PERBANDINGAN DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA TES KONVERGENSI PADA DERET TAK HINGGA
|
|
- Sucianty Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : PERBANDINGAN DAN KARAKTERISTIK BEBERAPA TES KONVERGENSI PADA DERET TAK HINGGA Prodi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Pag dewimunp@gmailcom ABSTRACT The infinite series is an infinite sum of elements of a sequence of real numbers A main thing related to the infinite series is to determine its convergence convergent or t Purpose this research were to analyze and determine a comparison and characteristics of each convergence test such as: D'Alembert test Raabe test Gauss's test Cauchy's Root Test and Logarithm Test A method used descriptive method by analyzing theories relevant to the problems discussed and based on literature studythe results showed that each convergence test had characteristics for its convergence test The D'Alembert Ratio test is easier to use in a series that contains the formn! rn and nn Raabe test used if the ratio test obtained value it comparison is so the test does not give conclusion Whereas logarithmic test is used in the infinite series that contains the logarithmic form The Cauchy n-th root test can be used to determine the absolute series convergence of the nth power Keyword: Convergence test convergence PENDAHULUAN Deret tak hingga merupakan penjumlahan tak berhingga dari elemenelemen suatu barisan bilangan riil an barisan bilangan riil : disebut deret tak tak hingga dari barisan an Selanjutnya jika Sn disebut jumlah parsial ke n dari deret tak hingga Hal utama yang berkaitan deret tak hingga adalah menentukan apakah suatu deret atau Jika deret tersebut ada artinya jumlah tak berhingga dari dari suku-suku barisan an menuju nilai tertentu tetapi jika tidak ada atau menuju nilai tak hingga maupun negatif tak hingga deret tersebut disebut Deret tak hingga mempunyai bermacam bentuk mulai dari yang sederhana seperti: deret aritmatika deret geometri deret-p sampai pada deret yang tidak sederhana seperti : atau atau deret berbentuk : Untuk deret deret sederhana seperti deret aritmatika deret geometri
2 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : deret-p biasanya dengan mudah dapat ditentukan karena sudah ada formulanya yang baku yang langsung dapat diterapkan sehingga hasilnya sekaligus dapat ditentukan apakah atau tidak Tetapi jika deret tersebut tidak dalam bentuk sederhana untuk menentukan keannya perlu suatu analisis dahulu terhadap bentuk polanya kemudian baru memilih formula tes si yang cocok yang sesuai dengan karakteristik masing- masing tes si Beberapa tes si yang dapat digunakan berkaitan dengan menentukan kean deret tak hingga antara lain : Uji banding Uji rasio atau uji rasio mutlakuji integral uji Kummers uji Bertrand-DeMorgan s uji Gauss s uji akar Cauchy s uji Dirichlet Pada masing- masing uji si mempunyai karakteristik tertentu mempunyai penurunan rumus yang berbeda- beda Beberapa uji si diatas sudah sangat sering digunakan pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada uji si : Tes D AlembertTes Raabe uji uji Gauss s Tes akar Cauchy s Tes Logaritma Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah perbandingan karakteristik Tes si: Tes D AlembertTes Raabe uji uji Gauss s Tes akar Cauchy s Tes Logaritma? Beberapa deret tak hingga yang sering dipakai adalah : Deret geometri berbentuk : Jumlah n suku dari deret geometri adalah jika untuk akibatnya 0 Jadi di mana a 0 disebut deret geometrik StroudKA ; hal46 Dapat ditunjukkan bahwa sebuah deret geometrik dengan jumlah S jika r tetapi jika r Deret tak hingga deret-p berbentuk : : i deret akan jika ii deret jika EPurcell;hal46 Selanjutnya akan diuraikan sifat-sifat deret tak hingga : Definisi Deret takterhingga mempunyai jumlah S jika barisan jumlah-jumlah parsial { Sn } menuju S Jika { Sn } deret tersebut Deret tidak mempunyai jumlah EPurcell;hal74 Perhatikan deret geometrik sekali lagi Suku ke-n dari andinyatakan dengan Contoh menunjukan bahwa deret geometrik akan jika hanya jika 0 Berikut adalah beberapa teorema berkaitan kean deret tak hingga Hal 47
3 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : TeoremaUji Suku ke-n untuk Divergensi Jika deret 0 Secara ekivalen jika 0 atau jika tidak ada deret tersebut EPurcell;hal75 Bukti : Sn adalah jumlah parsial ke-n Perhatikan bahwa Karena Pang deret harmoikberikut: 3 0 Menunjukan bahwa hal ini tidak benar Dapat dilihat dengan jelas bahwa / 0 Walaupun demikian deret itu sebagaimana yang akan diperhatikan berikut ini Contoh : Deret harmonik adalah jumlah n suku deret harmonik adalah: Jika adalah deret entri-entri non negatif i jika barisan terbatas ii jika barisan tidak terbatas Wasan; hal56 Teorema 3 0 dimana m bilangan bulat positif : i ii Wasan;hal56 Teorema 4 Tes Perbandingan Limit 0 dimana L adalah bilangan real positif keduanya atau keduanya Wasan; hal57 Bukti : Karena pilih 0 ada bilangan bulat positif m sehingga setiap n m Jadi deret harmonik adalah Berikut sifat-sifat deret : Jika keduanya adalah c sebuah konstanta : i ii adalah EPurcell; hal77 Teorema 0 Akibatnya : Dengan teorema perbandingan kesimpulan terbukti Teorema 5 Uji Integral f adalah fungsi yang kontinu positif tak menaik pada selang [ andaikan untuk seluruh bilangan bulat positifk deret tak hingga : jika hanya jika integral tak wajar Hal 48
4 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : Contoh penggunaan uji integral pada pembuktian deret-p : i deret akan jika ii deret jika Bukti : Jika 0 fungsi adalah kontinu positif tak naik pada [ menurut uji integral jika hanya jika ada Jika [ ] Jika p [ ] ln t Karena 0 jika p jika p Karena ln kita dapat menyimpulkan bahwa deret p jika p jika 0 Jika p 0 -p 0 sehingga suku ke-n dari deret adalah 0 sehingga deret Segkan jika p yang terbentuk adalah deret Harmonik yang METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dasar Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menganalisis teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang dibahas berlandaskan studi kepustakaan Langkah-langkah dalam menjawab permasalahan adalah sebagai berikut: Mencari teori-teori yang berkaitan deret tak hingga kean Menghubungkan teori-teori yang ada dengan permasalahan penelitian 3 Mengkaji perbandingan karakteristik masing- masing uji si: uji Kummers uji Bertrand-DeMorgan s uji Gauss s uji akar Cauchy s uji Dirichlet 4 Melakukan pembahasan interpretasi dari pembahasan yang telah dilakukan HASIL PEMBAHASAN Akan dibahas beberapa tes kean yang khusus yang memuat bentuk akar atau yang memuat fungsi logaritma Tes Rasio D Alembert s Ratio test : a Jika L b Jika L c Jika L tidak ada kesmpulan d Jika L Bukti: a L L 0 pilih 0 L 0 R L- Karena N n Jadi Akibatnya: sehingga diperoleh: atau Karena R K n akibatnya n juga Hal 49
5 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : L -L 0 Pilih - L 0 atau L Karena berlaku : Dari pertidaksamaan sebelah kanan diperoleh : Karena barisan merupakan barisan naik positif 0 sehingga dapat disimpulkan c L Pang: i Pang: Dan ii Dari i ii terlihat bahwa untuk L tidak memberi kesimpulan apakah deret atau d Jika L yaitu : Dari definisi it tak hingga Sehingga diperoleh : atau Karena Karena sehingga berdasarkan teorema perbandingan disimpulkan : Contoh : Tentukanlah kean deret! Jawab :! Berdasarkan tes Rasio! Tes Raabe Raabe s Test 0! deret a Jika L R : i jika L ii jika L iii Tidak ada kesimpulan jika L b Jika L c Jika L Bukti : a Jika L bernilai Real i L Karena L Ambil 0 Karena Dari ruas kiri yaitu sehingga Jika kedua ruas dikurang dengan diperoleh: n nm Jika masing-masing pertidaksamaan ditambahkan diperoleh: Untuk Hal 50
6 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : karena 0 Untuk nm Akibatnya Jadi barisan adalah terbatas diatas untuk setiap nm menurut teorema 5 ii Jika L Pilih 0 dengan Karena sehingg Dari pertidaksamaan ruas kanan yaitu: diperoleh Jadi untuk nm Sehingga : atau Karena iii Jika L Ambil sehingga dimana ambil pula tetapi Dari kedua contoh deret disimpulkan bahwa L tidak memberi kesimpulan kean b Jika L ambil 0 Dari kasus ambil Untuk nm Akibatnya Jadi barisan adalah terbatas diatas untuk setiap nm menurut teorema 5 c Jika L ambil Dari sini diperoleh Jadi untuk nm Sehingga : atau Karena Contoh: Diberikan deret : 0 Tentukanlah kean deret tersebut Jawab suku ke-n dari dari deret adalah : Pang : Selanjutnya sehingga sehingga Hal 5
7 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : Berdasarkan teorema rasio : jika akibatnya deret jika x jika x untuk x pakai teorema Raabee Pang Karena nilai it kecil dari deret 3 Tes logaritma Logarithmic Test 0 Jika L R : i jika L ii jika L iii Tidak ada kesimpulan jika L Jika L 3 Jika L Bukti : i L Pilih 0 sehingga p L- Karena ada bilangan asli berlaku atau p L- m Selanjutnya sehingga Barisan ini adalah barisan naik Barisan adalah barisan tak turun yang ke- e sehingga Pang / : / untuk setiap n m Jadi untuk n m Jika p adalah berdasarkan uji banding adalah ii L Pilih 0 ℎ Karena ada bilangan asli m sehingga untuk setiap n akibatnya / Selanjutnya / karena /n / Berdasarka tes Raabe iv L Tidak ada kesimpulan Contoh : Tentukan kean dari deret : dengan x 0 Jawab Pang!!! Berdasarkan tes rasio: jika atau x /e Hal 5
8 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : jika atau x /ejika x /e [ ] n[- nlog ] n [- n { n[- }] ] Jadi 4 Tes akar ke-n Cauchy 0 L : Jika L R: i Jika L ii Jika L iii Jika L tidak memberi kesimpulan Jika L Bukti: i Jika L pilih 0 dengan -L L misalkan R L Karena L ada bilangan bulat positif m sehingga L R Pang R Karena berdasarkan teorema perbandingan disimpulkan ii Jika L pilih 0 sehingga L 0 r L Karena ada k Z sehingga : L Sehingga Karena r akibatnya iii Jika L Pang kasus berikut: a b Bukti: Misal Pang: ln 0 ln ln Dengan cara sehingga 0 yang sama diperoleh Dari a b dpat disimpukan bahwa jika L tidak ada kesimpulan si iv Kasus L artinya Berdasarkan teorema perbandingan : Contoh : Tentukanlah kean dari deret : Jawab: Pang Hal 53
9 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : Jadi 0 Berdasarkan teorema Karena 5 Tes Condensasi Cauchy s Cauchy s Condensation Test Jika an barisan bilangan real positif yang tidak naik deret: sama-sama atau sama-sama Bukti : i akan ditunjukkan juga Karena jumlah m barisan terbatas di atas artinya: 0 0 k Karena an barisan tidak naik kita mempunyai: 4 seterusnya diperoleh: Dan k Berdasarkan teorema 5 Karena jumlah parsial Sm dari deret terbatas ii akan ditunjukkan juga Karena berdasarka terema 5 m jumlah parsial tidak terbatas diatas Artinya 0 Karena an barisan bilangan real positif yang tidak naik : 4 seterusnya Secara umum: Pilih : n m sehingga: 4 [ 4 8 ] Diperoleh jumlah Sm parsial dari tidak terbatas Contoh: Tunjukkan i Divergen jika p0 ii Konvergen jika p iii Divergen jika p Jawab: Menggunakan tes Condensasi Cauchy s i Jika p0 /np n-p 0 ii p0 Barisan merupakan barisan tidak naik merupakan deret geometri dengan rasio r Sehingga deret akan jika r yaitu jika p Akan jika r yaitu jika p terbukti Contoh : Diberikan deret Buktikan deret Bukti : Berdasarkan teorema jika p0 Hal 54
10 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : Untuk n Berdasarkan tes rasio Berdasarkan tes kondensasi mengakibatkan Contoh: 0 Dimana k adalah bilangan bulat positif Tentukan syarat kea deret tersebut: Jawab : Karena berdasarkan tes rasio D Alembert tidak ada kesimpulan Pang Menggunakan tes Raabe s: jika jika A 6 Tes Konvergensi Deret Fungsi Kriteria Cauchy: adalah barisan fungsi pada D subhimpunan dari himpunan Real ke f Deret adalah seragam pada D jika hanya jika untuk setiap 0 ada M sehingga jika m n M Tes Weiestrass adalah barisan bilangan real positif sehingga Jika seragam di D Bukti : m n kita mempunyai: Karena barisan terbatas akibatnya barisan juga terbatas subbarisan dari Sehingga barisan Tes Integral f fungsi turun positif pada himpunan { t : t } deret jika hanya jika integral tak wajar : { } ada Dalam kasus fungsi misalkan jmlah parsial jumlah jumlah seluruhnya s Bukti: Karena f positif turun pada interval [k k-] ; begitu juga seterusnyauntuk k 3 4 n menjumlahkan masingmasing pertidaksamaan diperoleh : Dengan mengambil it dari pertidaksanaan diatas diperoleh kesimpulan : Jika ada [ ] ada Hal 55
11 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : jika tidak ada [ ] juga tidak ada itnya ada untuk k n m menjumlahkan masingmasing pertidaksamaan diperoleh : Dari kedua pertidaksamaan diperoleh bahwa Dengan mengambil diperoleh: Contoh: Tentukan kean deret: Karena ft adalah fungsi positif turun gunakan tes integraluntuk p dt logn log Untuk p [ ] [ ] ~ deret jika p jika p0 SIMPULAN DAN SARAN Karakteristik dari masing masing tes si adalah: Tes Rasio D Alembert lebih sering dipakai karena lebih mudah penggunaannya Karakteristiknya: mudah dipakai pada deret yang sukunya memuat bentuk: n! rn nn lebih mudah menentukan nilai : Tes Raabe; biasanya dipakai jika pada tes rasio diperoleh nilai it perbandingannya adalah sehingga tes tersebut tidak memberikan kesimpulan Jadi tes ini merupakan pengembangan dari tes rasio Tes Logaritma tes ini digunakan pada deret tak hingga yang memuat bentuk logaritma Keutamaan bentuk logaritma pada deret ini adalah kita dapat lebih menyederhanakan bentuk aljabar seperti bentuk pangkat dapat dirubah menjadi bentuk perkalian segkan perkalian diubah menjadi penjumlahan bentuk pembagian dapat dirubah menjadi bentuk pengurangan Tes akar ke-n Cauchy dapat digunakan menentukan kean deret tak hingga yang memuat bentuk pangkat ke-n Dengan tes kean ini bentuk pangkat dapat disederhanakan menjadi bentuk lebih sederhana tanpa pangkat Akibatnya akan mudah menentukan nilai it akar ke-n Tes kondensasi Cauchy dipakai untuk menyederhanakan deret dengan bentuk lebih rumit menjadi deret yang lebih sederhana yang memuat bentuk sehingga berikutnya dapat digunakan tes Rasio bisa dihitung itnya dengan cepat Tes barisan Fungsi: tes digunakan memeriksa kean deret dari fungsi pada bilangan real A Saran Untuk menentukan kean deret tak hingga perlu dipakai tes si yang tepat sehingga dapat lebih cepat diketahui keannya Untuk dapat memilih tes si yang tepat disarankan untuk mengetahui terlebih dahulu karakteristik dari masing-masing tes si tersebut DAFTAR PUSTAKA Hal 56
12 Eksakta Vol 8 No Oktober 07 E-ISSN : P-ISSN : BartleRobert G Sherbert Donald R 994 Introduction To Real Analysis United States of america Jhon Wiley & Sons Purcell Edwin J Varberg Dale Rigdon 004 Kalkulus Jakarta Erlangga Stroud KA 003 Matematika Teknik Jakarta Erlangga Wasan Siri Krishan Prakash Ravi 976 Real Analysis New Delhi Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited Hal 57
Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan
4 BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA JUMLAH PERTEMUAN : 5 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan kekonvergenan
Lebih terperinciDefinisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:
DERET TAK HINGGA Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk: u k = u 1 + u 2 + u 3 + + u k + Bilangan-bilangan u 1, u 2, u 3, disebut suku-suku dalam deret tersebut.
Lebih terperinciDERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,
DERET TAK HINGGA Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan Definisi Deret tak hingga,, konvergen dan mempunyai jumlah S, apabila barisan jumlah jumlah parsial konvergen menuju S.
Lebih terperinciANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI
34 Jurnal Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017 ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI THE CONVERGENCE ANALYZE ON THE SEQUENCE OF FUNCTION Oleh: Restu Puji Setiyawan 1), Dr. Hartono 2) Program Studi Matematika,
Lebih terperinciPertemuan ke-10: UJI PERBANDINGAN, DERET BERGANTI TANDA, KEKONVERGENAN MUTLAK, UJI RASIO, DAN UJI AKAR
Pertemuan ke-0: UJI PERBANDINGAN, DERET BERGANTI TANDA, KEKONVERGENAN MUTLAK, UJI RASIO, DAN UJI AKAR Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 205 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus II Bogor, 205
Lebih terperinciAyundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga
Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Akar Barisan a 1, a 2, a 3, a 4,... adalah susunan bilangan-bilangan real yang teratur, satu untuk setiap bilangan bulat positif. adalah fungsi yang
Lebih terperinciDaftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011
(Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 26, 2011 Diberikan sejumlah terhingga bilangan a 1,..., a N, kita dapat menghitung jumlah a 1 + + a N. Namun,
Lebih terperinciUJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK
UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +
Lebih terperinciMODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV
MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS
Lebih terperinciHukum Iterasi Logaritma
Hukum Iterasi Logaritma Sorta Purnawanti 1, Helma 2, Dodi Vionanda 3 1 Mathematics Department State University of Pag, Indonesia 2,3 Lecturers of Mathematics Department State University of Pag, Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang
Lebih terperinciPenerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass
Vol. 11, No. 2, 139-148, Januari 2015 Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass NaimahAris 1, Jusmawati M 2,Islamiyah Abbas 3, Abstrak Dalam tulisan ini dibahas pembuktian teorema
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN POLITEKNIK JAMBI
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN POLITEKNIK JAMBI 1 Nama Mata Kuliah : MATEMATIKA TEKNIK I 2 Kode Mata Kuliah : TM162104 3 Semester : I 4 Bobot (sks) : 2 5 Dosen Pengampu
Lebih terperinciPenerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass
Jurnal Matematika, Statistika & Komputasi 1 Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass Islamiyah Abbas 1, Naimah Aris 2, Jusmawati M 3. Abstrak Dalam skripsi ini dibahas pembuktian
Lebih terperinciVARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS
VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 1 Sistem Bilangan Kompleks (C) 1 1 Pendahuluan...............................
Lebih terperinciDwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret 1. KONVERGENSI DERET
1. KONVERGENSI DERET Suatu barisan disebut konvergen jika terdapat bilangan Z yang setiap lingkungannya memuat semua. Jika bilangan Z itu ada maka dapat ditulis: lim sehingga dapat dikatakan bahwa barisan
Lebih terperinciProsiding Matematika ISSN:
Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Pengaruh Faktor Sigma Pada Ekspansi Fungsi Periodik Melalui Eksplorasi Deret Fourier Termodifikasi The Influence of Sigma Factor on The Expansion of The Periodic Function
Lebih terperinciSILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015
SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Kalkulus Perubah Banyak 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS
Lebih terperinciAyundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio.
Uji Uji Deret Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII April 29, 2015 Uji Deret Uji Deret yang mempunyai suku-suku positif menjadi bahasan pada uji integral ini. Uji integral ini menggunakan ide dimana suatu
Lebih terperinci-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ
-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri
BAB II KAJIAN TEORI Analisis kekonvergenan pada barisan fungsi, apakah barisan fungsi itu? Apakah berbeda dengan barisan pada umumnya? Tentunya sebelum membahas mengenai barisan fungsi, apa saja jenis
Lebih terperinciRingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1
Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan
Lebih terperinciMATEMATIKA 2. DERET Series ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
MATEMATIKA DERET Series ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG BARISAN VS DERET BARISAN (Sequences) Himpunan besaran u 1, u, u 3, yang
Lebih terperinciPENGANTAR ANALISIS REAL
Seri Analisis dan Geometri No. 1 (2009), -15 158 (173 hlm.) PENGANTAR ANALISIS REAL Oleh Hendra Gunawan Edisi Pertama Bandung, Januari 2009 2000 Dewey Classification: 515-xx. Kata Kunci: Analisis matematika,
Lebih terperinciLEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA
Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U
Lebih terperincimatematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA
K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world
Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis
Lebih terperinciKALKULUS INTEGRAL 2013
KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124401 / Kalkulus Perubah Banyak Revisi : 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam
Lebih terperinciLIMIT DAN KEKONTINUAN
LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen
Lebih terperinci2 BARISAN BILANGAN REAL
2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan
Lebih terperinciKEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT
KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT Moch. Ramadhan Mubarak 1), Encum Sumiaty 2), Cece Kustiawan 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: ramadhan.101110176@gmail.com ABSTRAK.
Lebih terperinciFUNGSI COMPUTABLE. Abstrak
FUNGSI COMPUTABLE Ahmad Maimun 1, Suarsih Utama. 1, Sri Mardiyati 1 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 ahmad.maimun90@gmail.com, suarsih.utama@sci.ui.ac.id, sri_math@sci.ui.ac.id
Lebih terperinciPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
MATERI POKOK Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI BAHASAN : A. Persamaan Linear B. Pertidaksamaan Linear Modul.MTK X 0 Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang belum dapat ditentukan nilai
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI ( ) =
II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,
Lebih terperinciBAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN
BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN 4.1. Asimtotik Orde-2 Berdasarkan hasil simulasi pada Helmers dan Mangku (2007) kasus kernel seragam, aproksimasi asimtotik orde pertama pada ragam dan bias, gagal memprediksikan
Lebih terperinciDeret Binomial. Ayundyah Kesumawati. June 25, Prodi Statistika FMIPA-UII. Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, / 14
Deret Binomial Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII June 25, 2015 Ayundyah (UII) Deret Binomial June 25, 2015 1 / 14 Pendahuluan Deret Binomial Kita telah mengenal Rumus Binomial. Untuk bilangan
Lebih terperinciBarisan dan Deret Agus Yodi Gunawan
Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk
Lebih terperinciSistem Bilangan Real. Pendahuluan
Sistem Bilangan Real Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan real dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan real adalah himpunan bilangan real yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciBARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan
BARISAN DAN DERET Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP. 19640121 199010 1 001 Pola Barisan Bilangan Beberapa urutan bilangan yang sering kita pergunakan mempunyai pola tertentu. Pola ini Sering digunakan untuk menentukan
Lebih terperinciDari contoh di atas fungsi yang tak diketahui dinyatakan dengan y dan dianggap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persamaan Diferensial Definisi 2.1 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat variabel bebas, variabel tak bebas, dan derivatif-derivatif
Lebih terperinciBARISAN BILANGAN REAL
BAB 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut pola tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( KALKULUS II ) Pengesahan. Nama Dokumen : SATUAN ACARA PERKULIAHAN KALKULUS II
Pengesahan Nama Dokumen : KALKULUS II No Dokumen : No ISO 91:28/IWA 2 1dari 6 Diajukan oleh Imelda Saluza, S.Si.,M.Sc (Dosen Pengampu) Diperiksa oleh Ir. Dedi Hermanto, MT (GPM) Disetujui oleh Lastri Widya
Lebih terperinciKED INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Materi : 7.1 Anti Turunan. 7.2 Sifat-sifat Integral Tak Tentu KALKULUS I
7 INTEGRAL JUMLAH PERTEMUAN : 2 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Memahami konsep dasar integral, teorema-teorema, sifat-sifat, notasi jumlah, fungsi transenden dan teknik-teknik pengintegralan. Materi
Lebih terperinciINTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use
INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua
Lebih terperinciMA3231 Analisis Real
MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Mata Kuliah : Matematika Dasar 1 Kode / SKS : IT012314 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 & 2 HIMPUNAN BILANGAN Mahasiswa memahami konsep himpunan
Lebih terperinciANALISIS KESULITAN BERPIKIR VISUAL DALAM MEMAHAMI DEFINISI FORMAL PADA BARISAN BILANGAN REAL
1) ANALISIS KESULITAN BERPIKIR VISUAL DALAM P 2 MEMAHAMI DEFINISI FORMAL PADA BARISAN BILANGAN REAL Darmadi 1), Agung Lukito 2), Ketut Budayasa 3) Mahasiswa Program Pascasarjana UNESA; 2) Staf Pengajar
Lebih terperinciDASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA
(Bekal untuk Para Sarjana dan Magister Matematika) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. December 26, 2007 Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Apakah masuk akal untuk membahas luas daerah
Lebih terperinciII. FUNGSI. 2.1 Pendahuluan
II. FUNGSI. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menyebutkan definisi fungsi;. menyebutkan macam-macam variabel dalam fungsi; 3. membedakan antara variabel
Lebih terperinciMatek 2 Sistem PD dan Solusinya. Rudy Dikairono
Matek 2 Sistem PD dan Solusinya Rudy Dikairono Outline Sistem PD dan Solusinya Metode deret pangkat (AEM p 167) Teori metode deret pangkat (AEM p 170) Metode Deret Pangkat Bentuk dasar persamaan deret
Lebih terperinciSEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT ABSTRACT
SEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT Vera Alvionita Harahap 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciLIMIT FUNGSI. A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.1. Limit x a Contoh A.1: Contoh A.2 : 2 4)
LIMIT FUNGSI A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.. Limit a Contoh A.:. ( ) 3 Contoh A. : 4 ( )( ) ( ) 4 Latihan. Hitunglah nilai it fungsi-fungsi berikut ini. a. (3 ) b. ( 4) c. ( 4) d. 0 . Hitunglah
Lebih terperinciMATEMATIKA BISNIS DERET. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen
MATEMATIKA BISNIS Modul ke: DERET Fakultas Ekonomi Bisnis Muhammad Kahfi, MSM Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Konsep Barisan (sequence) adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut
Lebih terperinciMETODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT
METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK Risvi Ayu Imtihana 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK
BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 3. Perumusan Penduga Misalkan N adalah proses Poisson non-homogen pada interval 0, dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil. Pendahuluan
Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciKEKONVERGENAN DERET RECIPROCALS PRIMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BILANGAN FERMAT ABSTRACT
KEKONVERGENAN DERET RECIPROCALS PRIMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BILANGAN FERMAT Apriadi, Sri Gemawati 2, Musraini 2 Mahasiswa Program Studi S Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciCATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT
CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT May 26, 203 A Lecture Note Acknowledgement of Sources For all ideas taken from other sources (books, articles, internet), the source of the ideas is mentioned in the
Lebih terperinciKALKULUS MULTIVARIABEL II
Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang
Lebih terperinciFUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni
FUNGSI PEMBANGKIT Ismail Sunni 3508064 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 0, Bandung If8064@students.if.itb.ac.id ismailsunni@yahoo.co.id ABSTRAK Fungsi Pembangkit
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi
Lebih terperinciHUKUM ITERASI LOGARITMA. TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana sains SORTA PURNAWANTI NIM.
HUKUM ITERASI LOGARITMA TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana sains SORTA PURNAWANTI NIM. 00290 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciUNNES Journal of Mathematics
UJM 1 (1) (2012) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PENYELESAIAN KASUS BEBERAPA INTEGRAL TAK WAJAR DENGAN INTEGRAN MEMUAT FUNGSI EKSPONENSIAL DAN FUNGSI LOGARITMA
Lebih terperinciKEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT
KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT Ro fah Nur Rachmawati Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus
Lebih terperinciStaff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta
DESAIN OPTIMASI UNGSI TAK LINIER MENGGUNAKAN METODE PENYELIDIKAN IBONACCI Yemi Kuswardi Nurul Muhayat Abstract: optimum design is an action to design the best product based on the problem. Theoretically,
Lebih terperinciSILABUS. 5. Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sederhana
Sekolah : SILABUS Kelas Mata Pelajaran Semester : IX : Matematika : II(dua) Standar Kompetensi : BILANGAN 5. Memahami sifat-sifat berpangkat dan bentuk serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sederhana
Lebih terperinciBAB 4 SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK
BAB 4 SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 4. Sebaran Asimtotik,, Teorema 4. (Sebaran Normal Asimtotik,, ) Misalkan fungsi intensitas seperti (3.2) dan terintegralkan lokal. Jika kernel K adalah
Lebih terperinciBAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT
29 BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT 4.1 Perumusan Penduga Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen
Lebih terperinciSatuan Acara Perkuliahan SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK. Jam pembelajaran per Pertemuan kelas 150 menit Pertemuan praktikum 0 menit Kegiatan lain
Satuan Acara Perkuliahan SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK A. INFORMASI UMUM Mata kuliah SS1131 Kalkulus 1 Jurusan Statistika/Komputasi Statistika Tgl berlaku Oktober 2014 Satuan kredit semester 3 SKS Bidang
Lebih terperinciHUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL
HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL Ukhti Raudhatul Jannah Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan Abstrak: Tulisan
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinciOTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Koordinator PRODI Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si. Moh. Januar Ismail B., S.Si., M.Si.
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN JURUSAN MATEMATIKA DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROGRAM STUDI MATEMATIKA SILABUS MATA KULIAH KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan Fungsi Peubah Kompleks MA 1222 Analisis
Lebih terperinciTITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111
TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Masalah Misalkan adalah proses Poisson nonhomogen pada interval dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas diasumsikan terintegralkan lokal
Lebih terperinciKelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib. : Aip Saripudin, M.T.
DESKIPSI MATA KULIAH EL-121 Matematika Teknik I: S1, 3 SKS, Semester II Mata kuliah ini merupakan kuliah lanjut. Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep matematika
Lebih terperinciDefinisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada,
Lecture 4. Limit B A. Continuity Definisi 4.1 Fungsi f dikatakan kontinu di titik a (continuous at a) jika dan hanya jika ketiga syarat berikut dipenuhi: (1) f(a) ada, (2) lim f(x) ada, (3) lim f(x) =
Lebih terperinciMA3231 Analisis Real
MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017
Lebih terperinciLIMIT KED. Perhatikan fungsi di bawah ini:
LIMIT Perhatikan fungsi di bawah ini: f x = x2 1 x 1 Perhatikan gambar di samping, untuk nilai x = 1 nilai f x tidak ada. Tetapi jikakita coba dekati nilai x = 1 dari sebelah kiri dan kanan maka dapat
Lebih terperinciMETODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT
METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT Agusman Sahari. 1 1 Jurusan Matematika FMIPA UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Abstrak Dalam paper ini mendeskripsikan tentang solusi masalah transport polutan
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil
Sistem Bilangan Riil Pendahuluan Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya. Sistem bilangan riil adalah himpunan bilangan riil yang disertai operasi penjumlahan dan perkalian sehingga
Lebih terperinciSifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji
Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,
Lebih terperinciBILANGAN BERPANGKAT. Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah
BILANGAN BERPANGKAT Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah perkalian a sebanyak n faktor. Bilangan berpangkat, a disebut bilangan pokok dan n disebut pangkat atau eksponen.
Lebih terperinciMODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS
MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan
Lebih terperinciCARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS)
CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL SUATU KAJIAN TEORITIS) Sufri Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Kampus
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER(RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA
A. MATA KULIAH RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER(RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA Nama Mata Kuliah : Matematika II Kode/sks : MAS 4116/ 3 Semester : III Status (Wajib/Pilihan) : Wajib (W) Prasyarat : MAS 4215
Lebih terperinciSistem Bilangan Riil
Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0
Lebih terperinciBil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah
ANALISIS KOMPLEKS Pendahuluan Bil Kompleks Bil Riil Bil Imaginer (khayal) Bil Rasional Bil Irasional Bil Pecahan Bil Bulat Sistem Bilangan Kompleks Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + Untuk maka bentuk
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 0
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan berikutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan
Lebih terperinciMENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA BARAT
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 54 58 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MENENTUKAN MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA BARAT LINDO FEBDIAN, EFENDI Program Studi Matematika,
Lebih terperinciSilabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.
Silabus 1 2 3 Referensi E. J. Purcell, D. Varberg, and S. E. Rigdon, Kalkulus, Jilid 1 Edisi Kedelapan, Erlangga, 2003. Penilaian 1 Ujian Tengah Semester (UTS) : 30 2 Ujian Akhir Semester (UAS) : 20 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan skirpsi ini. 1.1.
Lebih terperinciANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB
(Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui
Lebih terperinciSRI REDJEKI KALKULUS I
SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih
Lebih terperinciMETODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ]
METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ] Zulfaneti dan Rahimullaily* Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumbar Abstract: There is
Lebih terperinci16. BARISAN FUNGSI. 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik
16. BARISAN FUNGSI 16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan
Lebih terperinciKekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut
Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol 9 No 2, Oktober 2013 pp 53-57 Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut Badrulfalah dan Iin Irianingsih Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan
Lebih terperinci