HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA Prastiwi Putri Basuki 1, Heni Febriani 2. ¹,2 Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT Acute Respiratory Infections (ARI) is a respiratory disease up or down, which can result in a spectrum of illnesses ranging from asymptomatic disease or mild infection to severe and fatal disease, depending on the causative pathogen. Smoking is a risk factor for the occurrence of ISPA, the negative impact of smoking is not only felt by the active smokers, passive smokers may also be affected. This study was to determine the relationship between the criteria of smokers with the incidence of acute respiratory infections (ARI) in children under five in the working area of Yogyakarta Prambanan District. This type of research is quantitative research with descriptive design with cross sectional analytic. Analysis using Spearman rank correlation test. Retrieving data using questionnaires and patient health status sheet obtained from Puskesmas Prambanan Yogyakarta with a sample of 96 respondents. Based on test data show that the Spearman rank p-value = (p <0.05), the test results revealed that there was "a significant association between the occurrence of smokers criteria Acute Respiratory Infections (ARI) in children under five in the region of Prambanan District Yogyakarta ". With a correlation coefficient value of , which means the worse the behavior of respondents in smoke, the higher the incidence of ARI and have the strength of the correlation is low. Keywords: criteria smokers, Acute Respiratory Infections (ARI) in Toddlers ABSTRACT Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya ISPA, dampak negatif akibat rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja, perokok pasif juga dapat terkena dampak tersebut. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kriteria perokok dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Wilayah kerja Kecamatan Prambanan Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan 679

2 adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Analisis menggunakan uji korelasi spearman rank. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan lembar status kesehatan pasien yang didapat dari Puskesmas Prambanan Yogyakarta dengan jumlah sampel 96 responden. Berdasarkan data hasil uji Spearman rank menunjukan bahwa nilai p-value=0,008 (p<0,05) maka hasil uji dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kriteria perokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan Yogyakarta. Dengan nilai correlatiaon coefficient -0,027 yang berarti semakin buruk perilaku responden dalam merokok maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA dan mempunyai kekuatan korelasi rendah. Kata kunci: kriteria perokok, Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA) pada Balita PENDAHULUAN Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut. Dalam rokok diperkirakan mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, yang secara farmakologis terbukti aktif beracun, dapat menyebabkan mutasi (mutagenetic), dan kanker (carcinogenic). Tiga racun utama dalam rokok yaitu nikotin, tar dan karbonmonoksida 1. Terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang melakukan aktivitas merokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok namun secara tidak sengaja mengisap asap rokok dari orang lain. Dampak negatif akibat rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja, perokok pasif juga dapat terkena dampak tersebut. Hal tersebut dikarenakan perokok pasif menghirup asap sampingan yang dikeluarkan oleh rokok yang dibakar. Populasi yang sangat rentan terhadap asap rokok adalah anak-anak, karena mereka menghirup udara lebih sering dari pada orang dewasa. Di Wilayah kerja Puskesmas Prambanan berdasarkan survey PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) pada tatanan rumah tangga pada tahun 2014 terdapat 38,4% keluarga dimana dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang merokok dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 60,5% keluarga yang merokok (Data PHBS Puskesmas). Kecamatan Prambanan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke 6 dari 17 Kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah penduduk dan memiliki kasus kejadian ISPA berjumlah kasus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang 680

3 dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor penjamu 1. World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% per tahun pada usia balita 2. Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2010 di Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5-41,4% dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Kasus ISPA di Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi sebanyak 32,1% kematian bayi pada tahun 2009, serta penyebab kematian pada balita 38,8% tahun Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data dari pemberantasan penyakit (P2) program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target, target yang ditetapkan hanya kasus tetapi hasil yang didapat sebanyak (13,4%). Survei mortalitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita 3. Dominasi ISPA untuk daerah Yogyakarta nampak dari kunjungan rawat jalan di seluruh Pukesmas Kabupaten/Kota. Sampai dengan bulan Desember tahun 2012, total sebanyak pasien ISPA mengunjungi Puskesmas dan sebagian besar adalah balita umur 1-4 tahun 4. Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, pada tahun 2012 prevalensi ISPA di DIY mencapai 23,3% dan termasuk 10 besar di Indonesia 5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut menempati peringkat ke dua dari 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Prambanan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Prambanan kasus ISPA pada tahun 2015 berjumlah pada semua kelompok umur, sedangkan jumlah penderita ISPA pada balita sebanyak 666 (31,13%) balita, prevalensi penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Prambanan melebihi prevalensi penyakit ISPA di DIY yang mencapai 23,3%. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan sistem Cluster Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil beberapa sampel yang mewakili dari masingmasing Desa, dengan jumlah 16 sampel tiap Desa dari total 96 sampel. 681

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Keluarga Balita Tabel 1. Karakteristik responden keluarga balita No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 41 42,7 Perempuan 55 57,3 2 Umur (tahun) ,4 44,8 19,8 3 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi ,2 20,8 56,2 18,8 4 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Pedagang Pelajar Swasta ,1 13,5 16,7 18,8 22,9 5 Jumlah Anggota Keluarga 4 orang >4 orang ,4 39,6 Total Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 1, distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 55 responden (57,3%), umur frekuensi yang paling banyak pada umur tahun sebanyak 43 responden (44,8%) dengan rata-rata umur 34,12 tahun, pendidikan frekuensi paling banyak adalah SMA sebanyak 54 responden (56,2%), pekerjaan frekuensi paling banyak adalah jenis pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 27 responden (28,1%), jumlah anggota keluarga frekuensi lebih banyak terdapat pada jumlah anggota keluarga 4 orang yaitu sebanyak 58 responden (60,4%). 682

5 Karakteristik Balita Tabel 2. Distribusi frekuensi balita berdasarkan jenis kelamin dan umur. No Karakteristik Balita Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Balita Laki-laki 47 49,0 Perempuan 49 51,0 2 Umur Balita 3 tahun > 3 tahun ,4 40,6 Total Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 2, diperoleh data persentase lebih banyak terdapat pada kategori jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 balita (51,0%), umur balita lebih banyak pada umur 3 tahun yaitu sebanyak 57 balita (59,4%). Analisis Univariat Kriteria Perokok Tabel 3. Distribusi kriteria perokok di wilayah kerja Kecamatan Prambanan. No Kriteria perokok Frekuensi Persentase (%) Perokok berat Perokok sedang Perokok ringan Total Sumber : Data Primer, ,4 39,6 26,0 Berdasarkan tabel 3, persentase tertinggi terdapat pada perokok sedang yaitu sebesar 38 responden (39,6%), sedangkan presentase perokok terendah terdapat pada kategori perokok ringan dengan jumlah 25 responden (26,0%). Paparan asap rokok yang terusmenerus akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi 6. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sario Kota Manado, yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak umur 1-5 tahun, hal ini menunjukan dengan semakin berat perilaku merokok orang 683

6 tua maka semakin besar potensi anak balitanya menderita ISPA 7. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Tabel 4. Distribusi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan. No Kejadian ISPA Frekuensi Persentase (%) 1 ISPA 49 51,0 2 Tidak ISPA 47 49,0 Total Sumber : Data Sekunder, 2016 Berdasarkan tabel 4, jumlah balita yang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak 49 balita (51,0%), sedangkan jumlah balita yang tidak mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah 47 balita (49,0%). Bayi yang mempunyai keluarga perokok akan lebih beresiko terkena ISPA dari pada bayi yang tidak memiliki keluarga perokok. Adanya asap rokok prokarsinogen, nikotin, neuroteratogen, CO, tardan polysiklik apabila terpapar pada balita, dapat terjadi kerusakan pada saluran pernafasan dan bahkan paru-parunya. Sejalan dengan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sempor II, yang menunjukkan bahwa semakin buruk perilaku merokok responden maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA pada balita dan semakin baik perilaku merokok responden maka kejadian ISPA akan semakin kecil, dengan nilai p-value 0,000 dengan demikian ada hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita 8. Analisi Bivariat Hubungan kriteria perokok dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Pramaban Yogyakarta. Tabel 5. Hubungan antara kriteria perokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan Kategori perokok Kejadian ISPA Total ISPA Tidak ISPA p-value r f % f % f % Perokok berat 23 24, , ,4 Peroko sedang 17 17, , ,6 0,008-0,270 Perokok ringan 9 9, , ,0 Total Sumber : Data Primer,

7 Berdasarkan data hasil uji Spearman rank menunjukan bahwa nilai p-value=0,008 (p<0,05) maka hasil uji dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kriteria perokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan Yogyakarta. Dengan nilai correlatiaon coefficient -0,027 yang berarti semakin buruk perilaku responden dalam merokok maka akan semakin tinggi angka kejadian ISPA dan mempunyai kekuatan korelasi rendah. Menghisap asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari perokok aktif. Penyakit yang dapat diderita perokok pasif ini tidak lebih baik dari perokok aktif. Pada keluarga yang merokok, secara statistik balita mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan balita dari keluarga yang tidak merokok 9. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan terhadap kebiasaan merokok keluarga di dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita yang mendapatkan bahwa adanya hubungan antara pengaruh kebiasaan merokok keluarga di dalam rumah terhadap kejadian ISPA dengan nilai p- value 0,023 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan 10. Disamping itu untuk terjadinya ISPA pada balita selain karena dipengaruhi adanya keterpaparan asap rokok juga dipengaruhi oleh faktor intrisik seperti usia balita, jenis kelamin, status imunisasi dan status gizi. KESIMPULAN Kriteria perokok keluarga yang memiliki balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan paling banyak pada perokok sedang yaitu sebesar 38 responden (39,6%), perokok berat 33 responden (34,4%) dan perokok ringan 25 responden (26,0%). Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan yaitu 49 balita (51,0%) ISPA dan 47 balita (49,0%) tidak ISPA. Ada hubungan yang bermakna antara kriteria perokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Kecamatan Prambanan Yogyakarta, dengan nilai p- value=0,008. SARAN 1. Bagi Puskesmas Bagi petugas kesehatan lapangan di Wilayah kerja Kecamatan Prambanan baik itu perawat maupun bidan dan terutama bagian promosi kesehatan diharapkan dapat mengaplikasikan peran sebagai educator dalam memberikan informasi berupa penyuluhan kepada perokok terutama perokok yang memiliki balita sehingga mampu melakukan pencegahan atau mengurangi terjadinya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), khususnya kejadian ISPA pada balita. 685

8 2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat di Wilayah kerja Kecamatan Prambanan baik itu orang tua, keluarga, maupun tokoh masyarakat mempunyai kepedulian dan tanggung jawab dengan tidak merokok dekat dengan balita atau merokok di dalam rumah yang ada balita, sehingga kejadian ISPA yang disebabkan oleh asap rokok biasa berkurang. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian menunjukkan kriteria perokok keluarga balita mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA, namun masih terdapat faktor lain yang dapat berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, sehingga perlu adanya penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, (2012). Riset Kesehatan Dasar Tahun Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Badan Litbangkes RI Diakses 25 Juni 2016 dari: Depkes. (2008). Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut untuk penanggulangan premonia pada balita. Jakarta:Departemen Kesehatan RI. Dinkes Provinsi DIY Profil Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun Diakses 21 Juli dari : es/download/profil/profil_kes _PROV_2011/P.Prov.DIY_11.pdf Eni Isnaini, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Pengaruh Kebiasaan Merokok Keluarga Di Dalam Rumah Terhadap Kejadian Ispa Pada Balita. Hidayat, M. N, (2009). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian ISPA. Diakses 1 Juli Neni kusuma, W Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Desa Pucung Rejo Kabupaten Magelang pada Balita, Jurnal kebidanan. [online], 4 : 8. Didapat dari : Jurnal poltekes.com/pdf/ pdf[Diakses : 20 Juni Riskesdas.2013.Riset Kesehatan Dasar.depkes.go.id. Di unduh tanggal 29 Juni 2016 Depkes R. I., Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Salma milo, ejournal Keperawatan (e- Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015. Hubungan Kebiasaan Merokok Di Dalam Rumah 686

9 Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Umur 1-5 Tahun Di Puskesmas Sario Kota Manado. Winarni Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 1, Februari Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua Dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun Word Health Organization, Pencegah dan pengendalian ISPA di fasilitas pelayanan kesehatan Who.Int/csr/resources/Publition. Diakses 17 Juni