SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB 6 dan 7 PEMESINAN FRAIS CNC B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016

2 BAB 6 MESIN FRAIS CNC Langkah pembuatan benda kerja di mesin perkakas CNC dimulai dengan pembuatan program CNC berdasarkan gambar kerja kemudian mengoperasikan mesin CNC dengan menggunakan program CNC tersebut. Langkah-langkah proses pemesinan dengan mesin perkakas CNC sehingga menghasilkan produk ada dua tahap besar yaitu: pemrograman dan pengoperasian. Tiap-tiap langkah terdiri dari dua tahap seperti terlihat pada Gambar 4.1. Pertama, menyiapkan gambar kerja untuk menyusun program CNC. Program CNC tersebut kemudian ditulis atau diedit dan diperiksa di sistem kontrol CNC atau simulator CNC. Kedua, memasang benda kerja dan alat potong di mesin CNC dan mengoperasikan mesin CNC sesuai dengan program CNC yang telah dibuat. Bab IV ini akan membahas kedua langkah tersebut, karena antara pemrograman dan pengoperasian sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Pembuatan program CNC harus berdasarkan kapasitas dan spesifikasi mesin CNC yang akan digunakan. Gambar kerja (Part drawing) Pembuatan program (Part programming) Input program di sistem kontrol CNC Pembuatan produk jadi di mesin perkakas CNC Pemrograman (programming) Pengoperasian (Operation) Gambar 4.1. Langkah Pembuatan Produk dengan Menggunakan Mesin CNC (Fanuc, 2008:7) Sebelum membuat program CNC hendaknya membuat rancangan proses pemesinan. Rancangan tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi kapasitas benda 183

3 kerja yang dapat dikerjakan di mesin frais CNC; (2) metode pemasangan benda kerja; (3) urutan proses pemesinan pada setiap proses pemesinan; dan (4) alat potong yang digunakan dan kondisi pemesinan (gerak makan, kedalaman potong, dan kecepatan potong). Kapasitas mesin menunjukkan panjang, lebar, dan tinggi area operasi mesin. Pada mesin frais CNC ditunjukkan dengan jarak maksimum atau jangkauan sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Daerah operasi mesin berkaitan dengan metode pemasangan benda kerja karena ketinggian perkakas pencekam dan ketinggian benda kerja mengurangi jangkauan gerakan arah sumbu Z. Pencekaman benda kerja dapat dipilih menggunakan ragum, kelem, atau jig yang sesuai dengan bentuk benda kerja, serta harus menjamin kesetabilan posisi benda kerja (tidak bergeser, tidak bergetar, dan tidak melentur) ketika proses pemesinan dilaksanakan. Metode pemesinan perlu dipilih sesuai dengan bentuk benda kerja di gambar kerja. Pertimbangan untuk metode pemesinan pada setiap proses dapat dilihat pada tabel 4.1. Proses pengasaran, semi finishing, dan finishing harus dipisahkan dan menggunakan alat potong yang berbeda. Pemilihan alat potong disesuaikan dengan material benda kerja yang dikerjakan. Material dan bentuk alat potong harus dipertimbangkan agar proses pemesinan menjadi efisien dan efektif. Kondisi pemesinan adalah kedalaman potong, gerak makan, dan kecepatan potong. Harga kondisi pemotongan dapat diperoleh melalui perhitungan maupun dari tabel dalam katalog alat potong yang bersangkutan. Kondisi pemotongan berbeda untuk beberapa macam gerakan alat potong (tool path). Gerakan alat potong untuk pemesinan frais meliputi: pengefraisan permukaan (facing), pemotongan samping atau kontur (side cutting), pembuatan lubang (hole machining), pembuatan kantong (pocket). Pertimbanganpertimbangan antara kondisi pemotongan dan jalannya alat potong harus selalu diperhatikan agar proses pemesinan menghasilkan benda kerja sesuai spesifikasi gambar kerja. Perhitungan kondisi pemotongan dan penentuan jalannya alat potong dapat dilakukan oleh seorang pemrogram CNC apabila telah menguasai 184

4 kompetensi: sistem koordinat pada mesin frais CNC, pencekaman benda kerja, dan pencekaman alat potong. Tabel 4.1. Pertimbangan untuk Metode Pemesinan pada Setiap Proses Pemesinan Proses pemesinan Prosedur Gerakan pemakanan Penyayatan samping Pemesinan lubang pemesinan 1. Metode pemesinan Roughing Semi finishing finishing 2. Alat potong 3. Kondisi pemesinan Gerak makan Kedalaman potong Putaran spindel Jalur alat potong Gambar 4.2. Menyiapkan Gerakan Alat Potong pada Program dan Kondisi Pemesinan Berdasarkan Gambar Kerja A. Sistim Koordinat pada mesin Frais CNC Gerakan alat potong pada mesin frais CNC berdasarkan sistem koordinat. Sistem koordinat yang digunakan pada mesin frais CNC adalah sistem koordinat segi empat (rectangular coordinate systems) dan sistem koordinat polar. Sumbu koordinat untuk sistem koordinat segi empat yang digunakan pada mesin frais 185

5 CNC adalah sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Sistem koordinat ini berfungsi untuk mendeskripsikan tujuan gerakan alat potong terhadap benda kerja yang menggunakan sistem koordinat mesin atau sistem koordinat benda kerja. Sistem koordinat yang ditetapkan oleh pabrik mesin (default) untuk mesin frais CNC adalah sistem koordinat segi empat (gambar 4.3). program Sistem koordinat Gambar kerja Perintah/ command Alat potong /Benda kerja Mesin perkakas Gambar 4.3. Tata nama sumbu koordinat dan arah sumbu X, Y, Z Titik akhir harga koordinat dapat juga menggunakan koordinat polar. Sistem koordinat polar yang digunakan menggunakan radius dan sudut. Radius adalah jarak antara titik asal dan titik yang dimaksud. Sudut menggunakan acuan nol derajad pada posisi jam 3 dengan arah sudut positif pada arah berlawanan jarum jam. Baik radius maupun sudut dapat diprogram secara absolut atau incremental (G90 atau G91). Radius pada koordinat polar pada baris program 186

6 ditulis X dan sudut ditulis Y (gambar 4.4). Pengaktifan sistem koordinat polar menggunakan kode G16, sedangkan pembatalannnya dengan kode G15. Gambar 4.4. Koordinat polar pada mesin frais CNC Sistem koordinat pada mesin frais CNC tersebut diterapkan untuk sistem koordinat mesin (MCS= Machine Coordinate System) dan sistem koordinat benda kerja (WCS= Workpiece Coordinate System). Sistem koordinat mesin yang diberi simbol M adalah orientasi dari sistem koordinat pada mesin frais CNC. Titik nol (0,0,0) dari sistem koordinat ini dinamakan titik nol mesin (M). Titik nol mesin digunakan sebagai titik referensi, sehingga semua sumbu koordinat titik nolnya di sini. Sistem koordinat tersebut bisa digeser (offset) titik nolnya untuk kepentingan pelaksanaan seting, pembuatan program CNC dan gerakan alat potong. Sistem koordinat benda kerja, diberi simbol W, adalah sistem koordinat yang digunakan untuk mendeskripsikan geometri dari benda kerja. Titik nol benda kerja dapat secara bebas dipindahkan oleh pembuat program CNC menggunakan kode pemrograman pemindahan sistem koordinat (position shift offset). Pembuat program CNC menggunakan sistem koordinat benda kerja untuk memerintah gerakan alat potong. Arah gerakan alat potong dibuat pada program CNC karena pada proses frais yang bergerak adalah alat potongnya. Alat potong tersebut melakukan proses pemesinan dengan gerakan lurus atau melingkar ke arah tujuan 187

7 koordinat (X,Y,Z) tertentu. Posisi M dan W pada mesin frais CNC dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5. Sistem koordinat pada mesin frais CNC, dan titik nol yang ada di mesin frais CNC ( Siemens,2003) Seting untuk mesin frais CNC dilakukan dengan cara: mengisi data alat potong, menggeser titik nol (zero point offset), dan mengisi data seting. Berikut dijelaskan langkah-langkah : (1) pemasangan benda kerja, (2) pemasangan alat potong, dan (3) seting titik nol benda kerja dan mengisi data seting. B. Pemasangan Benda Kerja dan Alat Potong pada Mesin Frais CNC Perkakas bantu berupa pencekam benda kerja dan pemegang alat potong harus dipilih dan dipasang dengan benar agar mesin frais CNC siap dioperasikan. Pencekam benda kerja berfungsi untuk meletakkan benda kerja di meja mesin frais CNC. Pemegang alat potong berfungsi untuk memegang alat potong yang diletakkan pada sumbu utama mesin frais CNC. Pemasangan benda kerja dan alat potong yang tepat akan mempermudah proses seting mesin frais CNC. 1. Memasang Ragum/Pencekam di Mesin Frais CNC Ragum dipasang di meja mesin frais menggunakan dua buah baut yang disisipkan di T-slot yang ada di meja mesin frais. Gambar Ragum yang biasa digunakan dalam proses pemesinan frais dapat dilihat pada gambar

8 Gambar 4.6. Ragum universal untuk benda kerja tunggal dan benda kerja ganda 2. Asesoris untuk mesin Frais Beberapa macam asesoris digunakan di mesin frais. Asesoris tersebut membantu operator dalam melakukan seting alat potong, pemasangan benda kerja, dan pencekaman benda kerja. Beberapa asesoris dapat dilihat pada Gambar Alat Potong Beberapa tipe alat potong yang sering digunakan pada proses pemesinan frais adalah seperti gambar 4.8 sampai 4.9. Alat potong yang digunakan terbuat dari material HSS (High Speed Steel) atau karbida. a. Macam-macam Alat potong Frais Endmill HSS sering digunakan untuk membentuk kontur, sedangkan face mill digunakan untuk proses meratakan permukaan. Selain itu, digunakan juga endmill yang berupa batang endmill ditambah dengan pahat sisipan dari karbida. Alat potong frais muka (face milling) yang berdiameter besar untuk mesin frais vertikal biasanya menggunakan tempat alat potong (tool holder) yang dapat dipasang beberapa pahat sisipan (inserts). Sisipan yang digunakan bentuknya telah distandarkan oleh ISO. Contoh alat potong tersebut adalah seperti gambar 4.9. Alat potong dalam bentuk sisipan (insert) pada saat ini sangat sering digunakan karena efektivitas dan efisiensinya. Dikatakan efektif karena alat potong memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang tinggi sehingga proses frais dapat menghasilkan benda kerja dengan kualitas dimensi dan geometris yang presisi. Sementara itu, efisien karena memiliki kecepatan potong yang tinggi, sehingga proses pemesinan menjadi lebih cepat. Alat potong sisipan tersebut telah distandarkan bentuk dan 189

9 ukurannya oleh ISO. Kodifikasi bentuk sisipan/insert telah distandarkan seperti terlihat pada Gambar (a) Parallel (b) Alat bantu untuk menemukan titik (line finder) (c) Line finder yang terpasang pada kolet di tempat alat potong (d) Edge finder atau pre set tool untuk menemukan koordinat pojok benda kerja (e) Vise stopper atau stopper ragum yang digunakan di mulut ragum. (f) Pembatas posisi benda kerja di ragum (g) V Block (h) Satu set kelem Gambar 4.7. Beberapa macam asesoris yang digunakan di mesin frais CNC 190

10 Gambar 4.8. Beberapa tipe alat potong frais yang digunakan pada mesin frais vertikal dan horisontal 191

11 Gambar 4.9. Alat potong Face milling yang menggunakan klem untuk memasang sisipan (Courtesy Iscar Metals, Inc. dan Courtesy Greenleaf Corp.) 192

12 Gambar Penamaan atau kodifikasi alat potong sisipan/insert menurut ISO 193

13 Gambar Penamaan atau kodifikasi alat potong sisipan/insert menurut ISO (lanjutan) b. Memasang Alat Potong di Mesin Frais CNC Endmill HSS biasanya digunakan untuk proses frais pada mesin frais vertikal. Alat potong ini pada waktu dipasang di mesin frais memerlukan dua buah 194

14 pemegang. Endmill dipegang oleh kolet. Selanjutnya kolet yang sudah dipasang endmill kemudian dipasang di arbor. Pada ujung arbor dipasang pull stud yang berfungsi untuk pengait pada tempat alat potong di mesin frais CNC (gambar 4.11). Rangkaian alat potong tersebut kemudian dipasang di tempat alat potong pada lubang arbor di spindel utama mesin frais CNC dengan cara menekan tombol ganti alat potong dan memasukkan arbor ke dalam lubangnya. Gambar Pemegang alat potong yang terdiri dari: kolet, arbor atau pencekam kolet, pull stud, dan kunci pengencang C. Pemindahan Sistem Koordinat Mesin ke Sistem Koordinat Benda Kerja Pengoperasian mesin frais CNC pada dasarnya meliputi melakukan seting, mengedit program CNC dan menjalankan program CNC. Seting untuk mesin frais CNC dilakukan dengan cara: mengisi data alat potong, menggeser titik nol (zero point offset), dan mengisi data seting. Pemilihan alat potong dan seting alat potong telah dibahas pada subbab sebelumnya. Pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai langkah-langkah pemindahan sistem koordinat. 1. Pemindahan Sistem Koordinat (Position Shift Offset) dan Data Seting Pada mesin frais CNC pemindahan sistem koordinat dari sistem koordinat mesin (M) ke sistem koordinat benda kerja/ workpiece (W) dilakukan untuk 3 sumbu, yaitu sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Hasil langkah-langkah pemindahan sistem koordinat adalah harga koordinat sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z untuk G54 seperti pada Gambar G54 adalah kode perintah untuk 195

15 memindah titik nol dari titik M ke titik W, sehingga pembuat program CNC menggunakan titik W sebagai acuan sistem koordinat benda kerja. Gambar Pemindahan sistem koordinat mesin (M) ke benda kerja (W) Identifikasi koordinat titik pojok kiri atas benda kerja sebagai titik nol benda kerja dilakukan dengan cara menyentuhkan alat potong pada masingmasing sisi kiri (arah sumbu X) dan sisi depan (arah sumbu Y) seperti terlihat pada Gambar Posisi koordinat titik X dan Y tersebut kemudian diisikan pada data pergeseran titik nol G54 pada sumbu X dan sumbu Y (Gambar 4.14). Gambar Seting titik nol pada arah sumbu X dan sumbu Y 196

16 Harga koordinat titik X dan Y yang diisikan di data offset seting benda kerja Gambar Data Seting Titik Nol Benda Kerja Pemindahan sistem koordinat dari W ke M di atas dilakukan pada arah sumbu X dan sumbu Y, sedangkan untuk sumbu Z harganya tetap nol, karena untuk sumbu Z dilakukan pengukuran panjang alat potong atau tool offset. Pengukuran panjang alat potong dilakukan dengan cara menyentuhkan alat potong pada bidang atas benda kerja. Kemudian dicatat harga koordinat sumbu Z yang tercantum pada layar. Harga koordinat sumbu Z untuk alat potong tersebut diisikan pada offset seting pada sub menu offset di kolom Geom (lihat Gambar 4.15). Gambar Menyentuhkan Alat Potong pada Sisi Atas Benda Kerja dan Mengisi Data Offset Tool D. Pratikum 197

17 Lakukan tugas praktikum berikut secara perorangan. Tugas ini bisa Anda kerjakan dengan menggunakan perangkat lunak simulator mesin frais CNC (SSCNC). Perangkat lunak tersebut dapat diperoleh pada CD yang disertakan di buku ini. Prosedur pemasangan program simulator CNC dapat dilihat pada lampiran 1. 1) Lakukan pemasangan: dua buah alat potong (face mill diameter 40 mm dan endmill diameter 12 mm), ragum, dan benda kerja ukuran 100 mm x 100 mm x 40 mm! Catatan : tinggi benda kerja yang menonjol adalah 13 mm. 2) Identifikasi koordinat pojok kiri atas benda kerja tersebut dan catat sebagai harga G54! 3) Identifikasi harga sumbu Z untuk tiap alat potong, kemudian isikan data tersebut pada data offset alat potong! 4) Lakukan pengecekan, apakah posisi titik nol benda kerja tersebut sudah benar! 5) Apabila masih ada kesalahan, lakukan seting lagi sampai diperoleh harga G54 yang benar! 198

18 BAB 7 PEMROGRAMAN CNC UNTUK MESIN FRAIS Pembuatan program CNC untuk mesin bubut dan mesin frais pada dasarnya identik. Mesin bubut CNC menggunakan sumbu koordinat (X,Z), sedangkan mesin frais CNC menggunakan sumbu koordinat (X,Y,Z). Berikut ini dipaparkan mengenai dasar-dasar pemrograman CNC dan kode-kode instruksi pemrograman CNC. Hal ini harus dikuasai lebih dahulu karena program yang rumit dan panjang sebenarnya adalah program dasar yang berjumlah banyak. A. Struktur Program CNC Program CNC terdiri dari baris (block) yang berurutan. Setiap baris merupakan langkah pemesinan. Perintah/instruksi ditulis dalam satu baris dalam bentuk kata-kata (words). Baris terakhir dari urut-urutan tersebut berisi kata khusus untuk mengakhiri program yaitu M2 atau M30. % O0011; Nama program CNC N10 G54; baris/ blok N20 M6 T1...; baris/ blok N30 G0 X Y Z...; N40...; M30; Program berakhir 1. Nama Program CNC Ketika membuat program CNC, nama program atau nama file program CNC ditentukan oleh pembuat program dengan ketentuan sebagai berikut. a. Karakter pertama adalah huruf O. b. Karakter berikutnya adalah empat digit angka, misal: O0003 (lihat gambar 5.1). 2. Struktur Baris Suatu baris instruksi (block instructions) berisi semua data yang diperlukan untuk melaksanakan satu langkah pemesinan. Baris biasanya terdiri dari beberapa kata dan selalu diakhiri dengan the end of-block character LF (line feed). Karakter tersebut akan muncul dengan sendirinya ketika tombol return atau input 199

19 ditekan ketika kita menulis program. Satu baris program terdiri dari nomer, fungsi gerak (kode G), koordinat (X,Y,Z), fungsi bantu (kode M), putaran sumbu utama (S), alat potong yang digunakan (T), dan LF. Gambar 5.1. Daftar Program CNC Tersimpan di Sistem Kontrol CNC Gambar 5.2. Diagram Struktur Blok/Baris Program CNC Pada kontrol CNC Fanuc Oi, nomer baris tidak harus ada, tetapi sebaiknya ditulis agar mudah mengeditnya, misalnya nomer baris diawali dengan N10 dan untuk baris berikutnya ditambah 10 sehingga baris berikutnya N20 dan seterusnya. 3. Kata Kata atau word terdiri dari kode huruf diikuti angka, misalnya G01, X100, atau M3. Ketika satu baris terdiri dari lebih dari satu pernyataan, kata-kata dalam satu baris harus diatur dengan urutan seperti gambar 5.2 di atas. Pada satu baris 200

20 boleh terdiri dari satu kata atau lebih dari satu kata. Apabila ada lebih dari satu kode G pada satu kelompok, maka kode G yang terakhir yang digunakan. 4. Komentar/ Catatan (Comment/Remark) Catatan dapat digunakan untuk menjelaskan pernyataan atau keterangan dari baris program. Pernyataan dapat berupa nama program, tanggal pembuatan, identifikasi program atau keterangan teknis misalnya ukuran benda kerja, alat potong yang digunakan, cara pencekaman, dan lain sebagainya. Komentar ditampilkan bersama dengan isi program yang lain dari satu baris yang sedang tampil. Komentar hanya ditampilkan di monitor dan tidak mempengaruhi gerakan mesin. Catatan ditulis diantara dua tanda kurung. Contoh Program : % O0003; (PROGRAM NAME - STMHAVE) (DATE=DD-MM-YY TIME=HH:MM - 18:46) N100G54; N102G0G17G40G49G80G90; ( 6. FLAT ENDMILL TOOL - 1 DIA. OFF. - 1 LEN. - 1 DIA. - 6.) N104T1M6; N106G0G90X-1.75Y-1.75A0.S1591M3; N108G43H1Z5.M8; N110Z2.; N112G1Z-2.F40.; N114X77.75F60.; N140 M2; Program berakhir 5. Istilah Khusus Gerakan alat potong ke tujuan titik koordinat tertentu disebut interpolasi (Gambar 5.3). Interpolasi terdiri dari dua macam, yaitu interpolasi lurus (linier interpolation) dan interpolasi melingkar (circular interpolation). Interpolasi lurus dapat berupa gerakan pada arah satu sumbu koordinat saja (pada arah sumbu X, pada arah sumbu Z, pada arah sumbu Z), gerak interpolasi dua sumbu (sumbu X dan sumbu Y berubah, sumbu X dan sumbu Z berubah, sumbu Y dan Z berubah), dan gerakan pada arh tiga sumbu (sumbu X,Y,Z semua berubah). Program CNC dapat berupa program utama saja atau terdiri dari program utama (main program) dan subprogram (subprogram). Program utama bisa 201

21 memiliki satu atau lebih subprogram tergantung kebutuhan yang ditunjukkan oleh gambar kerja. Misalnya untuk membuat benda kerja berlubang seperti pada gambar 5.4, maka program utama dapat memiliki dua subprogram untuk membuat lubang 1 dan lubang 2,tiap-tiap subprogram dipanggil dua kali. Gambar 5.3. Interpolasi Lurus dan Interpolasi Melingkar Gambar 5.4. Program CNC yang Terdiri dari Program Utama (Main Program) dan Dua Subprogram B. Kode- kode pemrograman dan fungsinya Kode-kode instruksi untuk pembuatan program CNC (Kode G, M, F, T, D, S) yang sering digunakan di sini akan dijelaskan sesuai urutan penggunaan kode yang digunakan dalam suatu program CNC. Kode program atau instruksi untuk pemrograman CNC dibagi dalam dua kelompok, yaitu modal dan non modal. Kode 202

22 program modal berarti kode program tersebut tetap aktif sampai dengan dibatalkan oleh kode program dari kelompok yang sama, misalnya G0 tetap aktif sampai baris program berikutnya dan akan dibatalkan oleh G1,G2, atau G3 di baris program sesudahnya. Seperti pada mesin bubut CNC, maka kode program yang digunakan adalah kode G dan kode M. 1. Format dan deskripsi kode G Penjelasan dan gambar yang digunakan pada buku ini diambil dari buku manual yang dibuat oleh perusahaan Fanuc. Daftar kode G secara lengkap adalah seperti tabel 4.1. Kode G di tabel tersebut akan dibahas satu per satu atau per kelompok sesuai dengan letaknya pada suatu program CNC. Tabel 4.1. Deskripsi Kode G Kode G Kelompok Deskripsi G00* 01 Gerak cepat (Rapid traverse) G01 G02 G03 Interpolasi lurus (Linear interpolation) Interpolasi melingkar searah jarum jam (Circular interpolation CW) Interpolasi melingkar berlawanan arah jarum jam (Circular interpolation CCW) G04 00 Berhenti sementara (Dwell) G17* 02 Pilihan bidang XY (X Y plane selection) G18 G19 Pilihan bidang ZX (Z X plane selection) Pilihan bidang YZ (Y Z plane selection) G28 00 Kembali ke titik referensi (Return to reference position) G30 G40* G41 G42 G43 G44 G49* Kembali ke titik referensi ke 2, ke 3 dan ke 4 (2 nd, 3 rd and 4 th reference position return) 07 Kompensasi radius alat potong batal (Cutter compensation cancel) Kompensasi radius alat potong arah kiri (Cutter compensation left) Kompensasi radius alat potong arah kanan (Cutter compensation right) 08 Kompensasi panjang alat potong arah + (Tool length compensation + direction) Kompensasi panjang alat potong arah (Tool length compensation direction) Kompensasi panjang alat potong dibatalkan (Tool length compensation cancel) 203

23 Kode G Kelompok Deskripsi G53* 14 Sistem koordinat mesin (Machine coordinate system selection) G54 G55 G56 G57 G58 G59 Sistem koordinat benda kerja 1 (Workpiece coordinate system 1 selection) Sistem koordinat benda kerja 2 (Workpiece coordinate system 2 selection) Sistem koordinat benda kerja 3 (Workpiece coordinate system 3 selection) Sistem koordinat benda kerja 4 (Workpiece coordinate system 4 selection) Sistem koordinat benda kerja 5 (Workpiece coordinate system 5 selection) Sistem koordinat benda kerja 6 (Workpiece coordinate system 6 selection) G65 00 Pemanggilan macro G66 12 Pemanggilan perintah modal macro G67* Pembatalan perintah modal macro G68 16 Koordinat diputar (Coordinate rotation) G69 Koordinat diputar dibatalkan (Coordinate rotation cancel) G73 09 Siklus gurdi dengan pengembalian (Peck drilling cycle) G74 G76 Siklus pembuatan spiral kiri (Left-spiral cutting cycle) Siklus gurdi halus (Fine boring cycle) G80* Sikulus gurdi dibatalkan (Canned cycle cancel) G81 G82 G83 G84 G85 G86 G87 G88 G89 Siklus gurdi, senter bor (Drilling cycle, spot boring cycle) Siklus gurdi, dengan berhenti sementara (Drilling cycle or counter boring cycle) Siklus gurdi dengan pengembalian (Peck drilling cycle) Siklus pengetapan (Tapping cycle) Siklus pengeboran (Boring cycle) Siklus pengeboran Siklus pengeboran Siklus pengeboran Siklus pengeboran G90* 03 Perintah pemrograman absolut (Absolute command) G91* Perintah pemrograman incremental (Increment command) G92 00 Pergeseran titik nol benda kerja atau putaran spindel maksimum (Setting for work coordinate system or clamp at maximum spindle speed) 204

24 Kode G Kelompok Deskripsi G94* 05 Gerak makan dengan satuan mm/menit G95 Gerak makan dengan satuan mm/putaran G98* 10 Kembali ke titk awal (Return to initial point in canned cycle) G99 Catatan : *) = harga awal (default). Kembali ke titik pengembalian (Return to R point in canned cycle) a. G54, G55, G56, G57, G58, G59, dan G53 ( sistem kooordinat benda kerja 1 sampai 6) Pengaktifan sistem koordinat benda kerja dimaksudkan untuk memindah titik nol sistem koordinat mesin (W) ke titik nol sistem koordinat benda kerja (W). Pemindahan ini diidentifikasi setelah benda kerja dipasang pada ragum di mesin dan harus diisikan pada parameter titik nol (zero point offset). Pengaktifan sistem koordinat benda kerja melalui program CNC dengan menuliskan G54 (lihat gambar 5.5), atau sistem kordinat benda kerja yang lain, misalnya G55, G56, G57, G58, atau G59. Benda kerja yang berbentuk rumit dapat menggunakan pemindahan titik nol lebih dari satu kali, misalnya G54 dan G55. Benda kerja yang sederhana yang hanya memiliki satu titik nol sebagai acuan biasanya menggunakan G54 sebagai sistem koordinat benda kerjanya. Gambar 5.5. Pergeseran Titik M ke W dengan G54 205

25 Format: N... G54; sistem koordinat benda kerja 1 diaktifkan.. G57 ; sistem koordinat benda kerja 4 diaktifkan.. G53 ; sistem koordinat mesin diaktifkan. Benda kerja yang memiliki banyak titik pojok atau beberapa benda kerja dipasang di meja mesin frais dapat mengunakan beberapa pergeseran titik nol (zero offset/ ZOF). Kode G54 sampai dengan G59 adalah kode G modal, sehingga akan tetap aktif sampai dengan dibatalkan oleh kode G dalam satu kelompok tersebut. Pergeseran titik nol ke 1 sampai dengan ke 6 (Gambar 5.6) dibatalkan dengan G53. Gambar 5.6. Pemindahan Sistem Koordinat Mesin (W) ke Sistem Koordinat Benda Kerja ke 1 Sampai dengan ke 6 b. G90/ G91 (Pemrograman Menggunakan Koordinat Absolut/ Incremental) Pemosisian alat potong yang diperintahkan menggunakan koordinat absolut dari titik nol benda kerja apabila di awal program CNC ditulis G90. Apabila di awal program tidak ditulis G90 atau G91, maka harga awal (default) adalah G90. Identik dengan pemberian ukuran absolut dan inkremental di gambar 5.7, maka 206

26 titik nol benda kerja sebagai titik nol absolut atau (0,0,0). Pada sistem koordinat absolut semua perintah gerakan alat potong menuju koordinat tertentu dihitung dari koordinat (0,0,0) tersebut, sehingga perintah bergerak lurus atau melingkar menuju ke X10, Y20, Z30 berarti menuju titik koordinat (10,20,30). Format: Gambar 5.7. Koordinat Absolut dan Incremental N.. G90 ; sistem koordinat absolut diaktifkan N N G91 ; sistem koordinat incremental diaktifkan. N Contoh penggunaan kode G90, menggunakan sistem koordinat absolut: N30 G90 N40 G0 X20. Y20. ; berarti perintah bergerak menuju koordinat (20,20) N50 X30. Y30. ; berarti perintah bergerak menuju koordinat (30,30).. Gambar 5.8. Gambaran Gerakan Alat Potong dengan Sistem Koordinat Absolut 207

27 Kode G91 berarti sistem koordinat yang digunakan ialah koordinat relatif atau incremental. Pergeseran alat potong diprogram dari tempat alat potong berada ke posisi berikutnya. Koordinat ditulis menggunakan sumbu (U,V,W). Titik nol (0,0,0) berada di ujung sumbu alat potong. Perintah bergerak lurus ke U10, berarti alat potong bergerak 10 mm pada arah sumbu X dari posisi alat potong sebelumnya. Contoh penggunaan kode G91, menggunakan sistem koordinat incremental: N30 G91 N40 G0 U20. V20. ; perintah menuju koordinat (20,20) dari posisi awal alat potong N50 U30. V30. ; perintah menuju koordinat (30,30) dari N40. Gambaran gerakan alat potong adalah seperti gambar 5.9 di bawah. Gambar 5.9. Gerakan Alat Potong dengan Sistem Koordinat Incremental c. G92 (Pergeseran Titik Nol Benda Kerja atau Pembatasan Putaran Spindel) Pergeseran titik nol pada sistem koordinat benda kerja, koordinat titik nol benda kerja dapat digeser lagi menggunakan G92. Pergeseran ini dimaksudkan untuk memindahkan titik nol dari W ke titik lain di benda kerja. Apabila pemindahan sistem koordinat dari M ke W sudah cukup pada waktu membuat program CNC, maka G92 tidak digunakan. Format : N. G92 X Y Z 208

28 G92 juga berfungsi sebagai kode pembatasan putaran maksimal spindel. Pembatasan ini diperlukan terutama pada mesin CNC yang memiliki putaran maksimal mesin rendah atau putaran maksimal pemegang alat potong relatif rendah. Format : N G92 S3500 ; putaran maksimal spindel 3500 rpm. d. T ( Pemanggilan Alat Potong) Alat potong yang digunakan dipilih dengan menuliskan kata T diikuti nomer alat potong, misalnya T1, T2, T3. Nomer alat potong bisa dari angka bulat 1 sampai 400, dan pada sistem kontrol CNC maksimum 15 alat potong yang bisa disimpan pada waktu yang sama (tergantung spesifikasi mesin). Apabila akan mengganti alat potong, maka pada program CNC ditulis perintah ganti alat potong (M6) diikuti angka nomer alat potong yang dimaksud. Format: N... M6 T1; alat potong ke 1 diaktifkan N... N M6 T14 ; alat potong diganti dengan alat potong ke 14. e. G43 (Kompensasi Panjang Alat Potong) Beberapa alat potong memiliki panjang dan diameter yang berbeda. Untuk mengaktifkan perbedaan tersebut, maka sesudah menulis nomer alat potong (misalnya T1), pada baris berikutnya diikuti dengan pengaktifan panjang alat potong dengan kode G43 H Harga kompensasi panjang alat potong disimpan pada parameter tool correction/ tool compensation data (lihat Gambar 5.10). Harga kompensasi panjang ini dibatalkan dengan G49. Format: N... N... M6 T1; berarti alat potong 1 dipanggil N... G43 H1; berarti panjang alat potong T1 diaktifkan. f. S ( Putaran Spindel) Pengaktifan jumlah putaran spindel mesin frais CNC digunakan huruf S diikuti dengan jumlah putaran per menit (rpm). Arah putaran spindel mengikuti 209

29 perintah kode M, yaitu M3 putaran searah jarum jam, dan M4 putaran berlawanan arah jarum jam, sedangkan perintah M5 putaran spindel berhenti. Format: N... M3 N... S2650; berarti putaran spindel searah jarum jam 2650 rpm. Penentuan harga putaran spindel adalah berdasarkan kecepatan potong benda kerja. Kecepatan potong benda kerja dipengaruhi oleh material alat potong dan material benda kerja. Berikut diberikan contoh putaran spindel untuk alat potong dari HSS dengan berbagai bahan benda kerja yang sering digunakan. Diisi panjang alat potong Gambar Tabel Data Alat Potong Tabel 4.1. Jumlah Putaran Spindel dalam Rpm untuk Alat Potong dari HSS Material Benda kerja Alat potong HSS dengan diameter 6 mm 12 mm 25 mm 40 mm 50 mm Low-Carbon Steel High-Carbon Steel Aluminum Brass & Bronze (sumber: ). g. F ( Gerak Makan) Gerak makan F adalah kecepatan pergerakan alat potong yang berupa harga absolut. Harga gerak makan ini berhubungan dengan gerakan interpolasi G1, G2, atau G3 dan tetap aktif sampai harga F baru diaktifkan di program CNC. Satuan 210

30 untuk F ada dua yaitu mm/menit apabila sebelum harga F ditulis G94, dan mm/putaran apabila ditulis G95 sebelum harga F. Satuan mm/putaran hanya dapat berlaku apabila spindel berputar. Harga satuan F secara default yang aktif adalah mm/menit. Format: N... N... G94 F300; harga gerak makan 300 mm/menit N... M3 S1000 N... G95 F0.2; gerak makan 0,2 mm/putaran. Harga gerak makan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: material benda kerja, material alat potong, kedalaman potong, kehalusan permukaan akhir, bentuk alat potong, dan kondisi pemotongan yang digunakan. Berikut disampaikan tabel gerak makan (F) sebagai harga pendekatan gerak makan untuk alat potong yang terbuat dari HSS pada kedalaman potong 1,25 mm dan 6 mm. Harga gerak makan untuk kedalaman potong yang lain dapat diinterpolasi dari harga pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Gerak Makan (F) untuk Berbagai Kedalaman Potong dan Material Benda Kerja untuk Beberapa Diameter Alat Potong (Endmill) Material Benda kerja Kedalaman potong 0,05 (1,25 mm) Diameter alat potong Kedalaman potong 0,25 (6 mm) 3 mm 10 mm 12,5 mm 10 mm 18 mm Plain Carbon Steels 0,0012-0,025 0,050-0,075 0,075-0,1 0,025-0,050 0,050-0,1 High Carbon Steel 0,003-0,025 0,025-0,075 0,050-0,1 0,003-0,025 0,025-0,1 Tool Steel 0,0012-0,025 0,025-0,075 0,050-0,1 0,025-0,050 0,075-0,1 Cast Aluminum Alloy 0,050 0,075 0,125 0,075 0,2 Cast Aluminum -Hard 0,025 0,075 0,125 0,075 0,150 Brasses & Bronzes 0,0012-0,025 0,075-0,1 0,1-0,150 0,050-0,075 0,1-0,150 Plastics 0,050 0,1 0,125 0,075 0,2 Catatan: harga gerak makan adalah mm/gigi, sehingga harga gerak makan untuk alat potong harus dikalikan jumlahgigi. Harga F = harga F tabel x jumlah sisi potong x S h. G0 (Gerak Cepat atau Gerak Memposisikan Alat Potong) G0 berfungsi untuk menempatkan (memposisikan) alat potong secara cepat dan tidak menyayat benda kerja. Semua sumbu bisa bergerak secara bersama 211

31 (simultan), sehingga menghasilkan jalur lurus (lihat gambar 5.11). Perintah G0 akan selalu aktif sebelum dibatalkan oleh perintah dari kelompok yang sama, yaitu G1, G2, atau G3. Format: N... G0 X Y Z Keterangan : X,Y,Z: posisi titik koordinat yang dituju. Gambar Gerak Cepat dengan Menggunakan Perintah G0 i. G1 (Gerak Interpolasi Lurus dengan Gerak Makan F) Fungsi dari perintah G1 adalah menggerakkan alat potong dari titik awal menuju titik akhir dengan gerakan lurus. Kecepatan gerak makan ditentukan dengan F. Semua sumbu dapat bergerak bersama untuk menuju titik yang diprogramkan (lihat gambar 5.12). Perintah G1 tetap aktif sebelum dibatalkan oleh perintah dari kelompok yang sama (G0, G2, atau G3). Gambar Gerakan Alat Potong dengan Menggunakan G1 212

32 Format: N G1 X Y Z F atau N G1 U V F Keterangan : X,Y,Z: posisi titik koordinat yang dituju F: gerak makan Contoh penggunaan G0 dan G1 : N... G0 X20. Y40. Z2.; N... G1 Z-10. F20. ; berarti alat potong bergerak lurus menuju Z-10 N... G1 X40. Y48. Z-12. ; berarti alat potong menuju (40,48,-12) N... Contoh 1. Dibuat program CNC untuk gambar benda kerja sebagai berikut. Alat potong yang digunakan adalah Endmill diameter 16 mm. Putaran spindel searah jarum jam 2000 rpm. Pendingin menggunakan cairan pendingin (M8). Program CNC dan penjelasannya Program CNC O0001 N10 G54; Gambar Gambar Kerja untuk Contoh 1 Penjelasan Nama program Pergeseran titik nol ke 1 213

33 N20 M6 T1; N30 M3 S2000 F80 M8; N40 G43 H1; N50 G0 X-20. Y-20. Z5.; N60 G1 Z-2. N70 G42 D1 N80 G1 X6. Y6.; N90 X54.; N100 Y54.; N110 X6.; N120 Y-14.; N130 G0 X-20. Y-20. ; N140 G40; N150 Z15.; N160 M5 M9; N170 M30; Alat potong yang digunakan T1 Putaran spindel, gerak makan, dan pendingin Kompensasi panjang alat potong 1 Gerak cepat menuju (-20,-20,5) Alat potong turun ke Z = -2 Kompensasi radius alat potong kanan aktif Gerak interpolasi lurus menuju (6,6) Gerak interpolasi lurus menuju (54,6) Gerak interpolasi lurus menuju (54,54) Gerak interpolasi lurus menuju (6,54) Gerak interpolasi lurus menuju (6,-14) Gerak cepat menuju (-20,-20) Kompensasi radius alat potong dibatalkan Gerak cepat naik ke Z=15 Spindel OFF dan Pendingin OFF Program Selesai Program CNC tersebut di atas menggunakan satu alat potong. Pemanggilan alat potong menggunakan kode M6 T1, yaitu ganti alat potong T1. Gerakan alat potong pada satu titik koordinat memperhitungkan radius alat potong yang digunakan, sehingga menggunakan kode kompensasi alat potong (G42 dan G40). Kompensasi panjang alat potong menggunakan kode G43 H1. Pembahasan mengenai kompensasi radius dan panjang alat potong akan dibahas pada subbab selanjutnya. Contoh 2. Dibuat program CNC untuk gambar benda kerja sebagai berikut. Alat potong yang digunakan adalah Endmill diameter 16 mm. Kedalaman kontur tepi 2 mm. Putaran spindel searah jarum jam 2000 rpm. Pendingin menggunakan cairan pendingin (M8). Langkah pemesinan diawali dengan pengefraisan permukaan (facing), kemudian membuat kontur tepi sesuai dengan gambar kerja. 214

34 Gambar Gambar Kerja untuk Contoh 2 Gambar proses penyayatan dan hasil benda kerja adalah seperti gambar di bawah. a. Jalur alat potong facing dan alur tepi Jalur facing Jalur alur tepi Gambar Jalur Alat Potong untuk Proses Facing dan Pembuatan Kontur 215

35 b. Gambaran benda kerja yang telah selesai dibuat Gambar Gambar Hasil Simulasi untuk Contoh 2 Program CNC % O0012; (PROGRAM NAME - CNTH2C) (DATE=DD-MM-YY TIME=HH:MM - 10:01) N10G54; N20M3 S2000 M8 F60; ( 16. FLAT ENDMILL TOOL - 1 DIA. OFF. - 1 LEN. - 1 DIA ) N30T1M6; N40G0X-20. Y-20.; N50G43H1Z5.; N60Z2.; N70G1Z0.F40.; N80X89.6F60.; N90G3Y8.001R6.4; N100G1X-9.6; N110G2Y20.801R6.4; N120G1X89.6; N130G3Y33.6R6.4; 216

36 N140G1X-9.6 N150G2Y46.4R6.4 N160G1X89.6 N170G3Y59.199R6.4 N180G1X-9.6 N190G2Y71.999R6.4 N200G1X89.6 N210G3Y84.798R6.4 N220G1X-17.6 N230G0Z5. N240X25.5Y-27. N250Z2. N260G1Z-2.F40. N270G42D1Y-11.F60. N280G2X41.5Y5.R16. N290G1X72. N300X75.Y11. N310Y75. N320X11. N330X5.Y71. N340Y7. N350X11.Y5. N360X41.5 N370G2X57.5Y-11.R16. N380G1G40Y-27. N390G0Z5. N400M5 N410M9 N420G0.Z20. N430M30; Contoh

37 Dibuat program CNC untuk gambar benda kerja bentuk segi enam beraturan sebagai berikut. Alat potong yang digunakan adalah Endmill diameter 16 mm (T1) dan 12 mm (T2). Kedalaman kontur tepi 3 mm. Putaran spindel searah jarum jam 2500 rpm. Pendingin menggunakan cairan pendingin (M8). Langkah pemesinan membuat kontur tepi sesuai dengan gambar kerja. Gambar Gambar Kerja dan Gambar Hasil Simulasi untuk Contoh 3 218

38 Program CNC O0013 (PROGRAM NAME - CNTH3C) N10G54; N20M3S2000M3M8F60; ( 16. ENDMILL TOOL - 1 DIA. OFF. - 1 LEN. - 1 DIA ) N30T1M6; N40G0X Y ; N50G43H1Z5.; N60Z2. N70G1Z-3.F40; N80G42D1X Y22.232F60; N90G2X6.402Y16.376R16.; N100G1X14.268Y2.751; N110X45.732; N120X61.464Y30.; N130X45.732Y57.249; N140X14.268; N150X-1.464Y30.; N160X6.402Y16.376; N170G2X.546Y-5.481R16.; N180G1G40X Y ; N190G0Z5.; N200M5; N210M9; N220GZ20.; ( 12. FLAT ENDMILL TOOL - 2 DIA. OFF. - 2 LEN. - 2 DIA ) N240T2M6; N250G0G90X-17.Y-16. S2500M3; N260G43H2Z5.M8; N270Z2.; 219

39 N280G1Z-3.F40.; N290G42D2X-7.392Y22.268F80.; N300G2X9.Y17.876R12.; N310G1X16.Y5.751; N320X44.; N330X58.Y30.; N340X44.Y54.249; N350X16.; N360X2.Y30.; N370X9.Y17.876; N380G2X4.608Y1.483R12.; N390G1G40X-5.785Y-4.517; N400G0Z5.; N410M5; N420M9 N430G0.Z20.; N440M30; j. G2 dan G3 (Gerak Interpolasi Melingkar Searah Jarum Jam dan Berlawanan Arah Jarum Jam) Perintah G2 atau G3 berfungsi untuk menggerakkan alat potong dari titik awal ke titik akhir mengikuti gerakan melingkar. Arah gerakan alat potong terdiri dari dua arah, yaitu G2 untuk gerakan searah jarum jam, dan G3 untuk berlawanan arah jarum jam (lihat gambar 5.18). Gerak makan alat potong menurut F yang diprogram pada baris sebelumnya. Alat potong akan bergerak melingkar apabila diberitahu posisi pusat lingkaran terhadap titik awal bergerak. Posisi titik pusat didefinisikan sebagai koordinat inkremental (I,J) dari titik awal ke titik pusat lingkaran (gambar 5.19). Selain itu, gerakan alat potong melingkar dapat juga diberi data mengenai radiusnya dengan simbul R. Harga R adalah radius lingkaran yang ditulis tanpa tanda atau selalu positif. 220

40 Format: N G2 X Y I J F N G3 X Y I J F Atau N G2 X Y R N G3 X Y R Keterangan : X,Y: koordinat yang dituju (U,V apabila inkremental) I: jarak antara harga X awal dengan pusat lingkaran J: jarak antara harga Y awal dengan pusat lingkaran F: gerak makan. Contoh penggunaan : N... N... G2 X... Y... I5 J-1; bergerak melingkar ke (X,Y) dengan posisi titik pusat lingkaran di (5,-1) dari titik awal gerak alat potong N... G2 X... Y...R10; bergerak melingkar ke (X,Y) dengan radius 10 N... Gambar Gerak Alat Potong Searah Jarum Jam pada Bidang XY 221

41 Gambar Harga Parameter I dan J untuk Interpolasi Melingkar k. G41, G42, G43,G40 (Kompensasi Radius Alat Potong Kiri/Kanan dan Kompensasi Panjang Alat Potong) Kompensasi radius alat potong akan aktif apabila ditulis G41/G42. G41 adalah kompensasi radius kiri, sedangkan G42 adalah kompensasi radius kanan. G40 adalah membatalkan kompensasi radius atau tanpa kompensasi. Kompensasi radius kanan adalah apabila alat potong bergeser ke bagian kanan garis kontur yang dituju sejauh radius alat potong (lihat gambar 5.20). Untuk mengidentifikasi arah kompensasi, maka pandangan kita searah dengan arah gerakan alat potong. Kompensasi radius kiri adalah apabila alat potong bergeser ke bagian kiri garis kontur yang dituju sejauh radius alat potong. Format : N.. M6 T1 N... G0 X... Y... Z... N... G42 ; berarti kompensasi radius alat potong kanan diaktifkan N... G1 X... Y... N..N... G40 ; berarti kompensasi dibatalkan. Kompensasi panjang alat potong menggunakan kode G43. Kode ini harus ditulis sesudah mengganti alat potong karena pada kenyataannya alat potong yang digunakan panjangnya berbeda-beda. 222

42 Alat potong Jalur sumbu alat potong bergeser pada jarak yang sama ke kontur Gambar Kompensasi Radius Alat Potong Kanan (G42) Gambar Panjang Alat Potong yang Berbeda-Beda Format: N. G54 N. M6 T3 N. G43 H3 N. G0 X Y Z Keterangan : 223

43 H adalah panjang alat potong (lihat gambar 5.21). l. Kode M Kode M ini adalah kode untuk fungsi tambahan. Arti beberapa kode M tersebut sama dengan yang digunakan pada mesin bubut CNC. Kode M sebagian besar berfungsi sebagai ON atau OFF. Kode M yang digunakan adalah sebagai berikut. M2 = program berakhir M3 = spindel ON dengan putaran searah jarum jam M4 = spindel ON dengan putaran berlawanan arah jarum jam M5 = spindel OFF M6 = ganti alat potong M7 = pendingin ON (udara bertekanan) M8 = pendingin ON (cairan pendingin) M9 = pendingin OFF. M30 = program berakhir. Contoh 4. Dibuat program CNC untuk benda kerja seperti pada gambar di bawah. Kedalaman kontur tepi 2 mm. Material benda kerja Alluminum dan material endmill adalah HSS. Diameter alat potong yang digunakan T1 memiliki diameter 16 mm (proses roughing), dan T2 memiliki diameter 12 mm (proses finishing). 224

44 Gambar Gambar Kerja untuk Latihan Interpolasi Melingkar Program CNC O0011; N10 G54; N20 M6 T1; N30 M3 S2000 F80 M8; N40 G43 H1; N50 G0 X-20. Y-20. Z5.; N60 G1 Z-2. N70 G42 D1 N80 G1 X8. Y8.; N90 X52.; N100 Y52.; N110 X8.; N120 Y-16.; N130 G0 X-20. Y-20. ; N140 G40; N150 Z15.; N160 M5; N170 M6 T2; N180 M3 S2500 F120; N190 G43 H2; N200 G0 X-15. Y-15. Z5.; N210 Z-2.; N220 G41 D2; N220 G1 X10. Y16. ; N230 Y34.; N240 G2 X16. Y40. I6. J0.; N250 G1 X34.; N260 G2 X40. Y34. I0. J-6.; N270 G1 Y16.; 225

45 N280 G2 X34. Y10. I-6. J0.; N290 G1 X16.; N300 G2 X10. Y16. I0. J6.; N310 G1 Y20.; N320 X-20.; N330 G0 X-22. Y-22. G40; N340 Z20.; N350 M5 M9; N360 M30; C. Kode Pemrograman Siklus Pembuatan Lubang Siklus pembuatan lubang ada beberapa macam tergantung kondisi bahan benda kerja, kedalaman lubang, dan jenis lubang yang dibuat. Bahan benda kerja yang lunak, keras, atau liat menentukan proses pembuatan lubang yang berbeda. Misalnya apabila benda kerja lunak maka gerakan mata bor menerus tanpa berhenti atau gerak kembali dapat diaplikasikan. Kedalaman lubang juga harus mendapat perhatian, terutama dengan tujuan pemutusan tatal dan memperpanjang umur mata bor. Jenis lubang yang akan dibuat juga menentukan kode siklus yang dipilih, misalnya: lubang baru dengan diameter kecil (senter bor, drilling), lubang tembus, memperbesar lubang (boring atau counter boring), pengetapan (ulir kanan atau ulir kiri). Daftar siklus pembuatan lubang, gerakan dan penerapannya dapat dilihat pada tabel Kode Pemrograman dan Langkah Pembuatan Lubang Pembuatan lubang terdiri dari dua macam, yaitu pembuatan lubang baru (drilling), dan memperbesar lubang (boring). Pembuatan lubang baru menggunakan mata bor (twist drill). Pembuatan lubang yang relatif besar diameternya (misalnya diameter 16 mm) hendaknya dimulai dengan pembuatan lubang awal dengan menggunakan bor senter, kemudian dilanjutkan dengan mata bor dengan diameter kecil, misalnya 6 mm, 12 mm, dan terakhir 16 mm. Proses memperbesar lubang menggunakan batang bor (boring bar) ialah proses memperbesar diameter lubang yang telah ada, misalnya sudah ada lubang awal 226

46 diameter 20 mm atau memang sudah ada lubang untuk benda kerja hasil pengecoran. Kode G G73 Tabel 4.3. Daftar kode G Siklus untuk Proses Pembuatan Lubang Drilling (arah Z) Gerak makan tidak kontinyu Gerakan ketika di dasar lubang Gerak kembali (arah +Z) Penerapan - Gerak cepat Siklus drilling pembuatan lubang dangkal G74 Gerak makan Berhenti sesaat Spindel berputar searah jarum jam (CW) Gerak makan Siklus pengetapan kiri G76 Gerak makan Gerak cepat Siklus boring halus G80 Pembatalan siklus G81 Gerak makan Gerak cepat Siklus drilling, spot drilling G82 Gerak makan Berhenti sesaat Gerak cepat Siklus drilling, siklus counter boring G83 Gerak makan tidak kontinyu G84 Gerak makan Berhenti sesaat Spindel berputar berlawanan arah jarum jam (CCW) - Gerak cepat Siklus peck drilling Gerak makan Siklus pengetapan ulir kanan G85 Gerak makan Gerak makan Siklus boring G86 Gerak makan Spindel berhenti Gerak cepat Siklus boring G87 Gerak makan Spindel berputar searah jarum jam (CW) Gerak cepat Siklus back boring G88 Gerak makan Berhenti sesaat, spindel manual Siklus boring berhenti G89 Gerak makan berhenti sesaat Gerak makan Siklus boring Siklus untuk proses pengeboran (drilling) berisi enam urutan operasi (gambar 5.23), yaitu: Operasi 1:Pemosisian pada koordinat X, Y; Operasi 2:Gerak cepat menuju garis level pada titik R; Operasi 3:Pembuatan lubang; Operasi 4: Operasi di dasar lubang; Operasi 5:Gerak kembali ke level R; Operasi 6:Gerak cepat menuju bidang awal. ulir 227

47 Pembuat program CNC harus menentukan posisi lubang (X,Y,Z), ketinggian awal, dan ketinggian bidang kembalinya alat potong. Gambar Urutan Operasi Pembuatan Lubang dengan Mata Bor 2. Ketentuan Bidang Awal dan Bidang Kembali untuk Proses Membuat Lubang Proses awal membuat lubang dengan mata bor biasanya diawali dengan memposisikan mata bor pada posisi bebas pada ketinggian tertentu. Setelah mata bor masuk mencapai kedalaman lubang maka kemudian kembali ke posisi bebas tersebut. Ketinggian jarak bebas tersebut dinamakan ketinggian R. Ada dua kode posisi kembalinya mata bor tersebut, yaitu G98 dan G99. Misalnya posisi awal mata bor di Z=10, apabila setelah melakuan proses membuat lubang kemudian mata bor kembali ke Z=10 berarti mata bor kembali ke posisi awal yang dinamakan G98. Ketika lubang yang dibuat lebih dari satu atau jamak, apabila setelah mata bor sampai dasar lubang kemudian kembali ke titik awal akan memerlukan waktu relatif lebih lama dari pada titik kembalinya didefinisikan di Z= 2. Pendefinisian kembalinya lubang ke ketinggian tertentu tersebut dinamakan G99. Ketinggian kembali tersebut ditetapkan dengan parameter R. 228

48 Gambar Bidang Awal dan Bidang Kembali R 3. G73 (Siklus Gurdi dengan Pemotongan Beram) Kode program ini menjalankan proses gurdi (drilling) lubang dalam. Mata bor melakukan gerakan secara bertahap ke arah dasar lubang untuk membuang beram dari dalam lubang. Aplikasi siklus ini adalah untuk proses pembuatan lubang dalam bagi material yang memiliki ketermesinan jelek atau sulit dimesin. Format : G73 X... Y... Z... R... Q...F...K...; Keterangan: X,Y: lokasi lubang; Z: kedalaman lubang dari posisi R; R: jarak dari posisi awal ke ketinggian R (mm); Q: kedalaman potong untuk setiap tahap masuknya mata bor (mm); F: gerak makan; K: jumlah pengulangan atau jumlah lubang yang dibuat. 229

49 Gambar Langkah siklus pembuatan lubang G73 Contoh 5. Membuat 3 buah lubang dengan diameter 6 mm, kedalaman 10 mm pada posisi X25. Y 25. Lubang kedua dan ketiga pada posisi X50 dan X75. Titik awal lubang pada Z=10 mm. Titik R berada 6 mm dibawah titik awal. M3 S2000 G0 X25. Y25. Z5. G90 G99 G73 X25. Y25. Z-14. R-6. Q1500. F40 K2; X50.; G98 X75.; G80; Contoh penggunaan : Dibuat lubang bor sesuai dengan gambar Mata bor yang digunakan diameter 6 mm, dengan kedalaman lubang masing-masing 6 mm. 230

50 Program CNC G54; G90; M6 T3; NB: lubang Φ6 dalam 6 mm Gambar Gambar Kerja untuk Contoh Siklus G73 M3 S1700 F0.1 M8; G0X25.Y25. Z10. G99 G73 X25. Y25. Z-6. R-6. Q1500. F40 K6; X75. Y25.; X75. Y50.; X25. Y50.; X25.Y75.; G98 X75. Y75.; G80; G0 X0.Y0.Z20.; M5M9; M30; 4. G74 (Siklus Pengetapan Ulir Kiri) Kode G 74 merupakan perintah untuk melakukan proses pembuatan ulir kiri dengan menggunakan tap. Perlu dicatat bahwa untuk membuat ulir dengan tap harus terlebih dahulu disiapkan lubang dengan diameter yang tepat. Lubang 231

51 tersebut dapat dibuat dengan siklus pembuatan lubang yang lain. Sebelum siklus G74 harap dipastikan putaran spindel berlawanan arah jarum jam (M5). Format : G74 X Y. Z R. P. Q.. F. K..; Keterangan : X,Y: posisi lubang pada bidang X,Y Z: jarak antara titik pengembalian ke dasar lubang ulir P: berhenti sesaat (P1000 = 1 detik) Q: kedalaman pengetapan setiap tahap (µm) F: gerak makan atau kisar ulir K: jumlah pengulangan (apabila diperlukan). Gambar Langkah Proses Pengetapan Ulir Kiri 5. G81 (Siklus Gurdi/ Pembuatan Lubang Baru dengan Mata Bor) Siklus ini digunakan untuk proses gurdi normal. Gerakan mata bor sesuai gerak makan ke arah dasar lubang, kemudian kembali ke posisi awal. Aplikasi siklus ini adalah untuk lubang dangkal bagi material yang mudah dimesin. G81 biasanya digunakan untuk pembuatan lubang awal dengan menggunakan bor senter. Format : G81 X Y. Z.. R F K 232

52 Gambar Langkah pembuatan lubang dengan siklus G81 Contoh 6. Dibuat lubang dengan mata bor menggunakan G81. Lubang berjumlah 5 buah pada posisi (X,Y) : (25,25); (75,25); (50,50); (75,75); (25,75). Kedalaman lubang 6 mm. Mata bor yang digunakan diameter 5 dengan putaran spindel 2000 rpm. Program CNC G54; M6T1; G43H1; G90M3S2000M8F40; G0X0.Y0.Z8.; 233

53 G99G81X25.Y25.Z-6.R3.P5000K5.; X75.Y25.; X50.Y50.; X25.Y75.; X75.Y75.; G80; G0X-10.Y-10.Z25.; M5M9; M30; %. 6. G82 (Pembuatan Lubang dengan Mata Bor (drilling) untuk Lubang Dangkal (Spot Facing)) Pada siklus G82 ini mata bor dengan jumlah putaran dan gerak makan yang terprogram masuk ke benda kerja sampai dengan kedalaman akhir tertentu. Apabila kedalaman akhir telah dicapai maka gerakan turun mata bor akan berhenti sebentar (dwell) sesuai dengan harga yang telah diprogramkan di parameter P. Setelah itu mata bor akan kembali dengan cepat ke bidang pengembalian. Gambar Jalur Mata Bor untuk Siklus G82 234

54 Syarat penggunaan siklus G82 ini adalah putaran spindel dan arah putarannya demikian juga harga gerak makan sudah diprogram di baris program sebelumnya. Posisi koordinat pengeboran dilakukan pada siklus ini. Alat potong yang dibutuhkan dengan harga kompensasi panjang alat potong sudah diisikan datanya sebelum siklus ini dipanggil. Format: G82 X... Y... Z... R... P... F.. K... ; Keterangan: X, Y: data posisi lubang Z: jarak antara titk R dengan dasar lubang R: Jarak antara ketinggian awal ke ketinggian titik R P: waktu berhenti sementara di dasar lubang F: gerak makan K: jumlah pengulangan (apabila diperlukan). 7. G83 (Siklus Pembuatan Lubang Dalam) Fungsi dari siklus ini adalah membuat lubang dalam dengan suatu siklus yang berulang, tahap demi tahap mata bor masuk ke benda kerja yang jumlah gerakan masuknya bisa diprogram pada parameternya. Mata bor bisa kembali ke bidang referensi untuk membuang beram sesudah masuk ke benda kerja atau kembali 1 mm pada setiap masuk untuk mematahkan beram (lihat gambar 5.29). Format: G83 X... Y... Z... R... Q...F... K... ; Keterangan: Q: kedalaman untuk tiap tahap pembuatan lubang Format/ contoh: N G0 X Y Z15.; N G83 Z-... R Q F0.3 K2 ;pemanggilan siklus N G0 X Y Z. 235

55 Gambar Langkah Proses Pembuatan Lubang dengan Siklus G83 8. G84 (Siklus Pengetapan Ulir Kanan) Siklus ini identik dengan G74, tetapi yang dibuat adalah ulir kanan. Format: G84 X Y. Z. R. P.F.K. Gambar Langkah Gerakan Tap pada Siklus G84 236

56 Contoh 7. Dibuat program untuk membuat ulir dalam dengan G84. Sebelum ditap terlebih dahulu dibuat lubang yang sesuai dengan diameter dan posisi bagian yang ditap dengan G81 atau G82 atau G73. Gambar Hasil Simulasi untuk Siklus G84 Program CNC G54; M6T2; G43H1; G90M3S2000M8F40; G0X0.Y0.Z8.; G99G84X25.Y25.Z-15.R6.F1500K5; X75.Y25.; X50.Y50.; X25.Y75.; X75.Y75.; G80; G0Z25.; M5M9; M30; %. 237

57 9. G86 (Siklus Pengeboran) Siklus pengeboran dimaksudkan sebagai proses memperbesar lubang yang ada menggunakan alat potong batang bor (lihat gambar 5.32). Format : N G86 X Y Z R F K ; Gambar Langkah Siklus Pengeboran G G87 (Siklus Pengeboran dengan Pergeseran) Kode siklus G87 dimaksudkan untuk pengeboran dengan pergeseran alat potong arah X, yang ditetapkan dengan parameter Q. Format : G87 X Y R Q P F K ; Gambar Langkah Siklus Pengeboran G87 238

58 11. G88 (Siklus pembuatan lubang/ boring cycle) Siklus G88 adalah proses pembuatan lubang dengan menggunakan batang bor. Format : G88 X Y Z R P F K ; Gambar Lanngkah Siklus G G89 (siklus pengeboran) Siklus G89 adalah proses pembuatan lubang dengan menggunakan batang bor seperti siklus G88. Format : G89 X Y Z R P F K ; Gambar Langkah Siklus G89 Penerapan semua siklus pengeboran adalah identik, sehingga kode G proses boring tersebut sebenarnya dapat saling dipertukarkan dengan penyesuaian parameter yang harus ditetapkan oleh pembuat program. 239

Materi 4. Menulis Program CNC di Mesin Frais CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

Materi 4. Menulis Program CNC di Mesin Frais CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Materi 4 Menulis Program CNC di Mesin Frais CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Tujuan Setelah mempelajari materi 4 ini mahasiswa memiliki kompetensi : Menjelaskan dasar-dasar program CNC

Lebih terperinci

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Materi 3 Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Memasang benda kerja di mesin frais CNC Memilih alat

Lebih terperinci

BAB I. Pengenalan Perangkat Lunak CAD/CAM dan Mastercam versi 9

BAB I. Pengenalan Perangkat Lunak CAD/CAM dan Mastercam versi 9 BAB I Pengenalan Perangkat Lunak CAD/CAM dan Mastercam versi 9 CAD/CAM adalah singkatan dari Computer- Aided Design and Computer- Aided Manufacturing. Aplikasi CAD/CAM digunakan untuk mendesain suatu bagian

Lebih terperinci

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Materi 4 Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Tujuan Setelah mempelajari materi 4 ini mahasiswa memiliki kompetensi : Memahami dasar-dasar program CNC untuk mesin

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR : Membuat Program di Mesin Bubut CNC

KEGIATAN BELAJAR : Membuat Program di Mesin Bubut CNC MODUL CNC- 4 Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR : Membuat Program di Mesin Bubut CNC A. Tujuan umum pembelajaran Setelah mempelajari materi ini peserta didik diharapkan akan mampu melakukan pemrograman

Lebih terperinci

Dasar Pemrograman Mesin Bubut CNC Type GSK 928 TE

Dasar Pemrograman Mesin Bubut CNC Type GSK 928 TE MATERI KULIAH CNC Dasar Pemrograman Mesin Bubut CNC Type GSK 928 TE Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Struktur Program 1. Karakter Karakter adalah unit dasar untuk menyusun

Lebih terperinci

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan : Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memilki kompetensi melakukan seting benda kerja, pahat dan zerro offset mesin bubut

Lebih terperinci

TUTORIAL DESAIN DRILL BERTINGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MASTERCAM X5 & SWANSOFT CNC SIMULATOR

TUTORIAL DESAIN DRILL BERTINGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MASTERCAM X5 & SWANSOFT CNC SIMULATOR TUTORIAL DESAIN DRILL BERTINGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MASTERCAM X5 & SWANSOFT CNC SIMULATOR Oleh : Agus Priyanto 15518241016 Pendidikan Teknik Mekatronika JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB IV DAN V PEMESINAN BUBUT CNC B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB

Lebih terperinci

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal. METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC (CNC Machine) Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC. Telah dilaksanakan kajian penggunaan tentang kinerja mesin CNC yang biasa digunakan untuk proses

Lebih terperinci

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR OLEH Sarwanto,S.Pd.T 085643165633 1 P a g e MESIN CNC MILLING Mesin Frais CNC (Computer Numerical Control) adalah sebuah perangkat mesin perkakas jenis frais/milling

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling)

BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling) BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling) 189 P roses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB III PEMESINAN FRAIS B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 3 PROSES

Lebih terperinci

Teknik Pemesinan CNC. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Mesin Frais CNC, Mesin Bubut CNC, dan Mastercam)

Teknik Pemesinan CNC. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Mesin Frais CNC, Mesin Bubut CNC, dan Mastercam) Teknik Pemesinan CNC (Mesin Frais CNC, Mesin Bubut CNC, dan Mastercam) Oleh : Tim Teknik Pemesinan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Daftar Istilah CNC Singkatan

Lebih terperinci

Prinsip Kerja dan Pengoperasian

Prinsip Kerja dan Pengoperasian MATERI KULIAH CNC Prinsip Kerja dan Pengoperasian Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Prinsip kerja dan tata nama sumbu koordinat Mesin perkakas CNC adalah mesin perkakas yang

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN CNC. Program adalah sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dipakai untuk mengendalikan mesin.

PEMROGRAMAN CNC. Program adalah sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dipakai untuk mengendalikan mesin. PEMROGRAMAN CNC DEFINISI; Program adalah sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dipakai untuk mengendalikan mesin. Permograman adalah pemberian sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dimengerti oleh

Lebih terperinci

Secara garis besar mesin Milling CNC dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

Secara garis besar mesin Milling CNC dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : MESIN CNC TU-3A 1. Pengertian Mesin CNC TU 3A Mesin CNC ( Computer Numerically Controlled ) adalah suatu mesin yang merupakan perpaduan dari teknologi komputer dan teknologi mekanik, dimana system pengoperasiannya

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

1. Langkah-langkah untuk menghidupkan mesin CNC, adalah? a. Tekan tombol R b. Tekan tombol U c. Tekan tombol I d. Tekan tombol JOG e.

1. Langkah-langkah untuk menghidupkan mesin CNC, adalah? a. Tekan tombol R b. Tekan tombol U c. Tekan tombol I d. Tekan tombol JOG e. SOAL PILIHAN GANDA 1. Langkah-langkah untuk menghidupkan mesin CNC, adalah? a. Tekan tombol R b. Tekan tombol U c. Tekan tombol I d. Tekan tombol JOG e. Tekan tombol S 2. Berapakah harga mode parameter

Lebih terperinci

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Materi 4 Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC) Tujuan Setelah mempelajari materi 4 ini mahasiswa memiliki kompetensi : Memahami dasar-dasar program CNC untuk mesin

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY MODUL MESIN CNC-3 Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR : Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC A. Tujuan Umum Setelah mempelajari materi ke tiga ini siswa diharapkan mampu

Lebih terperinci

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

Memprogram Mesin CNC (Dasar) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN Memprogram Mesin CNC (Dasar) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Materi 5. Mengoperasikan mesin frais CNC untuk membuat benda kerja

Materi 5. Mengoperasikan mesin frais CNC untuk membuat benda kerja Materi 5 Mengoperasikan mesin frais CNC untuk membuat benda kerja Tujuan : Setelah mempelajari materi 5 ini mahasiswa memiliki kompetensi membuat benda kerja (produk) sesuai dengan gambar kerja dengan

Lebih terperinci

Modul Teknik Pemesinan Bubut CNC

Modul Teknik Pemesinan Bubut CNC Modul Teknik Pemesinan Bubut CNC Bahan belajar mandiri untuk mahaiswa program studi pendidikan teknik mesin /teknik mesin D3, disertai perangkat lunak mesin CNC virtual, media pembelajaran dalam format

Lebih terperinci

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari

Lebih terperinci

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST 3.1 Langkah Proses Pembuatan Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda kerja yang sebagian besar digambarkan dalam diagram alir,

Lebih terperinci

Modul Teknik Pemesinan Frais CNC

Modul Teknik Pemesinan Frais CNC Materi Modul Teknik Pemesinan Frais CNC untuk Mahasiswa SMK 1. Mengenal Bagian-bagian Utama Mesin Frais CNC, Panel Kontrol Sinumerik 802 S/C base line, dan Tata Nama Sumbu Koordinat 2. Menghidupkan Mesin

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Disetujui Dan Diterima Oleh. R. Ariosuko Dh., Ir Ir. Ruli Nutranta. M.Eng

LEMBAR PENGESAHAN. Disetujui Dan Diterima Oleh. R. Ariosuko Dh., Ir Ir. Ruli Nutranta. M.Eng LEMBAR PENGESAHAN Analisa perbedaan waktu dalam pembuatan program CAM dan manual dalam proses permesinan milling CNC pada komponen bottom plate dies end plate. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam

Lebih terperinci

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling Mesin Milling CNC Pada prinsipnya, cara kerja mesin CNC ini adalah benda kerja dipotong oleh sebuah pahat yang berputar dan kontrol gerakannya diatur oleh komputer melalui program yang disebut G-Code.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING UNIVERSITAS RIAU MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING LABORATORIUM CAD/CAM/CNC JURUSAN TEKNIK MESIN Disusun oleh: Tim Praktikum CNC II (Dedy Masnur, M. Eng., Edi Fitra,) JOB LATHE I. Gambar Kerja

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017/2018

Lebih terperinci

PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A. Aep Surahto 1)

PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A. Aep Surahto 1) PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A Aep Surahto 1) 1) Program Studi TeknikMesin Universitas Islam 45,Bekasi aep.surahto@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2 BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING) Tujuan : Setelah mempelajari materi ajar ini mahasiswa memilikim kompetensi: 1. Dapat merencanakan proses pemesinan pembuatan poros lurus dengan menggunakan mesin bubut 2. Dapat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB II PEMESINAN BUBUT B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING)

Lebih terperinci

Panduan Instalasi Program (Setup) Mesin CNC Virtual/Simulator

Panduan Instalasi Program (Setup) Mesin CNC Virtual/Simulator Materi Tambahan Panduan Instalasi Program (Setup) Mesin CNC Virtual/Simulator Tujuan : Setelah mempelajari materi tambahan ini mahasiswa memiliki kompetensi : Dapat melakukan instalasi progam mesin frais

Lebih terperinci

BAHASA, METODE DAN STRUKTUR PROGRAM CNC (Aplikasi untuk Mesin Bubut CNC)

BAHASA, METODE DAN STRUKTUR PROGRAM CNC (Aplikasi untuk Mesin Bubut CNC) BAHASA, METODE DAN STRUKTUR PROGRAM CNC (Aplikasi untuk Mesin Bubut CNC) Memrogram mesin NC/CNC adalah memasukan data ke komputer mesin NC/CNC dengan bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh mesin.

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM 4.1. Gambaran Umum Pengujian software simulasi ini akan dijelaskan meliputi tiga tahap yaitu : input, proses dan output. Pada proses input pertama kali yang dilakukan

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

BAB III Mesin Milling I

BAB III Mesin Milling I BAB III Mesin Milling I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin milling. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin milling 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses manufaktur harus dilakukan

Lebih terperinci

SETTING TITIK-TITIK REFERENSI PADA MESIN CNC ET-242 (Titik Nol Benda, dan Titik Nol Pahat)

SETTING TITIK-TITIK REFERENSI PADA MESIN CNC ET-242 (Titik Nol Benda, dan Titik Nol Pahat) SETTING TITIK-TITIK REFERENSI PADA MESIN CNC ET-242 (Titik Nol Benda, dan Titik Nol Pahat) A. Seting titik nol benda kerja Setelah kita bisa menggerakkan pahat, maka berikutnya melakukan seting titik nol

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING)

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING) BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING) Teknik Pemesinan 143 Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagianbagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut.

Lebih terperinci

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Materi 1. Mengenal Bagian-bagian Utama Mesin Bubut CNC, Panel Kontrol Sinumerik 802 S/C base line, dan tata nama sumbu koordinat

Materi 1. Mengenal Bagian-bagian Utama Mesin Bubut CNC, Panel Kontrol Sinumerik 802 S/C base line, dan tata nama sumbu koordinat Materi 1 Mengenal Bagian-bagian Utama Mesin Bubut CNC, Panel Kontrol Sinumerik 802 S/C base line, dan tata nama sumbu koordinat Tujuan Setelah mempelajari Materi 1 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Dapat

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL FRAIS VERTIKAL 1. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais b. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais c. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis Mesin Frais

Lebih terperinci

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 3 PURBALINGGA 2014 1 PRAKATA DEMI MASA Masa tersulit adalah saat roda pertama kali

Lebih terperinci

Materi 2. Menghidupkan Mesin Bubut CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line

Materi 2. Menghidupkan Mesin Bubut CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line Materi 2 Menghidupkan Mesin Bubut CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line Tujuan Setelah mempelajari materi 2 ini mahasiswa memiliki kompetensi mampu mengikuti instruksi kerja cara menghidupkan

Lebih terperinci

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) MATERI PPM MATERI BIMBINGAN TEKNIS SERTIFIKASI KEAHLIAN KEJURUAN BAGI GURU SMK PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta, M.Pd. Dosen Jurusan PT. Mesin FT-UNY 1. Proses membubut

Lebih terperinci

Materi 5. Mengoperasikan mesin bubut CNC untuk membuat benda kerja

Materi 5. Mengoperasikan mesin bubut CNC untuk membuat benda kerja Materi 5 Mengoperasikan mesin bubut CNC untuk membuat benda kerja Tujuan : Setelah mempelajari materi 5 ini mahasiswa memiliki kompetensi membuat benda kerja (produk) sesuai dengan gambar kerja dengan

Lebih terperinci

Mesin Perkakas Konvensional

Mesin Perkakas Konvensional Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

Tutorial Pengoperasian dan Pemrograman Mesin Bubut CNC GSK 928 TE

Tutorial Pengoperasian dan Pemrograman Mesin Bubut CNC GSK 928 TE Tutorial Pengoperasian dan Pemrograman Mesin Bubut CNC GSK 928 TE Oleh : B.Sentot Wijanarka,MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Draft Tutorial Lathe CNC 928TE, B.Sentot Wijanarka 1 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN FRAIS CNC TU-3A

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN FRAIS CNC TU-3A MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN FRAIS CNC TU-3A Lembar Petunjuk: 1. Petunjuk Umum: a. Modul ini terdiri dari lembar petunjuk, lembar kegiatan, lembar kerja, dan lembar evaluasi. b. Pembelajaran

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

Materi 2. Menghidupkan Mesin Frais CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line

Materi 2. Menghidupkan Mesin Frais CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line Materi 2 Menghidupkan Mesin Frais CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line Tujuan Setelah mempelajari materi 2 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Menghidupkan mesin frais CNC sesuai instruksi

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk penyusunan karya ilmiah. Tahapan tersebut diperlukan agar penulisan dapat secara urut, sistematis

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM NC/CNC SEMESTER GANJIL 2017/2018

MODUL PRAKTIKUM NC/CNC SEMESTER GANJIL 2017/2018 MODUL PRAKTIKUM NC/CNC SEMESTER GANJIL 2017/2018 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Perkembangan Mesin Mesin CNC (jelaskan) 1.2 Tahap Perencanaan Proses Pemesinan Pemesinan adalah proses produksi yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL Benda Kerja Maksimal Titik Lokator Titik Cekam Titik X Y Z Titik X Y Z 1 45 0 7,5 a 22,5 60 15 2 90 0 7,5 b 45 60

Lebih terperinci

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang

Lebih terperinci

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Penjepit Pisau Dan Benda Kerja Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Alat Penjepi Pisau Frais: 1. Drill Chuck Arbor Alat ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pemesinan Untuk membuat suatu alat atau produk dengan bahan dasar logam haruslah di lakukan dengan memotong bahan dasarnya. Proses pemotongan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK Kompeten Pedagogi 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2.

Lebih terperinci

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd 1 A. PENGERTIAN TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook:

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085749055673 2010 UN Paket: B 2010 1. Gambar pandangan dengan metode proyeksi sudut ketiga

Lebih terperinci

BAB 12 MEMAHAMI MESIN CNC DASAR

BAB 12 MEMAHAMI MESIN CNC DASAR BAB 12 MEMAHAMI MESIN CNC DASAR Teknik Pemesinan 310 erkembangan teknologi komputer saat ini telah mengalami kemajuan yang amat pesat. Dalam hal ini komputer telah diaplikasikan ke dalam alat-alat mesin

Lebih terperinci

SISTEM OPERASI DAN PEMROGRAMAN SINUMERIK 802 C BASE LINE CNC MILLING

SISTEM OPERASI DAN PEMROGRAMAN SINUMERIK 802 C BASE LINE CNC MILLING SISTEM OPERASI DAN PEMROGRAMAN SINUMERIK 802 C BASE LINE CNC MILLING Daftar isi 1. PENGENALAN MESIN 2. MENGHIDUPKAN DAN REFERENSI MESIN 3. SETUP DATA 4. MODE OPERASI MANUAL 5. MODE OTOMATIS 1. PENGENALAN

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Menggerinda Alat Potong a. Tujuan Pemelajaran 1).

Lebih terperinci

MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program)

MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program) MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program) Oleh Dwi Rahdiyanta FT-UNY Pengertian pemrograman adalah memasukkan data numerik ke memori mesin untuk membuat bentuk benda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Moulding Menggunakan Mesin CNC Frais

Proses Pembuatan Moulding Menggunakan Mesin CNC Frais Laporan Kerja Praktek Proses Pembuatan Moulding Menggunakan Mesin CNC Frais Laporan Kerja Praktek Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pengambilan Tugas Akhir Disusunoleh : NAMA : FEBRIAN GALUH

Lebih terperinci

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : Bagian Bagian Utama Mesin Milling ( Frais ) 1. Spindle utama Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : a. Vertical spindle b. Horizontal

Lebih terperinci

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Konsep Pembahasan Pengertian Mesin Frais 1 2 3 4 Cara kerja Bagian Bagian Fungsi Jenis-Jenis 5 Produk/Hasil

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, komputer digunakan untuk berbagai keperluan, baik sebagai sarana untuk membantu pekerjaan maupun sarana hiburan. Penggunaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOBSHEET CNC DASAR. No. JST/MES/MES322/ 07 Revisi : 02 Tgl : 16 Agustus

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOBSHEET CNC DASAR. No. JST/MES/MES322/ 07 Revisi : 02 Tgl : 16 Agustus FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOBSHEET CNC DASAR SEM III PROSES PEMESINAN CNC DASAR CNC 3A 4X Menit No. JST/MES/MES3/ 07 Revisi : 0 Tgl : 16 Agustus 013 1 - R 0 Contoh Program N G X Y Z

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Yovie Rahmatullah 1, Bayu Wiro K 2, Fipka Bisono 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

TE Pengantar Pemrograman Mesin NC

TE Pengantar Pemrograman Mesin NC TE090565 Sistem Pengaturan Manufaktur Pengantar Pemrograman Mesin NC Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Sistem Pengaturan

Lebih terperinci

MATERI PPM PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM PADA MESIN MILLING CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI PPM PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM PADA MESIN MILLING CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI PPM PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM PADA MESIN MILLING CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Pendahuluan Pengertian pemrograman adalah memasukkan data numerik ke memori mesin untuk membuat bentuk benda

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci