PANDUAN PRAKTIS PEMETAAN SOSIAL (Social Map) DENGAN TEKNIK PRA (Participatory Rural Apraisal)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PRAKTIS PEMETAAN SOSIAL (Social Map) DENGAN TEKNIK PRA (Participatory Rural Apraisal)"

Transkripsi

1 PANDUAN PRAKTIS PEMETAAN SOSIAL (Social Map) DENGAN TEKNIK PRA (Participatory Rural Apraisal) (Sumber: Robert Chambers, 99; Driyamedia, 996; Britha Mikkelsen, 003) A. KONSEP-KONSEP PRA No Istilah Apa Itu PRA Definisi / Deskripsi. Pengkajian Keadaan dan Kehidupan Pedesaan Secara Partisipatif. Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat Prinsip PRA Mengutamakan yang Terabaikan Pemberdayaan (Penguatan) Masyarakat Masyarakat Sebagai Pelaku, Orang Luar Sebagai Fasilitator Saling Belajar dan Menghargai Perbedaan Santai dan Informal.6 Pemeriksaan dan Pemeriksaan Ulang (Check and Re-Check) Informasi.7 Mengoptimalkan Hasil (Tepat Guna).8 Orientasi Praktis (Pengembangan Kegiatan).9 Keberlanjutan dan Selang Waktu (Dinamis).0 Belajar dari Kesalahan (Belajar Sebaik-Baiknya). Terbuka 3 Tujuan PRA Tujuan Praktis : Menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat (proses belajar sosial) Tujuan Strategis: Mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran 4 Unsur Utama PRA Proses Pembelajaran (Berbagi Pengetahuan/Pengalaman) Teknik-Teknik PRA Ouput/ Keluaran (Jangka Pendek/Rencana Program dan Jangka Panjang/Pemberdayaan/Perubahan Sosial 5 PRA dalam Daur Program Penjajagan/Pengenalan Kebutuhan (Kajian Masalah dan Kebutuhan) Perencanaan Kegiatan (Kajian Potensi dan Alternatif Kegiatan) Pelaksanaan/Pengorganisasian Kegiatan (Penjadwalan Kegiatan, Pembagian Kelompok, Pembagian Tugas-Tugas) Pemantauan Kegiatan (Melihat Perkembangan Program) Evaluasi Kegiatan (Mengkaji Hasil Akhir Program) Teknik PRA Setiap teknik PRA dapat digunakan untuk mengkaji keadaan tingkat desa, tingkat kelompok tani dan tingkat dusun/kampung Setiap teknik PRA dapat digunakan untuk menggali informasi umum (semua keadaan), informasi topik khusus (pertanian, peternakan, kesehatan, hukum, seni-budaya, informasi sub topik (aspek komunikasi, sosial, politik dsb)

2 B. TEKNIK-TEKNIK PRA No Teknik Definisi dan Aplikasi 0 Tinjauan. Kajian tentang aspek-aspek kehidupan masyarakat (baik aspek umum sumberdaya alam, aspek sosial, ekonomi, fisik-teknis dan Pengkajian kelembagaan) secara partisipatif Keadaan Desa. Aspek-aspek yang dikaji: a) perekonomian masyarakat (mata pencaharian baik pertanian maupun bukan pertanian, potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia dan sebagainya; b) kehidupan sosial budaya masyarakat (adat istiadat, agama, organisasi masyarakat, jejaring sosial, kesenian/kebudayaan, kerjasama/gotong-royon dan sebagainya c) pendidikan dan kesehatan (tingkat pendidikan, pendidikan formal, pendidikan non formal, akses pendidikan, fasilitas kesehatan, akses pelayanan kesehatan, air bersih, posyandu, desa siaga, ragam penyakit, gozi buruk dan sebagainya; d) kehidupan politik (partisipasi politik masyarakat, pemilu pemimpin lokal dsb).3 Tahapan Kajian: a) persiapan pengkajian desa (kunjungan persiapan dan sosialisasi, pengurusan prosedur dan perijinan, pembagian tugas, penyamaan pandangan, pembentukan kelompok bersama masyarakat, penentuan waktu dan tempat (schedule), persiapan alat bahan); b) pelaksanaan pengkajian desa (pembahasan kembali maksud dan tujuan, sosialisasi, pengumpulan informasi; c) penyusunan rencana kegiatan desa, pemilihan teknik PRA dan identifikasi sumber informasi d) pengkajian data sekunder yang diharapkan dapat memperoleh informasi: topografi, tataguna lahan, pengairan, jenis tanaman setempat, kawasan yang dilindungi, jenis-jenis mata pencaharian masyarakat, pola produksi (jenis-jenis usaha) masyarakat, penelolaan sumberdaya untuk usahatani, jumlah dan perubahan penduduk dari tahun ke tahun, pemasaran hasil pertanian, komoditas, bangunan (sekolah, puskesmas, kantor desa, pasar dsb, sarana jalan desa, masalah sosial, kebudayaan dan politik e) sumber data sekunde: pofil desa dan monografi desa, peta desa, peta wilayah, dan sebagainya.4 Hasil Kajian: a) sejumlah informasi tentang keadaan atau kondisi berbagai aspek kehidupan desa; b) sejumlah masalah dan kebutuhan yang diungkapkan oleh masyarakat sendiri c) sejumlah potensi lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya pengembangan kegiatan masyarakat

3 No Teknik PRA Penelusuran Sejarah Desa 3 Definisi dan Aplikasi. Teknik yang digunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat dan hal-hal lain yang terkait dengan desa;. Jenis informasi yang dikaji: a) sejarah terbentuknya pemukiman, asal-usul penduduk, perkembangan jumlah penduduk, nama tempat dan sebagainya; b) keberadaan dan penelolaan sumberdaya alam c) perubahan-perubahan dalam status pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan tanah d) pengenalan dan penanaman jenis tanaman dan teknologi baru; e) pembangunan jalan, listrik, telepon, jembatan dan transportasi f) terjadinya wabah penyakit g) program-program pembangunan (pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, pendidikan, industri, transportasi dsb) h) sejarah berdirinya desa, sistem pengoganisasian desa.3 Contoh (Lampiran ) Pembuatan. Teknik yang menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan Bagan (baik perubahan dari dalam desa maupun dari luar desa), kejadian serta Kecenderugan kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu; dan. Perubahan-perubahan yang dikaji: Perubahan a) perubahan dan perkembangan produktivitas lahan, tingkat kesuburan lahan, curah hujan, ketersediaan air, ketersediaan bahan bakar, b) perubahan dan perkembangan tataguna lahan (luas lahan untuk bersawah, berladang, pemikiman, hutan, olah raga, sarana umum, luas rata-rata pemilikan lahan dan sebagainya) c) perubahan dan perkembangan penanaman pepohonan (jenis-jenis pohon, hasil dsb), keadaan hutan, keadaan sungai/sumber air dsb d) perkembangan penduduk (kelahiran, kematian dan perpindahan) e) perubahan jumlah ternak dan peternaknya, usahatani dan petaninya, usaha kecil dan pengusahanya, perikanan dan petaninya, dsb f) perubahan dan perkembangan budaya, kesenian dan olah raga g) perubahan dan perkembangan pola pemasaran hasil, pengolahan dsb. Bagan dibuat bersama masyarakat pada kertas plano/katron-karton.3 Contoh (Lampiran ) Penyusunan 3. Teknik pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi Kalender secara berulang dalam satu kurun waktu tertentu (musim) dalam Musim kehidupan masyarakat. Satu kalender kegiatan = musim ( bulan). 3. Informasi yang biasa muncul adalah: a) penanggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat b) iklim, curah hujan, ketersediaan air c) pola tanam/panen, biaya, hasil pertanian dan tingkat produksi d) ketersediaan pangan dan pakan ternak, juga pada musim paceklik e) ketersediaan tenaga kerja, f) musim merantau (bekerja ke kota) pada masa paceklik g) masalah hama dan penyakit tanaman/ternak i) kesehatan (musim wabah penyakit) dan kebersihan lingkungan j) pola pengeluaran (konsumsi, produksi dan investasi) k) kegiatan sosial (kemasyarakatan) terkait adat dan agama l) pendidikan (musim sekolah, libur, dsb) 3.3 Kalender musiman dibuat bersama masyarakat dalam forum diskusi terfokus denga alat bantu kertas plano dan spidol warna

4 3.3 Contoh (Lampiran 3) No Teknik PRA 4 Pembuatan Peta Sumber Daya Desa 5 Penelusuran Desa/Tansek Definisi dan Aplikasi 4. Peta mengenai keadaan wilayah desa beserta lingkungannya 4. Keadaan itu digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa, terdiri dari: a) peta keadaan sumberdaya umum desa b) peta tata guna lahan c) peta sumberdaya pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan d) pete penyebaran penduduk dan peta pola pemukiman e) peta infrastruktur desa (kesehatan, pendidikan, transportasi, air bersih, pasar, irigasi, koperasi, terminal dan sebagainya) 4.3 Kegiatan pemetaan harus melibatkan anggota masyarakat, tua-muda, laki-perempuan, kaya miskin, penduduk asli-pendatan dan sebagainya 4.4 Berbagai peta, baik di kantor desa maupun peta dasar dapat dimanfaatkan sebagai data sekunder untuk pemetaan 4.5 Peta dibuat secara bersama dalam forum diskusi terfokus dengan alat bantu kertas plano dan spidol warna 4.6 Contoh (Lampiran 4) 5. Teknik pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa atau dusun mengikuti suatu lintasan atau rute yang disepakati bersama masyarakat 5. Hasil pengamatan langsung bersama masyarakat kemudian dituankan ke dalam bagan atau irisan muka bumi (bentang alam berdasarkan topografi) dalam kertas plano dan kemudian dilengkapi melalui diskusi 5.3 Berdasarkan jenis informasinya, transek dibagi 3 (tiga), yaitu: a) transek sumberdaya desa/dusun (umum): pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa/dusun guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan (seperti: pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, sarana MCK, sarana umum desa, dsb. b) transek sumberdaya alam : dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai sumberdaya alam (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, pertambangan dsb). Outputnya berupa: bentuk dan keadaan topografi, kemiringan lahan, jenis dan kesuburan lahan, sungai, mata air, pemanfaatan sumberdaya tanah, pola usahatani, teknologi setempat, pemilikan sumberdaya alam dsb c) transek topik-topik khusus : transek untuk mengamati satu aspek secara fokus, seperti sarana dan kondisi kesehatan, pendidikan, wilayah sebaran hama tanaman, sumber air, pengelolaan irigasi dsb 5.5 Transek dapat dilakukan melalui 3(tiga) lintasan: a) transek lintasan garis lurus, melalui jalan utama di pemukiman, di wilayah pertanian, di pantai dsb; b) transek bisa dilakukan dengan berjalan menyusuri jalan-jalan yang ada, baik secara berbelok-belok (zig-zag), berputar atau pulang pergi, dan menyapu (semua arah). c) transek lintasan saluran air (sungai atau jaringan irigasi), dilakukan terhadap daerah di sepanjang saluran air atau tepian sungai dan pengelolaan daerah aliran sungai/irigasi oleh masyarakat/petani 5.6 Transek dilakukan oleh tim bersama masyarakat (penunjuk jalan) pada waktu dan tempat yang disepakati, membawa alat tulis, kertas plano, spidol warna-warni, perhatikan ketinggian tempat, jarak dan pencirinya.

5 No Teknik PRA 6 Sketsa Area Usaha 7 Diagram Venn 8 Pembuatan Analisis Jaringan 5.7 Contoh (Lampiran 5) Definisi dan Aplikasi 6. Peta pengkajian berbagai aspek pengelolaan usaha (bertani, beternak, berikan, berkebun, mengolah hasil pertanian, berdagang, berbisnis lainnya) di wilayah desa/dusun yang bersangkutan 6. Hasilnya berupa peta usaha yang berisi informasi: luas lahan, luas bangunan, jenis usaha, jenis komoditas yang diusahakan, tataletak bangunan (contoh untuk bertani: letak rumah, kandang, persemaian, sumur, jemuran, sumber dan saluran air, tempat limbah dsb) (contoh untuk usaha pengolahan: letak rumah, gudang, tempat pengolahan, tempat limbah, sumber air, dsb), alokasi penggunaan lahan, dsb 6.3 Informasi lainnya yang dituangkan di dalam peta usaha adalah pendapatan dari usaha, jumlah tenaga kerja, pembinaan dan penyuluhan, teknologi pertanian yan khas, pemasaran hasil, izin usaha, status lahan, konflik dan pasokan air iriasi. 6.4 Selain potensi usaha, informasi juga dapat berupa kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan-permasalahan. 6.5 Teknisnya, jika usaha itu banyak dan beragam, maka ambil masingmasin satu yan terbaik (contoh: kebun terbaik, peternakan terbaik, perikanan terbaik, usaha kecil terbaik, dsb) 6.6 Pelaksanaan pembuatan sketsa kebun dilaksanakan bersama pelaku usaha (petani, peternak, pengusaha kecil dsb) sesuai kesepakatan dengan menggunakan kertas plano, spidol warna warni, dan sebagainya 6.7 Contoh (Lampiran 6) 7. Pemetaan mengenai hubungan antara masyarakat dengan lembagalembaga yang terdapat dilingkungan desa/dusun 7. Hasil pengkajian dituangkan kedalam diagram venn yang ukurannya akan menunjukkan besar manfaat, keterkaitannya menunjukkan pengaruh dan kedekatannya dengan lembaga lainnya 7.3 Pelaksanaan dilakukan dengan mengkaji informasi mengenai: a) lembaga-lembaga yang berhubunan dengan masyarakat desa/dusun, baik yang berada di dalam maupun luar desa, baik lembaga lokal maupun lembaga pemerintah, lembaga sosial maupun ekonomi, termasuk lembaga swasta dan swadaya; b) lembaga-lembaga khusus, seperti yang terkait dengan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, kelautan, pemuda, keagamaan dsb c) potensi, kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan-permasaahan kelembagaan di desa/dusun 7.4 Pelaksanaan dilakukan bersama masyarakat melalui diskusi terfokus di tempat yang disepakati, dengan menggunakan alat bantu kertas plano, spidol warna warni, karton seukuran kartu remi dsb 7.5 Contoh (Lampiran 7) 8. Pemetaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai jaringan (sosial, pemasaran, irigasi, komunikasi) masyarakat desa/dusun 8. Hasil akhirnya adalah peta jaringan sosial dan jaringan komunikasi dalam bentuk sosiogram, struktur jaringan dan klik-klik sosial. 8.3 Pelaksanaan dimulai dengan menetapkan informasi yang akan dijadikan batasan (misal: informasi harga, sarana produksi pertanian, raskin, kredit dsb), kemudian menyiapkan tabel matrik nama-nama yang akan dijadikan responden (yang akan ditanya), setelah itu ditanya siapa bertanya atau berhubunan dengan siapa (jika ingin mengetahui informasi);

6 No Teknik PRA 9 Kajian Mata Pencaharian 0 Bagan Arus Masukan dan Keluaran 8.4 Contoh (Lampiran 8) Definisi dan Aplikasi 9. Pemetaan mengenai berbagai aspek mata pencaharian masyarakat 9. Hasilnya berupa bagan jenis-jenis matapencaharian berserta aspekaspeknya 9.3 Informasi yang dikaji meliputi: jenis-jenis kegiatan atau keterampilan masyarakat yang bisa/telah menjadi sumber mata pencaharian, baik pertanian maupun non pertanian. a) mata pencaharian bidang pertanian (pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, dsb b) mata pencaharian bidang non pertanian (industri makanan, kerajinan, bordir, tukang kayu, tukang batu, industri rumah tangga dsb) c) mata pencaharian bidang jasa (buruh tani, tukang cukur, sopir, kuli bangunan, buruh pabrik, guru, distributor sarana produksi pertanian, pegawai desa, dsb d) permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan 9.4 Jika mata pencahariannya berusaha (baik di pertanian maupun kerajinan dan pengolahan), maka penelusuran informasi dapat dilanjutkan pada : jumlah pekerja, ketersediaan bahan baku, pemasaran hasil, ketersediaan tenaga kerja dan keterampilannya, dan tingkat pendapatan. 9.5 Jika masyarakat desa/dusun sering merantau, petakan pula pekerjaannya di rantau, pekerjaan tetapnya apa di desa atau di rantau? 9.6 Permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan matapencaharian 9.6 Contoh (Lampiran 9) 0. Teknik pemetaan sistem-sistem yang ada di masyarakat desa/dusun 0. Sistem digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagianbagian dalam sistem (input dan output). Input adalah sumberdaya yang membuat sistem berjalan (tenaga kerja, waktu, modal, peralatan, skill, lahan, dsb) dan Output adalah manfaat atau hasil yang diperoleh. 0.3 Ragam sistem yang dapat dipetakan adalah: a) sistem pengelolaan pertanian dan pemasarannya b) sistem pengelolaan peternakan dan pemasarannya c) sistem pengelolaan perikanan dan pemasarannya d) sistem pengelolaan perkebunan desa dan pemasarannya e) sistem pengelolaan air desa f) sistem pengelolaan usaha rumah tangga/keluarga tani g) sistem pengelolaan usaha kecil dan pemasarannya h) sistem pengelolaan informasi dan penyebarannya i) sistem pengelolaan bantuan (raskin/blt) dan pendistribusiannya j) sistem pengelolaan bahan tambang dan pemasarannya 0.4 Pelaksanaan pemetaan arus masuk dan keluar harus rinci dan jelas arahnya. Termasuk dalam input adalah sumber input (dari mana input didapat, siapa yang memasok atau penyediakan), begitu juga output (apa outputnya, kemana saja pendistribusiannya, siapa saja yang terlibat dsb) sehingga bagan akan memetakan rantai dari hulu- hilir. 0.5 Pelaksanaan dilakukan melalui diskusi terfokus dengan masyarakat, menggunakan kertas plano dan spidol warna warni. Agar proporsional, maka libatkan semua pelaku dalam pemetaan ini. 0.5 Tampilkan permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan input dan output ini.

7 0.6 Contoh (Lampiran 0) No Teknik PRA Definisi dan Aplikasi Analisis. Teknik pemetaan peran laki-laki dan perempuan, baik dalam rumah Gender tangga maupun aktivitas kemasyarakatan yang terjadi desa/dusun. Informasi yang digali dalam analisis gender adalah: a) peran laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga (hasilnya berupa jadwal penggunaan waktu sehari, baik untuk suami, istri, anak laki-laki maupun anak perempuan) b) peran laki-laki dan perempuan dalam pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan c) peran laki-laki dan perempuan dalam usaha kecil/industri keicil d) mata pencaharian apa yang dilakukan laki-laki dan yang dilakukan perempuan e) kecenderungan perubahan peran yang dilakukan laki-laki dan perempuan dalam 0 tahun terkahir di desa/dusun f) peran laki-laki dan perempuan dalam kelembagaan, serta dalam kelembagaan mana saja perempuan berpartisipasi.3 Contoh (Lampiran ) Pembuatan. Teknik mengkaji sejumlah topik dengan memberi nilai pada masingbagan masing aspek kajian berdasarkan pendapat masyarakat setempat Peringkat atau sehingga diperoleh peringkat (urutan dari yang dianggap terpenting matrik sampai yang terendah) rangking. Jenis informasi yang dikaji atau dianaisis gendernya adalah: a) pilihan teknologi pertanian b) pilihan teknologi yang digunakan oleh pengusaha industri kecil c) pengurutan mata pencaharian-mata pencaharian utama d) pengurutan kelas sosial masyarakat (berdasarkan luas lahan dan pemilikan kekayaan lainnya) e) pilihan kebutuhan-kebutuhan utama yang perlu dipenuhi f) pilihan permasalahan-permasalahan utama yang perlu segera diatasi, dan sebagainya.3 Pembuatan bagan peringkat atau matrik rangking dilakukan setelah kegiatan atau teknik sebelumnya (-) dilakukan..4 Pelaksanaannya dilakukan dalam forum diskusi bersama masyarakat..5 Agar pelaksanaan berjalan lancar, maka gambar matrik disiapkan terlebih dahulu dalam kertas plano. Gunakan spidol warna-warni agar dapat dengan mudah membedakannya..6 Penggunaan simbol atau nilai dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat (misalnya: menggunakan angka,,3,4 dengan rangking tertinggi 4 dan terendah. Bisa juga menggunakan simbol lainnya.7 Contoh (Lampiran )

8 Catatan:. Setiap akan menyelenggarakan teknik PRA, memerlukan koordinasi dan kesepakatan waktu dengan masyarakat (termasuk dengan pihak aparat desa, jika akan melibatkannya), terutama menyangkut jam berapa (pagi, siang, sore atau malam), di mana tempatnya (di sawah, di kebun, di rumah atau di balai pertemuan). Perhatikan keragaman matapencaharian dan waktu luang masyarakat. Setiap melakukan teknik PRA jangan terlampau lama, siapkan waktu diskusi -3 jam per teknik. Kecuali transek dan pembuatan peta desa yang memerlukan waktu khusus. Sebaiknya, satu kali pertemuan maksimal menerapkan teknik PRA.. Sebaiknya teknik PRA dilakukan satu-satu, jangan dirangkap-rangkap. Selain itu, menimbang luasnya desa-desa, maka penerapan teknik PRA lebih efektif dilakukan per dusun. Sehingga perlu ada pengorganisasian atau pembagian kelompok-kelompok kecil Jumlah peserta diskusi terfokus jangan terlalu banyak, cukup melibatkan 0-5 orang masyarakat, sehinga dapat dilakukan di rumah masyarakat atau (biasanya) di mushola. 5. Dalam setiap diskusi, usahakan informasi fokus namun digali selengkap dan sebanyak mungkin. Informasi dapat berupa lisan, tulisan dan gambar. 6. Setiap diskusi terfokus memerlukan pemandu (fasilitator, yakni anda, mahasiswa KKNM), oleh karena itu harus disiapkan, dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh yang lainnya; 7. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah: a. Kertas plano atau karton manila sebagai dasar gambar (visual), bisa digelar di lantai dan bisa juga ditempel di dinding dengan selotip. Jika satu kertas plano tidak cukup, maka dapat disambung dua kerta plano. b. Spidol warna-warni, kenapa warna-warni? Agar lebih mudah memberikan ciri pada objek atau informasi bahasan yang beraam. c. Gunting, lem dan selotif d. Kamera, terutama jika mendokumentasikan momen unik, tempat unik, dokumentasi proses penerapan teknik PRA dan sebagainya 8. Istilah-istilah penting dalam penerapan PRA: Fasilitator, yaitu orang yang bertugas memfasilitasi sekelompok oran lain untuk melaksanakan kegiatan. Fasilitator adalah Tim PRA atau Pemandu PRA (mahasiswa KKNM) yang harus berperan sebagai masyarakat a. Memfasilitasi, yaitu mendampingi, memotivasi, memediasi, menginisiasi dan menginovasi masyarakat yang sedang berdiskusi. b.

9 c. Masalah, yaitu keadaan-keadaan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat, yang dianggap mengganggu, menghambat. d. Kebutuhan, yaitu masalah yang paling dirasakan oleh masyarakat yang mendesak untuk segera diselesaikan (masalah prioritas). e. Potensi, yaitu sumberdaya yang berpeluang untuk dikembangkan atau memungkinkan digunakan untuk mengatasi masalah-masalah atau kebutuhan yang dihadapi masyarakat.

10 Lampiran. Contoh Penelusuran Sejarah Desa Lampiran. Contoh Bagan Kecenderungan dan Perubahan

11 Lampiran 3. Contoh Penyusunan Kalender Musim

12

13 Lampiran 4. Contoh Pembuatan Peta Sumber Daya Desa

14 Lampiran 5. Contoh Penelusuran Desa/Tansek Lampiran 6. Contoh Sketsa Area Usaha

15 Lampiran 7. Contoh Diagram Venn 5 T T T T 6 7 Lampiran 8. Contoh Pembuatan Analisis Jaringan T T Pasa r 4 Petani atau Star Bridge T Tokoh Tani T di Luar Gambar 6.6 Jaringan Komunikasi yang Terbentuk oleh Desa Arus Utama Informasi Pasar dan Harga di Zona Agroekosistem Sawah Berbasis Padi

16 Lampiran 9. Contoh Kajian Mata Pencaharian Lampiran 0. Contoh Bagan Arus Masukan dan Keluaran

17 Lampiran. Contoh Analisis Gender

18 Lampiran. Contoh Pembuatan Bagan Peringkat atau matrik rangking

TRANSEK TREN KALENDER MUSIM ANALISIS KELEMBAGAAN

TRANSEK TREN KALENDER MUSIM ANALISIS KELEMBAGAAN HILDA AGUSTINA TRANSEK TREN KALENDER MUSIM ANALISIS KELEMBAGAAN PENGERTIAN TEKNIK PENELUSURAN LOKASI / TRANSEK ADALAH TEKNIK PRA UNTUK MELAKUKAN PENGAMATAN LANGSUNG LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA MASYARAKAT

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4b SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Ranking Kemiskinan dan Transek Lingkungan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi BUKU 4c SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Swadaya

Tahapan Pemetaan Swadaya Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah

Lebih terperinci

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip Participatory Rural Appraisal Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip Apa itu PRA? Pengertian Pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

Modul Uji Latih Praktek Kerja Lapangan I

Modul Uji Latih Praktek Kerja Lapangan I 2012 Modul Uji Latih Praktek Kerja Lapangan I Konsentrasi Penyuluhan Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat Program Studi Agrobisnis Pertanian Diploma III Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2012 MoDuL

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Pemetaan Wilayah, Sebaran Warga Miskin, Sarana dan Prasarana Lingkungan Perumahan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan BUKU 4d SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANG I PROGRAM DIPLOMA III AGROBISNIS PERTANIAN KONSENTRASI PENYULUHAN PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANG I PROGRAM DIPLOMA III AGROBISNIS PERTANIAN KONSENTRASI PENYULUHAN PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANG I PROGRAM DIPLOMA III AGROBISNIS PERTANIAN KONSENTRASI PENYULUHAN PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2012 PANDUAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN MAHASISWA KKNM-PPMD INTEGRATIF UNIVERSITAS PADJADJARAN PERIODE JUNI-JULI 2011 Disusun oleh: BIDANG PERENCANAAN PUSBANG KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. STRATEGI Untuk mencapai tujuan daerah yang merupakan hasil akhir dari tolok ukur pembangunan lima tahun yang akan datang dalam menjalankan misi guna mendukung terwujudnya

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Bastian,

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012 RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN TAHUN 1. Perlunya memajukan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan kelautan)

Lebih terperinci

Strategi dan Arah Kebijakan

Strategi dan Arah Kebijakan dan Dalam rangka pencapaian visi dan misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan. adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator

Lebih terperinci

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Dana Desa 6.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Dana Desa 6. SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN,

Lebih terperinci

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN i ii Kata Pengantar Penyusunan rencana pengelolaan ( Manajemen Plan) Sub DAS Gogopan merupakan bahagian dari kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan di wilayah DAS Asahan Barumun melalui program

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL PROSES UMUM PENERAPAN PRA PERSIAPAN LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN SETELAH PENERAPAN TEKNIK- TEKNIK PRA PEMANFAATAN HASIL PENERAPAN TEKNIK- TEKNIK PRA PROSES

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Wilayah dan Kebutuhan Teknologi Pelaku Utama Bidang Perikanan

Identifikasi Potensi Wilayah dan Kebutuhan Teknologi Pelaku Utama Bidang Perikanan 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyuluhan perikanan, data yang valid sangat dibutuhkan dan menjadi kunci utama keberhasilan proses serta program penyuluhan perikanan di tingkat lapang. Secara

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN NOMOR 83 TAHUN 2016 SERTA TATA KERJA PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA BEKASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN METROLOGI PASAR PERDAGANGAN DALAM NEGERI INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam upaya mewujudkan Misi maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut. 6.1. MISI 1 : MENINGKATKAN PENEGAKAN SUPREMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BALANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi IV. KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi Desa Pendowoharjo terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dengan

Lebih terperinci

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA Ulasan / Review Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.39-45 RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA Asep Supriatna Widyaiswara Madya pada Badan

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan

III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan III. METODOLOGI 3.1. Metode Kajian Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif 3). Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara lengkap dan mendetail tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah serta Peraturan Bupati Malang Nomor 59

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN MEMBANGUN DESA MANGGATANG UTUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH LAMPIRAN 1 BUPATI BANYUWANGI WAKIL BUPATI BANYUWANGI DAERAH STAF AHLI KELOMPOK JABATAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian pengetahuan/persepsi masyarakat, berisi mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci