KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Abstrak Dengan kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah dapat memberikan layanan prima sehingga potensi peserta didik berkembang secara maksimal. Artikel ini membahas konsepkonsep untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah, yaitu: konsep pengembangan karakter, thinking skill, leader, true learning, konsep move on, move up. Pembahasan pengembangan karakter menggambarkan bahwa karakter harus dikembangkan dengan prinsip seperti burung rajawali. Pembahasan thinking skill menggambarkan bahwa possibility thinking dan positive thinking perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Pembahasan t konsep leader menggambarkan bahwa pemimpin harus memberikan pengaruh positif. Pembahasan konsep true learning menekankan adanya perubahan nyata dalam diri peserta didik. Sedangkan pembahasan konsep move on, move up menggambarkan bahwa peserta didik diarahkan untuk menunjukkan perbaikan kualitas hidup. Kesimpulannya, dengan mempelajari hal-hal yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu membelajarkan setiap warga sekolah. Kata Kunci: kepemimpinan pembelajaran, pengembangan karakter, thinking skill, leader, true learning, konsep move on, move up. A. PENDAHULUAN Disamping materi inti dari modul Kepemimpinan Pembelajaran yang diperuntukkan bagi diklat kepala sekolah, fasilitator juga mengembangkan materi dari sumber-sumber lain untuk memperkaya wawasan para kepala sekolah. Dengan penambahan materi yang diambilkan dari sumber-sumber lain, diharapkan sesi Kepemimpinan Pembelajaran semakin dapat membekali kepala sekolah dengan jiwa kepemimpinan yang menggelora, sehingga membuat suatu pembelajaran yang tidak mungkin menjadi mungkin untuk diwujudkan. Dengan senantiasa memiliki semangat untuk memikirkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, maka seorang kepala sekolah akan selalu memiliki motivasi tinggi untuk dapat membuktikannya. Kedatangan kepala sekolah setiap harinya tidak lagi hanya sekedar datang pagi dan pulang sore saat pekerjaan sudah selesai. Atau kedatangan kepala sekolah tidak sekedar merupakan sebuah 1

2 perjalanan rutin dari rumah ke kantor, tetapi menjadi lebih dari itu, yaitu sebuah perjalanan untuk mencoba membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, sekecil apa pun itu. Dengan demikian, perjalanan kepala sekolah menjadi perjalanan yang mengasyikkan karena dipenuhi dengan keingintahuan akan hal-hal yang dicobakan untuk mendapatkan berbagai kemungkinan dari sesuatu yang tadinya dianggap tidak mungkin. Pada tulisan berikut akan dijelaskan hal-hal terkait dengan beberapa point penting untuk meningkatkan kepemimpinan pembelajaran seorang kepala sekolah, yaitu: 1. Pengembangan Karakter 2. Pengembangan thinking skill 3. Konsep seorang leader. 4. Konsep true learning 5. Konsep move on, move up Diharapkan dengan mempelajari lebih dalam terkait dengan kelima hal di atas dan kemudian mencoba untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala sekolah akan lebih memiliki pengalaman untuk dibagikan. Dengan pengalaman yang diperoleh melalui serangkaian keberhasilan dan kegagalan akan membuat kepala sekolah menjadi lebih berwibawa karena ia bisa menceritakan sesuatu, tidak hanya dari teori yang ada di buku-buku tetapi juga dari praktek langsung. B. PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN Bagi seorang kepala sekolah, mempelajari teori kepemimpinan pembelajaran belum cukup untuk menjadikannya seorang pemimpin pembelajaran yang handal. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang dapat menunjang keberhasilan seorang kepala sekolah dalam memainkan perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. 1. Pengembangan Karakter Dalam modul kepemimpinan pembelajaran disebutkan bahwa tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah agar seorang pemimpin dapat memberikan layanan prima kepada semua peserta didik sehingga mereka mampu mengembangkan potensi kualitas untuk menghadapi tantangan yang turbulen. Tantangan turbulen di sini menggambarkan suatu tantangan yang naik dan turunnya serba tidak menentu. Ketidakpastian ini sering menimbulkan perasaan khawatir yang berlebihan. Sebuah ketidakpastian harus dihadapi dengan suatu kepastian, yang ditunjukkan dengan karakter kuat, tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi, permasalahan, atau orang yang kurang bertanggungjawab. Seorang yang tidak mudah 2

3 diombang-ambingkan akan menemukan ketenangan dan ketenangan ini yang akan menimbulkan stabilitas dalam dirinya (Maxwell, 2010). Oleh karena itu, adalah kewajiban seorang kepala sekolah untuk mendukung kegiatan yang mengarah pada pengembangan karakter. Peserta didik perlu dilatih secara terus menerus dengan berbagai cara agar mereka memiliki karakter yang kuat, tidak mudah menyerah. Karakter yang dimaksud tidak hanya perlu diajarkan secara teori dalam suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan setiap guru memiliki kewajiban untuk menanamkan karakter ini. Akan tetapi, sebelum seorang guru berpartisipasi dalam kegiatan penanaman karakter pada peserta didik, akan lebih berwibawa jika guru yang bersangkutan mempraktekkan terlebih dahulu. Dengan demikian, ada pengalaman pribadi yang dapat dibagikan, misalnya: bagaimana kesulitannya dan bagaimana bahagianya ketika berhasil mengatasi suatu permasalahan dengan mencoba mempraktekkan prinsip pantang menyerah. Untuk mengembangkan karakter, seorang kepala sekolah yang adalah leader, dapat menggunakan prinsip rajawali. Seperti diketahui, burung rajawali merupakan burung yang kuat dan mampu terbang tinggi dengan kemampuannya menembus badai. Kehebatan burung rajawali inilah yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan turbulen yang dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja, serta kapan saja. Adapun prinsip rajawali tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Prinsip 1 Rajawali menggambarkan orang yang tidak suka hidup sekedar bergerombol tanpa ada tujuan yang jelas. Hal ini disebabkan orang tersebut memiliki visi jelas yang harus dicapai dan visi ini tidak mungkin dicapai kalau cara hidup yang ditempuh adalah sekedar ikut arus, bergerombol ke sana kemari mengerjakan tugas ini dan itu, tanpa tahu secara pasti tujuan dari mengerjakan tugas-tugas tersebut. Bagi orang seperti rajawali, dia akan memilih mengambil keputusan untuk mengerjakan tugas-tugas yang dapat menunjang tercapainya visi yang sudah ditetapkan. Dia juga berani mengambil resiko untuk tidak bergaul dekat dengan orang-orang yang memang tidak memiliki visi yang tidak jelas atau visi yang jelas berbeda sama sekali dengan visinya. Dia akan memilih untuk berteman dekat dengan orang-orang yang memiliki visi sama. Hal ini ditempuh dengan suatu kesadaran bahwa dengan siapa seseorang bergaul itulah yang akan menentukan apakah visi tercapai atau tidak. Prinsip 2 Seekor rajawali memiliki pandangan yang tajam. Hal ini menggambarkan seseorang dengan visi yang jelas. Visi jelas inilah yang membuatnya tetap teguh melangkah di jalur yang mengarah ke tercapainya visi, sekali pun banyak halangan. Dengan kata lain, halangan tidak 3

4 membuatnya berpaling dari visi tersebut. Karena fokus pada visi itulah yang akan menentukan keberhasilan. Prinsip 3 Rajawali adalah burung yang tidak memakan bangkai. Hal ini menggambarkan output yang diharapkan harus sesuai dengan input yang diusahakan. Input yang tidak baik digambarkan sebagai bangkai. Jika seseorang selalu memasukkan input yang tidak baik, maka output yang dihasilkan juga tidak akan baik. Input ini dapat masuk melalui penglihatan dan telinga. Hal-hal apakah yang sering ditangkap oleh indera penglihatan: hal positif atau hal negatif. Demikian pula dengan pendengaran, hal-hal apakah yang sering didengarkan: hal yang membangun atau hal yang menghancurkan. Prinsip 4 Rajawali senang dengan badai. Bagi rajawali, badai adalah hal yang dapat membawanya terbang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan seseorang yang tidak mengeluh ketika tertimpa masalah, karena melalui masalah seseorang dapat mengalami hal-hal yang luar biasa jika yang bersangkutan tidak putus asa. Dengan kata lain, masalah tidak untuk dihindari tetapi untuk dihadapi. Kemampuan untuk mengatasi sebuah masalah itulah yang akan membawa seseorang naik ke level yang lebih tinggi. Prinsip 5 Prinsip kelima menggambarkan seekor rajawali betina yang menguji rajawali jantan dengan menyuruh menangkap ranting-ranting yang dijatuhkan rajawali betina untuk melihat kesungguhan rajawali jantan. Gambaran ini memberikan pelajaran bahwa untuk menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain, seseorang perlu menguji terlebih dahulu komitmen dari orang yang mau diajak kerjasama. Dengan kata lain, kerjasama tidak bisa dibangun hanya dengan mempercayai kata-kata manis yang diberikan. Prinsip 6 Ketika tiba saatnya untuk bertelor, rajawali jantan dan betina akan bersama-sama mencari tempat yang cocok untuk bertelor. Setelah itu, rajawali jantan akan terbang mencari ranting, rumput dan duri untuk membuat sarang. Persiapan membuat sarang menggambarkan persiapan dan kesiapan seseorang dalam menghadapi perubahan agar jika perubahan benar-benar datang tidak menimbulkan kebingungan. Prinsip 7 Ketika rajawali menjadi tua, dia akan mengasingkan diri sambil mencabuti bulu-bulunya yang sudah lapuk. Dia akan terus berada di tempat pengasingan sampai bulu-bulu barunya tumbuh kembali dan memperoleh kekuatan baru untuk terbang. Hal ini menggambarkan bahwa dalam 4

5 kehidupan ada saatnya orang harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal yang tidak baik, atau bahkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak tepat, karena hal tersebut tidak menunjang visi yang sudah ditetapkan. Misalnya ada jenis pekerjaan yang terlalu banyak menyita waktu, dimana waktu tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih tepat karena lebih bisa untuk mencapai visi. 2. Mengembangkan thinking skill Disamping pengembangan karakter, hal lain yang perlu dilatihkan adalah thinking skill. Thinking skill di sini lebih difokuskan pada pengembangan possibility thinking, positive thinking, dan menghindari popular thinking. Thinking skill menjadi bagian dari materi ini karena kemampuan berpikir seseorang akan mempengaruhi keberhasilan seseorang, dalam hal ini peserta diklat. Serajin apapun seorang peserta diklat belajar kalau tidak disertai dengan cara berpikir yang benar, maka yang bersangkutan belum tentu akan berhasil. Sedangkan possibility thinking merupakan salah satu cara berpikir yang mengembangkan konsep bahwa segala sesuatu adalah mungkin. Dengan kata lain, jangan pernah mengatakan bahwa sesuatu tidak mungkin. Dengan mengatakan bahwa sesuatu tidak mungkin maka seseorang sebenarnya sedang menghalangi dirinya sendiri untuk tidak mengusahakan sesuatu yang memungkinkan sesuatu dapat terjadi. Sebaliknya, seorang peserta diklat dengan possibility thinking akan cenderung tidak gampang menyerah. Baginya, jika satu jalan tidak berhasil, pasti masih ada jalan lain. Dengan demikian, motivasi untuk mencari dan terus mencari selalu ada. Sesuatu yang kelihatannya mustahil bisa menjadi suatu kenyataan, sekalipun dalam tahap awal banyak orang yang menertawakan dan mungkin juga idenya dianggap tidak masuk akal. Maxwell (2009) dalam bukunya How Successful People Think mengatakan bahwa orang dengan possibility thinking cenderung menjadi orang yang bahagia, karena baginya selalu ada jalan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Untuk dapat mengembangkan possibility thinking, seseorang dituntut untuk memiliki positive thinking terlebih dahulu. Sangat sulit bagi seorang negative thinker untuk dapat mengembangkan possibility thinking. Oleh karena itu, memiliki positive thinking sebagai lifestyle adalah dasar untuk dapat berhasil mengembangkan possibility thinking. Cara berpikir ketiga yang dibahas dalam artikel ini adalah popular thinking. Popular thinking merupakan salah satu jenis cara berpikir yang popular di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi karena orang cenderung ingin menjadi popular. Oleh karena itu, apa yang sedang populer di masyarakat diikutinya, tanpa melihat terlebih dahulu apakah yang diikuti baik atau tidak baik. Maxwell (2009) mengindikasikan popular thinking sebagai cara berpikir yang tidak baik. Ada beberapa alasan mengapa orang memilih popular thinking, yaitu: 5

6 a. Ada rasa aman. Tidak semua orang mau mengambil resiko untuk berbeda karena berbeda berarti tidak memiliki banyak teman. Dari segi keamanan, orang yang tidak mengikuti popular thinking cenderung kurang aman. b. Ringan, orang tidak perlu berpikir keras karena tinggal mengikuti pikiran orang yang sudah ada c. Memiliki kekuatan. Orang yang mengikuti popular thinking cenderung hanya mengikuti arus yang banyak, karena menurutnya arus yang banyak memiliki kekuatan. Dengan mengetahui konsep thinking skill, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di bidang pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan pendidik dan juga peserta didik untuk bisa memiliki kualitas berpikir seperti yang dimiliki oleh orang-orang sukses. 3. Konsep seorang leader Sebagai seorang kepala sekolah, salah satu peran yang harus dilakukan adalah peran sebagai leader. Maxwell (2009) mendefinisikan leader sebagai pengaruh atau mempengaruhi, tidak kurang tidak lebih. Dalam hal ini, Maxwell berusaha untuk menekankan bahwa seorang leader, karena posisinya, dapat memberikan atau menimbulkan pengaruh kepada bawahannya atau orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi dalam hal ini Maxwell ingin menegaskan bahwa karena begitu strategisnya posisi seorang leader, maka apa pun yang dikatakan dan diperbuat akan dengan cepat mempengaruhi orang lain. Jangan sampai yang terjadi adalah sebaliknya, seorang leader dipengaruhi oleh bawahan atau pun orang-orang di sekitarnya. Jika hal ini terjadi, maka pemimpin yang sedang menjalankan perannya sebagai seorang leader tidak akan mempunyai wibawa sama sekali, bahkan cenderung dipermainkan karena tidak memiliki integritas. Pemimpin yang baik diharapkan dapat menimbulkan pengaruh positif. Tapi pengaruh positif tidak akan terjadi apabila pemimpin hanya sekedar memperkatakan hal-hal positif tetapi tidak memiliki pengalaman nyata tentang hal tersebut karena tidak pernah melakukannya. Kepala sekolah sebagai seorang leader akan sangat memiliki pengaruh dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran. Paling tidak apakah dia juga bisa dilihat sebagai sosok yang senantiasa belajar? Belajar tidak selalu diartikan sebagai belajar formal di suatu sekolah. Belajar di sini lebih cenderung pada kemauan seseorang untuk senantiasa berubah dan memperbaiki diri. Jika ia dilihat sebagai sosok yang senantiasa belajar dan mau memperbaiki diri, maka secara tidak langsung ia sudah memimpin dalam arti menggiring orang lain untuk melakukan hal yang sama, yaitu senantiasa belajar. 4. Konsep true learning 6

7 Dalam sekolah pembelajar, etos belajar sangat dapat dirasakan sekali. Dalam hal ini, Tee (2005) mengatakan bahwa sekolah dengan konsep organisasi belajar mendorong setiap orang yang ada di sekolah untuk belajar. Jadi, yang belajar tidak hanya peserta didik saja, melainkan kepala sekolah, guru-guru dan segenap tenaga kependididkan juga ikut belajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. Belajar di sini tidak selalu diartikan membaca buku, walaupun membaca buku menjadi salah satunya. Banyak orang yang menyatakan dirinya belajar tetapi sebenarnya mereka tidak mendasarkan pada konsep true learning, sehingga apa yang dipelajari tidak membawa pada suatu perbaikan. Belajar yang sesungguhnya adalah belajar yang membawa perubahan, dan perubahan yang ditimbulkan akan membuat seseorang ingin belajar lagi (Tee, 2005). Disamping kegiatan belajar harus diusahakan terus menerus, apa yang dipelajari haruslah yang mengandung good value (Tee, 2005). Jika sebagai pendidik, atau dalam hal ini kepala sekolah, tidak mengimpartasikan nilai-nilai yang baik, maka pembelajaran yang dilaksanakan hanya menghasilkan sekumpulan orang-orang pintar tetapi bermasalah dan tidak memiliki integritas. Jadi, tidak semestinya sekolah hanya menginginkan supaya peserta didiknya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang bagus, tetapi perlu juga untuk mendapatkan nilai-nilai hidup yang bagus. Tee sangat menekankan pada hal ini, terlebih di era sekarang ini, sebagai seorang pemimpin pembelajaran kepala sekolah harus benar-benar tahu nilai-nilai yang akan diperoleh peserta didik selama mereka belajar di sekolah. Untuk memperjelas konsep good value, Tee memberikan contoh berikut. a. Organisasi teroris bisa jadi juga merupakan sebuah organisasi pembelajar karena orangorangnya juga dapat belajar dengan baik dan cepat b. Pengusaha yang suka menipu orang, bisa jadi mereka adalah orang yang cerdas dan memiliki banyak ilmu. Dari kedua contoh, jelas bahwa sebagus apapun ilmu yang diperoleh seseorang kalau tidak didasari dengan good values tidak akan memberikan dampak positif bagi orang lain. 5. Konsep move on, move up. Gambaran yang sering dilihat ketika kenaikan kelas adalah adanya perasaan senang, misalnya: peserta didik kelas satu yang naik ke kelas dua merasa senang, orang tua senang, guru pun juga senang. Tetapi pernahkah seorang kepala sekolah bertanya dalam hati tentang ada tidaknya suatu nilai yang telah tertanam dalam diri peserta didik yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya di masa datang? Ataukah peserta didik tersebut sekedar naik kelas karena secara nilai dia menunjukkan nilai tertentu yang memungkinkannya untuk naik kelas? Apakah peserta didik hanya menerima suatu input yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan kemudian 7

8 pada periode tertentu dilakukan penilaian? Gambaran ini menggambarkan kejadian yang hanya sekedar move on, berpindah dari kelas satu ke kelas dua. Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran perlu menekankan pada penanaman nilai-nilai tertentu pada peserta didik untuk tidak bangga hanya dengan prestasi naik kelas, kalau tidak ada nilai tambah lain dalam diri setiap peserta didik yang diperoleh ketika mereka menduduki kelas tertentu. Nilai tambah di sini maksudnya adalah nilai-nilai yang membawa peserta didik pada perbaikan kualitas hidup sebagai seorang peserta didik, dalam hal ini adalah konsep move up. Banyak peserta didik yang mampu naik kelas dengan nilai yang tidak jelek tetapi tidak menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Kalau dikembalikan kepada konsep belajar menurut Tee (2005), naik ke jejang pendidikan yang lebih tinggi tanpa disertai dengan peningkatan kualitas hidup berarti sebenarnya peserta didik tersebut tidak belajar. Karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa belajar menurut Tee (2005) akan mengakibatkan adanya perubahan dalam diri si pembelajar. Dan kemudian perubahan yang terjadi akibat belajar akan memotivasi si pembelajar untuk dapat belajar lebih lagi. Jadi, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang kepala sekolah tidak boleh sekedar mengupayakan supaya kelulusan maksimal atau supaya tidak banyak peserta didik yang tidak naik kelas. Lebih dari itu, kepala sekolah harus memastikan bahwa kenaikan kelas/kelulusan diiringi dengan bertambahnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-nilai seperti yang dimaksud dalam point sebelumnya. C. PENUTUP Begitu pentingnya peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka pada diklat kepala sekolah materi kepemimpinan pembelajaran perlu dikembangkan lebih jauh agar kepala sekolah memiliki bekal yang cukup terkait dengan pengembangan karakter, pengembangan thinking skill, pemahaman tentang konsep kepemimpinan, konsep belajar yang sesungguhnya, dan konsep move on, move up. Dengan memahami hal-hal tersebut, seorang kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran tidak akan membatasi dirinya pada masalah rutinitas belajar di sekolah atau ritual ujian yang begitu menyita banyak waktu dan pikiran. Sebagai tambahannya, kepala sekolah akan memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan tidak hanya tentang pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga nilai-nilai hidup apakah yang akan diperoleh peserta didik yang dapat dipakai sebagai bekal di kemudian hari? REFERENSI Lain, Kwee. Seven Principle of an Eagle of Dr. Myles Monroe. Diakses dari: 8

9 March 2, 2011). Maxwell, C. John. How Successful People Think. New York: Hatchet Book Group. Maxwell, C. John. Podcast: Success. Diakses dari pada 15 Juli 2010 Meyer, Joyce Never Give Up. New York: Faith Words Meyer, Joyce Power Thought. New York: Faith Words Osteen, Joel My Best Life Now: Steps to Live at Your Full Potential. USA Tee, Pak Ng The Learning Organization. Singapore: Pearson Prentice Hall Tee, Pak Ng Grow Me. Singapore: Pearson Prentice Hall. BIODATA Nama :IRENE NUSANTI NIP : Pangkat/ Gol :Pembina Tk I/ IVb Jabatan :Widyaiswara Madya Unit Kerja : PPPPTK Seni Budaya 9

MENGEMBANGKAN TEAM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

MENGEMBANGKAN TEAM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan MENGEMBANGKAN TEAM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN Dalam sebuah organisasi modern, team learning merupakan unit yang paling mendasar dan memiliki peran yang sangat penting (Tee, 2005). Karena

Lebih terperinci

Belajar Setiap Hari, Berubah Setiap Hari. IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

Belajar Setiap Hari, Berubah Setiap Hari. IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Belajar Setiap Hari, Berubah Setiap Hari IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta nuss.peace@yahoo.com Abstrak Belajar tanpa perubahan berarti tidak sepenuhnya belajar. Belajar harus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MUTU PEMBELAJARAN MELALUI PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KUALITAS MUTU PEMBELAJARAN MELALUI PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN PENINGKATAN KUALITAS MUTU PEMBELAJARAN MELALUI PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta nuss.peace@yahoo.com Abstrak Rencana pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIRI A. PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN DIRI A. PENDAHULUAN PENGEMBANGAN DIRI A. PENDAHULUAN Dalam rangka melaksanakan program kurikulum 2013, PPPPTK-SB telah dan masih akan melaksanakan berbagai kegiatan terkait dengan kurikulum 2013 tersebut. Bagi para widyaiswara

Lebih terperinci

Learning Portfolio dalam Pembelajaran Diklat

Learning Portfolio dalam Pembelajaran Diklat Learning Portfolio dalam Pembelajaran Diklat Irene Nusanti PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Jl. Kaliurang Km 12.5, Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Email: nuss.peace@yahoo.com Abstrak: Learning

Lebih terperinci

Pengembangan Strategi Service Learning dalam Sebuah Diklat Sebuah Kajian untuk Mengembangkan Pembelajaran dalam Diklat

Pengembangan Strategi Service Learning dalam Sebuah Diklat Sebuah Kajian untuk Mengembangkan Pembelajaran dalam Diklat Pengembangan Strategi Service Learning dalam Sebuah Diklat Sebuah Kajian untuk Mengembangkan Pembelajaran dalam Diklat Irene Nusanti Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Jl. Kaliurang Km 12.5,

Lebih terperinci

Teaching Portfolio sebagai Sarana untuk Meningkatkan Keterampilan Mengajar

Teaching Portfolio sebagai Sarana untuk Meningkatkan Keterampilan Mengajar Teaching Portfolio sebagai Sarana untuk Meningkatkan Keterampilan Mengajar Irene Nusanti PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Jl. Kaliurang Km 12.5, Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Email: nuss.peace@yahoo.com

Lebih terperinci

Seri Mental model (2) MENTAL MODEL UNTUK PEMIMPIN

Seri Mental model (2) MENTAL MODEL UNTUK PEMIMPIN Seri Mental model (2) MENTAL MODEL UNTUK PEMIMPIN IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta nuss.peace@yahoo.com Abstrak Mental model seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi institusi

Lebih terperinci

KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU

KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU Yandris Mena 1, Ibrahim Bafadal 2, Mustiningsih 3 (Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang) Email

Lebih terperinci

Strategi Self-Talk Sebuah Kajian Singkat untuk Mengembangkan Komunikasi Pembelajaran dalam Sebuah Pelatihan

Strategi Self-Talk Sebuah Kajian Singkat untuk Mengembangkan Komunikasi Pembelajaran dalam Sebuah Pelatihan Strategi Self-Talk Sebuah Kajian Singkat untuk Mengembangkan Komunikasi Pembelajaran dalam Sebuah Pelatihan Irene Nusanti PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Jl. Kaliurang Km 12.5, Klidon, Sukoharjo, Ngaglik,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN PRESENTASI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KOMUNIKASI DAN PRESENTASI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMUNIKASI DAN PRESENTASI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta nuss.peace@yahoo.com Abstrak Komunikasi dan presentasi merupakan dua hal penting bagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik 45 LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING Pemilik Bagian admin Bagian desain Bagian produksi Keterangan: Pemilik membawahi karyawan bagian administrasi, desain dan bagian produksi. Dan pemilik

Lebih terperinci

MENJADI GURU EFEKTIF Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

MENJADI GURU EFEKTIF Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan MENJADI GURU EFEKTIF Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF Suparni Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Sekolah sebagai suatu organisasi sosial harus mampu menyesuaikan diri dan mengantisipasi setiap perkembangan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN INOVASI PEMIMPIN DALAM ORGANISASI

MENGEMBANGKAN INOVASI PEMIMPIN DALAM ORGANISASI MENGEMBANGKAN INOVASI PEMIMPIN DALAM ORGANISASI Oleh Samsul Hidayat, M.Ed (Widyaiswara Madya BKD & DIKLAT Provinsi NTB) ABSTRAKSI Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang penerapan sikap dan kepribadian wirausaha dilakukan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) Oleh: Drs. Muniri, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Tulungagung Kaderisasi merupakan

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

Profesionalisme di Tempat Kerja

Profesionalisme di Tempat Kerja Profesionalisme di Tempat Kerja Oleh: Iqbal Islami *) Pendahuluan Nilai yang kedua dari lima nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah profesionalisme. Tidak salah bagi Kemenkeu menempatkan profesionalisme

Lebih terperinci

3 Kunci berani sukses: Berani menentukan target. Berani mulai melangkah. Berani mewujudkannya sampai sukses. Sukses luar biasa!

3 Kunci berani sukses: Berani menentukan target. Berani mulai melangkah. Berani mewujudkannya sampai sukses. Sukses luar biasa! 3 Kunci berani sukses: Berani menentukan target. Berani mulai melangkah. Berani mewujudkannya sampai sukses. Sukses luar biasa! Sadari potensi diri. Jangan tergoda pada keuntungan instan. Maksimalkan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu PENDAHULUAN Latar Belakang Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu mengembangkan kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik mendalam dan terukur pada diri seseorang, dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Hurlock (1968), dewasa ditujukan pada usia 21 tahun untuk awal masa dewasa dan sering dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual,

Lebih terperinci

TERIMAKASIH BUAT : Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam wujud yang sempurna, tetapi tetap saja jauh dari kesempurnaan.

TERIMAKASIH BUAT : Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam wujud yang sempurna, tetapi tetap saja jauh dari kesempurnaan. TERIMAKASIH BUAT : Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam wujud yang sempurna, tetapi tetap saja jauh dari kesempurnaan. Para sahabat yang selalu mengisi hari-hari kita, bercanda bersama, dan saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga Negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang menuntut perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap ikut menjadi anggota organisasi. Komitmen seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap ikut menjadi anggota organisasi. Komitmen seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen adalah upaya untuk mencapai tujuan dalam organisasi dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi dan keterikatan untuk tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan manusia tidaklah hanya membutuhkan akan materi belaka. Banyak hal yang harus di penuhi dalam rangka menjadikan manusia yang mempunyai kesantunan terhadap Tuhan

Lebih terperinci

LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP

LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP. 19630404 198303 2 008 LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai

Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai Review / Ulasan Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.62-66 Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai Tata Zakaria Widyaiswara of Education and Training Institutes of Banten Province, Jl.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kalau hidup sekedar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja.

PENDAHULUAN. Kalau hidup sekedar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja. PENDAHULUAN Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Sang pencipta Allah SWT, dimana berkat karunia dan hidayah-nya serta semangat yang tiada henti sehingga saya berhasil menyelesaikan buku perdana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Bekalang Masalah. Peristiwa pendidikan formal ditandai adanya kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Bekalang Masalah. Peristiwa pendidikan formal ditandai adanya kegiatan belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bekalang Masalah Peristiwa pendidikan formal ditandai adanya kegiatan belajar mengajar atau KBM. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan hal yang

Lebih terperinci

Kelompok Ustad Zaky 2. Ustdzh. Hj. Dewi 3. Ustdh. Yaya 4. Ustdh. Yuyun

Kelompok Ustad Zaky 2. Ustdzh. Hj. Dewi 3. Ustdh. Yaya 4. Ustdh. Yuyun Kelompok 4 1. Ustad Zaky 2. Ustdzh. Hj. Dewi 3. Ustdh. Yaya 4. Ustdh. Yuyun Siapakah yang Patut di sebut Sebagai Guru Hebat? Beberapa Rumusan Guru Hebat menurut anak didik adalah : 1. Guru hebat itu ramah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pendidikan Life Skill di Sekolah Dasar Lebah Putih

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

Devi Tirttawirya FIK UNY 1 Devi Tirttawirya FIK UNY 1 BUILDING A WINNING TEAM Devi Tirtawirya Pendahuluan Tim adalah sebuah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan suatu gagasan atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE

KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE Salam Membaca Cepat, Saya mengucapkan terima kasih atas ketertarikan Anda pada kursus membaca cepat online. Dokumen ini akan menjelaskan materi apa saja yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Kinerja organisasi sebagian besar dipengaruhi kinerja para pegawai,

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Kinerja organisasi sebagian besar dipengaruhi kinerja para pegawai, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan persaingan yang semakin tajam dan bersifat global menuntut organisasi meningkatkan mutu dan keunggulan daya saing yang dipengaruhi oleh dua faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. Sumber daya manusia adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi sehingga

Lebih terperinci

MOTIVASI DARI SEORANG KARYAWAN PT. LPPPI

MOTIVASI DARI SEORANG KARYAWAN PT. LPPPI MOTIVASI DARI SEORANG KARYAWAN PT. LPPPI Seperti halnya mentari yang selalu memberikan harapan ketika pagi tiba dengan menghapuskan kegelapan yang menguasai malam hari, seperti itulah ketika beliau menginjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan demikian cepatnya, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, khususnya di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasanpembahasan secara teoritis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MEMBERI PADA PESERTA DIDIK: SEBUAH KAJIAN UNTUK MEMPERLUAS KAPASITAS KEGIATAN PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MEMBERI PADA PESERTA DIDIK: SEBUAH KAJIAN UNTUK MEMPERLUAS KAPASITAS KEGIATAN PEMBELAJARAN Irene Nusanti, Pengembangan Keterampilan Memberi Pada Peserta Didik: Sebuah Kajian Jurnal untuk Pendidikan Memperluas dan Kapasitas Kebudayaan, Kegiatan Vol. 21, Pembelajaran Nomor 2, Agustus 2015 PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

Para wirausahwan berada di dunia yang terakhir menjadi yang pertama, tempat penawaran menciptakan permintaan, tempat keyakinan mendahului

Para wirausahwan berada di dunia yang terakhir menjadi yang pertama, tempat penawaran menciptakan permintaan, tempat keyakinan mendahului 2.1 Pengertian Pengusaha Secara umum : Wirausahawan adalah seorang katalisator. Mereka adalah orang-orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi suatu kenyataan. Mereka menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian

Lebih terperinci

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA Enceng Yana Abstrak Masih banyaknya lulusan pendidikan tinggi/sarjana yang belum memiliki pekerjaan merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP SAP 10.05.03 04 Revisi ke : Tanggal : 014 Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dikendalikan Oleh : GPM Ilmu Gizi Disetujui Oleh : Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGEMBANGAN KARAKTER

PELATIHAN PENGEMBANGAN KARAKTER PELATIHAN PENGEMBANGAN KARAKTER Untuk Anak dan Remaja Membantu Anak dan Remaja untuk Memahami, Menyadari, dan Mengambil Tanggung Jawab dalam Membangun dan Mengembangkan Karakter. PELATIHAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP Oleh : Ma rifani Fitri Arisa Pengantar Undang-undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

Apa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill?

Apa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill? INTERPERSONAL SKILL Interpersonal Skill adalah kecakapan dalam berinteraksi dengan orang dan atau pihak lain. Oleh karena itu dalam keterampilan interpersonal ini dibutuhkan kemampuan berkomunikasi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita dengar. Padahal kita tahu bahwa sekolah itu merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal tersebut seharusnya

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS Surabaya SMA IPIEMS Surabaya telah mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) 4 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Perilaku Tanggung Jawab Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) Dalam bukunya melatih anak bertanggung jawab, arti tanggung jawab adalah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan indikator untuk dapat bersaing dengan negaranegara lain di dunia pada era globalisasi. Daya saing akan lahir dari sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

MENGENALI POTENSI DIRI

MENGENALI POTENSI DIRI ETIK UMB Modul ke: 02 MENGENALI POTENSI DIRI Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Siapakah saya QUESTIONS OF LIFE Apa passion/hasrat saya Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT ORGANISASI BERKINERJA TINGGI TRANSFORMASI BUDAYA KERJA APARATUR DALAM MEMBANGUN ORGANISASI PUBLIK BERKINERJA TINGGI Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

Keberanian Menjalankan Langkah-Langkah Sukses

Keberanian Menjalankan Langkah-Langkah Sukses Mencapai kesuksesan diperlukan tahapan- tahapan? Bagaimana mencapai dan melaksanakan tahapan tahapan sukses tersebut? SWASTIKA PRIMA Entrepreneur Campus mengupas tuntas tahapan tahapan sukses yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEMBANGUN GENERASI PEMBELAJAR UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) NURUL CHALIM STKIP PGRI Jombang nurulchalim.ppkn2013@gmail.com ABSTRAK Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Perkembangan teknologinya selalu up to date dan mengikuti perkembangan teknologi global khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja.

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja. Analisis Keterampilan Kepemimpinan dasar dengan Metode Outbond sebagai faktor pendukung peningkatan kualitas hidup remaja MA. Primaningrum Dian Marthaningtyas Universitas PGRI Semarang primaningrum.dian@gmail.com

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

Berpikir Benar, Berpikir Positif Oleh Elsa Sakina http://inspirasi-motivasi.blogspot.com

Berpikir Benar, Berpikir Positif Oleh Elsa Sakina http://inspirasi-motivasi.blogspot.com Berpikir Benar, Berpikir Positif Oleh Elsa Sakina http://inspirasi-motivasi.blogspot.com Hak Cipta 2008 oleh Elsa Sakina Produk ini boleh Anda sebar-luaskan secara cuma-cuma alias gratis. Dilarang keras

Lebih terperinci

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat Oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Dalam proses belajar mengajar, terdapat berbagai dinamika yang dialami, baik oleh widyaiswara maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

Buku ini untuk Salam Custanding! ... Michael Ya

Buku ini untuk Salam Custanding! ... Michael Ya Buku ini untuk Given to:... Date:......... Salam Custanding!... Michael Ya i TO BE SUCCESS 14 Hari Menuju Kesuksesan Michael Yo Penerbit PT Elex Media Komputindo BREAK YOUR JAIL TO BE SUCCESS BREAK YOUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

Cara Mendapatkan Investor untuk Berinvestasi

Cara Mendapatkan Investor untuk Berinvestasi Cara Mendapatkan Investor untuk Berinvestasi Modul ke: 07 Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Pengertian Investor Setiap usaha kecil

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #1 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #1 WORLD PERSPECTIVE VS GOD S PERSPECTIVE CARA PANDANG DUNIA VS CARA PANDANG TUHAN

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #1 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #1 WORLD PERSPECTIVE VS GOD S PERSPECTIVE CARA PANDANG DUNIA VS CARA PANDANG TUHAN FINDING YOUR LIFE PURPOSE #1 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #1 WORLD PERSPECTIVE VS GOD S PERSPECTIVE CARA PANDANG DUNIA VS CARA PANDANG TUHAN PEMBUKAAN: Kita akan masuk dalam sebuah seri khotbah baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, perlu mempersiapkan sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang unggul diperlukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (UU No. 20 tahun 2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik organisasi nirlaba atau yang berorientasi laba, berkepentingan untuk memajukan organisasi terutama dalam era globalisasi saat ini dimana persaingan

Lebih terperinci

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com SHAINA BARENO 9 Butterflies (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com 1 INSPIRASI DARI KEPOMPONG Senja itu, saya duduk di bawah pohon mangga berbuah lebat di taman samping rumah, sambil

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) Budi Sulistyo

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) Budi Sulistyo KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) Budi Sulistyo KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN Leader: Seorang yang memimpin, mengarahkan, mempunyai kekuasaan dan pengaruh. Seorang yang tahu jalan, menunjukkan jalan dan berjalan melalui

Lebih terperinci

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masakah Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengatasi persaingan yang semakin

Lebih terperinci