STRUKTUR TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L.) (Skripsi) Oleh ETIKA JULITA SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L.) (Skripsi) Oleh ETIKA JULITA SARI"

Transkripsi

1 STRUKTUR TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L.) (Skripsi) Oleh ETIKA JULITA SARI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

2 STRUKTUR TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L.) Oleh Etika Julita Sari ABSTRAK Rumput teki merupakan tumbuhan liar yang dimanfaatkan rimpangnya sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat sebagai antibakteri, dapat menormalkan siklus haid, dan penyakit pada organ reproduksi wanita. Zat kimia aktif yang terdapat dalam rimpang teki yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida, seskuiterpen dan saponin. Dengan adanya berbagai zat kimia tersebut maka dilakukan penelitian mengenai uji teratogenik ekstrak rimpang teki untuk mengetahui kelainan pada fetus mencit (Mus musculus L.) secara morfologi yaitu penurunan berat badan dan panjang fetus serta secara anatomi yaitu kelainan pada struktur tulang belakang. Penelitian dilaksanakan pada November Januari 2016 bertempat di Laboratorium Zoologi dan Laboratorim Kimia Organik FMIPA Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yaitu kontrol diberi 0,4 ml aquabides (A), dosis 45 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (B), dosis 90 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (C), dan dosis 135 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (D) dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 90 mg/40 gram BB dan dosis 135 mg/40 gram BB menyebabkan penurunan berat badan dan menambah panjang fetus mencit secara signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena di dalam ekstrak rimpang teki terdapat zat aktif sehingga bersifat sitotoksik. Secara anatomi pemberian ekstrak rimpang teki tidak menyebabkan kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit. Hal ini diduga karena di dalam ekstrak rimpang teki terdapat kandungan kalsium sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tulang. Kata kunci: Rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.), teratogenik, mencit (Mus musculus L.), tulang belakang.

3 STRUKTUR TULANG BELAKANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L.) Oleh ETIKA JULITA SARI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

4

5

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Labuhan Ratu 1, Way Jepara, Lampung Timur pada 13 Juli 1994, sebagai putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutarto dan Ibu Eni Hidayah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Braja Sakti pada tahun 2006, dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Way Jepara lulus pada tahun 2009, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Way Jepara lulus pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui Jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Bendahara Bidang Sains dan Teknologi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) Fakultas MIPA pada tahun Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sains Dasar Biologi, Biosistematika Tumbuhan, Fisiologi Tumbuhan, Pengenalan Alat Laboratorium, dan Embriologi Hewan di Jurusan Biologi, Biologi Umum Jurusan Agribisnis dan Agroteknologi, dan Botani Umum Agroteknologi. Penulis melaksanakan Kerja Praktik di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2015.

7 MOTTO Jika engkau tak belajar bersabar dalam pahitnya kegagalan, engkau tak akan sampai pada manisnya keberhasilan Mario Teguh Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Q.S. Al-Insyirah: 5-6 Kunci sukses adalah kegigihan untuk memperbaiki diri dan kesungguhan untuk mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini Aa Gym

8 PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT, Tiada Tuhan Selain Allah yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, dan kesabaran untukku dalam menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan karya ini sebagai cinta kasihku, tanda bakti, serta rasa terima kasihku yang terdalam kepada orang-orang yang telah berjasa dalam hidupku. Bapak dan Ibuku yang telah memberikan cinta, kasih, dan sayangnya, selalu mendoakan tiada henti, memberikan semangat dan nasehat, serta pengorbanannya. Adikku dan sahabat terdekat dalam hidupku serta keluarga besarku yang selalu memberikanku dukungan, dorongan, semangat, dan motivasi. Guru-guruku, dosen-dosenku dan terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan selalu sabar memberikan bimbingan serta arahan kepadaku Sahabat-sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat, selalu membantu, tempat berbagi cerita baik suka, duka, susah maupun senang. Almamater Tercinta

9 SANWACANA Dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Struktur Tulang Belakang Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki (Cyperus rotundus L.). Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam melakukan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku pembimbing II yang telah memberi nasehat, saran, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Prof. Dr. Ida Farida Rivai selaku pembahas sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan kritik dan koreksi pada penulis serta membimbing penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi. 4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

10 5. Kedua orang tuaku, Bapak Sutarto dan Ibu Eni Hidayah yang tak hentihentinya memberikan doa, pengorbanan, cinta dan kasih sayang selama penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi. 7. Karyawan dan staff serta laboran di Jurusan Biologi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Adikku tersayang Nadilla Dwi Lestari dan Najlaa Shania Putri serta seluruh keluarga besarku terimakasih atas doa, cinta dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Dito Aditya terimakasih atas doa, semangat dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman seperjuangan tim mencit, Faizatin Nadya Roza dan Puty Orlando terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya selama menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman keluarga besar biologi 2012: Imamah, Emil, Dwi, Sayu, Agus, Mita, Aul, Asri, Laras, Lia, Sabrina, Meri, Lu lu, Manda, Erika, Popi, Welmi, Lutfi, Ama, Olin, Ambar, Yelbi, Aida, Heni, Nora, Khorik, Mustika, Riza, Wina, Putri, Dela, Luna, Pepti, Bebi, Propal, Minggar, Jevica, Arum, Dewi, Sheila, Catur, Nike, Afrisa, Linda, Naumi, Nindia, Maria, Nikken, Aska, Indy, Amal, Nisa, Agung, Huda, Marli, Apri, Abdi, Kadek, terimakasih atas kebersamaan selama ini.

11 12. Teman yang semasa SMA: Pepe, Ani, Imah, Vivi, Wilda, Wisnu, Dora, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan selamanya ini. 13. Teman kosan Eko Wijayanti dan Istiqomah: Ayu, Sukma, Indah, Anna, Fifi, Desta, terimakasih atas dukungan, keceriaan dan canda tawanya. 14. Kakak tingkat angkatan 2011 dan 2010 yang telah banyak memberikan pengalaman dan bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Jurusan Biologi. 15. Adik tingkat 2013 dan 2014 terimakasih atas keceriaan, canda tawa, dan semangatnya. 16. Seluruh Wadya Balad HIMBIO yang telah memberikan semangat dan tidak dapat disebutkan satu persatu. 17. Almamater tercinta Universitas Lampung. Semoga Allah SWT membalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, April 2016 Penulis, Etika Julita Sari

12 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii iv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 C. Manfaat Penelitian... 3 D. Kerangka Pikir... 4 E. Hipotesis... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Taksonomi dan Morfologi Manfaat Rimpang Rumput Teki Kandungan Rimpang Rumput Teki... 8 B. Mencit (Mus musculus L.) Taksonomi Morfologi dan Fisiologi Mencit Perkembangan Fetus Mencit C. Toksikologi D. Teratogenik E. Berat Badan dan Panjang Fetus F. Tulang Belakang Fetus III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Alat dan Bahan C. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang dan Hewan Uji Persiapan dan Pembuatan Ekstrak Rimpang Teki Proses Kopulasi Mencit... 22

13 ii 4. Pembuktian Kopulasi Mencit Pemberian Perlakuan Pengamatan Rancangan Percobaan Analisis Data Diagram Alir IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berat Badan dan Panjang Fetus Tulang Belakang Fetus B. Pembahasan Berat Badan dan Panjang Fetus Tulang Belakang Fetus V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 45

14 iii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tahap Perkembangan Fetus Pada Rodentia Tabel 2. Hasil Pengamatan Berat Badan Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki Tabel 3. Hasil Pengamatan Panjang Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki Tabel 4. Pengamatan Tulang Belakang Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki... 32

15 iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Rumput Teki dan Rimpang Teki... 7 Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) Gambar 3. Morfologi Fetus Normal Gambar 4. Anatomi Rangka Mencit (Mus musculus L.) Gambar 5. Penurunan Berat Badan Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki Gambar 6. Pertambahan Panjang Badan Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki Gambar 7. Fetus (a) Kontrol, (b) Dosis 45 mg/40 gram BB, (c) Dosis 90mg/40 gram BB, (d) Dosis 135 mg/40 gram BB. 33 Gambar 8. Rotary evaporator Gambar 9. Akuabides Gambar 10. Ekstrak Rimpang Teki Gambar 11. Larutan Alizarin Red 1% Gambar 12. Alkohol 90% Gambar 13. Alkohol 70% Gambar 14. Sonde Lambung Gambar 15. Kandang Mencit Gambar 16. Seperangkat alat bedah Gambar 17. Timbangan digital... 51

16 v Gambar 18. Jangka sorong Gambar 19. Proses kopulasi mencit Gambar 20. Pemberian ekstrak Gambar 21. Kehamilan hari ke Gambar 22. Mencit dibius dengan kloroform Gambar 23. Pembedahan mencit Gambar 24. Fetus dikeluarkan dari uterus Gambar 25. Fetus mencit Gambar 26. Pengukuran panjang fetus Gambar 27. Penimbangan berat fetus Gambar 28. Organ dalam fetus dikeluarkan Gambar 29. Fetus diproses dengan Alizarin Red Gambar 30. Fetus tanpa perlakuan (kontrol) Gambar 31. Fetus perlakuan dosis 45 mg/40 gram BB (B) Gambar 32. Fetus perlakuan dosis 90 mg/40 gram BB (C) Gambar 33. Fetus perlakuan dosis 135 mg/40 gram BB (D)... 53

17 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Di hutan tropis Indonesia terdapat spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar spesies diketahui berkhasiat obat, dan kurang lebih 300 spesies telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Tumbuhan yang memiliki potensi sehingga dapat dikembangkan menjadi bahan baku obat-obatan adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan metabolit sekunder dan aktivitas biologis tertentu (Anonim, 2007). Rumput teki (Cyperus rotundus L.) merupakan tumbuhan liar yang hidup di berbagai tempat terbuka seperti di lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian sehingga termasuk sebagai gulma (Dalimartha, 2009). Masyarakat di berbagai daerah di banyak negara telah lama memanfaatkan rumput teki sebagai obat tradisional. Bagian rimpang merupakan bagian yang digunakan untuk pengobatan. Rimpang rumput teki memiliki rasa pedas, sedikit pahit, dan manis serta bersifat anti esterogen (Lawal dan Adebola, 2009). Komponen aktif yang terdapat dalam rimpang teki adalah seskuiterpen. Senyawa seskuiterpen dalam rimpang teki yaitu α-cyperone, β-selinene,

18 2 cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone, dan isokobusone. Selain komponen aktif tersebut, rimpang teki juga mengandung beberapa bahan kimia yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida, dan saponin (Subhuti, 2005). Berbagai bahan kimia dalam rimpang teki dapat digunakan sebagai antibakteri, obat peluruh haid dan kontrasepsi. Kontrasepsi yang mempengaruhi proses reproduksi dalam hal ini yaitu menghambat ovulasi terhadap siklus haid pada manusia dan siklus estrus pada mencit (Mus musculus L.), menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi dan implantasi, sehingga proses kehamilan sulit terjadi dan apabila terjadi maka kemungkinan fetus akan mengalami kecacatan (Winarno dan Sundari, 1997). Fetus mengalami fase organogenesis. Fase organogenesis merupakan fase dimana sel-sel fetus sedang aktif berproliferasi sehingga sangat rentan terhadap pengaruh dari luar seperti zat yang terkandung dalam makanan, minuman ataupun obat-obatan. Pengaruh langsung maupun tak langsung oleh masuknya bahan kimia terhadap perkembangan organ fetus dapat mengkibatkan kematian fetus, pertumbuhan terhambat dan kelainan pembentukan tulang. Pembentukan dan perkembangan tulang (osifikasi) pada fetus mencit terjadi pada hari ke 11 sampai ke 17 kehamilan sehingga pada masa itu sangat rentan terhadap faktor non genetik penyebab kecacatan (teratogen) (Rugh, 1968).

19 3 Dalam upaya pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat maka perlu dilakukan uji keamanan dari ekstrak rimpang teki. Uji keamanan merupakan suatu uji dengan memberikan faktor atau zat tertentu untuk melihat ada tidaknya kelainan pada fetus hewan uji akibat pemberian zat tersebut. Pada penelitian ini digunakan ekstrak rimpang teki yang diberikan kepada mencit yang sedang hamil selama periode organogenesis yaitu pada kehamilan hari ke-6 sampai ke-17. Uji teratogenik tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi penggunaan rimpang teki sebagai bahan baku obat-obatan agar dapat diaplikasikan pada manusia sehingga tidak menimbulkan akibat yang berbahaya (Almahdy, 1999). B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelainan pada fetus mencit (Mus musculus L.) secara morfologi yaitu penurunan berat badan dan panjang fetus serta secara anatomi yaitu kelainan pada struktur tulang belakang setelah pemberian ekstrak rimpang teki (Cyperus rotundus L.) terhadap induk mencit yang sedang hamil. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah lebih lanjut mengenai efek teratogenik ekstrak rimpang teki (Cyperus rotundus L.) terhadap penurunan berat badan dan panjang fetus serta kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit (Mus musculus L.).

20 4 D. Kerangka Pikir Keanekaragaman hayati yang tinggi membuat masyarakat Indonesia mudah untuk memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan baku obat, salah satunya adalah rumput teki (Cyperus rotundus L.). Rumput teki merupakan tumbuhan liar yang dapat hidup pada berbagai tempat sehingga termasuk sebagai gulma. Tanaman ini dimanfaatkan rimpangnya di banyak negara sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat sebagai antibakteri, dapat menormalkan siklus haid, dan penyakit pada organ reproduksi wanita. Komponen aktif yang terdapat dalam rimpang teki adalah seskuiterpen. Senyawa seskuiterpen dalam rimpang teki yaitu α-cyperone, β-selinene, cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone, dan isokobusone. Zat kimia yang terdapat dalam rimpang teki yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida, dan saponin. Dengan adanya berbagai zat kimia tersebut maka diperlukan penelitian mengenai uji teratogenik dari ekstrak rimpang teki untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada fetus hewan uji berupa mencit (Mus musculus L.). Penelitian ini didasarkan pada penelitian Pasaribu (2008) mengenai efek pemberian ekstrak rimpang teki yang menyebabkan pertumbuhan abnormal pada bagian tubuh fetus mencit. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap penurunan berat badan dan panjang fetus, serta kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit, dimana proses pembentukan dan perkembangan tulang (osifikasi) pada fetus mencit terjadi pada hari ke-11 sampai ke-17 kehamilan sehingga pada masa itu sangat rentan terhadap senyawa teratogen.

21 5 E. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak rimpang teki (Cyperus rotundus L.) terhadap induk mencit (Mus musculus L.) yang sedang hamil menyebabkan terjadinya penurunan berat badan dan panjang fetus serta kelainan pada struktur tulang belakang fetus.

22 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Taksonomi dan Morfologi Menurut Sugati, Syamsuhidayat, dan Johnny (1991), taksonomi tumbuhan rumput teki adalah: Regnum Divisi : Plantae : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas Bangsa Suku Marga : Monocotyledonae : Cyperales : Cyperaceae : Cyperus Jenis : Cyperus rotundus L. Rumput teki merupakan tumbuhan liar yang dapat tumbuh di berbagai tempat seperti di tanah terbuka, pinggir jalan, atau lahan pertanian sehingga termasuk sebagai gulma. Batang berbentuk segitiga, daun terdiri dari 4-10 helai pada pangkal batang dengan pelepah daun tertutup tanah. Helaian daun berbentuk pita, bertulang sejajar, tepi rata, permukaan atas berwarna hijau mengilap dengan panjang cm dan lebar 2-6 cm. Perbungaan majemuk berbentuk

23 7 bulir mempunyai 8-25 bunga yang berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning atau cokelat kuning. Buah berbentuk batu berukuran kecil, bentuknya memanjang sampai bulat telur. Rimpang menjalar, berbentuk kerucut, berwarna cokelat, dan memiliki panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-10 mm (Dalimartha, 2009). Struktur morfologi rumput teki dan rimpang teki disajikan pada Gambar 1. (a) (b) Gambar 1. (a) Rumput Teki, (b) Rimpang Teki (Subhuti, 2005) 2. Manfaat Rimpang Rumput Teki Rimpang rumput teki memiliki banyak khasiat sehingga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional yaitu untuk mengobati kejang perut, luka, bisul dan lecet. Terdapat beberapa aktivitas farmakologi dan biologi rimpang rumput teki yaitu anti-candida, antiinflamasi, antidiabetes, antidiare, sitoprotektif, antimutagenik, antibakteri, antioksidan, sitotoksik dan apoptosis, aktivitas analgesik dan antipiretik (Lawal dan Adebola, 2009).

24 8 3. Kandungan Rimpang Rumput Teki Rimpang rumput teki memiliki komponen aktif yaitu seskuiterpen. Senyawa seskuiterpen dalam rimpang rumput teki sejauh ini adalah: α-cyperone, β- selinene, cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone, dan isokobusone (Subhuti, 2005). Komposisi kimia dari minyak volatile rumput teki terdiri dari empat tipe (fourchemotypes) yaitu H-, K-, M-, dan O-. H-tipe dari Jepang mengandung α-cyperone (36,6%), β-selinene (18,5%), cyperol (7,4%) dan caryophyllene (6,2%). M-tipe dari Cina, HongKong, Jepang, Taiwan dan Vietnam mengandung α-cyperone (30,7%), cyperotundone (19,4%), β-selinene (17,8%), cyperene (7,2%) dan cyperol (5,6%). O-tipe dari Jepang, Taiwan, Thailand, Hawaii dan Filipina mengandung cyperene (30,8%), cyperotundone (13,1%) dan β-elemene (5,2%). K-tipe dari Hawaii mengandung cyperene (28,7%), cyperotundone (8,8%), asetat patchoulenyl (8,0%) dan asetat sugeonyl (6,9%) ( Lawal dan Adebola, 2009). Selain komponen aktif tersebut, rimpang teki juga mengandung beberapa zat kimia yaitu alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%, flavonoid 1-3% yang komposisinya bervariasi tergantung daerah asal tumbuhnya. a. Flavonoid Flavonoid merupakan golongan dari senyawa fenolik yang merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat

25 9 flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik (Barnes, Anderson, and Philipson, 1996). Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan. Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase, flavonoid lain menghambat aldoreduktase, monoamina oksidase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase (Robbinson, 1995). b. Alkaloid Menurut Harborne (1987), alkaloid merupakan senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya, dalam bentuk cincin heterosiklik dan bersifat aktif biologis menonjol. Alkaloid memiliki efek biologis yang menyegarkan tubuh sampai toksik yang dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin. c. Seskuiterpenoid Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dihasilkan oleh tiga unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Anggota seskuiterpenoid yang penting adalah farnesol dan alkohol. Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup besar diantaranya adalah sebagai antifeedant, antimikroba, antibiotik, toksin, serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (Robbinson, 1995).

26 10 d. Tanin Tanin bersifat fenol, mempunyai rasa sepat. Kadar tanin yang tinggi dalam tumbuhan dapat membantu mengusir hewan pemangsa tumbuhan dan mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap nilai gizi tumbuhan makanan ternak. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim seperti reverse transkiptase dan DNA topoisomerase (Robbinson, 1995). e. Saponin Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah dan sebagai antimikroba. Efek penggunaan saponin ialah penghambatan jalur ke steroid anak ginjal dan dehidrogenase jalur prostaglandin (Robbinson, 1995). Kandungan nutrisi rimpang rumput teki adalah lemak (29,48 ± 0,28)%, protein (9,04 ± 0,33)%, abu (2,67 ± 0,21)%, serat (12,63 ± 0,01)% dan karbohidrat (21,47 ± 0,83)%. Kandungan mineralnya sebagai berikut: tembaga (28,11 ± 0,02) mg/100g, magnesium (50,76 ± 0,50) mg/100g, kalium (110,11 ± 0,71) mg/100g, kalsium (16,40 ± 0,32) mg/100 g dan natrium (110,11 ± 0,71) mg/100g (Oladunni, Abass, dan Adisa, 2011).

27 11 B. Mencit (Mus musculus L.) 1. Taksonomi dan Morfologi Menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) taksonomi mencit adalah: Kingdom Filum Subfilum Kelas Bangsa Suku Genus : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Rodentia : Muridae : Mus Spesies : Mus musculus L. Morfologi mencit (Mus musculus L.) disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Mencit (Mus musculus L) (Tetebano, 2011) 2. Morfologi dan fisiologi mencit Mencit (Mus musculus L.) merupakan hewan pengerat yang memiliki rambut berwarna keabu-abuan atau putih, mata berwarna merah atau

28 12 hitam, kulit berpigmen dan perut sedikit pucat. Mencit dewasa pada umur 35 hari dan memiliki waktu kehamilan hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor. Mencit jantan dan betina siap melakukan kopulasi pada umur 8 minggu. Siklus estrus atau masa birahi 4-5 hari dengan lama estrus jam. Fase estrus dimulai antara pukul WIB. Proses persetubuhan mencit jantan dan betina untuk tujuan fertilisasi atau disebut dengan kopulasi terjadi pada saat estrus, dengan fertilisasi 2 jam setelah kopulasi. Ciri-ciri terjadinya kopulasi adalah ditemukannya sumbat vagina, yaitu cairan mani jantan yang menggumpal (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988). Mencit merupakan hewan percobaan yang efisien karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu kehamilan yang singkat, dan banyak memiliki anak perkelahiran. Mencit dan tikus putih memiliki banyak data toksikologi, sehingga mempermudah membandingkan toksisitas zat-zat kimia (Lu, 1995). 3. Perkembangan Fetus Mencit Menurut Roberts (1971) dan Lu (1995) masa kehamilan mencit terdiri dari 3 tahap, yaitu : a. Tahap blastula Tahap ini dimulai setelah ovulasi dan dilanjutkan dengan perkembangan membran zigot primitif di uterus. Pada tahap ini, fetus

29 13 tidak rentan terhadap senyawa teratogen, tetapi senyawa teratogen akan menyebabkan kematian fetus akibat matinya sebagian sel fetus. b. Tahap organogenesis Tahap organogenesis merupakan tahap pembentukan organ-organ dan sistem tubuh serta perubahan bentuk tubuh yang terjadi pada hari ke 6 sampai ke 16 kehamilan. Pada periode ini sel secara intensif mengalami diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi sehingga fetus sangat rentan terhadap senyawa teratogen. c. Tahap pertumbuhan fetus Tahap ini merupakan tahap terjadinya perkembangan dan pematangan fungsi jaringan, organ dan sistem yang tumbuh. Sehingga selama tahap ini, senyawa teratogen tidak akan menyebabkan cacat morfologi, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi seperti gangguan Sistem Syaraf Pusat (SSP) yang mungkin tidak dapat dideteksi segera setelah kelahiran. Morfologi fetus normal mencit disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Morfologi Fetus Normal Mencit (Heupel, 2008)

30 14 Menurut Hafez (1970) dan Schenker & Forkheim (1998), perkembangan fetus pada Rodentia dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Tahap Perkembangan Fetus Pada Rodentia Waktu Tingkatan yang terjadi (Hari) 1 Stadium pembelahan sel di dalam oviduk 2 Terbentuk morula 16 sel 3 Fetus masuk ke dalam uterus dan membentuk blastula 4-6 Blastomer terimplantasi dan terjadi gastrulasi 6-11 Organogenesis Pembentukan somit belakang, mata, dan osifikasi awal dari skeleton Perkembangan fetus Kelahiran C. Toksikologi Ilmu yang mempelajari tentang racun dan pengaruhnya terhadap makhluk hidup disebut toksikologi. Toksikologi menitikberatkan pada pengaruh agensia toksik baik berupa efek senyawa kimiawi, bunyi, cahaya, gelombang elektromagnetik, dan mikroorganisme terhadap perkembangan terutama perkembangan embrio (Hutahean, 2002). Zat kimia dapat dikatakan beracun (toksik) apabila zat tersebut berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap organisme. Sifat toksik dari suatu zat ditentukan oleh konsentrasi atau dosis, sifat zat, kondisi bioorganisme, paparan terhadap organisme, dan efek yang ditimbulkan. Apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu dilakukan identifikasi dimana timbulnya efek berbahaya tersebut (Wirasuta dan Suadarmana, 2007). Menurut Loomis (1978), uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis, dan uji toksisitas kronis. Saat ini sudah banyak

31 15 berkembang bahan-bahan berbahaya yang harus diketahui keamanannya. Terdapat 6 jenis uji toksisitas spesifik yaitu: 1. Uji Potensi Uji potensi merupakan uji toksisitas yang menentukan efek suatu zat dengan adanya zat-zat tambahan yang mungkin secara bersamaan dijumpai. 2. Uji Teratogenik Uji teratogenik merupakan uji toksisitas untuk menentukan efek suatu zat terhadap fetus hewan uji. 3. Uji Reproduksi Uji reproduksi merupakan uji toksisitas untuk menentukan efek atas kemampuan reproduktif hewan eksperimental. 4. Uji Mutagenik Uji mutagenik merupakan uji toksisitas untuk menentukan efek pada sistem kode genetika. 5. Uji Kemampuan Tumorigenisitas dan Karsinogenisitas Uji kemampuan tumorigenisitas dan karsinogenisitas merupakan uji toksisitas untuk menentukan kemampuan zat sehingga menimbulkan tumor. 6. Uji Perilaku Uji perilaku merupakan uji toksisitas untuk menentukan efek zat terhadap berbagai macam perilaku hewan uji.

32 16 D. Teratogenik Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini merupakan penyebab utama mortalitas pada fetus yang lahir. Faktor-faktor yang menyebabkan teratogenesis adalah senyawa kimia, kekurangan gizi, infeksi virus, ketidakseimbangan hormonal, dan berbagai kondisi stress. Menurut Lu (1995) mekanisme kerja zat kimia yang bersifat teratogen di dalam tubuh hewan coba adalah: a. Gangguan terhadap asam nukleat Terdapat banyak zat kimia yang dapat mempengaruhi replikasi dan transkripsi asam nukleat atau translasi RNA. Contohnya: zat pengakil, antimetabolit, dan intercalating agent. b. Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas Senyawa teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang digunakan untuk metabolisme dengan cara mengurangi persediaan substrat secara langsung atau bertindak sebagai analog vitamin, asam amino esensial, dan sebagainya. Ketidakseimbangan osmolaritas dapat disebabkan oleh hipoksia dan zat penyebab hipoksia (CO, CO 2 ) yang bersifat teratogen. Hal ini dapat menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan. c. Penghambat enzim Penghambat enzim seperti 5-flourourasil dapat menyebabkan cacat karena mengganggu diferensiasi dan pertumbuhan sel.

33 17 E. Berat Badan dan Panjang Fetus Pertumbuhan dan perkembangan fetus pada hewan khususnya mencit diawali dengan meningkatnya jumlah sel yang diikuti dengan differensiasi dan perkembangan berbagai sistem organ. Perkembangan fetus juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu potensi genetika dan status nutrisi dari kedua induk. Sumber nutrisi fetus berasal dari induk yang berpindah melalui plasenta (Muna, Astirin, dan Sugiyarto, 2011). Berat dan panjang fetus merupakan salah satu parameter yang penting untuk diamati dalam penelitian teratogenik. Wilson (1973) menyatakan bahwa penurunan berat dan panjang badan fetus merupakan efek dari pemberian senyawa yang bersifat teratogenik. Senyawa teratogen dengan dosis rendah mampu menyebabkan kematian beberapa sel dan dapat pula menyebabkan pergantian beberapa sel. Apabila satu atau sekelompok sel rusak oleh gangguan senyawa toksik, maka sel-sel normal di sekitarnya akan membelah dan menggantikan peran sel-sel yang rusak tersebut. Pergantian sel-sel yang rusak akan dipertahankan selama masa organogenesis agar terbentuk morfologi fetus yang normal. Namun apabila sel-sel rusak tersebut tidak mampu diperbaiki maka akan menyebabkan malformasi/kelainan sehingga terbentuk fetus dengan morfologi normal, tetapi berukuran kecil (Ritter, 1977; Muna, dkk., 2011).

34 18 F. Tulang Belakang Fetus Pada saat fetus, tulang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang disebut dengan istilah osifikasi. Awal dari proses osifikasi ini adalah terjadinya perubahan jaringan mesenkim pada fetus menjadi jaringan tulang atau menjadi jaringan kartilago yang selanjutnya akan menjadi jaringan tulang (Junqueira, Carneiro, dan Kelley, 1998). Menurut Rugh (1968), osifikasi pada mencit dimulai pada hari ke 11 sampai 17 kehamilan. Struktur anatomi rangka fetus mencit disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Anatomi Rangka Mencit (Mus musculus L.) (Amsel, 2012) Pada fetus normal (kontrol) terdapat 7 tulang servik, 13 tulang thorak, 6 tulang lumbalis, 6 tulang sakral, dan 2 atau 3 tulang kaudal (Sukandar, Fidrianny, Garmana, 2008). Menurut Setyawati (2011), pemberian senyawa teratogen pada masa organogenesis dapat menyebabkan penghambatan pada pertumbuhan tulang. Adanya senyawa teratogen yang masuk melalui plasenta akan menghambat

35 19 transfer nutrisi dari induk ke fetus dan menghambat metabolisme nutrisi yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan organ fetus termasuk mineral untuk proses kalsifikasi (pembentukan tulang). Kelainan pada tulang belakang fetus dapat dilihat dari jumlah tulang dan terdapat pemanjangan atau pemendekan dari tulang belakang tersebut.

36 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015-Januari 2016 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan uji. Untuk pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorim Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit beserta penutup yang terbuat dari kawat sebanyak 20 unit,wadah pakan mencit, botol minum mencit, sonde lambung yang dihubungkan dengan alat suntik digunakan untuk pemberian ekstrak secara oral, mikropipet untuk mengukur ekstrak rimpang teki, tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer sebagai tempat larutan Alizarin Red, gelas ukur, seperangkat alat bedah, kertas label, kamera tipe SM-J500G, botol film sebagai tempat pewarnaan fetus, jangka sorong untuk mengukur panjang fetus, dan timbangan digital untuk menimbang berat fetus.

37 21 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah 20 ekor mencit betina dan 20 ekor mencit jantan berumur 3-4 bulan dengan berat sekitar 40 gram, sekam padi sebagai alas kandang mencit, pelet sebagai pakan mencit, air minum mencit, ekstrak rimpang teki, aquabides, kloroform, kapas, alkohol 90%, larutan KOH 1%, larutan Alizarin Red, dan alkohol 70%. C. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji Kandang mencit beserta penutupnya sebanyak 20 unit dibersihkan dengan alkohol dan diberi alas berupa sekam padi. 20 ekor mencit jantan dan 20 ekor mencit betina disiapkan dalam kondisi yang fertil, berumur 10 minggu, dan berat sekitar 40 gram. Mencit kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu dengan diberi pakan berupa pelet dan air minum setiap harinya. Aklimatisasi ini bertujuan agar mencit melakukan penyesuaian kondisi dengan lingkungan sekitar. Penentuan besarnya sampel ditentukan berdasarkan rumus Frederer (1977), yaitu t(n-1) 15. Sehingga setiap perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit betina yang hamil, yaitu 5 ekor mencit betina hamil tanpa perlakuan (kontrol), 5 ekor mencit betina hamil dengan perlakuan 45 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides, 5 ekor mencit betina hamil dengan perlakuan 90 mg/40 gram BB dalam 0,4ml aquabides, dan 5 ekor

38 22 mencit betina hamil dengan perlakuan 135 mg/40 gram BB dalam 0,4ml aquabides. 2. Persiapan dan Pembuatan Ekstrak Rimpang Teki Pada penelitian ini untuk mendapatkan ekstrak rimpang teki digunakan metode evaporasi. Rimpang teki dibersihkan, dicuci, dan dijemur hingga kering. Setelah kering, rimpang teki kemudian digiling hingga menjadi serbuk. Kemudian dilakukan maserasi dengan cara merendam 500 gram serbuk rimpang teki dalam 2 liter larutan etanol selama 24 jam. Kemudian disaring menggunakan kertas saring. Cairan hasil saringan tersebut kemudian dipekatkan dengan cara evaporasi menggunakan alat rotary evaporator selama 4 jam dengan suhu 50 o C dan tekanan 120 atm. Setelah itu didapatkan ekstrak rimpang teki sebanyak ± 200ml. 3. Proses Kopulasi Mencit Satu ekor mencit betina disatukan secara alami dengan satu ekor mencit jantan ke dalam satu kandang dan diberi pakan berupa pelet dan air minum. Proses persetubuhan mencit jantan dan betina untuk tujuan fertilisasi atau disebut dengan kopulasi mencit ini terjadi pada sore menjelang petang. Hal ini disebabkan proses kopulasi mencit terjadi pada fase estrus, dimana fase estrus dimulai antara pukul WIB (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988).

39 23 4. Pembuktian Kopulasi Mencit Pada keesokan pagi setelah mencit betina dan jantan disatukan, dilakukan pengamatan di daerah vagina pada mencit betina. Sumbat vagina (copulatory plug atau vagina plug) yaitu sumbat kekuningan pada vagina yang merupakan campuran sekret betina dengan ejakulat jantan yang mengeras. Apabila ditemukan sumbat vagina, maka mencit dinyatakan telah melakukan kopulasi dan dihitung sebagai kehamilan hari ke-0 (Silvia, 2011). Selain dilihat dari adanya sumbat vagina, kehamilan mencit juga dapat diketahui dengan cara mengangkat ekstrimitas depan mencit dan dilihat apakah kelenjar mammae turun, apabila turun maka mencit dinyatakan hamil. Selama kehamilan, kelenjar mammae mengalami perkembangan dan perubahan morfologi untuk mempersiapkan laktasi saat melahirkan (Leeson, 1986). Mencit betina yang dinyatakan terbukti kopulasi, dipelihara dalam kandang tersendiri 5. Pemberian Perlakuan Pemberian ekstrak rimpang teki dilakukan dengan cara dicekok (secara oral) menggunakan alat sonde lambung mulai dari kehamilan hari ke 6 sampai ke 17 (Silvia, 2011). Pada penelitian ini pemberian ekstrak rimpang rumput teki diberikan secara oral, sehingga persen pemberian aquabides menurut Yorijuly (2012) yaitu 1 %. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit dengan berat sekitar 40 gram, sehingga rumus perhitungan volume penggunaan aquabides yaitu:

40 24 Volume Pemberian= Berat x Persen Pemberian = 40 gram x 1% = 40 gram x (1 ml/100 gram) = 0,4 ml Menurut Sa roni dan Wahyoedi (2002) pada tikus putih (Rattus sp.) yang beratnya 2,5 x berat mencit yaitu 100 gram, diberi perlakuan secara oral sekali sehari selama 12 hari, adapun dosis ekstrak rimpang teki yang diberikan adalah: a. Kontrol dengan perlakuan 1 ml/100 gram BB aquabides (A) b. Dosis 11,25 mg/100 gram BB dalam 1 ml/100 gram aquabides (B) c. Dosis 112,5 mg/100 gram BB dalam 1 ml/100 gram aquabides (C) d. Dosis 337,5 mg/100 gram BB dalam 1 ml/100 gram aquabides (D) Dosis ekstrak rimpang rumput teki yang dipakai pada penelitian ini dihitung berdasarkan pemakaian ekstrak rimpang rumput teki pada penelitian sebelumnya yang menggunakan hewan percobaan yaitu tikus putih. Dosis yang digunakan untuk tikus 11,25 mg/100 gbb dalam 1ml/100 gbb, artinya dosis yang diberikan setiap pergram berat badan tikus yaitu sebagai berikut : = 11,25 mg 100 g = 0,1125/mg Maka, konversi dosis dari tikus ke mencit dengan berat badan 40 gram yaitu : = 0,1125 mg x 40 g = 4,5 mg

41 25 Setelah dikonversikan terhadap mencit, maka pada kehamilan hari ke 6 sampai ke 17 mencit yang hamil diberi perlakuan sebagai berikut: 1. Kontrol, diperlakukan dengan diberi 0,4 ml aquabides (A) 2. Dosis 45 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (B) 3. Dosis 90 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (C) 4. Dosis 135 mg/40 gram BB dalam 0,4 ml aquabides (B) 6. Pengamatan Pembedahan terhadap mencit betina dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat bedah setelah kehamilan hari ke 18. Seluruh mencit baik dari kelompok kontrol maupun perlakuan dibius menggunakan kloroform. Mencit dibedah dan fetus dikeluarkan dari uterus, kemudian dibersihkan dengan air mengalir dan dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang fetus. Selanjutnya dikeluarkan organ dalam fetus dan dilakukan preparasi tulang belakang fetus dengan pewarna Alizarin Red. Pembuatan larutan Alizarin Red dengan cara menambahkan 6 mg bubuk Alizarin Red ke dalam 1 liter larutan KOH 1% (Manson, Zenick, and Costlow, 1982). Alizarin Red merupakan pewarna yang banyak digunakan untuk mewarnai tulang pada fetus hewan uji. Ruas tulang yang terwarnai merupakan tulang rawan yang telah mengalami penulangan sehingga akan berwarna merah tua karena zat warna terikat oleh kalsium pada matriks tulang. Larutan KOH 1% yang digunakan berfungsi agar otot pada fetus menjadi transparan dan tulang belakang fetus dapat terlihat dengan jelas

42 26 (Setyawati, 2011). Pengamatan struktur tulang belakang fetus dilakukan secara deskriptif untuk melihat ada atau tidaknya kelainan dibandingkan dengan fetus normal (kontrol). 7. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Dalam penelitian ini terdapat 20 ekor mencit yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok sebagai perlakuan. Berikut merupakan susunan rancangan percobaan: AU1 BU1 CU1 DU1 DU2 AU2 BU2 CU2 AU3 CU5 DU3 BU3 BU4 DU4 CU3 AU4 CU4 BU5 AU5 DU5 Keterangan : P = Perlakuan yang digunakan (B; C; D) K = Kontrol (A) U = Ulangan (U1,U2,U3,U4,U5). 8. Analisis data Data hasil penelitian berupa anatomi tulang belakang fetus dianalisis secara deskriptif. Panjang dan berat fetus dianalisis menggunakan

43 27 Analisis Ragam (ANARA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efek yang ditimbulkan antar perlakuan. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. 9. Diagram Alir Penelitian Persiapan penelitian Persiapan kandang dan hewan uji berupa mencit Persiapan dan pembuatan ekstrak rimpang teki Proses kopulasi mencit Pembuktian kopulasi mencit Pemberian perlakuan berupa ekstrak rimpang teki Pengamatan berat dan panjang fetus serta kelainan pada struktur tulang belakang Analisis data Hasil

44 40 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak rimpang teki pada mencit hamil: 1. Pada dosis 90mg/40 gram BB dan dosis 135mg/40 gram BB memberikan pengaruh menurunkan berat badan fetus secara signifikan. 2. Pada dosis 90mg/40 gram BB dan dosis 135mg/40 gram BB memberikan pengaruh menambah panjang fetus mencit secara signifikan. 3. Tidak menyebabkan kelainan pada struktur tulang belakang fetus mencit. B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai: 1. Zat atau kandungan spesifik dalam ekstrak rimpang teki yang dapat menyebabkan efek teratogen terhadap fetus mencit. 2. Efek teratogenik ekstrak rimpang teki terhadap fetus mencit dengan pengamatan mengenai kelainan pada seluruh tulang dan organ dalam untuk memaksimalkan kemungkinan kecacatan yang terjadi pada fetus mencit.

45 41 DAFTAR PUSTAKA Almahdy Efek Teratogenik Fraksi Sisa Ekstrak Daun Emilia sonchifolia (L) DC in ovo. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta. Amsel, S Movie Worksheets, What Owls Eat -The Bones of A Mouse. (Internet). Merriam-webster.com/images/animal kingdom/rodents-lagomorphs/ rodent/skeleton-rat.jpg. Diakses pada 05 November Anonim Kebijakan Obat Tradisional Nasional (Kotranas). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 381/Menkes/SK/III/2007. Barnes, J., Anderson, L.A., and Philipson, J.D Herbal Medicine, 2 nd edition. London. Pharmacetical Press. p 313 Dalimartha, S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Pustaka Bunda. Jakarta. p 157 Dewoto, H.R Farmakologi dan Terapi: Vitamin dan Mineral Edisi 5. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Federer, W.T Experimental Design Theory And Application, Third Edition. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi Bombay Calcuta. Guyton, A.C Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Dharrna, A., dan P., Lukmanto. EGC. Jakarta. Hafez, E.S.E Reproduction and Breeding Techniques for Laboratory Animals. Lea & Febinger. Philadelphia. Harborne, J. B Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan Padmawinata, K. & I., Soediro. Penerbit ITB. Bandung. Herbold, B Micronucleus Test on The Mouse to Evaluate for Mutagenic Effect. Institute of Toxicology. Germany. Heupel Root Cause Analysis Handbook: A Guide to Efficient and Effective Incident Investigation. Connecticut Philip Jan Rothstein. FBCI.

46 42 Hutahean, S Prinsip-Prinsip Uji Toksikologi Perkembangan. FMIPA Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Junqueira, L.C., Carneiro, J., dan Kelley, R.O Histologi Dasar. Tembayong, J. (Penerjemah). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Lawal, O.A. dan Adebola, O.O Chemical Composition of The Essential Oils of Cyperus rotundus L. From South Africa. Journal Molecules. 14 (150). pp Leeson, C.R Textbook of Histology. Terjemahan Siswojo, K. EGC. Jakarta. Loomis, T.A Toksikologi Dasar Edisi ke-2. Terjemahan Imono, A. IKIP Semarang Press. Semarang. Lu, F.C Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi II. Penerbit UI. Jakarta. p Mangkoewidjojo dan Smith Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta. p 276. Manson, J.M., Zenick, H., and Costlow, R.D Teratology Test Method for Laboratory Animals. Ravent Press. New York. Muna, L., Astirin, O.P., dan Sugiyarto Uji Teratogenik Ekstrak Pandanus conoideus Varietas Buah Kuning Terhadap Perkembangan Embrio Tikus Putih (Rattus norvegicus). Nusantara Bioscience. 2. pp Oladunni, O.M., Abass, O.O., dan Adisa, A.I Studies on Physicochemical Properties of The Oil, Minerals and Nutritional Composition of Nut Grass (Cyperus rotundus). American Journal of Food Technology.6 (12). p Pasaribu, L Malformasi Bagian-Bagian Tubuh Embrio Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.). (Skripsi). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Lampung. Ritter, E.J Altered Biosynthesis In: Wilson J.G., Fraster F.C. (eds). Handbook of Teratology. Plenum Press. New York. Robbinson, T Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung. ITB. Roberts Veterinary Obstetricts and Genital Diseases (Theriogenology). New York. Ithaca. Rugh, R The Mouse : Its Reproduction and Development. New York. Burger Publishing Company. p 20

47 43 Sa roni dan Wahjoedi Pengaruh Infuse Rimpang Cyperus rotundus L. Terhadap Siklus Estrus dan Bobot Uterus Pada Tikus Putih. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Jakarta. 1 (2). Sagi, M Embriologi Perbandingan Pada Vertebrata. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Schenker, E.B. and Forkheim, K.E Early Development of Mice Embryo In Microgravity Environment On Sts-80 Space Flight. Diakses pada: 07 November Setiyohadi, B Peran Kalsium dan Vitamin D Pada Metabolisme Tulang. Subbagian Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jakarta. Setyawati, I Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi. 13 (2). pp Setyawati, I Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda. Jurnal Veteriner. 12 (3). pp Siburian, J. dan Marlinza, R Efek Pemberian Ekstrak Akar Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack) Pada Tahap Prakopulasi Terhadap Fertilitas Mencit (Mus Musculus L.) Betina. Biospesies. 2 (2). pp Silvia, G.A Pengaruh Pemberian Suspensi Sari Akar Manis Terhadap Perkembangan Janin Pada Mencit Bunting. (Skripsi). FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta. p Subhuti, D Cyperus Primary Oil Regulating Herb of Chinese Medicine. Institute For Traditional Medicine. Oregon Portland. p 2. Sugati, S., Syamsuhidayat, dan Johnny Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. p 108. Sukandar, E.Y., Fidrianny, I., dan Garmana, A.N Pengaruh Kombinasi Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih Dan Ekstrak Rimpang Kunyit Tehadap Janin Mencit Swiss-Webster. JKM. 8(1). pp Suryawati, S Pemakaian Obat Pada Kehamilan. Laboratorium Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tetebano, R Rancangan Percobaan Racun Sianida Pada Mencit. Diakses pada 5 November 2015.

48 44 Widyastuti, N., Widiyani, T., dan Listyawati, S Efek Teratogenik Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Galur Winstar. Bioteknologi. 3 (2). pp Wilson, J.G Environment and Birth Defects. Academic Press. New York. pp.6-8. Wilson, J.G. and Warkany, J Teratology - Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago and London. p Winarno, W.M. dan Sundari, M Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi Tradisional. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Wirasuta, I.M.A.G. dan Suadarmana, K Analisis Toksikologi Klinik: Tantangan Baru Bagi Farmasi Indonesia. Acta Parmaceutica Indonesia. 32 (2). pp Yorijuly Perhitungan Dosis Untuk Hewan Percobaan. Wordpress.com/2012/06/02/perhitungan-dosis-untuk-hewan-percobaan. Diakses pada 11 November 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, dimana terdapat 40.000 jenis tumbuhan yang hidup dan 7.500 jenis diantaranya diketahui sebagai tumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah semakin meluas, tetapi pemakaian obat tersebut tanpa mempertimbangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah semakin meluas, tetapi pemakaian obat tersebut tanpa mempertimbangkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan tanaman obat dan herbal di kalangan masyarakat saat ini sudah semakin meluas, tetapi pemakaian obat tersebut tanpa mempertimbangkan dosis dan lama pemakaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Rumput Teki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Rumput Teki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Rumput Teki Menurut Sugati (1991) klasifikasi rumput teki adalah sebagai berikut : Regnum Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia setelah Brazilia dengan ribuan spesies tumbuhan yang tersebar di hutan tropika (Agoes, 2009). Berbagai jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan laut. Umumnya rumput teki tumbuh liar di Afrika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan laut. Umumnya rumput teki tumbuh liar di Afrika Selatan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki Rumput teki tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Umumnya rumput teki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia, menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah glukosa yang dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yaitu berupa protein, lemak dan terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Lebih terperinci

Y PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

Y PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang tinggi, baik di darat maupun di laut. Indonesia adalah negara yang diapit oleh dua benua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. B. Desain Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, masyarakat Indonesia mulai memanfaatkan berbagai tanaman sebagai ramuan obat seperti zaman dahulu yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Munculnya kembali

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

AFRILLIA NURYANTI GARMANA

AFRILLIA NURYANTI GARMANA AFRILLIA NURYANTI GARMANA 10703020 UJI EFEK TERATOGENIK KOMBINASI EKSTRAK UMBI LAPIS BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.) DAN EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL.) TERHADAP MENCIT SWISS-WEBSTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuhan. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan diperkirakan terdapat di dalam hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut, 9.600 jenis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT

PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri dan perdagangan produk herbal serta suplemen makanan di seluruh dunia yang berasal dari bahan alami cenderung mengalami peningkatan. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) MUDA DAN TUA TERHADAP JUMLAH JANIN MATI MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER BUNTING AWAL DAN AKHIR Naurah Alzena Hana Dhea, 1210005

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan 21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang telah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan menjadi obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan penelitian dengan menggunakan bahan alam yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menanggulangi berbagai macam penyakit semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PEMANFAATAN JENIS POHON MANGROVE API-API (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PANGAN DAN OBAT-OBATAN Ketua : Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MScF. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. 2. Dr. Ir. Ani Suryani,

Lebih terperinci

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat dan kegunaan tanaman obat hanya berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat di dalam ekstrak. Hasil pemeriksaan kandungan kimia ekstrak air bawang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat dari alam yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup suatu organisme. Setiap obat pada dasarnya merupakan racun, tergantung dosis dan cara pemberian, karena dosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam. Sumbangsih potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. elektromagnet. Berdasarkan energi yang dimiliki, gelombang elektromagnetik dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. elektromagnet. Berdasarkan energi yang dimiliki, gelombang elektromagnetik dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Medan Elektromagnetik dan pengaruhnya Medan elektromagnetik adalah medan yang terjadi akibat pergerakan arus listrik. Interaksi antara medan listrik dan medan magnet tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Kebuntingan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Kebuntingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA RIMPANG, BATANG, DAN DAUN BANGLE (Zingiber purpureum Roscoe)

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA RIMPANG, BATANG, DAN DAUN BANGLE (Zingiber purpureum Roscoe) ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA RIMPANG, BATANG, DAN DAUN BANGLE (Zingiber purpureum Roscoe) Irma Erika Herawati 1*, Nyi Mekar Saptarini 2, Nurussofiatur Rohmah Urip 1 1 Jurusan Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae, merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat batuk (Syamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Hal tersebut didukung dengan kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat meningkat di Indonesia, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi dalam skala besar. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah back to nature (Sari, 2006). Namun demikian,

I. PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah back to nature (Sari, 2006). Namun demikian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat telah lama memanfaatkan sumberdaya alam terutama tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitarnya untuk obat tradisional maupun tujuan lainnya (Sutarjadi, 1992;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sangat bergantung dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya dari dulu sampai sekarang ini. Kebutuhan paling utama yang berasal dari alam merupakan kebutuhan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization

Lebih terperinci

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai Negara dengan mega-diversity. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN WANI (Mangifera caesia) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN WANI (Mangifera caesia) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN SKRIPSI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAUN WANI (Mangifera caesia) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN Disusun oleh: Febryan Darma Putra NPM: 100801166 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamu merupakan salah satu warisan bangsa, bukan hanya dari konsep obat atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di Indonesia. Hal

Lebih terperinci

EMILDA No.BP :

EMILDA No.BP : UJI EFEK TERATOGEN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh EMILDA No.BP : 07131075 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini menandai kesadaran untuk

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan mutasi adalah perubahan susunan nukleotida

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan pada tubuh makhluk hidup. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manfaat berbagai macam tanaman sebagai obat sudah dikenal luas di negara berkembang maupun negara maju. 70-80% masyarakat Asia dan Afrika masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) ABSTRAK Syilfia Hasti, Elka Yuslinda, Nofri Hendri Sandi, Wan

Lebih terperinci