HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL SMPIT DAARUL HIKMAH BONTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL SMPIT DAARUL HIKMAH BONTANG"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL SMPIT DAARUL HIKMAH BONTANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH RIZKA AMALIA NURHADI NIM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI MEI 2013

2 1 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI BOARDING SCHOOL Rizka Amalia Nurhadi Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang amaliarizka04@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan konsep diri remaja, (2) mendeskripsikan penyesuaian diri remaja, dan (3) mengetahui hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri remaja. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi, dengan menggunakan metode random sampling, sampel penelitian berjumlah 111 siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang. Instrumen penelitian menggunakan skala konsep diri dan skala penyesuaian diri. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik korelasi Product Moment Karl Pearson. Hasil penelitian menunjukkan (1) masih banyak remaja yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif (55%). (2) Masih banyak remaja yang memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk (51%). (3) Ada hubungan positif signifikan antara konsep diri dan penyesuaian diri remaja, dengan nilai = 0,668 dengan p = < 0.05 artinya jika konsep diri remaja positif maka penyesuaian diri akan baik. Jika konsep diri remaja negatif maka penyesuaian diri akan buruk Kata kunci : konsep diri, penyesuaian diri, remaja, boarding school Abstract This study aims to: (1) describe the adolescent self-concept. (2) describe the adolescent self-adjustment. (3) determine the relationship between self-concept and self-adjustment of adolescent. The hypothesis is a positive relationship between self-concept and self-adjustment in adolescents. The study design used is descriptive correlation. This study uses random sampling to sample as many as 111 students at the Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah Bontang. The instrument used is a skala konsep diri and skala penyesuaian diri. All data obtained analyzed by descriptive analysis technique and Correlational Product Moment technique by Karl Pearson. The results of this study (1) there are still many teenagers who have a negative self-concept (55%) (2) There are still many teenagers who have poor self-adjustment (51%) (3) There is a significant positive relationship between self-concept and self-adjustment in adolescents, with = and p = < 0.05 means that if the adolescent self-concept is positive, the self adjustment will be good, if the adolescent selfconcept is negatif, the self adjustment would be poor. Keywords: self-concept, self-adjustment, adolescent, boarding school

3 2 Di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang pendidikan sudah semakin meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya orang tua yang menginginkan anaknya masuk sekolah unggulan. Alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas salah satunya adalah sekolah berasrama (Boarding School) (Kompasiana, 2011). Boarding school merupakan penyelenggaraan sekolah bermutu untuk meningkatkan kualitas anak didik. Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan dengan pendidikan asrama seperti pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus lainnya. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pengawasan para guru pembimbing (Maknun, 2006). Octyavera (2010) mengatakan bahwa remaja yang baru memasuki lingkungan boarding school harus dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan asrama, namun itu bukan suatu hal yang mudah bagi para remaja. Peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan asrama akan menimbulkan perubahan yang signifikan bagi remaja. Perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungan menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini perlu dilakukan agar terjadi keselarasan antara pribadi remaja dengan lingkungan asrama, sehingga remaja bisa dengan nyaman tinggal di lingkungan asrama. Kesulitan para remaja dalam penyesuaian diri sering dijumpai di sekolah berasrama (boarding school). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutris (2008) yang sejak tahun 1998 terjun mengelola sekolah berasrama (boarding school) didapatkan data bahwa hampir 75 % siswa yang sekolah boarding adalah kemauan dari orang tua siswa bukan dari siswa itu sendiri. Akibatnya, dibutuhkan waktu yang lama (rata-rata 4 bulan) untuk siswa menyesuaikan diri dan masuk kedalam konsep pendidikan boarding yang integratif. Fenomena yang mengindikasikan kurangnya penyesuaian diri siswa di sekolah berasrama, seperti yang ditulis oleh republika.co.id pada 21 Januari 2008 bahwa sekolah di

4 3 asrama kerena paksaan orang tua akan membuat anak merasa tersiksa seperti yang dituturkan oleh Alan yang menimba ilmu di pondok pesantren Al-Irsyad, Salatiga, Jawa Tengah. Rasa tertekan menjadi makanan Alan sehari-hari selama tiga tahun. ''Waktu terasa lebih panjang, tiga tahun terasa lama. Lama sekali. Saya sempat kabur tiga kali. ''Beruntung ia lulus. Namun, Alan urung melanjutkan bangku SMA di ponpes yang sama. Ia melanjutkan ke MAN 2 Yogyakarta -- tidak lagi sekolah boarding. Penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2008) merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan lingkungan. Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa dalam mengatur suatu perilaku yang akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi tentang keuntungan dan kerugian dari perilaku, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana individu memiliki kemampuan mengatur perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memiliki kemampuan dalam mengatur perilaku ini diperlukan konsep diri. Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki (Rahmat, 2000). Pernyataan tersebut didukung oleh Burns (1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat. Menurut Tanje (2003) masalah yang sering dihadapi para remaja adalah perilaku bermasalah (problem behaviour) yang berdampak pada terhambatnya proses penyesuaian diri remaja dengan remaja lainnya, dengan guru dan masyarakat. Remaja yang merasa tidak bahagia, frustrasi dan memendam kemarahan seringkali menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain yang dapat membahayakan diri serta

5 4 mempengaruhi konsep diri siswa sendiri pada usia perkembangan yang masih remaja. Hal ini tentu akan mempengaruhi interaksi dengan orang lain begitu pula dengan ketahanan untuk tinggal di boarding school. Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH adalah sekolah berasrama di kota Bontang yang telah berdiri sejak tahun Pihak yayasan telah mengupayakan dengan berbagai cara untuk membantu siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan boarding school, antara lain dengan memberikan kesempatan bagi calon siswa baru untuk melihat kondisi dan suasana boarding school, dan berusaha menciptakan asrama yang cukup nyaman serta program kegiatan yang bertahap. Meskipun demikian, masih terdapat siswa yang mengalami masalah dalam menyesuaikan diri terutama pada semester pertama. Remaja yang tinggal di sekolah berasrama dihadapkan pada berbagai tuntutan. Kemampuan remaja dalam mengatur perilakunya terhadap tuntutan-tuntutan tersebut didasarkan atas konsep diri yang dimilikinya. Dengan konsep diri tersebut, maka dapat menentukan kemampuan penyesuaian diri remaja dalam memenuhi berbagai tuntutan yang ada, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan remaja selama menempuh pendidikan di sekolah asrama (Maslihah, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti apakah ada hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep diri remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH, mendeskripsikan penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH, dan mengetahui hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH.

6 5 Konsep diri adalah pandangan dan penilaian individu tentang dirinya sendiri yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Hurlock (1999) faktor yang membentuk konsep diri adalah usia kematangan, penampilan diri, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas dan cita-cita, serta pengalaman hidup berinteraksi dengan orang lain. Sasse (dalam Suyuti, 2010) mengelompokkan konsep diri menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan dapat menerima dirinya apa adanya, tanpa merasa tertekan dan terbebani dengan keadaan dirinya maupun pandangan orang lain terhadapnya. Individu dengan konsep diri negatif tidak memiliki kepercayaan diri, cenderung tidak dapat menerima kelemahan - kelemahan dirinya, sehingga ia menjadi frustrasi, cenderung berpikir negatif dan selalu khawatir. Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan situasi di dalam dirinya sendiri maupun dalam lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma yang ada tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya maupun lingkungan. Menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah keadaan fisik (physical conditions) ; perkembangan dan kematangan (development and maturation) ; kondisi psikologis (psychological determinants) yang meliputi pengalaman, pendidikan, konsep diri ; keadaan lingkungan (environmental conditions) meliputi sekolah, rumah, dan keluarga ; dan tingkat religiusitas dan kebudayaan (cultural and religion). Remaja berasal dari kata adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau tumbuh ke arah kematangan (maturasi). Tahap remaja awal dari usia tahun, remaja tengah dari usia tahun, dan remaja akhir dari tahun yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri (Steinberg, 2002). Adapun pembagian ini didasarkan pada duduknya individu di bangku

7 6 sekolah. Remaja awal duduk di bangku SMP, remaja tengah di bangku SMU, dan remaja akhir di perguruan tinggi atau akademi (Kusdiyati, 2011). Hurlock (1999) mengatakan bahwa usia remaja merupakan saat pengenalan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang pada masa anak-anak, makin menguat pada masa remaja. Pada remaja, konsep diri akan berkembang terus hingga memasuki masa dewasa. Hurlock (1999) juga menyebutkan bahwa para remaja juga mengalami proses penyesuaian diri. Untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan melaksanakan tugasnya tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Agar penyesuaian diri yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat. Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif sedangkan selama di lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus serta mengekspresikan rasa seni dan keterampilan hidup di hari libur. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan tersebut berlangsung dari pagi hingga malam sampai bertemu pagi lagi. Mereka menghadapi makhluk hidup yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama, dinamika dan romantika yang seperti itu pula (Maknun, 2006). Keunggulan boarding school jika dibandingkan dengan sekolah regular yaitu program pendidikan paripurna, fasilitas lengkap, guru yang berkualitas, lingkungan yang kondusif, siswa yang heterogen, jaminan keamanan dan jaminan kualitas.

8 7 METODE Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah 111 siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berusia tahun yang menempuh pendidikan kelas kelas VII dan VIII. Perekrutan partisipan menggunakan teknik random sampling. Desain Penelitian Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan korelasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara umum hasil penelitian. Pendeskripsian ini dilakukan dengan cara mengkonversikan skor subjek ke dalam skor z dan skor t dengan menggunakan nilai Mean dan nilai Standart Deviasi, kemudian diklasifikasikan kedalam kategori yang sesuai berdasarkan norma untuk skor t. Analisis korelasi dilakukan menggunakan teknik Product Moment. Alat Ukur Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Skala Konsep Diri Remaja (55 aitem, koefisien reliabilitas 0,908) dan Skala Penyesuaian Diri Remaja (49 aitem, koefisien reliabilitas 0,925). Skala Konsep Diri Remaja disusun berdasarkan aspek penilaian diri fisik, aspek penilaian diri pribadi, aspek penilaian diri keluarga, aspek penilaian diri sosial dan aspek penilaian moral-etika. Skala Penyesuaian Diri Remaja disusun berdasarkan aspek penyesuaian terhadap peran dan identitas, aspek penyesuaian terhadap orang lain, aspek penyesuaian terhadap nilai dan norma di sekolah dan asrama serta aspek penyesuaian tehadap tugas di sekolah.

9 8 Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data penelitian yaitu survei lapangan untuk mengetahui jumlah siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang kemudian menentukan tanggal dan hari pengambilan data yaitu pada 28 Februari 01 Maret 2013 hari kamis-jumat.lalu mengurus surat ijin penelitian di Fakultas Pendidikan Psikologi UM. Selanjutnya adalah mempersiapkan dan meneliti instrument yang akan digunakan untuk penelitian yaitu skala konsep diri dan skala penyesuaian diri untuk kemudian disebarkan kepada responden penelitian kemudian meminta ijin kepada pihak Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang untuk melakukan penelitian dengan membawa surat ijin penelitian dari Fakultas Pendidikan Psikologi UM. Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran instrumen pada setiap kelas, subjek mengisi instrument di bawah petunjuk dan pengawasan peneliti.setelah itu pengumpulan kembali instrument, kemudian dilakukan tabulasi dan analisis data. HASIL Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kedua variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel adalah linear. Hasil uji hipotesis dengan analisis korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri ( = 0,668 ; p < 0,05). Artinya jika remaja memiliki konsep diri positif maka penyesuaian diri remaja akan baik. Sebaliknya, jika remaja memiliki konsep diri negatif maka penyesuaian diri remaja akan buruk. Konsep diri remaja berada pada kategori sangat positif sebanyak 20 subjek (18%), dalam kategori positif sebanyak 30 subjek (27%), kategori negatif terdapat 41 subjek (37%)

10 9 dan dalam kategori sangat negatif terdapat 20 subjek (18%). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif (55%). Penyesuaian diri remaja berada pada kategori sangat baik sebanyak 17 subjek (15%), dalam kategori baik sebanyak 38 subjek (34%), dalam kategori buruk 38 subjek (34%) dan pada kategori sangat rendah terdapat 18 subjek (17%). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang yang memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk (51%). DISKUSI Konsep diri dianggap sebagai aspek yang penting karena semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut dan konsep diri ini bukan merupakan faktor bawaan, tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman individu berhubungan dengan orang lain (Hurlock, 1999). Sasse (dalam Suyuti, 2010) mengatakan bahwa konsep diri berkembang sejak usia anak-anak. Awal pembentukan konsep diri akan sangat ditentukan oleh kondisi keluarga. Penerimaan maupun penolakan keluarga terhadap anak akan sangat membantu dalam pembentukan konsep diri mereka. Anak anak yang tumbuh dengan cinta dan ketulusan yang diperoleh dari keluarga, maka akan tumbuh menjadi anak yang memiliki konsep diri yang baik. Sebaliknya anak-anak yang diasuh dengan kekerasan dan penolakan akan memiliki konsep diri yang kurang baik. Banyak faktor dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri (Hurlock, 1999). Faktor tersebut antara lain usia kematangan, penampilan diri, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas dan cita-cita, serta pengalaman hidup berinteraksi dengan orang lain.

11 10 Berdasarkan data yang didapatkan, remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang sebagian memiliki konsep diri yang positif dan sebagian lagi memiliki konsep diri negatif. Remaja yang memiliki konsep diri positif dikarenakan mereka mendapatkan perhatian yang besar dari kedua orang tua dan diperlakukan dengan baik oleh anggota keluarga, sehingga mereka merasa diterima dan dipedulikan. Beberapa siswa juga setuju jika banyak yang ingin berteman dengan mereka. Tentu saja penerimaan dari lingkungan ini akan membuat mereka menjadi lebih percaya diri dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri siswa. Sedangkan remaja yang memiliki konsep diri negatif menilai bahwa diri mereka kurang menarik dibandingkan teman yang lain. Masih banyak siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif. Hal ini dapat diterima karena siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang masih tergolong masa remaja yang merupakan masa pencarian jati diri. Masa remaja adalah masa pencarian konsep diri yang ideal sehingga konsep diri yang dimiliki siswa saat ini masih merupakan konsep diri yang labil atau tidak permanen. Artinya pada waktu selanjutnya, konsep diri siswa masih akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock mengenai konsep diri remaja. Schneiders (dalam Yusuf, 2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustrasi dan konflik, dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan hasil observasi dan interview singkat yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah didapatkan bahwa remaja yang mampu menerima diri dan keadaannya, lebih mudah melakukan penyesuaian diri.

12 11 Remaja yang masuk ke Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah atas keinginan dan pilihannya sendiri lebih menerima keadaan diri dan lingkungannya dibanding remaja yang masuk karena dorongan dan paksaan orang tua. Remaja yang masuk atas pilihan sendiri merasa nyaman dan tidak terbebani dengan segala peraturan dan pola hidup ala sekolah asrama. Mereka tidak banyak mengeluh dengan keterbatasan lingkungan pergaulan dan kehidupan, ketatnya disiplin serta merasa bertanggung jawab dengan pilihannya. Remaja ini lebih menunjukkan tingkah laku yang adaptif dan kooperatif dengan lingkungan, sehingga penyesuaian dirinya lebih baik dibandingkan siswa yang dipaksa dan merasa terpaksa masuk. Remaja dengan penyesuaian diri yang baik mampu untuk mentaati peraturan di sekolah maupun tata tertib di asrama, mereka belajar dengan baik dan rajin mengerjakan tugas, serta berusaha untuk menjalin persahabatan yang baik dengan teman temannya. Mereka mampu untuk bereaksi secara sehat dan efektif terhadap hubungan, situasi dan kenyataan sosial dalam kehidupan yang berbeda dari sebelumnya, yaitu kehidupan sekolah asrama yang memiliki karakteristik berbeda dengan sekolah reguler. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri positif yang dimiliki remaja berpeluang menciptakan penyesuaian diri yang baik. Namun, kenyataannya adalah masih banyak remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah yang memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santrock (2003) yang mengatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri namun dalam pelaksanaannya individu terkadang mengalami kesulitan. Kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri juga terjadi pada remaja yang memasuki lingkungan sekolah baru. Hasil instrumen penelitian menunjukkan bahwa remaja kadang merasa tertekan dengan peraturan asrama. Mereka juga kurang bisa mengatasi masalah di sekolah dengan baik dan cepat bosan jika sedang mengerjakan tugas.

13 12 Penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah masih dalam tahapan try and error. Artinya penyesuaian diri yang dilakukan remaja masih belum tertata dengan baik sehingga mereka akan selalu mencari cara untuk bisa melakukan penyesuaian diri dengan baik. Menurut Hurlock (1999) untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus banyak penyesuaian baru. Agar penyesuaian diri yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya, agar remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat. Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan lingkungannya. Berdasarkan uji hipotesis penelitian, hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja terbukti. Besarnya korelasi antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja sebesar 0,668 dengan taraf signifikansi p = (p < 0,05). Tanda positif pada skor korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri. Sehingga dapat disimpulkan jika konsep diri remaja positif maka penyesuaian diri akan baik. Kondisi tersebut berarti bahwa remaja yang memiliki konsep diri positif akan lebih mampu dalam melakukan penyesuaian diri. Sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri negatif akan mengalami hambatan dalam melakukan penyesuaian diri. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri. Dalam penelitiannya, Rahmawati (2008) mengungkapkan adanya hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri dengan = 0,872. Atkinson (dalam Rahmawati, 2008) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki individu mengarahkan terhadap bagaimana ia mempertahankan kedudukan dan posisinya

14 13 agar diterima di tengah tengah masyarakat. Artinya bahwa individu selalu berusaha untuk menyesuaikan diri. Oleh karena itu, hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri bisa dikatakan benar dan sesuai dengan teori-teori yang sudah ada. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri. Konsep diri mampu mempengaruhi penyesuaian diri sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yang mengatakan bahwa konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari pemahaman tentang diri fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial dan moral-etika. Gabungan dari aspek tersebut merupakan landasan gambaran individu dalam melakukan penyesuaian diri. Pemahaman tentang diri fisik merupakan pola pandang individu terhadap fisiknya yang akan membantu dirinya dalam mencapai penyesuaian diri yang baik. Pemahaman diri pribadi merupakan langkah awal individu untuk melakukan penyesuaian diri karena tanpa adanya pemahaman tentang diri pribadi maka individu tersebut tidak akan mampu melakukan interaksi sosial apalagi penyesuaian diri. Pemahaman diri sosial merupakan aspek yang dijadikan lingkungan dalam interaksi sosial sehingga pemahaman diri sosial ini terlibat dalam proses penyesuaian diri. Calhoun (1990) mengatakan bahwa sumber informasi untuk konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa dia. Artinya, dalam pencarian konsep diri, individu dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan mempelajari stimulus yang datang dari luar, individu akan mengolahnya di dalam diri yang kemudian akan terbentuk suatu konsep tentang sesuatu. Dengan konsep tersebut individu melakukan penyesuaian diri dalam interaksi sosial. Pendapat Calhoun (1990) dan Hurlock (1999) di atas menunjukkan bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri individu. Hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini didukung oleh teori bahwa konsep diri

15 14 berhubungan dengan penyesuaian diri. Kesimpulannya adalah bahwa didalam penyesuaian diri individu terdapat faktor konsep diri yang akan mengarahkan pola penyesuaian diri yang akan dilakukan oleh individu. Dengan kata lain, untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dibutuhkan faktor konsep diri yang baik pula. Dari situlah dapat diketahui bahwa konsep diri dan penyesuaian diri memiliki hubungan yang erat, dimana individu selama masa remaja akan mengalami masa dimana mereka mencari identitas mereka, dan identitas mereka inilah yang kelak akan menentukan tingkah laku dan penyesuaian diri mereka di kehidupan seharihari. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari hubungan timbal balik dengan orang lain yang terjadi dalam proses sosialisasi. Individu akan terus melakukan penyesuaian diri. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, manusia sebagai pribadi sangat ingin agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada dalam lingkungannya dimana dia tinggal. Rasa diterima kehadirannya oleh semua pihak akan membentuk konsep diri yang positif dan memberikan rasa aman pada diri sendiri karena individu merasa bahwa ada dukungan dan perhatian terhadap dirinya. Penerimaan dari lingkungan ini merupakan motivasi yang baik bagi individu untuk lebih survive dalam menghadapi kehidupannya. Kehadiran seseorang yang tidak diterima dalam lingkungannya dapat membentuk konsep diri negatif, merasa tidak aman dan terancam. Penolakan ini menimbulkan kelabilan emosi, menutup diri dan sikap yang cenderung menantang. Berdasarkan penelitian ini, hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri pada remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah jelas terlihat. Sebagian remaja yang memiliki konsep diri positif maka tingkat penyesuaian diri mereka juga baik. Bagi sebagian lain yang memiliki konsep diri negatif, mereka juga terlihat memiliki penyesuaian diri yang buruk.

16 15 Sehubungan dengan hasil penelitian ini,terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan penulis kepada pihak pihak sebagai berikut. Bagi remaja (siswa) di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang sebaiknya dapat membentuk konsep diri positif dengan cara selalu berpikir dan menilai diri secara positif, bersikap proaktif dengan masalah yang sedang dialami, mau mengembangkan diri dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki.remaja juga perlu meningkatkan kemampuan penyesuaian diri dengan cara belajar untuk menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling mempercayai, saling memperhatikan kebutuhan teman, dan saling mendukung. Bagi orang tua, diharapkan lebih memperhatikan perkembangan putra-putrinya selama mereka melakukan interaksi sosial yaitu dengan cara selalu menanamkan aspek-aspek positif dalam diri anak. Bagi pihak Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang, diharapkan dapat membantu dan memfasilitasi kebutuhan remaja dalam membentuk konsep diri yang positif. Guru harus mampu membekali siswanya dengan pengetahuan dan pelajaran tentang character building untuk membantu siswa membentuk konsep diri yang positif. Guru juga diharapkan mampu mengaplikasikan stategi self management untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa. Selain itu bagi siswa yang melanggar tata tertib, sebaiknya guru bisa memberi hukuman yang sesuai agar mereka tidak mengulanginya. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih detail dan komprehensif dengan menggali lebih dalam mengenai faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri maupun konsep diri.

17 16 DAFTAR PUSTAKA Alwisol Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang : UMM Press. Burns, R, B Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan Calhoun, James. F. And Joan Ross Psychology of Adjustment and Human Relationship : Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Penerjemah : Prof Dr. R. S. Satmoko. Mc Graw-Hill : IKIP Malang. Hurlock, Elizabeth. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga. Kompasiana Boarding School : Tombak Kesuksesan Pendidikan Berkarakter. (online) ( Diakses pada 22 Desember Kusdiyati, Sulisworo., Halimah, Lilim Penyesuaian Diri Di Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung. Humanitas, vol. VIII No. 2 Agustus. Maknun, Johar Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Boarding School Berbasis Keunggulan Lokal. (online). ( JOHAR_MAKNUN/smk-boarding-school.pdf) Diakses tanggal 22 Desember Maslihah, S Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT ASSYFA Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No. 2, Oktober Octyavera, R. M. dkk Hubungan Kualitas Kehidupan Sekolah Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa SMA International Islamic Boarding School Republic of Indonesia. (online) ( Kehidupan-Sekolah.pdf) Diakses pada 21 Desember Rahmat, J Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Rahmawati, Indriana Hubungan Antara Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Siswa Siswi Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Blitar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang : Psikologi UIN. Republika Anak Juga Manusia. (online) ( Diakses pada 22 Desember Steinberg, L Adolescence 6th Edition. New York : Mc. Graw-Hill. Sutris Problem dan Solusi Pendidikan Berasrama Boarding School. (online) ( Diakses pada 07 Januari 2013.

18 17 Suyuti, Nira Roswita Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian Remaja Panti Asuhan Nurul Abyadh Malang. Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Tanje Masalah Remaja dan Solusinya. Artikel. (online) ( Diakses tanggal 07 Januari Yusuf, S & Nurihsan, J Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah bagi setiap remaja. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki daya saing. Hal utama yang ingin dicapai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

KORELASI ANTARA KONSEP DIRI SOSIAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL (Studi Korelasional terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 13/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. XX-YY KORELASI

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia panti asuhan adalah rumah tempat (kediaman) untuk memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Pengertian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Ali Mustofa Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAN 1 KOTA BLITAR Penelitian ini didasarkan pada masalah guru dalam menjalankan tugas sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk individu ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Individu akan dihadapkan pada perubahan dan tuntutan tertentu

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara luas dapat diinterpretasikan sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian menjadikannya sebuah

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang Sejarah keberadaan MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang, bermula dari

Lebih terperinci

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang)

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial (Studi Korelasional Terhadap Siswa SMP Negeri 2 Padang Panjang) Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 10, 2013; Revised Nopember 10, 2013; Accepted December 30, 2013 Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta   Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II KORELASI PERSEPSI MAHASISWA PROFESI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2014 Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO. HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO Ririn Handayani Zaenal Abidin *) Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jalan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER Tesi Hermaleni, Mudjiran, Afif Zamzami Universitas Negeri Padang e-mail: Tesi.hermaleni@gmail.com Abstract: The difference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-9 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR Lusiana Solita¹ Syahniar²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang dimana masa dalam masa peralihan ini remaja mengalami perubahan secara fisik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN Fuji Fulanda 1, Ahmad Zaini 2, Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMPN 45 Bandung yang terletak di Jalan Yogyakarta No. 1 Bandung. Sekolah ini memiliki latar belakang ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Putri Assa adah yang terletak di jalan Kebon Melati No.2 Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Objek penelitian yang diteliti adalah mahasiswa fakultas psikologi dengan populasi 125 (Dokumen Fakultas Psikologi Uin Malang 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL Hubungan Pola Asuh (Erma Lestari, NIM: 09511241003) HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL Penulis 1: Erma Lestari Penulis 2: Rizqie

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK Faradina Nur Lailia Maisyaroh Mustiningsih Universitas Negeri Malang, Jalan

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hajah Jawiyah Badrie Kelurahan Jeruk-Lakarsantri. Sebelum dilakukan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hajah Jawiyah Badrie Kelurahan Jeruk-Lakarsantri. Sebelum dilakukan penelitian 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di panti asuhan Hajah Jawiyah Badrie Kelurahan Jeruk-Lakarsantri.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan latihan praktis bagi manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat sepanjang kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN Nurhajijah 1, Alfaiz 2, Rila Rahma Mulyani 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG Laily Febria Purnaningtyas, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF PEER SOCIAL SUPPORT TO THE STUDENTS LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci