BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2015 tumbuh sebesar 4,67% atau melambat dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 yang mampu tumbuh 5,03%. Sementara itu pada triwulan sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,72% ( 04 Oktober 2015). Meskipun pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II tahun 2015 melambat atau relatif stagnan dibandingkan dengan Triwulan I tahun 2015, namun kinerja ekspor dan import telah meningkat pada bulan Juni 2015 dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan diharapkan terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia diharapkan akan semakin membaik. Dengan pertumbuhan dunia usaha yang semakin maju, muncul berbagai permasalahan mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Permasalahan tersebut sebagai konsekuensi dari kegiatan perekonomian. Di tengah persaingan yang ketat, perusahaan dihadapkan pada keadaan harus mempertahankan dan tetap dapat mengembangkan kegiatan usahanya. Dalam menghadapinya, dibutuhkan suatu tindakan untuk mengendalikan setiap kemungkinan masalah yang berkembang dengan meningkatkan kualitas manajemen perusahaan. Proses akuntansi merupakan salah satu perhatian dalam manajemen perusahaan. Manajemen dalam menjalankan tanggung jawabnya harus mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak pihak yang terkait dengan perusahaan, baik pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Dari hasil proses akuntansi tersebut, akan diperoleh suatu laporan keuangan yang memuat tentang berbagai macam informasi mengenai data keuangan perusahaan yang menyangkut berbagai pihak, baik pihak intern maupun pihak ekstern. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh bagian akuntansi sangat dibutuhkan oleh manajemen perusahaan sebagai tolok ukur kemampuan perusahaan dan berguna dalam pembuatan keputusan yang berpengaruh pada kelangsungan perusahaan tersebut. Selain pihak manajemen perusahaan, laporan keuangan juga sangat dibutuhkan oleh pihak pihak lain, diantaranya pihak perbankan (kreditur), fiskus, 1

2 2 calon investor, dan investor. Dari laporan keuangan tersebut, pihak pihak yang berkepentingan dapat mengetahui posisi dan kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan. Kemampuan manajemen dalam mengelola faktor-faktor produksi yang ada sangat diperlukan oleh suatu perusahaan. Hal ini berkaitan dengan upaya meningkatkan kegiatan operasional perusahaan yang baik. Salah satu aset yang perlu dikoordinir oleh perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa adalah keberadaan aset tetap yang merupakan bagian penting dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan. Pelaporan aset merupakan salah satu bagian yang penting dalam laporan keuangan. Dalam persamaan dasar akuntansi, aset merupakan penyeimbang dari sisi pasiva yang terdiri dari kewajiban dan ekuitas, sehingga perlu perhitungan yang akurat untuk mencerminkan posisi keuangan suatu perusahaan yang sebenarnya. Penerapan akuntansi yang berpegang teguh pada Standar Akuntansi Keuangan akan mempermudah pelaksanaan perolehan, pencatatan, dan penilaian. Selain itu akan memudahkan para pembaca laporan keuangan tersebut untuk memahami isi laporan keuangan. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, aset tetap berwujud, aset tetap tidak berwujud dan aset lain lain. Dibanding dengan aset lainnya, aset tetap berwujud memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan pembahasan yang lebih mendalam mengenai perlakuan aset tetap berwujud tersebut. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap merupakan salah satu komponen aset yang berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aset tetap biasanya menyangkut jumlah dana yang sangat besar dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aset tetapnya lebih besar dibandingkan jenis aset lainnya. Aset tetap memiliki umur ekonomis yang lebih panjang dibandingkan dengan aset perusahaan yang lain. Aset tetap, dalam perlakuan akuntansinya perlu dilakukan penyusutan (depresiasi). Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekuensi atas penggunaan aset tetap, dimana aset tetap akan mengalami

3 3 penurunan nilai. Penyusutan (depresiasi) merupakan Harga Perolehan Aset Tetap yang dialokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aset tetap tersebut. Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan yang tepat pada aset tetap berwujudnya. Metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan beban penyusutan yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi besarnya beban usaha dan laba yang akan diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, metode penyusutan aset tetap harus ditentukan secara tepat agar biaya penyusutan yang dibebankan dapat mencerminkan kewajaran nilai aset tetap pada neraca. Suatu perencanaan yang matang pada saat pengadaan aset tetap sangat diperlukan karena berakibat pada kinerja perusahaan. Apabila perencanaan pengadaan dan pemeliharaan aset tetap kurang baik, perusahaan membutuhkan dana operasional yang besar untuk membiayainya. Begitu besarnya nilai aset tersebut menyebabkan perusahaan menanggung beban biaya tetap yang tinggi, seperti biaya penyusutan, biaya asuransi, pajak bumi dan bangunan serta biaya pemeliharaan dan perbaikan atas aset yang dimiliki. Pedoman penyelenggaraan akuntansi atas aset tetap tersebut adalah PSAK Nomor 16. Proses akuntansi aset tetap berwujud dimulai saat aset itu diperoleh sampai aset itu dihapuskan. Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pembelian, pertukaran, leasing, pembangunan sendiri dan hibah. Metode penyusutan pun bermacam-macam misalnya: disusutkan berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan kriteria lainnya. Di dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, proses perolehan aset tetap tersebut tentu memerlukan pertimbangan-pertimbangan bagi pihak perusahaan, karena kesalahan dalam mempertimbangkan untuk memperoleh aset tetap juga akan mempengaruhi operasi perusahaan, terutama dari segi dana yang tersedia untuk memperoleh aset tetap tersebut. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat bagi para pengambil keputusan, tentang kebijakan apa yang perlu diambil untuk memperoleh aset tetap. Seiring dengan berjalannya waktu, maka aset tetap yang telah dimiliki perusahaan tentunya mempunyai batas waktu tertentu untuk beroperasi, serta

4 4 memerlukan perbaikan-perbaikan yang kadangkala juga membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya, di samping biaya-biaya pemeliharaan rutin agar dapat menunjang kegiatan pengoperasiannya yang berkesinambungan. Dalam hal ini perlu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap masuk kepada pengeluaran modal (capital expenditure) ataupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Penanganan aset tetap bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan pengamanan terhadap aset tetap agar dana yang diinvestasikan ke dalam aset tetap memperoleh manfaat yang maksimum sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya dalam satu periode akuntansi. Aset tetap juga sangat erat kaitannya dengan umur ekonomis dari aset tersebut sehingga perusahaan perlu menerapkan suatu sistem informasi akuntansi aset tetap untuk dapat mengestimasi secara lebih akurat umur ekonomis dari aset tersebut. Hal ini sangat penting karena dengan estimasi umur ekonomis yang akurat, perusahaan dapat mentaksir masa penggunaan aset tetap tersebut secara lebih efektif. PT Yutaka Manufacturing Indonesia adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang industri otomotif. Sebagai perusahaan yang memiliki karakteristik dalam menjalankan usahanya, PT Yutaka Manufacturing Indonesia juga menerapkan perlakuan akuntansi dengan sebuah sistem yang telah mengakomodir dari Standar Akuntansi Keuangan. Pada PT Yutaka Manufacturing Indonesia, aset tetap merupakan aset yang sangat penting karena sebagian besar kegiatan produksinya harus ditunjang oleh keberadaan aset tetap perusahaan. Berdasarkan latar belakang pentingnya aset tetap sebagai salah satu pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan menempati posisi yang penting bagi PT Yutaka Manufacturing Indonesia, maka penulis akan menjadikan pokok permasalahan ini menjadi pokok bahasan dalam penyusunan skripsi dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berwujud Berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2011) dan ISAK 25 Pada PT Yutaka Manufacturing Indonesia

5 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, maka rumusan masalah yang ingin dianalisis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap berwujud pada PT Yutaka Manufacturing Indonesia? 2. Bagaimana kesesuaian perlakuan akuntansi atas aset tetap berwujud yang diterapkan oleh PT Yutaka Manufacturing Indonesia dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) dan ISAK 25? 1.3. Ruang Lingkup Dalam penelitian ini, untuk menjadikan ruang lingkup yang diuji menjadi lebih spesifik maka dilakukan pembatasan masalah, sehingga penelitian yang dihasilkan akan lebih efektif. Untuk mempersempit pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasan pada masalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menjadi obyek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah PT Yutaka Manufacturing Indonesia. 2. Pedoman yang digunakan untuk menganalis aset tetap berwujud adalah PSAK No. 16 (Revisi 2011) dan ISAK Data yang digunakan adalah data tahun Dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah perlakuan (Perolehan, Pengukuran, Pengeluaran Biaya, Depresiasi dan Penyajian) terhadap aset tetap berwujud yang terdapat pada PT Yutaka Manufacturing Indonesia Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami pengetahuan yang telah dipelajari dengan melihat penerapannya dalam praktek yang sebenarnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi Aset Tetap Berwujud pada PT Yutaka Manufacturing Indonesia. 2. Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas Aset Tetap Berwujud yang diterapkan oleh PT Yutaka Manufacturing Indonesia dengan Standar Akuntansi Keuangan No.16 (Revisi 2011) dan ISAK 25.

6 Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Perusahaan a. Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh manajemen perusahaan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap. b. Sebagai sarana untuk mengembangkan kerja sama yang lebih baik antara perusahaan dengan Universitas Bina Nusantara Manfaat Bagi Jurusan Akuntansi a. Sebagai bahan masukan bagi Jurusan Akuntansi untuk pengembangan mata kuliah Akuntansi Keuangan sebagai pemecahan masalah bisnis dan akuntansi. b. Sebagai acuan untuk pengembangan penulisan skripsi yang akan datang Manfaat Bagi Peneliti a. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima dibangku perkuliahan dalam praktek yang sebenarnya sehingga mahasiswa bisa mengukur sampai sejauh mana kemampuan dalam menerapkan teori yang diperoleh. b. Untuk menambah wawasan, keterampilan, dan kemampuan dalam bidang akuntansi, khususnya dalam perlakuan akuntansi aset tetap berwujud dan untuk mengetahui praktek akuntansi yang terjadi pada perusahaan dan membandingkan dengan teori yang diperoleh dibangku kuliah. 1.6 Metodologi Penelitian a. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk meneliti kasus di atas adalah jenis penelitian kualitatif. b. Objek penelitian Objek yang di teliti adalah penulis melakukan penelitian aset tetap di PT Yutaka Manufacturing Indonesia yang beralamat di Kawasan Industri MM2100 Jalan Halmahera Blok EE No. 1 Kabupaten Bekasi.

7 7 c. Desain penelitian Dengan digunakan metode kualitatif ini maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis standar sarana dan prasarana, penyusunan rancangan penelitian, penetapan tempat penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian. 2. Pelaksanaan Pada tahap ini penulis akan melaksanaan riset untuk mengumpulkan datadata kuantitatif yang diperlukan untuk penelitian ini di PT Yutaka Manufacturing Indonesia dan juga akan melakukan interview langsung dengan pihak yang terkait dan mengumpulkan data secara langsung di PT Yutaka Manufacturing Indonesia. 3. Analisis data Analisis data dilakukan setelah peneliti mendapatkan data laporan keuangan dan melakukan wawancara langsung dengan pemilik PT Yutaka Manufacturing Indonesia dan memperoleh data-data langsung dari PT Yutaka Manufacturing Indonesia. 4. Evaluasi Setelah data-data telah di analisis penulis menyusun sebuah kesimpulan dari temuan-temuan yang telah di peroleh sehingga dapat memberikan saransaran dan kritik yang berguna untuk kemajuan perusahaan.