Pengelolaan Keuangan Desa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengelolaan Keuangan Desa"

Transkripsi

1

2

3 Pengelolaan Keuangan Desa PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 2016

4 Pengelolaan Keuangan Desa Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka Diklat Teknis Substansi Pengelolaan Keuangan Desa Edisi Pertama : Tahun 2013 Edisi Kedua : Tahun 2016 Penyusun : Adrian Puspawijaya, Ak. Julia Dwi Nuritha Siregar Narasumber : R.B. Bely Dj. Widodo, S.E., M.M. Pereviu : Drs. Syukri Penyunting : Kusmayawati Penata Letak : Riri Lestari, Ak. Pusdiklatwas BPKP Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor Telp. (0251) Fax. (0251) pusdiklat@bpkp.go.id Website : e Learning : Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP

5 Kata Pengantar Setiap pegawai harus memiliki kompetensi yang layak untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Kompetensi yang selalu dimutakhirkan dan ditingkatkan akan menjadikan seseorang menjadi mahir dan mampu menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Salah satu cara untuk memutakhirkan dan meningkatkan kompetensi adalah dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat). Pusdiklatwas BPKP adalah salah satu unit kerja BPKP yang memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan diklat. Dalam rangka melaksanakan mandat Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Pusdiklatwas BPKP berkomitmen memberikan yang terbaik bagi para peserta diklat. Kurikulum dan bahan ajar dirancang dengan memperhatikan praktik di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, sehingga materi diklat dalam proses pembelajaran adalah cerminan penerapan ilmu pengetahuan di lapangan. Dengan demikian, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan hasil pendidikan dan pelatihan pada instansinya. Modul pelatihan ini adalah salah satu bahan ajar tertulis, selain menjadi acuan pada proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi acuan pada tempat kerja para peserta diklat. Namun modul bukan satu satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materi, bahan ajar lain yang disampaikan oleh instruktur merupakan pengayaan materi diklat. Peserta diklat juga diharapkan tetap memperkaya dengan referensi lainnya. Meskipun modul ini telah disusun dengan proses evaluasi dan reviu, kami menyadari perbaikan terus menerus masih perlu dilakukan. Untuk itu, kami mengharapkan saran perbaikan untuk menjadikan modul ini lebih bermanfaat. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas terbitnya modul ini. Ciawi, 31 Desember 2016 Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP Slamet Hariadi Pengelolaan Keuangan Desa i

6 ii 2016 Pusdiklatwas BPKP

7 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Tinjauan Diklat... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Kompetensi Dasar... 1 C. Indikator Keberhasilan... 1 D. Sistematika Modul... 2 E. Metode Pembelajaran... 3 BAB II DESA DAN KEUANGAN DESA... 5 A. Sejarah, Kedudukan Dan Kewenangan Desa... 5 B. Pengelolaan Keuangan Desa C. Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Desa D. Soal dan Latihan BAB III PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA A. Gambaran Umum Perencanaan Desa B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) C. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP DESA) D. Batasan (Prioritas) Belanja Desa E. Soal dan Latihan BAB IV PENGANGGARAN KEUANGAN DESA A. Gambaran Umum Penganggaran Keuangan Desa B. Proses Penyusunan APB Desa C. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) D. Kode Rekening E. Perubahan APB Desa F. Soal dan Latihan BAB V PELAKSANAAN KEUANGAN DESA A. Pelaksanaan Pendapatan Desa B. Pelaksanaan Belanja Desa C. Penyelenggaraan Kewajiban Perpajakan D. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ Desa) E. Pelaksanaan Pembiayaan Desa F. Soal dan Latihan Pengelolaan Keuangan Desa iii

8 BAB VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA A. Penatausahaan Pendapatan Desa B. Penatausahaan Belanja Desa C. Penatausahaan Pembiayaan Desa D. Dokumen Penatausahaan Keuangan Desa E. Laporan Bendahara Desa F. Laporan Pelaksana Kegiatan G. Soal dan Diskusi BAB VII PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA A. Pelaporan Keuangan Pemerintah Desa B. Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Desa C. Informasi Kepada Masyarakat D. Laporan Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota E. Soal dan Diskusi BAB VIII PENGAWASAN KEUANGAN DESA A. Pihak Pihak Terkait yang Melakukan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa B. Pola Pengawasan yang Dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota C. Tahapan Audit atas Pengelolaan Keuangan Desa Daftar Istilah Referensi Regulasi iv 2016 Pusdiklatwas BPKP

9 Tinjauan Diklat A. LATAR BELAKANG UU Nomor 6 Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaannya telah mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya merencanakan pembangunan desa serta mengelola keuangan dan kekayaan milik desa. Semua itu terangkum dalam suatu siklus pengelolaan keuangan desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Perencanaan pembangunan desa dituangkan dalam RPJMDesa dan RKPDesa sedangkan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa dituangkan dalam APBDesa. Dalam siklus tersebut, mencakup pelaksanaan dari wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh desa. Sehingga dalam praktiknya, aparatur pemerintah desa dituntut untuk dapat memahami dan mengelola keuangan desa dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Namun karena keterbatasan kualitas SDM yang dimiliki oleh pemerintah desa, maka APIP selaku pengemban fungsi pembinaan harus mampu memberikan konsultansi, misalnya dalam bentuk asistensi dan bimbingan teknis, agar keuangan desa dapat dikelola dengan baik, transparan, dan akuntabel. Modul ini disusun untuk membekali APIP sehingga memiliki pengetahuan terkait pengelolaan keuangan desa, sekaligus juga mampu melaksanakan penugasan konsultansi dimaksud. B. KOMPETENSI DASAR Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari Modul Pengelolaan Keuangan Desa adalah peserta diklat dapat menjelaskan konsep konsep pengelolaan keuangan desa serta dapat melaksanakan penugasan konsultansi kepada pemerintah desa mengenai pengelolaan keuangan desa. C. INDIKATOR KEBERHASILAN Penanda tercapainya kompetensi yang diharapkan yaitu peserta diklat memiliki pengetahuan dan mampu menjelaskan mengenai: Pengelolaan Keuangan Desa 1

10 Kedudukan dan kewenangan desa, gambaran umum pengelolaan keuangan desa, SOTK pemerintahan desa serta pihak pihak terkait termasuk tugas dan tanggungjawabnya. Gambaran umum perencanaan desa, RPJM Desa berserta penyusunannya, RKP Desa berserta penyusunannya dan juga batasan/prioritas penggunaan Dana Desa. Konsep penganggaran; proses penyusunan APB Desa; Struktur APB Desa yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB Desa. Menjelaskan konsep konsep pelaksanaan pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Memahami proses pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan desa yang meliputi pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Memahami proses penyusunan Pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Menjelaskan proses dan mekanisme Pengawasan keuangan desa terkait pelaksana pengawasan dan ruang lingkupnya masing masing sesuai regulasi yang berlaku D. SISTEMATIKA MODUL Modul Pengelolaan Keuangan Desa disajikan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Tinjauan Diklat Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, kompetensi dasar untuk memahami modul, indikator keberhasilan, sistematika modul serta metode pembelajaran Bab II Desa dan Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum desa beserta pengelolaan keuangan terkait siklus keuangan desa, pelaku/subjek pengelola keuangan serta. Bab III Perencanaan Pembangunan Desa Bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan RPJM Desa, RKP Desa serta prioritas pembangunan desa Pusdiklatwas BPKP

11 Bab IV Penganggaran Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang proses penganggaran, struktur APB Desa berupa pendapatan, belanja dan pembiayaan serta perubaha APB Desa. Bab V Pelaksanaan Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan pendapatan desa, belanja desa, pembiayaan desa, dan kode rekening. Bab VI Penatausahaan Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang dokumen penatausahaan dan proses penatausahaan pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Bab VII Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang jenis jenis laporan pengelolaan keuangan desa. Bab VIII Pengawasan Keuangan Desa Bab ini menjelaskan tentang subjek pengawasan fungsional keuangan desa, ruang lingkup pengawasan keuangan dan mekanismenya secara umum. E. METODE PEMBELAJARAN Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui pemaparan, tanya jawab dan diskusi, serta latihan soal. ~ Pengelolaan Keuangan Desa 3

12 Pusdiklatwas BPKP

13 BAB II DESA DAN KEUANGAN DESA Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengenai kedudukan dan kewenangan desa, gambaran umum pengelolaan keuangan desa, SOTK pemerintahan desa serta pihak pihak terkait termasuk tugas dan tanggungjawabnya. A. SEJARAH, KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN DESA Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyebutan desa disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat. Sebutan lain untuk desa misalnya huta/nagori di Sumatera Utara, gampong di Aceh, nagari di Minangkabau, marga di Sumatera bagian selatan, tiuh atau pekon di Lampung, desa pakraman/desa adat di Bali, lembang di Toraja, banua dan wanua di Kalimantan, dan negeri di Maluku. Desa telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah daerah itu akan mengingati hak hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang desa, yaitu: Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah; Undang Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok Pokok Pemerintahan Daerah; Pengelolaan Keuangan Desa 5

14 Undang Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok Pokok Pemerintahan Daerah; Undang Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia; Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintahan di Daerah; Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa; Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah: Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU Desa disusun dengan semangat penerapan amanat konstitusi, berupa pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat sebagaimana tertuang dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi Negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang undang dan ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang undang. Berdasarkan kedua pasal tersebut, asas rekognisi dan subsidiaritas disepakati bahwa dalam UU Desa sebagai asas nomor satu dan dua. Asas rekognisi yaitu pengakuan terhadap hak asal usul; sedangkan subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa. Azas ini memiliki konstruksi menggabungkan fungsi self governing community dengan local self government. Hal ini diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat. Desa dan desa adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi seperti ini, desa dan desa adat mendapat perlakuan yang sama dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah Pusdiklatwas BPKP

15 Tabel 2.1 Jenis Jenis Tipe/Kedudukan Desa Tipe/Kedudukan Azas Gambaran Desa Adat Rekognisi (pengakuan dan penghormatan) Desa hanya sebagai kesatuan masyarakat (Self Governing Community); Otonomi Asli atau otonomi bawaan, desa tidak menjalankan tugas administrasi dari negara, desa memperoleh bantuan dari negara. Desa Otonom Desentralisasi Desa sebagai unit pemerintahan lokal yang otonom (Local Self Government) seperti daerah, desa memperoleh dana dari APBN. Desa Administratif Delegasi (tugas pembantuan) Desa sebagai unit administratif atau kepanjangan tangan negara (Local State Government). Sesuai Pasal 4 UU Desa, Pengaturan Desa bertujuan: a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa; d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; h. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Pengelolaan Keuangan Desa 7

16 Diharapkan konsep pemerintahan desa ini dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat serta dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada gilirannya mewujudkan kesejahteraan umum. Kedudukan Desa Desa berkedudukan tidak hanya di wilayah kabupaten, namun bisa juga berkedudukan di wilayah kota. Menurut Permendagri nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, terdapat sebanyak desa. Desa ini tersebar di 33 Provinsi atau 434 kabupaten/kota. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diatur dalam Permendagri nomor 39 Tahun 2015 dimana berjumlah sebanyak desa, atau terjadi peningkatan sebanyak 661 desa. Jumlah desa memiliki kecenderungan untuk selalu meningkat melalui pemekaran atau pun peralihan status. Peralihan status terjadi misalnya dari kelurahan menjadi desa atau desa adat menjadi desa. Di balik laju penambahan jumlah desa, ternyata terdapat juga desa yang mengalami penghapusan karena kejadian tertentu misalnya yang terjadi pada desa di Kabupaten Sumedang yang dihapuskan karena digenangi waduk. Keberadaan desa ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah. Perda ini selanjutnya dievaluasi gubernur, dan diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur dan kode desa dari Menteri Dalam Negeri. Perbedaan Desa dan Kelurahan Satuan pemerintahan terkecil NKRI sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat adalah pemerintah desa dan kelurahan. Wilayah Indonesia akan terbagi habis dalam bentuk desa atau kelurahan. Namun, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Berikut beberapa rincian perbedaan antara desa dan kelurahan. Tabel 2.1 Perbedaan Desa dan Kelurahan Aspek Desa Kelurahan Mata Pencaharian penduduk Kedudukan Mayoritas mata pencaharian agraris, lebih homogen Desa bukan bagian Pemerintahan Daerah (Bukan SKPD/unit kerja) Mayoritas mata pencaharian di sektor jasa/industri dan lebih heterogen Kelurahan bagian dari Pemerintah Daerah (unit kerja/skpd) Pusdiklatwas BPKP

17 Pemilihan pemimpin Aspek Desa Kelurahan Pengawasan Status kepegawaian Pembiayaan Anggaran Keuangan Regulasi keuangan Regulasi PBJ Kepala Desa dipilih langsung dari masyarakat Di bawah pengawasan BPD (perwakilan dari masyarakat) Aparatnya bukan PNS/ASN Sumber pendapatan terdiri dari PA Desa, Dana Desa, ADD, Bantuan Keuangan Rencana Keuangan Tahunan => APB Desa Pengelolaan keuangannya mengacu Permendagri 113 Tahun 2014 (saat ini) Pengadaan B/J merujuk pada Perka LKPP Nomor 13 Tahun 2013 jo Perka LKPP Nomor 22 Tahun 2015 Lurah ditunjuk/ dipilih oleh Kepala Daerah Tidak memiliki BPD, pengawasan langsung oleh Pemda Seluruh Aparatnya merupakan PNS/ASN Sumber pendapatan untuk pengeluaran/ belanja berasal dari pemda Rencana Keuangan Tahunan => DPA (bagian dari APBD) Pengelolaan keuangannya mengacu Permendagri 13 Tahun 2006 dan perubahannya (saat ini) Pengadaan B/J merujuk pada Perpres 54 Tahun 2010 beserta perubahannya Kelurahan merupakan bagian dari pemerintah daerah sehingga kewenangan dan aturan/regulasinya merujuk secara keseluruhan pada peraturan pemerintahan daerah. Hal ini berbeda dengan desa yang memiliki kewenangan dan aturan/regulasi tersendiri khusus pemerintahan desa yang berbeda dengan ketentuan pemerintahan daerah. Terkait pendapatan, hal yang menjadi perbedaan mendasar dan merupakan sesuatu yang membuat desa saat ini menjadi sorotan adalah Dana Desa yang berasal dari 10% Dana Transfer ke Daerah (APBN). Kelurahan tidak mendapat Dana Desa, semua pengeluaran/belanjanya berasal dari Pemerintah Daerah (APBD). Kewenangan Desa Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa. Kewenangan desa meliputi: a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. Kewenangan lokal berskala desa; c. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dan Pengelolaan Keuangan Desa 9

18 d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Hak Asal Usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa. Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan desa, embung desa, dan jalan desa. Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa dibiayai oleh APB Desa. Sedangkan kewenangan yang ditugaskan, dibiayai oleh pemerintah yang memberi penugasan. Pengaturan kewenangan desa merujuk pada PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 Tahun 2015 pasal 34 ayat 3 dan pasal 39 disebutkan berada pada Kemendagri. Regulasi turunannya adalah Permendagri nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan regulasi ini, maka regulasi sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Desa PDTT nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa menjadi tidak berlaku lagi. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa selanjutnya ditindak lanjuti oleh bupati/walikota yang akan menetapkan daftar kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selanjutnya, berdasarkan peraturan bupati/walikota tersebut, pemerintah desa menetapkan peraturan desa tentang kewenangan desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal desa yang bersangkutan. Pemerintah Supra Desa Walaupun desa bukan bagian pemerintahan secara langsung dari pemerintah daerah (bukan unit kerja/skpd Pemda), namun desa tetap memiliki hubungan koordinasi dan administratif dengan Pusdiklatwas BPKP

19 pemerintahan yang ada di atasnya yang disebut sebagai pemerintah supra desa. Pemerintah Supra Desa terdiri dari Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Setiap jenjang tingkatan pemerintah supra desa memiliki fungsi pengawasan dan pembinaan kepada pemerintah desa sebagaimana di atur dalam UU Desa. Bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah supra desa antara lain memberikan panduan/pedoman, bimbingan dan supervisi, pembinaan peningkatan kapasitas, hingga melakukan fasilitasi dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa. B. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Gambaran rincian proses Siklus Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa Pengelolaan Keuangan Desa 11

20 Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa tersebut memiliki aturan aturan yang harus dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan. Untuk memahami pengelolaan keuangan desa secara utuh, berikut disajikan gambaran umum pengelolaan keuangan desa dikaitkan dengan pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, subjek pelaksananya di desa, struktur APB Desa, laporan dan lingkungan strategis berupa ketentuan yang mengaturnya. Gambar 2.2 Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik praktik pemerintahan yang baik. Asas asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Uraiannya sebagai berikut: 1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka Pusdiklatwas BPKP

21 diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang undangan; 2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan; 3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa; 4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya. Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa yaitu: Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB Desa/Perubahan APB Desa; Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa. C. SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Desa dipimpin oleh seorang kepala desa (atau sebutan lainnya). Kepala desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat desa. Dalam menjalankan pemerintahan, kepala desa didukung sekretariat desa. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa. Sekretaris desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan (kaur). Sesuai pasal 62 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP 47 Tahun 2015 Pengelolaan Keuangan Desa 13

22 dinyatakan bahwa sekretaris desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang urusan, yaitu Keuangan; Perencanaan; dan Tata Usaha dan Umum. Secara umum, dikarenakan terbatasnya jumlah SDM maka kepala urusan keuangan dapat merangkap sebagai bendahara desa sedangkan kepala urusan umum merangkap sebagai pengurus kekayaan milik (aset) Desa. Kotak 2.1: Sekretaris Desa haruskah PNS? Berbeda dengan regulasi sebelumnya (PP Nomor 72 Tahun 2005) yang menyebutkan Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil, PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015 memberikan kewenangan kepada kepala desa untuk mengangkat dan memberhentikan perangkat desa (termasuk di dalamnya sekretaris desa) setelah dikonsultasikan dengan camat. Tidak ada lagi persyaratan status sekretaris desa harus diisi PNS, bahkan jika PNS yang terpilih menjadi perangkat desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat desa tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil. Pelaksana Wilayah Pelaksana Kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa. Contoh pelaksana wilayah di beberapa daerah diberi nama kepala dusun atau kepala jorong. Banyaknya jumlah kepala dusun disesuaikan dengan jumlah kewilayahan yang ada. Pelaksana Teknis Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015 pasal 64 paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi, yaitu Seksi Pemerintahan, Seksi Kesejahteraan dan Seksi Pelayanan. Ketentuan secara teknis mengenai SOTK Desa diatur dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. Struktur Pengelolaan Keuangan Desa Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dipegang oleh Kepala Desa, namun demikian dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada perangkat desa sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara bersama sama oleh Kepala Desa dan Pusdiklatwas BPKP

23 Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Ilustrasi Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan disandingkan dengan SOTK pada pemerintah desa dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3 Ilustrasi SOTK Pemerintah Desa dan PTPKD Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, tanggung jawab dan tugas dari Kepala Desa sebagian diserahkan kepada Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD terdiri dari Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa. Uraian lebih lanjut kewenangan Kepala Desa dan PTPKD diuraikan sebagai berikut: 1. Kepala Desa Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini, Kepala Desa memiliki kewenangan: a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa; b. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD); c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; Pengelolaan Keuangan Desa 15

24 d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa; e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa. Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan dan dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut turut atau tidak secara berturut turut. Dalam melaksanakan kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa. 2. Sekretaris Desa Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dengan tugas: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa; b. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa, perubahan APB Desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa; c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa; d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa; e. Melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran Biaya (RAB), bukti bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa (SPP). Sekretaris Desa mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Kepala Desa dalam melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa. 3. Kepala Seksi Kepala Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai pasal 64 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo Nomor 47 Tahun 2015 serta Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang SOTK Pemerintahan Desa dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi Pusdiklatwas BPKP

25 Kepala Seksi mempunyai tugas: a. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya; b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APB Desa; c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan; d. Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam Buku Pembantu Kas Kegiatan; e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; f. Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti bukti pendukung atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. 4. Bendahara Desa Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa. Bendahara Desa mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB Desa. Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi yaitu: a. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar; b. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya; c. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib; d. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Pengelolaan Keuangan Desa 17

26 Kotak 2.2: Regulasi tingkat Desa (Peraturan di Desa) Pemerintah desa wajib menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan sesuai dengan ketentuan. Oleh karenanya pemerintah desa perlu menyusun berbagai peraturan di tingkat desa dalam bentuk peraturan desa. Amanat dari regulasi untuk menyusun Peraturan Desa adalah sebagai berikut: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 73; b. RPJM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; c. RKP Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 58 dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 29; d. Pendirian BUM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 88; PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 132; e. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37; f. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 110; g. Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Aset Desa dan Tata Ruang Dalam Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 125; h. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 150; i. Pembentukan Lembaga Adat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 152; j. Pembentukan Dana Cadangan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 19; dan k. Pelestarian dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pembangunan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 83. Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa 1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mengingat kedudukan, kewenangan dan keuangan desa yang semakin kuat, penyelenggaraan pemerintahan desa diharapkan lebih akuntabel yang didukung dengan sistem pengawasan dan keseimbangan antara pemerintah desa dan lembaga desa. Lembaga desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa yang dalam kedudukannya mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama kepala desa. BPD harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa. Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, Pusdiklatwas BPKP

27 perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, pemerintah desa dan/atau Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi: a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa; b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis yangmasa keanggotaannya selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut turut atau tidak secara berturut turut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam peraturan bupati/walikota. 2. Kelembagaan Masyarakat Desa Di dalam UU Desa diatur mengenai kelembagaan desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) antara lain Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). Pengelolaan Keuangan Desa 19

28 Lembaga Kemasyarakatan Desa merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa dan berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa serta menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dibentuk atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa diatur dalam peraturan desa, dengan rincian tugas: a. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa; b. Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan c. Meningkatkan pelayanan masyarakat desa. Sedangkan fungsi yang dimiliki oleh LKD sebagai berikut: a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat; c. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa; d. Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif; e. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong royong masyarakat; f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembentukan lembaga kemasyarakatan desa diatur dengan peraturan desa. Pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga nonpemerintah dalam melaksanakan programnya di desa wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di desa Pusdiklatwas BPKP

29 D. SOAL DAN LATIHAN 1. Jelaskan status dan kedudukan desa berdasarkan berdasarkan UU Desa? Apakah dapat dikatakan desa merupakan otonomi tingkat 4 setelah pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota? 2. Sebutkan dan jelaskan azas azas pengelolaan keuangan desa? 3. Jelaskan beberapa perbedaan antara kelurahan dan desa? 4. Sebutkan dan jelaskan kewenangan yang dimiliki desa sesuai UU Desa? 5. Apa itu Lembaga Kemasyarakatan Desa? Berikan contoh dan peranannya masing masing? 6. Sebagaimana pemerintah daerah, kepala desa dipilih secara langsung. Bagaimana dengan pemilihan BPD? Apakah dipilih secara langsung sebagaimana DPRD? Jelaskan! 7. Apa fungsi dan peran Badan Permusyawaratan Desa? 8. Jelaskan siklus pengelolaan keuangan desa secara lengkap? 9. Apakah Sekretaris Desa harus dijabat Pegawai Negeri Sipil? Jelaskan! 10. Jelaskan kedudukan Bendahara Desa dan Kepala Urusan Keuangan dalam pengelolaan keuangan desa! ~ Pengelolaan Keuangan Desa 21

30 Pusdiklatwas BPKP

31 BAB III PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui gambaran umum perencanaan desa, RPJM Desa berserta penyusunannya, RKP Desa berserta penyusunannya dan batasan/prioritas penggunaan Dana Desa. A. GAMBARAN UMUM PERENCANAAN DESA Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Perencanaan pembangunan desa disusun sesuai dengan kewenangan pemerintah desa dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Perencanaan pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa Pemerintah desa dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat didampingi oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga di bawah koordinasi camat. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa meliputi: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan 2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pengelolaan Keuangan Desa 23

32 Perencanaan pembangunan desa baik RPJM desa maupun RKP Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan. Petunjuk teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa lebih lanjut diatur dalam peraturan bupati/walikota. B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM DESA) RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala desa. Kepala desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur masyarakat desa dengan mempertimbangkan kondisi objektif desa dan prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota. Sesuai Permendagri Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa meliputi: Gambar 3.1 Tahapan Penyusunan RPJM Desa Pusdiklatwas BPKP

33 1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa. Tim Penyusun RPJM Desa terdiri dari: (1) Kepala Desa selaku pembina; (2) Sekretaris Desa selaku ketua; (3) Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat selaku sekretaris; dan (4) anggota yang berasal dari perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya. Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang. Tim ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Desa. Tugas Tim Penyusun RPJM Desa adalah: a. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota; b. Pengkajian keadaan desa; c. Penyusunan rancangan RPJM Desa; dan d. Penyempurnaan rancangan RPJM Desa. 2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Langkah berikutnya setelah terbentuk tim penyusun RPJM Desa adalah melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan kabupaten/kota dengan pembangunan desa. Isi arah Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota yang harus diperhatikan terdiri dari: a. Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota; b. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah; c. Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota; d. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan e. Rencana pembangunan kawasan perdesaan. Pengelolaan Keuangan Desa 25

34 3. Pengkajian Keadaan Desa Tahapan berikutnya berupa pengkajian keadaan desa. Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mempertimbangkan kondisi objektif keadaan desa. Langkah langkah kerja yang dilakukan dalam pengkajian berupa: a. Penyelarasan data desa. b. Penggalian gagasan masyarakat; dan c. Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa Hasil dari proses pengkajian menjadi bahan masukan dalam Musyawarah Desa dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan desa. 4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa dilaksanakan terhitung sejak diterimanya laporan dari kepala desa. Hal hal yang dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa yaitu: a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa; b. Rumusan arah kebijakan pembangunan desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala desa; c. Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Musyawarah Desa dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Diskusi kelompok membahas sebagai berikut: a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa; b. Prioritas rencana kegiatan desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun; Pusdiklatwas BPKP

35 c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa; d. Rencana pelaksana kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat desa, unsur masyarakat desa, kerjasama antar desa, dan/atau kerjasama desa dengan pihak ketiga. Hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dituangkan dalam berita acara dan menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM Desa. 5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa Langkah langkah setelah dilakukan musyawarah desa adalah menindaklanjuti hasil kesepakatan yaitu: a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara hasil kesepakatan desa dan dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa dan dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa. b. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala desa. c. Kepala desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa, jika ada perbaikan rancangan RPJM Desa dikembalikan kepada tim penyusun RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa. 6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Kepala Desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan dan unsur masyarakat (tokoh adat, agama, masyakarakat, pendidikan, perwakilan kelompok tani, nelayan, pengrajin, perempuan dan lain lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat). Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa dan dituangkan dalam berita acara. Pengelolaan Keuangan Desa 27

36 7. Penetapan RPJM Desa Setelah Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menyepakati rancangan RPJM Desa, tahapan berikutnya adalah: a. Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. b. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa. c. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa. Berbeda dengan penyusunan APB Desa, kesepakatan bersama kepala desa dan BPD terkait RPJM Desa sudah dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa tanpa dievaluasi terlebih dahulu oleh pihak pemerintah kabupaten/kota. 8. Perubahan RPJM Desa RPJM Desa merupakan perencanaan jangka menengah. Dalam perjalanan waktu dimungkinkan terjadinya ketidaksesuaian dengan kondisi yang ada sehingga diperlukan suatu perubahan atas rencana. Terdapat beberapa hal dimana Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa yaitu: a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan desa. Berikut disajikan format RPJM Desa sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa Pusdiklatwas BPKP

37 Format 3.1 Rancangan RPJM Desa RANCANGAN RPJM DESA TAHUN :.. DESA :... KECAMATAN :... KABUPATEN :... PROVINSI :... Prakiraan Pola Pelaksanaan Prakiraan Biaya dan Sumber Pembiayaan Waktu Pelaksanaan Bidang/ Jenis Kegiatan Kerjasama Pihak Ketiga Tahun 6 Jlh (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Antar Desa Tahun 4 Tahun Tahun Tahun Tahun Sasaran/ Manfaat Prakiraan Volume Lokasi (RT/RW/ Dusun) Bidang Sub Bidang Jenis Kegiatan a b c. d e f g h i j k l m n o p q r s a. b. c. d. e. f. g. - Pengelolaan Keuangan Desa 29 No Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 1 Jumlah Per Bidang 1 2 Pembangunan Desa a. b. c. d. e. f. g. h. i. Jumlah Per Bidang 2 Pembinaan Kemasyarakatan 3 a. b. c. d. e. f. g. - Jumlah Per Bidang 3 a. b. c. d. Pemberdayaan Masyarakat 4 Jumlah Per Bidang 4 - JUMLAH TOTAL., Tanggal,,,. Mengetahui : Disusun oleh: Kepala Desa, Tim Penyusun RPJM Desa (...) (...)

38 C. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA) Pemerintah desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa. Kepala desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, tahapan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) meliputi: Gambar 3.2 Tahapan Penyusunan RKP Desa Pusdiklatwas BPKP

39 1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah desa dalam rangka penyusunan rencana pembangunan desa yang menjadi pedoman bagi pemerintah desa menyusun rancangan RKP Desa dan Daftar Usulan RKP Desa. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah desa paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Musyawarah Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Mencermati ulang dokumen RPJM Desa; b. Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; c. Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan. Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara, yang menjadi menjadi pedoman kepala desa dalam menyusun RKP Desa. 2. Pembentukkan Tim Penyusun RKP Desa Untuk menindaklanjuti hasil Musyawarah Desa berupa kesepakatan kesepakatan yang menjadi pedoman dalam menyusun RPK Desa, kepala desa membentuk tim penyusun RKP Desa. Tim penyusun RKP Desa terdiri dari: a. Kepala Desa selaku pembina; b. Sekretaris Desa selaku ketua; c. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai sekretaris; dan d. Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan dan masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat. Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang. Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Tim penyusun RKP Desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Pengelolaan Keuangan Desa 31

40 Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa; b. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; c. Penyusunan rancangan RKP Desa; dan d. Penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan pemerintah desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan daerah 3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke Desa Pada tahap ini kepala desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: a. Pagu indikatif desa; b. Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa. Data dan informasi diterima kepala desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan. Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif desa meliputi: a. Rencana Dana Desa yang bersumber dari APBN; b. Rencana Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota; c. Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan d. Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota Pusdiklatwas BPKP

41 4. Pencermatan Ulang RPJM Desa Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa. 5. Penyusunan Rancangan RKP Desa Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada: a. Hasil kesepakatan musyawarah desa; b. Pagu indikatif desa; c. Pendapatan Asli Desa; d. Rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; e. Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota; f. Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; g. Hasil kesepakatan kerja sama antar desa; dan h. Hasil kesepakatan kerja sama desa dengan pihak ketiga. Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan desa sesuai jenis rencana kegiatan. Hasilnya berupa rancangan RKP Desa. Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian: a. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya; b. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa; c. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja sama antardesa dan pihak ketiga; Pengelolaan Keuangan Desa 33

42 d. Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan e. Pelaksana kegiatan desa yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau unsur masyarakat desa. Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa yang dilampiri a. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. b. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk Kerjasama Antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan Kerja Sama Antar Desa. c. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud diverifikasi oleh tim verifikasi. Pemerintah desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan pembangunan Desa dan pembangunan kawasan perdesaan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan prioritas program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Tim Penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa, dan disampaikan kepada kepala Desa. 6. Penyusunan RKP Desa Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Kepala desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat; tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, nelayan dan lain lain Pusdiklatwas BPKP

43 7. Penetapan RKP Desa Langkah langkah Penetapan RKP Desa adalah sebagai berikut: a. Hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dituangkan dalam berita acara. b. Kepala desa mengarahkan Tim Penyusun RKP Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP Desa berdasarkan hasil kesepakatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. c. Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP Desa. d. Kepala desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa yang akan dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa tentang RKP Desa. 8. Perubahan RKP Desa Sebagaimana RPJM Desa, RKP Desa juga dapat diubah dalam hal: a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota. Kepala desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar. Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan yang menjadi dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa. 9. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa Kepala desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan Pengelolaan Keuangan Desa 35

44 kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa setelah diselenggarakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan di kecamatan. Format RKP Desa dan juga Daftar Usulan RKP Desa serta RAB sebagaimana diatur dalam lampiran Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa disajikan sebagai berikut: Pusdiklatwas BPKP

45 DESA : KECAMATAN : KABUPATEN : PROVINSI : Kerjasama Pihak Ketiga Bidang/ Jenis Kegiatan Sasaran/ Waktu Lokasi Volume Manfaat Pelaksanaan Bidang Jenis Kegiatan Jlh (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Antar Desa a b c. d e f g h i j k l m n a. b. c. d. e.. Format 3.2 Rancangan RKP Desa Format Rancangan RKP Desa RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN :.. Biaya dan Sumber Pembiayaan Pola Pelaksanaan Rencana Pelaksana No Kegiatan 1 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa f. g. - Jumlah Per Bidang 1 a. b. c. d. e. f. g. h. 2 Pembangunan Desa Pengelolaan Keuangan Desa 37 i. j. k. l. m Jumlah Per Bidang 2 a. b. c. d. e. 3 Pembinaan Kemasyarakatan f. g. - Jumlah Per Bidang 3 a. b. c. d. 4 Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Per Bidang 4 - JUMLAH TOTAL., Tanggal,,,. Mengetahui : Disusun oleh: Kepala Desa, Tim Penyusun RKP Desa (...) (...)

46 Format 3.3 Daftar Usulan RKP Desa DAFTAR USULAN RKP DESA TAHUN : DESA : KECAMATAN : KABUPATEN : PROVINSI : No Prakiraan Prakiraan Bidang/ Jenis Kegiatan Sasaran/ Lokasi Volume Waktu Biaya dan Manfaat Bidang Jenis Kegiatan Pelaksanaa Jumlah (Rp) 1 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Jumlah Per Bidang 1-2 Pembangunan Desa Jumlah Per Bidang 2 3 Pembinaan Kemasyarakatan Jumlah Per Bidang 3-4 Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Per Bidang 4 JUMLAH TOTAL - Mengetahui Kepala Desa Desa, tanggal.,.,. Ketua Tim Penyusun RKP Desa ( ) ( ) Pusdiklatwas BPKP

47 Format 3.3 Rencana Anggaran Biaya sebagai lampiran RKP Desa Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2015 DESA : KECAMATAN :... No.RAB :..... KABUPATEN :... Bidang :..... PROVINSI :.....Kegiatan : BAHAN ALAT UPAH Keterangan : RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) Harga Jumlah URAIAN Volume Satuan Satuan Total Jumlah Rp Rp a b c d e = b x d f Kategori Biaya I-a Pembelian bahan hasil tenaga manusia I-b Pembelian bahan hasil industri II-a Pembelian alat tangan II-b Pembelian / penyewaan alat mesin III-a Pembayaran tenaga kerja untuk konstruksi III-b Pembayaran tenaga untuk pengumpulan bahan Sub Total 1) Rp - Rp - Sub Total 2) Rp - Rp - Sub Total 3 ) Rp - Rp - Total Biaya mengetahui : Kepala Desa..,Tanggal.,., Tim Penyusun RKP Desa (..) (..) Pengelolaan Keuangan Desa 39

48 D. BATASAN (PRIORITAS) BELANJA DESA Desa dalam mengelola keuangan desa memperhatikan regulasi yang dibuat oleh pemerintah supra desa. Terdapat aturan aturan yang perlu dicermati khususnya terkait pengeluaran atau belanja yang dilakukan oleh pemerintah desa. Berdasarkan pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan UU Desa, disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70% dari APB Desa untuk 4 bidang dan paling banyak 30% untuk 4 item belanja. Lebih lanjut mengenai proporsi belanja dalam APB Desa akan dibahas pada bab berikutnya tentang Penganggaran Keuangan Desa. Selain batasan proporsi belanja dalam APB Desa, khusus belanja yang bersumber dari Dana Desa terdapat batasan penggunaan berupa prioritas penggunaan Dana Desa. Dalam Pasal 19 PP nomor 43 Tahun 2014 jo PP nomor 47 tahun 2015 disebutkan bahwa Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan namun diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Menteri Desa PDTT diberi kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa paling lambat 3 bulan sebelum dimulainya tahun anggaran. Prioritas ini dilengkapi dengan Pedoman Umum pelaksanaan penggunaan Dana Desa. Untuk penggunaan Dana Desa Tahun 2015, telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 5 Tahun Sedangkan untuk penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diterbitkan Permendes PDTT nomor 21 Tahun 2015 jo Permendes 8 Tahun Prioritas penggunaan Dana Desa didasarkan pada prinsip prinsip: Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa membedabedakan; Kebutuhan prioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan desa yang lebih mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar masyarakat desa; dan Tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta perubahan atau perkembangan kemajuan desa Pusdiklatwas BPKP

49 Kotak 3.1: Tipologi Desa Tipologi desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas, keadaan terkini di desa, maupun keadaan yang keadaan yang berubah, berkembang dan diharapkan terjadi di masa depan (visi desa). Pengelompokkan tipologi desa dapat diuraikan sekurang kurangnya didasarkan atas hal hal sebagai berikut: a. berdasarkan kekerabatan, dikenal desa geneologis, desa teritorial dan desa campuran; b. berdasarkan hamparan, dapat dibedakan desa pesisir/desa pantai, desa dataran rendah/lembah, desa dataran tinggi, dan desaperbukitan/pegunungan; c. berdasarkan pola permukiman, dikenal desa dengan permukiman menyebar, melingkar, mengumpul, memanjang (seperti pada bantaran sungai/jalan); d. berdasarkan pola mata pencaharian atau kegiatan utama masyarakat dapat dibedakan desa pertanian, desa nelayan, desa industri (skala kerajinan dan atau manufaktur dengan teknologi sederhana dan madya), serta desa perdagangan (jasa jasa); dan e. berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa dapat dikategorikan desa tertinggal atau sangat tertinggal, desa berkembang, serta desa maju atau mandiri. Kategorisasi ini dilakukan dengan pendekatan ilmiah yang didukung data statistik sehingga didapatkan peringkat kategoris kemandirian atau kemajuan desa. Dengan demikian setiap desa pasti memiliki karakteristik yang dapat didefinisikan secara bervariasi dari kombinasi karakteristik atau tipologi. Artinya, desa memiliki tipologi yang berbeda beda atau beragam, dari desa satu dengan desa lainnya. Contoh Desa A mempunyai tipologi desa pesisirnelayan geneologismaju, Desa B tipologi desa lembah pertanian/sawah teritorial berkembang, Desa C tipologi desa perbukitanperkebunan/perladangan campuran tertinggal, dan lain seterusnya. (sumber: Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2015 jo 8/2016) Pemetaan tipologi desa berdasarkan tingkat kemajuan desa digunakan untuk penyusunan prioritas penggunaan Dana Desa. Untuk mengetahui tipologi desanya, Pemerintah desa harus menggunakan data Indeks Desa Membangun (IDM) yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Indeks Desa Membangun (IDM) disusun dengan landasan bahwa pembangunan merupakan proses akumulasi dari dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi ekologi. Ketiganya menjadi mata rantai yang saling memperkuat yang mampu menjamin keberlanjutan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pembangunan desa dimaknai sebagai proses untuk meningkatkan kapabilitas penduduk dalam mengelola dan memanfaatkan potensi yang terdapat di desa. Paradigma pembangunan yang mengedepankan pembangunan manusia didasarkan pada ruang dimensi sosial (Indeks Ketahanan Sosial IKS), dimensi ekonomi (Indeks Ketahanan Ekonomi IKE) dan dimensi ekologi (Indeks Ketahanan Lingkungan IKL). Dalam penyusunan IDM ketiga dimensi dibentuk oleh sejumlah variabel dan indikator. Pengelolaan Keuangan Desa 41

50 Indeks Ketahanan Sosial terdiri dari dimensi a. modal sosial; b. kesehatan; c. pendidikan; dan d. permukiman. Indeks Ketahanan Ekonomi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekonomi. Indeks Ketahanan Ekologi memiliki satu dimensi, yakni Dimensi Ekologi. Berdasarkan Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun (IDM), status kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar IDM diklasifikasi dalam 5 status Desa yakni: 1. Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi secara berkelanjutan 2. Desa Maju atau yang disebut Desa Pra Sembada adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan. 3. Desa Berkembang atau yang disebut Desa Madya adalah Desa potensial menjadi Desa Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan. 4. Desa Tertinggal atau yang disebut Desa Pra Madya adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. 5. Desa Sangat Tertinggal atau yang disebut Desa Pratama adalah Desa yang mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya Pusdiklatwas BPKP

51 Kotak 3.2: Indeks Desa Membangun (IDM) Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun yang mencakup Desa berdasar data Potensi Desa Tahun 2014 telah dipublikasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk pertama kali pada 19 Oktober 2015, yakni bersamaan dengan launching Indeks Desa Membangun. Hasil penghitungan IDM dikelompokkan berdasarkan Provinsi, Kabupaten/Kota, Pulau Pulau Besar, dan kawasan atau kecamatan. Setiap unit pengelompokan dapat diperoleh rata rata Indeks Desa Membangun (IDM). Pembagian kelompok dilakukan sesuai dengan kepentingan penggunaan IDM. Penghitungan Indeks Desa Membangunan secara nasional diperoleh dari indeks rata rata nasional adalah 0,5662. Indeks ini menandakan status kemajuan dan kemandirian Desa secara nasional dalam status Desa Tertinggal bila dibandingkan dengan batas ambang batas status tertinggal (= 0,5989). Hal ini juga berarti mayoritas Desa di Indonesia didominasi oleh Desa Tertinggal (Desa Pra Madya). Untuk Desa Tertinggal (Desa Pra Madya) berjumlah Desa (46%) dan Desa Sangat Tertinggal (Desa Pratama) berjumlah Desa (18%). Sedangkan jumlah Desa memiliki status Desa Mandiri (Desa Sembada) terdapat 174 Desa (0,24%), sementara Desa Maju (Desa Pra Sembada) adalah Desa (5%) dan Desa Berkembang (Desa Madya) 31% atau desa.. Hasil perhitungan Indeks Desa Membangun tersebut memberi pesan penting akan pentingnya kerja strategis dan tindakan yang cepat dan tepat dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. (sumber: Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun) Prioritas Bidang Pembangunan Desa Prioritas penggunaan Dana Desa Bidang Pembangunan Desa, meliputi: 1. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman; 2. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat; 3. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan; 4. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi; dan/atau 5. Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana energi terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan Keuangan Desa 43

52 Perencanaan program dan kegiatan pembangunan desa dengan mempertimbangkan tipologi desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, meliputi: 1. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pembangunan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa; 2. Desa berkembang, memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum dan social dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat desauntuk mengembangkan potensi dan kapasitas masyarakat desa; dan 3. Desa maju dan/atau mandiri, memprioritaskan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang berdampak pada perluasan skala ekonomi dan investasi desa, termasuk prakarsa desa dalam membuka lapangan kerja, padat teknologi tepat guna dan investasi melalui pengembangan BUM Desa. Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Prioritas penggunaan Dana Desa untuk program dan kegiatan bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa, antara lain: 1. Peningkatan investasi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau bantuan alatalat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan; 2. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat desa lainnya; 3. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan desa; 4. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan bantuan hukum masyarakat desa, termasuk pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di desa (Community Centre); 5. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes, Polindes dan ketersediaan atau keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di desa; Pusdiklatwas BPKP

53 6. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan hutan/pantai desa dan hutan/pantai kemasyarakatan; 7. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan pelestarian lingkungan hidup; dan/atau bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan analisa kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam Musyawarah Desa. Perencanaan program dan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan tipologi desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, yaitu: 1. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada membuka lapangan kerja dan atau usaha baru, serta bantuan penyiapan infrastruktur bagi terselenggaranya kerja dan usaha warga atau masyarakat baik dari proses produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa; 2. Desa berkembang, memprioritaskan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja dan/atau proses produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses modal/fasilitas keuangan; 3. Desa maju dan/atau mandiri, mengembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang visioner dengan menjadikan desa sebagai lumbung ekonomi atau capital rakyat, dimana desa dapat menghidupi dirinya sendiri atau memiliki kedaulatan ekonomi, serta mampu mengembangkan potensi atau sumberdaya ekonomi atau manusia dan kapital desa secara berkelanjutan. Keluaran dari pelaksanakan Musyawarah Desa untuk penyusunan RKP Desa adalah dokumen perencanaan RKPDesa. Pada Musyawarah Desa tersebut, diharapkan seluruh informasi terkait dengan pembahasan dan pengambilan keputusan Perencanaan Pembangunan Desa seperti informasi tentang pagu Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Perkiraan Dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah, Program/Proyek masuk Desa, Bantuan Keuangan Daerah dan Tipologi berdasarkan perkembangan Desa dengan data IDM, sudah dapat disampaikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa desa di wilayah masing masing. Pengelolaan Keuangan Desa 45

54 E. SOAL DAN LATIHAN 1. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis perencanaan pembangunan desa! 2. Jelaskan perbedaan antara Musyawarah Desa dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa? 3. Salah satu titik kritis penyusunan RKP Desa adan pencermatan Pagu Indikatif, jelaskan permasalahan terkait hal ini? 4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat langkah langkah penyusunan RKP Desa? 5. Apa perbedaan antara RPJM Desa dengan RKP Desa? 6. Jelaskan alasan alasan yang menyebabkan RKP Desa berubah? 7. Prioritas Penggunaan Dana Desa ditentukan berdasarkan tipologi desa. Jelaskan tipologi desa berdasarkan kemajuan desa? 8. Apa itu IDM? Jelaskan secara singkat! 9. Jelaskan prioritas pengunaan Dana Desa untuk bidang pemberdayaan masyarakat desa dikaitkan dengan tipologinya? 10. Apakah Dana Desa diperbolehkan digunakan untuk membangun Kantor Desa? Jelaskan dengan singkat? 11. Di Desa Sukamaju terdapat Jalan Kabupaten yang sering digunakan penduduk desa. Kondisi jalan tersebut sangat buruk sekali dimana terdapat lubang besar yang menyebabkan sering terjadi kecelakaan. Namun kondisi yang parah tersebut tidak segera diperbaiki oleh pihak kabupaten. Desa bermaksud ingin memperbaiki jalan tersebut. Bagaimana tanggapan anda? 12. Bolehkan Dana Desa digunakan untuk membeli mobil ambulance? Jelaskan dengan singkat? ~ Pusdiklatwas BPKP

55 BAB IV PENGANGGARAN KEUANGAN DESA Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini, Peserta diklat diharapkan mengetahui konsep penganggaran; proses penyusunan APB Desa; Struktur APB Desa yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan; Kode Rekening serta proses perubahan APB Desa. A. GAMBARAN UMUM PENGANGGARAN KEUANGAN DESA Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APB Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa. APB Desa dibahas bersama dengan BPD dalam musyawarah desa untuk selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan setelah dievaluasi oleh bupati/walikota. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat. Semua pendapatan dan belanja dianggarkan dalam APB Desa. Seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya. APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali perubahan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Mekanisme perubahan APB Desa adalah sama dengan mekanisme penetapan APB Desa. Pengelolaan Keuangan Desa 47

56 B. PROSES PENYUSUNAN APB DESA Proses penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut: 1. Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB Desa) berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan dan menyampaikan kepada Kepala Desa; 2. Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara Kepala Desa dan BPD; 3. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi; 4. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa. Dalam hal bupati/walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal bupati/walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang undangan yang lebih tinggi Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa, bupati/walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya; 5. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan. Flowchart penyusunan APB Desa dapat dilihat dalam gambar berikut: Pusdiklatwas BPKP

57 Bupati/walikota dalam melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dapat mendelegasikan kepada camat. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada camat diatur dalam peraturan bupati/walikota. Pengelolaan Keuangan Desa 49

58 Penyusunan APB Desa sebagaimana telah diuraikan di atas memiliki batasan waktu yang diatur dalam peraturan perundangan. Jadwal waktu penyusunan APB Desa digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Jadwal Penyusunan APB Desa Tahapan Penyampaian Pagu Indikatif oleh Pemerintah kab/kota ke Desa Penetapan RKP Desa Penyusunan Rancangan APB Desa Penyepakatan bersama dengan BPD Penyampaian kepada bupati/walikota melalui camat Proses evaluasi R APB Desa Proses penyempurnaan Penetapan APB Desa Waktu Bulan Juli Akhir September Awal Oktober Akhir Oktober Maksimum 3 hari kerja Maksimum 20 hari kerja Maksimum 7 hari kerja Maksimum 31 Desember C. STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) APB Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang disetujui oleh Badan Permusyawaratan Desa. APB Desa terdiri atas Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan Pembiayaan Desa. Berikut disajikan format APB Desa: Pusdiklatwas BPKP

59 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA.. TAHUN ANGGARAN. Format 4.1 Format APB Desa Kode Rekening 1 PENDAPATAN 1 1 Pendapatan Asli Desa Hasil Usaha Desa Uraian Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa Hasil Aset Desa Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Hasil Swadaya Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Bunga Simpanan Uang di Bank Lain lain Pendapatan Desa Yang Sah Lainnya 1 2 Pendapatan Transfer Dana Desa Dana Desa Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Alokasi Dana Desa Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan Provinsi Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten 1 3 Lain Lain Pendapatan Desa yang Sah Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga Lainnya Anggaran (Rp.) Ket. (Sumber Dana) Pengelolaan Keuangan Desa 51

60 Kode Rekening 2 BELANJA Uraian JUMLAH PENDAPATAN 2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Belanja Pegawai Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan BPD dan Anggotanya Kegiatan Operasional Kantor Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Alat alat Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor Belanja Modal Pengadaan Alat alat Rumah Tangga Belanja Modal Pengadaan Komputer Kegiatan Operasional BPD Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Operasional RT/RW Anggaran (Rp.) Ket. (Sumber Dana) Pusdiklatwas BPKP

61 Kode Rekening Uraian Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas 2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air Kegiatan Pembangunan Jalan Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa 2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Perjalanan Dinas Anggaran (Rp.) Ket. (Sumber Dana) Pengelolaan Keuangan Desa 53

62 Kode Rekening Uraian Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan 2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Kegiatan Belanja Barang dan Jasa Belanja Bidang Tidak Terduga Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam Belanja Barang dan Jasa Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Tim Panitia JUMLAH BELANJA SURPLUS / (DEFISIT) 3 PEMBIAYAAN 3 1 Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya 3 2 Pengeluaran Pembiayaan Anggaran (Rp.) Ket. (Sumber Dana) Pusdiklatwas BPKP

63 Kode Rekening Uraian Penyertaan Modal Desa Penyertaan Modal Desa JUMLAH PEMBIAYAAN SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN Anggaran (Rp.) Ket. (Sumber Dana) Format APB Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 bersifat tidak mengikat, khususnya pada Kode Rekening Objek Belanja yang bertanda strip seperti pasir, semen dsb (Level 4). Pemerintah kabupaten/kota dapat mengatur lebih lanjut dalam Perkada Pengelolaan Keuangan Desa dengan merinci kode rekening belanja hingga Objek Belanja (level 4) sebagai alat pengendalian dan pengklasifikasian. 1. Pendapatan Desa Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari: a. Pendapatan Asli Desa; b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa); c. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota; d. Alokasi Dana Desa; e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota; f. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga; g. Lain lain Pendapatan Desa yang Sah. Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari: Pendapatan Asli Desa (PA Desa) Transfer Pendapatan Lain Lain Pengelolaan Keuangan Desa 55

64 a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa) Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Kelompok PADesa meliputi Hasil Usaha; Hasil Aset; Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong; dan Lain Lain Pendapatan Asli Desa. Pendapatan yang masuk kategori Hasil Usaha contohnya adalah pendapatan yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) pengelolaan pasar desa, dan pengelolaan kawasan wisata skala desa. Pendapatan yang berasal dari Hasil Aset Desa antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil pemanfaatan aset tersebut umumnya adalah berupa Retribusi Desa. Retribusi Desa yaitu pungutan atas jasa pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada pengguna/penerima manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai Retribusi Desa harus ditetapkan dalam Peraturan Desa, dan pelaksanaan penerimaan retribusinya dilakukan oleh Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa. Swadaya dan partisipasi adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk uang dan atau barang yang dinilai dengan uang. Gotong royong adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk jasa yang dinilai dengan uang. Penganggaran kegiatan yang bersumber dari swadaya, partisipasi dan gotongroyong ini disepakati pada saat musyawarah desa dan penyumbangnya didata serta diminta kesanggupannya untuk merealisasikannya pada saat pelaksanaan. Lain lain Pendapatan Asli Desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa. Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa, pungutan atas pembuatan surat surat keterangan, pungutan atas calon penduduk desa, dan lain sebagainya yang dilakukan dilakukan oleh Bendahara Desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam Peraturan Desa Pusdiklatwas BPKP

65 b. Pendapatan Transfer Desa Kelompok Transfer terdiri atas jenis: 1) Dana Desa; 2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; 3) Alokasi Dana Desa (ADD); 4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; 5) Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten/Kota. 1) Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun. Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2014 jo PP Nomor 22 Tahun 2015 jo PP Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula. Penghitungan besaran Dana Desa untuk setiap Kabupaten/Kota Rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar kab/kota dan Alokasi Formula kab/kota. Alokasi dasar adalah alokasi minimal Dana Desa yang diterima setiap desa, yang besarannya dihitung dengan cara 90% (sembilan puluh persen) dari anggaran Dana Desa dibagi dengan jumlah desa secara nasional. Alokasi Formula adalah alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota. Pengelolaan Keuangan Desa 57

66 Besaran Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota dihitung dengan cara mengalikan Alokasi Dasar dengan jumlah desa di kabupaten/kota. Besaran Alokasi Formula setiap kabupaten/kota, yang besarannya 10% (sepuluh persen) dari anggaran Dana Desa dihitung dengan bobot sebagai berikut: a) 25% (dua puluh lima persen) untuk jumlah penduduk; b) 35% (tiga puluh lima persen) untuk angka kemiskinan; c) 10% (sepuluh persen) untuk luas wilayah; dan d) 30% (tiga puluh persen) untuk tingkat kesulitan geografis. Angka kemiskinan Desa dan tingkat kesulitan geografis desa ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin Desa dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) kabupaten/kota. Dana Desa setiap kabupaten/kota ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN. Penghitungan besaran Dana Desa untuk setiap Desa Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota, bupati/walikota menetapkan rincian Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya. Tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Kabupaten/kota menghitung besaran Dana Desa untuk setiap desa berdasarkan alokasi dasar dan alokasi formula. Besaran Alokasi Dasar setiap desa dihitung dengan cara membagi Alokasi Dasar setiap kabupaten/kota dengan jumlah desa di kabupaten/kota yang bersangkutan. Besaran Alokasi Formula setiap desa, dihitung dengan bobot sebagai berikut: a) 25% (dua puluh lima persen) untuk jumlah penduduk; b) 35% (tiga puluh lima persen) untuk angka kemiskinan; c) 10% (sepuluh persen) untuk luas wilayah; dan d) 30% (tiga puluh persen) untuk tingkat kesulitan geografis Pusdiklatwas BPKP

67 Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis desa, masing masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin desa dan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa. IKG Desa ditentukan oleh faktor yang terdiri atas ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondisi infrastruktur; dan aksesibilitas transportasi. Gambar 4.2 Mekanisme Pengalokasian Dana Desa Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, 2016 Kotak 4.1: Perkembangan Besaran Dana Desa Sebagaimana tercantum dalam PP 22 Tahun 2015, pada pasal 30 A dinyatakan pengalokasian anggaran Dana Desa dalam APBN dilakukan secara bertahap, yang dilaksanakan sebagai berikut: a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus); b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit sebesar 6% (enam per seratus); dan c. Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus), dari anggaran Transfer ke Daerah. Dana Desa Tahun 2015 telah disalurkan dalam APBN P 2015 sebesar Rp20,776 Triliyun atau ± 280 juta per desa, sedangkan di tahun 2016 telah ditetapkan dalam APBN 2016 sebesar Rp 46,982 Triliyun atau ± Rp628,5 juta per desa. Untuk tahun 2017, direncanakan dalam R APBN 2017 sebesar Rp 60 triliyun atau diprediksi setiap desa di tahun 2017 mendapat rata rata ± Rp800 juta. Dana Desa setiap tahun akan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya anggaran Transfer ke daerah walaupun proporsinya tetap 10% (on top). Pengelolaan Keuangan Desa 59

68 Dalam proses penganggarannya, bupati/walikota menginformasikan pagu indikatif Dana Desa kepada seluruh desa dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Serta Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati Kepala Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai ketentuan, KUA dan PPAS paling lambat disepakati akhir bulan Juli. Informasi pagu indikatif Dana Desa sangat diperlukan bagi desa dalam proses perencanaan pembangunan. 2) Alokasi Dana Desa Pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai amanat UU Desa wajib mengalokasikan ADD dalam APBD kabupaten/kota setiap tahun anggaran. Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang diterima pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Tata cara pengalokasian ADD ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Pengalokasian ADD kepada setiap desa mempertimbangkan: Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa; Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa. Tidak seperti penyaluran Dana Desa yang telah ditetapkan sebanyak 2 tahap, Penyaluran ADD ke desa diserahkan mekanismenya kepada kabupaten/kota masing masing yang diatur dalam peraturan bupati/walikota. Sehingga antar daerah bisa saja terdapat perbedaan dalam mekanisme penyalurannya dimana ada yang 2 tahap, 3 tahap, 4 tahap bahkan ada yang 12 tahap (setiap bulan). Dalam proses penganggaran desa, bupati/walikota menginformasikan rencana ADD dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Serta Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati Kepala Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai ketentuan, KUA dan PPAS paling lambat disepakati akhir bulan Juli. Informasi pagu indikatif ADD sangat diperlukan bagi desa dalam proses perencanaan pembangunan Pusdiklatwas BPKP

69 3) Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota kepada desa paling sedikit 10% dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. Pengalokasian Bagian Dari Hasil Pajak dan Retribusi kepada desa tersebut ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan: 60% dibagi secara merata kepada seluruh desa. 40% dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari desa masing masing. Sebagaimana DD dan ADD, bupati/walikota menginformasikan kepada Kepala Desa rencana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Serta Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati Kepala Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sesuai ketentuan, KUA dan PPAS paling lambat disepakati akhir bulan Juli. Informasi pagu indikatif Bagi hasil pajak/retribusi daerah sangat diperlukan bagi desa dalam proses perencanaan pembangunan. 4) Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dapat memberikan Bantuan Keuangan yang bersumber dari APBD provinsi/kabupaten/ kota kepada desa sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan pembangunan desa. Bantuan keuangan tersebut dapat bersifat umum dan khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di desa. Bantuan Keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan Keuangan bersifat khusus yang dikelola dalam APB Desa tidak diterapkan ketentuan penggunaan Pengelolaan Keuangan Desa 61

70 paling sedikit 70% dan paling banyak 30% sebagaimana diatur dalam pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 jo PP Nomor 47 Tahun Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan informasi kepada Kepala Desa tentang Bantuan Keuangan yang akan diberikan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Informasi dari gubernur/bupati/walikota menjadi bahan penyusunan rancangan APB Desa. c. Lain Lain Pendapatan Desa Yang Sah Kelompok Lain Lain Pendapatan Desa yang Sah diantaranya berupa Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Sumbangan tidak mengikat dapat berupa pemberian berupa uang dari pihak ketiga, hasil kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa. 2. Belanja Desa Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal 100 PP Nomor 47 Tahun 2015 digunakan dengan ketentuan: Paling sedikit 70% ( 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (4 bidang). Paling banyak 30% ( 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk 4 item yaitu: - Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa; - Operasional pemerintah desa; - Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; - Insentif Rukun Tetangga dan Rukun Warga yaitu bantuan kelembagaan yang digunakan untuk operasional RT dan RW Pusdiklatwas BPKP

71 Penghasilan tetap, operasional pemerintah desa, dan tunjangan dan operasional BPD serta insentif RT dan RW dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari Alokasi Dana Desa. Sedangkan Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Kebutuhan pembangunan meliputi tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Pengertian Tidak Terbatas adalah kebutuhan pembangunan di luar pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat desa. Kebutuhan Primer adalah kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Pelayanan dasar antara lain pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. a. Kelompok Belanja Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis. Klasifikasi Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari: 1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa; 3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa; 4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan 5) Bidang Belanja Tak Terduga. Kelompok Belanja tersebut selanjutnya dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKP Desa. Rincian Bidang dan Kegiatan dibuat dengan mengacu pada Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa dan prioritas penggunaan Dana Desa yang ditetapkan Kementerian Desa dan PDTT, diuraikan sebagai berikut: 1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain: Penetapan dan penegasan batas desa; Pendataan desa; Penyusunan tata ruang desa; Penyelenggaraan musyawarah desa; Pengelolaan informasi desa; Penyelenggaraan perencanaan desa; Pengelolaan Keuangan Desa 63

72 Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa; Penyelenggaraan kerjasama antar desa; Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa; Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa. 2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain: Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan lingkungan desa antara lain: (a) (b) (c) (d) (e) (f) Tambatan perahu; Jalan pemukiman; Jalan desa antar permukiman ke wilayah pertanian; Pembangkit listrik tenaga mikrohidro; Lingkungan permukiman masyarakat desa; Infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan antara lain: (a) (b) (c) (d) Air bersih berskala desa; Sanitasi lingkungan; Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu; Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: (a) (b) (c) (d) (e) Taman bacaan masyarakat; Pendidikan anak usia dini; Balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; Pengembangan dan pembinaan sanggar seni; Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi desa Pusdiklatwas BPKP

73 Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) Pasar desa; Pembentukan dan pengembangan BUM Desa; Penguatan permodalan BUM Desa; Pembibitan tanaman pangan; Penggilingan padi; Lumbung desa; Pembukaan lahan pertanian; Pengelolaan usaha hutan desa; Kolam ikan dan pembenihan ikan; Kapal penangkap ikan; Cold storage (gudang pendingin); Tempat pelelangan ikan; (m) Tambak garam; (n) (o) (p) (q) Kandang ternak; Instalasi biogas; Mesin pakan ternak; Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa. Pelestarian lingkungan hidup antara lain: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Penghijauan; Pembuatan terasering; Pemeliharaan hutan bakau; Perlindungan mata air; Pembersihan daerah aliran sungai; Perlindungan terumbu karang; Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa. Pengelolaan Keuangan Desa 65

74 3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa antara lain: Pembinaan lembaga kemasyarakatan; Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban; Pembinaan kerukunan umat beragama; Pengadaan sarana dan prasarana olah raga; Pembinaan lembaga adat; Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat; dan Kegiatan lain sesuai kondisi desa. 4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa antara lain: Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan; Pelatihan teknologi tepat guna; Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa; Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: Kader pemberdayaan masyarakat desa; Kelompok usaha ekonomi produktif; Kelompok perempuan; Kelompok tani; Kelompok masyarakat miskin; Kelompok nelayan; Kelompok pengrajin; Kelompok pemerhati dan perlindungan anak; Kelompok pemuda; Kelompok lain sesuai kondisi desa Pusdiklatwas BPKP

75 5) Bidang Belanja Tak Terduga Keadaan Darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB) merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang dan/atau mendesak antara lain dikarenakan bencana alam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana. Dalam keadaan darurat dan/atau KLB, Pemerintah Desa dapat melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya. Keadaan Darurat dan/atau Luar Biasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Dalam pelaksanaanya, Belanja Tak Terduga dalam APB Desa terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang disahkan oleh Kepala Desa. b. Jenis Belanja Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa, dan Belanja Modal. 1) Belanja Pegawai Belanja Pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD yang pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan. Belanja Pegawai tersebut dianggarkan dalam kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dengan kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan. 2) Belanja Barang dan Jasa Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan. Belanja Barang dan Jasa antara lain: Alat tulis kantor; Benda pos; Bahan/material; Pemeliharaan; Cetak/penggandaan; Pengelolaan Keuangan Desa 67

76 Sewa kantor desa; Sewa perlengkapan dan peralatan kantor; Makanan dan minuman rapat; Pakaian dinas dan atributnya; Perjalanan dinas; Upah kerja; Honorarium narasumber/ahli; Operasional pemerintah desa; Operasional BPD; Insentif rukun tetangga /rukun warga; Pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat. Insentif Rukun Tetangga/Rukun Warga adalah bantuan uang untuk operasional lembaga RT/RW dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan, ketentraman dan ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa. Pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. 3) Belanja Modal Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/ pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan desa. Contoh Belanja Modal adalah Pembangunan Jalan Desa, Pembangunan Jembatan Desa, Pengadaan Komputer, Pengadaan Meublair dan lain sebagainya. Termasuk dalam belanja modal adalah upah kerja yang dikeluarkan untuk perolehan aset. 3. Pembiayaan Pembiayaan meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis Pusdiklatwas BPKP

77 Pembiayaan desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. a. Penerimaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan meliputi sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; pencairan dana cadangan; dan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. 1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya Penerimaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan tahun berjalan yang berasal dari pelampauan penerimaan pendapatan dan penghematan belanja tahun sebelumnya. Realisasi penggunaan SiLPA merupakan keseluruhan SiLPA yang dianggarkan dalam APB Desa. SiLPA antara lain berupa pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. 2) Pencairan Dana Cadangan Pencairan Dana Cadangan merupakan kegiatan pencairan dana dari rekening Dana Cadangan ke rekening desa yang dilakukan sesuai Peraturan Desa yang mengatur hal tersebut. Pencairan Dana Cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari rekening Dana Cadangan ke Rekening Kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan. 3) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan diperoleh dari Pengelolaan Keuangan Desa 69

78 realisasi penjualan aset/kekayaan desa kepada pihak ketiga. Penjualan kekayaan milik desa yang bersifat strategis harus dilakukan melalui musyawarah desa terlebih dahulu yang selanjutnya ditetapkan dalam peraturan desa atau keputusan kepala Desa yang mengacu pada ketentuan pengelolaan Kekayaan Milik Desa. Kekayaan Milik Desa dapat dijual hanya apabila sudah tidak memiliki manfaat dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau disetujui dalam musyawarah desa. b. Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan meliputi pembentukan dana cadangan; dan penyertaan modal desa. Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari: 1) Pembentukan Dana Cadangan Pemerintah Desa dapat membentuk Dana Cadangan untuk mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan Dana Cadangan tersebut ditetapkan dengan peraturan desa, yang memuat paling sedikit: Penetapan tujuan pembentukan Dana Cadangan; Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari Dana Cadangan; Besaran dan rincian tahunan Dana Cadangan yang harus dianggarkan; Sumber Dana Cadangan; Tahun Anggaran pelaksanaan Dana Cadangan. Pembentukan Dana Cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang undangan. Pembentukan dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala Desa. Begitu juga halnya dengan penyertaan modal desa, pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pusdiklatwas BPKP

79 2) Penyertaan Modal Desa Pemerintah Desa dapat melakukan Penyertaan Modal Desa, misalnya kepada BUM Desa. Penyertaan modal Desa dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari BPD yang ditetapkan dalam Peraturan Desa. Atas penyertaan modal desa ini, desa selanjutnya dapat menerima deviden dari BUM Desa dimaksud yang akan dicatat sebagai Penerimaan Asli Desa. D. KODE REKENING Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem yang dijabarkan dalam kode rekening atau chart of accounts. Kode Rekening tersebut terdiri dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan proses perencanaan, pelaksanaaan, penatusahaan hingga pelaporan. Kode rekening merupakan alat untuk mensinkronkan proses perencanaan hingga pelaporan, sehingga kebutuhan pelaporan yang konsisten sejak mulai proses perencanaan dan penganggaran akan dapat dapat terpenuhi. Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka diperlukan standarisasi kode rekening sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya khususnya di wilayah suatu kabupaten/kota. Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka kode rekening disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif. Tujuan pembakuan kode rekening adalah mengakomodasi proses manajemen keuangan dengan anggaran berbasis kinerja sedemikian rupa agar diperoleh: Perencanaan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dilakukan secara proporsional, transparan dan profesional. Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dilakukan secara lebih akuntabel. Laporan keuangan mengakomodasi secara baik pengendalian anggaran, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja keuangan dalam laporan keuangan. Dalam ketentuan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pada pasal 8 telah diatur mengenai klasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan sampai ke tingkat jenis. Namun demikian, Ilustrasi APBDesa (sebagaimana tercantum dalam lampiran Permendagri tersebut) untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda strip) bersifat tidak mengikat. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota dapat membuat pengaturan lebih lanjut mengenai objek Pengelolaan Keuangan Desa 71

80 belanja (atau bahkan diatur hingga ke rincian objek belanja) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing masing daerah. Pengaturan level kode rekening ini tidak bertentangan dengan Permendagri 113/2014 karena dalam pasal 43 nya disebutkan ketentuan terkait pengelolaan keuangan desa diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Hal ini dapat digunakan untuk kepentingan pengendalian rekening. Pengaturan kode rekening baru dilakukan untuk kelompok pendapatan, belanja, dan pembiayaan; sedangkan untuk kelompok aset, kewajiban, dan ekuitas belum ada regulasi yang mengatur secara definitif. Kode Rekening disajikan dengan menggunakan istilah level akun. Level akun yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut: Level 1 : Kode Akun Level 2 : Kode Kelompok Level 3 : Kode Jenis Level 4 : Kode Objek (bersifat tambahan dan akan diatur dalam Perkada) 1. Kode Rekening Pendapatan Desa Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Kelompok pendapatan desa yaitu: a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa); b. Pendapatan Transfer; c. Pendapatan Lain Lain. Masing masing kelompok pendapatan tersebut dirinci ke dalam jenis pendapatan yaitu: a. Pendapatan Asli Desa (PA Desa), terdiri dari: 1) Hasil Usaha; 2) Hasil Aset; 3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong; 4) Lain Lain Pendapatan Asli Desa Pusdiklatwas BPKP

81 b. Pendapatan Transfer, terdiri dari: 1) Dana Desa; 2) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; 3) Alokasi Dana Desa (ADD); 4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; 5) Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota. c. Pendapatan Lain Lain, terdiri dari: 1) Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; 2) Lain lain pendapatan Desa yang sah. Rincian sampai ke tingkat objek pendapatan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening pendapatan desa adalah sebagai berikut: Kode rekening pendapatan hingga ke level objek pendapatan yang dicontohkan dalam aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 73

82 Tabel 4.2 Kode Rekening Pendapatan Desa Pusdiklatwas BPKP

83 Kode Rekening Pendapatan Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah kabupaten/kota. 2. Kode Rekening Belanja Desa Belanja desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis belanja. Kelompok belanja yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa; pelaksanaan pembangunan desa; pembinaan kemasyarakatan desa; pemberdayaan masyarakat desa; dan belanja tak terduga. Kelompok belanja tersebut terbagi dalam kegiatan kegiatan yang terdiri dari 3 (tiga) jenis belanja yaitu belanja pegawai; belanja barang dan jasa; serta belanja modal. Rincian sampai ke tingkat objek belanja akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa adalah sebagai berikut: Kode rekening belanja hingga ke level objek belanja yang dicontohkan dalam aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 75

84 Tabel 4.3 Kode Rekening Belanja Desa Pusdiklatwas BPKP

85 Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah kabupaten/kota. Pengelolaan Keuangan Desa 77

86 3. Kode Rekening Pembiayaan Desa Pembiayaan Desa diklasifikasikan menurut kelompok, dan jenis pembiayaan. Kelompok pembiayaan yaitu penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri dari: a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; b. Pencairan Dana Cadangan; c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; Sedangkan kelompok pengeluaran pembiayaan terdiri dari: a. Pembentukan Dana Cadangan; b. Penyertaan Modal Desa. Rincian sampai ke tingkat objek pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa adalah sebagai berikut: Kode rekening pendapatan hingga ke level objek pembiayaan yang dicontohkan dalam aplikasi SISKEUDES adalah sebagai berikut Pusdiklatwas BPKP

87 Gambar 4.4 Kode Rekening Pembiayaan Desa KODE REKENING PEMBIAYAAN DESA KODE URAIAN 6 PEMBIAYAAN DESA 6 1 Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan Hasil Penjualan Kekayaan Desa Yang Dipisahkan 6 2 Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Desa Penyertaan Modal Desa 6 3 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan Kode Rekening Belanja Desa tersebut dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan daerah namun diberlakukan sama bagi seluruh desa yang ada di wilayah kabupaten/kota. E. PERUBAHAN APB DESA APB Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan desa dimungkinkan untuk dilakukan perubahan. Perubahan APB Desa dapat dilakukan apabila terjadi: 1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja; 2. Keadaan yang menyebabkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan; 3. Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan; dan/atau 4. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; 5. Perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengelolaan Keuangan Desa 79

88 Perubahan tersebut disepakati terlebih dahulu dalam perubahan RKP Desa. Peraturan Desa tentang Perubahan RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan perubahan APB Desa. Perubahan APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran. Tata cara pengajuan perubahan APB Desa secara umum sama dengan tata cara penetapan APB Desa. Dalam hal Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa, maka perubahan tersebut diakomodir dan diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang perubahan APB Desa. Peraturan Kepala Desa tentang Perubahan APB Desa tersebut selanjutnya diinformasikan kepada BPD. Berikut disajikan ilustrasi yang dapat digunakan sebagai contoh: Format 4.5 Format Perubahan APB Desa KODE REKENING 1 PENDAPATAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA.. TAHUN ANGGARAN. URAIAN 1 1 Pendapatan Asli Desa Hasil Usaha Desa Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa Hasil Aset Desa Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Hasil Swadaya Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Bunga Simpanan Uang di Bank Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah Lainnya 1 2 Pendapatan Transfer Dana Desa Dana Desa Anggaran Bertambah/ Sebelum Sesudah Berkurang % Pusdiklatwas BPKP

89 KODE REKENING URAIAN Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Alokasi Dana Desa Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan Provinsi Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten 1 3 Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah BELANJA Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga Lainnya JUMLAH PENDAPATAN Belanja Pegawai Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan BPD dan Anggotanya Kegiatan Operasional Kantor Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Alat-alat Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja... Anggaran Bertambah/ Sebelum Sesudah Berkurang % Pengelolaan Keuangan Desa 81

90 KODE REKENING Belanja Modal URAIAN Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Rumah Tangga Belanja Modal Pengadaan Komputer Kegiatan Operasional BPD Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Operasional RT/RW Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas 2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air Kegiatan Pembangunan Jalan Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa 2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Anggaran Bertambah/ Sebelum Sesudah Berkurang % Pusdiklatwas BPKP

91 KODE REKENING URAIAN Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan 2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Kegiatan Belanja Barang dan Jasa Belanja Bidang Tidak Terduga Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam Belanja Barang dan Jasa Belanja Makanan dan Minuman Rapat Anggaran Bertambah/ Sebelum Sesudah Berkurang % Pengelolaan Keuangan Desa 83

92 KODE REKENING URAIAN Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Tim Panitia JUMLAH BELANJA SURPLUS / (DEFISIT) 3 PEMBIAYAAN 3 1 Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya 3 2 Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Desa Penyertaan Modal Desa JUMLAH PEMBIAYAAN SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN Anggaran Bertambah/ Sebelum Sesudah Berkurang % Format Perubahan APBDesa tidak tercantum dalam Lampiran Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, sehingga format di atas merupakan contoh inisiatif. F. SOAL DAN LATIHAN 1. Sebutkan dan jelaskan proses penyusunan APB Desa secara singkat? 2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat struktur APB Desa? 3. Apa bedanya Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD)? 4. Salah satu jenis Pendapatan Asli Desa adalah Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong. Jelaskan dan berikan contohnya! 5. Dalam APB Desa terdapat pembiayaan desa. Jelaskan perbedaannya dengan belanja desa dan berikan contohnya! 6. Jelaskan secara singkat mekanisme pengalokasian Dana Desa hingga diperoleh besaran Dana Desa untuk setiap desa? Pusdiklatwas BPKP

93 7. Apa perbedaan antara belanja modal dan belanja barang/jasa dan contohnya? 8. Apakah desa diperbolehkan memberikan bantuan uang kepada masyarakat? Jelaskan! 9. Apa yang dimaksud Bantuan Keuangan Umum dan Bantuan Keuangan Khusus? Jelaskan! 10. Jelaskan hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan APB Desa? ~ Pengelolaan Keuangan Desa 85

94 Pusdiklatwas BPKP

95 BAB V PELAKSANAAN KEUANGAN DESA Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan konsep konsep pelaksanaan pendapatan desa; belanja desa termasuk pengadaan barang/jasa dan perpajakan; serta pembiayaan desa. Sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, rencana keuangan tahunan pemerintahan desa disusun dalam suatu APBDesa. Struktur APBDesa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Pelaksanaan APBDesa berarti pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan dan disepakati di awal tahun, baik kegiatan penerimaan pendapatan dan pembiayaan maupun kegiatan pengeluaran belanja dan pembiayaan. Seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa (RKD) yaitu rekening tempat menyimpan uang pemerintahan desa yang menampung seluruh penerimaan desa dan untuk membayar seluruh pengeluaran desa pada bank yang ditetapkan. Ini dapat diartikan bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran dilakukan melalui bank. Namun bagi desa yang belum menerima layanan perbankan di wilayahnya, maka pengaturannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh pemerintah kabupaten/kota dalam peraturan kepala daerah (perkada) mengenai pedoman pengelolaan keuangan desa. Dalam perkada tersebut juga diatur mengenai batasan uang kas yang dapat disimpan oleh bendahara desa untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa. A. PELAKSANAAN PENDAPATAN DESA Pelaksanaan pendapatan desa adalah proses penerimaan berbagai sumber pendapatan desa, antara lain Pendapatan Asli Desa yang berasal dari masyarakat dan lingkungan desa (misalnya penerimaan pungutan dan sewa); Pendapatan Transfer yang berasal dari pemerintah supra desa (misalnya Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi Daerah, dan Bantuan Keuangan); serta Lain lain Pendapatan Desa berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga; yang telah ditetapkan sebelumnya dalam APBDesa. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, pihak ketiga), penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank. Pengelolaan Keuangan Desa 87

96 1. Pendapatan Asli Desa Dalam pelaksanaan APB Desa, Bendahara Desa menerima Pendapatan Asli Desa antara lain berupa berupa pendapatan sewa, pendapatan retribusi, pendapatan Bagi Hasil BUM Desa, pendapatan pungutan, pendapatan dari swadaya masyarakat dan Pendapatan Asli Desa lainnya. Pendapatan dari PADesa berupa Pungutan Desa harus ditetapkan terlebih dahulu dalam peraturan desa. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa, karena bisa dikatagorikan sebagai pungli. Pelaksana Pungutan Desa dilakukan oleh Bendahara Desa dibantu dengan petugas pemungut. Sumber Pungutan Desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi, penggunaan balai desa, dan lain sebagainya. Pendapatan Asli Desa diterima baik secara tunai ataupun melalui mekanisme transfer bank. Penerimaan Pendapatan Asli Desa secara Tunai Penerimaan PADesa secara tunai adalah penerimaan pendapatan asli desa secara tunai diterima oleh bendahara desa/petugas pemungut. Atas penerimaan ini dibuatkan tanda bukti penerimaan. Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari PADesa secara tunai Pusdiklatwas BPKP

97 Gambar 5.1 Prosedur Penerimaan Pungutan dan Sewa Secara Tunai Seluruh pendapatan yang diterima tunai oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke dalam RKD. Atas pendapatan retribusi yang diterima oleh Petugas Pemungut harus segera disetorkan kepada Bendahara Desa. Pengelolaan Keuangan Desa 89

98 Penerimaan Pendapatan Asli Desa melalui Bank (Transfer via bank) Penerimaan PADesa melalui bank adalah penerimaan pendapatan asli desa melalui mekanisme transfer ke rekening kas Desa. Atas penerimaan ini, masyarakat melaporkan ke bendahara untuk selanjutnya dibuatkan tanda bukti penerimaan. Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari PADesa melalui transfer bank. Gambar 5.2 Prosedur penerimaan desa secara nontunai/transfer bank Pusdiklatwas BPKP

99 Penerimaan Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong adalah pekerjaan membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat baik berupa uang, barang atau tenaga. Pendapatan dari swadaya dan partisipasi masyarakat dikumpulkan dari masyarakat desa yang diserahkan langsung kepada pelaksana kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan terkecil yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan dan diserahkan ke Pelaksana Kegiatan. Pendapatan swadaya masyarakat yang diterima oleh Pelaksana Kegiatan, harus segera dilaporkan kepada Bendahara Desa setelah sebelumnya dilakukan konversi/diberi nilai rupiahnya dengan menggunakan harga pasar setempat atau berdasarkan RAB yang telah telah dibuat sebelumnya. Terhadap pendapatan dari swadaya dan partisipasi masyarakat, harus dibuatkan bukti penerimaannya berupa kuitansi/tanda terima uang/barang. Untuk penerimaan yang diberikan dalam bentuk tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang orang yang menyumbangkan tenaganya. Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa barang dan jasa. Pengelolaan Keuangan Desa 91

100 Gambar 5.3 Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa barang dan jasa dari masyarakat Pusdiklatwas BPKP

101 Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa uang. Gambar 5.4 Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa uang Pengelolaan Keuangan Desa 93

102 2. Pendapatan Transfer Desa Selain PADesa, desa juga menerima Pendapatan Transfer Desa yang berasal dari pemerintah supra desa yang menyalurkan dana atau bantuan keuangan kepada desa berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dana transfer yang akan diberikan kepada desa telah tertuang dalam APBD provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan diinformasikan kepada desa dalam waktu 10 hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah dan DPRD. Besaran alokasi yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota mengenai penetapan besaran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, dan Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya dilakukan penyaluran dana kepada desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku. Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari transfer Pusdiklatwas BPKP

103 Gambar 5.5 Prosedur Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota Pengelolaan Keuangan Desa 95

104 Dana Desa Mekanisme penyaluran Dana Desa diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 dan telah diubah dua kali yaitu terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun Dalam ketentuan tersebut diatur bahwa Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada kabupaten/kota dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya oleh kabupaten/kota disalurkan ke desa dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan. Sesuai PP 8/2016 dan PMK 49/2016, penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan: Tahap I bulan Maret sebesar 60%. Tahap II bulan Agustus sebesar 40%. Dana Desa Tahap I Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD tahap I dilakukan setelah Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima dari bupati/walikota berupa: a. Peraturan daerah mengenai APBD kabupaten/kota tahun anggaran berjalan; b. Peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa setiap desa; dan c. Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahun anggaran se belumnya. Penyaluran Dana Desa Tahap I dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota menerima dari kepala desa berupa: a. Peraturan Desa mengenai APBDesa; dan b. Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun anggaran se belumnya dari kepala desa Pusdiklatwas BPKP

105 Dana Desa Tahap II Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUN ke RKUD dilakukan setelah Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I dari bupati/walikota. Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahap I menunjukkan paling kurang sebesar 50% (lima puluh persen). Penyaluran Dana Desa tahap II dari RKUD ke RKD dilakukan setelah bupati/walikota menerima Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I dari kepala desa. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I menunjukkan paling kurang Dana Desa tahap I telah digunakan se besar 50% (lima puluh persen). Penyaluran dana setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua, selanjutnya disalurkan paling lama 7 hari kerja setelah diterima kas daerah (RKUD) ke RKD bagi desa yang telah memenuhi persyaratan. Dalam hal bupati/walikota tidak menyalurkan Dana Desa sesuai dengan ketentuan, Menteri Keuangan dapat melakukan sanksi administratif berupa penundaan penyaluran bahkan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak kabupaten/kota yang bersangkutan (PMK 49/2016). Pendapatan Transfer Desa Lainnya Mekanisme penyaluran ADD dan Bagian Dari Hasil Pajak Daerah/Retribusi Daerah dilakukan secara bertahap, dan ketentuannya diatur dalam peraturan bupati/walikota masing masing. Sedangkan mekanisme bantuan keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan peraturan kepala daerah pemberi bantuan keuangan kepada desa. B. PELAKSANAAN BELANJA DESA Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari RKD untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam APBDesa. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut, Bendahara Desa melakukan pengeluaran belanja desa atas kegiatan dimaksud. Transaksi yang dilakukan misalnya pengeluaran belanja pegawai berupa pembayaran penghasilan tetap (yang dianggarkan dalam kelompok belanja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa); pengeluaran belanja barang dan jasa berupa pembelian alat tulis kantor Pengelolaan Keuangan Desa 97

106 (misalnya yang dianggarkan pada kelompok belanja Pemberdayaan Masyarakat Desa); pengeluaran belanja barang dan jasa berupa pembayaran biaya perjalanan dinas (misalnya yang dianggarkan pada kelompok belanja Pembinaan Kemasyarakatan Desa); dan lain lain. Proses pelaksanaan Belanja Desa dimulai dari Verifikasi RAB, pengajuan SPP serta pencairan SPP berupa pemberian uang/dana dari bendahara kepada pelaksana kegiatan. 1. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, setelah APB Desa ditetapkan maka pelaksana kegiatan menyusun RAB terlebih dahulu. RAB tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa untuk kemudian disahkan Kepala Desa. RAB kegiatan ini menjadi dasar bagi Pelaksana Kegiatan untuk melakukan tindakan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan. Berikut ini adalah alur persetujuan RAB. Gambar 5.6 Alur Persetujuan RAB Pusdiklatwas BPKP

107 Berdasarkan RAB Kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana Kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan barang dan jasa (PBJ) yang dilakukan melalui swakelola dan atau melalui penyedia barang dan jasa. 2. Mekanisme Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Setelah RAB disetujui, maka langkah berikutnya dalah pengajuan dana melalui SPP. SPP merupakan dokumen yang berisi permintaan pembayaran atau pengesahan belanja. SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa (ordonator) untuk kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Desa (otorisator). SPP sekaligus juga menjadi dasar perintah bagi Bendahara Desa dalam pembayaran atau pengesahan belanja (comptable). Verifikasi atas SPP yang dilakukan oleh Sekretaris Desa meliputi: a. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran diajukan oleh pelaksana kegiatan. b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum dalam permintaan pembayaran. c. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud. d. Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Dalam pengeluaran belanja desa terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Desa, yaitu Bendahara Desa melakukan pembayaran tanpa panjar (Definitif); dan pembayaran melalui panjar kepada Pelaksana Kegiatan. Terkait hal itu perlu dipahami beberapa istilah berikut ini. Uang Muka yaitu pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas PBJ kepada pihak ketiga. Uang Panjar adalah uang yang diberikan kepada Pelaksana Kegiatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan. Uang Persediaan adalah uang yang diberikan khusus kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu. Namun demikian khusus untuk desa istilah ini tidak digunakan dikarenakan tidak ada Bendahara Pembantu di desa. Pengelolaan Keuangan Desa 99

108 Pelaksanaan kegiatan baik yang pembayarannya melalui panjar kegiatan ataupun tanpa panjar (definitif) menggunakan formulir SPP yang sama dengan lampirannya yang berbeda. SPP diverifikasi oleh Sekretaris Desa untuk selanjutnya disetujui oleh Kepala Desa. a. Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif) Mekanisme Pembayaran tanpa melalui panjar dilakukan atas pembayaran terhadap barang/jasa yang telah diterima terlebih dahulu. Dengan mekanisme ini, saat pengajuan SPP sudah dilampiri bukti bukti transaksi atas pembelian barang/jasa. Dengan demikian, SPP Definitif baru bisa diajukan setelah barang dan jasa diterima. Mekanisme SPP Definitif bisa dilakukan melalui pembayaran langsung oleh Bendahara Desa kepada pihak ketiga melalui transfer bank atau melalui uang kas tunai yang dipegang oleh Bendahara Desa. Pengajuan SPP Definitif oleh Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan: Pernyataan Tanggung Jawab Belanja Bukti Transaksi Alur mekanisme pembayaran tanpa panjar (definitif) adalah sebagai berikut: Pusdiklatwas BPKP

109 Gambar 5.7 Alur Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif) Mekanisme pembayaran melalui SPP Definitif lebih baik dan akuntabel dibandingkan mekanisme panjar karena barang/jasa diterima terdahulu baru dilakukan pembayaran. Hal ini berarti dengan disetujuinya SPP Definitif oleh kepala desa maka pertanggungjawaban belanja tersebut telah lengkap dan cukup. Namun, mekanisme ini membutuhkan kepercayaan yang tinggi dari pihak penyedia, serta tidak bisa diterapkan untuk lokasi penyedia yang jauh dari desa. Pengelolaan Keuangan Desa 101

110 b. Pembayaran Melalui SPP Panjar Kegiatan Berbeda dengan mekanisme SPP Definitif, SPP Panjar Kegiatan dilakukan oleh pelaksana kegiatan untuk meminta uang dalam rangka akan melaksanakan kegiatan. Hal ini berarti belum ada barang/jasa yang diterima. Jika dibandingkan dengan mekanisme di pemerintah daerah, mekanisme ini seperti mekanisme pembayaran Tambahan Uang Persediaan (TU). Pengajuan SPP Panjar Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja Rencana Penggunaan Uang Panjar kegiatan. Setelah uang panjar diterima, maka pelaksana kegiatan melakukan pengadaan/ pembelian. Atas pengadaan/pembelian tersebut maka diperoleh bukti bukti transaksi. Bukti transaksi tersebut selanjutnya dipertanggungjawabkan sebagaimana SPP definitif. Jika ada kelebihan uang panjar, maka kelebihan tersebut diserahkan kembali kepada Bendahara Desa sebagai bagian pertanggungjawaban SPP Panjar. Bukti Transaksi Mekanisme pemberian panjar kepada pelaksana kegiatan hanya dapat dilakukan apabila memenuhi kondisi yang dipersyaratkan yang cukup ketat. Kondisi tersebut dapat berupa kondisi penyedia barang/jasa yang jauh atau belum ada kepercayaan. Selain itu SPP panjar harus memenuhi persyaratan berupa batasan tertentu seperti batasan jumlah dan batasan waktu pertanggungjawaban panjar. Alur proses pemberian panjar adalah sebagai berikut: Pusdiklatwas BPKP

111 Gambar 5.8 Alur Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar Mekanisme SPP Panjar Kegiatan memang memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan mekanisme SPP definitif karena bendahara desa melakukan penyerahan uang kepada pelaksana kegiatan namun barang/jasa belum diterima. Setelah SPP Panjar kegiatan terbit, masih ada langkah berikutnya berupa pertanggungjawaban dari SPP Panjar untuk mengetahui pengeluaran definitif. Mekanisme SPP Panjar Kegiatan dilakukan khususnya penyedia barang/jasa baru atau belum memberikan kepercayaan kepada desa atau pun juga lokasi penyedia barang /jasa yang jauh dari desa. Sebagaimana disebutkan dalam bagian sebelumnya bahwa harus ada Peraturan Bupati/Walikota yang mengatur mengenai prosedur pengajuan panjar, batasan pembayaran secara kas, batasan uang panjar yang dapat diberikan kepada pelaksana kegiatan, lamanya waktu proses pertanggungjawaban panjar oleh pelaksana kegiatan, Pengelolaan Keuangan Desa 103

112 dan ketentuan lainnya terkait pemberian panjar (misalnya diatur bahwa panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama jika atas panjar sebelumnya belum dipertanggungjawabkan). Semua ketentuan tersebut harus diperhatikan dan menjadi kriteria bagi Sekretaris Desa dalam melakukan verifikasi permintaan panjar kegiatan. Berikut adalah contoh ilustrasi pengaturan mengenai pemberian panjar. Batasan maksimal jumlah uang yang dapat dibayarkan secara kas kepada pihak ketiga. Nilai pembayaran sebesar di atas Rp 10 juta harus dilakukan melalui transfer langsung ke nomor rekening bank pihak ketiga oleh Bendahara Desa. Hal ini berarti pembayaran yang nilainya dibawah Rp 10 juta dapat menggunakan kas tunai. Batasan maksimal jumlah uang panjar yang dapat diberikan kepada pelaksana kegiatan adalah Rp 5 juta. Hal ini dimaksudkan agar Pelaksana Kegiatan tidak memegang uang kas dalam jumlah besar sehingga bisa menekan risiko kehilangan dan risiko lainnya. Batas waktu pertanggungjawaban panjar adalah maksimal 7 hari sejak uang panjar diterima. Jika terdapat uang sisa panjar (belanja lebih kecil dari panjar yang diberikan), maka sisa uang panjar tersebut segera disetorkan ke Bendahara Desa bersamaan dengan pertanggungjawaban panjar. Panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama sebelum ada pertanggungjawaban atas panjar sebelumnya. Penerimaan dan penyetoran sisa panjar harus dicatat dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan. Pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan setelah barang dan jasa diterima. Selanjutnya Pelaksana Kegiatan mengajukan SPP untuk dilakukan pengesahan belanjanya oleh Kepala Desa. Pembayaran kepada pihak ketiga tersebut dilakukan atas kegiatan kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa yang menjadi tanggung jawab Kepala Seksi sebagai Pelaksana Kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya masing masing Pusdiklatwas BPKP

113 C. PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Atas transaksi keuangan yang wajib dikenakan pajak, Bendahara Desa memiliki kewajiban untuk melakukan pemotongan/pemungutan. Seluruh potongan/ pungutan pajak tersebut wajib disetor ke Rekening Kas Negara sesuai ketentuan perpajakan. Kewajiban tersebut harus dilaksanakan Bendahara Desa dimana jika tidak dilaksanakan maka terdapat sanksi dan akan menjadi permasalahan/ temuan bagi pemeriksa di kemudian hari. Transaksi keuangan yang dikenakan pajak antara lain terkait pembayaran belanja barang, belanja jasa, dan honor. Jenis jenis pajak yang dipungut oleh Bendahara Desa yaitu PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPN serta bea materai. PPh 21 dikenakan atas pembayaran gaji, upah, dan honorarium yang diterima orang pribadi. PPh 22 dipungut dari pengusaha/took atas pembayaran pembelian barang dengan nilai transaksi di atas Rp ,00, dengan tarif pajak sebesar 1,5% di luar PPN (jika ber NPWP). PPh 23 dipotong atas penghasilan yang diterima rekanan atas sewa (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta imbalan jasa manajemen, jasa teknik, jasa konsultan dan jasa lain dengan tarif 2% tanpa ada batasan nilai transaksi, misalnya sewa kendaraan atau sewa alat berat. PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan PPh final yang dikenakan untuk sewa tanah dan bangunan (tarif 10%), pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (tarif 5%) dan jasa konsturksi (tarif 2%). PPN dipungut atas pembelian barang/jasa kena pajak (BKP dan JKP) yang jumlahnya di atas Rp ,00 tidak merupakan pembayaran yang terpecah pecah, dengan tarif 10%, dengan catatan pembeliannya dilakukan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jika bukan PKP maka tidak dilakukan pemungutan PPN. Pengenakan Pajak atas Belanja Barang (PPh Pasal 22 dan PPN) Terhadap pembelian barang misalnya pembelian ATK, pembelian komputer, printer dan meublair dikenakan pemungutan pajak PPh Pasal 22 dan PPN sesuai ketentuan. PPN dikenakan jika barang tersebut masuk katagori Barang Kena Pajak (BKP). Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pembelian barang. Pengelolaan Keuangan Desa 105

114 Gambar 5.9 Pemungutan Pajak atas Belanja Barang Belanja Barang s.d Rp 1 Juta 1 Jt s.d 2 Jt > Rp 2 Juta Tidak dikenakan PPh dan PPN PPN Tarif 10% PPh Psl 22 Dengan NPWP: Tarif 1,5 % Tanpa NPWP : 3% PPN Tarif 10% Ilustrasi Pengenaan PPh Pasal 22 dan PPN atas Belanja Barang: Seorang Bendahara Desa pada tanggal 5 Januari 2016 membeli komputer kepada rekanan PKP seharga Rp ,00 (harga yg tertulis di kuitansi) dari sebuah toko komputer (NPWP ). Penghitungan PPh Pasal 22 Catatan: Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal 22 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Dikenakan PPh Pasal 22 karena nilainya di atas Rp 2 juta. Dikenakan PPN karena dibeli dari PKP dengan nilai di atas Rp 1 juta. Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5% karena memiliki NPWP. PPh Pasal 22 terutang adalah: Rp ,00 x 100/110 x 1,5% = Rp ,00. Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga kuitansi (Rp ,00 x 100/110 = Rp ,00) Pusdiklatwas BPKP

115 Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 22 dikalikan 200%. Jadi besar PPh Pasal 22 terutang adalah: Rp ,00 x 100/110 x 1,5% x 200% = Rp ,00. Pengenakan Pajak atas Belanja Jasa (PPh Pasal 23, Pasal 4 ayat 2 dan PPN) Terhadap pengadaan jasa (non fisik) misalnya sewa, penggunaan jasa perbaikan komputer, perbaikan AC, jasa biro iklan dikenakan pemotongan pajak PPh Pasal 23 dan PPN sesuai ketentuan. Jika jasa tersebut terkait konstruksi maka dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPN sesuai ketentuan. Tidak ada batasan nilai untuk PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2. PPN dikenakan jika jasa tersebut masuk katagori Jasa Kena Pajak (JKP). Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar skema pemotongan/pemungutan pajak di desa atas transaksi berupa jasa. Gambar 5.10 Pemungutan Pajak atas Belanja Jasa Belanja Jasa Konstruksi Selain Konstruksi PPh Pasal 4 (2) Tarifnya tergantung klasifikasi usaha PPN Jika diatas 1 Juta Tarif 10% PPh Psl 23 Dengan NPWP: Tarif 2% Tanpa NPWP : 4% PPN Jika diatas 1 Juta Tarif 10% Ilustrasi Pengenaan Pajak atas Belanja Jasa Seorang Bendahara Desa pada tanggal 10 Januari 2016 menggunakan jasa biro iklan untuk memasang iklan di media massa dengan nilai pembayaran Rp ,00 (harga yg tertulis di kuitansi). Biro iklan tersebut memiliki NPWP dan juga PKP. Pengelolaan Keuangan Desa 107

116 Penghitungan PPh Pasal 23 Catatan: Harga barang yang tertulis di kuitansi adalah harga termasuk PPN, sedangkan PPh Pasal 23 dihitung dari harga sebelum dikenakan PPN. Tarif PPh Pasal 23 sebesar 2% dikarenakan memiliki NPWP. Besar PPh Pasal 23 terutang adalah: Rp ,00 x 100/110 x 2% = Rp20.000,00 Untuk mencari harga barang sebelum PPN maka harga barang di kuitansi harus dikurangi PPN (tarif 10%), jadi harga barang sebelum PPN adalah sebesar 100/110 dari harga kuitansi (Rp x 100/110 = Rp ). Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka tarif PPh Pasal 23 dikalikan 200%. Jadi besar PPh Pasal 23 terutang adalah: Rp x 100/110 x 2% x 200% = Rp Pengenakan Pajak atas Belanja Imbalan Penghasilan (PPh Pasal 21) Terhadap pemberian imbalan penghasilan kepada orang pribadi misalnya Siltap, tunjangan, honor kepada kepala desa, ketua DPD atau perangkat desa dikenakan pemotongan pajak PPh Pasal 21 tanpa ada PPN. Pengenaan PPh pasal 21 tergantung dari status/kondisi penerima imbalan tersebut. JIka penerimanya adalah PNS maka dikenakan PPh Final. Jika bukan, maka dilihat besaran penghasilannya. PPh Pasal 21 dikenakan atas penghasilan yang melebihi dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penghitungan PPh pasal 21 juga dibedakan antara penghasilan tetap dan penghasilan tidak tetap. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar skema pemungutan pajak di desa atas transaksi pemberian imbalan pengahasilan Pusdiklatwas BPKP

117 Gambar 5.11 Pemungutan Pajak atas Honor/Imbalan Kerja Ilustrasi I Pengenaan Pajak atas Imbalan Penghasilan PNS Desa Sukatani membentuk suatu tim yang anggotanya terdiri dari beberapa PNS. Bendahara Desa membayar honorarium tim pada tanggal 15 Februari 2016 dengan rincian sebagai berikut: Nama Gol Honorarium Syukri IV/a , Gatot III/b , Arief II/b , Penghitungan PPh Pasal 21 Nama Gol Honorarium Tarif PPh Terutang Syukri IV/a , 15% , Gatot III/b , 5% , Arief II/b , 0% Pengelolaan Keuangan Desa 109

118 Karena yang menerima adalah PNS maka dikenakan Pajak Final dimana untuk Gol. IV tarifnya 15%, Gol. III tarifnya 5% dan Gol II tarifnya sebesar 0%. Pada saat pembayaran honor langsung dilakukan pemotongan, dengan dibuatkan bukti potongnya. Atas potongan tersebut selanjutnya disetorkan ke Kas Negara peling lama tanggal 10 bulan Maret Ilustrasi II Pengenaan Pajak atas Imbalan Penghasilan Upah Harian Mukidi (status belum menikah) pada bulan Mei 2016 bekerja 11 hari pada Desa Sukatani yaitu pembangunan jembatan desa dengan menerima upah sebesar Rp ,00 per hari. Penghitungan PPh Pasal 21 Karena penghasilan yang diterima mukidi sehari masih dibawah Rp ,00 per hari (lihat PMK 102/PMK.010/2016) maka penghasilan Mukidi tidak dikenakan PPh Pasal 21. Sampai dengan hari ke 11, akumulasi penghasilan Mukidi dalam sebulan sebesar Rp ,00 berarti masih di bawah batasan Rp ,00 sebulannya maka Mukidi tidak dikenakan PPh Pasal 21 atas akumulasi per bulannya. Bendahara Desa kemudian mencatat pemotongan dan penyetoran pajak pada BKU dan Buku Pajak. Jumlah nilai yang dicatat adalah sebesar jumlah pajak yang dipotong/pungut yang dihitung dari nilai transaksi. Untuk penyetoran pajak ke Kas Negara dicatat sebesar nilai Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuatnya. Sejak 1 Juli 2016, mekanisme penyetoran pajak dilakukan dengan E Billing. Kewajiban Pemungutan Pajak Daerah Khusus untuk pajak daerah seperti pajak restoran (saat pembelian konsumsi makan minum), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan kondisi daerah masing masing. Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan pajak daerah tersebut jika diberi amanat yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan ini juga sekaligus menjadi acuan bagi Bendahara Desa terkait mekanisme tata cara pemungutan, bukti pemungutan, pencatatan serta penyetorannya ke kas daerah. Jika tidak ada peraturan yang mendasarinya maka Bendahara Desa tidak boleh melakukan pemungutan dan penyetoran pajak daerah. D. PENGADAAN BARANG DAN JASA (PBJ DESA) PBJ Desa sebagaimana diatur dalam pasal 105 PP Nomor 43 Tahun 2014, pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa di desa, yang disusun dengan berpedoman pada ketentuan perundang undangan yang berlaku. Ketentuan yang dimaksud adalah Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan Perka LKPP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Pusdiklatwas BPKP

119 Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka tersebut dinyatakan bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa adalah di luar ruang lingkup pengaturan dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya. PBJ Desa tidak mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya disebabkan beberapa kondisi riil di lapangan, antara lain yaitu jumlah desa yang sangat banyak, pola maksimal susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah desa, tingkat pendidikan kepala desa dan perangkat desa yang belum memadai serta geografis desa yang jaraknya ke ibukota kabupaten relatif jauh. Selain itu, jika PBJ Desa harus mengacu kepada Perpres Nomor 54 Tahun 2010, maka banyak persyaratan yang tidak mampu dipenuhi desa, antara lain yaitu memiliki organisasi pengadaan (PA/KPA, ULP, PPK, dan PPHP), sertifikasi untuk PPK dan pejabat pengadaan/ulp, persyaratan ijin usaha dan NPWP bagi penyedia barang dan jasa. Dalam Perka LKPP 13/2013 jo 22/2015 disebutkan bahwa setiap desa wajib membentuk Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Desa. Unsur TPK terdiri dari pemerintah desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa. Namun demikian, susunan maupun unsurnya harap disesuaikan dengan kapasitas (jumlah) dan kapabilitas SDM serta anggaran (APBDes) yang dimiliki. PBJ Desa pada prinsipnya dilakukan dengan cara SWAKELOLA yaitu memaksimalkan penggunaan material/bahan dari wilayah setempat, dilaksanakan secara gotong royong dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat, untuk memperluas kesempatan kerja, dan pemberdayaan masyarakat setempat. Apabila tidak dapat dilakukan dengan cara swakelola baik sebagian maupun seluruhnya, maka dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola maupun memenuhi kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa. Contoh kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola antara lain: - Pembelian material pada swakelola pembangunan jembatan desa; - Sewa peralatan untuk swakelola pembangunan balai desa; - Penyediaan tukang batu dan tukang kayu untuk swakelola pembangunan Posyandu. Pengelolaan Keuangan Desa 111

120 Contoh kebutuhan barang/jasa secara langsung di Desa antara lain: - Pembelian komputer, printer, dan kertas. - Langganan internet. - Pembelian meja, kursi, dan alat kantor. Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus memenuhi persyaratan memiliki tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang kayu, dan sejenisnya. Selain ketentuan tersebut, Penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia, prosedurnya sebagai berikut: 1. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp ,00 (lima puluh juta rupiah), TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa, tanpa permintaan penawaran tertulis, selanjutnya TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) dengan Penyedia Barang/Jasa untuk memperoleh harga yang lebih murah. 2. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (dua ratus juta rupiah), TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa dengan cara meminta penawaran secara tertulis dari Penyedia Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan). Berdasarkan penawaran dari penyedia barang/jasa, selanjutnya TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) untuk memperoleh harga yang lebih murah. 3. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp ,00 (dua ratus juta rupiah), TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2 (dua) Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa. Selanjutnya TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua Penyedia Barang/Jasa yang memasukan penawaran. Apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan dengan proses negosiasi (tawar menawar) secara bersamaan. Namun jika dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK tetap melanjutkan dengan proses negosiasi (tawar menawar) kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi spesifikasi teknis tersebut. Jika tidak dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka TPK membatalkan proses pengadaan. Negosiasi (tawar Pusdiklatwas BPKP

121 menawar) dilakukan untuk memperoleh harga yang lebih murah. Selanjutnya Hasil negosiasi dituangkan dalam surat perjanjian antara Ketua TPK dan Penyedia barang/jasa. Batasan nilai Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud di atas dapat ditetapkan berbeda oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kondisi wilayah masing masing dan dalam batas kewajaran. E. PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DESA Pelaksanaan pembiayaan desa yaitu proses penerimaan dan pengeluaran pembiayaan desa sebagaimana yang telah tercantum dalam APBDesa. Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya. SiLPA desa tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan, penggunaanya diatur dan disepakati dalam musyawarah desa. Begitu pun halnya dengan pengeluaran pembiayaan seperti penyertaan modal pemerintah desa atau pembentukan Dana Cadangan harus disepakati terlebih dahulu dalam musyawarah desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa. Pelaksanaannya penyertaan modal dilakukan melalui pengajuan SPP pembiayaan yang diajukan oleh Kaur Keuangan, diverifikasi sekretaris desa untuk selanjutnya disetujui oleh Kepala Desa. Setelah disetujui oleh kepala desa, bendahara desa selanjutnya mengeksekusi dengan mentrasfer ke rekening dana cadangan ataupun ke rekening BUMDes penerima. F. SOAL DAN LATIHAN 1. Jelaskan persyaratan persyaratan dalam proses pencairan Dana Desa Tahap II dari RKUD ke RKD? 2. Jelaskan secara singkat mekanisme pengadaan barang/jasa di desa! 3. Jelaskan prosedyr pemerintah Desa dalam melakukan Penyertaan Modal ke BUM Desa? 4. Desa melakukan pembelian Komputer sebesar Rp ,00. Lakukan perhitungan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Bendahara a. Dilakukan pembelian kepada PKP dan Ber NPWP b. Dilakukan pembeliannya kepada Non PKP dan tidak ber NPWP 5. Apa saja yang dilakukan sekretaris desa saat memverifikasi SPP dari pelaksana kegiatan? Pengelolaan Keuangan Desa 113

122 6. Jelaskan alasan kenapa bendahara desa harus melakukan penyetoran ke bank untuk pendapatan desa yang diterima tunai? 7. Apakah pungutan pungutan desa termasuk katagori pungli? Jelaskan! 8. Bagaimana pencatatan penerimaan dari tanah bengkok? 9. Jelaskan kedudukan antara Bendahara Desa dengan Kaur Keuangan dalam pengelolaan keuangan desa? 10. Jelaskan perbedaan antara SPP Definitid dan SPP Panjar Kegiatan? ~ Pusdiklatwas BPKP

123 BAB VI PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA Indikator Keberhasilan: Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami proses pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan desa yang meliputi pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa. Penatausahaan keuangan desa yang merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan desa adalah proses administrasi pencatatan kegiatan keuangan desa dengan menggunakan formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan yang melibatkan fihak terkait lainnya. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada yaitu berupa penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran belanja desa serta pembiayaan desa. Pelaksana kegiatan melakukan penatausahaan terkait kegiatan yang dilakukannya. Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi transaksi keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa PEMBUKUAN dan belum menggunakan jurnal akuntansi. A. PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa yang meliputi Pendapatan Asli Desa, Transfer, dan Pendapatan Lain Lain. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan desa adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, dan pihak ketiga), penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank. Buku yang terkait dengan penatausahaan pendapatan desa terdiri dari Buku Kas Umum, Buku Bank dan Buku Rincian Pendapatan. Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan penatausahaan terkait penerimaan khususnya terkait swadaya, partisipasi dan gotong royong melalui Buku Kas Pembantu Kegiatan. Setiap pencatatan penerimaan harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah. Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan penerimaan pendapatan oleh Bendahara Desa antara lain yaitu: Pengelolaan Keuangan Desa 115

124 bukti transfer deviden, kuitansi penerimaan, tanda terima retribusi (yang dibuat oleh petugas pemungut), tanda terima pungutan, tanda terima swadaya tunai (swadaya berupa uang), tanda terima barang (swadaya berupa barang), daftar hadir (swadaya berupa tenaga), dan nota transfer/nota kredit. Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa. Sedangkan untuk penerimaan transfer yang masuk ke dalam RKD, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari bank berupa nota kredit. Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank Desa. Penerimaan berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib. Atas bukti penerimaan swadaya masyarakat berupa uang/barang/tenaga, akan dicatat dan dilaporkan oleh Bendahara Desa sebagai realisasi Pendapatan Swadaya Partisipasi dan Gotong Royong dalam kelompok Pendapatan Asli Desa. Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada Buku Pembantu Rincian Pendapatan. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai pendapatan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan Laporan Realisasi APBDesa. Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan penerimaan pendapatan dari swadaya masyarakat. Atas penerimaan berupa material dan tenaga yang diterima dari masyarakat, Pelaksana Kegiatan harus mengkonversinya ke dalam nilai rupiah. Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan. Selain itu Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Dokumen dokumen yang terkait dengan penatusahaan pendapatan yang dilakukan Bendahara Desa dan Pelaksana Kegiatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya Pusdiklatwas BPKP

125 B. PENATAUSAHAAN BELANJA DESA Penatausahaan belanja desa adalah proses administrasi pencatatan terhadap seluruh transaksi pengeluaran belanja desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa ataupun Pelaksana Kegiatan. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari RKD yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan dalam APBDesa. Dokumen atau formulir yang terkait dengan Penatausahaan Belanja Desa terdiri dari Rencana Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB), dan bukti kuitansi. Buku yang digunakan dalam penatausahaan belanja berupa Buku Kas Umum (Tunai), Buku Bank dan Buku Kas Pembantu Pajak yang dikelolan Bendahara Desa serta Buku Kas Pembantu Kegiatan yang dikelola Pelaksana Kegiatan. Selain itu terdapat tambahan dokumen sebagai alat pengendalian berupa register SPP, register Kuitansi dan regiter pengedali panjar. 1. Rencana Anggaran Biaya Langkah awal yang harus dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan setelah APBDesa ditetapkan adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB. Format RAB sebagai berikut: Pengelolaan Keuangan Desa 117

126 PEMERINTAH DESA... RENCANA ANGGARAN BIAYA TAHUN ANGGARAN 20xx Bidang : Kegiatan : Waktu Pelaksanaan : Sumber Dana : Output/Keluaran : Kode Uraian Anggaran Volume Harga Satuan Jumlah JUMLAH...20xx...20xx Desa...,...20xx Mengesahkan, Telah Diverifikasi Kepala Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan Setelah RAB disetujui, maka langkah selanjutnya berupa permintaan pembayaran/uang dari Pelaksana Kegiatan kepada Bendahara Desa melalui Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik yang bersifat definitif maupun yang bersifat panjar. 2. Surat Permintaan Pembayaran (Definitif) Surat Permintaan Pembayaran (Definitif) berfungsi sebagai dasar permintaan dana/uang oleh Pelaksana Kegiatan kepada Kepala Desa melalui Bendahara Desa. SPP merupakan dasar bagi Bendahara Desa dalam meberikan pembayaran kepada pelaksana kegiatan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa. Bagi Sekretaris Desa, SPP berfungsi sebagai alat kontrol untuk menguji kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana (verifikasi). Format SPP disajikan sebagai berikut: Pusdiklatwas BPKP

127 PEMERINTAH DESA... SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN TAHUN ANGGARAN 20xx Bidang : Nomor : Kegiatan : Waktu Pelaksanaan : Rincian Pendanaan Pagu Anggaran Pencairan s.d Permintaan Jumlah Sampai Sisa Dana No Kode Uraian (Rp) yang Lalu (Rp) Sekarang (Rp) Saat Ini (Rp) (Rp) JUMLAH... 20xx... 20xx... 20xx Setuju Untuk Dibayarkan, Telah Dibayar Lunas Telah Diverifikasi Kepala Desa Bendahara Desa Sekretaris Desa Desa...,...20xx Pelaksana Kegiatan... Dalam rangka pengendalian, maka SPP dibuat sebanyak 3 rangkap yaitu: Rangkap 1 (asli) untuk Bendahara Desa. Rangkap 2 untuk Sekretaris Desa. Rangkap 3 untuk Pelaksana Kegiatan. Dalam pengajuannya, SPP dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) dan SPJ berupa bukti bukti transaksi (kuitansi). a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan harus dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB). SPTB merupakan rekapitulasi SPJ yang telah dilakukan oleh pelaksana kegiatan. Dalam SPTB ini ditambahkan kolom Nama dan Nomor Rekening Pihak Ketiga untuk memfasilitasi pembayaran yang dilakukan melalui transfer bank. Format SPTB disajikan sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 119

128 PEMERINTAH DESA... SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA TAHUN ANGGARAN 20xx Bidang : Kegiatan : No Penerima Nomor & Nama Rek Bank Uraian Jumlah (Rp) JUMLAH Bukti bukti pengeluaran atau belanja tersebut di atas sebagaimana terlampir, untuk kelengkapan administrasi dan pemeriksaan telah sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Desa...,...20xx Pelaksana Kegiatan... b. Bukti Kuitansi Selain SPTB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah adanya transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti transaksi minimal memuat data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis nama beserta jabatan dari pihak yang membuat, nama beserta jabatan yang memverifikasi, nama dan jabatan yang menyetujui, dan nama dari pihak yang menerima. Contoh bukti transaksi antara lain yaitu berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat penerimaan barang, nota kontan (nota), nota debet, nota kredit, dan memo internal. Selain itu bukti transaksi juga harus diberi nomor dan diarsipkan sehingga dapat dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti transaksi (termasuk dokumen pencatatan/bku/buku pembantu) adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa, dan berfungsi sebagai sumber data dalam kegiatan audit, serta bisa menjadi barang bukti dalam proses hukum (misalnya dalam kasus dugaan penyelewengan keuangan dan atau tindak pidana lain terkait keuangan desa). Oleh karena itu, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, baik seluruh atau sebagian dari bukti Pusdiklatwas BPKP

129 transaksi adalah termasuk tindakan melawan hukum. Contoh format Bukti Kuitansi disajikan sebagai berikut Sudah terima dari KUITANSI PENGELUARAN :... Nomor Kuitansi:... Banyaknya uang : == == Untuk Pembayaran :... Nama Kegiatan :... Kode Rekening Belanja :... Potongan Pajak...,... Nilai :... Yang Menerima, Pot. Pajak PPN :... Pot. PajakPenghasilan :... Total yg dibayarkan : Rp. Menyetujui Kepala Desa Dibayar Oleh Bendahara Desa Semua transaksi pengeluaran belanja harus dicatat untuk kemudian pencatatan tersebut menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Pencatatan dilakukan oleh Bendahara Desa pada Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa, dan Buku Kas Pembantu Pajak. 3. Surat Permintaan Pembayaran (Panjar Kegiatan) SPP Panjar Kegiatan adalah permintaan dana/uang muka kepada Pelaksana Kegiatan untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Berbeda dengan SPP Definitif yang melampirkan bukti transaksi yang telah dilaksanakan, lampiran SPP Panjar Kegiatan berupa rencana pembelian/pengeluran yang akan dilakukan. Format SPP Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 121

130 Bidang : Kegiatan : Keperluan : Jumlah yang Diminta: PEMERINTAH DESA... SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN PANJAR KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 20xx NOMOR :... Perincian rencana penggunaan dana No Kode Uraian Jumlah (Rp) Keterangan JUMLAH 20xx Disetujui Kepala Desa 20xx Telah Diverifikasi Sekretaris Desa Desa...,...20xx Pelaksana Kegiatan Seluruh SPP (definitif) akan dikompilasi pada akhir periode sebagai dasar penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Oleh karena itu Bendahara Desa harus membuat Register SPP. Walaupun Register SPP tidak diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pencatatan ini sangat diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan. Selain membuat Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP), Bendahara Desa memerlukan Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) sebagai alat pengendalian pengeluaran belanja. Dokumen dokumen yang terkait dengan penatusahaan belanja disajikan dalam pembahasan bab berikutnya Pusdiklatwas BPKP

131 C. PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAN DESA Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya. Penatausahaan pembiayaan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi pembiayaan desa yang meliputi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Bendahara Desa harus melakukan penatausahaan atas pembiayaan desa berupa pencatatan ke dalam dokumen pencatatan untuk semua penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan. Sebagaimana halnya penerimaan pendapatan, maka atas penerimaan pembiayaan yang diterima secara tunai maupun transfer (misalnya atas transaksi penjualan hasil kekayaan desa yang dipisahkan), Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk penerimaan melalui transfer). Begitupun halnya dengan pengeluaran pembiayaan, harus dilakukan pencatatan pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk pengeluaran melalui transfer). Pencatatan penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan baik berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib. Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada Buku Rincian Pembiayaan walaupun frekuensi transaksi pembiayaan relatif sedikit. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai pembiayaan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Dokumen dokumen yang terkait dengan penatusahaan pendapatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya D. DOKUMEN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA 1. Buku Kas Umum Tidak seperti akuntansi pada umumnya, pembukuan keuangan desa dilakukan secara lebih sederhana. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan Buku Kas Umum Desa, yang hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang dilakukan secara TUNAI (baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja), dan dilakukan secara kronologis. Jadi penerimaam pendapatan dan pengeluaran belanja kegiatan yang dilakukan secara tunai oleh Bendahara Desa akan dicatat dalam Buku Kas Umum Desa. Pengelolaan Keuangan Desa 123

132 Pencatatan semua transaksi baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja desa pada Buku Kas Umum Desa dan buku pembantu lainnya dilakukan berdasarkan bukti transaksi yang lengkap dan sah, misalnya dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan pengeluaran belanja oleh Bendahara Desa antara lain yaitu kuitansi pengeluaran, Faktur pembelian atau Nota Pembelian. Khusus transaksi pemotongan dan penyetoran pajak oleh Bendahara Desa selain dicatat pada Buku Kas Umum Desa juga dicatat dalam Buku Kas Pembantu Pajak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan memperoleh informasi mengenai kewajiban perpajakan Bendahara Desa. Format Buku Kas Umum sebagai berikut: BUKU KAS UMUM TUNAI PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Kode Penerimaan Pengeluaran Nomor Pengeluaran No Tanggal Uraian Saldo Rekening (Rp) (Rp) Bukti Kumulatif JUMLAH Desa...,...20xx Mengetahui, Kepala Desa Bendahara Desa Dalam Buku Kas Umum Desa, terdapat kolom Kode Rekening yang diisi dengan kode rekening, namun digunakan hanya untuk pencatatan transaksi keuangan yang mempengaruhi akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan sebagaimana tertuang dalam APBDesa. Sedangkan transaksi yang tidak mempengaruhi akun tersebut tadi, misalnya pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar, dan transfer kepada pihak ketiga, tidak perlu diisi dengan kode rekening. Kolom Nomor Bukti agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri. Kolom Pengeluaran Kumulatif diisi dengan jumlah sebesar akumulasi pengeluaran saja (tidak termasuk penerimaan). Jadi jika pada baris berikutnya adalah transaksi penerimaan Pusdiklatwas BPKP

133 tunai, maka besaran jumlah kolom pada baris tersebut adalah sama dengan besaran jumlah pada baris sebelumnya. Kolom Saldo menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi penerimaan maupun pengeluaran kas. Pada setiap akhir bulan Buku Kas Umum Desa harus ditutup secara tertib, serta ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa. 2. Buku Bank Berbeda dengan Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa hanya digunakan untuk pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan melalui transfer bank baik penerimaan maupun pengeluaran termasuk mutasi kas. Pencatatan dalam Buku Bank Desa juga dilakukan secara kronologis. Format Buku Bank sebagai berikut: BUKU BANK DESA PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Bulan : Nama Bank : Nomor Rek : Pemasukan Pengeluaran Uraian Nomor No Tanggal Penarikan Biaya Admin Saldo Transaksi Bukti Setoran (Rp) Bunga (Rp) Pajak (Rp) (Rp) (Rp) Total Transaksi Bulan Ini Total Transaksi Kumulatif Desa...,...20xx Kepala Desa Bendahara Desa Kolom Nomor Bukti agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri. Kolom Bunga, Pajak, dan Biaya Administrasi, diisi dengan jumlah yang nilainya diperoleh dari rekening koran bank yang bersangkutan. Pengelolaan Keuangan Desa 125

134 Kolom Saldo menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi pemasukan maupun pengeluaran melalui bank. Atas saldo ini harus dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran bank yang bersangkutan. Pada setiap akhir bulan Buku Bank Desa harus ditutup secara tertib, serta ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa. 3. Buku Kas Pembantu Pajak Buku Kas Pembantu Pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Transaksi pemotongan dan penyetoran pajak ini dicatat pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Pajak. BUKU KAS PEMBANTU PAJAK PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Pemotongan Penyetoran No Tanggal Uraian Saldo (Rp) (Rp) JUMLAH Desa...,...20xx Mengetahui, Kepala Desa Bendahara Desa Buku Kas Pembantu Pajak merupakan alat pengendali terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan bendahara desa. Dengan buku ini dapat diketahui pemotongan dan penyetoran perpajakan yang telah dilakukan oleh Bendahara Desa Pusdiklatwas BPKP

135 4. Buku Pembantu Rincian Pendapatan Buku Pembantu Rincian Pendapatan merupakan buku sebagai alat pengendali pencatatan penerimaan pendapatan untuk tiap jenisnya agar pada saat penyusunan laporan realisasi APBDesa khususnya pendapatan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini merupakan tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014. Format Buku Pembantu Rincian Pendapatan sebagai berikut: BUKU PEMBANTU RINCIAN PENDAPATAN PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Jenis Pendapatan Jumlah No Uraian PADesa Transfer Lain lain Pendapatan (Rp) JUMLAH Mengetahui, Kepala Desa Desa...,...20xx Bendahara Desa Dengan Buku Pembantu Rincian Pendapatan ini maka setiap jenis pendapatan seperti pendapatan hasil usaha, Dana Desa ataupun Alokasi Dana Desa dapat diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi APBDesa. 5. Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP) Register SPP adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol SPP yang telah diterbitkan baik SPP Definitif maupun SPP Panjar Kegiatan. Pada akhir periode, register ini dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Format Register SPP disajikan sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 127

136 PEMERINTAH DESA... REGISTER SURAT PERINTAH PEMBAYARAN TAHUN ANGGARAN 20xx No Tanggal No SPP Uraian Pembayaran Jumlah (Rp) JUMLAH Desa...,...20xx Sekretaris Desa Bendahara Desa Sebagai alat pengendalian, Register SPP ini digunakan sebagai acuan dalam memberi nomor SPP yang diajukan pelaksana kegiatan. 6. Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol kuitansi. Pada akhir periode, register ini dapat dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Format Register Kuitansi Pembayaran disajikan sebagai berikut. PEMERINTAH DESA... REGISTER KUITANSI PEMBAYARAN TAHUN ANGGARAN 20xx No Tanggal No Bukti Uraian Pembayaran Jumlah (Rp) JUMLAH Sekretaris Desa... Desa...,...20xx Bendahara Desa Pusdiklatwas BPKP

137 Dengan adanya Register Kuitansi Pembayaran ini maka penomoran atas kuitansi yang ada dapat terstandarisasi sehingga memudahkan untuk penelusuran dan pencarian kuitansi yang dimaksud. 7. Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan merupakan suatu daftar yang dibuat oleh Bendahara Desa untuk mengetahui rincian panjar yang telah dikeluarkan kepada Pelaksana Kegiatan. Format Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut: Periode : PEMERINTAH DESA... DAFTAR REKAPITULASI PANJAR KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 20xx Jumlah Jumlah Sisa Pengembalian Sisa Kode Nama Kegiatan Panjar SPJ Panjar Sisa Panjar Dana Mengetahui, Kepala Desa Desa...,...20xx Bendahara Desa Dengan daftar ini maka akan diketahui panjar mana saja yang sudah dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan dan panjar yang masih terbuka belum di SPJ kan. 8. Buku Pembantu Rincian Pembiayaan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan merupakan buku sebagai alat pengendali pencatatan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Buku ini mencatat transaksi untuk tiap jenis pembiayaan agar pada saat penyusunan laporan realisasi APBDesa khususnya yang terkait pembiayaan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini merupakan tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014. Format Buku Pembantu Rincian Pembiayaan sebagai berikut: Pengelolaan Keuangan Desa 129

138 BUKU PEMBANTU RINCIAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Jenis Pembiayaan Jumlah No Uraian Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan (Rp) JUMLAH Mengetahui, Kepala Desa Desa...,...20xx Bendahara Desa Dengan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan ini maka setiap jenis pembiayaan dapat diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi APBDesa. 9. Buku Kas Pembantu Kegiatan Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan pengeluaran belanja. Namun pengeluaran yang dicatat oleh Pelaksana Kegiatan adalah berupa pengeluaran belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja barang dan jasa maupun belanja modal; serta transaksi penerimaan panjar dari Bendahara Desa. Pelaksana Kegiatan melakukan pencatatan pada Buku Kas Pembantu Kegiatan berdasarkan SPP yang telah disetujui dan didukung dengan bukti transaksi yang lengkap dan sah. Selain itu Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan setelah kegiatan selesai dilaksanakan Pusdiklatwas BPKP

139 1. Bidang : Kegiatan :... BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx Penerimaan Pengeluaran Jumlah Pengembalian ke Bendahara Dari Swadaya Nomor Belanja No Tanggal Uraian Belanja Bendahara Masyarakat Bukti Barang dan Modal (Rp) (Rp) (Rp) Jasa (Rp) (Rp) Saldo Kas (Rp) Jumlah Total Penerimaan Total Pengeluaran Desa...,...20xx Pelaksana Kegiatan... Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan transaksi oleh Pelaksana Kegiatan ke dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan antara lain: kuitansi pengeluaran, tanda terima panjar, tanda terima barang (swadaya berupa barang), dan daftar hadir (swadaya berupa tenaga). Jika pada akhir pelaksanaan kegiatan masih terdapat saldo di Pelaksana Kegiatan, maka dilakukan penyetoran sisa panjar kepada Bendahara Desa. Kolom Nomor Bukti agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri. Pada setiap akhir bulan Buku Kas Pembantu Kegiatan harus ditutup secara tertib dan ditandatangani oleh Pelaksana Kegiatan. Pengelolaan Keuangan Desa 131

140 E. LAPORAN BENDAHARA DESA Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya bahwa Bendahara Desa harus melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa, Buku Pembantu Pajak, Buku Rincian Pendapatan, dan Buku Rincian Pembiayaan. Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala Desa. Selain itu, Bendahara Desa wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa sebagai wujud tanggung jawabnya mengelola keuangan desa, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 pasal 35. Laporan ini harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa untuk membandingkan antara saldo pembukuan dengan saldo riil (berupa kas tunai dan saldo Rekening Kas Desa), untuk kemudian disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus uang masuk yang diterima dari penerimaan pendapatan desa; dan arus uang keluar untuk pengeluaran belanja desa. Arus kas tersebut tergambar pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Berikut adalah contoh format Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa Pusdiklatwas BPKP

141 Saldo awal diperoleh dari saldo bulan sebelumnya; sedangkan jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom penerimaan pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa; dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom pengeluaran Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Pengelolaan Keuangan Desa 133

142 F. LAPORAN PELAKSANA KEGIATAN Laporan Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan disusun setelah kegiatan telah selesai dilaksanakan dan telah ada persetujuan/pengesahan belanja oleh kepala desa melalui dokumen SPP. Laporan kegiatan mencakup kegiatan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan beserta uraian hasil/keluaran kegiatan dan biaya yang telah dikeluarkan. Laporan ini sekaligus juga sebagai media pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Jika keluaran berupa aset yang merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku inventaris desa dan dilaporkan dalam Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan kegiatan ini didukung oleh lampiran berupa Berita Acara Serah Terima Barang dari penyedia/pihak ketiga kepada pelaksana kegiatan/kepala desa. G. SOAL DAN DISKUSI 1. Sebutkan dokumen dokumen yang dikelola oleh bendahara desa? 2. Buku Kas Umum mencatat seluruh transaksi baik kas maupaun bank yang dilakukan bendahara desa, setujukah dengan pernyataan di atas? Jelaskan! 3. Bagaimana pencatatan pendapatan yang berasal dari swadaya masyarakat berupa barang dan/atau tenaga kerja sukarela? 4. Bendahara Desa dalam penatausahaannya tidak memiliki Rincian Objek Belanja sebagaimana diatur dalam regulasi sebelumnya yaitu Permendgari 37/2007. Apa konsukensinya bagi Bendahara Desa? 5. Sebutkan contoh dokumen dokumen sumber sebagai dasar pencatatan di BKU? 6. Jelaskan bedanya antara SPP panjar dan SPP definitif? 7. Bagaimana pencatatan penerimaan dividen/bagi hasil dari BUMDesa dan Penyertaan Modal pada BUM Desa? 8. Apa bentuk Laporan pertanggungjawaban Bendahara Desa? Jelaskan! 9. Jelaskan mekanisme pencatatan penerimaan pajak dan penyetoran pajak? 10. Apa yang dimaksud dengan SPTB? Jelaskan? 11. Bagaimana pencatatan panjar dilakukan oleh Bendahara Desa? Dengan cara bagaimana Bendahara mengontrol panjar yang telah diserahkan ke Pelaksana Kegiatan? ~ Pusdiklatwas BPKP

143 BAB VII PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DESA A. PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA Untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka kepala desa wajib untuk menyusun dan menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran/tahapan dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/balikota. Laporan yang harus disusun terdiri dari: Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa. 1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa disampaikan kepala desa kepada bupati/walikota tiap semester tahun berjalan. Untuk laporan semester pertama, disampaikan paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan, sedangkan untuk laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Pertama menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk seluruh sumber dana yang dikelola pemeritah desa selama semester I yang dibandingkan dengan target/anggarannya. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Akhir Tahun mengambarkan akumulasi realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai dengan akhir tahun anggaran. Alur penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa adalah sebagai berikut: Pengelolaan Keuangan Desa 135

144 Gambar 7.1 Alur Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa Format LRA APBDesa Semesteran Semester Pertama dan Semester Akhir Tahun sesuai Permendagri 113 Tahun 2014 sebagai berikut: Pusdiklatwas BPKP

145 LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA SEMESTERAN PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN 20xx KODE REKENING URAIAN 1 PENDAPATAN 1 1 Pendapatan Asli Desa Hasil Usaha Desa Hasil Pelelangan Ikan Yang Dikelola Desa Hasil Aset Desa Pendapatan Sewa Tanah Kas Desa Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Hasil Swadaya Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Bunga Simpanan Uang di Bank Lain lain Pendapatan Desa Yang Sah Lainnya 1 2 Pendapatan Transfer Dana Desa Dana Desa Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Alokasi Dana Desa Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan Provinsi Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten 1 3 Lain Lain Pendapatan Desa yang Sah Pendapatan Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga Pendapatan Sumbangan dari Pihak Ketiga Lainnya JUMLAH PENDAPATAN 2 BELANJA 2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan Belanja Pegawai Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan BPD dan Anggotanya Kegiatan Operasional Kantor Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Listrik, Air, Telepon, Fax/Internet Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Alat alat Kebersihan dan Bahan Pembersih Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Belanja Jasa Upah Tenaga Kerja Belanja Sewa Peralatan Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan Alat Kantor dan Rumah Tangga Belanja Jasa Transaksi Keuangan (Admin Bank dll) Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor Belanja Modal Pengadaan Alat alat Rumah Tangga Belanja Modal Pengadaan Komputer Kegiatan Operasional BPD Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Operasional RT/RW Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Benda Pos dan Materai Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Perjalanan Dinas 2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Kegiatan Pembangunan Saluran Irigasi Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jaringan Air JUMLAH ANGGARAN SEMESTER I REALISASI SEMESTER II Jumlah % SISA ANGGARAN Pengelolaan Keuangan Desa 137

146 KODE REKENING URAIAN Kegiatan Pembangunan Jalan Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Honorarium Tim Panitia Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jalan Desa 2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Komputer Belanja Modal Pengadaan Buku dan Kepustakaan 2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Perjalanan Dinas Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani dan Nelayan Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Bahan Praktek dan Pelatihan Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber 2 5 Bidang Tidak Terduga Kegiatan Penanggulangan Bencana Alam Belanja Barang dan Jasa Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Sewa Peralatan Belanja Honorarium Tim Panitia JUMLAH BELANJA SURPLUS / (DEFISIT) 3 PEMBIAYAAN 3 1 Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Sebelumnya 3 2 Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Desa Penyertaan Modal Desa JUMLAH PEMBIAYAAN SISA LEBIH / (KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN JUMLAH ANGGARAN SEMESTER I REALISASI SEMESTER II Jumlah % SISA ANGGARAN Gambar 7.2 Contoh/Format Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semesteran Pusdiklatwas BPKP

147 2. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Selain laporan semesteran realisasi pelaksanaan APB Desa untuk seluruh sumber dana yang dikelola desa, khusus Dana Desa dibuatkan laporan tersendiri. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota sebagai persyaratan untuk setiap tahapan (pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016). Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa terdiri atas: Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya; dan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling lambat minggu kedua bulan Februari tahun anggaran berjalan. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya ini menjadi salah satu persyaratan dalam pencairan Dana Desa Tahap I. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1 tahun berjalan disampaikan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Laporan ini menjadi syarat untuk pencairan Dana Desa Tahap II. Format Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 adalah sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 139

148 Sesuai dengan PMK 49/2016, laporan realisasi penggunaan Dana Desa Tahap I bisa disampaikan kepada bupati/walikota minimal telah digunakan 50% dari Dana Desa yang diterima di Tahap I. Jadi, tidak mesti harus digunakan seluruhnya (100%) untuk dilaporkan ke bupati/walikota yang menyebabkan pencairan tahap II Dana Desa menjadi terlambat karena kesalahan persepsi ini. Hal lain yang perlu diperhatikan terkait penggunaan Dana Desa adalah Sisa Dana Desa. Atas Sisa Dana Desa yang tidak wajar (>30%), bupati/walikota akan memberikan sanksi administrasi berupa pengurangan Dana Desa. Hal ini dikarenakan Sisa Dana Desa yang tidak wajar tersebut mengindikasikan adanya penggunaan yang tidak sesuai dengan prioritas, dan atau terdapat penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan Pusdiklatwas BPKP

149 B. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan laporan yang disampaikan kepada BPD setiap akhir tahun anggaran. Laporan ini disampaikan kepada BPD secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 51). Laporan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa tersebut setelah dibahas dan disepakati bersama antara pemerintah desaa dengan BPD selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tersebut harus dilampiri dengan: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa. Jika dibandingkan dengan pemerintah daerah dimana pertanggungjawabannya dievaluasi oleh pemerintah provinsi sebelum menjadi peraturan daerah, maka untuk pertanggungjawaban desa tidak dilakukan evaluasi oleh bupati/walikota untuk menjadi perdes, tapi cukup disampaikan ke bupati/walikota. Ketentuan mengenai hal tersebut diatur dalam pasal 14 Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa, yang dinyatakan bahwa hanya ada 4 jenis rancangan peraturan desa yang evaluasi oleh bupati/walikota yaitu tentang APBDesa, pungutan, tata ruang, dan organisasi pemerintah desa, tidak termasuk pertanggungjawaban desa. Peraturan Desa tentang Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa selanjutnya disampaikan kepada bupati/walikota melalui camat. Alur penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa adalah sebagai berikut. Pengelolaan Keuangan Desa 141

150 Gambar 7.3 Alur Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Pusdiklatwas BPKP

151 1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa merupakan bagian dari peraturan desa mengenai laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan APB Desa yang telah disepakati di awal tahun. Berikut disajikan format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa yang disampaikan kepada BPD: LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA.. TAHUN ANGGARAN. Nomor Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Lebih/ Kurang PENDAPATAN DESA 1.1 PENDAPATAN ASLI DESA Hasil Usaha Desa Hasil Aset Desa Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Ket. 1.2 PENDAPATAN TRANSFER Dana Desa Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan Provinsi Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota 1.3 Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah Hibah dan Sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat Lain-lain Pendapatan yang Sah JUMLAH PENDAPATAN 2 BELANJA DESA 2.1 BIDANG PENYELENGGARAN PEMDES Keg. Pembayaran Penghasilan tetap dan Tunjangan Belanja Pegawai Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa Pengelolaan Keuangan Desa 143

152 Nomor Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Lebih/ Kurang Tunjangan BPD dan Anggotanya Ket Keg. Operasional Perkantoran Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Listrik, Air dan Telepon Belanja Alat Tulis Kantor Belanja...dst Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Rumah Tangga Belanja Modal Pengadaan Komputer Kegiatan dst BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUN DESA Keg. Pembangunan Saluran Air Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Belanja Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Bangunan Air dan Irigasi Kegiatan Pembangunan Jalan Desa Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Belanja Belanja Belanja Modal Belanja Modal Pengadaan Jalan Kegiatan BIDANG PEMBINAAN KEMASYARAKATAN Kegiatan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Belanja Barang dan Jasa Pusdiklatwas BPKP

153 Nomor Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Lebih/ Kurang Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja Makanan dan Minuman Rapat Belanja Honorarium Instruktur/Pelatih/Narasumber Belanja Perjalanan Dinas Belanja... dst Ket. 2.4 BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kegiatan Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat Belanja Barang dan Jasa Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Fotocopy, Cetak dan Penggandaan Belanja... dst Kegiatan... JUMLAH BELANJA SURPLUS / DEFISIT 3 PEMBIAYAAN 3.1 Penerimaan Pembiayaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan JUMLAH (Rp) 3.2 Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Desa JUMLAH (Rp) Pembiayaan Netto (Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan) SILPA Tahun Berjalan (Selisih antara Pembiayaan Netto dengan Hasil Surplus/Defisit) Pengelolaan Keuangan Desa 145

154 2. Laporan Kekayaan Milik Desa Salah satu lampiran Peraturan Desa mengenai Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa yaitu Laporan Kekayaan Milik Desa (Laporan KMD). Laporan KMD mengambarkan akumulasi kekayaan milik desa per tanggal tertentu. Laporan KMD disajikan secara komparatif dengan tahun sebelumnya untuk melihat tingkat kenaikan atau penurunannya. Laporan KMD merupakan hal yang baru bagi desa karena belum pernah diatur sebelumnya dalam ketentuan mengenai desa sebelum terbitnya UU Desa. Oleh karena itu sebagai langkah awal penyusunan Laporan KMD maka harus dilakukan inventarisasi aset desa. Inventarisasi aset desa paling lambat 2 (dua) tahun sejak UU Desa berlaku (UU Nomor 6 tahun 2014 pasal 116 ayat 4). Inventarisasi aset desa merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk memberi kejelasan mengenai aset desa baik jumlah maupun nilainya. Berikut adalah format Laporan Kekayaan Milik Desa Gambar 7.4 Format Laporan Kekayaan Milik Desa PEMERINTAH DESA... LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER TAHUN N URAIAN (Tahun Periode Pelaporan) I. ASET DESA A. ASET LANCAR 1. Kas Desa a. Uang Kas di Bendahara Desa b. Rekening Kas Desa 2. Piutang a. Piutang Sewa Tanah b. Piutang Sewa Gedung c. dst Persediaan a. Kertas Segel b. Materai c. dst... d.... JUMLAH ASET LANCAR B. ASET TIDAK LANCAR 1. Investasi Permanen - Penyertaan Modal Pemerintah Desa TAHUN N-1 (Tahun Sebelumnya) Pusdiklatwas BPKP

155 URAIAN 2. Aset Tetap - Tanah - Peralatan dan Mesin - Gedung dan Bangunan - Jalan, Jaringan dan Instalasi - Aset Tetap Lainnya 3. Dana Cadangan - Dana Cadangan 4. Aset Tidak Lancar Lainnya TAHUN N (Tahun Periode Pelaporan) TAHUN N-1 (Tahun Sebelumnya) JUMLAH ASET TIDAK LANCAR JUMLAH ASET (A + B) II. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK - Utang Jangka Pendek JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK UMLAH KEKAYAAN BERSIH (I II) Laporan Kekayaan Milik Desa memiliki banyak pos/rekening yang bersifat non keuangan yang tidak ada pembukuannya di bendahara desa ataupun sekretaris desa, sehingga untuk penyusunannya diperlukan langkah langkah teknis. Untuk keperluan penyusunan Laporan KMD tahun berjalan, cara memperoleh saldo masing masing akunnya adalah sebagai berikut: a. Akun Kas di Bendahara Desa, saldonya diambil dari BKU di akhir tahun setelah ditutup, sedangkan Akun Rekening Kas Desa diambil dari Buku Bank setelah sebelumnya dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran. b. Akun Piutang, pengisiannya dengan melakukan inventarisasi atas hak Desa yang belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan. Hak Desa diketahui misalnya dari dokumen perjanjian sewa, dimana pihak ketiga sudah menikmati jasa/pelayanan yang diberikan desa, namun belum membayar kewajibannya. Contoh lainnya terkait pendapatan transfer misalnya terdapat pendapatan berupa dana transfer yang telah ditetapkan dalam surat keputusan (Dana Desa, ADD, dll) sehingga sudah menjadi hak, namun hingga akhir tahun belum diterima. c. Persediaan, Dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan yang masih ada per tanggal laporan, dengan menggunakan nilai pembelian terakhir.contohnya: Materai, ATK, Kertas Segel. Pengelolaan Keuangan Desa 147

156 d. Penyertaan Modal adalah Akumulasi jumlah uang yang diberikan kepada BUMDesa dengan mengacu Peraturan Desa. e. Aset Tetap berupa Tanah; Bangunan dan Gedung; Peralatan dan Mesin; Jalan, Jaringan dan Irigasi; diambil dari hasil rekonsiliasi antara Buku Inventaris Pengurus Barang dan Laporan Progres Kegiatan dari Pelaksana Kegiatan. f. Dana Cadangan, dilakukan inventarisasi atas rekening bank yang menampung Dana Cadangan yang dimiliki oleh pemerintah desa. g. Kewajiban Jangka Pendek, dilakukan inventarisasi atas kewajiban pemerintah desa contohnya adalah Pendapatan Diterima Dimuka, Pajak yang sudah dipungut/dipotong namun belum disetor, dll. h. Kekayaan Bersih merupakan selisih antara Nilai Aset Desa dengan Kewajiban Jangka Pendek. Kotak 6.1: ASET DESA Sesuai Permendagri 1 Tahun 2016 tentang pengelolaan aset desa, Aset Desa terdiri dari 1. Kekayaan asli desa; 2. Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa; 3. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis; 4. Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan/atau diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang undang dan Hasil kerja sama desa; dan 5. Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah. Kepala desa selakuk pemegang kekuasaan pengelolaan aset desa dibantu oleh sekretaris desa selaku pembantu pengelola aset desa serta kepala urusan umum/rumah tangga selaku petugas/pengurus aset desa. 3. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa meliputi informasi atas program sektoral dan program daerah yang diintegrasikan ke dalam pembangunan desa, baik yang dikoordinasikan dan atau didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa per tanggal tertentu. Atas program yang masuk ke desa ini diinformasikan kepada pemerintah desa oleh pelaksana kegiatan dari pemerintah supra desa yang bersangkutan. Berikut adalah contoh Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang Masuk ke Desa Pusdiklatwas BPKP

157 Gambar 7.5 Format Laporan Program Sektoral Dan Program Daerah Yang Masuk Ke Desa Kotak 6.2: Laporan Kepala Desa Sesuai Permendagri 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa, terdapat 4 laporan yang dibuat oleh kepala desa yaitu: 1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran; 2) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir masa jabatan; 3) Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran; dan 4) Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan tersebut disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun anggaran, namun laporan akhir masa jabatan batas waktunya adalah 5 (lima) bulan sebelum akhir masa jabatan. C. INFORMASI KEPADA MASYARAKAT Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah harus diinformasikan termasuk pengelolaan keuangannya kepada masyarakat. Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari pemerintah Desa mengenai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini sebagai wujud transparansi yang merupakan asas dari pengelolaan keuangan desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa sesuai ketentuan dan keterbukaan publik diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun anggaran dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya. Pengelolaan Keuangan Desa 149

158 Informasi penyelenggaraan pemerintahan Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggungjawab dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. D. LAPORAN TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Selain pemerintah desa, sebagai pelaksanaan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah Kabupaten/kota juga memiliki kewajiban untuk melaporkan kompilasi atas laporan laporan desa yang ada di wilayahnya sesuai dengan regulasi. Laporan yang harus dibuat untuk tingkat pemerintah kabupaten/kota terdiri dari: Laporan realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Ikhtisar Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa 1. Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Berdasarkan Laporan Penggunaan Dana Desa yang disampaikan oleh Kepala Desa yang ada di wilayah kabupaten/kota, Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, dengan tembusan kepada Gubernur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan Darah Tertinggal dan Transmigrasi. Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa terdiri atas: Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya; dan Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya disampaikan paling lambat minggu keempat bulan Februari tahun anggaran berjalan; sedangkan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Tahap 1 disampaikan paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran berjalan. Format Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 adalah sebagai berikut Pusdiklatwas BPKP

159 Gambar 7.7 Format Laporan Realisasi Penyaluran Pagu Kabupaten/Kota Rp... NO PENYALURAN KE DESA PAGU DESA JUMLAH TOTAL LAPORAN REALISASI PENYALURAN KABUPATEN/KOTA... TAHUN ANGGARAN... PENYALURAN TAHAP 1 TAHAP 2 NO SP2D TGL PENYALURAN JUMLAH NO SP2D TGL PENYALURAN JUMLAH TOTAL PENYALURAN SISA DALAM PERSENTASE Pengelolaan Keuangan Desa 151

160 Gambar 7.8 Format Laporan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Pusdiklatwas BPKP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Desa dan Kedudukannya. kurang 250 Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Desa dan Kedudukannya. kurang 250 Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Desa dan Kedudukannya Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya,

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa desa sebagai satuan wilayah otonomi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 71 sampai dengan pasal 75

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN 201515 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI

ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PENCAPAIAN AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI DESA KARANG AGUNG KABUPATEN PALI Rosy Armaini Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya rosyarmaini@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA MIAU MERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,

Lebih terperinci

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN

Lebih terperinci

Bab8 Pembinaan dan Pengawasan

Bab8 Pembinaan dan Pengawasan Bab8 Pembinaan dan Pengawasan 97 Dalam Permendesa PDTT Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diatur tentang pelaksanaan fungsi pembinaan, monitoring, evaluasi

Lebih terperinci

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162 B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162 PERATURAN BUPATI SIMALUNGUN NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NAGORI KABUPATEN SIMALUNGUN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL-USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PETUNJUK PELAKSANAAN BIMBINGAN & KONSULTASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 2015 Desaku... Desa ku yang ku cinta..

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Hari Prasetyo Controll and Analysis Program Implementation Specialist Tim Advisory PNPM Mandiri Perkotaan.

Hari Prasetyo Controll and Analysis Program Implementation Specialist Tim Advisory PNPM Mandiri Perkotaan. Hari Prasetyo Controll and Analysis Program Implementation Specialist Tim Advisory PNPM Mandiri Perkotaan email : prasetyo.jbr2003@gmail.com NASIONAL 1. Provinsi : 34 2. Kabupaten/Kota : 497 Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUPANG TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA 1/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) ~ paling sedikit, pemungutan suara dinyatakan sah pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA 1 BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2017 2023 DESA KALIJAGA TIMUR KECAMATAN AIKMEL KAB. LOMBOK TIMUR KEPALA DESA KALIJAGA TIMUR KABUPATEN

Lebih terperinci

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BADAMITA Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes) PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA MALLASORO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SINDANGLAYA,

Lebih terperinci