BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Bambang Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan akses kesehatan telah menjadi agenda kebijakan di banyak negara di seluruh dunia (Johar, 2009). Salah satu hambatan akses ke pelayanan kesehatan untuk masyarakat marginal di banyak negara adalah kendala keuangan (Acharya et al., 2012). Masyarakat di negara miskin cenderung kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan dibandingkan dengan negara-negara lain yang lebih berkembang dan maju, meskipun dalam negara-negara tersebut masyarakat miskin tetap masih kurang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan (Peter et al., 2008). Diperkirakan 1,3 miliar masyarakat miskin di dunia tidak memiliki akses ke layanan kesehatan hanya karena mereka tidak mampu membayar ketika mereka membutuhkan (Preker et al., 2002) dan banyak dari mereka yang setelah menggunakan layanan kesehatan mengalami kesulitan keuangan atau mengalami pemiskinan karena keharusan mereka untuk membayar (WHO, 2010). Akses pada pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi yang aman dan efektif menurut kesepakatan International Conference Population and Development (ICPD) di Kairo Mesir adalah sebagai hak asasi manusia (UNFPA and Rights, 2013) dan perlindungan terhadap hak asasi setiap warga menjadi kewajiban setiap negara. Secara historis, status sosial ekonomi secara kuat dan konsisten telah diasosiasikan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam studi demografi di negaranegara berkembang (Schoemaker, 2005). Dari supply-side penggunaan kontrasepsi yang lebih rendah pada populasi yang berpenghasilan kecil disebabkan oleh kendala keuangan dan keadaan geografis yang terisolasi (Ravenholt and Chao, 1974). Dari sisi demand-side dijelaskan jika kecenderungan negatif penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan miskin disebabkan oleh faktor sosial budaya dan faktor sikap, seperti pertimbangan anak-anak untuk menjadi aset ekonomi potensial dan nilai yang tinggi untuk keluarga yang besar (Feyisetan and Casterline, 2000). 1
2 2 Tren pemakaian kontrasepsi di Indonesia mengalami penurunan dari 61,9% (SDKI 2012) menjadi 61,1% (PMA2020) di tahun Penurunan pemakaian kontrasepsi ini diikuti dengan kenaikan angka unmet need dari 11% (SDKI 2012) menjadi 14,4% (PMA2020) di tahun Angka unmet need ini masih jauh dari target (Rencana jangka panjang dan menengah nasional) RPJMN tahap III yang berada pada angka 10,1% di tahun 2018 (KPPN and BPPN, 2014). Data SDKI 2012 menunjukkan angka unmet need tertinggi terjadi pada wanita di kuintil kekayaan terbawah dengan angka unmet need mencapai angka 13,5% dibandingkan dengan wanita yang berada pada kuantil kekayaan yang lainnya. Data yang berbeda ditunjukkan pada hasil PMA2020 di tahun 2015 dimana angka unmet need tertinggi terjadi pada wanita dengan kuintil kekayaan teratas dengan angka 17,1%. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka unmet need, antara lain peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB serta jaminan ketersediaan kontrasepsi terutama bagi keluarga miskin dan rentan lainnya, pasangan usia subur muda dan paritas rendah (pusmupar), masyarakat daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan (galciltas); serta daerah dengan angka unmet need KB dan angka kematian ibu (AKI) tinggi (Pujihasvuty and Winarni, 2011). Kebijakan untuk mengatasi permasalahan pembiayaan KB telah dimulai pada masa krisis moneter, dimana pemerintah mencanangkan program jaring pengaman sosial bidang KB (JPS-KB) sebagai salah satu cara untuk mengatasi turunnya pembiayaan KB dari pemerintah pada saat harga kontrasepsi meningkat sangat tajam (Schoemaker, 2005). Pada 2006 pemerintah mengeluarkan kebijakan menanggung biaya pelayanan kesehatan, termasuk KB bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) atau yang dikenal dengan Asuransi Keluarga Miskin (Askeskin). Tahun 2014 adalah tahun diluncurkannya jaminan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia (BKKBN, 2014) sebagai perwujudan implementasi UHC yang digagas World Health Organization (WHO) untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk sebagai usaha untuk mengurangi hambatan finansial (WHO, 2010). Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan UHC ialah pemberian pelayanan dan kemudahan
3 3 akses pada kualitas pelayanan serta perlindungan dari risiko pembiayaan setiap orang yang membutuhkan pelayanan tersebut (Wilopo, 2014). Di Indonesia, pembayaran pelayanan kesehatan sebagian besar masih out-of-pocket (OOP) pada saat pembelian atau penyediaan jasa (Johar, 2009). Berdasarkan kepemilikan asuransi, didapatkan data jika hanya 49,5% penduduk Indonesia yang memiliki asuransi kesehatan (Kemenkes, 2013). Dari pelayanan kontrasepsi, data SDKI 2012 menunjukkan jika sumber pelayanan swasta adalah sumber pelayanan kontrasepsi yang paling banyak diakses oleh akseptor dengan persentase sebesar 72,7%, dimana 89% dari keseluruhan akseptor membayar untuk metode kontrasepsi yang mereka gunakan (BPS, 2013). Tingginya angka pelayanan di sektor swasta dan pembayaran yang dikeluarkan oleh akseptor untuk mendapatkan metode kontrasepsi dan jasa, menunjukkan tingginya angka kemandirian pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Kemandirian dalam ber-kb mengandung arti adanya sikap mental untuk tidak tergantung kepada orang lain, sikap mental untuk mandiri dalam berkontribusi, serta adanya partisipasi pihak swasta dalam menunjang usaha-usaha kemandirian dalam KB (BKKBN, 2012a). Sikap mental yang demikian tidak lagi dapat diterapkan pada era UHC, sebab peserta KB tidak lagi membayar pelayanan secara langsung tetapi melalui pembayaran premi asuransi, biaya pelayanan KB akan dibayar secara non kapitasi - Indonesia case base group (INA-CBG), penyediaan kontrasepsi dasar tidak hanya terbatas pada masyarakat miskin tetapi semua peserta UHC (Wilopo, 2014). Penerapan sistem asuransi untuk pelayanan kesehatan di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan pola pembiayaan kesehatan termasuk KB. Kepemilikan asuransi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kontrasepsi. Analisis penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak kepemilikan asuransi terhadap pembiayaan alat kontrasepsi WUS di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengembangan manfaat kepemilikan asuransi kesehatan terhadap pembiayaan alat kontrasepsi pada WUS di Indonesia.
4 4 B. Rumusan Masalah Akses pelayanan KB kepada masyarakat menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi pelaksana program KB saat ini. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka unmet need khususnya pada wanita dengan kuintil kekayaan terbawah. Kebijakan pembiayaan KB dengan keluarga miskin sebagai sasaran utama telah beberapa kali dilaksanakan oleh pemerintah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui jika hal ini berdampak positif kepada keluarga kecil. Menurunnya angka unmet need pada keluarga miskin ketika keluarga miskin ini mendapatkan bantuan pembiayaan KB menjadi salah satu buktinya. Pembiayaan program KB telah mengalami perubahan seiring dengan implementasi UHC melalui penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional (JKN) yang mulai dilaksanakan di awal tahun Pola pembiayaan KB akan mengikuti pola pembiayaan asuransi, dimana masyarakat akan menerima pelayanan berdasarkan paket yang telah disediakan. Perbedaan pelayanan bagi masyarakat yang telah memiliki asuransi tidak ada lagi. Perbedaan hanya ada pada sumber pembayaran premi asuransi, dimana bagi masyarakat tidak mampu, iuran yang harus dibayar akan dibantu oleh negara melalui Penerima Bantuan Iuran (PBI). Pemberian pelayanan, kemudahan akses pada kualitas pelayanan serta perlindungan dari risiko pembiayaan yang dilakukan melalui asuransi merupakan tantangan yang akan dihadapi oleh pelaksana program KB. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan penelitian ini dirumuskan apakah terdapat pengaruh kepemilikan asuransi kesehatan terhadap pembiayaan alat kontrasepsi WUS di Indonesia?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengkaji pengaruh kepemilikan asuransi kesehatan dengan pola pembiayaan alat kontrasepsi WUS di Indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik WUS yang memiliki asuransi kesehatan.
5 5 b. Mengetahui pola pembiayaan alat kontrasepsi WUS di Indonesia. c. Mengetahui hubungan antara faktor individu dan kontekstual dengan kepemilikan asuransi dan pembiayaan alat kontrasepsi WUS di Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam pengembangan pembiayaan alat kontrasepsi wanita usia subur melalui asuransi sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan KB secara merata di Indonesia. 2. Manfaat praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai ketepatan pembiayaan alat kontrasepsi melalui asuransi untuk merancang intervensi yang lebih efektif bagi masyarakat dan pemerintah, dalam upaya meningkatkan penggunaan KB di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran literatur didapatkan beberapa hasil penelitian sejenis yang menjadi acuan dari penelitian ini: 1. Baroya (2010) pada penelitian yang berjudul Dampak Positif Perubahan Kebijakan Pembiayaan Keluarga Berencana Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kontrasepsi Keluarga Miskin. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan kebijakan pembiayaan KB yang tepat sasaran pada keluarga miskin, dapat menurunkan peluang terjadinya unmet need KB pada keluarga miskin disertai dengan upaya peningkatan pengetahuan KB pada individu dan komunitas. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel pembiayaan KB dimana jika dalam penelitian sebelumnya pembiayaan KB dianalisis dalam konteks kebijakan dan berfungsi sebagai variabel bebas, maka dalam penelitian ini, pembiayaan KB dianalisis dalam konteks pola pembiayaan pada level individu
6 6 dan menjadi variabel terikat. Persamaan dengan penelitian ini, terdapat pada penggunaan data sekunder sebagai sumber data yang digunakan. 2. Johar (2009) pada penelitian yang berjudul The Impact of the Indonesian Health Card Program: A Matching Estimator Approach. Hasilnya menemukan bahwa secara umum program kartu sehat hanya memiliki dampak terbatas pada konsumsi pelayanan kesehatan primer oleh penerimanya. Temuan ini menunjukkan adanya faktor lain yang menangkal insentif permintaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan ada pada penggunaan data sekunder dan variabel bebas. Pada penelitian Johar (2009) ini variabel bebas yang digunakan hanya health card program (Askes) sedangkan dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah kepemilikan asuransi kesehatan secara keseluruhan. 3. Pujihasvuty and Winarni (2011) dalam judul penelitian Pola Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi di 6 (enam) Provinsi di Indonesia dalam Rangka Evaluasi Kebijakan Alat dan Obat Kontrasepsi Gratis dengan hasil analisis menunjukkan bahwa pola pembiayaan pelayanan KB dengan membayar alat/cara KB masih cukup tinggi di 6 (enam) provinsi, dengan persentase paling tinggi yaitu Provinsi Maluku Utara kemudian Nusa Tenggara Barat, Maluku, Aceh, Papua Barat, dan terendah Nusa Tenggara Timur. Sebagaian provinsi menunjukkan pola hubungan positif antara tingkat pendidikan atau tahapan keluarga sejahtera dengan pembiayaan alat/cara KB. Sementara sebagian provinsi lainnya menunjukkan pola hubungan yang tidak beraturan. Perbedaan mendasar dari penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sumber data dan analisis data yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan analisis deskriptif, sedangkan penelitian yang dilaksanakan hanya menggunakan data sekunder dengan analisis univariabel, bivariabel dan multivariabel. 4. Aji et al. (2013) dalam judul penelitian The Impact of Health Insurance Programs on Out-of-Pocket Expenditures in Indonesia: An Increase or Decrease? dengan hasil menunjukkan bahwa Askeskin dan Askes sebagai dua program asuransi kesehatan terbesar di Indonesia secara efektif mengurangi
7 7 pengeluaran saku rumah tangga. Penelitian ini menyebutkan jika kemampuan dua program ini dalam menawarkan perlindungan keuangan melalui pengurangan pengeluaran rumah tangga cenderung memberikan manfaat langsung dalam paket manfaat dan kebijakan urun biaya. Perbedaan penelitian terdapat pada variabel terikat, dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah pengurangan biaya out of pocket sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan variabel terikat yang digunakan adalah pola pembiayaan alat kontrasepsi pada WUS di Indonesia. Jika asuransi kesehatan yang menjadi variabel bebas utama di penelitian yang dilaksanakan, maka pada penelitian Aji et al. (2013) asuransi kesehatan hanya menjadi satu bagian dari beberapa variabel bebas yang digunakan. Persamaan penelitian ada pada sumber data yang menggunakan data sekunder. 5. Bearak et al. (2015) dalam penelitian Changes in Out-of-Pocket Cost for Hormonal IUDs after Implementation of the Affordable Care Act: An Analysis of Insurance Benefit Inquiries. Hasil penelitian ini menunjukkan jika di Januari 2012, 58% perempuan harus mengeluarkan biaya out of pocket untuk mendapatkan IUD dan mengalami penurunan menjadi 13% di Maret Penurunan ini diperkirakan sebagai akibat dari diberlakukannya the affordable care act (ACA) di Agustus ACA ini juga diperkirakan dapat menurunkan inequality diantara perempuan yang memiliki asuransi, dengan mempertimbangkan perbedaan usia dan wilayah. Persamaan dengan penelitian ini ada pada analisis penggunaan asuransi kesehatan yang menjadi variabel bebas. Perbedaannya terdapat pada variabel terikat, jika penelitian ini menggunakan biaya pemasangan IUD maka penelitian dilakukan dengan menggunakan pola pembiayaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur yang ada di Indonesia. Jika Bearak et al. (2015) menggunaan data primer, maka pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International Conference on Population and Development (ICPD) 1994.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah Indonesia yang diluncurkan dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang merata antar penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertemuan kesehatan dunia ke 58 yang mengesahkan UHC (universal health coverage) (WHO, 2005), dan laporan kesehatan dunia tahun 2010, yang menemukan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional (KBN).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciLaporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana (KB) dibentuk dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk sehingga dapat mewujudkan penduduk tanpa pertumbuhan atau Zero Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and Development (ICPD) yang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL
KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL Disampaikan oleh : Edy Purwoko, pada Forum Nasional II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Di Makasar, 28-30 September
Lebih terperinciswasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan pilihan utama pemerintah dalam implementasi sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Artinya, pemerintah memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini
PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciCAPAIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA: Sudah Setarakah Kita?
CAPAIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA: Sudah Setarakah Kita? Anggriyani Wahyu Pinandari @track20project www.track20.org ICPD Cairo and SDGs Universal access to reproductive health
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah satu propinsi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur menunjukkan angka kejadian yang cenderung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini dapat dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 menyatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu mencakup kesehatan reproduksi
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia pada tahun 2011 sudah mencapai 7 miliar, jumlah tersebut memberikan kesempatan dan sekaligus tantangan bagi kita. Segi positifnya, penduduk dunia semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk
Lebih terperinciPERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU
PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2000 strategi global kesehatan untuk semua dari World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kesehatan adalah hak manusia, yang mengandung arti bahwa
Lebih terperinciSINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI
SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI OLEH : CUCUN SETYA FERDINA PROGRAM STUDI FAKULTAS UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pertama dari Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) berdasarkan kesepakatan 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai September
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun program keluarga berencana (KB) telah berperan penting dalam peningkatan contraceptive prevalence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi Internasional Kesehatan Ibu dan Anak yang pertama diselenggarakan di Kenya pada tahun 1987 merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kesadaran akan artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun Jumlah penduduk yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. 1 Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus bertambah dari 238,5 juta pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial
Lebih terperinciTingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian
Lebih terperinciDunia Terbelah: Kesehatan dan Hak Reproduksi di Era Ketidaksetaraan. Sambutan Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia Dr. Annette Sachs Robertson
Dunia Terbelah: Kesehatan dan Hak Reproduksi di Era Ketidaksetaraan Sambutan Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia Dr. Annette Sachs Robertson Tujuan: Mengingatkan para pengambil kebijakan, perencana, pelaksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari data survey baik dan IFLS 2000 dan 2007 serta SUSENAS 2009 dan 2010 dapat disimpulkan bahwa terdapat kemajuan dalam pembangunan kesehatan dari tahun ke
Lebih terperinciProyeksi Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan
Proyeksi Pembiayaan Pelayanan Kontrasepsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan Siswanto Agus Wilopo Althaf Setiawan Firdaus Hafidz Fakultas Kedokteran UGM LATAR BELAKANG Tujuan umum Tersusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu 228 per 100.000
Lebih terperinciTUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, penyebaran
Lebih terperinciTabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN
14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk mengatasi masalah kependudukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai mengoperasikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN diselenggarakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan
Lebih terperinciKeynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017
www.iakmi.or.id Keynote Speech Nila Farid Moeloek Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017 SISTEMATIKA PENYAJIAN ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN PENDEKATAN KELUARGA GERAKAN MASYARAKAT HIDUP
Lebih terperinciANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU
ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1971 yang berjumlah 119. 208. 229 orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah: lingkungan (fisik, biologis dan sosial), perilaku serta gaya hidup, faktor genetika,
Lebih terperinciKOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA
KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa teratasi misalnya laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa, memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan angka fertilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki sumber daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya,
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (647-655) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI Maryatun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Abstrak : Rendahnya Peran serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperincipemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
Lebih terperinciSubsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia
Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin Lola Amelia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara resmi diimplementasikan pada 1 Januari 2014 silam. Untuk kepesertaan per September 2015, total ada 146,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciDALAM SISTEM. Yulita Hendrartini
PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan
Lebih terperinciKesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP
Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP Dwini Handayani SE MSI (Lembaga Demografi FEUI) Yusna Afrilda, SPd, MSi (BKKBN Propinsi Lampung) Latarbelakang ICPD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis kesehatan semakin banyak diminati oleh para investor. Jasa pelayanan kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dimana perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population
Lebih terperinciANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS
ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015 (Disarikan dari Hartanto, W 2016, Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas 2015, disajikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN,
Lebih terperinciMATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009
MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tingi. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk
Lebih terperinci