PENERAPAN PSAK NO.52 DALAM PERUBAHAN MATA UANG PENCATATAN DAN PELAPORAN 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PSAK NO.52 DALAM PERUBAHAN MATA UANG PENCATATAN DAN PELAPORAN 1"

Transkripsi

1 ISSN PENERAPAN PSAK NO.52 DALAM PERUBAHAN MATA UANG PENCATATAN DAN PELAPORAN 1 Akhmad Riduwan *) ABSTRACT As from January 1, 2000, business companies in Indonesia are permitted to issue financial statement in currencies other than Rupiah asa long as the currency involved is a functional currency. Financial currency is essential currency in economic substantial, thai is dominant currency in the company s operation. If the reporting currency uses functional currency, the recording currency also use the same functional currency. Consequently, the transactions which is stated ini other functional currency, Rupiah for example) should first be calculated in the functional curreny as a new recording currency. The procedure of converting recording and reporting is provided in the Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.52. Key-words : PSAK No.52, recording currencreporting currency, functional currency. 1. PENDAHULUAN Mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan -- selanjutnya disebut mata uang pelaporan -- bagi perusahaan di Indonesia adalah Rupiah, dan karenanya, mata uang yang digunakan dalam pencatatan transaksi -- selanjutnya disebut mata uang pencatatan -- juga harus Rupiah. Dengan kata lain, mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang pelaporan. De-ngan demikian, apabila perusahaan melakukan transaksi dalam mata uang asing, maka nilai tran-saksi tersebut harus dijabarkan (translate) terlebih dahulu ke dalam Rupiah. Akuntansi transaksi dalam mata uang asing ini, termasuk perlakuan akuntansi atas selisih kurs, diatur dalam PSAK No Tulisan ini pernah dipresentasikan dalam Kuliah Umum Akuntansi Keuangan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi STIESIA Surabaya pada tanggal 11 Desember *) Drs. Akhmad Riduwan, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 13

2 Di samping melakukan transaksi dalam mata uang asing, suatu perusahaan mungkin pula menjalankan aktivitas usaha di luar negeri (foreign operation) -- berupa kantor cabang atau anak perusahaan -- yang laporan keuangannya disajikan dalam satuan mata uang asing (mata uang negara setempat). Karena laporan keuangan cabang atau anak perusa-haan harus digabungkan atau dikonsolidasikan dengan laporan keuangan induk perusaha-an, maka laporan keuangan ter-sebut harus dijabarkan (translate) terlebih dahulu ke dalam Rupiah. Metode penjabaran pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing, termasuk perlakuan atas selisih penjabaran, diatur da-lam PSAK No.11. Dalam situasi di mana nilai tukar Rupiah terhadap suatu mata uang asing terus berfluktuasi tidak menentu, penggunaan Rupiah sebagai mata uang pelaporan oleh perusahaan yang dalam kesehariannya banyak melakukan transaksi dalam mata uang asing, ternya-ta telah menimbulkan persoalan tersendiri dalam penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan dan arus kas perusahaan, menjadi kehilangan makna dan tujuannya, karena la-poran keuangan tidak lagi mencerminkan ki-nerja, posisi keuangan serta arus kas perusa-haan yang sebenarnya. Sebagai contoh, perusahaan yang mempunyai utang dalam mata uang asing sebesar USD 10 juta, dan nilai tukar Rupiah terhadap USD pada tanggal neraca melemah Rp 500, maka sesuai dengan PSAK No. 10, perusahaan harus menyesuaikan akun utangnya dan mengakui kerugian selisih kurs sebesar Rp 5 milyar, yang berarti laba (rugi) perusahaan pada periode berjalan menjadi berkurang (bertambah) dengan jumlah tersebut. Seandainya perusahaan menggunakan USD sebagai mata uang pelaporan, tentu tidak akan terjadi pengakuan kerugian akibat perubahan nilai tukar tersebut. Sehubungan dengan persoalan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan PSAK No.52 yang mengatur tentang perubahan mata uang pelaporan yang dapat dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. 2. MATA UANG PELAPORAN DAN MATA UANG FUNGSIONAL Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Selama ini, mata uang pelaporan yang diperbolehkan di Indonesia adalah Rupiah, demikian pula mata uang pencatatannya. Penggunaan mata uang pelaporan selain Rupiah tidak diperbolehkan, kecuali memang di-haruskan oleh suatu pera-turan atau undang-undang untuk tujuan khusus, misalnya : (a) perusahaan harus menyampaikan laporan keuangannya kepada (investor) luar negeri kare-na ia mencatatkan sahamnya pada bursa efek luar negeri; atau (b) perusahaan merupakan subsidiari dari induk perusahaan di luar negeri, sehingga harus menyampaikan laporan ke-uangannya dengan menggunakan mata uang negara setempat untuk keperluan konsolidasi. Pada saat ini, perusahaan di Indonesia dapat menggunakan mata uang selain Rupiah sebagai mata uang pelaporannya, dengan syarat bahwa mata uang tersebut harus merupa- 14 Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

3 kan mata uang fungsional. PSAK No.52 (02) mendefinisikan mata uang fungsional sebagai mata uang utama dalam arti substansi ekonomi, yaitu mata uang yang dicerminkan dalam kegiatan operasi perusa-haan. Berdasarkan definisi ini, dapat dijelaskan bahwa ma-ta uang fungsional adalah mata uang yang mendominasi nilai transaksi keuangan perusa-haan. Mata uang fungsional tidak selalu beru-pa mata uang lokal. Sebagai contoh, mata uang lokal (Indonesia) adalah Rupiah, tetapi bila transaksi - transaksi perusahaan didomi-nasi oleh suatu mata uang asing (misalnya USD), maka mata uang fungsional bagi perusa-haan ini adalah USD dan bukan Rupiah -- meskipun perusahaan beroperasi di Indonesia. Mata uang pelaporan bagi perusahaan (di Indonesia) tersebut adalah Rupiah; tetapi bila perusahaan menghendaki untuk merubah mata uang pelaporannya ke dalam mata uang USD, hal tersebut diperbolehkan karena USD merupakan mata uang fungsional baginya. Dalam beberapa hal, menentukan mata uang fungsional suatu perusahaan seringkali cukup sulit dan memerlukan pertimbangan. Sebagai pedoman untuk itu, PSAK No.52 (08) menyatakan bahwa suatu mata uang merupakan mata uang fungsional apabila memenuhi indikator berikut ini secara menyeluruh (kumulatif) : (a) Indikator arus kas : arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tertentu. Contoh : penerimaan kas PT A yang berasal dari hasil penjualan didominasi oleh mata uang USD, atau jumlah kas yang diterima (dalam Rupiah) sangat dipengaruhi oleh nilai tukar USD, karena patokan harga jual produknya ditetapkan berdasarkan mata uang USD. Demikian pula pengeluaran kas untuk aktivitas produksinya, karena seluruh atau sebagian besar pembelian bahan baku harus dibayar dengan patokan mata uang USD. Dalam hal iniusd merupakan mata uang fungsional bagi PT A (b) Indikator harga jual : harga jual produk perusahaan dalam periode jangka pendek sangat di-pengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu, atau produk perusahaan secara do-minan dipasarkan untuk ekspor. Contoh : sebagian besar produk PT A dijual ke USA yang penjualannya dinyatakan dalam mata uang USD; atau harga jual produk (dalam Rup iah) yang ditetapkan oleh PT A untuk pasar domestik sangat dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar USD tersebut. Dalam hal ini, USD me-rupakan mata uang fungsional bagi PT A. (c) Indikator biaya : biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu. Contoh : seluruh atau sebagian besar bahan baku PT A diimpor dari USA yang harus dibayar dalam mata uang USD; demikian pula biaya-biaya lainnya, sebagian besar dibayar (dalam Rupiah) dengan patokan USD. Dalam hal ini, USD merupakan mata uang fungsional bagi PT A. 3. PENGUKURAN KEMBALI AKUN-AKUN LAPORAN KEUANGAN Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 15

4 Mata uang pelaporan harus sama dengan mata uang pencatatan. Oleh sebab itu pengguna-an mata uang fungsional sebagai mata uang pelaporan, harus diikuti pula penggunaan ma-ta uang fungsional tersebut sebagai mata uang pencatatan. Sebagai contoh, sebuah perusa-haan (di Indonesia) yang merubah mata uang pelaporannya dari Rupiah ke USD (mata uang fungsional), harus pula merubah mata uang pencatatannya dari Rupiah ke USD -- artinya, transaksi keuangan selanjutnya harus dicatat dengan menggunakan mata uang USD. Transaksi yang dilakukan dalam mata uang Rupiah harus dipandang sebagai transaksi dalam mata uang asing, di mana prosedur akuntansinya berpedoman pada PSAK No transaksi dalam Rupiah harus dijabarkan ke da-lam USD sebagai mata uang da-sar (base currency). Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus dilakukan perusahaan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku. Dalam rangka perubahan mata uang penca-tatan dan pelaporan ini, perusahaan harus melakukan pengukuran kembali (remeasure-ment) terhadap akun-akun laporan keuangan, seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah digunakan sejak tanggal terjadinya transaksi. Prosedur pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan, sebagaimana dinyatakan dalam PSAK No.52 (14), adalah sebagai berikut: (i) Aktiva dan kewajiban moneter 2 diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca; (ii) Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham; (iii) Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan (i) dan (ii) di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; (iv) Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan; (v) Dividen diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tsb. 2 Pos moneter adalah kas dan setara kas, serta aktiva dan kewajiban lain yang akan diterima atau dibayar dalam jumlah yang sudah pasti atau dapat ditentukan. [PSAK No.10 (5)] Aktiva moneter adalah klaim terhadap satuan uang yang tetap jumlahnya meskipun daya belinya berubah, misalnya: kas, piutang dagang, piutang wesel, dan investasi yang membayarkan sejumlah bunga dan dividen yang tetap dan investasi itu akan diterima kembali di kemudian hari dalam jumlah yang tetap. Sedangkan kewajiban moneter adalah kewajiban untuk membayar kembali sejumlah uang di kemudian hari dalam jumlah yang tetap meskipun daya belinya berubah, misalnya: utang dagang, utang wesel serta utang jangka panjang dan kewajiban lainnya yang akan dilunasi dalam jumlah yang tetap. Pendapatan diterima di muka seperti sewa, royalti merupakan kewajiban non-moneter karena pelunasannya akan berbentuk barang dan jasa yang harganya bisa berfluktuasi. Pembedaan antara monetary dan nonmonetary items sebenarnya bersifat arbitrer dan memerlukan pertimbangan. (Tuannakotta, 1984) 16 Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

5 (vi) Prosedur (iv) dan (v) di atas akan m enghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; (vii) Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut : saldo laba atau akumulasi kerugian akhir tahun [hasil dari prosedur (iii)] ditambah dengan dividen [hasil dari prosedur (v)] dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang di-perbandingkan [hasil dari prosedur (iv)]. 4. ILUSTRASI PENERAPAN PSAK No.52 Untuk lebih memperjelas prosedur pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan, dalam rangka perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan, sebagaimana diatur dalam PSAK No.52, berikut ini diberikan ilustrasi sederhana. Dianggap bahwa selama lima tahun operasinya, PT A menggunakan mata uang penca-tatan dan pelaporan dalam Rupiah. Transaksi-transaksi dalam mata uang asing (selain Rupiah) telah di-jabarkan dan dicatat sesuai dengan PSAK No.10. Laporan labarugi serta neraca PT A untuk pe-riode yang berakhir 31 Desember 1999 adalah sebagai berikut : PT A LAPORAN LABA-RUGI untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999 Penjualan Rp Beban Pokok Penjualan : Persediaan, 1 Januari 1999 Rp Pembelian Persediaan siap dijual tahun 1999 Rp Persediaan, 31 Desember Rp Laba kotor penjualan Rp Beban usaha dan beban lainnya : Beban-beban operasional Rp Beban penyusutan aktiva tetap Rugi selisih kurs Rp Laba bersih Rp Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 17

6 PT A NERACA 31 Desember 1999 Kas Rp Kas dalam valuta asing - USD Piutang usaha Piutang usaha dalam valuta asing - USD Persediaan (at cost - FIFO) Asuransi dibayar di muka Tanah Pabrik dan perlatan Inventaris kantor Akumulasi penyusutan ( ) Jumlah aktiva Rp Utang usaha Rp Utang usaha dalam valuta asing - USD Utang bank Utang bank dalam valuta asing - USD Modal saham Tambahan modal disetor Saldo laba Jumlah kewajiban dan ekuitas Rp Dari catatan akuntansi dan catatan lain PT A selama tahun 1999, dapat dijelaskan hal-hal yang berikut : (1) Penjualan sebesar Rp merupakan hasil penjualan ekspor dan penjualan lokal dengan rincian : Penjualan ekspor USD Rp (spot rate) Rp USD Rp (spot rate) USD Rp (spot rate) USD 85,000 Rp Penjualan lokal Jumlah penjualan Rp Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

7 (2) Pembelian sebesar Rp merupakan pembelian impor dan pembelian lokal, dengan rincian: Pembelian impor USD Rp (spot rate) Rp USD Rp (spot rate) USD Rp (spot rate) USD 51,100 Rp Pembelian lokal Jumlah pembelian Rp (3) Pos-pos dalam valuta asing sebagaimana tampak dalam neraca pada tanggal 31 Desember 1999 telah dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca (closing rate) Rp / USD, yaitu : Kas dalam valuta asing : USD Rp Rp Piutang usaha dalam valuta asing : USD Rp Utang usaha dalam valuta asing : USD Rp Utang bank dalam valuta asing : USD Rp (4) Persediaan dinilai sebesar biaya perolehan (cost) atas dasar FIFO. Nilai persediaan pa-da tanggal 1 Januari 1999 sebesar Rp dihitung berdasarkan harga pem-belian ter-akhir pada bulan Desember 1998 di mana kurs pada saat itu adalah Rp / USD. Sedangkan nilai persediaan pada tanggal 31 Desember 1999 sebesar Rp dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir pada bulan Nopember 1999, di mana kurs pada saat itu adalah Rp / USD. (5) Asuransi dibayar di muka sebesar Rp merupakan premi asuransi kebakaran untuk periode tahun 2000 yang dibayar tanggal 30 Desember Kurs pada tanggal tersebut Rp / USD. (6) Aktiva tetap diperoleh pada tanggal-tanggal berikut : Aktiva Tanggal Biaya Perolehan Tetap Perolehan USD Spot Rate per- USD Rupiah Tanah 15 Juli Rp Pabrik & Peralatan 20 Septemb Rp Maret ,000 Rp Inventaris kantor 19 Februari Rp Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 19

8 Pabrik dan peralatan disusutkan dengan tarip 5%, sedangkan inventaris kantor 10%. Seluruh aktiva tetap mulai disusutkan pada tahun 1995, yaitu saat dimulainya aktivitas komersial perusahaan. (7) Saham-saham perusahaan diterbitkan dan dijual pada awal tahun 1995, total nilai nominal sebesar Rp dengan nilai jual Rp Kurs pada saat itu adalah Rp / USD. (8) Pada tanggal 30 Desember 1999 perusahaan telah membayarkan dividen sebesar Rp Kurs pada saat itu adalah Rp / USD. Apabila pada awal tahun 2000 PT A mengubah mata uang pelaporannya dari Rupiah ke USD, maka prosedur yang harus dilakukan sebagaimana diatur dalam PSAK No.52 (14) adalah sebagai berikut : Prosedur 1 : Pengukuran kembali akun aktiva, kewajiban dan modal saham. Akun Sifat Akun Rupiah Kurs USD Kas M Rp CR 20,588 Kas dalam valuta asing M Rp CR 16,800 Piutang usaha M Rp CR 10,000 Piutang usaha dalam valuta asing M Rp CR 4,000 Persediaan NM Rp HR 32,432 Asuransi dibayar di muka NM Rp HR 1,727 Tanah NM Rp HR 65,600 Pabrik dan peralatan NM Rp HR a) 67,857 a) Inventaris kantor NM Rp HR 16,000 Akumulasi penyusutan NM ( ) -- 24,964 b) Jumlah aktiva (A) 205,040 Utang usaha M Rp Rp CR Utang usaha dalam valuta asing M Rp CR 19,400 Utang bank M Rp CR Utang bank dalam valuta asing M Rp CR 21,600 Modal saham NM Rp HR 100,000 Tambahan modal disetor NM Rp HR 16,667 Kewajiban & modal saham (B) 178,256 Saldo laba (A-B) 26,784 (M = Moneter; NM = Non-Moneter; CR = Current Rate atau Closing Rate; HR = Historical Rate) 20 Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

9 Penjelasan : a) Biaya perolehan pabrik dan peralatan (dalam USD) adalah USD 67,857 yang diperoleh dari USD 50,000 ditambah USD 17,857 (Rp Rp 2.800). Kurs pengukuran kembali sebesar Rp diperoleh dari Rp USD 67,857. b) Akumulasi penyusutan aktiva tetap diukur kembali berdasarkan biaya perolehan aktiva tetap yang telah dinyatakan dengan mata uang pelaporan baru. Dari hasil pengukuran kembali diperoleh jumlah USD 24,964 [5 tahun x {5% (USD 67,857) + 10% (USD 16,000)}] Prosedur 2 : Pengukuran kembali (remeasurement) akun pendapatan dan beban. Akun Jumlah Rupiah Kurs Jumlah USD Penjualan Rp USD 95,672 c) Beban pokok penjualan : Persediaan, 1 Januari 1999 Rp Rp HR USD 21,757 Pembelian ,970 d) Persediaan siap dijual tahun 1999 Rp USD 81,727 Persediaan, 31 Desember Rp HR 32,432 Beban pokok penjualan Rp USD 49,295 Laba kotor Rp USD 46,377 Beban usaha dan beban lainnya : Beban-beban operasional Rp Rp AR e) USD 22,176 Beban penyusutan aktiva tetap ,993 f) Rugi selisih kurs g) Jumlah beban usaha dan beban lainnya Rp USD 27,169 Laba Bersih Rp USD 19,208 (AR = Average Rate) Penjelasan : c) Dengan pertimbangan kepraktisan, kurs rata-rata tertimbang dihitung atas dasar trans-aksi penjualan ekspor dan pembelian impor selama tahun 1999 sebagai berikut: Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 21

10 Transaksi Nilai Transaksi (USD) Nilai Transaksi (Rp) Penjualan ekspor USD 85,000 Rp Pembelian impor USD 51,100 Rp Jumlah USD 136,100 Rp Kura rata-rata (tertimbang) dal am tahun 1999 adalah Rp per USD (yaitu Rp USD 136,100). Penjualan lokal berjumlah Rp Jumlah ini setara dengan USD 10,672 (yaitu Rp Rp 7.215). Dengan demikian, total penjualan yang diukur dalam USD adalah sebesar USD 95,672 (USD 85,000 + USD 10,672). Untuk tujuan ketelitian pengukuran kembali, pendapatan dan beban seharusnya diukur berdasarkan kurs historis. Tetapi untuk alasan kepraktisan, dapat digunakan kurs rata-rata. Bila perhitungan kurs rata-rata tertimbang seperti di atas sulit untuk dilakukan, dapat pula digunakan kurs rata-rata seder-hana. Namun perlu disadari, jika kurs ber-fluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan. [PSAK No.10 (08)] d) Pembelian meliputi pembelian impor dan pembelian lokal. Pembelian impor berjumlah USD 51,100. Kurs rata-rata tertimbang dalam tahun 1999 adalah Rp / USD (lihat perhitungan di atas). Pembelian lokal berjumlah Rp Jumlah ini setara dengan USD 8,870 (yaitu Rp Rp 7.215). Dengan demikian, total penjualan yang diukur dalam USD adalah sebesar USD 59,970 (USD 51,100 + USD 8,870). e) Lihat perhitungan pada penjelasan (c). f) Beban penyusutan diukur kembali berdasarkan biaya perolehan aktiva tetap yang telah dinyatakan dengan mata uang pelaporan yang baru, yaitu 5% (USD 67,857) + 10% (USD 16,000) = USD 4,993. Lihat keterangan (b). g) Rugi selisih kurs sebesar Rp merupakan selisih akibat adanya perbedaan antara historical rate dengan closing rate atas pos-pos dalam valuta asing (USD) pada tanggal neraca. Karena seka-rang mata uang pelaporan dalam Rupiah dirubah men-jadi USD, maka selisih kurs tersebut harus dieliminasi (nol). Prosedur 3 : Pengukuran kembali akun dividen. Dividen yang dibayarkan pada tahun 1999 adalah sebesar Rp Kurs pada saat itu adalah Rp / USD. Dengan demikian, dividen yang dibayarkan tersebut diukur kembali menjadi sebesar USD 7, Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

11 Prosedur 4 : Menghitung selisih pengukuran kembali. Pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan dari mata uang Rupiah ke USD sebagaimana telah dilakukan di atas, akan menghasilkan selisih pengukuran kembali, yang harus dilaporkan dalam perhitungan laba-rugi tahun berjalan. Selisih tersebut dihitung sebagai berikut : Saldo laba (hasil dari prosedur 1) USD 26,784 Ditambah : Dividen (hasil dari prosedur 4) 7,194 Dikurangi : Laba bersih (hasil dari prosedur 2) ( 19,208) Jumlah selisih pengukuran kembali (laba) USD 14, LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG PELAPORAN YANG BARU Setelah proses pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan selesai dilakukan, maka lapor-an keuangan PT A yang disajikan dalam mata uang pelaporan yang baru (USD) adalah seperti yang tampak berikut ini : PT A LAPORAN LABA-RUGI untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999 Penjualan USD 95,672 Beban Pokok Penjualan : Persediaan, 1 Januari 1999 USD 21,757 Pembelian 59,970 Persediaan siap dijual tahun 1999 USD 81,727 Persediaan, 31 Desember ,432 Jumlah beban pokok penjualan USD 49,295 Laba kotor penjualan USD 46,377 (sambungan dari halaman sebelumnya) (bersambung ke halaman berikutnya) Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 23

12 Beban usaha : Beban-beban operasional USD 22,176 Beban penyusutan aktiva tetap 4,993 Jumlah beban usaha USD 27,169 Laba bersih usaha USD 19,208 Pendapatan lain-lain : selisih pengukuran kembali 14,770 Laba bersih USD 33,978 PT A NERACA 31 Desember 1999 Kas USD 37,388 Piutang usaha 14,000 Persediaan 32,432 Asuransi dibayar di muka 1,727 Tanah 65,600 Pabrik dan perlatan 67,857 Inventaris kantor 16,000 Akumulasi penyusutan (24,964) Jumlah aktiva USD 205,040 Utang usaha USD Utang bank 35,571 Modal saham 100,000 Tambahan modal disetor 16,667 Saldo laba 26,784 Jumlah kewajiban dan ekuitas USD 205,040 Catatan : 24 Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

13 Akun saldo laba atau akun akumulasi kerugian tidak dapat diukur kembali berdasarkan kurs tertentu, karena jumlah yang melekat pada akun ini pada dasarnya adalah jumlah akumulasi laba (rugi) dari tahun-tahun yang lalu. Dalam proses pengukuran kembali (remeasurement) akun-akun laporan keuangan, jumlah akun saldo laba yang dinyatakan dalam mata uang pelaporan yang ba-ru, merupakan residu dari proses pengukuran kembali tersebut. Dalam contoh di atas, saldo laba pada akhir tahun sebesar USD 26,784 adalah selisih antara total aktiva sebesar USD dengan jumlah kewajiban dan modal saham sebesar USD 178,256. Karena tidak dapat diukur kembali berdasarkan kurs tertentu, maka dalam proses pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan, saldo laba pada awal tahun dianggap tidak ada. Sebagai konsekuensinya, jumlah sal-do laba awal ta-hun tersebut akan masuk dalam selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan dalam laporan laba-rugi periode berjalan. Pada contoh di atas, jumlah saldo laba awal tahun su-dah termasuk dalam selisih pengukuran kembali (laba) yang berjumlah sebesar USD 14, PERUBAHAN KEMBALI MATA UANG PELAPORAN Setelah memutuskan untuk mengganti mata uang pelaporan dari Rupiah ke USD, PT A dalam contoh di atas, harus mencatat transaksi keuangannya dalam mata uang USD. Akun-akun laporan keuangan -- terutama akun riil -- yang telah diukur kembali ke dalam mata uang USD, dijadikan sebagai saldo awal untuk memulai pencatatan berdasarkan mata uang fungsional yang baru. Transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain USD harus dipandang sebagai transaksi da-lam mata uang asing, dan karenanya, harus ditransla-sikan lebih dahulu ke USD. Namun demikian, dalam perjalanan hidup perusahaan, sebagai akibat perubahan operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat saja mengalami perubahan. Apabi-la hal ini terjadi, maka perusahaan dapat mengubah kembali mata uang pencatatan dan pelaporannya ke mata uang fungsional yang baru. Sebagai contoh, apabila mata uang fungsional PT A berubah dari USD ke JPY (Japanese Yen), maka PT A dapat mengubah kembali mata uang pelaporannya dari USD ke JPY. Perubahan kembali mata uang pen-catatan dan pelaporan ini pun harus dilakukan pada awal tahun buku. Frasa dapat mengu-bah kembali harus diartikan bahwa meskipun JPY telah memenuhi syarat sebagai mata uang fungsional, perusahaan boleh untuk tidak menggunakan mata uang tersebut sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Tetapi, karena USD sudah tidak lagi memenuhi sya-rat sebagai mata uang fungsional, mata uang tersebut tidak boleh digunakan sebagai mata uang pelaporan. Implikasi dari situasi tersebut adalah, bahwa perusahaan harus kembali menggunakan Rupiah sebagai mata uang pencatatan dan pelaporannya. PSAK No.52 (17) mengharuskan perusahaan untuk mengubah mata uang pencatatan dan pelaporan ke Rupiah, apabila mata uang fungsional berubah dari bukan Rupiah ke Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 25

14 Rupiah. Pernyataan ini juga harus diartikan bahwa penggunaan kembali Rupiah sebagai mata uang pelaporan adalah wajib, bila tidak ada lagi mata uang lain yang memenuhi syarat sebagai mata uang fungsional. 7. MATA UANG FUNGSIONAL PERUSAHAAN YANG MEMILIKI OPERASI TERPISAH Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa untuk menentukan mata uang fungsional bagi suatu perusahaan, diperlukan pertimbangan mengenai pengaruh suatu mata uang terhadap arus kas, harga jual dan biaya-biaya. Menentukan mata uang fungsional bagi perusahaan yang beroperasi secara tunggal, mungkin cukup mudah dilakukan. Tetapi lain halnya bagi perusahaan yang memiliki (lebih dari satu) operasi yang terpisah -- seperti anak perusahaan 3, kantor cabang atau divisi -- yang dalam operasinya diketahui mata uang fungsionalnya berbeda-beda. Misalnya, PT X di Surabaya (kantor pusat) transaksinya di-dominasi oleh mata uang USD; transaksi cabang PT X di Dili didominasi oleh mata uang AUD (Australian Dollar); dan transaksi cabang PT X di Batam didominasi mata uang SGD (Singapore Dollar). Walaupun PT X dan cabang-cabangnya adalah perusahaan-perusahaan yang operasinya terpisah, tetapi secara ekonomis, perusahaan-perusahaan tersebut adalah satu kesatuan. Oleh karena itu, mata uang pencatatan dan pelaporan masing-masing perusahaan harus sa-ma, karena laporan keuangannya harus digabungkan. Dalam hal ini, tidak akan timbul persoalan jika PT X menggunakan Rupiah (bukan mata uang fungsional) sebagai mata uang pelaporan. Tetapi, apabila PT X akan menggunakan mata uang selain Rupiah sebagai mata uang pelaporannya, maka masing-masing mata uang fungsional (USD, AUD dan SGD) tersebut harus dinilai tingkat relevansi dan keandalannya untuk dapat digunakan se-bagai mata uang pelaporan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat relevansi dan keandalan masing-masing mata uang fungsional tersebut di atas sebagai mata uang pelaporan, dapat dinilai melalui pemberian bobot pada masingmasing indikator (arus kas, harga jual dan biaya) -- dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bo-bot paling besar. Selanjutnya, atas bobot indikator individu ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Selain pemberian bobot, perlu pula dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam jangka panjang. Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi pe-nentuan mata uang fungsional perlu ditentukan, agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat secara jelas 3 Dalam konteks ini, anak perusahaan adalah suatu entitas yang merupakan bagian integral dari induk perusahaan, di mana aktivitasnya merupakan kepanjangan tangan dari induk perusahaan tersebut, yang arus kasnya mempengaruhi arus kas induk perusahaan secara langsung. 26 Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

15 dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang fungsional, maka diperlukan pertimbangan profesional (professional judgement) dengan mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci, dan harus dilakukan dengan tingkat relevansi dan ke-andalan yang paling tinggi. 8. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Di samping memiliki beberapa kegiatan atau operasi yang terpisah, suatu perusahaan mungkin pula memiliki (beberapa) anak perusahaan 4 yang laporan keuangannya harus dikonsolidasikan. Dalam hal ini, mata uang fungsional induk perusahaan mungkin berbeda dengan mata uang fungsional anak perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi harus disajikan dalam mata uang fungsional setelah mempertimbangkan indikator arus kas, harga jual dan biaya-biaya, terhadap induk perusahaan dan tiap anak perusahaan. Pada umumnya, laporan keuangan konsolidasi disa-jikan dalam mata uang fungsional induk perusahaan. Untuk itu, laporan keuangan anak perusahaan -- jika mata uang fungsionalnya berbeda dengan induk perusahaan -- harus dijabarkan (translate) ke mata uang fungsional induk perusahaan. Penjabaran laporan ke-uangan anak perusahaan ini pada prinsipnya mengacu pada PSAK No.11 tentang Penja-baran Laporan Keuangan Dalam Mata uang Asing yang ditegaskan kembali dalam PSAK No.52 (19), yaitu bahwa penjabaran laporan keuangan anak perusahaan ke mata uang fungsional pada laporan keuangan konsolidasi dilakukan dengan cara sebagai berikut : (i) Aktiva dan kewajiban dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca; (ii) Ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis; (iii)pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang; (iv) Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut; (v) Prosedur (i) sampai (iv) di atas akan menghasilkan selisih penjabaran kembali yang disajikan dalam akun ekuitas sebagai selisih penjabaran. 9. PENGUNGKAPAN Pada saat pertama kali perusahaan mengadopsi PSAK No.52, dalam catatan atas laporan keuangannya harus diungkapkan hal-hal berikut : (a) Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator yang dipertimbangkan (indikator arus kas, harga jual dan biaya). 4 Dalam konteks ini, anak perusahaan merupakan suatu entitas yang bebas, di mana aktivitasnya bukan merupakan bagian integral dari aktivitas induk perusahaan, demikian pula, arus kasnya tidak mempengaruhi secara langsung arus kas induk perusahaan. Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan (Akhmad Riduwan) 27

16 (b) Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya : i) alasan perubahan berdasarkan indikator yang dipertimbangkan. ii) kurs yang digunakan dalam pengukuran kembali atau penjabaran -- kurs historis, kurs sekarang, atau kurs rata-rata tertimbang. iii) ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata uang pelaporan sebelumnya. 10. DAFTAR PUSTAKA Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Fifth Edition, New Jersey: Prentice Hall Inc., Boatsman, James R., Charles H. Griffin, Don W. Vickrey dan Thomas H. Williams, Advanced Accounting, Seventh Edition, Richard D. Irwin Inc., 1994 Fischer, Paul M., William James Taylor dan J. Arthur Leer, Advanced Accounting, Third Edition, South Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio, 1986 Ijiri, The Foundation Of Accounting Measurement, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc., Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.10 Transaksi Dalam Mata Uang Asing, Ikatan Akuntan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing, Ikatan Akuntan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.52 Mata Uang Pelaporan, Ikatan Akuntan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, Suwardjono, Teori Akuntansi : Perekayasaan Akuntansi Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Perta-ma, BPFE Yogyakarta, Tuanakotta, Theodorus M., Teori Akuntansi, Buku Satu, Edisi 1, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta, Ekuitas Vol.4. No.1 Maret 2000 : 13-28

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10)

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) ISSN 0000-000 AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi dan pelaporan

Lebih terperinci

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) ISSN 1411 0393 PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 ) Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Mata uang pelaporan (reporting currency) bagi perusahaan yang

Lebih terperinci

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN 16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 16-27 PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN Y. Jogi Christiawan Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 52 IKATAN AKUNTAN INDONESIA MATA UANG PELAPORAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 52 tentang MATA UANG PELAPORAN telah disetujui dalam Rapat

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ISSN 0000-0000 AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Di samping Pajak Penghasilan (PPh) -- yang sudah pasti dikenakan pada setiap perusahaan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 52 MATA UANG PELAPORAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 52 MATA UANG PELAPORAN 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. MATA UANG PELAPORAN Paragraf standar, yang dicetak dengan format tebal dan miring, harus dibaca dalam konteks paragraf penjelasan dan panduan implementasi

Lebih terperinci

MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52

MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52 MATA UANG FUNGSIONAL SEBAGAI MATA UANG PELAPORAN DAN PENCATATAN SESUAI PSAK 52 Yuliawati Tan Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya Abstract : For companies which use foreign currencies repetitively in

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ISSN 0000-0000 PENERAPAN PSAK NO.4 SERTA RELEVANSI PSAK NO. 15 DAN 22 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Penyusunan laporan keuangan konsolidasi diatur dalam Pernyataan

Lebih terperinci

TRANSLASI MATA UANG ASING

TRANSLASI MATA UANG ASING TRANSLASI MATA UANG ASING Konsolidasi dan akuntansi ekuitas atas anak perusahaan asing (dan afiliasi) memerlukan translasi LK menjadi setara dollar. Hal ini dilakukan sebelum akun anak perusahaan asing

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS Aria Farah Mita

PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS Aria Farah Mita PSAK 10 PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING 2015 Aria Farah Mita RUANGLINGKUP Akuntansi untuk transaksi mata uang asing, selain beberapa transaksi derivatif yang diatur di PSAK 55 Penjabaran hasil dan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Kebijakan Mata Uang Fungsional Dan Pengukuran Kembali Laporan Keuangan 1. Asumsi-asumsi Sebelum dilakukan analisis faktor penentu mata uang fungsional

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING

KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING MODUL 9 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I Afrizon KONSEP dan TRANSAKSI MATA UANG ASING LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali) LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember 2009 2011 2010 (Disajikan kembali) ASET ASET LANCAR

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 11 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 11 tentang Penjabaran Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2016 Lapora Laba Rugi PT Gudang

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK No.15 UNTUK INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI

PENERAPAN PSAK No.15 UNTUK INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI ISSN 1411-0393 PENERAPAN PSAK No.15 UNTUK INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Investasi saham berhak suara perusahaan lain (perusahaan investi) dalam jumlah min - mal 20% dan tidak

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Oleh: Tarkosunaryo Paper ini bermaksud untuk menyajikan analisis penggunaan mata uang yang seharusnya digunakan oleh perusahaan dalam menyusun

Lebih terperinci

30 September 31 Desember Catatan

30 September 31 Desember Catatan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 30 September 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2e, 4, 30, 33 59998597270 63710521871 Investasi 2c, 5, 30, 33 2068611000

Lebih terperinci

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

JUMLAH ASET LANCAR

JUMLAH ASET LANCAR LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KONSOLIDASI 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 30 September 2011 31Desember 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 50948250925 80968763439 Investasi 1963117500 2016231750

Lebih terperinci

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING Dasar teori Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan

Lebih terperinci

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. valuta asing (Foreign Currency Transactions) terjadi apabila suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. valuta asing (Foreign Currency Transactions) terjadi apabila suatu perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh atau sebagian transaksi valuta asing atau operasi luar negeri yang merupakan aktivitas dari perusahaan, maka transaksi atas aktivitas tersebut memerlukan

Lebih terperinci

ASET Aset Lancar Kas dan setara kas 1.429.755 1.314.091 1.020.730 Investasi jangka pendek 83.865 47.822 38.657 Investasi mudharabah - - 352.512 Piutang usaha Pihak berelasi 14.397 20.413 30.670 Pihak ketiga

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f, NERACA KONSOLIDASIAN (UNAUDITED) AKTIVA Catatan 2008 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4,43 10.942.829 10.828.433 Penyertaan sementara 2c,2f,43 182.685 188.139 Piutang usaha 2c,2g,5,36,43 Pihak

Lebih terperinci

PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN

PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN ISSN 1411-0393 PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN Akhmad Riduwan *) ABSTRAK Consolidated financial statements does not wholly provide complete information of the company s activities with many

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk

LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan PT Asahimas Flat Glass Tbk LAPORAN KEUANGAN (Tidak Diaudit) 30 September 2008 dan 2007 PT Asahimas Flat Glass Tbk Rusli Pranadi Manager Corporate Finance Samuel Rumbajan Direktur Keuangan NERACA (Tidak diaudit) 30 September 2008

Lebih terperinci

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan L1 AKTIVA Aktiva Lancar : Kas dan setara kas Piutang usaha setelah dikurangi penyisihan piutang raguragu sebesar Rp 2.293.762 (2005), Rp 5.920.887 (2006), Rp 3.627.125 (2007) Piutang lainlain Persediaan

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

AKUNTANSI INTERNASIONAL

AKUNTANSI INTERNASIONAL AKUNTANSI INTERNASIONAL A. Definisi Akuntansi Internasional 1. Accounting for foreign subsidiary, akuntansi internasional hanya menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masa arus globalisasi pada masa masa ini yang ditandain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masa arus globalisasi pada masa masa ini yang ditandain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masa arus globalisasi pada masa masa ini yang ditandain dengan perdagangan bebas, dunia usaha telah mengalami peningkatan yang sangat luar biasa.

Lebih terperinci

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13 Transaksi Mata Uang Asing Bab 13 Mengenal Valuta Asing Valuta asing atau biasa disebut juga dengan kata lain seperti valas, foreign exchange, forex atau juga fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas yang disajikan sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 10 (REVISI 2010) ATAS PERUBAHAN MATA UANG FUNGSIONAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : STUDI KASUS PT ABC PERIODE 2013-2014 Nikkie Samantha dan Dini Marina Program Studi Ekstensi

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 121.433.163.880 119.658.017.889 Deposito berjangka 5 2.135.930.652 2.424.600.790 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

Iman P. Hidayat, SE., M.,Si., Ak., CA.

Iman P. Hidayat, SE., M.,Si., Ak., CA. Iman P. Hidayat, SE., M.,Si., Ak., CA. Perusahaan yang sudah maju ada yang mempunyai kantor cabang diluar negeri. Dalam hal ini laporan konsolidasi harus berdasarkan mata uang negara tempat kantor pusat

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Konsep dan Transaksi mata uang asing. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d, NERACA KONSOLIDASIAN AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2d,4 70.490.918.058 100.111.129.147 Deposito berjangka 5 2.062.615.652 2.179.143.834 Piutang usaha 2e (setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 ASET Catatan 30 Juni 2011 31 Desember 2010 Kas dan Setara Kas 2.d, 2.e.,2.n, 3, 29 887.194.955 758.054.399 Investasi Saham 2.c,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

03FEB. Akuntansi Biaya

03FEB. Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 03FEB Cost System and Cost Accumulation, 1. Flows of Cost In a Manufacturing Enterprise, 2. Reporting the Result of Operation, 3. Cost System, 4. Cost Accumulation Angela

Lebih terperinci

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI P.T. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2004 DAN 2003 AKTIVA 2004 2003 (Disajikan Rental' - Catatan 38) AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 161.020.965.269 41.211.323.789

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi 1. Pengertian dan klasifikasi akun (rekening). Akun merupakan suatu formulir yang digunakan untuk mencatat pengaruh perubahan nilai (penambahan atau

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

MENGUKUR DAN MENGANTISIPASI TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

MENGUKUR DAN MENGANTISIPASI TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING Mengukur dan Mengantisipasi Translasi Laporan Keuangan 47 MENGUKUR DAN MENGANTISIPASI TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING Primsa Bangun Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN LAPORAN ARUS KAS Desember 00 IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

PT GARUDA METALINDO Tbk

PT GARUDA METALINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016 DAN 31 DESEMBER 2015 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2016 DAN 2015 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA AKTIVA LANCAR

LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA AKTIVA LANCAR LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA 2008 2009 2010 2011 2012 AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas 162,869,889,775.00 214,879,968,612.00 383,120,307,358.00 242,776,108,938.00 535,889,526,748.00 Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB 15 LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

BAB 15 LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING BAB 15 LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan tujuan dibuatnya laporan keuangan mata uang asing. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Transaksi asing / valuta asing Berdasarkan PSAK 10 (2012) valuta asing didefinisikan sebagai mata uang selain mata uang fungsional entitas, sedangankan definisi atas

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER dan DAFTAR ISI Halaman LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Laporan Posisi Keuangan... 1. Laporan Laba Rugi Komprehensif...

Lebih terperinci

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE MODUL 1: KERTAS KERJA NERACA, KERTAS KERJA LABA RUGI, SURAT PERIKATAN, RENCANA PEMERIKSAAN

PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE MODUL 1: KERTAS KERJA NERACA, KERTAS KERJA LABA RUGI, SURAT PERIKATAN, RENCANA PEMERIKSAAN PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE MODUL : KERTAS KERJA NERACA, KERTAS KERJA LABA RUGI, SURAT PERIKATAN, RENCANA PEMERIKSAAN OLEH: EKO ARIE WICAKSONO 5366 STAR PRO BPKP BATCH UNIVERSITAS LAMPUNG 6 ASET Keterangan

Lebih terperinci

PENGANTAR (LANJUTAN )

PENGANTAR (LANJUTAN ) AKUNTANSI INFLASI PENGANTAR Negara kita menganut ekonomi terbuka, akibatnya Indonesia memiliki masalah inflasi dari tahun ke tahun. Pencatatan akuntansi di Indonesia menganut Historical Cost, dimana konsep

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PT PETA DAFTAR JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI TAHUN 2012 No. Keterangan Ref. KK Debit 1 Bank BINI C 13,500,000 Piutang dagang

PT PETA DAFTAR JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI TAHUN 2012 No. Keterangan Ref. KK Debit 1 Bank BINI C 13,500,000 Piutang dagang PT PETA DAFTAR JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI TAHUN 2012 No. Keterangan Ref. KK Debit 1 Bank BINI C 13,500,000 Piutang dagang E1 2 Penjualan PL1 96,000,000 PPN Keluaran M2 9,600,000 Piutang dagang E1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013 AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013 Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh resiko bisnis normal : 1. Kurangnya permintaan atas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Sartono, Agus Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.

DAFTAR PUSTAKA. Sartono, Agus Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. DAFTAR PUSTAKA Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. Yogyakarta. BPFE. James, Gill dan Chatton, Moira. (2003). Dasar-Dasar Analisis Keuangan. Jakarta

Lebih terperinci

FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS

FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS Chapter 6 Part 3 FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS FOREIGN CURRENCIES TRANSLATIONS By MAHSINA, SE, MSI Email: sisin@suryasoft.com Mahsina_se@hotmail.com GAMBARAN STANDARD (FAS) NO. 52 STANDAR AKUNTANSI INTERNATIONAL

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas Apabila saham perusahaan anak diperoleh, maka harga pokok perolehan saham ini dicatat dalam perkiraan investasi. Sesudah itu, perusahaan induk dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) 1 PT SIANTAR TOP Tbk NERACA PER TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) Catatan

Lebih terperinci

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II A. IDENTITAS MATA KULIAH Program Studi Mata Kuliah : Akuntansi (D3) Kode : AD 113 Bobot Semester : Pengantar Akuntansi Bisnis II + Praktikum : 2/1 SKS : II Mata kuliah

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 Dr. Bandi, M.Si., Ak 12/23/2014 Bandi, 2011 1 Materi 8 HUBUNGAN PUSAT-CABANG 3: Cabang di Luar Negeri 12/23/2014 Bandi, 2011 2 KANTOR CABANG DI LUAR NEGERI PT B Dlm Rp K Cabang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Arus Kas Pada tahun 1987, Financial Accounting Standars Board (FASB) mengeluarkan Statement Nomor 95 tentang kewajiban menyusun laporan arus kas (Statement

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON 38 ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan posisi keuangan,

Lebih terperinci

ASET Catatan 31 Maret Desember 2012

ASET Catatan 31 Maret Desember 2012 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 MARET 2013 DAN 31 DESEMBER 2012 Exhibit A ASET Catatan 31 Maret 2013 31 Desember 2012 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2d,f,4,32 81,718,963,534 66,142,222,074 Piutang

Lebih terperinci

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu: Sekuritas investasi Sekuritas investasi sangat bervariasi dalam hal jenis surat berharga yang diinvestasikan dan tujuan dari investasi. Sekuritas investasi dapat berupa utang atau ekuitas. Sekuritas utang

Lebih terperinci

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI Koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2012 dan 2011, serta 1 Januari 2011/31 Desember 2010 serta 1 Januari 2010/31 Dese 2009 1 Januari 2011 / Catatan 2012 2011 *) 31 Desember 2010 *) ASET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN 130522063 AKBAR ANWARI LUBIS 130522064 MUCHTI WIRAHADINATA 130522065 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Makalah Seminar Akuntansi. Laporan Keuangan Konsolidasi-Suatu Pengantar. nive

Makalah Seminar Akuntansi. Laporan Keuangan Konsolidasi-Suatu Pengantar. nive Makalah Seminar Akuntansi Laporan Keuangan Konsolidasi-Suatu Pengantar nive rsita PELAKSANAAN PENGGABUNGAN USAHA MELALUI AKUISISI SAHAM s Konsep akuntansu penggabungan usaha, yang diuraikan pasa FASB No.

Lebih terperinci