PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT"

Transkripsi

1 06 06 PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT Tujuan: Mhs mengenal dan mamu menjelaskan sstem engendalan uman-balk lanjut dan engendalan uman-maju secara umum. Mater: 1. Alkas Pengendalan Uman Balk ada Proses dengan Large-Deadtme 2. Pengendalan Raso (Rato Control) 3. Pengendalan Uman Maju (Feedforward Control) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 1

2 6.1 Alkas Pengendalan Uman-Balk Pada Proses dengan Large-Deadtme Semua komonen dnams dalam loo mungkn menyebabkan keterlambatan waktu (tme-delay) yang berart dalam resonnya, msalnya: 1. Proses yang memunya sarana transortas fluda dengan jarak anjang. 2. Alat ukur (sensor) mungkn memerlukan erode waktu anjang untuk menghaslkan keluaran varabel roses yang dukur. 3. Elemen kendal akhr daat memerlukan waktu anjang untuk membangun snyal nyata. 4. Oerator atauun controller mungkn memerlukan waktu untuk berfkr dan mengambl tdakan engendalan yang teat 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 2

3 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme Untuk semua stuas yang menyebabkan keterlambatan reson, engendalan uman-balk konvensonal menghaslkan reson loo tertutu yang TIDAK memuaskan, karena: 1. angguan yang masuk ke dalam roses tdak terdeteks sama waktu yang anjang. 2. Tndakan engendalan yang akan dambl atas dasar engukuran terakhr tdak memada karena tndakan yang dlakukan untuk mengelmnas kesalahan bersumber ada waktu lamau. 3. Tndakan engendalan juga memerlukan waktu yang cuku sama drasakan engaruhnya oleh roses. 4. Jad, dead-tme yang besar meruakan sumber ketdak-stablan reson loo tertutu. erlu komensas deadtme. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 3

4 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme Komensas Dead-tme Modfkas FBC klask (oleh O.J.M. Smth) untuk komensas deadtme (t d ) Smth redctor atau dead-tme comensaton. ambar Sstem loo tertutu sederhana untuk roses dengan deadtme y s () s Process wth dead-tme c (s) (s) s e t d y( s) y( s) Asums: semua dead-tme dsebabkan oleh roses: m (s) = f (s) = 1 ( ) ( ) td s s = s e 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 4

5 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme Reson loo terbuka terhada erubahan set-ont: y ( s) = ( s) ( s) c { t s e } y ( s) d s (6.1.1) y * () s = () s ( s) y ( s) c s Menghaslkan keterlambatan reson Untuk menghlangkan engaruh yang tdak dngnkan, snyal oen-loofeedback duayakan membawa nformas terkn, BUKAN nformas yang terlambat. Hal n mungkn, jka reson loo terbuka y(s) dtambahkan besaran: (6.1.2) y 1 () ( t s e d s = ) ( s) ( s) y ( s) c s (6.1.3) y () ( ) * s y s = y ( s) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 5

6 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme ambar Dagram blok FBC dengan komensas dead-tme Controller mechansm y s () s y * () s y () s Controller Process wth deadtme c (s) (s) s e t d Deadtme comensator ( e t ) d 1 s ( s) y() s y( s) Deadtme comensator memredks efek keterlambatan varabel yang dmanulas ada outut roses, dsebut smth redctor, dan hanya mungkn jka roses dketahu modelnya secara ast (FT lus deadtme) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 6

7 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme ambar Komensas deadtme dengan ketdak astan fungs transfer dan deadtme Controller mechansm y s () s y * () s y () s Controller Process wth deadtme c (s) (s) s e t d Deadtme comensator ( e t ) d 1 s ( s) y() s y( s) Dmana: () s Karakterstk () s t d roses yang sebenarnya t d Nla erkraan (smth redctor) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 7

8 6.1 Pengendalan Proses dengan Deadtme () s = y() s y ( s) * y = { t s ( t s e 1 e ) } y () s c d d c s y * () { [ ] t s t s s = e e } y ( s) c d d s (6.1.4) Pers. (4) menunjukkan bahwa: 1. Hanya untuk roses yang dketahu secara semurna akan memunya komensas yang semurna ( = dan t d = t d ) 2. Kesalahan emodelan, yakn ( ) besar dan (t d t d ) besar, menghaslkan komensas yang kurang efektf. 3. Kesalahan dalam memerkrakan deadtme lebh mengganggu d.. kesalahan ( ), karena engaruh dar fungs eksonensal. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 8

9 6.2 Rato Control Suatu strateg engendalan dmana satu varabel dmanulas untuk menjaga agar varabel tersebut roorsonal terhada varabel yang lan Contoh 6.2.1: Sstem engendalan ada roses encamuran ambar FC ada roses encamuran: FT 102 Stream A FT 101 Stream B FC 102 FC 101 SP SP Mengendalkan laju alr A dan B ada nla set-ontnya, sehngga erbandngannya teta: R = F F B A Masalah: Laju alr A bervaras karena mungkn A meruakan MV untuk roses lan. Dalam hal n arus A dsebut wld flow. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 9

10 ambar Pengendalan raso ada sstem encamuran 6.2 Rato Control (a) Alternatf 1 Stream A FT 102 F A FY 102 SP x Rato staton = R F B set Pengukuran laju alr A (wld-flow) dan mengalkannya dengan raso (R) d FY102. F B = RF A Jad, serng dengan berubahnya A, set-ont engendal laju alr B berubah untuk menjaga kedua alran ada raso yang dngnkan. Sstem n adalah lnear: Outut FY102 meruakan set-ont FC101 F B FT 101 Stream B FC 101 F B = RF A F F B = A R konstan 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 10

11 ambar Lanjutan 6.2 Rato Control (b) Alternatf 2 Stream A FT 102 F A FY 102 Pengukuran laju alr A dan laju alr B, dan embagannya d FY102 meruakan erbandngan (raso) yang sesungguhnya. R = F F B A Actual rato Snyal R (actual rato) dkrm ke engendal RC101, dmana set-ont-nya adalah raso yang dngnkan dan daat dset d temat (local). F B FT 101 FB F A Stream B RC 101 SP Sstem n adalah tdak lnear: R F A F = F B 2 A = R F A non-lnear 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 11

12 6.2 Rato Control ambar Lanjutan (c) Alternatf 3 Stream A FT 102 F A FC 102 SP FY 102 x Rato staton = R F B set Set-ont A daat dubah. Dengan mengubah set-ont A d FC102, maka set-ont B d FC101 juga berubah secara otomats. Sstem n lnear. Alternatf 1 dan 3 alng umum dgunakan d ndustr. F B FC 101 FT 101 Stream B 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 12

13 6.2 Rato Control TUAS: Merancang sstem engendalan rato ada roses encamuran larutan NaOH ambar Sstem tangk encamur larutan NaOH f 1 = 100 kg/jam NaOH (40%-weght) 1 LC 101 f 2 = 100 kg/jam NaOH (40%-weght) f 3 = 60 kg/jam H 2 O Tangk-101 V-101 V LC Tangk-102 V-103 f 4 = 160 kg/jam NaOH (25%-weght) PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 13

14 6.2 Rato Control Penjelasan Proses (ambar 6.2.3): Sstem roses encamuran larutan NaOH dengan laju alr massa dan komoss (fraks massa) ada konds tunak dtunjukkan seert ada ambar Volume caran d dalam Tangk 101 dan Tangk 102 dkendalkan dengan memanulas bukaan katub V-101 dan V-103, berturut-turut. Dalam kasus n, dangga komoss uman masuk ke Tangk 101 tdak berubah (konstan), namun laju alr uman masuk Tangk 101 dangga sebaga varabel gangguan. Masalah yang harus dtangan adalah erbandngan (rato) laju alr masuk Tangk 102 ( f 2 dan f 3 ) harus terenuh sehngga komoss NaOH keluar Tangk 102 teta. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 14

15 6.2 Rato Control Pertanyaan (TUAS): Tentukan arus lar (wld flow) untuk sstem tersebut (ambar 6.2.3) ambarkan 2 (dua) alternatf engendalan rato sehngga memenuh R = f f 3 = 0,6 ; Jelaskan jawaban saudara! Tentukan aks engendal (controller acton) untuk LC-101, LC- 102, dan flow controller ada engendal rato, aakah Drect atau Reverse? jelaskan ertmbangan yang saudara lh! Tentukan aks control valve yang teat untuk V-101, V-102, dan V-103, aakah Fal-Close-Ar-to-Oen (FC-AO) atau Fal- Oen-Ar-to-Close (FO-AC)? jelaskan ertmbangan yang saudara lh! 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 15

16 6.3. Pengendalan Uman Maju (Feedforward Control) ambar Konse-konse engendalan (a) Feedback concet (b) Feedforward concet m(t) Feedback controller (FBC) SP SP Feedforward controller (FFC)... m FF (t) d n (t) d 1 (t). Process c(t) d n (t) d 1 (t). Process c(t) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 16

17 6.3 Feedforward Control ambar Peneraan FFC dan FFC-FBC Feedforward Control Feedforward/feedback Control Feedforward controller (FFC) m FF (t) Feedforward controller (FFC) m FF (t) m(t) m FB (t) SP Feedback controller (FBC) d(t) Process M c(t) d(t) Process M c(t) D D 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 17

18 ILUSTRASI FBC dan FFC 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 18

19 Bagamana merancang FFC? 6.3 Feedforward Control Tnjau contoh kasus erancangan FFC untuk emanas tangk berengaduk ambar Pemanas tangk berengaduk f T (t) T steam f st,t s Q(t) h condensate f, T(t) Suhu alran masuk (T ) sebaga varabel gangguan, dan anas yang dberkan oleh steam (Q) sebaga varabel yang dmanulas untuk menjaga suhu T ada nla yang dngnkan (T s ) Asums: f = f Neraca Energ: V dt dt ( t) = [ T () t T () t ] 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 19 f dv dt = dh A dt ( ) Q t ρ c = 0 (6.3.1)

20 6.3 Feedforward Control FFC steady-state consderaton 0 = f ( T T ) Q ρ c T = T f Q ρ c (6.3.2) Untuk menjaga T = T s ; dar ers. (6.3.2) deroleh MV sbb: Q = f ρ c ( T T ) s (6.3.3) Pers. (6.3.3) adalah rancangan ersamaan untuk engendalan uman maju konds tunak. Q harus berubah dengan adanya gangguan atauun erubahan set-ont. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 20

21 6.3 Feedforward Control ambar Perancangan ada konds tunak engendal suhu dengan uman maju ada sstem emanas tangk berengaduk FFC mechansm f T T s 1 comarator f, T controller f ρ c T h Q condensate steam f st T s 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 21

22 FFC dynamc consderaton Untuk memerbak kualtas engendalan selama reson transen (sementara), akan drancang FFC memaka dnamka N.E. ada keadaan tdak tunak V f dt dt () t T () t = T () t ( ) Q t f ρ c 6.3 Feedforward Control (6.3.4) Pers. (6.3.4) ers. (6.3.2) deroleh term devas sbb: V f d [ T () t T ] dt [ T () t T ] = T () t [ T ] [ Q( t ) Q ] f ρ c dγ τ Γ = Γ dt M f ρ c (6.3.5) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 22

23 6.3 Feedforward Control Pers. (6.3.5) adalah model dalam term devas, dengan: Γ = T () t T Γ () t T = T Term devas (6.3.6) M = Q t () Q Transformas Lalace Pers. (6.3.5) menghaslkan: Γ 1 τs 1 K () s = Γ () s M () s τs 1 (6.3.7) Dmana: τ = V f dan K = 1 f ρc 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 23

24 6.3 Feedforward Control FFC harus meyaknkan bahwa Γ(s) = Γ s (s) = set-ont ; walauun ada erubahan gangguan Γ atauun Γ s ; dar ers. (6.3.7) deroleh: 1 Μ τ 1 K () s = ( s ) Γ () s Γ () s [ ] s (6.3.8) Pers. (6.3.8) adalah ersamaan erancangan untuk dnamka FFC. Perbedaan antara model tunak dan tak-tunak engendalan uman maju untuk emanas tangk adalah ada fungs transfer (τs 1) kal set-ont. Semakn bak model yang mewakl kelakuan roses, reson FFC akan semakn bak. 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 24

25 6.3 Feedforward Control ambar Perancangan ada konds dnams engendal suhu dengan uman maju ada sstem emanas tangk berengaduk FFC mechansm Γ (S) Γ s (S) (τs1) comarator Γ(S) controller 1/K T h M(S) steam condensate 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 25

26 6.3 Feedforward Control Tnjau dagram blok loo terbuka n: dsturbance Process Γ (s) d (s) M(s) (s) MV Γ(s) CV Γ Outut roses: Ambl Γ(s) = Γ s (s) Γ ( s) = ( s) Μ( s) ( s) Γ ( s) s ( s) = ( s) Μ( s) ( s) Γ ( s) d d (6.3.9) (6.3.10) Dar ers. (3.6.10), dtentukan MV sbb: Μ () s = 1 d () s Γ s () s Γ () s d ( s) () s (6.3.11) Sangat menentukan bentuk sstem FFC 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 26

27 ambar Dagram blok engendalan uman maju 6.3 Feedforward Control FFC mechansm s 1 = Γ s (s) d Process dsturbance Γ (s) = c d M(s) (s) MV d (s) Γ(s) CV s = 1 Dmana:.. (6.3.12) d = c d. (6.3.13) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 27

28 6.3 Feedforward Control ambar Dagram blok engendalan uman maju dlengka dengan alat ukur dan elemen engendal akhr FFC mechansm s 1 = Γ s (s) d c = d f f (s) m Fnal control element Measurng devce m (s) Process M(s) (s) MV dsturbance d (s) Γ (s) Γ(s) CV Γ = f c s Γ s ( ) d f c m Γ (6.3.14) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 28

29 6.3 Feedforward Control Catatan-catatan entng untuk FFC: 1. Secara substans, FBC berbeda dengan FFC 2. Dar ers. (6.3.12) dan (6.3.13), nyata bahwa, FFC tdak sekonvensonal FBC (P. PI, PID) 3. Berdasarkan ers. (6.3.12) dan (6.3.13), FFC sangat tergantung ada engetahuan yang bak tentang model roses ( dan d ). Perancangan c dan s dalam FFC untuk keerluan: 1. Menghlangkan gangguan (dsturbance rejecton) 2. Mengkut nla set-ont (setont trackng) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 29

30 6.3 Feedforward Control Dsturbance rejecton Pengendal harus mamu menghlangkan damak erubahan gangguan ada roses outut; Jad koefsen ada Γ untuk ers. (6.3.14) harus = 0. d f c m = 0 = c d f m (6.3.15) Setont trackng Mekansme engendalan harus mamu menjaga Γ = Γ s denuh jka koefsen ada Γ s harus = 1 f f c s =1 d f m s =1 = s m d ; hal n (6.3.16) 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 30

31 TUAS: Perancangan Sstem engendalan (FFC / FBC) dan smulas dnamk untuk emanas tangk berengaduk Parameter konds tunak 6.3 Feedforward Control f Laju alr volumetrk uman masuk [m 3 /mnt] 0.5 h Tngg caran dalam tangk [m] 1 T Suhu uman masuk tangk [ o C] 30 T Suhu caran d dalam tangk [ o C] 50 Q Panas yang dsedakan oleh steam [kwatt] 700 Data fsk fluda ρ Denstas fluda [kg/m 3 ] 1000 c Kaastas anas fluda [J/(kg.K)] 4200 T s = 50 o C CV T MV Q 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 31

32 6.3 Feedforward Control ambar Peneraan abungan Pengendal Uman Maju Uman Mundur ada Pemanas Tangk Berengaduk t Clock tme SP D 1 Scoe Kff c FFC 1/ d s1 SP1 PID c FBC s1 CV outut 1 m 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 32

33 Feedforward Control ambar Tanggaan dnamk dar roses emanas tangk berengaduk dengan varas strateg kendal suhu CV [ o C] FBC Ponly (Kc=1) FBC PI (Kc=1; tho=5 sec) No Control FFC tme [ment] 700 FBC Ponly (Kc=1) No Control MV [kwatt] FFC FBC PI (Kc=1; tho=5 sec) tme [ment] 6 - PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT DR. EN. Y. D. HERMAWAN INDALPRO / 33

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN 110 VII ASI DASAR PENGENDALIAN Deskrs : Bab n memberkan gambaran tentang aks dasar engendalan dengan menggunakan engendal roorsonal, ntegral dan dervatf serta kombnasnya ada berbaga sstem kendal Objektf

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER DI PT. PETROWIDADA GRESIK Oleh (Novan Yudha A, Ir.Ronny Dw Noryat, M.Kes, Imam Abad, ST.MT) Jurusan Teknk Fska

Lebih terperinci

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids Sstem kontrol emanas ruangan Tana carrer fluds Oleh : Hen Hndayant NIM. M00034 SRIPSI dtuls dan dajukan untuk memenuh sebagan ersyaratan memeroleh gelar Sarjana Sans Matematka FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendal PI Inttut Teknolog Seuluh Noember Mater ontoh Soal Lathan ngkaan Mater ontoh Soal Perancangan Pengendal P Perancangan Pengendal PI Perancangan Pengendal PD Perancangan Pengendal PID

Lebih terperinci

I BBB TINJAUAN PUSTAKA

I BBB TINJAUAN PUSTAKA I BBB TINJAUAN PUTAKA. Pendahuluan Dalam enulsan mater okok dar skrs n derlukan beberaa teor-teor yang mendukung, yang menjad uraan okok ada bab n. Uraan dmula dengan membahas dstrbus varabel acak kontnu,

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil Vol. 11, No. 1, 77-83, Jul 2014 Taksran Kurva Regres Slne ada Data Longtudnal dengan Kuadrat Terkecl * Abstrak Makalah n mengka tentang estmas regres slne khususnya enggunaan ada data longtudnal. Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI TEKNIK SAMPLING PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI PENDAHULUAN Pendugaan parameter dar peubah Y seharusnya dlakukan dengan menggunakan nformas dar nla-nla peubah Y Bla nla-nla peubah Y sult ddapat, maka

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT)

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT) Evaluas Tngkat Valdtas Metode Penggabungan Reson (Indeks Penamlan Tanaman, IPT) 1 Gust N Adh Wbawa I Made Sumertajaya 3 Ahmad Ansor Mattjk 1 Mahasswa S3 Pascasarjana Statstka IPB,3 Staf Pengajar Deartemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK Dktat Rekayasa Trafk BB II PDKT PROBBILITS D MODL TRFIK 2. Pendahuluan Trafk merupakan perstwa-perstwa kebetulan yang pada dasarnya tdak dketahu kapan datangnya dan berapa lama akan berlangsung. Maka untuk

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

MODEL-MODEL MATEMATIS DARI SISTEM-SISTEM FISIS

MODEL-MODEL MATEMATIS DARI SISTEM-SISTEM FISIS MODEL-MODEL MATEMATIS DAI MODEL-MODEL MATEMATIS DAI Model matemats suatu sstem : Persamaan matemats yang menunjukan hubungan nput dan output dar suatu sstem yang bersangkutan. Dengan mengteahu model matemats

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline. METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Instrumentasi dan Pengendalian Proses 01 PENDAHULUAN Instrumentasi dan Pengendalian Proses - 121171673 salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia dengan tujuan utama memberikan dasar pengetahuan tentang: a) dasar-dasar instrumentasi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI * PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI Oleh : eko wahyudanto (409.05.004) Pembmbng : Ir.Mochamad.Ilya HS NIP. 949099 97903 00 Latar Belakang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network TUGAS AKHIR TE - 091399 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan NRP 2208100131 Dosen Pembmbng : Ir. Al Faton, M.T. Imam Arfn,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES. Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T. Pengendalian Proses 1

PENGENDALIAN PROSES. Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T. Pengendalian Proses 1 PENGENDALIAN PROSES Disusun oleh Ir. HERIYANTO, M.T. 2010 Pengendalian Proses 1 KATA PENGANTAR Buku ini disusun dengan dua tujuan yaitu, sebagai buku egangan kuliah mahasiswa dan sebagai referensi bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Data ordnal basanya dgunakan ada eneltan sosal. Salah satu enggunaan data ordnal adalah ketka enelt ngn menla ska, erses, atau reaks seseorang terhada sebuah ernyataan yang daukan.

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS

ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS ANALISIS PEUBAH GANDA (MULTIVARIATE ANALYSIS Pengantar Analss Peubah Ganda Dr.Ir. I Made Sumertajaya, MS Deartemen Statstka-FMIPA IPB Emal : kulah_ag@yahoo.com Password: akmade Mater APG No I II III IV

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: ANALISIS ANGKA KEMATIAN IBU MENGGUNAKAN MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF (Stud kasus : Angka Kematan Ibu d Provns Jawa Tmur Tahun 011) M. Al Ma sum 1, Suart, Dw Isryant 3 1 Mahasswa Jurusan Statstka FSM

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS)

SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS) SISTEM PENGENDALIAN PH NIRA PADA PROSES PEMURNIAN GULA MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEMS (ANFIS Ftrana Suhartat, Indrazno Sraduddn Abstrak:Bahan baku embuatan gula (sakarosa, sukrosa yang

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Kualtas telah menjad karakterstk utama dalam oransas atau perusahaan aar dapat berkemban lebh bak la dalam bdan produks d suatu oransas atau perusahaan. Hal n dpenaruh

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN UTAMA

ANALISIS KOMPONEN UTAMA ANALISIS KOMPONEN UTAMA Dajukan Untuk Memenuh Salah Satu Tugas Mata Kulah Analss Multvarat Dsusun oleh: Novtr Smanjuntak (05583) Dw Melan P. (05559) Nurul Kurnawat (0448) Dena Rahayu (0555) Naom Nessyana

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

Pemodelan dan Simulasi Mobile Robot - 3 Trailers dengan Kendali PID

Pemodelan dan Simulasi Mobile Robot - 3 Trailers dengan Kendali PID Avalable onlne at TRANSMISI Webste htt://ejournal.un.ac./nex.h/transms TRANSMISI, 14 (2), 2012, 56-60 Research Artcle Pemoelan an Smulas Moble Robot - 3 Tralers engan enal PID Ena Wsta Snuraya Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME)

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) Yosef Agung Cahyanta : Termodnamka I 43 BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) 4.1 ANALISIS TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA Dalam persoalan yang menyangkut adanya alran massa ke/dar

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pemanas Bearing Menggunakan Kontrol Pi Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535

Perancangan Sistem Pemanas Bearing Menggunakan Kontrol Pi Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535 Perancangan Sstem Pemanas Bearng Menggunakan Kontrol P Berbass Mkrokontroler Atmega 8535 Sumard Iwan Setawan Sgt Purwanto Abstract: Bearng s an mortant comonent of motor and generator, bearng s used as

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISEM 3. Perancangan Pengendal PDC pada Sstem ruk-raler Model lnear fuzzy -S untuk sstem truk dengan tga traler telah dmodelkan sebelumnya, yakn sesua persamaan (.44), yatu = { A x B

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Pemodelan Biaya Langsung Proyek Perusahaan Jasa Konstruksi PT. X dengan Multivariate Regression

Pemodelan Biaya Langsung Proyek Perusahaan Jasa Konstruksi PT. X dengan Multivariate Regression JURNAL SAINS DAN SENI POMIS Vol., No., (3) 337-35 (3-98 Prnt) D-48 Pemodelan Baya Langsung Proyek Perusahaan Jasa Konstruks P. dengan Multvarate Regresson Sulstanngrum, Irhamah, dan Muhammad Mashur Jurusan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPUTER PADA SISTEM KONTROL DENGAN MENGATUR SET-OFF SAAT KONDISI TUNAK (STEADY STATE)

PEMANFAATAN KOMPUTER PADA SISTEM KONTROL DENGAN MENGATUR SET-OFF SAAT KONDISI TUNAK (STEADY STATE) PEMNFTN OMPUTER PD SISTEM ONTROL DENGN MENGTUR SET-OFF ST ONDISI TUN (STEDY STTE) Saful Manan Program Dloma III Ten Eletro Faultas Ten Unverstas Donegoro bstracts Saful Manan, n aer control system wth

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw Oleh : Harfa Hanan Yoga A Nugraha Gemur Safar ka Sautr Arya Andka Dumanau Dosen : Dr.rer.nat. Ded osad, S.S., M.Sc. Program Stud Statstka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

Kontrol Tracking Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid

Kontrol Tracking Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrid JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) -6 Kontrol Trakng Robot Pendulum Terbalk Beroda Dua Menggunakan Kontrol Fuzzy Hybrd Abdul Halm, Trhastut Agustnah Teknk Elektro, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog

Lebih terperinci