BAB III. IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI DIY NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS (Studi di Pemerintahan Kabupaten Bantul)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI DIY NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS (Studi di Pemerintahan Kabupaten Bantul)"

Transkripsi

1 BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI DIY NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS (Studi di Pemerintahan Kabupaten Bantul) A. Gambaran Umum Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas. I. Muatan Materi pada Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas merupakan sebuah peraturan daerah yang disusun dan dikembangkan bersama oleh pemerintah (lintas SKPD) serta organisasi-organisasi penyandang disabilitas di Yogyakarta, hal tersebut dimaksudkan agar dapat memastikan upaya-upaya perlindungan, pemenuhan, serta penghormatan hak-hak para penyandang disabilitas di Provinsi Yogyakarta. Sebagai sebuah aturan daerah yang lahir sesudah lahirnya ratifikasi konvensi hak-hak penyandang disabilitas, Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas ini berupaya untuk mengakomodasi hak dan kebutuhan para penyandang disabilitas sebagaimana yang diatur dalam ratifikasi konvensi tersebut. Namun demikian, peraturan daerah ini juga melandaskan aturan yang

2 dibuat pada berbagai aturan perundang-undangan selain konvensi mengenai hakhak penyandang disabilitas. Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 terdapat juga materi muatan yang berada dalam sub bab peraturan daerah itu sendiri, yang dijelaskan sebagai berikut : Pada Ketentuan Umum yang terdapat pada pasal 1 dalam Bab 1 berisikan mengenai pengertian serta penjelasan umum tentang maksud dari peyandang disabilitas, sistem pendidikan khusus, sistem pendidikan inklusif, penyelenggaraan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan, tenaga kerja, pelatihan kerja, perusahaan, upaya pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, rehabilitasi, penanggulangan bencana, tanggap darurat, dan aksesibilitas. Pada pasal 2 memuat prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan peraturan daerah ini. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah seperti penghormatan atas martabat yang melekat, nondiskriminasi, partisipasi dan keterlibatan penuh dan efektif dalam masyarakat, penghormatan atas perbedaan, kesetaraan kesempatan, aksesibilitas, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, penghormatan atas penyandang disabilitas anak. Pada pasal 3 berisikan ruang lingkup peraturan daerah perlindungan dan pemenuhan hak-hak terhadap jenis-jenis disabilitas dan ragam hak-hak penyandang disabilitas. Pada Bab 2 dan Bab 3, pasal 4 sampai dengan pasap 93 menjelaskan tentang perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang meliputi : hak

3 bidang kesehatan, ketenaga kerjaan, kesehatan, sosial, seni budaya, olah raga, politik hukum, penanggulangan bencana, tempat tinggal dan aksesibilitas. Pada Bab 4 menjelaskan tentang partisipasi pemerintah daerah dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan partisipasi dalam penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan hak-hak penyandang disabilitas. Pada Bab 5 menjelaskan tentang pengarusutamaan penyandang disabilitas yang dimana Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi mengenai hak-hak penyandang disabilitas kepada seluruh pejabat dan staf Pemerintah Daerah, penyelenggara fasilitas publik, pelaku usaha, peyandang disabilitas, keluarga yang mempunyai penyandang disabilitas, dan masyarakat. Pada Bab 6 menjelaskan tentang Anggaran penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Bab 7 menjelaskan tentang Komite perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas yang memiliki fungsi sebagai koordinasi dan komunikasi tentang pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dilaksanakan oleh lembaga pemerintah daerah, organisasi sosial dan masyarakat melalui komite perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Pada Bab 8 menjelaskan tentang ketentuan pidana yang ditujukan kepada setiap penanggungjawab perusahaan daerah dan/atau perusahaan swasta yang tidak memenuhi kuota 1% (satu persen) tenaga kerja penyandang disabilitas

4 sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) diancam hukuman pidana selama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp (dua ratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. B. Hak-Hak Penyandang Disabilitas menurut Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Hak-hak difabel yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas meliputi : a. Bidang pendidikan; b. Bidang pekerjaan; c. Bidang kesehatan; d. Bidang sosial; e. Bidang seni, f. Bidang budaya dan olah raga; g. Bidang politik; h. Bidang hukum; dan i. Bidang penanggulangan bencana. Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas ini dinyatakan salah satunya bahwa penyelenggaraan setiap jenis dan bentuk pelayanan

5 pemenuhan dan perlindungan hak dilaksanakan berdasar pada hasil penilaian tingkat kebutuhan para penyandang disabilitas. 1. Bidang Pendidikan (Pasal 5-15) Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan dimana penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui Sistem Pendidikan Khusus dan Sistem Pendidikan Inklusif. Penyelenggaraan pendidikan khusus melalui Sekolah Luar Biasa yang diarahkan untuk terwujudnya penyelenggaraan Sistem Pendidikan Inklusif bagi penyandang disabilitas. 2. Bidang Pekerjaan (Pasal 16-40) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak meliputi : a. Tenaga kerja penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan pelatihan kerja guna pembekalan dan peningkatan kompetensi; b. Tenaga kerja penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan untuk memilih, mendapatkan dan pindah pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki; c. Fasilitasi pemenuhan kuota kerja bagi penyandang disabilitas pada perusahaan negara, perusahaan daerah dan/atau perusahaan swasta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6 d. Pemberian perlindungan, perlakuan dan kesempatan yang setara dalam lingkungan kerja serta pemberian upah bagi penyandang disabilitas sesuai dengan persyaratan pengupahan; dan e. Fasilitas kerja yang aksesibel, fasilitas kesehatan, keselamatan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja. 3. Bidang Kesehatan (Pasal 41-57) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak yang setara dan kesempatan yang sama untuk mengikuti setiap kegiatan upaya kesehatan pada semua penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi : a. Promotif : Upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan yang lebih mengutamakan promosi kesehatan bagi penyandang disabilitas; b. Preventif : Upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan pencegahan terhadap masalah kesehatan dan/atau penyakit bagi penyandang disabilitas; c. Kuratif : Upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan atau rangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan/atau pengendalian kecacatan; d. Rehabilitatif : Upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan mengoptimalkan fungsi tubuh penyandang disabilitas sehingga dapat beraktivitas secara

7 mandiri dan berpartisipasi sosial sebagai anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas juga memberikan jaminan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi difabel yang wajib diberikan oleh Pemerintah Daerah. Selain jaminan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, setiap penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau serta Pemerintah Daerah melalui Badan Pelaksana Jaminan Kesehatan Sosial menjamin biaya kesehatan bagi penyandang disabilitas yang tidak mampu. 4. Bidang Sosial (Pasal 58-67) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan : a. Rehabilitasi sosial : Dimaksudkan untuk mengubah paradigma masyakarat dan menghapus stigma negatif terhadap penyandang disabilitas serta memulihkan dan mengembangkan kemampuan penyandang disabilitas agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat; b. Jaminan sosial : Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap penyandang disabilitas yang diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan;

8 c. Pemberdayaan sosial : Dimaksudkan untuk memberdayakan penyandang disabilitas agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri serta meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perorangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; d. Perlindungan sosial : Dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi risiko dari guncangan dan kerentanan penyandang disabilitas agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar. 5. Bidang Seni, Budaya, dan Olahraga (Pasal 68-71) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan dan menikmati seni, budaya dan olah raga serta mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap pemberitaan negatif dan perlakuan diskriminatif dari media massa. 6. Bidang Politik (Pasal 72-78) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat dan berorganisasi. Pemerintah Daerah memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pelayanan berupa informasi, teknis dan/atau asistensi tentang penyelenggaraan pemilihan umum yang sesuai dengan jenis kebutuhan penyandang disabilitas. 7. Bidang Hukum (Pasal 79) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum. Guna terwujudnya pendampingan hukum bagi penyandang disabilitas yang melakukan tindakan

9 hukum, maka Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum untuk menyediakan pelayanan pendampingan. 8. Bidang Penanggulangan Bencana (Pasal 80-88) Setiap penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan aksesibilitas prioritas pelayanan dan fasilitas pelayanan dalam setiap tahap proses penanggulangan bencana sesuai dengan kebutuhannya yang meliputi : a. Tahap pra bencana : masyarakat mendapatkan edukasi, pelatihan dan simulasi penyelamatan penyandang disabilitas dalam situasi darurat; b. Tahap tanggap darurat : Perlindungan terhadap penyandang disabilitas yang dilakukan dengan memberikan prioritas berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan psiko-sosial; c. Tahap pasca bencana : memberikan rehabilitasi kepada penyandang disabilitas yang mengalami dampak bencana untuk menghindari kecacatan sekunder yang meliputi : rehabilitasi medik dan rehabilitasi non medik. C. Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul. Penyandang Disabilitas juga manusia, hak-hak mereka juga sama dengan masyarakat pada umumnya. Penyandang disabilitas di Daerah Istimewa Yogyakarta masih menghadapi berbagai persoalan berkenaan dengan penghidupan dan kesejahteraan. Mereka masih menghadapi keterbatasan akses di

10 segala bidang, baik di bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang kesehatan dan bidang pekerjaan. Ketrampilan yang dimiliki tidak berkembang, motivasi dan etos kerja yang rendah, serta kurangnya dukungan orangtua, semakin memperburuk kehidupan penyandang disabilitas. Berbagai upaya penanggulangan masalah penyandang disabilitas telah banyak dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah, namun hasilnya belum optimal karena kemampuan pelayanannya tidak sebanding dengan jenis dan jumlah penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas yang oleh masyarakat belum dipandang setara dengan orang lain dan dianggap tidak bisa melakukan apapun, hal itu timbul karena para peyandang disabilitas tidak diberikan ruang atau peluang untuk disetarakan dengan orang lain. Stigma negatif yang timbul terhadap para penyandang disabilitas dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap disabilitas itu sendiri. 81 UN CRPD (konvensi internasional hak-hak penyandang disabilitas) yang telah diratifikasi oleh Indonesia dan diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 menjadi bukti bahwa masyarakat Internasional termasuk Indonesia telah sepakat untuk menjunjung tinggi semangat kesetaraan hak oleh semua penyandang disabilitas, akan tetapi jika merujuk pada ketentuan peraturan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 hal tersebut dipandang masih berdasarkan charity yang seolah-olah pemerintah hanya berkewajiban memberikan bantuan, sementara bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah tersebut membuat para penyandang disabilitas cenderung apatis, ethos kerja mereka rendah, dan karena mereka tidak melakukan apapun, mereka menjadi 81 Wawancara dengan Bapak Subroto, Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat di Kantor Dinas Sosial Provinsi DIY, pada tanggal 3 Februari 2016, pada pukul WIB.

11 cenderung tidak inovatif. Kurangnya pemahaman akan perspektif mengenai isu disabilitas menjadikan peran dari masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Bantul kurang optimal. 82 Istilah yang diberikan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 menjadikan citra buruk bagi para penyandang disabilitas itu sendiri. Kata cacat pada kata penyandang cacat yang cenderung menyamakan para penyandang disabilitas dengan sebuah benda dimana itu merupakan sebuah diskriminasi dan wujud kurangnya kepedulian dalam segi pemahaman pemerintah terhadap para kaum disabilitas. Istilah yang terdapat pada UN CRPD yaitu penyandang disabilitas, dalam konvensi tersebut telah disepakati oleh Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi stigma negatif yang berkembang pada masyarakat internasional dengan menggunakan bahasa-bahasa yang halus demi memanusiakan para penyandang disabilitas yang memiliki hak yang sama dengan manusia lain. Sedangkan kata difabel yang berarti Differrent Ability atau kemampuan yang berbeda merupakan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat untuk memanusiakan para kaum difabel di Yogyakarta. 83 Disabilitas merupakan suatu konsep yang terus berkembang, artinya penyebab disabilitas terdiri dari banyal hal, seperti pada kondisi sebelum kelahiran atau saat berada dalam kandungan, pada saat proses kelahiran yang bisa karena kurangnya asupan nutrisi dari sang ibu yang mengandung, kemudian pada saat setelah kelahiran yang disabilitasnya bisa terjadi karena bencana alam, 82 Wawancara dengan Ibu Suryatiningsih Budi Lestari, Ketua Organisasi CIQAL, di kantor CIQAL, pada tanggal 2 Februari 2016 pada pukul WIB 83 Wawancara dengan Ibu Suryatiningsih Budi Lestari, Ketua Organisasi CIQAL, di kantor CIQAL, pada tanggal 2 Februari 2016 pada pukul WIB

12 kecelakaan dan lain sebagainya. Untuk mengetahui jumlah perkembangan penyandang disabilitas dari tahun ke tahun membutuhkan suatu pembahasan mengenai jumlah penyandang disabilitas, berikut data yang sudah didapat oleh Dinas Sosial DIY : Data Penyandang Disabilitas DIY Tahun 2014 No. Kab/Kota Netra Tubuh Ganda PDI PDM Kronis Ruwi Jumlah Total Perkab 1. Kota Yk K.Progo G.Kidul Bantul Sleman Jumlah Total Sumber : Dokumentasi di kantor Dinas Sosial DIY mengenai data penyandang disabilitas tahun 2014, diambil pada 3 Februari 2016 Menurut Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat, Bapak Subroto, bahwa pendataan berkaitan dengan para penyandang disabilitas belum bisa begitu optimal menjangkau seluruh elemen masyarakat atau penyandang disabilitas yang ada, hal tersebut dikarenakan kendala dalam melakukan pembaharuan suatu data memerlukan pemahaman bagi mereka yang menangani disabilitas dan untuk menjaga kevaliditas data juga memerlukan waktu yang lama dengan anggaran yang tidak sedikit, terlebih kurangnya kesadaran dari para penyandang disabilitas

13 sendiri menjadi salah satu faktor sulitnya melakukan pendataan. 84 Menurut Bapak Slamet Raharjo, pejabat bidang rehabilitasi sosial, seksi rehabilitasi, penyandang cacat, perlindungan anak dan lansia di Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Bantul bahwa Dinas Sosial Kabupaten Bantul telah memiliki data jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul yaitu sebesar jiwa, hal tersebut juga sudah sesuai dengan nama dan alamat beserta kondisi yang disandang oleh para kaum difabel di Kabupaten Bantul. 85 Para penyandang disabilitas perlu diberikan fasilitas dan aksesibilitas sehingga mereka dapat memperoleh apa yang sudah menjadi haknya sebagai manusia. Pemerintah DIY yang membawahi kabupaten / kota termasuk Kabupaten Bantul telah mengeluarkan sebuah Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas yang mana kebijakan tersebut digunakan untuk melindungi dan memperhatikan hak-hak penyandang disabilitas. Peraturan yang berlandaskan atas semangat Hak Asasi Manusia ini juga dalam penyusunannya banyak mengacu dan mengadopsi ketentuan peraturan yang terdapat pada UN CPRD yang merupakan kesepakatan masyarakat internasional dan menjadi mandat yang harus dilakukan demi terwujudnya kesetaraan hak terhadap para penyandang disabilitas. Walaupun Peraturan Daerah ini disahkan pada tahun 2012, akan tetapi dalam pengimplementasiannya Pemerintah Provinsi DIY membutuhkan jangka waktu 2 (dua) tahun yaitu pada tahun 2014, hal tersebut 84 Wawancara dengan Bapak Subroto, Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat di Kantor Dinas Sosial Provinsi DIY, pada tanggal 3 Februari 2016, pada pukul WIB. 85 Wawancara dengan Bapak Slamet Raharjo, Bidang Rehabilitasi, Seksi Rehabilitasi Sosial, Penyandang Cacat, Perlindungan Anak dan Lansia di kantor Dinas Sosial Kabupaten Bantul, tanggal 5 Februari 2016, pada pukul 14.00

14 memang dapat dikatakan cukup lama dikarenakan pemerintah DIY membutuhkan berbagai persiapan seperti penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan untuk menindaklanjuti peraturan daerah terkait. 86 Pemerintah Kabupaten Bantul dalam menindaklanjuti Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta tersebut, sudah berkomitmen dengan melakukan penyusunan peraturan daerah yang berkaitan dengan penyandang disabilitas yang bertujuan untuk memperjelas ketika peraturan yang terdapat pada peraturan daerah provinsi cakupannya masih secara umum, untuk di Kabupaten Bantul akan memperjelas lagi sehingga masyarakat penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul memiliki payung hukum dari regulasi tersebut. Sosialisasi mengenai Peraturan Daerah ini pun sering dilakukan kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dalam hal ini seluruh SKPD lintas sektoral yang berada di Pemerintah Kabupaten Bantul, walaupun semua masyarakat dan instansi pemerintahan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap pemberdayaan dan pengawasan proses implementasinya, hingga saat ini memang proses sosialiasi belum dapat dikatakan merata ke seluruh aspek masyarakat maupun pemerintah di Kabupaten Bantul, hal tersebut dikarenakan pemahaman-pemahaman masyarakat dan pejabat di Pemerintah Kabupaten Bantul yang masih dirasa kurang, mereka hanya mengetahui adanya peraturan daerah tersebut akan tetapi dalam substansi atau 86 Wawancara dengan Ibu Suryatiningsih Budi Lestari, Ketua Organisasi CIQAL, di kantor CIQAL pada tanggal 2 Februari 2016 pada pukul WIB

15 konten pada peraturan daerah tersebut banyak yang tidak mengetahui secara menyeluruh. 87 Keluarga para penyandang disabilitas yang kurang merespon programprogram pemerintah, kurangnya motivasi untuk anak atau keluarga yang dilatih melalui program pemerintah, bentuk-bentuk seperti itu merupakan contoh tidak pedulinya keluarga atau masyarakat dalam mendorong semangat untuk maju para penyandang disabilitas. Disamping itu juga peran pejabat Pemerintah Kabupaten Bantul yang kurang memahami perspektif mengenai penyandang disabilitas dan tidak semua SKPD mengetahui dan mengcover berbagai hak yang harus dipenuhi pejabat terkait sesuai dengan porsi dan kewenangannya. Efektifitas pemberlakuan peraturan daerah juga bergantung pada proses sosialisasinya, hingga saat ini masih dapat dikatakan kurang dan masih perlu untuk dilakukan sosialisasi, penyuluhan-penyuluhan, pemberian motivasi, dan pemberian pemahamanpemahaman terkait isu disabilitas. Menurut Bapak Slamet Raharjo, pemberlakuan suatu peraturan daerah akan dapat dikatakan efektif jika semua aspek kebutuhan sudah berjalan sebagai mestinya, aksesibilitas terpenuhi, fasilitas semua sudah ada dan dilaksanakan, akan tetapi untuk sekarang ini secara upaya pemenuhan hak masih belum terpenuhi dan masih dalam ranah sosialisasi. 88 Ketentuan Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di 87 Wawancara dengan Bapak Slamet Raharjo, Bidang Rehabilitasi, Seksi Rehabilitasi Sosial, Penyandang Cacat, Perlindungan Anak dan Lansia di kantor Dinas Sosial Kabupaten Bantul, tanggal 5 Februari 2016, pada pukul Wawancara dengan Bapak Slamet Raharjo, Bidang Rehabilitasi, Seksi Rehabilitasi Sosial, Penyandang Cacat, Perlindungan Anak dan Lansia di kantor Dinas Sosial Kabupaten Bantul, tanggal 5 Februari 2016, pada pukul

16 memang dalam ketentuannya sudah mengakomodir berbagai kebutuhan para penyandang disabilitas, terutama dari sisi perlindungan dan pemenuhan haknya. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 di Kabupaten Bantul terkait dengan bidang pendidikan dapat dilihat dari pendidikan inklusi dimana pendidikan inklusi merupakan persoalan yang klasik di seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi DIY. Sekolah inklusi sangat erat sekali kaitannya dengan guru pendamping khusus, tanpa adanya guru pendamping khusus maka cita-cita pendidikan inklusi akan sulit terpenuhi. Faktanya, implementasi perda di Kabupaten Bantul dalam bidang pendidikan masih sangat kurang, perekrutan guru pendamping khusus sangat minim sekali dan cenderung malah dialihkan pada peminjaman guru pendamping khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang mana SLB tersebut juga mengalami kekurangan sarana guru yang ada. Sekolah inklusi juga hanya melakukan pendampingan hanya selama 2 (dua) hari seminggu dan selebihnya tidak ada perhatian dari instansi untuk menanggulanginya. Pemerintah yang memiliki tanggung jawab penuh dalam kaitannya dengan pendidikan inklusi, masih terkendala dengan tidak adanya pengalokasian dana untuk kebutuhan pendidikan inklusi. Lingkup keluarga juga dapat menjadi faktor kurangnya implementasi peraturan daerah ini dalam bidang pendidikan, seperti karena ketidakmampuan ekonomi keluarga penyandang disabilitas untuk mengakses pendidikan. 89 Penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul juga mempunyai hak di bidang pekerjaan. Ketenagakerjaan PNS maupun non-pns, terdapat kuota penerimaan 89 Wawancara dengan Ibu Suryatiningsih Budi Lestari, Ketua Organisasi CIQAL, di kantor CIQAL, pada tanggal 2 Februari 2016 pada pukul WIB

17 pegawai penyandang disabilitas sebanyak 1% dari keseluruhan kuota tenaga kerja yang ada, akan tetapi hal itu belum sepenuhnya terwujud, tidak semua kondisi penyandang disabilitas sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pemerintah dan minimnya rekruitmen yang dilakukan pemerintah terhadap para penyandang disabilitas. Pada bidang kesehatan, di seluruh kabupaten/kota sudah banyak yang memiliki jaminan kesehatan khusus (JAMKESSUS) bagi penyandang disabilitas yang digunakan untuk mereka yang dijamin kesehatannya karena kondisi kekhususan disabilitas yang dimiliki. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy, karena ototnya terganggu sehingga mengharusnya penyandang disabilitas tersebut untuk melakukan terapi seminggu 2(dua) kali dengan biaya yang tidak sedikit, atau penderita polio yang salah satu bagian kakinya tidak berfungsi sehingga harus menggunakan alat bantu karena kondisi disabilitasnya. Karena kerentanan salah satu kaki untuk menopang tubuh sehari-hari, didiagnosis oleh rumah sakit dan divonis bahwa terjadi kerentanan tulang rawan di kaki yang menopang tubuhnya sehingga membutuhkan terapi yang memakan biaya yang cukup banyak. Roh jaminan kesehatan di perda tersebut adalah tidak memandang antara penyandang disabilitas kaya atau penyandang disabilitas miskin, tetapi karena kekhususannya dan hal tersebut untuk memperingan kondisi yang dialami penyandang disabilitas. Pada Pasal 55 angka 2 dan 3 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 menyebutkan bahwa penyandang disabilitas miskin dan rentan miskin mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai ketentuan jaminan kesehatan yang berlaku serta dijamin dengan jamkessus. Kriteria miskin dan rentan miskin yang dijamin kesehatannya oleh perda tersebut dipandang

18 kurang tepat, karena kriteria miskin adalah seseorang yang tidak memiliki kendaraan seperti sepeda motor, sedangkan bagi para pengguna kursi roda, sepeda motor itu adalah kaki sebagai pembantu mobilitas mereka, dan mereka itu belum tentu dapat dikategorikan kaya. 90 Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengimplementasi peraturan daerah di bidang sosial sudah sesuai dengan mandat yang diberikan. Dinas sosial yang mengemban tugas dalam bidang sosial dalam hal kaitannya dengan 4 pilar yaitu pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial dalam menfasilitasi para PMKS terutama penyandang disabilitas. Salah satu contoh adalah penyandang disabilitas yang masih produktif dan memiliki keinginan belajar yang tinggi diberikan pelayanan di panti atau di lembaga kesejahteraan sosial seperti di Balai Rehabilitasi Penyandang Disabilitas (BRTPD) yang berada di Pundong. Dinas sosial Kabupaten Bantul sendiri juga melakukan pelatihan-pelatihan singkat yang sifatnya hanya untuk memotivasi untuk berwirausaha seperti pelatihan singkat yang biasanya memberikan sedikit pembekalan dengan membuat olahan pangan atau handicraft. Pada ranah rehabilitas sosial di dinas sosial Kabupaten Bantul, PMKS termasuk penyandang disabilitas yang membutuhkan rehabilitasi sosial maka akan dibantu entah itu rehabilitasi dalam bentuk medis maupun psikologis, sedangkan pada jaminal sosial, PMKS termasuk penyandang disabilitas mendapatkan bantuan dana rutin setiap bulan dan dibagikan kepada 298 penyandang disabilitas. Pada bidang seni, budaya dan olahraga masih belum sepenuhnya dilaksanakan, tetapi dapat dilakukan jika partisipasi aktif masyarakat 90 Wawancara dengan Ibu Suryatiningsih Budi Lestari, Ketua Organisasi CIQAL, di kantor CIQAL, pada tanggal 2 Februari 2016 pada pukul WIB

19 terutama para penyandang disabilitas dalam menunjukkan potensi dari para penyandang disabilitas sehingga Pemerintah Kabupaten Bantul dapat memberikan hak yang sama ketika ada Pekan Olahraga Nasional (PON) penyandang disabilitas, maka kaum difabel di Kabupaten Bantul dapat diikutsertakan, sedangkan untuk seni dan budaya dapat diperbantukan dengan diakseskan peada dinas terkait seperti dinas pariwisata. 91 Setiap penyandang disabilitas berhak untuk dapat memilih apapun dan untuk dipilih. Memilih juga harus diberikan fasilitas dengan sarana dan prasarana yang memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas dalam melaksanakan haknya. Keberhasilan KPU Kabupaten Bantul terkait dengan Pemilu akses adalah dilibatkannya kelompok penyandang disabilitas dalam perakitan logistik berupa surat suara yang digunakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Selain itu, sebagai keberpihakan lain terhadap kelompok penyandang disabilitas dalam penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Bantul adalah dengan dilibatkannya para penyandang disabilitas dalam kegiatan relawan demokrasi merupakan contoh dari terimplementasinya perda seputar disabilitas ini di Kabupaten Bantul. Penyandang disabilitas juga berhak mendapat perlindungan hukum. Implementasi perda yang berkaitan dengan bidang hukum di Kabupaten Bantul sudah dilaksanakan walaupun belum optimal, dapat dilihat dari perlindungan hukum yang diberikan oleh SKPD terkait ataupun aparatur negara lain dalam hal ini adalah Polres Bantul. Ketika ada kasus-kasus hukum yang dialami oleh para 91 Wawancara dengan Bapak Slamet Raharjo, Bidang Rehabilitasi, Seksi Rehabilitasi Sosial, Penyandang Cacat, Perlindungan Anak dan Lansia di kantor Dinas Sosial Kabupaten Bantul, tanggal 5 Februari 2016, pada pukul

20 penyandang disabilitas seperti perlindungan perempuan korban kekerasan dilakukan kerjasama dengan lembaga bantuan hukum (LBH) dan melakukan pendampingan terhadap penyandang disabilitas tersebut, baik itu tenaga ahli penerjemah bahasa isyarat maupun pemberian bantuan komunikasi antara bahasa polisi dan penyandang disabilitas, hal tesebut merupakan komitmen dari pihak kepolisian dalam upaya pengimplementasian perda terkait disabilitas ini. Sedangkan dalam bidang penanggulangan bencana di Kabupaten Bantul, pengimplementasiannya hanya baru sebatas pemberian perspektif terhadap isu disabilitas, pemberian pemahaman-pemahaman. Secara efektif dapat dilihat pada saat di lembaga pemberdayaan penyandang disabilitas di YAKKUM, pembahasan mengenai tata cara penanganan dan penanggulangan bencana terhadap para penyandang disabilitas di tiap-tiap daerah dan tata cara dalam menolong para penyandang disabilitas sesuai dengan kriteria yang disandangnya. 92 D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kabupaten Bantul Terhadap Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penyandang Disabilitas. Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya menjalankan mandat yang diberikan oleh Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 melakukan berbagai hal seperti sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), tokoh agama, perbankan, serta organisasi-organisasi sosial yang ada di Kabupaten Bantul. Pemerintah Kabupaten Bantul juga telah mendorong berbagai program-program pemerintah untuk 92 Wawancara dengan Bapak Subroto, Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat di Kantor Dinas Sosial Provinsi DIY, pada tanggal 3 Februari 2016, pada pukul WIB.

21 melakukan pengarusutamaan disabilitas serta diadakannya family gathering yaitu pertemuan antara para orangtua penyandang disabilitas, Pemerintah Bantul selaku pemilik wilayah, dan TKSK selaku pendamping di lapangan, hal tersebut dilakukan agar keluarga dan orang-orang disekitar kaum difabel dapat termotivasi untuk memacu para penyandang disabilitas dalam berkreasi dan memiliki lapangan pekerjaan yang layak. Upaya penyamaan persepsi berkenaan isu seputar disabilitas pun seringkali dilakukan agar seluruh SKPD yang berada di Kabupaten Bantul memahami bahwa penyandang disabilitas juga manusia seperti yang lain dan memiliki hak yang sama dengan orang lain. Disamping itu, pemerintah Bantul juga telah melakukan penyusunan ketentuan peraturan yang terkait dengan perlindungan dan pemenuhan hak para penyandang disabilitas, sehingga diharapkan untuk kedepannya tercipta payung hukum bagi pemerintah kabupaten sebagai pelaksananya dan bagi penyandang disabilitas sebagai subyek pemenuhan haknya. Karena tanpa adanya perda di Bantul, maka Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 sama saja tidak bisa berjalan secara penuh, seperti dalam melakukan mandat dari provinsi yang memang memerlukan anggaran yang tidak sedikit, dalam melakukan pembelian alat-alat bantu, dan pelatihan vokasional, akan sangat sulit dalam segi pengalokasian anggaran jika tidak ada dasar yang mengatur untuk diajukan ke dewan. Implementasi tidak bisa dilakukan tanpa adanya anggaran, dan anggaran untuk mengeluarkannya harus disertai dengan dasar yang kuat, jadi

22 perda yang menuntut SKPD harus berbuat sesuatu dan harus juga ada anggarannya. 93 Pemerintah Kabupaten Bantul sudah menugaskan SKPD seperti dinas sosial Bantul untuk melakukan tugasnya untuk memberdayakan, memberi perlindungan, memberi jaminan sosial dan rehabilitasi sosial terhadap para penyandang disabilitas yang ada di Kabupaten Bantul, walaupun tidak semua bisa terpenuhi begitu saja dan bergantung pada anggaran yang ada. Fasilitas-fasilitas umum yang terdapat di daerah Kabupaten Bantul juga sudah banyak mengalami perubahan walaupun secara progresifitasnya belum begitu signifikan. Seperti yang terdapat di komplek gedung kantor bupati, walaupun belum ada ramp dan lift pada kebanyakan gedung yang ada, tetapi pada bangsal pendopo kantor bupati dan lobby sudah memiliki ramp untuk mengakses di lantai satu. Kemudian untuk komplek perkantoran baru yang berada di Manding, hampir seluruh bangunan yang terdapat pada gedung-gedung disana sudah memiliki ramp dan toilet yang aksesibel bagi penyandang disabilitas. E. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak- Hak Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul. 1. Faktor Pendukung Faktor yang menjadi mendukung pada sisi pemerintah adalah selalu diadakanya sosialisasi terhadap perspektif berkenaan dengan isu seputar disabilitas yang memberikan penyadaran masyarakat bahwa penyandang 93 Wawancara dengan Bapak Subroto, Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat di Kantor Dinas Sosial Provinsi DIY, pada tanggal 3 Februari 2016, pada pukul WIB

23 disabilitas itu perlu dihargai dan tidak boleh dibeda-bedakan perlakuannya dengan yang lain. Adanya komite yang senantiasa mendorong SKPD untuk melakukan pengarusutamaan disabilitas. Serta tuntutan dari UN CRPD yang mengharuskan Indonesia meratifikasi konvensi tersebut, sehingga secara tidak langsung aturanaturan yang ada dibawahnya juga akan mengikuti untuk mendukung terlaksananya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Sedangkan dari sisi masyarakat di Kabupaten Bantul yaitu dengan adanya inisiasi organisasiorganisasi sosial yang akan terus mendorong pemerintah untuk melakukan implementasi, karena sudah ada regulasinya maka pemerintah pasti akan melakukan sesuatu sesuai dengan porsinya. 2. Faktor Penghambat Hambatan yang paling utama dan sangat bergantung pada seluruh elemen masyarakat beserta seluruh SKPD yang ada adalah belum semua mempunyai perspektif mengenai disabilitas dan belum sensitif, karena usaha memahamkan manusia akan pentingnya isu disabilitas ini tidak gampang dan perlu kesadaran dari masing-masing individu bahwa penyandang disabilitas itu juga manusia yang memiliki hak yang sama dengan manusia lain. Pada segi aturan yang ada, tidak semua SKPD mengetahui konten atau substansi yang diatur pada ketentuan perda tersebut sehingga mereka cenderung merasa kurang memiliki kewajiban terhadap pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dan terkadang jika ada sosialisasi yang menghadiri adalah pelaksana kebijakan dibawahnya bukan pemegang kebijakan, hal tersebut menjadikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SKPD terkait kurang berpihak kepada para penyandang disabilitas.

24 Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 membutuhkan ketersediaan anggaran yang cukup besar, karena proses implementasi tanpa anggaran juga akan sangat sulit untuk dilakukan dan anggaran pun harus disertai dengan perencanaan terlebih dahulu. Kurangnya komitmen dari para penentu kebijakan juga tidak kalah penting, karena tanpa adanya komitmen penuh dari para penentu kebijakan hal tersebut akan sangat sulit untuk direalisasikan. Fasilitas yang belum aksesibel, artinya semua informasi baik fisik maupun non fisik yang diberikan belum aksesibel. Aksesibilitas fisik seperti bangunanbangunan gedung pemerintah maupun publik masih belum aksesibel untuk mengakses suatu informasi. Kemudian aksesibilitas non fisik, fasilitas seperti informasi yang diberikan pemerintah kepada para penyandang disabilitas dengan segala ragam yang ada belum semua aksesibel. Lingkup keluarga juga dapat menjadi faktor penghambat implementasi perda ini, keluarga yang kurang merespon program dari pemerintah dan kurang mendukung anak atau keluarganya yang dilatih melalui program pemerintah sehingga tidak ada dorongan bagi para penyandang disabilitas untuk maju setelah dilakukan berbagai pelatihan. Ketidakmampuan keluarga secara ekonomi juga menjadikan para penyandang disabilitas kesulitan dalam mengakses pendidikan yang terkadang jarak antara tempat tinggal dan sekolah mereka sangat jauh dan butuh biaya.

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang diatur

Lebih terperinci

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS 23 AGUSTUS 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas Peraturan Daerah Tentang

Lebih terperinci

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN 2016 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO Arni Surwanti 6 APRIL 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas LANDASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KESETARAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak Upaya penyediaan pelayanan publik seharusnya dilakukan pada semua sektor dan diperuntukkan untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk di antaranya masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DRAFT RAPERDA: MASUKAN DARI FORUM PENGUATAN HAK PENYANDANG DISABILITAS (FPHPD): (CIQAL, ILAI, MAJELIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PP MUHAMMADIYAH) RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin pelindungan,

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS 1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA Arni Surwanti 11 APRIL 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial Ringkasan terjemahan laporan Persons with Disabilities in Indonesia: Empirical Facts and Implications for Social Protection Policies (Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.11,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pemenuhan hak, penyandang disabilitas.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.11,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pemenuhan hak, penyandang disabilitas. 1 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.11,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pemenuhan hak, penyandang disabilitas. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2017

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2017 WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PELINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Para penyandang disabilitas seringkali tidak menikmati

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 9 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 9 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 9 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak asasi manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RABU, 20 JANUARI 2016

RABU, 20 JANUARI 2016 PENJELASAN KOMISI VIII DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYANDANG DISABILITAS RABU, 20 JANUARI 2016 JAKARTA KOMISI VIII DPR RI DEW AN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Assalamu'alaikum Wr.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LOGO GARUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LOGO GARUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, LOGO GARUDA BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN KELOMPOK RENTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR BALI, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.963, 2017 KEMENPP-PA. Anak Penyandang Disabilitas. Perlindungan Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus - 9 - Strategi 1: Penguatan Institusi Pelaksana RANHAM Belum optimalnya institusi pelaksana RANHAM dalam melaksanakan RANHAM. Meningkatkan kapasitas institusi pelaksana RANHAM dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 66 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1

PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1 PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1 PEMBANGUNAN ANAK Bagaimana suatu bangsa memberikan prioritas kepada pembangunan anak menunjukkan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATIBANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH

BUPATIBANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH BUPATIBANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR *9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS

Lebih terperinci

BAB III UPAYA CIQAL DALAM PROSES ADVOKASI KAUM DIFABEL DI YOGYAKARTA

BAB III UPAYA CIQAL DALAM PROSES ADVOKASI KAUM DIFABEL DI YOGYAKARTA BAB III UPAYA CIQAL DALAM PROSES ADVOKASI KAUM DIFABEL DI YOGYAKARTA CIQAL (Center for Improving Qualified Activity in Live of People with Disabilities) adalah Non-Governmental Organization (NGO) yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, SALINAN Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 151 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembentukan norma hukum daerah dalam rangka perlindungan hukum terhadap hak-hak penyandang disabilitas di DIY melalui proses yang menghabiskan waktu kurang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci