kabupaten/Kota Tahun Bekerja PDRB Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2010:2) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta Sumber : id.wikipedia.org Gambar 4.1Peta Kota Surakarta Secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD Cross-section F Pemilihan model estimasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman No Nama Perusahaan Tanggal Listing Kriteria 1 2 3 1. PT. Cahaya Kalbar Tbk 9 Juli 1996 2. PT. Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984 3. PT.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, maka diperoleh kesimpulan yang

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan 1 PT. Colorpak Indonesia 2 PT. Gudang Garam 3 PT. Sumi Indo Kabel 4 PT. Multi Bintang Indonesia 5 PT. Metrodata Electronics

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder 4.1 Deskripsi Data Penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISIS Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu website resmi badan pusat statistik dan badan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci disertai dengan langkah-langkah analisis data yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dari tahun 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian Hasil analisa Deskripsi Obyek Penelitian dapat dilihat pada deskriptif statistik dibawah ini yang menjadi sampel penelitian adalah

Lebih terperinci

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) NO. KOTA/KABUPATEN PAD DAU DAK BELANJA MODAL PDRB 1 Kab. Banjarnegara 71.107 562.288 65.367

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2013.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 85 Lampiran 1. Daftar Populasi Dan Pemilihan Sampel Perusahaan No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 1 ADES Akasha Wira Internasional Tbk,PT v v v 2 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Papua Barat adalah variabel angka melek huruf (AMH), rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

Jurusan Manajemen Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak

Jurusan Manajemen Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak 2 PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013 Sri Rahmawati 1, Heldy

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel Penelitian

Lampiran 1. Sampel Penelitian Lampiran 1. Sampel Penelitian No Keterangan Jumlah Perusahaan 1 Total industri food and beverage yang 16 terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2012 2 Tidak mempublikasikan data mengenai 3

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Bab 4 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data akan diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi. BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian 62 BAB IV Analisis Data 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank bank yang beroperasi di

Lebih terperinci

HASIL REGRESSION MODEL GLS FIXED EFFECT MODEL (FEM) VARIABEL TERIKAT : BELANJA DAERAH (Y1)

HASIL REGRESSION MODEL GLS FIXED EFFECT MODEL (FEM) VARIABEL TERIKAT : BELANJA DAERAH (Y1) Lampiran 1 HASIL REGRESSION MODEL GLS FIXED EFFECT MODEL (FEM) VARIABEL TERIKAT : BELANJA DAERAH (Y1) Dependent Variable: LBD? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 11/16/15 Time: 00:10 Sample:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh Kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2013 INDAH AYU PUSPITA SARI 14213347/3EA16 Sri Rakhmawati, SE.,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Secara statistik variabel dana pihak ketiga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 yang seluruh data keuangannya telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Amril, Erfit, M. Safri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi

Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Amril, Erfit, M. Safri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2 No. Vol. 3, 2 Januari-Maret No. 1, Juli - September 2015 2014 ISSN: 2338-4603 Flypaper Effect

Lebih terperinci

Hasil Regresi Data Panel

Hasil Regresi Data Panel 66 Lampiran 1 Hasil Regresi Data Panel 1. Model Common Effect/Pooled Least Square(PLS) Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 05/08/10 Time: 08:03 Linear estimation after one-step weighting

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis model Fixed Effect beserta pengujian hipotesisnya yang meliputi uji serempak (uji-f), Uji signifikansi parameter individual (Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh kemiskinan, pengeluran pemerintah bidang pendidikan dan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data merupakan variabel yang diukur dan diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi. Data menurut

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Panel Guna menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diutarakan dalam Bab 1, dalam bab ini akan dilakukan analisa data melalui tahap-tahap yang telah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di provinsi Kalimantan Timur tahun 2002-2013, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci