BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas merupakan penilaian yang bersifat subyektif, dalam pembelajaran penilaian pada proses pembelajaran sangatlah penting untuk diperhatikan, karena penilaian proses merupakan cikal bakal adanya penilaian hasil dari suatu pembelajaran. Penilaian proses adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Sudjana ( 2012: 56) menyatakan bahwa suatu hal yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru atau pengajar dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan, karena hasil akhir dari pembelajaran merupakan akibat dari proses pembelajaran.dari suatu penilaian proses pembelajaran, hasilnya juga akan memengaruhi pada penilaian hasil suatu kompetensi yang harus dicapai. Penilaian proses pembelajaran menurut Suwandi (2009: 80) dapat dilihat dari sikap serta motivasi siswa. Sikap tersebut dapat diketahui selama proses pembelajaran dan dapat dinilai dengan kecenderungan siswa dalam merespon suatu objek, yang dimaksud dalam penelitian ini ialah pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa. Dalam suatu proses pembelajaran, untuk dapat menciptakan sikap siswa yang tertarik dalam suatu pembelajaran diperlukan adanya suatu motivasi. Dimana motivasi dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Hamalik (Islamuddin, 2012: 259) menyatakan bahwa motivasi ialah perubahan dalam diri seorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan 10

2 11 segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Apabila terdapat motivasi dalam diri siswa dalam pembelajaran maka terdapat suatu daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan adanya motivasi dalam diri peserta didik diharapkan proses pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan materi akan cenderung dapat disukai dan diterima oleh siswa, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam proses dan hasil pembelajaran menulis dua paragraf berhuruf Jawa. Sudjana (2012: 61) menyatakan bahwa keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari motivasi belajar yang ditunjukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang dapat dilihat dari beberapa aspek, salah satunya ialah dari aspek motivasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh para siswa dalam proses belajar mengajar, yang dapat dilihat dalam hal: 1) semangat siswa untuk melaksanakan tugas 2) minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran; 3) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; 4) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas. Aspek motivasi menurut Sudjana tersebut, memiliki kesamaan dengan pendapat Suwandi (2009: 80), bahwa penilaian proses juga dapat dinilai melalui motivasi siswa dalam pembelajaran, meliputi hal: 1) antusias; 2) perhatian; 3) keaktian; 4) tanggung jawab mengerjakan tugas. Pendapat Sudjana (2012: 61) dan pendapat Suwandi (2009: 80) aspek-aspek motivasi memiliki persamaan, pada aspek semangat menurut pendapat Sudjana (2012: 61), sama dengan pendapat Suwandi (2009: 80) pada aspek antusias. Pada aspek reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang

3 12 diberikan menurut Sudjana memiliki kesamaan dengan pendapat Suwandi pada aspek keaktifan. Dari beberapa aspek di atas, apabila siswa telah memenuhi aspek-aspek tersebut maka menunjukan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil. Dari beberapa aspek di atas yang dirasa mampu meningkatkan nilai proses pembelajaran, terdapat beberapa ciri bahwa pemebalajaran proses dikatakan berhasil. Adapun penilaian proses menulis paragraf berhuruf Jawa dapat dinilai berdasarkan pedoman di bawah ini. Tabel 2.6 Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran No Nama Skor Perilaku Total Ket. Antusias Perhatian Keaktifan Mengerjakan Tugas (Suwandi, 2009: 83 dengan modifikasi beberapa hal) Keterangan : 1. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut : a. Antusias 1) Apabila siswa tidak memperhatikan dan bermalas-malasan dalam proses belajar mengajar 2) Apabila siswa kurang memperhatikan dalam proses belajar mengajar 3) Apabila siswa terlihat cukup memperhatikan dalam proses belajar mengajar 4) Apabila siswa terlihat antusias dan senang dalam proses belajar mengajar 5) Apabila siswa terlihat sangat memperhatikan dan senang dalam proses belajar mengajar

4 13 b. Perhatian 1) Apabila siswa tidak memperhatikan guru dan melakukan kegiatan lain saat pembelajaran 2) Apabila siswa kurang memperhatikan guru tanpa memberi respon positif saat kegiatan pembelajaran 3) Apabila siswa hanya memperhatikan guru tanpa memberikan respon positif saat kegiatan pembelajaran 4) Apabila siswa terlihat memperhatikan dan memberi respon positif dalam pembelajaran 5) Apabila siswa terlihat sangat memperhatikan, terlihat antusias dan dan aktif memberikan respon positifselama kegiatan pembelajaran c. Keaktifan 1) Apabila siswa sama sekali tidak merespon pertanyaan dari guru selama proses belajar mengajar 2) Apabila siswa kurang merespon pertanyaan dari guru selama proses belajar mengajar 3) Apabila siswa sesekali merespon pertanyaan dari guru selama proses belajar mengajar 4) Apabila siswa aktif merespon pertanyaan dari guru selama proses belajar mengajar 5) Apabila siswa sangat aktif merespon pertanyaan dari guru selama proses belajar mengajar d. Mengerjakan Tugas 1) Apabila siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas 2) Apabila siswa sedikit mengerjakan tugas dan belum selesai 3) Apabila siswa mengerjakan tugas dan hampir selesai 4) Apabila siswa mengerjakan tugas dan telah selesai 5) Apabila siswa mengerjakan tugas dan telah selesai

5 14 2. Keterangan diisi dengan kriteria berikut : 1) Nilai 0 5 = sangat kurang 2) Nilai 6 9 = kurang 3) Nilai = cukup 4) Nilai = baik 5) Nilai = sangat baik 2. Hakikat Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Dalam pembelajaran bahasa khususnya pada pembelajaran bahasa Jawa terdapat empat kemampuan berbahasa di antaranya ialah kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara empat kemampuan berbahasa tersebut, kemampuan menulis merupakan kemampuan yang paling dianggap sulit oleh siswa. Dalam pembelajaran bahasa Jawa, kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran tersebut yang memiliki nilai paling rendah dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti ialah pada kompetensi dasar menulis paragraf berhuruf Jawa. a. Hakikat Paragraf Paragraf menurut Wijayanti, dkk. (2014: 105) disebut juga alinea, yang merupakan serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membentuk sebuah gagasan Senada dengan pendapat tersebut Djawa (2006: 101), menambahkan Paragraf dapat diartikan sebagai kelompok kalimat yang berhubungan secara logis, membentuk suatu kesatuan yang didasarkan pada sebuah topik. Anggarani, dkk. (2006: 55), juga mendefinisikan paragraf seperti berikut ini. Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, lengkap, utuh, dan padu. Sebuah paragraf terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan kesatuan informasi dengan satu pikiran utama atau gagasan pokok sebagai pengendalinya. Dari beberapa pendapat pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf ialah suatu susunan satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang saling berhubungan secara logis, runtut, serta padu yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

6 15 Ahmadi (Kusumaningsih, dkk., 2013: 97) menambahkan bahwa suatu paragraf adalah suatu satuan pikiran atau perasaan, suatu susunan teratur satuan-satuan yang lebih kecil (kalimat-kalimat) dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar (keseluruhan komposisi). Sementara itu, menurut pendapat Kridalaksana (Kusumaningsih, dkk., 2013: 98), paragraf adalah (1) satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya; (2) serta merupakan bagian dari wacana yang mengungkapkan pikiran tertentu yang lengkap tetapi masih berkaitan dengan isi seluruh wacana, serta dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat berkaitan. Keraf (Djawa, 2006: 101) juga berpendapat bahwa paragraf tidak lain dari suatu pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat yang merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membuat sebuah gagasan. Senada dengan Keraf, menurut Rahardi (2010: 158) juga menyebutkan bahwa paragraf merupakan bagian dari karangan yang membentuk satu kesatuan pikiran atau ide atau gagasan yang disetiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok yang dikemas dalam sebuah kalimat yang dapat disebut kalimat utama. Dari beberapa pendapat pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf ialah satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang runtut serta logis yang membentuk satu kesatuan pikiran atau ide atau gagasan yang disetiap paragraf dikendalikan oleh satu ide pokok yang dikemas dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat utama. Sementara itu, fungsi atau kegunaan paragraf menurut pendapat Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi (2009: 34), kegunaan paragraf yaitu untuk (1) menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lanjut topik selanjutnya; serta (2) menambah hal-hal yang penting untuk memerinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf yang terdahulu. Keraf (Djawa, 2006:101) juga menyatakan bahwa paragraf berfungsi untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal. Senada dengan Keraf, fungsi paragraf menurut Akadiah (Kusumaningsih, 2013: 102) ialah

7 16 untuk menambah hal-hal yang penting atau merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf yang terdahulu. Tarigan (Djawa, 2006: 101) menyatakan bahwa paragraf mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) bagi penulis, paragraf berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis dengan cara menceraikan atau memisahkan suatu tema dengan tema yang lain; (2) bagi pembaca, paragraf berfungsi sebagai alat untuk memudahkan memahami satuan dan jalan pikiran pengarang karena tanda fisik atau dengan tanda spasi, memungkinkan pembaca lebih dapat berkonsentrasi terhadap tema yang terkandung dalam paragraf dalam paragraf itu dengan jalan melakukan pemberhentian secara wajar dan formal pada setiap akhir paragraf. Senada dengan Tarigan, Wijayanti, dkk. (2014: 105) juga menyebutkan bahwa paragraf berguna untuk menandai topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian paragraf memudahkan pembaca memahami isinya secara utuh. Dari pendapat beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan kesatuan pikiran yang lebih luas dari kalimat yang membentuk rangkaian membentuk sebuah ide yang terbentuk dari suatu kesatuan kata, kalimat yang membentuk susunan logis dan padu yang berisi gagasan atau ide dengan satu pikiran pokok utama. Kegunaan paragraf sendiri ialah untuk memisahkan hal-hal yang dianggap penting atau merinci apa yang telah diutarakan dalam paragraf-paragraf sebelumnya. Paragraf juga berfungsi sebagai pembuka topik baru atau pengembang topik sebelumnya, dan berfungsi untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, serta memudahkan pembaca membaca serta memahami isi paragraf melalui topik-topik baru yang memisahkan gagasan pokok satu dengan lainnya. Syarat-syarat pembentukan paragraf yaitu memiliki kesatuan, pada setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik, kepaduan yang didalam paragraf harus dipenuhi oleh sebuah paragraf yang disebut koherensi pada antar kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan serta kelengkapan atas kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk

8 17 menunjang kejelasan, Akhadiah (Rohmadi, dkk., 2013: 107). Sependapat dengan hal tersebut Miller (Rahardi, 2010: 158) juga menyatakan bahwa paragraf itu harus mempunyai satu kesatuan perlakuan dan kesatuan susunan. Selain syarat paragraf juga mempunyai ciri, ciri paragraf menurut Soejito (Kusumaningsih, dkk., 2013: 97) ialah Suatu paragraf memiliki ciri visual dan ciri ideal. Ciri visual adalah bahwa setiap baris pertama suatu paragraf diketik agak menjorok kedalam lima ketukan dari marjin kiri dan selalu mulai dengan baris baru. Ciri idealnya adalah setiap paragraf hanya berisikan satu pikiran, gagasan atau tema. Senada dengan pendapat Soejito, Rahardi (2010: 158) juga menyatakan bahwa secara visual paragraf ditandai oleh dua hal, yaitu baris pertama ditulis menjorok ke dalam sebanyak lima ketukan dari marjin kiri, serta selalu diawali dengan baris baru. Hal tersebut juga disebutkan oleh Ahmadi (Kusumaningsih, dkk., 2013: 97), bahwa ciri fisik paragraf dimulai kurang lebih satu inchi atau lima ketukan mesin ketik. Selain ciri, paragraf juga mempunyai struktur yang menurut pendapat Ahmadi (Djawa, 2006: 102), Struktur paragraf dibentuk oleh komponen utama, yaitu: kalimat topik, kalimat utama, kalimat pokok, kalimat inti, dan kalimat tumpu. Kalimat topik merupakan kalimat sentral yang menyatakan tentang apakah paragraf itu berbicara. Posisi kalimat topik dalam paragraf dapat terletak di bagian awal paragraf, tengah paragraf, akhir paragraf dengan tersirat secara implisit di dalam keseluruhan kalimat yang membangun paragraf itu. Sementara itu, berdasarkan sifat dan tujuannya, terdapat lima jenis paragraf yaitu paragraf deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi (Anggarani, dkk., 2006: 5). Sependapat dengan Anggarani, Wijayanto (Nasucha, dkk., 2009: 49) juga menyebutkan bahwa berdasarkan tujuan dan sifatnya, paragraf dibedakan menjadi lima macam, yaitu paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. b. Hakikat Huruf Jawa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 171), huruf adalah simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa aksara. Nitihardjo (2001: 18) mengemukakan

9 18 bahwa, aksara Jawa merupakan ornamental simbolik atau alegoris berupa gambar atau gaya tulis, misalnya kaligrafi yang unik dan sukar dimengerti oleh pembaca awam. Dalam tataran huruf Jawa, dapat disimpulkan bahwa huruf Jawa adalah simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa aksara dalam tulisan Jawa yang terkadang sulit dimengerti oleh pembaca awam. Huruf Jawa (ha-na-ca-ra-ka) merupakan hasil budaya yang usianya sudah berabad-abad, secara garis besar terdapat dua konsepsi kelahiran ha-na-ca-ra-ka yang mempunyai dua sudut pandang yang berbeda, yang pertama ialah konsepsi secara tradisional yang berkembang dari lisan ke lisan dan konsepsi yang kedua ialah konsespsi secara ilmiah (Riyadi, 2002: 8). Riyadi (2002: 8) mengemukakan bahwa konsepsi secara tradisional kelahiran aksara Jawa berkaitan erat dengan legenda Aji Saka yang tersebar dari lisan ke lisan yang kemudian didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk cerita yang berbentuk manuskrip, seperti yang terkandung dalam Serat Momana, Serat Aji Saka, Babad Aji Saka, dan Taun Saka lan Aksara Jawa. Sementara, dalam konsepsi secara ilmiah berkaitan erat dengan kelahiran dan perkembangan bahasa Jawa, yang secara alami bahasa Jawa lahir sebagai alat komunikasi lisan pemakainya. Huruf Jawa dalam hal ini juga berasosiasi dengan kata aksara Jawa atau sering disebut ha na ca ra ka atau aksara carakan. Aksara Jawa atau huruf Jawa menurut Hadiwirodarsono (2010: 5) dapat juga disebut aksara nglegena, yaitu aksara atau huruf Jawa yang belum mendapat sandhangan atau belum diberi sandhangan. Senada dengan pendapat Hadiwirodarsono, Tjiptodarsono juga mengemukakan bahwa huruf legena ialah huruf yang masih belum diberi sandhangan atau huruf suara (1987: 2). Huruf Jawa juga biasa disebut dentawyanjana, yang berasal dari kata denta yang berarti untu, wyanjana yang berarti aksara, yang apabila diartikan menjadi aksara untu yang lumrahnya disebut carakan (Sutardjo, 2008: 120). Darusuprapta, dkk. (2003: 5) mengemukakan bahwa huruf carakan atau aksara carakan yang di dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri

10 19 atas 20 aksara yang bersifat silabik (kesukukataan). Untuk penulisan aksara atau huruf Jawa ditulis dari sisi kiri ke sisi kanan. Selain itu, menulis huruf Jawa juga mempunyai ciri khas tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh Tjiptodarsono (1987: 2) bahwa tata penulisan serta penggunaan pena dalam menulis huruf Jawa yaitu yang pertama tarik ke atas tipis, rata ke kanan tipis dan ke bawah sejajar dengan tarikan naik tetapi tebal. Selain itu, terdapat ragam corak penulisan aksara atau huruf Jawa, adapun ragam tersebut ialah mbata sarimbag, dan ngetumbar (Tjiptodarsono: 1987: 79). Dalam huruf Jawa selain aksara carakan juga terdapat huruf pasangan atau aksara pasangan. Aksara pasangan adalah huruf Jawa seperti halnya huruf carakan yang jumlahnya 20 buah, tetapi bentuk dan fungsinya berbeda. Tjiptodarsono (1987: 33) menyatakan bahwa pasangan ialah huruf yang dipasang menyambung huruf mati atau huruf yang diberi pangkon, dimana jumlah pasangan sama banyaknya dengan huruf Jawa. Sejalan dengan itu, Hadiwirodarsono (2010: 12) juga mengemukakan bahwa pasangan ialah huruf atau aksara yang dapat digunakan untuk menghentikan aksara. Dapat disimpulkan bahwa pasangan dalam aksara Jawa ialah huruf yang yang dapat digunakan untuk menghentikan aksara. Pasangan diartikan setelan, karena setiap huruf Jawa yang mempunyai pasangan-nya sendiri yang berfungsi untuk menghilangkan tanda pangkon sekaligus serta untuk mematikan vokal menjadi konsonan pada huruf yang ada di depan atau di atasnya. Menurut Hadiwirodarsono (2010: 13) terdapat empat jenis pasangan, di antaranya yaitu:

11 20 1) Pasangan yang sama bentuknya dengan huruf nglegena, penulisan yaitu di bawah huruf yang dipasangi. Tabel 2.1 Pasangan Penulisan di bawah Huruf Nglegena a) Pasangan ra R c) Pasangan ya Y b) Pasangan ga G d) Pasangan nga Z 2) Pasangan yang berupa huruf nglegena tetapi kaki belakang huruf itu dihilangkan. Tabel 2.2 Pasangan Penulisan Kaki Belakang Dihilangkan a) Pasangan ka K b) Pasangan ta T c) Pasangan la L 3) Pasangan bentuk huruf nglegena yang dihilangkan kaki depannya, penulisan secara segaris dengan huruf yang dipasangi. Tabel 2.3 Pasangan Kaki Depan Dihilangkan a) Pasangan ha H b) Pasangan sa S c) Pasangan pa P 4) Pasangan yang bentuknya berubah sama sekali dari bentuk huruf nglegena.

12 21 Tabel 2.4 Pasangan Berbeda dengan Bentuk Aslinya a) Pasangan na N a) Pasangan ja J b) Pasangan ca C b) Pasangan nya V c) Pasangan da F c) Pasangan ma M d) Pasangan wa W d) Pasangan ba B e) Pasangan dha D e) Pasangan tha Q Lebih lanjut Nitihardjo (2001: 1 4) mengemukakan bahwa huruf Jawa merupakan ornamental berbentuk simbolik atau alegoris berupa gambar atau gaya tulis, misalnya kaligrafi yang unik dan rumit sukar dimengerti oleh para pembaca awamnya. Riyadi (2002: 33) menyebutkan bahwa huruf atau aksara Jawa mempunyai fungsi ganda, yang bersifat primer dan sekunder. Fungsi primer yang dimaksudkan disini adalah fungsi yang berkaitan dengan tulisan, dokumen tertulis sehingga dapat disebut dengan fungsi literer. Fungsi literer menurut Riyadi (2002: 33) adalah fungsi yang berkaitan dengan ujaran gagasan, dan buah pikiran yang dituangkan dalam bentuk tertulis, sedangkan fungsi huruf Jawa yang lain adalah sebagai fungsi estetik. Fungsi estetik ialah fungsi aksara Jawa yang dijadikan sarana untuk menciptakan karya seni yang memiliki nilai estetika, krida sastra merupakan karya kreatif hasil keterampilan menggunakan aksara Jawa dalam karya sastranya, serta kaligrafi yang merupakan seni menulis indah dengan bahan kajian penulisannya menggunakan huruf Jawa (Riyadi, 2002: 3 41). Dari pendapat pakar-pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa ialah kemampuan seseorang untuk menyusun atau merangkai huruf-huruf Jawa sesuai bentuk aturan tata tulis untuk membentuk menjadi kata, kalimat dan paragraf yang dapat menghasilkan suara serta tulisan yang bermakna guna untuk menyampaikan informasi atau komunikasi yang ada dalam tulisan tersebut.

13 22 Selain aksara atau huruf Jawa dan pasangannya, masih terdapat beberapa aksara lain yang digunakan untuk melengkapi serta menghasilkan suara vokal agar aksara tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menghasilkan informasi. Seperti yang dinyatakan oleh Nitihardjo (2001: 30), selain 20 buah huruf atau aksara Jawa dan pasangan, masih terdapat 12 buah sandhangan aksara atau huruf vokal yang makna artinya adalah bahwa mulai hidup berwujud titah atau makhluk di dunia ini lalu menyandhang (bukan berarti pakaian, namun menyandhang rasa atau merasakan penderitaan. Sandhangan dalam aksara atau huruf Jawa yang menghasilkan suara vokal disebut sandhangan swara dapat disebut juga sandhangan sastra Jawa, dimana guna sandhangan swara adalah jika di-sandhangkan pada huruf Jawa atau ngeglena akan mengubah bunyi vokalnya (Hadiwirodarsono, 2010: 7). Hadiwirodarsono (2010: 7) mengemukakan bahwa terdapat lima jenis sandhangan swara, yaitu : Tabel 2.5 Sandhangan Swara Wulu...i wulu digunakan untuk merubah huruf Jawa menjadi bervokal i, ditulis di atas huruf yang disandhangi Suku...u suku digunakan untuk merubah huruf Jawa menjadi bervokal u. Penulisan suku disambungkan pada kaki belakang huruf yang disandhangi. Taling...[ taling digunakan untuk mengubah huruf Jawa menjadi bervokal e. Ditulis di depan huruf yang disandhangi dan ditulis segaris atau sejajar dengan hurufnya. Taling tarung [...o taling tarung digunakan untuk mengubah huruf Jawa menjadi bervokal o. Taling ditulis d di depan huruf yang akan disandhangi, sementara tarung di

14 23 belakang huruf yang akan disandhangi. Pepet...e pepet digunakan untuk mengubah huruf Jawa menjadi bervokal ê, ditulis di atas huruf yang disandhangi. Namun dalam penggunaan sandhangan pepet ini, terdapat beberapa catatan khusus, yaitu pada penggunaan huruf Jawa ra dan la. Aksara ra dan la tidak boleh diberi sandhangan pepet, melainkan apabila keduanya akan disandhangi agar berubah vokal menjadi rê dan lê, x (pa ceret) untuk vokal rê dan 2 (nga lelet) untuk vokal lê. Selain itu juga terdapat sandhangan panyigeg wanda, menurut Hadiwirodarsono (2010: 9) adalah sandhangan untuk menghentikan wanda atau suku kata. Terdapat 4 jenis sandhangan menurut Hadiwirodarsono (2010: 9), di antara sandhangan yang berfungsi sebagai menghentikan wanda yaitu : Tabel 2.6 Sandhangan Panyigeg Wanda = Jika suku kata atau wanda berakhir huruf nga diganti dengan ( = ) = cecak. Cecak ditulis di atas huruf yang disigeg. / Jika suku kata atau wanda berakhir huruf ra diganti dengan ( / ) = layar. Layar ditulis di atas huruf yang disigeg. h Jika suku kata atau wanda berakhir huruf ha diganti dengan ( h ) = wignyan. Wignyan ditulis segaris dan berada di belakang huruf yang disigeg. \ Jika suku kata berakhir huruf selain ha, ra, dan nga agar

15 24 suku kata atau wanda itu mati atau berhenti diberi pangkon ( \ ) Berbeda dengan pendapat Hadiwirodarsono (2010: 9) yang menyebutkan bahwa terdapat empat jenis sandhangan panyigeg wanda, Padmoesoekotjo (1986: 18) menyebutkan bahwa sandhangan panyigeg wanda terdapat 3 jenis, yaitu cecak, layar serta wigyan. Padmoesoekotjo (1986: 18) menyebutkan bahwa sandhangan pangkon (paten) berdiri menjadi kesatuan tersendiri, dimana apabila huruf atau aksara Jawa yang dipangkon menjadi aksara konsonan yang ada di depannya, sandhangan pangkon (paten) digunakan untuk menjelaskan bahwa aksara yang dipangku atau dipangkon menjadi aksara konsonan yang ada di depannya. Selain itu, tanda pangkon juga menjadi pengganti pada lingsa dan jika ditambah pada satu (pada ingsa) maka akan menjadi pada lungsi atau tanda titi. Selain sandhangan swara, sandhangan panyigeg wanda, dan sandhangan pangkon (patena), masih terdapat jenis sandhangan yang lain, yaitu sandhangan wyanjana. Sandhangan wyanjana atau sandhangan pambukaning wanda menurut Hadiwirodarsono (2010: 11) ialah sandhangan yang diucapkan bersama dengan huruf yang dirangkap. Terdapat tiga jenis sandhangan wynajana menurutt Hadiwirodarsono (2010: 11). Senada dengan pendapat Hadiwirodarsono, Padmoesoekotjo (1986: 18) juga menyatakan bahwa terdapat tiga jenis sandhangan wyanjana, yaitu: Tabel 2.7 Sandhangan Wyanjana Pengkal - pengganti huruf Jawa ya, penulisan pengkal yaitu sejajar dengan garis huruf yang disandhangi. Keret } pengganti huruf Jawa ra pepet, penulisan keret yaitu di bawah garis huruf yang disandhangi. Cakra ] pengganti panjingan r (r), penulisan cakra yaitu di bawah garis huruf yang disandhangi.

16 25 Selain aksara carakan, pasangan dan sandhangan, juga terdapat beberapa aksara, seperti yang disebut aksara murda. Aksara murda atau huruf Jawa murda juga disebut huruf besar yang jumlahnya hanya ada delapan aksara atau huruf (Hadiwirodarsono (2010: 22 24). Aksara atau huruf Jawa murda ini digunakan untuk penulisan nama gelar, nama orang, nama tempat, singkatan nama lembaga, dan gelar pendidikan. Selain huruf Jawa murda juga terdapat huruf Jawa rekan atau yang disebut aksara rekan, yang jumlahnya hanya lima huruf, penggunaan huruf Jawa rekan atau aksara rekan ialah dalam penulisan bahasa asing terutama bahasa Arab. Terdapat juga angka Jawa yang dimulai dari angka 0 sampai dengan angka 9. Namun, pembelajaran aksara murda dan aksara rekan dalam penelitian ini tidak diikutsertakan dalam penelitian serta pembelajaran. Hal ini karena adanya pembatasan kompetensi dasar (KD) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pembelajaran bahasa Jawa kelas VIII Sekolah Menegah Pertama (SMP), dalam pembelajaran bahasa Jawa sesuai dengan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas VIII semester kompetensi dasar yang harus dicapai dalam keterampilan menulis salah satunya ialah menulis paragraf berhuruf Jawa dengan mengintegrasikan aksara carakan, pasangan, dan sandhangan yang sesuai dengan aturan atau tata penulisan huruf Jawa sesuai dengan tata aturan gubernuran, hal ini dikarenakan karena sekolah yang dijadikan sebagai obyek penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Mojolaban berpicu pada tata aturan tersebut. Sementara dalam pembelajaran menulis yang mengintegrasikan aksara murda dan aksara rekan dimuat dalam kompetensi dasar (KD) jenjang yang selanjutnya. Akan tetapi, dalam kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang kurang mampu dalam pembelajaran menulis menggunakan aksara atau huruf Jawa, terlebih dalam penggunaan serta penerapan penulisan pasangan dan sandhangan, sehingga pembelajaran menulis dua paragraf berhuruf Jawa memiliki nilai yang rendah dan berdampak pada tidak tercapainya kompetensi dasar menulis paragraf berhuruf Jawa. Pada penelitian ini, peneliti membatasi

17 26 huruf-huruf atau aksara Jawa pada penggunaan aksara carakan, sandhangan, serta pasangan. Berikut adalah jenis-jenis aksara Jawa. 1) Huruf Jawa a n ha Na f t da ta p d pa dha m g ma ga Tabel 2.8 Aksara Carakan c r ca ra s w sa wa j y ja ya b q ba tha k ka l la v nya z nga 2) Pasangan Tabel 2.9 Pasangan Aksara Jawa H N C R K Ha Na Ca Ra Ka F T S W L Da Ta Sa Wa La P D J Y V Pa Dha Ja Ya Nya M G B Q Z Ma Ga Ba Tha Nga

18 27 3) Sandhangan Tabel 2.10 Sandhangan Aksara Jawa Nama Aksara Keterangan Nama Aksara Keterangan Sandhangan Jawa Sandhangan Jawa Wulu I Tanda vokal i Wignyan h Tanda ganti konsonan h Suku U Tanda vokal u Cecak = Tanda ganti konsonan ng Taling [ Tanda vokal é Pangkon \ Tanda penghilang vokal Pepet e Tanda vokal ê Pengkal - Tanda ganti konsonan Taling Tarung [ h Tanda vokal o Cakra ] Tanda ganti konsonan ra Layar / Tanda ganti konsonan r Cakra keret } Tanda ganti konsonan re c. Hakikat Paragraf Berhuruf Jawa Dari uraian pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf berhuruf Jawa ialah satuan bahasa tulis yang membentuk suatu ide yang terbentuk dari suatu kesatuan kata yang membentuk kalimat yang runtut, utuh, dan padu yang ditulis dalam bentuk menggunakan huruf

19 28 Jawa yang mengintegrasi pada penggunaan huruf-huruf Jawa seperti, aksara carakan, pasangan, sandhangan, aksara swara, aksara murda, serta aksara angka. Berdasarkan teori-teori pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa ialah kemampuan untuk menulis atau menyalin satuan bahasa tulis yang membentuk suatu ide yang terbentuk dari suatu kesatuan kata yang membentuk kalimat yang runtut, utuh, dan padu dalam bahasa latin, kemudian disalin menggunakan huruf Jawa yang mengintegrasi pada penggunaan huruf-huruf Jawa seperti, aksara carakan, pasangan, sandhangan, aksara swara, aksara murda, serta aksara angka. d. Teknik Penilaian Kemampuan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Selain penilaian proses, terdapat juga penilaian terhadap hasil karya tulisan siswa, yang di dalam karya tulis tersebut diharapkan siswa telah mampu menerapkan penggunaan huruf atau aksara Jawa meliputi aksara carakan, pasangan, sandhangan, serta aksara angka, dalam hal penggunaan serta ketepatan tata penulisan huruf Jawa sesuai dengan pedoman penulisan aksara Jawa yang baik dan benar. Dalam kompetensi ini, siswa diharapkan mampu menulis dua paragraf menggunakan huruf Jawa dengan penerapan aksara carakan, pasangan,dan sandhangan secara tepat dan sesuai dengan kaidah penulisan aksara Jawa, sehingga siswa diharapkan mampu menulis dua paragraf berhuruf Jawa. Penilaian pada kemapuan siswa dalam pembelajaran menulis dua paragraf berhuruf Jawa ini bersifat penilaian diskrit, karena ketika salah satu bentuk penggunaan aksara Jawa salah atau tidak tepat atau berbeda bentuk aksara aslinya maka aksara tersebut salah dan mempunyai skor 0, sementara pada aksara yang sesuai mempunyai skor 1, dengan aksara salah tidak mengurangi skor benar. Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian kemampuan pembelajar menulis dua paragraf berhuruf Jawa ialah sebagai berikut :

20 29 NO ASPEK 1 Ketepatan penulisan Aksara carakan 2 Ketepatan penulisan Pasangan 3 Ketepatan penulisan Sandhangan Tabel 2.13 Lembar Penilaian Hasil Penulisan Aksara Jawa JUMLAH AKSARA JUMLAH BENAR INDIKATOR 307 Apabila siswa menulis menggunakan Aksara carakan tepat bacaan latin yang disalin Apabila siswa menulis menggunakan Aksara pasangan tepat bacaan latin yang disalin Apabila siswa menulis menggunakan Aksara sandhangan tepat bacaan latin yang disalin SKOR Setelah mengetahui jumlah benar yang mempunyai skor 1 pada setiap masing-masing aksara kemudian digunakan sebagai hasil tes kemampuan menulis paragraf berhuruf Jawa dengan cara diberi skor sesuai dengan pedoman penilaian yang telah ditentukan sebagai berikut. 3. Hakikat Teknik Peer Correction Dalam pembelajaran menulis, seorang pelajar dalam prosesnya tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Hendrickson (Sumarwati, 2013: 2) mengemukakan bahwa menulis dengan banyak kesalahan bahasa merupakan kegiatan yang sia-sia karena tulisannya tidak akan dibaca orang. Sebaliknya, karangan dengan kesalahan bahasa yang minimal memungkinkan pembaca dapat memahami isinya secara optimal. Oleh karena itu, perlu diperlakukan upaya agar siswa melakukan kesalahan seminimal mungkin dalam karangannya. Di antara kesalahan tersebut dapat digunakan sebagai proses yang membawa keberhasilan dalam kompetensi menulis. Wood (Sumarwati, 2013: 5) menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa adalah bagian dari proses belajar dan koreksi kesalahan adalah

21 30 yang akan membawa pembelajar ke arah kemajuan. Keberhasilan tersebut dapat dimulai dengan adanya proses koreksi kesalahan dalam hasil tulisan siswa yang berfungsi sebagai feedback atau umpan balik. Aktivitas koreksi kesalahan dalam menulis tersebut menunjuk pada kegiatan menemukan letak kesalahan, mengenali penyebab, dan kemudian memperbaikinya. Senada dengan Sumarwati, Hendrikckson (Ulfah, Fuady, dan Wardani, 2013: 3) juga mengemukakan bahwa pembelajar akan mengalami kebingungan apabila tidak diberi feedback atau umpan balik ketika pembelajar tidak bisa mempertimbangkan mana yang salah. Choudron (Ulfah, dkk., 2013: 3) juga menegaskan bahwa feedback merupakan halyang penting yang pasti terjadi di dalam interaksi pembelajaran yang baik. Sehingga dengan demikian, dibutuhkan sebuah feedback yang dapat menunjang keberhasilan pembelajar. Feedback atau umpan balik yangdapat digunakan untuk menunjang dapat berupa hasil koreksi kesalahan berbahasa. Walz (Sumarwati, 2008: 13) mengklasifikasikan berbagai teknik koreksi yaitu teacher correction, peer correction, dan self correction. a. Teacher correction (koreksi guru), yaitu aktivitas koreksi yang dilakukan oleh guru atau pengajar terhadap tulisan peserta didik dengan cara guru mencoret atau memberi tanda langsung pada letak-letak atau bagianbagian yang salah serta menuliskan pembetulannya. b. Peer correction (koreksi bersama teman), yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan peserta didik dalam bentuk kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. c. Self correction (koreksi diri), yaitu kegiatan koreksi tulisan yang dilakukan oleh pelajar yang kemudian dikoreksi sendiri (pelajar mencari dan menemukan kesalahan sendiri). Dari ketiga teknik koreksi kesalahan tulisan yang telah disebutkan di atas, untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa, peneliti menerapkan teknik peer correction (koreksi teman sebaya) yang ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis dengan alasan bahwa menerapkan teknik koreksi

22 31 teman sebaya ini dapat memberikan pembelajaran lebih kepada siswa untuk berbagi tulisan, saling membaca tulisan teman, saling mengoreksi dan saling memberikan masukan untuk karangan atau tulisan teman. Melalui teknik peer correction ini siswa akan mengidentifikasi kesalahan tulisan teman, dan secara tidak langsung siswa akan menghindari kesalahan yang sama. Pada teknik yang lain tidak dipilih dengan alasan terdapat kekurangan pada teknikteknik tersebut yang kurang dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis huruf Jawa. Penggunaan teknik teacher feedback (koreksi guru) dirasa sangat pasif karena siswa hanya menunggu koreksi dari guru dan masukan dari guru. Selain itu, menurut Walz (Ganji, 2009: 119) pointed out that giving the students the correct answers did not establish a pattern for long term memory. (memberikan siswa jawaban yang benar tidak membentuk pola memori jangka lama), yang berarti apabila memberikan jawaban yang benar kepada siswa dalam koreksinya, maka jawaban tersebut akan percuma, karena jawaban yang benar tersebut tidak membentuk suatu pemahaman kepada siswa, sehingga siswa tidak mengingat serta memahami kesalahan tulisannya serta tidak mengingat bagaimana tata penulisan yang seharusnya. Teknik self feedback, dimana penulis atau siswa hanya membaca karangannya sendiri hal ini kurang efektif, karena selain sebagai penulis juga sebagai pembaca yang seharusnya mampu memberikan respon atau masukan positif. Teknik peer correction atau yang berasosiasi dengan istilah lain seperti peer feedback, peer response, peer review, tutor sebaya, pembelajaran kooperatif, peer conference, dan lain-lain merupakan kegiatan atau teknik yang menjadi pendekatan yang dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kemampuan menulis (Zainurrahman, 2011: 187). Ulfah, dkk. (2013: 2), menyatakan bahwa teknik peer correction merupakan teknik pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mengoreksi kesalahan bahasa dalam hasil tulisan temannya dengan bantuan feedback tidak langsung dari guru. Senada dengan Ulfah, dkk., Purwanto (2008: 19) menyatakan bahwa teknik peer correction menunjuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca

23 32 tulisan temannya kemudian membuat respon (berupa koreksi) dalam posisinya sebagai pembaca. Barkley, dkk. (2012: 373) menyatakan bahwa peer editing atau peer correction mampu membantu mengajari pelajar baik siswa maupun mahasiswa cara mengidentifikasi fitur-fitur tulisan yang baik dan buruk dalam pekerjaan teman sebayanya sehingga mampu mengembangkan keterampilan evaluasi kritis yang dapat mereka terapkan pada tulisan mereka sendiri, serta dapat memberikan dampak kritisisme positif bagi pelajar baik siswa maupun mahasiswa pembuat tulisan supaya mereka dapat meningkatkan kualitas tulisan. Dengan adanya koreksi antar teman sebaya, secara langsung juga merupakan teknik penilaian terhadap hasil lembar kerja siswa, dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan serta kekurangan temannya dalam berbagai hal, dalam artian teman sejawatnya sebagai penilai (Wahyuni dan Ibrahim, 2012). Wahyuni dan Ibrahim (2014: 22) menyatakan bahwa kedudukan teman sejawat sebagai penilai setara dengan diri sendiri. Penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa ialah dalam pengoreksian hasil tulisan teman sebayanya. Dari pendapat pakar-pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik peer correction merupakan sebuah teknik yang merupakan sebuah feedback atau umpan balik terhadap siswa dengan cara saling menukarkan hasil tulisan siswa dengan teman sejawatnya untuk saling dikoreksi. Secara sederhana menurut Sumarwati (2013: 1), adapun pelaksanaan teknik peer correction adalah: (1) setelah selesai mengembangkan kerangka karangan menjadi draf karangan, siswa menukarkan draf tersebut dengan temannya, (2) siswa bersama guru menetapkan jenis kaidah bahasa tulis yang hendak dikoreksi, (3) guru memberikan contoh kesalahan pada aspek-aspek yang telah ditetapkan dan cara menandainya, (4) siswa mengidentifikasi serta memberi tanda-tanda tertentu pada kesalahan bahasa yang ditemukan dalam karya teman, (5) siswa membetulkan kesalahan tata bahasa atau kesalahan tulis yang ditemukannya pada karya temannya, (6) siswa mengembalikan karangan yang telah selesai dibetulkan kepada penulisnya, (7) siswa

24 33 mempelajari koreksi yang dilakukan teman terhadap karangan sehingga jika menemukan masalah berkaitan dengan hasil koreksi tersebut dapat didiskusikan bersama guru, dan (8) siswa menulis ulang karangannya untuk dipajang pada majalah dinding. Senada dengan Sumarwati, menurut pendapat Ulfah, dkk. (2013:2) feedback dalam teknik peer correction ialah pada pemberian tanda-tanda atau simbol kesalahan bahasa di bagian tulisan siswa, dengan demikian siswa lebih terarah dalam mengoreksi dan lebih mudah mengenali kesalahan bahasa dalam tulisan temannya. Barkley, dkk. (2012: 374) mengemukakan bahwa tidak semua siswa atau mahasiswa memiliki keterampilan menulis kritik sehingga mereka perlu latihan dan bimbingan untuk mengetahui apa saja yang harus dicari dan bagaimana membuat komentar-komentar editorial yang konstruktif. Dalam hal ini menurut Barkley, dkk. (2012: 374) dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi pengeditan dan membantu memonitor kegitan dengan peer review form yang memuat unsur-unsur yang harus dicari ketika mereka sedang mengkritisi. Prosedur peer review form dimulai dengan saling berpasangan kemudian masing-masing menulis secara individual yang kemudian hasil atau dra f dari tulisan masing-masing akan saling ditukarkan untuk dikoreksi oleh pasangan atau temannya, dimana editor juga memberi tanda persetujuan atau pengkoreksian menggunakan peer review form. Dalam koreksi hasil tulisan menulis paragraf berhuruf Jawa, teknik serta langkahlangkah dalam kegitan pengkoreksian tidak jauh berbeda, dimulai dengan bertukar draf hasil karangan menulis paragraf berhuruf Jawa antar teman sebaya yang kemudian dilanjutkan dengan pengkoreksian dengan memberikan tanda-tanda tertentu pada kesalahan penggunaan atau penulisan huruf Jawa yang ditemukan. Kemudian draf hasil karya menulis paragraf berhuruf Jawa dikembalikan kepada penulis masing-masing guna untuk dipelajari sehingga apabila menemukan masalah berkaitan dengan hasil koreksi dapat didiskusikan bersama guru. Dalam tahap pemberian feedback menurut Walz (Sumarwati, 2013: 5) yang merupakan kegiatan pengkoreksian dapat memberikan tanda-tanda atau

25 34 simbol pada kesalahan tulis yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang telah ditentukan. Selain memberikan simbol-simbol atau tanda juga dapat ditindak lanjuti dengan memberi pembetulannya serta menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis. Dari penjabaran pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik peer correction dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam menulis serta dapat dijadikan sebagai interaksi sosial, dimana menurut Barnes (Lin & Chien, 2008: 80) increased opportunities for peer interaction because it allows students to engage in exploratory talk (meningkatkan kesempatan untuk interaksi rekan karena memungkinkan siswa untuk terlibat dalam pembicaraan penjajakan). Secara umum dalam penerapan teknik ini, siswa saling berinteraksi dan bertukar karya hasil tulisan untuk dikoreksi oleh teman yang lainnya serta saling memberikan masukan atas kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam hasil tulisan temannya. Selain itu, dengan melakukan koreksi bahasa atas hasil karya temannya, pembelajaran atau siswa akan mendapatkan masukan mengenai model-model kesalahan yang ia lakukan, yang kemudian ia akan belajar dari kesalahannya. Hal tersebut juga senada dengan pendapat Choudron (Sumarwati, 2013: 11) menyatakan bahwa seseorang lebih mudah belajar dari kesalahan orang lain dibandingkan dengan kesalahannya sendiri termasuk dalam pemakaian bahasa. Dengan menerapkan teknik peer correction, Sumarwati (2013: 5) mengemukakan bahwa berarti hasil karangan seorang siswa akan dibaca dan dievaluasi oleh orang lain, selain guru. Williams (Zainurrahman, 2011: 190) menjelaskan lebih rinci bahwa peer feedback atau peer correction mempunyai efektivitas dalam pembelajaran menulis, di antaranya adalah: a. peer feedback menyediakan pembaca yang otentik: interaksi terencana yang terjadi antara penulis dan pembaca menyingkap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam tulisan. Yang dimaksud pembaca otentik adalah pembaca yang memiliki otoritas untuk mengkritisi, mengoreksi, memberikan masukan melalui sudut pandang tertentu. Pembaca otentik bukan sekedar membaca untuk mengetahui materi, tetapi untuk melihat fiturfitur serta aspek yang mungkin masih harus dibenahi;

26 35 b. peer feedback membangun perbaikan tulisan dalam berbagai level: sebagaimana kitaketahui bahwa tulisan itu terdiri dari level kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan wacana. Oleh karena tulisan terdiri dari level-level ini, maka pengembangan atau perbaikan tulisan akan terdapat pada level-level ini juga, terdapat pada tulisan tersebut; c. peer feedback menyediakan kritikan beresiko rendah: bahkan penulis profesional sekalipun masih saja rentan pada ketersinggungan apabila tulisannya dikritik orang lain, apalagi pengkritik itu berstrata lebih rendah. Namun tidak halnya dengan peer feedback, resiko kehilangan wajah itu sangat rendah karena peer feedback menjunjung tinggi kolaborasi. Pembacaan untuk mencari kekurangan dan kesalahan dalam peer feedback itu bersifat terencana, sehingga resiko tersinggung atau malu akan benar-benar minimal; d. peer feedback membangun kemapuan membaca kritis: peer feedback bukan hanya menjanjikan pengembangan keterampilan menulis, tetapi juga kritis (Rollinson, 2005; Kurt dan Atay 2007); e. peer feedback membangun hubungan sosial: ketika peer feedback digunkan, pada hakikatnya penulis dan pembaca bukan sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai bagaimana menulis yang baik dan benar, tetapi juga terjadi sinkronisasi pemahaman sosial yang memungkinkan terjadinya korelasi sosial yang signifikan dan positif antara partisipan dalam peer feedback (penulis dan pembaca, atau penulis satu dengan penulis lainnya). Dari pendapat Williams di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik peer correction dalam pembelajaran menulis dapat menghasilkan interaksi antar siswa penulis dan pengoreksi. Dimana pengoreksi mengkritisi, mengoreksi, memberikan masukan melalui sudut pandang tertentu yang dapat membangun hasil perbaikan terhadap tulisan baik dalam tingkat frase, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Hal tersebut senada dengan pendapat Ahangari (2014: 83), from a socio-cognitive perspective, peer review can be seen as a formative developmental process that gives learners the opportunities to discuss their productions and discover theirs interpretations of them (Hyland & Hyland, 2006). According tomcdowell (1995), the main strengths of peer feedback are that (1) there is a development of evaluative and critical abilities, (2) there are opportunities for skill development, (3) knowledge is more integrated and (4) students collaborate, are motivated and are satisfied. It is assumed that knowing the criteria of a product and

27 36 observing the work of peers, leads to a higher understanding of the quality of one s own work (Dari perspektif sosial-kognitif, peer review dapat diketahui sebagai proses perkembangan formatif yang memberikan peserta didik peluang untuk membahas karya mereka dan menemukan interpretasi dari mereka (Hyland & Hyland, 2006). Menurut McDowell (1995), kekuatan utama dari koreksi teman adalah (1) terdapat perkembangan evaluatif dan kemampuan kritis, (2) terdapat peluang untuk pengembangan keterampilan, (3) pengetahuan lebih terintegrasi dan (4) siswa saling berkolaborasi, saling termotivasi dan saling puas. Hal ini diasumsikan bahwa mengetahui kriteria produk dan mengamati pekerjaan rekan-rekan, mengarah ke pemahaman yang lebih tinggi dari kualitas pekerjaan sendiri). Penggunaan teknik ini dalam menulis paragraf berhuruf Jawa, teknik ini dapat digunakan guna mengkritisi huruf demi huruf serta sandhangan ataupun pasangan yang digunakan sesuai dengan kaidah penulisan huruf Jawa. Penerapan teknik peer correction (koreksi teman sebaya) juga dinilai sangat bermanfaat bagi proses pengajaran menulis, khususnya menulis paragraf berhuruf Jawa. Melalui penerapan teknik tersebut selain untuk memperbaiki kesalahan tata tulisan siswa juga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Penelitian yang menggunakan teknik peer correction dalam pembelajaran menulis yang dilakukan oleh Sumarwati (2013), memperoleh beberapa temuan di antaranya ialah: (1) koreksi kesalahan bahasa oleh siswa sebagai proses inkuiri dalam pembelajaran, dimana aktivitas mengoreksi kesalahan bahasa siswa oleh para siswa merupakan wujud dari pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru yang bertindak sebagai fasilitator, (2) peer correction sebagai realisasi bagi tulisan antarsiswa, yang secara eksternal siswa akan menerima kritik dari orang lain tentang kesalahan yang dibuatnya, serta ia pun akan mengkritik orang lain yang berbuat salah yang kemudian penilaiannya itu akan sekaligus merefleksi ke dalam dirinya, sehingga ia akan turut menghindari kesalahan yang sama, (3) aktivitas peer correction

28 37 merefleksikan respons siswa dalam pembelajaran, yakni dalam pembelajaran yang melibatkan aktivitas pembelajar dan guru, serta respons yang diberikan pembelajar diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (4) kesalahan bahasa pihak lain dapat menjadi sumber belajar bagi pengoreksi, secara internal pengoreksi yang mengoreksi mengkritik dirinya sendiri, (5) tahap pengeditan berfungsi sebagai pembelajaran kaidah bahasa, selama kegiatan mengedit atau mengoreksi pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan tersebut juga mengajarkan tentang ketatabahasaan yang dilakukan dengan praktik mengoreksi pemakaian bahasa yang dirasa jauh lebih efektif meningkatkan kaidah penguasaan kaidah bahasa pada siswa dan pembelajaran ini mengindikasikan sebagai pembelajaran konstektual. Selain itu, teknik peer correction juga berfungsi sebagai sebuah asesmen teman sejawat atau peer assessment yang merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal (Wahyuni dan Ibrahim, 2014: 22). Serta menurut Ulfah, dkk, (2013: 4) dengan adanya penerapan teknik peer correction ini juga dapat menumbuhkan sikap kritis siswa sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam menulis dan menghindari kesalahan bahasa seperti yang dilakukan oleh temannya. Namun, dengan hasil pekerjaan siswa yang dikoreksi oleh teman sebayanya siswa akan lebih santai dan tidak tertekan, sehingga siswa dapat lebih memahami dan lebih menerima kesalahan penulisannya. Teknik peer correction yang menempatkan teman sebaya atau siswa sebagai peneliti atau korektor dapat memberikan manfaat yang lain, di antaranya adalah: (1) memberikan dorongan pada penilai untuk selalu belajar agar ia dapat melakukan penilaian dengan baik, (2) dapat meningkatkan kepercayaan peserta didik karena ia diberikan wewenang untuk melakukan penilaian tanpa ada perbedaan dengan siswa yang lain, (3) dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya ketika ia melakukan penilaian. Sementara bagi peneliti juga sekaligus dapat belajar karena ketika ia malakukan pengkoreksian ia juga sedang belajar yang

29 38 dapat mempertajam daya kritis peserta didik karena selalu mencari dan menemukan sesuatu dengan teliti untuk diberikan catatan atau komentar (Wahyuni dan Ibrahim, 2014: 22). Penggunaan teknik peer correction yang digunakan dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran menulis telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati pada tahun 2008 dengan judul Penerapan Teknik Peer Correction dalam Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII SMP. Penelitian tersebut tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu menggunakan teknik peer correction untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis, namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati (2008) tersebut menggunakan kajian bahasa Indonesia, dimana dalam kemampuan menulis menggunakan aksara latin, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan kajian bahasa Jawa, dimana kemampuan menulis dalam kajian ini menggunakan huruf Jawa atau aksara caraka. Penelitian tindakan kelas dalam hal untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan teknik peer correction juga dilakukan oleh Purwanto pada tahun 2008 dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer correction. Selain itu, terdapat dalam kajian yang sama, terdapat penelitian yang dinilai relevan, yaitu Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suryani pada tahun 2009 dengan judul penelitian Penerapan Teknik Koreksi Teman Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan pada Siswa Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta Tahun Ajaran 200 /2009. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan menulis karangan siswa setelah diterapkannya teknik koreksi teman sebaya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas menggunakan obejek kajian aksara latin yang diterapkan dalam pembelajaran menulis

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1 oleh: Sri Hertanti Wulan hertanti_wulan@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY Aksara nglegena yang digunakan dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya

Lebih terperinci

Oleh : Iin Septi Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Iin Septi Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Menggunakan Metode Talking Stick pada Siswa Kelas VIII B SMP Purnama Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016 Oleh : Iin Septi Anggraeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa Indonesia, khususnya bahasa tulis, termasuk siswa kelas XI Program Percepatan Belajar (Akselerasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara terus menerus dan berlangsung seumur hidup. Isi dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA PADA SISWA KELAS V SDN 2 LUNDONG TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA PADA SISWA KELAS V SDN 2 LUNDONG TAHUN AJARAN 2015/2016 PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA PADA SISWA KELAS V SDN 2 LUNDONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Anggun Kirana Putri SDN 2 Ludong Kab. Kebumen Agungsetyawan1188@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil tes pada tiap siklus. Selanjutnya data yang diperoleh diuraikan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil tes pada tiap siklus. Selanjutnya data yang diperoleh diuraikan dalam 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian diperoleh melalui pengumpulan data melalui kegiatan observasi yang dilakukan pada siswa dan guru, hasil wawancara, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaborasi yang dilaksanakan dua siklus dengan empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

JIME Vol. 2 No. 1. April 2016 ISSN

JIME Vol. 2 No. 1. April 2016 ISSN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENULIS KALIMAT EFEKTIF DALAM PARAGRAF ARGUMENTASI MELALUI KEGIATAN PEER CORRECTION PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 AMBALAWI KABUPATEN BIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SUPRIADIN Dosen

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA

KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA 27 KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA Latifah dan Tri Tunggal Dosen Politeknik Kesehatan Banjarmasin Email: latifahhusien@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali. Walaupun tempatnya berada di tengah pedesaan, tetapi kualitasnya tidak jauh berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BENTUK DALAM KETERAMPILAN MENULIS SUKU KATA BERAKSARA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BENTUK DALAM KETERAMPILAN MENULIS SUKU KATA BERAKSARA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN BENTUK DALAM KETERAMPILAN MENULIS SUKU KATA BERAKSARA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran berbahasa di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memperlancar dan mempermudah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELINDUNGAN, PEMBINAAN, DAN PENGEMBANGAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELINDUNGAN, PEMBINAAN, DAN PENGEMBANGAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELINDUNGAN, PEMBINAAN, DAN PENGEMBANGAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Masalah ini akan dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berdasarkan permasalahan yang muncul di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di era informasi sekarang ini kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan teknik peer correction dan penggunaan media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMAN 2 KOTO XI TARUSAN MENULIS RESENSI NOVEL MENGGUNAKAN TEKNIK PEER EDITING ARTIKEL ILMIAH DESI ARIANI NIM.

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMAN 2 KOTO XI TARUSAN MENULIS RESENSI NOVEL MENGGUNAKAN TEKNIK PEER EDITING ARTIKEL ILMIAH DESI ARIANI NIM. KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMAN 2 KOTO XI TARUSAN MENULIS RESENSI NOVEL MENGGUNAKAN TEKNIK PEER EDITING ARTIKEL ILMIAH DESI ARIANI NIM. 10080079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP Sofrowati Inayatun 148620600123/Semester 6/A2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 sangat mempengaruhi berubahnya elemen-elemen dalam pendidikan.elemen yang berubah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE Septiana Ika Wulandari 1), Retno Winarni 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan peluang untuk dapat mengekspresikan dirinya secara leluasa, untuk menerima diri secara lebih jujur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di SD Negeri Dawuan Timur I, yang beralamatkan di Jl. Sumur Bandung desa Dawuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Menulis merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam seluruh proses kegiatan belajar selama menuntut ilmu baik di bangku sekolah dasar, sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media yaitu bahasa. Salah satu media

Lebih terperinci

BAB III AKSARA SUNDA

BAB III AKSARA SUNDA BAB III AKSARA SUNDA 3.1. Perihal Aksara Sunda Aksara Sunda atau yang disebut huruf Kaganga bukan milik sendiri maksudnya adalah aksara Sunda merupakan aksara hasil modifikasi dari aksara aksara daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nadia Keti Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nadia Keti Dwiguna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ragam formal, pemakaian bahasa tulis lebih sering ditampilkan dalam bentuk wacana tulis misalnya karangan (ilmiah atau fiksi), surat, pengumuman, dan lain-lain.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN METODE OBSERVASI TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 TRENGGALEK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN METODE OBSERVASI TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 TRENGGALEK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN METODE OBSERVASI TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 TRENGGALEK Anik Susilowati SMP 1 Negeri Trenggalek Abstrak Menulis merupakan suatu keterampilan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan dasar dari segala mata pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan di dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai media interaksi penulis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH KADUNGORA KABUPATEN GARUT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN BERDASARKAN KTSP TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu 1021.0447

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh NEULIS ATIN 10210562 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN METODE KALPOKKALDUNG. Amin Setyorini 1) 1) SD Negeri TEPAS 2 ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN METODE KALPOKKALDUNG. Amin Setyorini 1) 1) SD Negeri TEPAS 2 ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN METODE KALPOKKALDUNG Amin Setyorini 1) 1) SD Negeri TEPAS 2 ABSTRAK Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah menulis.

Lebih terperinci

Oleh: Isrom Setiyadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Isrom Setiyadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN METODE PEMBELAJARAN PEER EDITING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Isrom Setiyadi Program Studi Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan dalam semua tingkat

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang disampaikan secara langsung, dan bahasa tulisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUTURISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF BERDASARKAN GAMBAR SERI

PENERAPAN METODE FUTURISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF BERDASARKAN GAMBAR SERI Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE FUTURISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF BERDASARKAN GAMBAR SERI Gina Sylvia Putri 1, Prana Dwija Iswara, 2, Ani Nur Aeni, 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DI KELAS V SD NEGERI NGLENGKING SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Falkutas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A ) 0 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN TANDA BACA DALAM PARAGRAF NARASI DENGAN METODE BERLATIH MENULIS KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO, BOYOLALI Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KATALOG MODEL PAKAIAN DAN TAS PADA SISWA KELAS X SMA CITRA MEDIKA MAGELANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KATALOG MODEL PAKAIAN DAN TAS PADA SISWA KELAS X SMA CITRA MEDIKA MAGELANG METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016 ISSN: ISSN: 2528-3014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KATALOG MODEL PAKAIAN DAN TAS PADA SISWA KELAS X SMA CITRA MEDIKA MAGELANG Isnawati, Riniwati

Lebih terperinci

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Pengetahuan Keterampilan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis menjadi keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, baik selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci