Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012
|
|
- Dewi Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012 Eli Juniati, Elyta Widyaningrum, Ade Komara M. Staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial eli.juniati@gmail.com ; elyta.widya@gmail.com ; mulyana@gmail.com Alamat Kantor: Jln. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong INDONESIA Abstrak UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1:10.000, dan Rencana Detil tata Ruang pada peta skala 1: Adanya Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, memungkinkan optimalisasi pemanfaatan data penginderaan jauh resolusi tinggi. Pada Inpres tersebut disebutkan bahwa, LAPAN memiliki tugas untuk menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, sedangkan BIG berkewajiban untuk membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, untuk keperluan survei dan pemetaan, melaksanakan penyimpanan dan pengamanan, serta melaksanakan penyebarluasan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi merupakan solusi sementara dalam penyediaan IG dasar skala besar yang belum tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal ini, citra satelit yang digunakan adalah citra satelit SPOT hasil akuisisi LAPAN dengan resolusi lebih baik dari empat (4) meter. Pada kegiatan ini BIG merupakan instansi yang melakukan koreksi orthorektifikasi data penginderaan jauh, sekaligus memastikan penggunaan referensi tunggal. Makalah ini akan membahas mekanisme penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi, khususnya untuk penyediaan IG dasar untuk penataan ruang. Mulai dari alur kegiatan, spesifikasi teknis, koreksi orthorektifikasi, hingga penyebarluasannya. Kata kunci: Citra Tegak, Informasi Geospasial, Mekanisme, Koreksi Geometri, Orthorektifikasi 1. PENDAHULUAN Pasal 3 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Lebih lanjut, Undang Undang tersebut mensyaratkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1: dan Rencana Detil Tata Ruang pada peta skala 1: Adanya keperluan penyelenggaraan Informasi Geospasial (IG) dalam penataan ruang, menyebabkan institusi pemerintah di lingkup pusat maupun daerah mengalokasikan anggaran negara salah satunya untuk pembelian citra satelit. Dengan demikian, terjadi tumpang tindih penggunaan anggaran negara untuk pembelian citra satelit. Selain itu, belum terdapat mekanisme standar yang mengatur pertukaran data citra satelit. UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial juga mensyaratkan penggunaan satu referensi data geospasial serta pengintegrasian data geospasial nasional. Pasal 7, UU 4/2011 melandasi inisiatif Inpres 6 Tahun 2012 terkait koordinasi, integrasi, dan
2 sinkronisasi atas sumberdaya kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan data geospasial dasar berbasis citra satelit resolusi tinggi (Indrajit, A, 2012). Lahirnya Inpres Nomor 6 Tahun 2012 mengakomodir terwujudnya berbagi pakai citra satelit resolusi tinggi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi anggaran dengan mengurangi duplikasi anggaran di Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, meningkatkan sinergi penyediaan dan distribusi data agar penggunaan data penginderaan jauh untuk pembangunan nasional dapat lebih optimal, serta menjamin kualitas data citra satelit resolusi tinggi guna mendukung implementasi Kebijakan Satu Peta atau One Map Policy. Koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi diperlukan untuk mengkoreksi distorsi akibat perbedaan topografi (relief displacement) dan sudut perekaman oleh sensor satelit yang mengorbit di angkasa. Kesalahan yang diakibatkan dua faktor tersebut cukup berpengaruh pada pemetaan skala besar dan bisa mencapai puluhan meter. 2. MEKANISME PENYELENGGARAAN CITRA SATELIT TEGAK RESOLUSI TINGGI Dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2012 disebutkan penggunaan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) berdasarkan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan ukuran piksel lebih kecil dan/atau sama dengan 4 (empat) meter yang disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Penyampaian rencana kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya kepada BIG melalui Rapat Koordinasi Penyediaan Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Selain itu, dalam Inpres tersebut juga disebutkan tugas LAPAN dan BIG selaku Lembaga Pemerintah yang berkontribusi aktif dalam penyediaan, penggunaan, pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Makalah ini menjelaskan mekanisme penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, yang terdiri atas: penjelasan tugas dan kewenangan instansi yang berkontribusi aktif dibahas dalam alur kegiatan citra satelit tegak resolusi tinggi. Pembahasan mengenai spesifikasi teknis penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, proses koreksi orthorektifikasi dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi. 2.1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 mengatur hal-hal terkait penyediaan, penggunaan, pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Inpres Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi menugaskan kepada BIG untuk menyediakan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan berdasarkan hasil pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
3 Alur penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi ditunjukkan pada gambar 1 berikut: Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Kementrian/Lembaga atau Pemda dapat menyampaikan kebutuhan data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi (CSRT) melalui mekanisme satu pintu, dengan tata cara tertentu dan pengisian formulir tertentu. Kementrian/Lembaga atau Pemda menyampaikan kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan progam dan kegiatan tahun anggaran berikutnya, pada Rapat Koordinasi Penyediaan Data CSRT. Dari hasil Rakor diperoleh rekapitulasi kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya. BIG dan LAPAN diwajibkan berkontribusi secara aktif dalam penyelenggaraan data CSRT untuk memenuhi kebutuhan Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah. Data citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang diakuisisi dan/atau disediakan oleh LAPAN, kemudian di koreksi orthorektifikasi oleh BIG, kemudian data citra satelit tegak resolusi tinggi tersebut disebarluaskan kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang membutuhkan yang sebelumnya telah menyampaikan kebutuhannya di Rakor CSRT. Setiap permohonan data CSRT ditujukan kepada BIG dan LAPAN dan harus melampirkan surat resmi permintaan data CSRT yang dilengkapi dengan: Isian formulir pemohon Isian formulir lokasi dan cakupan Lampiran yang berisi TOR kegiatan dan copy RKAKL (catatan: tidak menganggarkan pembelian citra satelit resolusi tinggi)
4 2.2 Spesifikasi Teknis Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Kegiatan CSRT merupakan strategi percepatan pemenuhan kebutuhan data dasar untuk pemetaan skala besar. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan peta skala besar yang semakin tinggi (misalnya untuk keperluan RDTR tiap daerah, kadaster, dll) sedangkan penyelenggaraan pemetaan rupabumi skala besar belum dapat memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk memenuhi spesifikasi peta skala besar dibutuhkan data dasar yang lebih detil dan akurat dari peta yang dihasilkan, dan citra resolusi tinggi cukup memberikan informasi kenampakan bumi cukup detil namun belum tentu memberikan tingkat akurasi yang dibutuhkan. Telah banyak Pemerintah Daerah yang membutuhkan informasi dan bahkan telah melakukan proses orthorektifikasi secara swadaya akibat kebutuhan yang mendesak akan informasi geospasial dasar, dengan demikian disusunlah prosedur penyelenggaraan data citra tegak. Prosedur penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi dalam rangka menjamin ketersediaan data dan informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pembangunan nasional tertuang dalam Standard Operational Procedure (SOP). Beberapa SOP yang telah disusun oleh Pokja Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 6 tahun 2012 terdiri atas: SOP Layanan Transfer Data Citra dari LAPAN ke BIG SOP Distribusi GCP (Ground Control Point) SOP Persiapan survei GCP SOP Survei Titik GCP Horisontal SOP Survei Titik GCP Vertikal SOP Pengolahan Data Pengukuran GCP SOP Pengolahan Citra Tegak Pengolahan citra satelit tegak resolusi tinggi sebagai implementasi Inpres No. 6/2012, membutuhkan data dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Citra SPOT6 Primary Data (Raw) dan pansharpened 2. Citra SPOT 5 Level 1A (Raw) dan pansharpened 3. GCP dengan spesifikasi : Akurasi Horisontal : 20 cm Akurasi Vertikal : 40 cm 4. DEM dengan spesifikasi : Resolusi DEM Akurasi DEM : < 10 m : < 7,5 m
5 Untuk citra satelit dengan resolusi yang lebih baik dari citra SPOT, data citra juga harus memenuhi spesifikasi di atas. Untuk koreksi orthorektifikasi citra resolusi tinggi yang akan digunakan dalam penyusunan RDTR, persyaratan berikut juga diberlakukan: 1. Resolusi citra 0,2 mm x bilangan skala peta yang akan dibuat 2. Citra belum dikoreksi orthorektifikasi 3. n nt n l 3 4. Cakupan awan minimum 10% per scene 2.3 Koreksi Orthorektifikasi Penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi yang dilakukan BIG, pada dasarnya adalah melakukan koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi yang diperoleh dari LAPAN. Untuk menghindari ketidakseragaman data IGD antar wilayah administrasi dan menjamin One Map maka dilakukan koreksi geometri secara menyeluruh sehingga memenuhi akurasi absolut dan relatif sesuai spesifikasi. Gambar 2: Ilustrasi Akuisisi Data Citra Satelit Sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada saat akuisisi data citra satelit dan adanya variasi topografi permukaan bumi, mempengaruhi kualitas posisi pada citra satelit yang dihasilkan. Semakin besar sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada saat akuisisi maka makin besar kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Semakin bervariasinya terrain/topografi (pegunungan dan perbukitan) semakin besar kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Pergeseran posisi objek di citra dan di lapangan dapat mencapai puluhan meter.
6 Gambar 3: Proses Orthorektifikasi Gambar 3 menunjukkan ilustrasi proses orthorektifikasi citra satelit yang membutuhkan data DEM, tie points serta control points dalam proses Bundle Adjustment untuk menjadikan sebagai data citra tegak. Koreksi orthorektifikasi diperlukan untuk meminimalisir kesalahan geometrik akibat sudut pengambilan obyek oleh sensor serta akibat perbedaan permukaan bumi (relief diplacement). Dalam proses orthorektifikasi, diperlukam data DEM (Digital Elevation Model) teliti dan GCP (Ground Control Point), sehingga menghasilkan citra (ground-)ortho. Citra satelit tegak resolusi tinggi yang dihasilkan dari proses orthorektifikasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ketelitian dengan CE90 RMSE : 2, m : < 1,65 m Nilai RMSE (Root Mean Square Error) tersebut dibuktikan dengan uji citra terorthorektifikasi terhadap titik uji/icp (Independent Control Point). 2.4 Penyebarluasan Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi hasil dari proses koreksi orthorektifikasi yang dihasilkan BIG perlu dikelola serta dibagi-pakaikan ke Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang membutuhkan. Pelaksanaan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi dilakukan melalui simpul jaringan data spasial Nasional. BIG sebagai lembaga pemerintah yang memiliki tanggung-jawab sebagai penghubung simpul jaringan menyelenggarakan koordinasi, kolaborasi, dan sinkronisasi kegiatan berbagi-pakai dan penyebarluasan. BIG bertanggung-jawab untuk menyusun pedoman dan standard kegiatan berbagi-pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi sangat tinggi untuk menjadi IGD berbasis citra tegak resolusi sangat tinggi yang ditetapkan melalui peraturan dan perundangan.
7 Secara umum, mekanisme berbagi pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Gambar 1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi. 2.5 Persiapan dan Rencana Kerja BIG untuk Implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2012 Implementasi Inpres No.6/2012 memerlukan penyiapan dari instansi yang berkontribusi aktif di dalamnya, baik mekanisme, teknologi, metodologi dan infrastruktur penunjangnya. Terkait hal tersebut, di tahun anggaran 2014 BIG sedang menyiapkan : Pengadaan perangkat lunak pengolah data citra tegak satelit, perangkat lunak tersebut didesain untuk menangani pengolahan citra tegak secara massive (masal), sehingga proses membuat mosaik citra satelit tegak resolusi tinggi dengan cakupan luas dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pengadaan perangkat keras (storage dan HPC), dalam mengolah citra tegak dalam jumlah besar dibutuhkan juga sistem perangkat keras yang mampu melakukan paralel computation dan juga meningkatkan kapasitas penyimpanan data citra satelit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukanlah penyediaan perangkat HPC (High Performance Computing) dan storage khusus untuk pengolahan citra satelit resolusi tinggi. Pengukuran Ground Control Points, pada tahun 2014 ini BIG melakukan pengukuran GCP sebanyak 2090 titik yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dengan menyesuaikan spesifikasi citra SPOT6 dan SPOT5. Titik GCP tersebut akan digunakan sebagai titik ikat tanah dalam proses orthorektifikasi citra SPOT serta berguna dalam mendapatkan ketelitian absolut citra hasil orthorektifikasi. Gambar 4 menunjukkan rencana sebaran pengukuran GCP di seluruh Indonesia. Gambar 4: Rencana Sebaran GCP
8 Pengadaan DEM Radar, semakin teliti data DEM yang digunakan dalam proses orthorektifikasi, semakin teliti pula citra satelit tegak yang dihasilkan. Pada Tahun 2014, BIG melakukan pengadaan DSM Radar seluas km persegi dengan tujuan menyediakan data DEM teliti untuk Indonesia dengan post-spacing 5 meter. Gambar 5 berikut menunjukkan indeks pengadaan data DEM (Radar) yang dilakukan pada Tahun Gambar 5: Indeks Pembelian Data Radar Tahun 2014 Pengolahan citra tegak, dengan tersedianya data GCP dan DEM teliti di Tahun 2014, maka BIG diharapkan untuk mampu menyediakan data citra tegak (SPOT) seluas km persegi di wilayah Indonesia. Data yang dibutuhkan adalah citra satelit SPOT yang diakuisisi oleh LAPAN dalam level data primary. Program kerja yang dilaksanakan oeh BIG pada Tahun 2014 terkait implementasi Inpres No.6/2012 sebagaimana dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1: Rencana Program Kerja BIG Tahun 2014 terkait implementasi Inpres No.6/2012
9 Adapun perkembangan program kerja BIG terkait implementasi Inpres No.6/2012 hingga September 2014 adalah sebagai berikut: Perangkat keras pengolah citra (Storage dan HPC) telah terpasang; Perangkat lunak pengolah citra (untuk modul citra SPOT) sudah terpasang di HPC dan mulai digunakan; Pengadaan DEM Radar telah sedang berjalan dengan perkembangan data DEM yang telah diterima oleh BIG pada awal September sebanyak kilometer persegi; Pengukuran GCP yang mencakup wilayah Indonesia sedang berlangsung; Pengolahan citra tegak sedang diuji cobakan pada perangkat pengolah citra. 2.6 Layanan BIG Kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah Kebutuhan mendesak akan data CSRT dari Kementrian/Lembaga terutama Pemerintah Daerah, menyebabkan beberapa pihak tidak dapat menunggu hasil program implementasi Inpres No.6/2012 yang dilakukan BIG di tahun anggaran Banyak Pemerintah Daerah sudah harus melaksanakan penyusunan RDTR pada Tahun 2014 ini, dan di dalamnya termasuk pembuatan unsur peta dasar. Dengan demikian, kepada K/L atau Pemerintah Daerah yang tidak dapat menunggu hasil kegiatan CSRT pada akhir tahun 2014, maka disarankan: Kepada Pemerintah Daerah yang mampu agar dapat mengalokasikan anggaran untuk kegiatan akuisisi data dasar (pemotretan udara atau Lidar) dalam menghasilkan peta dasar yang lengkap semua unsurnya. Kepada Pemerintah Daerah yang belum mampu mengalokasikan untuk kegiatan akuisisi data dasar, untuk melakukan penyediaan peta dasar dari hasil dijitasi citra satelit tegak resolusi tinggi. Proses orthorektifikasi yang dilakukan harus mengikuti SOP yang sudah ditetapkan BIG. Kegiatan penyelenggaraan data dan informasi geospasial dasar yang dilakukan oleh pihak selain BIG harus dikoordinasikan ke BIG. 3. KESIMPULAN Inpres Nomor 6 Tahun 2012 bertujuan untuk menjamin ketersediaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi wilayah Indonesia untuk mendukung kebijakan penggunaan satu peta (One Map Policy). Penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan data penginderaan jauh resolusi tinggi bagi seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan nasional, serta mengurangi duplikasi anggaran di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diharapkan untuk menyampaikan kebutuhan akan data citra satelit tegak resolusi tinggi dalam Rapat Koordinasi CSRT yang diadakan pada triwulan akhir tahun anggaran, sehingga baik BIG maupun LAPAN dapat menyusun perencanaan penyelenggaraan citra tegak sesuai prioritas dan kebutuhan pengguna dengan baik. Data Citra Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi yang disediakan dan dikoreksi radiometrik oleh LAPAN kemudian akan diorthorektifikasi oleh BIG sehingga menghasilkan citra satelit tegak.
10 Dalam rangka melaksanakan amanat Inpres No.6/2012, pada Tahun 2014 BIG berupaya untuk menyediakan kebutuhan akan citra satelit tegak dengan melakukan serangkaian program kerja antara lain peningkatan kapasitas dan sistem serta penyediaan data pendukung utama (GCP dan DEM). Untuk Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki kebutuhan mendesak pada saat yang bersamaan sehingga tidak dapat menunggu hasil kegiatan CSRT oleh BIG di tahun 2014, maka dipersilahkan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan penyediaan CSRT dengan mengikuti standar dan ketentuan yang telah ditetapkan, dikoordinasikan dan di-supervisi oleh BIG. Ucapan Terimakasih Penulis berterimakasih kepada segenap Tim yang tergabung dalam Pokja Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan Badan Informasi Geospasial (BIG) atas semangat dan upaya untuk mengimplementasikan Inpres Nomor 6 Tahun Penulis berterimakasih kepada seluruh staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT-BIG) atas tenaga dan semangatnya dalam pelaksanaan kegiatan CSRT. Penulis berterimakasih kepada LAPAN yang berkontribusi aktif dalam implementasi Inpres Nomor 6 Tahun DAFTAR PUSTAKA UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi Ayhan, E., Erden, O., Atay, G., and Tunc, E. (2006). D t l Orthophoto G n r t on w th A r l Photos n S t ll t m s n An lyz n of F tors wh h Aff t A ur y. Proceedings of XXIII FIG Congress, Munich Jerman. Chm l, J., K y, S., n Spruyt, P. Orthor t f t on n G om tr Qu l ty Assessment of Very High Spatial Resolution Satellite Imagery for Common Agrikultural Policy Purpos s. W rsh w Polandia. FGCD. (1999). Cont nt St n r s for D t l Ortho m ry. National Spatial Data Infrastructure, FGDC-STD n r j t, A un (2 12) SOP P ny l n r n C tr R solus S n t T n : T t K lol n P tunjuk P l ks n n B ku, Dokum n K j n T kn s npr s No. 6 T hun 2 12, B n Informasi Geospasial, Bogor - Indonesia BIOGRAFI SINGKAT
Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL L A P A PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN CITRA TEGAK SATELIT PENGINDERAAN
Lebih terperinciIsfandiar M. Baihaqi
ASPEK PERPETAAN UNTUK PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Isfandiar M. Baihaqi 0813
Lebih terperinciAnalisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)
A411 Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) Wahyu Teo Parmadi dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika,
Lebih terperinciMekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial
Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Dasar Hukum FUNGSI RDTR MENURUT PERMEN PU No 20/2011 RDTR dan peraturan
Lebih terperinciPENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
Lebih terperinciPROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG
PROSES REKOMENDASI BIG LAMPIRAN PETA RDTR PUSAT PEMETAAN TATA RUANG DAN ATLAS, BIG KONSEP ONE MAP POLICY 1 Standard Referensi Satu georeferensi yang sama Satu Pedoman yang sama Geoportal Basisdata Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia wilayahnya membentang dari 6⁰ Lintang Utara sampai 11⁰08 Lintang Selatan dan 95⁰ Bujur Timur sampai 141⁰45 Bujur Timur. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan
Lebih terperinciSURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL
SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga Pusat Pengembangan Infrastruktur
Lebih terperinciIr. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring dan Pelaporan
Lebih terperinciREVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25
REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25.000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KETELITIAN PETA DASAR (Studi Kasus: Pekerjaan Pemetaan RBI Aceh Paket
Lebih terperinciPeran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut
Lebih terperinciPENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP
PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan
Lebih terperinciOne Map And One Data Informasi Geospasial Tematik
One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam penetapan standar ketelitian peta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil
Lebih terperinciPerlunya peta dasar guna pendaftaran tanah
Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah DISAMPAIKAN OLEH: SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENPASAR, BALI - APRIL
Lebih terperinciPENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Soft Launching Atlas One Map Pekanbaru, 27 Februari 2013 Sugeng PRIJADI PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Kelompok Kerja Kesekretariatan
Lebih terperinciORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Orthorektiffikasi Citra Resolusi Tingggi untuk Keperluan... (Apriyanti dkk.) ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi
Lebih terperinciOUTLOOK PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM
OUTLOOK PUSAT PEMETAAN RUPABUMI DAN TOPONIM 2017 1 Outline Produk Unggulan PPRT Kegiatan Unggulan Bidang Pemetaan Rupabumi Skala Besar Akuisisi foto udara dan lidar Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi
Lebih terperinciPemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial
Pemetaan Desa Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial Jakarta, 02 Juni 2017 URGENSI PEMETAAN DESA URGENSI PEMETAAN DESA PETA
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR
Lebih terperinci2 4. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan InaGeoportal; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2015 BIG. Peran Serta. Orang. Jaringan Informasi Geospasial Nasional. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME
Lebih terperinciMenteri Negara PPN/Kepala Bappenas
Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial Jakarta, 27 April 2016 KERANGKA PAPARAN Pentingnya Informasi Geospasial Permasalahan Informasi
Lebih terperinciAnalisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)
F182 Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona) Theo Prastomo Soedarmodjo 1), Agung Budi Cahyono 1), Dwi
Lebih terperinciOUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017
OUTLOOK 2017 1 Pengantar Outlook PPTRA Cita-cita pembangunan nasional yang diemban oleh Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA), Badan Informasi Geospasial (BIG) tercermin pada tugas pokok dan fungsi
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017
PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.
Lebih terperinciKAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Muchlisin Arief, Kustiyo, Surlan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA 2018
PERJANJIAN KINERJA 2018 Tahun Anggaran 2018 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2018 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciSURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL)
SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL) IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
A703 Analisa Ketelitian Geometrik Citra Pleiades 1A dan Worldview-2 untuk Pembuatan Peta Dasar Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Pusat) Ricko Buana Surya, Bangun Muljo Sukojo,
Lebih terperinciSKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial
Lebih terperinciIna-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi
Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Dr. Asep Karsidi, M.Sc BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 11 Agustus 2012 Workshop Geospasial Bandung, 11 Agustus 2012 KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG IG: BIG penyelenggaraan
Lebih terperinciKajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS
Kajian Kualitas GCP Menggunakan Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS A. SYETIAWAN 1, J. OCTARIADY 2 dan F. F. CHABIBI 3 1,2,3 Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A375 Analisis Ketelitian Geometric Citra untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA
SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA SIGDes Dr. Suprajaka, MT Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG Kedeputian IIG - Badan Informasi Geospasial dan Ka Satgas Percepatan Pemetaan Desa dan SID Disampaikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA
168 Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 4 Desember 2010 : 168-173 PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA Kustiyo Peneliti Bidang
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)
Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Iva Nurwauziyah, Bangun Muljo Sukojo, Husnul Hidayat Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciREMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING
REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi
Lebih terperinciBEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK
BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi
Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi BAMBANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.78, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Jaringan. Giopasial. Nasional. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL
Lebih terperinci2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K
No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL
26 PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL Abidin Loebis Fakultas Ilmu Komputer Universitas Borobudur Jalan Raya Kalimalang No.1 Jakarta 13620 Email : abidinloebis@yahoo.com
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan
Lebih terperinciDepartemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak
ANALISA PENENTUAN BATAS LAUT ANTARA PROVINSI DKI JAKARTA DAN PROVINSI BANTEN BERDASARKAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 (Studi Kasus : 22 Pulau di Kepulauan Seribu) Yuwono 1, Deasy Rosyida Rahmayunita 2 1,2 Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik
5. PEMBAHASAN Penginderaan jauh mempunyai peran penting dalam inventarisasi sumberdaya alam. Berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki penginderaan jauh mampu memberikan informasi yang cepat khususnya
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)
STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)) STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mengamanahkan Peta Rupa Bumi Indonesia sebagai Peta Dasar diselenggarakan mulai pada skala 1 : 1.000.000
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB
Lebih terperinciPenentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah
LAMPIRAN 6 KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS 2012 Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data
Lebih terperinciPEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
2015 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN Danau Rawa Pening, Provinsi Jawa Tengah PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH LI1020010101 PEDOMAN
Lebih terperinci1. Identifikasi kepemilikan melalui FGD dan survei : - Permukiman (Kudus, Rembang, Temanggung, Semarang) - Sawah (Kudus, Rembang, Temanggung,
1. Identifikasi kepemilikan melalui FGD dan survei : - Permukiman (Kudus, Rembang, Temanggung, Semarang) - Sawah (Kudus, Rembang, Temanggung, Semarang) - Tambak Garam (Rembang) 2. Desa-desa model : Desa
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)
Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban) A425 Friska Melia Ode Binta dan Bangun Muljo Sukojo Departemen
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi
Lebih terperinci2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial tentang
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 142, 2015 BIG. Wajib SNI. Pemetaan Lahan Gambut. Penginderaan Jauh. Pemberlakuan. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERLAKUAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah dan informasi geospasial. Diperlukan peta dasar pendaftaran dan peta kerja yang dapat dijadikan
Lebih terperinciCitra Satelit IKONOS
Citra Satelit IKONOS Satelit IKONOS adalah satelit inderaja komersiil pertama yang dioperasikan dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang merupakan
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
Lebih terperinciBAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN
BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN Informasi geospasial tematik (IGT) merupakan informasi geospasial (IG) yang menggambarkan satu
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RG141536
TUGAS AKHIR RG141536 ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN ORTHOREKTIFIKASI CITRA PLEIADES DAN QUICKBIRD UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR RENCANA DETAIL TATA RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus: Bagian Wilayah Perkotaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan
Lebih terperinciPengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering
Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA TENTANG PEMETAAN LAHAN GAMBUT SKALA 1:50.000 BERBASIS CITRA PENGINDERAAN JAUH DENGAN
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m
Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No. 3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERAN SERTA SETIAP ORANG DALAM JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERAN SERTA SETIAP ORANG DALAM JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciManagement and Distribution of Geospatial Information in Indonesia
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Management and Distribution of Geospatial Information in Indonesia Dr. Ir. Yusuf S. Djajadihardja M.Sc. Deputi Kepala Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial BADAN INFORMASI
Lebih terperinciPERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA
PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA Atriyon Julzarika Alumni Teknik Geodesi dan Geomatika, FT-Universitas Gadjah Mada, Angkatan 2003 Lembaga Penerbangan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-440 Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah (Studi Kasus: Kecamatan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA PIHAK TERTENTU DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF RP0,00 (NOL RUPIAH) ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN
Lebih terperinciATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA
ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA Danang Budi Susetyo, Dini Nuraeni, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA 2016
PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
Lebih terperinciStatus Data RBI Skala 1: dan 1: Tahun Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA
Status Data RBI Skala 1:50.000 dan 1:25.000 Tahun 2017 Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial KEBIJAKAN SATU PETA Landasan Hukum Undang Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Lebih terperinciBAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)
BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG DENGAN TENTANG
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG DENGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG PELAKSANAAN SURVEI GROUND CONTROL POINT DAN PENYUSUNAN CITRA TEGAK WILAYAH
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
A380 Analisis Metode Delineasi pada Citra Resolusi Tinggi dalam Pembuatan Kadaster Lengkap Arinda Kusuma Wardani, Agung Budi Cahyono, dan Dwi Budi Martono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciPEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI
PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI Virgus Ari Sondang 1) 1) Program Studi Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Jl.
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL DAN INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165
JURNL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) G165 nalisis Ketelitian Geometrik Citra Satelit Pleiades 1 dan untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Kawasan Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung
Lebih terperinci