PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT OLEH PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN GURU SEKOLAH DASAR DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA JAMBI
|
|
- Leony Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT OLEH PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN GURU SEKOLAH DASAR DI WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KOTA JAMBI Oleh : Hj. Nuraini, SH, MH Abstrak Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Selain tenaga pendidik, peningkatan mutu pendidikan juga menuntut adanya tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada dan memerlukan pembinaan dan pengembangannya salah satunya tenaga pengawas. Tenaga pengawas sudah ada dan sudah berfungsi di setiap jenis dan jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan. Tulisan ini mengkaji masalah pokok yaitu : Bagaimanakah tugas dan fungsi Pengawas Sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar dan Bagaimanakah Pelaksanaan Pengawasan melekat oleh pengawas sekolah terhadap guru Sekolah Dasar di wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi.Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data penelitian lapangan. Hasil penelitian ini Meskipun berdasarkan jenjang evaluasi yang telah ditetapkan disimpilkan bahwa kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap pengawasan melekat disebabkan karena atasan kurang mensosialisasikan dan menjelaskan pengawasan melekat pada bawahannya.kendala-kendala tersebut adalah :rapat staf untuk mengevaluasi pimpinan tidak berada ditempat, disiplin kerja pegawai masih rendah, hal ini dibuktikan dengan terlambat masuk kerja ataupun pulang lebih awal dari ketentuan yang berlaku dan atasan seringkali tidak memberikan teguran terhadap pegawai/bawahan yang kurang disiplin.upaya-upaya yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :Jadwal rapat staf tidak perlu ditentukan berdasarkan tanggal tetapi cukup berdasarkan mingguan dan setiap atasan memonitoring bawahannya pada setiap jam mulai kerja maupun jam pulang kerja. Kata Kunci : Pengawasan Melekat, Disiplin, Guru, Dinas Pendidikan Hj. Nuraini, SH, MH. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 47
2 A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatusystempendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Sebagaimana yang tertuang dalam UU nomor 20 Tahun 2003 bahwasanya Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat 1 Nasional. 1 Djamarah, S.B Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha 48
3 Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan mengemukakan bahwa: Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan 2. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsurunsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri 3. Menurut Pidarta bahwa: setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang 4. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Masalah pokok pendidikan kita dewasa ini adalah peningkatan mutu pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikian. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan delapan standar nasional pendidikan yakni: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan (PP. No. 19 Tahun 2005). Standar nasional pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, pada hakekatnya menjadi arah dan tujuan penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu standar yang dinilai paling langsung berkaitan dengan mutu lulusan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk dapat mencapai mutu pendidikan yang diinginkan, tenaga pendidik atau guru dituntut memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik ditunjukkan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan dengan kualifikasi minimal sarjana (S1) 2 Gunawan, Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 3 Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 4 Pidarta, 1999.Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. 49
4 pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sedangkan kompetensi tenaga pendidik mencakup kompetensi pribadi, pedagogik, sosial dan kompetensi professional. Selain tenaga pendidik, peningkatan mutu pendidikan juga menuntut adanya tenaga kependidikan yang memadai. Tenaga kependidikan yang ada dan memerlukan pembinaan dan pengembangannya pada saat ini terdiri atas: (1) tenaga kepala sekolah, (2) tenaga pengawas, (3) tenaga laboran/teknisi, (4) tenaga perpustakaan dan (5) tenaga tata usaha. Tenaga kependidikan di atas terutama tenaga laboran, tenaga perpustakaan dan tata usaha kurang mendapat perhatian dalam hal pembinaan dan pengembangannya dibandingkan dengan tenaga pendidik. Sedangkan tenaga kepala sekolah dan tenaga pengawas sudah ada dan sudah berfungsi di setiap jenis dan jenjang pendidikan, walaupun pembinaan dan pengembangan secara akademik masih belum terpola dan berkesinambungan. Tenaga pengawas TK/SD, SMP, SMA dan SMK merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik dan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah. Pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah. Oleh sebab itu tenaga pengawas harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul dari guru dan kepala sekolah. Peranan pengawas hendaknya menjadi konsultan pendidikan yang senantiasa menjadi pendamping bagi guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Lebih dari itu kehadiran pengawas harus menjadi agen dan pelopor dalam inovasi pendidikan di sekolah binaannya. Kinerja pengawas salah satunya harus dilihat dari kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh sekolah binaannya. Dalam konteks itu maka mutu pendidikan di sekolah yang dibinanya akan banyak tergantung kepada kemampuan profesional tenaga pengawas. Kondisi saat ini kualifikasi dan kompetensi pengawas belum sebagaimana yang diharapkan. Di beberapa daerah para pengawas menyatakan bahwa wawasan akademik dirinya berada di bawah guru dan kepala sekolah sebab mereka tidak pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi. Temuan di lapangan dari pengawas yang hampir mewakili semua propinsi, menunjukkan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memperpanjang masa pensiun. Kualifikasi pendidikan para pengawas umumnya sarjana (S1) namun masih ada yang belum sarjana terutama pengawas TK/SD, dan yang berpendidikan sarjana pun bidang ilmunya masih ada yang kurang relevan dengan bidang kepengawasannya. Usia 50
5 rata-rata pengawas cukup tua yakni 52 tahun dengan rata-rata masa kerja sebagai PNS 25 tahun. Sedangkan masa kerja menjadi pengawas rata-rata 6 tahun. Jenjang karir pengawas masih kurang jelas dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas boleh dikatakan tidak ada baik berupa Diklat kepengawasan, penataran khusus pengawas, seminar, lokakarya dan kegiatan ilmiah lainnya. Bahkan dalam kegiatan penataran/pelatihan guru, pelatihan kepala sekolah dan kegiatan akademik lainnya pengawas tidak pernah dilibatkan. Tugas pokok yang rancu bahkan di beberapa daerah menempatkan pengawas bukan lagi sebagai supervisor akademik dan manajerial. Selain itu daya dukung kurang menunjang untuk melaksanakan tugas kepengawasan satuan pendidikan. Biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil. Pengawas juga kurang diberikan penghargaan sebagaimana tenaga pendidik seperti adanya guru teladan dan penghargaan lainnya. Meskipun pengawasan melekat bersifat mutlak yang harus ada dalam setiap lingkungan organisasi pemerintah, kenyataan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya banyak menemui kendala-kendala yang tidak begitu mudah diatasi. Penyelenggaraan sebagai tugas umum pemerintah dan pembangunan dibidang Pendidikan merupakan tugas pokok Departemen Pendidikan Nasional. Dalam pelaksanaannya Penyelengaraan tugas umum dan pembangunan di bidang Pendidikan Nasional di Daerah Dilimpahkan pada kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi yang dibentuk pada setiap Daerah Tingkat 1 di seluruh Indonesia. Pelimpahan tugas ini adalah didasarkan atas azaz Dekonsentrasi. Berdasarkan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyatakan bahwa: fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, Departemen Pendidikan Nasional Mengelolah sumber daya pendidikan yang meliputu tenaga, dana, sarana dan prasarana Dengan cara memanfaatkan fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan. Keberhasilan penyelengaraan Pendidikan Nasional dapat tercapai apabila ada keterpanduan dari setiap aspek fungsi manajemen. Untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna pengelolah Pendidikan Nasional diperlukan peningkatan dalam fungsi pengawasan, khususnya pengawasan melekat. Berdasarkan uraian tersebut diatas Penulis tertarik untuk mengkaji mengenai pelaksanaan pengawasan melekat dalam rangka peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil terutama profesi guru pada lingkungan 51
6 Dinas pendidikan Kota Jambi, yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : Pelaksanaan Pengawasan Melekat Oleh Pengawas Sekolah Terhadap Disiplin Guru Sekolah Dasar Di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi B. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tugas dan fungsi Pengawas Sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar? 2. Bagaimanakah Pelaksanaan Pengawasan melekat oleh pengawas sekolah terhadap guru Sekolah Dasar di wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi? C. Pembahasan a. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Sekolah Dasar Pasal 2 ayat (1) Intruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 menyebutkan bahwa: Pengawasan melekat terdiri dari : a. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan/atasan langsung, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah b. Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam butir a diatur lebih lanjut dalam bab II, yang hanya terdiri dari satu pasal yakni Pasal 3 yang mempunyai 3 ayat yang selengkapnya sebagai berikut : (1) Pimpinan semua satuan organisasi pemerintah, termasuk proyek pembangunan dilingkungan. Depatermen/Lembaga/Instansi lainnya, menciptakan pengawasan melekat dan meningkatkan mutunya didalam lingkungan tugasnya masing-masing. (2) Pengawasan melekat dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan : a. melalui pengarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula.b. melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan. c. Melalui rencana kerja yang mengambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan menjadi hubungan antarberbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya. d. Melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan. e. Melalui penatatan hasil kerja dan pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan sertapenyusunan penanggung jawab, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan keuangannya. f. Mengenai pembinaan personil yang terus menerus 52
7 agar para pelaksanaannyamenjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan tugasnya. (3) Adanya aparat pengawasan fungsional dari suatu organisasipemerintah tidak mengurangi pelaksanaan dan peningkatan pengawasan melekat yang harus dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya. Inti tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah menilai dan membina.subjek yang dinilai adalah teknis pendidikan dan administrasi pendidikan. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.penilaian adalah penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tabel Matrik Tugas Pokok Pengawas Rincian Tugas Inspecting/ Pengawasan Advising/ Menasehati Pengawasan Akademik (Teknis Pendidikan/ Pembelajaran) Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran Proses pembelajaran/ praktikum/ studi lapangan Kegiatan ekstra kurikuler Penggunaan media, alat bantu dan sumber belajar Kemajuan belajar siswa Lingkungan belajar Menasehati guru dalam pembelajaran/bimbingan yang efektif Guru dalam meningkatkan kompetensi professional Guru dalam melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas Guru dalam meningkatkan kompetensi pribadi, sosial dan pedagogic Pengawasan Manajerial (Administrasi dan Manajemen Sekolah) Pelaksanaan kurikulum sekolah Penyelenggaraan dministrasi sekolah Kinerja kepala sekolah dan staf sekolah Kemajuan pelaksanaan pendidikan di sekolah Kerjasama sekolah dengan masyarakat Kepala sekolah di dalam mengelola pendidikan Kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan Kepala sekolah dalam peningkatan kemamapuan professional kepala sekolah Menasehati staf sekolah dalam melaksanakan tugas administrasi sekolah Kepala sekolah dan staf dalam kesejahteraan sekolah 53
8 Rincian Tugas Monitoring/ Memantau Coordinating/ mengkoordinir Reporting/ melaporkan Pengawasan Akademik (Teknis Pendidikan/ Pembelajaran) Ketahanan pembelajaran Pelaksanaan ujian mata pelajaran Standar mutu hasil belajar siswa Pengembangan profesi guru Pengadaan dan pemanfaatan sumbersumber belajar Pelaksanaan inovasi pembelajaran Pengadaan sumber-sumber belajar Kegiatan peningkatan kemampuan profesi guru Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Kemajuan belajar siswa Pelaksanaan tugas kepengawasan akademik Pengawasan Manajerial (Administrasi dan Manajemen Sekolah) Penyelenggaraan kurikulum Administrasi sekolah Manajemen sekolah Kemajuan sekolah Pengembangan SDM sekolah Penyelenggaraan ujian sekolah Penyelenggaraan penerimaan siswa baru Mengkoordinir peningkatan mutu SDM sekolah Penyelenggaraan inovasi di sekolah Mengkoordinir akreditasi sekolah Mengkoordinir kegiatan sumber daya pendidikan Kinerja kepala sekolah Kinerja staf sekolah Standar mutu pendidikan Inovasi pendidikan Berdasarkan hal di atas, ada sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas sekolah. Secara garis besar ada dua kompetensi yang harus dimliki, yakni kompetensi menilai dan kompetensi membina. Wawasan pengawas sekolah dalam bidang penilaian sangatlah dibutuhkan. Mulai dari memahami konsep penilaian, jenis penilaian, indikator penilaian, instrumen penilaian, mengolah hasil penlaian, sampai kepada memanfaatkan hasil penilaian untuk pembinaan, merupakan hal wajib yang harus dikuasai pengawas sekolah. Selain itu, melaksanakan penilaian dengan kiat yang tepat juga merupakan bagian dari kompetensi yang tidak boleh dilupakan. Sehubungan dengan ini, ada empat kelompok tugas pengawas sekolah yaitu: (1) merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan instrumennya; (2) melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidahkaidah penilaian; (3) mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah; dan (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk berbagai keperluan. Pengawas sekolah haruslah memahami konsep pembinaan, jenisjenis pembinaan, strategi pembinaan, komunikasi dalam membina, hubungan antar personal dalam membina, dan sebagainya. Sekaitan 54
9 dengan pembinaan, pengawas sekolah juga harus piawai merencanakan pembinaan, melaksanakan pembinaan, menilai hasil pembinaan, dan menindaklanjuti hasil pembinaan. Dengan kompetensi-kompetensi itu tentu keberadaan pengawas di satuan pendidikan benar-benar diharapkan dan dirindukan. Pengawas Sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. b. Pelaksanaan Pengawasan Melekat Oleh Pengawas Sekolah Terhadap Disiplin Guru sekolah Di Wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1983 sesungguhnya hanya merupakan pedoman umum mengenai pelaksanaan pengawasan. Oleh karena itu agar kegiatan pelaksanaan pengawasan melekat serta hasil yang nyata diperlukan suatu pedoman yang khusus mengenai pelaksanaan pengawasan melekat.hal ini menjadi dasar pemikiran dikeluarkannya Intruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989 tentang pedoman pelaksanaan pengawasan melekat.dalam Instruksi tersebut, dijelaskan bahwa pelaksanaan pengawasan melekat dilakukan dengan : a. Menciptakan sarana atau sisitem, kerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki sehinggan pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku ; b. Memantau, mengawasi dan memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku secara berdaya guna dan berhasil guna; c. Mengidentifikasikan dan menganalisis gejala-gejala dan akibatnya serta cepat mengatasinya ; d. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan kewenangan dengan memperhatikan kewenangan pejabat/intansi yang berkait ; e. Menjalin kerjasama dengan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan-pengawasan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan melekat ; f. Meminta laporan dan mempertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bawahannya ; g. Memberikan penilaian tetap pelaksanaan tugas bawahan ; h. Membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas dngan baik ; Dengan memperhatikan atas ketentuan yang diatur dalam Inpres Nomor 15 Tahun 1983 dan Inpres Nomor 1 Tahun 1989, sesungguhnya terdapat suatu petunjuk bagi aparat pengawas bahwa pelaksanaan pengawasan melekat dan pengawasan-pengawasan lainnya harus terkoordinasi dengan baik guna meningkatkan mutu pengawasan dengan tetap memperhatikan batas kewenangan sesuai dengan perundang-undang yang berlaku. Pelaksanaan pengawasan melekat sebagai upaya pengendalian yang terus menerus terhadap segala kegiatan yang ada pada wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi menggunakan sistem 55
10 pengawasan melekat, yang dimulai dengan penyusunan rencana kegiatan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan DRA.Hj.NurmainiKorwas Dinas Pendidikan Kota Jambi, tanggal 25 september 2014 di Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi : Dalam melaksanakan pengawasan melekat, sistem yang digunakan adalah system yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tetntang pengawasan melekat. Kegiatan pengawasan melekat pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan dilanjutkan dengan pengawasan, agar pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan dan berhasil sesuai dengan yang telah direncanakan Untuk lebih menggalakkan kegiatan pengawasan melekat dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional telah diterbitkan suatu pedoman dalam melaksanakan pelaksanaan melekat sebagaimana dikemukakan oleh Dra. Hj. Nurmaini bahwa: dalam pelaksanaan pengawasan melekat di lingkungan Dinas Pendidikan telah diterbitkan suatu pedoman pengawasan melekat. Terutama terkait pengawasan terhadap guru, apalagi saat sekarang ini profesional seorang guru menjadi hal yang paling utama. Akan tetapi profesional tersebut akan tercipta dan dapat diwujudkan diawali dengan tingkat kedisiplinan seorang guru. Seperti yang telah banyak didengar dan dilihat di media massa misalnya seorang guru justru berbelanja pada saat jam pelajaran sekolah. Jadi berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa dalam pelaksanaan pengawasan melekat pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi digunakan suatu sistem manajemen dengan selalu berpedoman pada pedoman pengawasan yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional yang berlaku untuk seluruh jajaran Dinas Pendidikan diseluruh Indonesia. Setelah dilaksanakan penyusunan rencana selanjutnya diadakan pengorganisasian atau pengelompokan kegiatan untuk memantau dan memeriksa hasil kegiatan, apakah kegiatan itu terlaksana atau tidak sesuai dengan yang telah direncanakan.dalam pelaksanaan kegiatan selain atasan melakukan pengawasan langsung ditempat, pegawai bawahan yang melaksanakan kegiatan juga melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada atasan terutama pada saat diadakan rapat staf. Hal ini sebagaimana diutarakan Bapak Nur Hamid Hadi sebagai berikut : Dalam pelaksanaan pengawasan melekat ini langkah langkah yang diterapkan Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi adalah antara lain sebagai berikut : 56
11 1. Mengawasi langsung seluruh guru pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi mulai dari pelaksanaan tugasnya sampai pada tingkat kedisiplinan 2. Mengadakan rapat anggota pengawas sekolah untuk mengevaluasi pelaksanaan pengawasan tersebut baik terkait dengan supervisi akademik maupun supervisi administrasi(wawancara tgl. 2013). Jadi berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwasanya dalam pelaksanaan pengawasan melekat ditanamkan suatu pemahaman bahwa kegiatan pengawasan yang dilaksanakan adalah dalam rangka pencapaian hasil kerja yang baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemahaman tersebut perlu ditanamkan agar para guru tidak memandang bahwa kegiatan kegiatan pengawasan yang dilakukan adalah untuk mencari cari kesalahan atau karena kurangnya kepercayaan atas tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Pemahaman ini tentu dapat diterima apabila guru mengetahui arti dan tujuan pengawasan melekat, serta apabila atasan memandang bawahannya sebagai mitra kerja untuk mencapai tujuan bersama, yang tercermin dalam sikap sehari hari di dalan lingkungan kerja. Berdasarkan wawancara penulis dengan Eko Genta Putra, guru SD Adhyaksa Kota Jambimenuturkan bahwa : Dalam rangka pelaksanaan tugas dan pencapaian sasaran tugas yang telah ditetapkan, kami selaku guru memang memiliki kewajiban melaporkan semua beban kerja dan selalu dilakukan pengawasan oleh pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan Kota Jambi. (wawancara 29 Desember 2013). Lebih lanjut pula dijelaskan oleh Ibu Rilawati, guru SDN 68/IV bahwa: terkait dengan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah mereka melaksanakan pengawasan terhadap supervisi akademik dan administrasi guna terwujudnya profesionalitas seorang guru. Dan sesungguhnya juga masalah kinerja dan administrasi kepala sekolah, staf dan guru artinya juga masalah kedisiplinan Tetapi pada kenyataannya untuk kedisiplinan kami seorang guru sepertinya lebih diawasi langsung oleh Kepala Sekolah. (wawancara tgl. 19 Desember 2013) Dari uraian diatas, diketahui bahwa seorang guru dalam mewujudkan pelaksanaan tugas tepat waktu, berhasil guna serta mencapai sasaran tugas mereka telah punya peraturan perundang-undangan sendiri terlebih yang telah bersertifikasi pendidik maka dengan sendirinya punya beban kerja yang selalu dilaporkan secara berkala. Untuk Hal tersebut maka adanya dan dibentuk pejabat pengawas sekolah yang ditugaskan sebagai pengawas sekaligus mitra guru yang juga membimbing guru 57
12 dalam mewujudkan profesionalitas guru sehingga mampu memenuhi amanat Undang-Undang Guru Dan Dosen. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa sesungguhnya tugas yang direncanakan dan dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi telah dilaksanakan. Namun menurut penulis belum optimal karena khusus untuk kedisiplinan guru belum terlihat adanya sanksi yang tegas dari Dinas Pendidikan Kota Jambi. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Israydy Saputra, S.Pd.I, Guru SDN 113/IV Simp. IV Sipin bahwa: Masih banyak guru yang tidak disiplin pada waktu yang seharusnya mengajar, kadangkala guru malah kemana-mana, atau menyerahkan tugasnya pada anak-anak PPL yang kebetulan praktek. Seharusnya kedisiplinan guru harus pula diperhatikan oleh Dinas Pendidikan bukan semata-mata diserahkan pada kepala sekolah yang mengawasi. Karena kadangkala kepala sekolahpun saling menutupi kesalahan masing-masing. Sanksi tegas dari dinas sangat diperlukan untuk menindaklajuti prilaku guru yang tidak disiplin tersebut. Karena pada kenyataannya, terutama di SD saya ini, saya belum melihat adanya sanksi yang ditetapkan Dinas Pendidikan terhadap guru tidak disiplin, bahkan belum pernah ada razia mendadak dari dinas untuk melihat kedisiplinan tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa pengawasan melekat terhadap disiplin guru merupakan rangkaian tugas pokok seorang pejabat pengawas sekolah yang merupakan pelaksana tugas dari Dinas Pendidikan. Terlepas dari kekurangannya, sesungguhnya tugas tugas/ kegiatan yang ada dalam lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kota Jambi sudah seharusnya lebih dioptimalkan lagi. Kenyataan ini tentu saja tak terlepas dari pelaksanaan dan pengawasan melekat yang dilakukan oleh para pejabat pengawas sekolahdi Wilayah Dinas Pendidikan Kota Jambi. Dan sudah saatnya ada penerapan sanksi tegas terhadap kepala sekolah, guru ataupun staf yang tidak disiplin terutama disiplin guru terhadap waktu/jam-jam pelajaran. D. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengemukakan sebagai kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989, setiap pejabat atasan pada semua instansi pemerintah baik ditingkat pusat maupun didaerah harus melaksanakan pengawasan melekat. Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi sebagai salah satu instansi pemerintah juga melaksanakan pengawasan melekat yang dilaksanakan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi tersebut dapat disimpulkan bahwa : 58
13 a. pengawasan melekat yang dilaksanakan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi berdasarkan jenjang evaluasi yang telah diutamakan dapat dikatakan berhasil namun demikian pada kenyataan dilapangan pelaksanaan belum menampakan hasil yang diharapkan sesuai dengan ketentuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan sasaran pengawasan melekat. b. belum tercapainya hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan sasaran pengawasan melekat tersebut adalah dikarenakan kurangnya pejabat melakukan pemantauan (monitoring) atas pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan. c. Meskipun berdasarkan jenjang evaluasi yang telah ditetapkan disimpilkan bahwa pelaksanaan pengawasan melekat pada kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi berhasil, tingkat kedisiplinan pegawai ternyata belum dapat dikatakan baik. Hal ini terutama dilihat dari tingkat keterlambatan pegawai masuk kerja maupun pulang lebih awal dari ketentuan. d. Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata responden dari golongan I dan II lebih mudah menerima adanya pengawasan melekat. Ini menunjukan bahwa golongan pegawai yang lebih mudah menerima pengawasan melekat tidak hanya golongan kepangkatan rendah (1). e. kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap pengawasan melekat disebabkan karena atasan kurang mensosialisasikan dan menjelaskan pengawasan melekat pada bawahannya. 2. Meskipun kegiatan pengawasan melekat terlaksana dengan baik, namun kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jambi selalu ada. Kendala-kendala tersebut adalah : a. rapat staf untuk mengevaluasi pimpinan tidak berada ditempat. b. disiplin kerja pegawai masih rendah, hal ini dibuktikan dengan terlambat masuk kerja ataupun pulang lebih awal dari ketentuan yang berlaku. c. Atasan seringkali tidak memberikan teguran terhadap pegawai/bawahan yang kurang disiplin. E. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut serta guna mengektifkan pelaksanaan pengawasan melekat, maka upaya-upaya yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : a. Jadwal rapat staf tidak perlu ditentukan berdasarkan tanggal tetapi cukup berdasarkan mingguan, misalnya dilaksanakan setiap minggu kedua dan minngu keempat. Hal ini dimaksudkan agar apabila pimpinan akan berangkat untuk suatu tugas luar, rapat staf bisa dipercepat pelaksanannya. Selain itu dapat pula dimadatkan kepada Kepala Bagian dan Kepala Bidang yang ada untuk memimpin rapat staf dan terus berjalan meski pimpinan tidak berada ditempat. b. Untuk meningkatkan disiplin pegawai khususnya ketaatan terhadap jam kerja yang berlaku, setiap atasan memonitoring bawahannya pada setiap jam mulai kerja maupun jam pulang kerja, serta memberikan teguran lisan ditempat terhadap pegawai yang ketahuan terlambat atau 59
14 pulang lebih awal dari ketentuan yang berlaku. Ini berarti pula setiap atasan terlebih dahulu memberikan contoh disiplin yang baik kepada bawahannya. c. E. Daftar Pustaka Djamarah, S.B Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional. Gunawan, Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pidarta, 1999.Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. 60
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH
1 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH Oleh: Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Padang. Abstrak: Pengawas sekolah salah satu
Lebih terperinciREVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Lebih terperinciSistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap profesional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang profesional mempertaruhkan profesi pada kualitas kerjanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar bergantung pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kapasitas individu, keluarga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.206, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pengawas. Madrasah. Pendidikan Agama Islam. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWAS MADRASAH DAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp. 022-426481112 fax. 022-4264881 Bandung 40171 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2006 Materi : Wawasan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pengawasan sekolah harus diawali dengan penyusunan program kerja. Dengan adanya program kerja maka kegiatan pengawasan dapat terarah dan memiliki sasaran
Lebih terperinci2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konstitusi negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar
Lebih terperinciSupervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas)
Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Wildan Zulkarnain Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jl. Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya kualitas sistem pendidikan nasional. Rendahnya kualitas dan kompetensi guru secara umum, semakin
Lebih terperinciBAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan didirikan lembaga pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kualitas pendidikan bangsa Indonesia intens diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun pihak pengambil
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013
aminhaedari@yahoo.com PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013 DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses budaya, sehingga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika dalam aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhannya sangat tinggi, hal ini berdampak kepada persaingan dalam dunia kerja penuh dengan syarat keprofesionalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciRUANG LINGKUP PENGAWASAN PENDIDIKAN
RUANG LINGKUP PENGAWASAN PENDIDIKAN Tugas Mata Kuliah PENGAWAS DAN KEPENGAWASAN Dosen Pengampu : Dr. Arif Rahman, M.Pd Oleh : ESRON RAJAGUKGUK NIM. 8146132039 KELAS A2W AP KEPENGAWASAN PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA
PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh setiap orang dan merupakan suatu kebutuhan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat stategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Lebih terperinciDAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS
DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa yang sedang membangun seyogyanya menjadikan sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan pada suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa. Keberhasilan
Lebih terperinci2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang sekolah menengah yang mengembangkan kemampuan siswanya pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja, akan tetapi proses
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui Kewajiban itu kemudian di rumuskan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidik merupakan tenaga profesional sesuai dengan bidangnya, hal ini sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL
- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU
UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hakikatnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dan proses menjadikan manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Pendikan merupakan sala satu sektor pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu menghasilkan output yang kompetitif dalam menghadapi persaingan serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHUL PENDAHULUAN
UAN BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya. Untuk dapat membentuk sumber daya manusia ini haruslah melalui pendidikan
Lebih terperinciTujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala
Lebih terperincidiidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenjang Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan dasar memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang keberadaannya merupakan fondamen dari pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, hal ini karena tanpa pendidikan
Lebih terperinciDRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperincie. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia dalam organisasi, termasuk sekolah memiliki posisi yang sangat vital. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kualitas orangorang yang
Lebih terperinci