KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS"

Transkripsi

1 KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Muhammad Choiruddin Azis NIM A

4 ABSTRAK MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan SYARTINILIA. Pohon memainkan peran penting untuk menciptakan karakter unik lanskap dan juga berfungsi sebagai habitat bagi banyak burung. Pohon sendiri mempunyai karakteristik yang dibentuk oleh arsitektur tajuk dan bentuk percabangan yang berbeda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman pohon berdasarkan arsitekturnya, kekayaan jenis burung, tingkat penggunaan pohon oleh burung, dan pengaruh yang diberikan oleh arsitektur pohon terhadap kehadiran burung. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagi kampus IPB Dramaga dalam petak pengamatan yang berukuran 300m x 300m kemudian tiap petak diamati kondisi fisik pohon meliputi tajuk, percabangan, ukuran daun, keberadaan bunga dan buah, dan kehadiran burung pada pohon yang dipilih. Dalam penelitian ini didapatkan 99 pohon sampel yang tersebar dalam 24 petak pengamatan dengan 27 spesies burung pada pohon sampel. Dari hasil analisis terlihat bahwa parameter yang mempengaruhi kehadiran burung adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunga, dengan model Y = 0, ,777 X 1 + 2,543 X 2. Dari referensi dan hasil penelitian diketahui bahwa burung lebih memilih pohon dengan percabangan vertical dan berbunga. Dari hasil penelitian ini juga direkomendasikan beberapa jenis pohon yang dapat menarik lebih banyak burung Kata kunci: habitat burung, pemilihan pohon, petak pengamatan, pohon ABSTRACT MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Study of Correlation of Tree Architecture and Birds Presence in IPB Dramaga Campus Bogor. Supervised by TATI BUDIARTI and SYARTINILIA. Trees play a major role for creating the landscape characteristic and also functions as a habitat for many birds. Trees has characteristic created by canopy and branches shape that differ each other. The research goals were to analyze the tree diversity based on its architecture, bird species richness, trees usage level by birds, and the influence given by tree architecture to bird presence. This research was conducted by divide IPB Dramaga campus into observation plots by size 300m x 300m. Then each plot was observed the trees physic include its canopy, branches, leaf size, flower and fruit existance and birds presence on the selected trees. In this research gained 99 sample trees that divided into 24 observation plots with 27 species of birds on the sample trees. From the result of analysis seen that parameter of the trees that influence bird presence are branches shape and flower existance, with model Y = 0, ,777 X 1 + 2,543 X 2. From the reference and research result we knew that bird most prefered tree with vertical branch and have flower on it. From this research result also recommended some tree species that can attract more birds. Keywords: birds habitat, observation plots, tree preference, trees

5 KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor Nama : Muhammad Choiruddin Azis NIM : A Disetujui oleh Dr. Ir. Tati Budiarti, MS Pembimbing I Dr. Syartinilia, SP, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen Tanggal disetujui :

8 l udul Skripsi: Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor ama : Muhammad Choiruddin Azis NIM : A Disetujui oleh D. Ir. Tati Budiarti MS Pembimbing I Dr. Syartinilia, SP, MSi Pembimbing II Tanggal disetujui: 2 D MAR 2014

9

10 PRAKATA Segala puji dan syukur hanyalah milik Alloh SWT yang atas segala nikmat dan karunia-nya penulis bisa menyelesaikan laporan penelitian ini. Laporan penelitian berjudul Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi I dan Ibu Dr. Syartinilia, SP. MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal perencanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Dr. Kaswanto, SP. MSi sebagai penguji pada ujian skripsi yang telah memberikan banyak masukan untuk memperbaiki skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah membagikan ilmu kepada penulis dari awal masuk sampai keluar dari departemen. 4. Seluruh anggota Uni Konservasi Fauna - IPB atas ide-ide yang diberikan untuk merumuskan penelitian ini dan kebersamaan yang telah diberikan dari awal penulis masuk sampai waktu yang tidak terhingga. 5. Seluruh teman-teman ARL 46 atas bantuan dan semangat yang diberikan dari persiapan MPD sampai kapanpun. 6. Seluruh teman-teman Manggolo Putro Ponorogo, khususnya penghuni PAS yang telah menemani selama bertahun-tahun dengan segala suka dan duka. 7. Orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa, semangat, dan kasih sayang yang diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap agar hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi pendorong untuk penelitian yang lebih dalam lagi. Bogor, Maret 2014 Muhammad Choiruddin Azis

11

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODOLOGI 4 Lokasi dan Waktu Penelitian 4 Bahan 5 Alat 5 Batasan Studi 6 Metode Penelitian 6 Inventarisasi (Pengumpulan Data) 7 Identifikasi pohon 7 Kekayaan jenis burung 8 Analisis 8 Analisis keanekaragaman pohon 8 Analisis kekayaan jenis burung 8 Analisis penggunaan pohon oleh burung 9 Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung 10 Sintesis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Hasil 11 Kondisi umum kawasan 11 Keanekaragaman pohon 12 Kekayaan jenis burung 16 Penggunaan pohon oleh burung 22 Hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung 29 Pembahasan 29

13 Rekomendasi 33 PENUTUP 37 Simpulan 37 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 40 RIWAYAT HIDUP 83

14 DAFTAR TABEL 1 Bentuk dan jenis data 5 2 Alat penelitian 5 3 Daftar jenis burung pada petak pengamatan 17 4 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel 18 5 Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel 21 6 Data penggunaan pohon oleh burung 28 7 Rekomendasi jenis pohon yang mengundang banyak burung 36 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pikir penelitian 3 2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan berukuran 300m x 300 m dan titik pohon sampel 4 3 Kerangka alir penelitian 6 4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983) 7 5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al 1994) 7 6 Pembagian strata pohon 10 7 Peta persebaran titik pohon sampel dengan pembagian petak berukuran 300 m x 300 m 12 8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak 13 9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel Klasifikasi ukuran daun pada pohon Keberadaan bunga pada pohon Keberadaan buah pada pohon Jumlah jenis burung pada petak pengamatan Peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk tajuk Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk tajuk Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk percabangan Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk percabangan Jumlah jenis burung pada pohon berdasarkan ukuran daun Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan ukuran daun Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan bunga pada pohon Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan buah pada pohon Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan buah pada pohon 27

15 27 Perbandingan percabangan vertical (Stevens et al. 1994) dan arsitektur pohon Attim (Hale et al. 1978) 33 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data pohon sampel 40 2 Dokumentasi pohon sampel 44 3 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel 67 4 Dokumentasi jenis-jenis burung yang berada di pohon sampel (Sumber : Dokumentasi lapang) 71 5 Dokumentasi jenis-jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel (Sumber : Dokumentasi lapang) 75 6 Data penggunaan pohon oleh burung 76 7 Dokumentasi penggunaan pohon oleh burung 80 8 Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda pada pohon 82

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Pohon adalah tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam, dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta tinggi lebih dari 3 meter (Hakim dan Utomo 2003). Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak dan menopang tajuk pohon. Pohon berdasarkan ketinggiannya dibedakan atas pohon rendah, pohon sedang, dan pohon tinggi. Pohon rendah ialah pohon yang tingginya kurang dari 6 m; pohon sedang adalah pohon yang memiliki ketinggian antara 6-12 m; sedangkan pohon tinggi ialah pohon yang ketinggiannya mencapai lebih dari 12 m (Bridwell 2003). Pembagian jenis pohon ini berdasarkan pada tinggi dan lebar pohon ketika sudah mencapai usia dewasa. Pohon juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang sangat sering digunakan dalam pengembangan suatu tapak atau lanskap dengan berbagai karakteristiknya yang unik. Salah satu karakter unik pohon adalah bentuk arsitektur pohon yang dominan dibentuk oleh tajuknya. Pohon dengan berbagai bentuk tajuknya berperan besar dalam pembentukan karakter lanskap sebagai fungsi arsitektural, seperti untuk menciptakan ruang, screening, dan menyediakan privasi. Selain itu, penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki fungsi ekologi, salah satunya sebagai habitat dari berbagai satwa yang menempati relung ekologi masing-masing. Bentuk pohon merupakan elemen desain yang paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam membuat perancangan lanskap (Booth 1983). Bentuk tajuk pohon adalah elemen utama yang menentukan bentuk arsitektur suatu pohon. Selain bentuk tajuk, bentuk percabangan pohon itu sendiri juga menjadi elemen pendukung dalam membentuk arsitektur suatu pohon. Percabangan pohon yang bervariasi dengan karakter yang unik dapat menghasilkan bentuk arsitektural pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai focal point di dalam tapak dan dapat menunjang karakter lanskap tertentu. Selain arsitektur dari bentuk tajuk dan tipe percabangan, keindahan suatu pohon juga dibentuk oleh daun, bunga dan buah. Ukuran, warna, dan bentuk daun menentukan fungsi suatu pohon di dalam lanskap, di samping itu juga mempengaruhi kehadiran burung ke pohon tersebut (Mardiastuti 1993; MacKinnon 2010). Bunga adalah bagian yang sangat populer dalam identifikasi dan pemilihan pohon. Masa pembungaan yang hanya berlangsung sekali atau beberapa kali dalam setahun mempengaruhi keindahan pohon karena tidak bisa dinikmati sepanjang waktu. Keberadaan buah dipengaruhi oleh munculnya bunga pada pohon, sehingga juga hanya bisa dilihat di saat-saat tertentu. Keberadaan buah dalam suatu lanskap tidak terlihat secara signifikan dan tidak ornamental, tetapi buah mempengaruhi kehadiran burung di pohon tersebut (Bridwell 2003). Penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki fungsi ekologi, yaitu sebagai habitat dari berbagai satwa yang mempunyai relung ekologi (ecological niche) masing-masing dalam satu individu pohon. Sehingga dalam penataan lanskap perlu diperhatikan variabel fisik pada pohon tersebut yang bisa mendukung kehidupan satwa di dalamnya. Satwa juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang bisa menjadi indikator keberlanjutan fungsi ekologis dalam suatu tapak atau lanskap.

17 2 Salah satu jenis satwa yang sering berada di tapak atau lanskap adalah dari jenis burung. Burung merupakan kelompok satwaliar yang paling merata penyebarannya dikarenakan kemampuan terbang yang dimilikinya. Burung memiliki pemilihan jenis pohon yang berbeda sesuai dengan faktor yang tersedia untuk mendukung kelangsungan hidupnya (Pettingill 1970). Penggunaan pohon bagi burung juga sangat beragam, sebagai sarang, shelter (tempat istirahat), tempat mencari pakan atau berburu, tempat berkembang biak, tempat bermain dan mengasuh anak (Welty 1982). Habitat juga berfungsi sebagai tempat untuk bersembunyi dari musuh-musuh yang akan menyerang dan mengganggunya (Endah 2002). Burung memanfaatkan bagian pohon yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, ada yang berada di batang untuk mencari serangga, bersarang di bagian ranting pohon, memakan buah atau nektar bunga, dan sebagainya. Sehingga tipe pohon yang digunakan di dalam tapak berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup burung yang ada di dalamnya. Menurut Perrins dan Birkhead (1983), suatu habitat yang baik untuk perkembangbiakan burung biasanya adalah habitat yang dapat memberikan potensi pakan yang cukup besar. Burung pada umumnya mudah dijumpai pada berbagai tipe strata, mulai strata paling bawah sampai pada tajuk yang paling atas. Setiap strata mempunyai karakteristik tersendiri sehingga jenis burung yang ada pada setiap strata juga berbeda. Tingginya pemanfaatan strata bagian tengah oleh burung dikarenakan pada bagian ini banyak terdapat daun-daun yang lebih muda dan buah-buahan yang lebih masak (MacKinnon 2010). Saat ini belum banyak penelitian mengenai hubungan penggunaan pohon dengan berbagai model arsitekturnya terhadap keberadaan satwa khususnya burung yang ada di dalam tapak. Dengan arsitektur batang dan tajuk yang berbeda, maka akan tercipta ruang berbeda juga sebagai habitat burung. Penelitian ini dilakukan untuk menguji variabel arsitektur pohon maupun faktor lain pada pohon yang berpengaruh terhadap kekayaan jenis burung yang ada di pohon tersebut. Dengan demikian diharapkan ke depannya pemilihan pohon dalam penataan tapak atau lanskap tidak hanya mempertimbangkan aspek arsitektural tetapi juga memperhatikan kehidupan satwa khususnya burung yang nantinya akan menempati pohon tersebut. Kerangka pikir dari penelitian ini ditampilkan dalam Gambar 1. Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Dramaga dengan luasan 297 ha masih memiliki banyak sekali tegakan pohon yang dapat digunakan sebagai bahan pada penelitian ini. Kampus IPB Dramaga sendiri memiliki keanekaragaman burung yang tinggi, dalam Mulyani (2001) disebutkan bahwa informasi pertama mengenai jenis burung di kampus IPB Dramaga dilaporkan oleh Alikodra (1976) yang berhasil mengidentifikasi 18 jenis burung, kemudian Putro (1982) berhasil menemukan 41 jenis. Penelitian oleh Mulyani (1985) berhasil menemukan 39 jenis, Balen et al. (1986) dan Hernowo et al. (1991) melaporkan 68 jenis, Mulyani (2001) berhasil melaporkan sebanyak 39 jenis burung, dan penelitian dari Kurnia (2003) berhasil menemukan 72 jenis burung. Di kampus IPB Dramaga juga banyak pohon dengan bentuk tajuk yang beragam dan beberapa terbentuk dengan sempurna karena ditanam secara soliter. Dengan demikian kampus IPB Dramaga sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian ini yang membutuhkan pohon sampel dengan bentuk tajuk yang sempurna sebagai salah satu variabel

18 bebas yang utama dan keanekaragaman burung tinggi yang menjadi variabel terikat untuk mendatangi pohon-pohon tersebut. Elemen Lunak Lanskap (Softscape) 3 Vegetasi Satwa Pohon Burung Arsitektural Ekologi Arsitektur Pohon Habitat Kampus IPB Dramaga Analisis Korelasi Rekomendasi Preferensi Arsitektur Pohon dengan Kehadiran Burung untuk Perencanaan Tata Hijau Lanskap Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisis keragaman arsitektur pohon berdasarkan bentuk tajuk, percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah, 2. menganalisis kekayaan spesies burung yang mendatangi pohon berdasarkan arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga, 3. menganalisis tingkat penggunaan pohon oleh burung, dan 4. menganalisis variabel fisik pohon yang berpengaruh nyata terhadap jumlah jenis burung. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai hubungan antara pohon dengan bentuk arsitekturnya yang menjadi habitat burung dan kehadiran burung ke pohon tersebut. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi acuan dalam pemilihan pohon yang digunakan dalam pengembangan lanskap agar sesuai sebagai habitat satwa khususnya burung.

19 4 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kawasan Kampus IPB Dramaga (Gambar 2). Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis antara 6 o o LS, dan 106 o o BT. Ketinggian tempat sekitar 190 mdpl, termasuk dataran rendah. Berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir) di bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa Babakan di bagian timur. Pengambilan data mencakup inventarisasi pohon pada tanggal 27 Maret 8 April 2013, dilanjutkan dengan pengamatan burung pada tanggal 23 April 11 Juni Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis sesuai kebutuhan sambil dilakukan penyusunan laporan yang berjalan sampai bulan Januari Gambar 2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan berukuran 300m x 300m dan titik pohon sampel ( ) (Sumber : Direktorat Fasilitas dan Properti IPB 2010)

20 5 Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data arsitektur pohon dan jenis burung yang dikumpulkan secara langsung di lapangan. Selain itu dibutuhkan juga data iklim dan cuaca pada saat penelitian sedang berlangsung. Data yang dikumpulkan dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 Bentuk dan jenis data No Jenis Kegunaan Sumber 1 Bentuk tajuk Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang pohon 2 Tipe percabangan Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang pohon 3 Ukuran daun Mengidentifkasi faktor lain yang Observasi lapang mempengaruhi kehadiran burung 4 Keberadaan Mengidentifkasi faktor lain yang Observasi lapang bunga atau buah mempengaruhi kehadiran burung 5 Jumlah jenis Menganalisis kekayaan jenis Observasi lapang burung burung 6 Posisi burung Mengetahui penggunaan pohon Observasi lapang oleh burung 7 Perilaku burung Mengetahui penggunaan pohon Observasi lapang oleh burung 8 Iklim Menganalisis faktor di luar pohon BMKG Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, fieldguide pengenalan jenis burung, Global Positioning System (GPS), kamera, dan laptop dengan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistics Peralatan ini dibutuhkan untuk membantu proses pengumpulan data sampai analisis terhadap data yang sudah didapatkan di lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2 Alat penelitian No. Kegiatan Alat Kegunaan 1 Pengambilan data a. Binokuler Membantu mengamati burung burung dengan jarak yang jauh b. Fieldguide Mengidentifikasi jenis burung burung yang diamati 2 Pengambilan data Global Menandai titik pohon yang diamati pohon Positioning System (GPS) 3 Dokumentasi Kamera Mengambil gambar 4 Analisis a. Microsoft Mengolah data kekayaan burung Excel 2007 b. SPSS Statistics 17.0 dan penggunaan habitat Mengolah data korelasi variabel bebas dan variabel terikat

21 6 Batasan Studi Batasan dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara arsitektur pohon dengan kehadiran burung pada pohon tersebut. Selain data bentuk arsitektur yang dibentuk oleh bentuk tajuk dan tipe percabangan, pada pohon yang diamati juga diambil data ukuran daun dan keberadaan bunga atau buah yang bisa mengundang kedatangan burung. Data ini diambil untuk mencari faktor lain yang mempengaruhi kehadiran burung apabila parameter arsitektur pohon tidak berpengaruh secara nyata. Data burung yang dikumpulkan mencakup jenis, posisi, dan perilaku burung tersebut untuk mengetahui penggunaan pohon oleh suatu jenis burung. Data burung ini akan mendukung data parameter pohon yang mempengaruhi kehadiran jenis burung ke pohon tersebut. Metode Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inventarisasi, analisis, dan sintesis. Inventarisasi mencakup proses pengumpulan data baik Inventarisasi Pembagian Penentuan Petak pohon Penelitian sampel Pembagian Penentuan petak Pohon pengamatan Sampel Pengamatan Pohon pohon Sampel sampel Pengamatan Burung burung Pengamatan bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan buah/ bunga Pengamatan jenis, posisi, dan perilaku burung Analisis Analisis Arsitektur arsitektur pohon Pohon Analisis kekayaan jenis burung Analisis hubungan arsitektur pohon dengan kehadiran burung Analisis penggunaan pohon oleh burung Sintesis Rekomendasi Preferensi preferensi Arsitektur arsitektur pohon Pohon dengan Kehadiran kehadiran Burung burung untuk Perencanaan perencanaan Tata tata hijau Hijau lanskap Lanskap Gambar 3 Kerangka alir penelitian

22 secara langsung dari lapangan maupun dari sumber sekunder, yang kemudian dianalisis untuk mengolah data yang didapatkan dan dilanjutkan dengan penyusunan sintesis berupa rekomendasi tata hijau di kawasan kampus IPB Dramaga berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Kerangka alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 7 Inventarisasi (Pengumpulan Data) Identifikasi pohon Pengamatan pohon yang dilakukan dimulai dengan menginventarisasi pohon-pohon yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga. Dari pohon-pohon yang telah dikumpulkan dipilih pohon sampel dan ditandai menggunakan GPS dan dibuat peta penyebaran pohonnya. Kemudian dilakukan pembagian area kampus IPB Dramaga ke dalam petak-petak pengamatan yang berukuran 300 m x 300 m. Pohon yang dipilih sebagai sampel adalah pohon berkayu berukuran sedang dan tinggi, yaitu pohon dengan ukuran dewasa memiliki tinggi lebih dari 6 meter. Selain itu pohon sampel juga harus memiliki ekspresi tajuk yang sempurna dan tidak mengalami kerusakan pada batang dan tajuknya. Ekspresi tajuk sempurna yang dimaksudkan di sini adalah tajuk pohon tersebut % mendekati bentuk Fastigiate Columnar Spreading Rounded Pyramidal Weeping Picturesque Gambar 4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983) Weeping Pendulous Tortuous Vertical Horizontal Gambar 5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al. 1994)

23 8 tajuk menurut Booth (1983) dengan kerusakan seminimal mungkin. Data yang dikumpulkan dari pohon adalah jenis pohon, bentuk tajuk menurut Booth (1983), bentuk percabangan menurut Stevens et al. (1994), ukuran daun, dan keberadaan bunga dan buah. Bentuk tajuk dan percabangan ditampilkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Pembagian ukuran daun dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan visual, yaitu daun besar, daun sedang dan daun kecil. Data keberadaan bunga dan buah dilakukan dengan mengamati kondisi pohon ketika pengamatan berlangsung sedang menghasilkan bunga dan buah atau tidak. Kekayaan jenis burung Burung yang diamati pada penelitian ini adalah burung yang berada pada pohon yang telah dipilih. Proses inventarisasi burung pada pohon yang diamati menggunakan metode Penghitungan dari Titik Hitung (Point Count for Birds) yang dianjurkan oleh Sutherlands (2001) dalam Darjono dan Duryati (2004). Pada penelititan ini pengamatan dilakukan dengan mencatat semua data perjumpaan dengan burung yang berada di pohon terpilih, mencakup jenis, lokasi keberadaannya di pohon, dan perilakunya ketika diamati. Pada setiap petak yang diamati dilakukan pengamatan selama satu hari dengan tiga waktu pengamatan yang berbeda, yaitu pagi dari pukul , siang pukul , dan sore pukul Kemudian untuk setiap pohon sampel yang diambil dari petak tersebut diamati selama 15 menit untuk mengetahui keberadaan burungnya pada setiap waktu pengamatan. Setiap jenis burung yang dapat dilihat langsung dicatat dan didokumentasikan atau dibuat sketsa gambarnya jika tidak sempat didokumentasikan serta diberi keterangan mengenai warna bulu, warna mata, bentuk leher, warna kaki, bentuk kaki, warna paruh, dan perkiraan ukuran tubuh. Burung yang sudah dikenal langsung dicatat nama jenisnya, sedangkan yang belum dikenal pemberian nama jenis dilakukan setelah dicocokkan antara foto atau sketsa gambar di lapangan dengan ilustrasi gambar yang terdapat pada buku Panduan Pengenalan Jenis Burung. Pemberian nama jenis dan nama ilmiah terhadap burung yang dijumpai mengikuti tata nama MacKinnon et al. (2010) dan Sukmantoro et al. (2007). Dari data jenis burung yang telah ditemukan dibuat peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kelompok tinggi adalah petak yang dijumpai lebih dari 10 jenis burung pada pohon sampel yang diambil, sedang adalah petak dengan perjumpaan 6 sampai 10 jenis burung, dan rendah adalah petak dengan perjumpaan kurang dari 6. Selain itu juga dibuat peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi. Analisis Analisis keanekaragaman pohon Arsitektur pohon contoh yang diambil dianalisis secara deskriptif meliputi bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah. Data ini kemudian dibandingkan antar petak untuk mengetahui kecenderungan penggunaan pohon berdasarkan arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga. Analisis kekayaan jenis burung Kekayaan jenis burung dianalisis untuk mengetahui banyaknya jenis burung yang ada di pohon sampel yang diambil sekaligus nilai kekayaan jenis dari burung

24 yang datang tersebut. Kekayaan jenis (species richness) burung yang diamati diukur dengan Indeks Kekayaan Jenis Jackknife. Nilai indeks digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis satwa dalam suatu komunitas. Persamaan untuk menghitung nilai kekayaan jenis burung ini adalah sebagai berikut: 9 Keterangan : S = indeks kekayaan jenis Jackknife s = total jumlah jenis yang teramati n = banyaknya unit contoh k = jumlah jenis yang unik (yang hanya ditemukan pada satu unit contoh) Keragaman dari nilai dugaan (S), dihitung dengan rumus: Keterangan : var(s) = keragaman dugaan Jackknife untuk kekayaan jenis fj = jumlah jenis contoh dimana ditemukan j jenis unik (j = 1,2,3,...,s) Analisis penggunaan pohon oleh burung Pengunaan pohon oleh burung sebagai habitatnya adalah salah satu bentuk hubungan yang terjadi di antara keduanya. Hal ini perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya tingkat penggunaan pohon oleh burung sehingga didapatkan gambaran besarnya tingkat penggunaan tersebut melalui sebuah angka. Nilai ini digunakan untuk mengetahui pemanfaatan habitat, dalam penelitian ini adalah pohon oleh burung dengan melihat banyaknya jumlah jenis yang memanfaatkan suatu pohon dari total jumlah jenis burung yang ditemukan. Untuk mengetahui tingkat penggunaan pohon oleh burung digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : Ft = fungsi habitat atau pohon bagi burung St = jumlah jenis burung yang menggunakan habitat atau pohon Sp = jumlah keseluruhan jenis burung yang ada di lokasi penelitian Nilai yang didapatkan dari persamaan ini kemudian dibagi jumlah pohon pada masing-masing perlakuan pada suatu parameter. Hal ini karena jumlah pohon pada masing-masing perlakuan tidak sama sehingga untuk menyetarakannya perlu dicari rata-rata tingkat penggunaan per individu pohon pada perlakuan tersebut. Selain melihat tingkat penggunaannya, dalam penelitian ini juga dianalisis penggunaan strata pohon oleh burung. Burung memanfaatkan pohon dalam strata yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing burung di pohon tersebut. Analisis terhadap penggunaan strata pohon oleh burung dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara persebaran vertikal jenis

25 10 burung dengan jenis pohon yang didatangi, sehingga dapat diketahui jenis burung yang menggunakan strata pada masing-masing jenis pohon. Dalam penelitian ini strata pohon akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tajuk, batang, dan bagian di bawah pohon seperti yang tercantum pada Gambar 6. Strata tajuk sendiri akan dibagi menjadi tiga, yaitu tajuk bagian atas, tengah dan bawah. Pembagian strata tajuk ini dilakukan untuk mendapatkan data posisi burung pada pohon dengan lebih detail. Posisi burung ini perlu diketahui untuk mengetahui kecenderungan penggunaan ruang pada pohon dengan bentuk arsitekturnya yang bermacammacam Keterangan: A = Tajuk pohon B = Batang pohon C = Bagian bawah pohon 1 = Tajuk atas 2 = Tajuk tengah 3 = Tajuk bawah Gambar 6 Pembagian strata pohon Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang disediakan pohon yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah jenis burung yang datang di pohon tersebut. Dengan asumsi data menyebar normal, analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas (independen) yaitu bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah terhadap variabel bergantung/ terikat (dependen) yaitu jumlah jenis burung yang ditemukan. Model persamaan regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut: Dimana: Y = Jumlah jenis burung yang ditemukan a = Konstanta regresi b n = Koefisien

26 11 X 1 = Variabel bentuk tajuk pohon X 2 = Variabel bentuk percabangan pohon X 3 = Variabel ukuran daun X 4 = Variabel keberadaan buah X 5 = Variabel keberadaan bunga Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics Kemudian dilakukan uji F untuk mengetahui apakah model persamaan yang diajukan dapat diterima atau tidak. Jika P < 0,15 maka model yang diajukan dapat diterima. Besarnya nilai probabilitas (α) ini sebenarnya tergantung pada keberanian pembuat keputusan (desicion maker), berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan ditolerir (Supranto 2009). Untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, maka dilakukan uji t. Dengan hipotesis sebagai berikut: H 0 = Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat H 1 = Variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Dengan pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika probabilitas < 0,15 maka tolak H 0 Jika probabilitas > 0,15 maka terima H 0 Sintesis Hasil dari penelitian ini diketahui parameter yang paling mempengaruhi kedatangan burung pada suatu pohon. Kemudian dengan model yang telah diajukan dapat ditentukan karakter pohon yang sesuai untuk mengundang burung ke dalam suatu lanskap, menyesuaikan dengan parameter bebas pada model.. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi umum kawasan Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis antara 6 o sampai 6 o LS, dan 106 o sampai 106 o BT. Berada di ketinggian sekitar 190 mdpl, maka kawasan ini masih termasuk dataran rendah. Lokasi kampus ini berjarak sekitar + 13,3 km dari Kota Bogor ke arah Jasinga dan sekitar + 52 km sebelah selatan Jakarta. Berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir) di bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa Babakan di bagian timur. Data iklim tahun dari Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga, Bogor, suhu udara rata-rata bulanan sebesar 25,8 o C dengan suhu tertinggi sebesar 26,3 o C terjadi pada bulan Oktober dan suhu terrendah sebesar 25,1 o C terjadi pada bulan Januari. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 316,2 mm dengan hari hujan tertinggi sebanyak 28 hari dan curah hujan tertinggi sebesar 548,9 mm terjadi

27 12 pada bulan Januari. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan wilayah ini adalah sebesar 84,3% Keanekaragaman pohon Berdasarkan inventarisasi pohon yang dilakukan selama 13 hari, yaitu tanggal 27 Maret 8 April 2013 didapatkan 99 individu pohon yang memiliki bentuk tajuk yang mendekati sempurna, yang tersebar dalam 24 petak di seluruh kampus IPB Dramaga. Petak yang digunakan berukuran 300m x 300m, berdasarkan pada survei awal yang sudah dilakukan sebelumnya. Keseluruhan pohon sampel yang diambil mewakili tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983). Peta penyebaran pohon sampel tersaji pada Gambar 7. Sedangkan data arsitektur pohon yang berhasil dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan lokasi plot tercantum pada Lampiran 1 dan dokumentasi pohon sampel yang diambil tercantum pada Lampiran 2. Pada Gambar 8 dicantumkan grafik untuk membandingkan komposisi pohon pada masing-masing petak pengamatan yang digunakan. Gambar 7 Peta persebaran titik pohon sampel ( ) dengan pembagian petak berukuran 300 m x 300 m Pada peta dalam Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa penyebaran pohon sampel yang diambil tidak merata di seluruh plot pengamatan yang ada di kampus IPB Dramaga. 99 pohon sampel yang didapatkan adalah hasil survei yang telah dilakukan di seluruh kawasan kampus. Angka ini terhitung sedikit dibandingkan banyaknya pohon yang ada di kawasan kampus. Hal ini dikarenakan kurangnya pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon sampel. Sebagian besar pohon

28 Jumlah pohon Petak pengamatan sampel yang diambil berada di bagian tengah yang merupakan kawasan gedung perkuliahan, dan bahkan pada bagian utara hampir tidak ada pohon sampel yang diambil. Jumlah total spesies pohon yang diamati adalah 52 spesies yang memiliki karakter masing-masing, yang berbeda bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, keberadaan bunga dan buah pada saat pengamatan berlangsung. Dari 24 petak yang diamati, petak 12 adalah petak yang paling banyak pohon sampelnya, yaitu 15 pohon. Sedangkan petak 3, 4, 9, 10, 14, dan 21 adalah petak pengamatan yang paling sedikit pohon sampel yang diambil, yaitu hanya 1 pohon. Jumlah pohon Gambar 8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak Bentuk tajuk Gambar 9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel Gambar 9 menyajikan grafik komposisi bentuk tajuk pada pohon sampel beserta jumlah untuk masing-masing bentuk tajuk. Berdasarkan hasil pengamatan dari tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983) bentuk tajuk rounded adalah bentuk tajuk yang mendominasi pohon sampel, sebanyak 42 pohon. Sedangkan pohon

29 14 dengan tajuk weeping adalah yang paling sedikit, yaitu sebanyak 2 pohon. Untuk bentukan tajuk yang lain juga tidak banyak pohon sampel yang bisa diambil karena keterbatasan pohon yang bertajuk mendekati sempurna. Kisaran pohon sampel yang diambil dari bentuk tajuk lain adalah lima sampai dua puluh pohon. Jumlah pohon Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous Bentuk percabangan Gambar 10 Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel Pohon sampel yang diambil selama penelitian hanya memiliki empat bentuk percabangan dari lima bentuk percabangan menurut Stevens et al (1994) seperti yang tercantum pada Gambar 10. Pada gambar tersebut dicantumkan jumlah pohon sampel dari masing-masing bentuk percabangan. Bentuk percabangan vertical adalah yang paling mendominasi dari seluruh pohon sampel, yaitu sebanyak 38 pohon. Percabangan vertikal merupakan bentuk percabangan yang umum ditemukan pada pohon, sehingga jumlahnya paling banyak. Dalam penelitian ini tidak ada bentuk tajuk pendulous yang bisa ditemukan dari seluruh pohon sampel yang diambil. Jumlah pohon Besar Sedang Kecil Ukuran daun pohon Gambar 11 Klasifikasi ukuran daun pada pohon

30 Variabel ukuran daun diklasifikasikan dalam tiga kriteria, yaitu besar, sedang, dan kecil. Komposisi ukuran daun pohon sampel dapat dilihat pada Gambar 11. Untuk pohon sampel yang diamati, didominasi oleh pohon dengan ukuran daun sedang, yaitu sebanyak 44 pohon. Sedangkan pohon berdaun besar merupakan yang paling sedikit, yaitu sebanyak 22 pohon. 15 Jumlah pohon Ada Tidak Keberadaan bunga pada pohon Gambar 12 Keberadaan bunga pada pohon Selama penelitian ini berlangsung tidak semua pohon dalam masa pembungaan, sehingga banyak pohon sampel yang tidak berbunga, yaitu sebanyak 80 pohon, sedangkan 19 pohon sisanya sedang berbunga. Kondisi pembungaan pohon ini dilihat hanya pada saat penelitian berlangsung, sehingga tidak semua pohon sampel sesuai dengan musim berbunganya. Gambar 12 menyajikan grafik perbandingan jumlah pohon yang berbunga dan tidak Jumlah pohon Ada Tidak Keberadaan buah pada pohon Gambar 13 Keberadaan buah pada pohon Keberadaan buah pada pohon sangat dipengaruhi oleh pembungaan pohon tersebut, dan pada penelitian ini juga tidak banyak pohon yang sedang berbuah, seperti yang terlihat pada Gambar 13. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 99 pohon yang diamati, hanya 31 pohon yang berbuah, sedangkan

31 16 sisanya 68 pohon tidak berbuah. Seperti halnya pada variabel keberadaan bunga, untuk keberadaan buah pada pohon juga tidak semua pohon sampel tepat dalam musim berbuah ketika penelitian berlangsung. Kekayaan jenis burung Pengamatan burung pada pohon sampel dilakukan sejak tanggal 23 April sampai 11 Juni 2013, dengan 18 hari pengamatan yang berlangsung dengan tidak berurutan dan tiga kali pengulangan setiap harinya. Dalam pengamatan yang dilakukan berhasil ditemukan 25 jenis burung yang memanfaatkan pohon sampel secara langsung. Bentuk pemanfaatan pohon sampel oleh burung beragam, seperti untuk makan, bersarang, kawin, bermain, atau sekedar untuk bertengger. Data jumlah jenis burung pada setiap petak pengamatan disajikan pada Gambar 14, sedangkan pada Tabel 3 disajikan jenis burung yang ada pada setiap petaknya. Daftar jenis burung yang ditemukan berada di pohon sampel pada masing-masing petak pengamatan beserta status pelestariannya tercantum pada Tabel 4. Status pelestarian ini berdasarkan pada UU no.5 tahun 1990, PP no.7 tahun 1999, daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), dan CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Jumlah jenis burung Petak pengamatan Gambar 14 Jumlah jenis burung pada petak pengamatan Berdasarkan Gambar 14 di atas dapat diketahui bahwa jumlah jenis burung terbanyak terdapat di petak 6 dan 11, yaitu sebanyak 13 jenis yang melebihi setengah jumlah jenis burung total yang ditemukan pada seluruh pohon sampel. Berbanding terbalik dengan petak 3 dan 10 yang hanya bisa ditemukan satu jenis burung saja selama penelitian berlangsung. Bahkan pada petak 21 sama sekali tidak ditemukan burung yang hinggap di pohon contoh pada petak tersebut. Sedangkan pada petak pengamatan yang lain rata-rata ditemukan sekitar 8 jenis burung. Daftar jenis burung yang ditemukan pada masing-masing petak pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Data jenis-jenis burung yang mendatangi masing-masing pohon sampel disajikan pada Lampiran 3.

32 17 Tabel 3 Daftar jenis burung pada petak pengamatan Petak Jenis burung Jumlah Keterangan : 1. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2. Bondol peking (Lonchura punctulata), 3. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), 4. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), 5. Cipoh kacat (Aegithina tiphia), 6. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius), 7. Cinenen jawa (Orthotomus sepium), 8. Gereja erasia (Passer montanus), 9. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), 10. Punai gading (Treron vernans), 11. Betet biasa (Psittacula alexandri), 12. Cabai jawa (Dicaeum trochileum), 13. Gemak loreng (Turnix suscitator), 14. Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), 15. Cekakak sungai (Halcyon chloris), 16. Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), 17. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 18. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), 19. Remetuk laut (Gerygone sulphurea), 20. Kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis), 21. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), 22. Bentet kelabu (Lanius schach), 23. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), 24. Kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), 25. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris) Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dari 24 petak pengamatan

33 18 dan 25 jenis burung yang telah ditemukan selama pengamatan, terdapat beberapa jenis burung yang tersebar secara luas. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Tabel 4 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel No Jenis burung Nama ilmiah Pakan 1 Cucak kutilang 2 Bondol peking 3 Bondol jawa 4 Burung madu sriganti Pycnonotus aurigaster Lonchura punctulata Lonchura leucogastroides 5 Cipoh kacat Aegithina tiphia Buah, serangga Frekuensi perjumpaan (petak) 21 - Biji 11 - Biji 13 - Cinnyris jugularis Nektar 13 A, B Buah, serangga 13 - Status perlindungan 6 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Serangga 10-7 Cinenen jawa Orthotomus sepium Serangga 12-8 Gereja erasia Passer montanus Biji 9-9 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Biji Punai gading Treron vernans Buah 5-11 Betet biasa Psittacula Buah, biji, alexandri nektar 4 NT, II 12 Cabai jawa Dicaeum Buah, trochileum serangga Gemak loreng Turnix suscitator Biji 2-14 Burung madu Anthreptes kelapa malacensis Nektar 1 A, B 15 Cekakak sungai Halcyon chloris Ikan 2 A, B 16 Pelanduk semak Malacocincla sepiarium Serangga 2-17 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Serangga 2-18 Kacamata biasa 19 Remetuk laut 20 Kepudang kuduk hitam Zosterops palpebrosus Gerygone sulphurea Oriolus chinensis Buah, serangga, nektar 7 - Serangga 4 - Buah, serangga 3-21 Sepah kecil Pericrocotus cinnamomeus Serangga 6-22 Bentet kelabu Lanius schach Serangga 3-23 Caladi tilik Dendrocopos moluccensis Serangga 4-24 Kowak malam Nycticorax abu nycticorax Ikan 1-25 Wiwik uncuing Cacomantis sepulclaris Serangga 1 - Keterangan NT : termasuk dalam status Near Threatened menurut IUCN II : termasuk dalam daftar CITES Lampiran II A : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990 B : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut PP no. 7 Tahun 1999

34 adalah jenis burung yang paling luas penyebarannya, dimana jenis ini bisa ditemukan pada 21 dari 24 petak pengamatan. Tetapi ada juga jenis-jenis yang hanya bisa ditemukan di satu petak pengamatan, yaitu wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris) dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax). Sebenarnya jenis-jenis ini bukanlah jenis burung yang sangat susah ditemukan, tetapi ketika penelitian berlangsung kedua jenis ini hanya ditemukan di satu pohon pada petak tersebut. Pada Tabel 4 dicantumkan jenis-burung yang ditemukan beserta jenis pakan, frekuensi perjumpaan dan status perlindungannya. Dokumentasi burung yang berada di pohon sampel disajikan di Lampiran 4. Berdasarkan daftar burung yang ditemukan berada di pohon sampel terdapat beberapa jenis burung yang dilindungi oleh perundang-undangan di Indonesia maupun oleh IUCN dan CITES. Betet biasa (Psittacula alexandri) adalah jenis burung yang dikategorikan Near Threatened (mendekati terancam) dan masuk dalam daftar CITES Lampiran II, yang berarti jenis ini merupakan jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), dan cekakak sungai (Halcyon chloris) adalah jenis-jenis burung yang dilindungi menurut perundang-undangan di Indonesia, yaitu UU no. 5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun Kekayaan jenis burung untuk seluruh pohon sampel yang dihitung menggunakan indeks kekayaan jenis Jacknife adalah 27,9 + 3,3, sedangkan jumlah jenis burung yang ditemukan di seluruh pohon sampel adalah 25. Nilai kekayaan jenis dari Jacknife ini menunjukkan prediksi jumlah jenis burung yang 19 Gambar 15 Peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan

35 20 bisa ditemukan pada pohon sampel yang diambil, dan tidak mewakili seluruh kawasan kampus IPB Dramaga. Berdasarkan hasil perhitungannya maka selang nilai yang terbentuk adalah 24,6 sampai 31,2 atau 25 sampai 31 jenis, sehingga jumlah jenis yang didapatkan dalam penelitian masih masuk dalam selang nilai tersebut. Pada Gambar 15 disajikan peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan. Setiap jenis burung mempunyai frekuensi perjumpaan yang berbeda-beda pada petak pengamatan selama penelitian berlangsung. Beberapa jenis seperti, cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), cipoh kacat (Aegithina tiphia), dan cabai jawa (Dicaeum trochileum) adalah jenis-jenis burung yang mempunyai frekuensi perjumpaan paling tinggi. Sedangkan beberapa jenis lain seperti kowak malam abu (Nycticorax nycticorax) dan wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris) merupakan jenis burung dengan frekuensi perjumpaan yang paling rendah. Pada Gambar 16 disajikan peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi. Pycnonotus aurigaster Lonchura leucogastroides Cinnyris jugularis Aegithina tiphia Gambar 16 Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi Hasil overlay kelima peta menunjukkan bahwa pada petak 8, 9, 11, 18, dan 19 dapat ditemukan kelima jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi ini dalam petak pengamatan yang sama.

36 21 Dicaeum trochileum Gambar 16 (lanjutan) Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi Tabel 5 Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel No Jenis burung Nama ilmiah Status perlindungan 1 Layang-layang batu Hirundo tahitica - 2 Walet linci Collocalia linchi - 3 Delimukan zamrud Chalcophaps indica - 4 Serak jawa Tyto alba II 5 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier - 6 Kapasan kemiri Lalage nigra - 7 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus - 8 Kapinis rumah Apus nipalensis - 9 Layang-layang loreng Hirundo striolata - 10 Elang ular bido Spilornis cheela II, A, B 11 Kareo padi Amaurornis phoenicurus - 12 Raja udang meninting Alcedo meninting A, B 13 Gagak kampung Corvus macrorhynchos - 14 Celepuk reban Otus lempiji II 15 Wiwik lurik Cacomantis sonneratii - 16 Perenjak Jawa Prinia familiaris - 17 Kekep babi Artamus leucorhyncus - 18 Bubut alang-alang Centropus bengalensis - 19 Kakaktua jambul kuning Cacatua sulphurea CR, I, B 20 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris A, B 21 Pijantung kecil Arachnothera longirostra A, B Keterangan CR : termasuk dalam status Critically endangered menurut IUCN I : termasuk dalam daftar CITES Lampiran I II : termasuk dalam daftar CITES Lampiran II A : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990 B : termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut PP no. 7 Tahun 1999

37 22 Selain burung yang memanfaatkan pohon sampel secara langsung ditemukan juga beberapa jenis burung lain di luar pohon sampel tetapi masih di dalam kawasan kampus IPB Dramaga. Burung-burung ini ditemukan sedang terbang, hinggap di pohon lain, atau ditemukan di luar waktu pengamatan. Jenisjenis ini juga dikumpulkan untuk mengetahui keanekaragaman burung yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga. Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel tercantum pada Tabel 5. Beberapa jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel juga dilindungi oleh perundang-undangan maupun masuk dalam daftar CITES. Serak jawa (Tyto alba), elang ular bido (Spilornis cheela), dan celepuk reban (Otus lempiji) adalah jenis yang masuk dalam daftar CITES Lampiran II karena merupakan jenis raptor (burung pemangsa) yang memegang peranan penting sebagai penyeimbang populasi mangsanya dalam suatu ekosistem. Selain itu elang ular bido, raja udang meninting (Alcedo meninting), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra) juga dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun Sedangkan Kakaktua jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang masuk status Critically endangered (sangat terancam punah) dalam daftar merah IUCN dan daftar CITES Lampiran I (jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah) kemungkinan besar merupakan burung peliharaan yang terlepas. Dokumentasi jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel disajikan pada Lampiran 5. Apabila dijumlahkan dengan burung yang ditemukan di luar pohon sampel, maka burung yang ditemukan selama penelitian berlangsung adalah 46 jenis. Tetapi angka ini tidak bisa mewakili jumlah jenis burung yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga, karena penelitian hanya dilakukan di beberapa titik yang acak. Apabila ingin mengetahui seluruh jenis burung yang ada di kampus, maka harus dilakukan pengamatan yang menyeluruh di kawasan kampus IPB Dramaga. Penggunaan pohon oleh burung 30 Jumlah jenis burung Bentuk tajuk Gambar 17 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk tajuk

38 Pada dua subbab sebelumnya telah disampaikan mengenai keragaman arsitektur pohon dan jenis burung yang ada di seluruh petak pengamatan, maka pada subbab ini akan dibahas hubungan keduanya. Berikut pada Gambar 17 disajikan data jumlah burung yang ada di setiap bentuk tajuk untuk membandingkan data masing-masing bentuk tajuk. Dalam Gambar 17 di atas dapat dilihat bahwa jumlah jenis burung terbanyak berada di pohon dengan bentuk tajuk rounded, yaitu sebanyak 24 jenis. Sedangkan jenis paling sedikit ditemukan pada pohon dengan bentuk tajuk weeping, yaitu sebanyak 4 jenis. Tetapi apabila dilihat berdasarkan tingkat penggunaan rata-rata pada masing-masing bentuk tajuk, maka bentuk tajuk picturesque dan weeping adalah bentuk tajuk yang digunakan paling tinggi oleh burung, yaitu sebesar 7,407%. Sedangkan bentuk tajuk rouded yang memiliki jumlah jenis burung tebanyak justru memiliki tingkat penggunaan oleh burung yang paling rendah, yaitu sebesar 2,116%. Tingkat penggunaan ratarata pohon oleh burung berdasarkan bentuk tajuk dapat dilihat pada Gambar 18. Tingkat penggunaan pohom (%) Bentuk tajuk Gambar 18 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk tajuk Berdasarkan hasil pengamatan, tidak ada perbedaan perilaku yang mencolok pada seluruh bentuk tajuk pohon yang diamati. Pada seluruh pohon sampel yang diambil mayoritas dimanfaatkan oleh burung pada bagian tajuk tengah sampai atas dengan aktivitas hanya sekedar hinggap. Meskipun begitu ditemukan juga beberapa burung yang memanfaatkan bagian pohon yang lain dengan aktivitas yang lebih beragam. Pada Lampiran 6 disajikan daftar penggunaan pohon oleh burung selain bagian tajuk tengah dan atas, dan juga aktivitas lain yang ditunjukkan oleh burung selain hanya sekedar hinggap.

39 24 25 Jumlah jenis burung Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous Bentuk percabangan Gambar 19 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk percabangan Berdasarkan Gambar 19 di atas dapat dilihat bahwa bentuk percabangan pohon yang memiliki jumlah jenis burung paling banyak adalah bentuk vertical, yaitu sebanyak 22 jenis. Sedangkan yang paling sedikit jumlah jenis burungnya adalah bentuk percabangan horizontal, yaitu sebanyak 14 jenis burung. Tipe percabangan pendulous tidak memiliki pohon sampel yang diambil, sehingga jumlah jenis burungnya kosong. Tetapi berdasarkan tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung maka yang tertinggi adalah tipe tortuous dan weeping, yaitu sebesar 3,704%. Sedangkan yang paling kecil adalah tipe horizontal, yaitu sebesar 1,920%. Dalam Gambar 20 ditampilkan tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk percabangannya. Tingkat penggunaan pohon (%) 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Horizontal Tortous Vertical Weeping Pendulous Bentuk percabangan Gambar 20 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk percabangan

40 Aktivitas burung pada semua jenis percabangan umumnya hampir sama, yaitu sekedar hinggap. Tapi terdapat aktivitas tertentu yang hanya bisa ditemukan di jenis percabangan tertentu, yaitu perilaku bersarang. Betet biasa (Psittacula alexandri) bersarang di pohon sengon yang memiliki percabangan vertical, sedangkan bondol jawa dan bondol peking lebih memilih pohon kenari dan akasia yang memiliki percabangan weeping, serta beringin yang memiliki percabangan vertical Jumlah jenis burung Besar Sedang Kecil Ukuran daun pohon Gambar 21 Jumlah jenis burung pada pohon berdasarkan ukuran daun Dalam Gambar 21 di atas dapat dilihat hubungan antara ukuran daun pohon sampel dengan jumlah jenis burung yang medatanginya. Pohon berkayu dengan ukuran daun kecil memiliki lebih banyak jenis burung, yaitu sebanyak 21 jenis. Sedangkan yang paling sedikit adalah pohon dengan ukuran daun besar, yaitu sebanyak 12 jenis. Gambar 22 di bawah menggambarkan tingkat penggunaan pohon dengan berbagai ukuran daun oleh burung yang mendatanginya. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan untuk pohon yang paling besar berada pada pohon berdaun kecil yaitu sebesar 2,357%, sedangkan Tingkat penggunaan pohon (%) 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Besar Sedang Kecil Ukuran daun pohon Gambar 22 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan ukuran daun

41 26 yang paling kecil adalah pohon berdaun sedang, yaitu sebesar 1,599%. Pohon berdaun besar meskipun memiliki jumlah jenis burung paling sedikit, tetapi memiliki tingkat penggunaan yang cukup besar, yaitu 2,02%. Apabila melihat perilaku burung dibedakan berdasarkan ukuran daun pohon, maka aktivitas yang paling banyak dilakukan burung pada semua ukuran daun adalah hinggap. Tetapi terdapat sedikit perbedaan perilaku pada pohon yang berukuran daun kecil dan sedang dengan yang berdaun besar. Burung cenderung bersarang dan bermain pada pohon yang memiliki ukuran daun kecil sampai sedang, sedangkan pada pohon yang berdaun besar perilaku mereka hanya hinggap. 25 Jumlah jenis burung Ada Tidak Keberadaan bunga pada pohon Gambar 23 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon Gambar 23 di atas menunjukkan hubungan antara keberadaan bunga pada pohon dengan jumlah jenis burung yang hinggap. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa pohon yang tidak berbunga memiliki jumlah jenis burung yang paling banyak, yaitu 23 jenis. Sedangkan pohon yang sedang berbunga dihinggapi Tingkat penggunaan pohon (%) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Ada Tidak Keberadaan bunga pada pohon Gambar 24 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan bunga pada pohon

42 oleh 16 jenis burung. Pada Gambar 24 ditunjukkan presentase tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon tersebut. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa pohon yang sedang berbunga rata-rata digunakan lebih besar yaitu 3,119%, sedangkan pohon yang tidak berbunga rata-rata digunakan sebesar 1,065%. Semua aktivitas mencari nektar hanya bisa dilakukan di pohon yang sedang berbunga, sedangkan pada pohon yang tidak berbunga tidak dijumpai aktivitas makan nektar dari burung. Beberapa jenis burung yang memakan nektar bunga antara lain adalah burung madu sriganti, kacamata biasa, cipoh kacat yang memakan nektar bunga pohon tanjung, cucak kutilang yang memakan nektar bunga pohon saputangan, serta burung madu sriganti yang memakan nektar bunga pohon flamboyan dan balsa (Lagopus ochroma). Jumlah jenis burung Ada Tidak Keberadaan buah pada pohon Gambar 25 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan buah pada pohon Gambar 25 menunjukkan perbandingan jumlah jenis burung pada pohon ditinjau dari keberadaan buah pada pohon tersebut. Pada pohon keberadaan buah tidak terlalu mempengaruhi, bisa dilihat bahwa jumlah jenis burung terbanyak Tingkat penggunaan pohon (%) 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Ada Tidak Keberadaan buah pada pohon Gambar 26 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan buah pada pohon

43 28 terdapat di pohon yang tidak berbuah, yaitu sebanyak 24 jenis. Sedangkan pada pohon yang dalam kondisi tidak berbuah terdapat jenis burung yang lebih sedikit, yaitu sebanyak 16 jenis. Walaupun demikian, kondisinya akan berbeda apabila dilihat dari tingkat penggunaan rata-rata pohon tersebut oleh burung. Pohon yang sedang berbuah dimanfaatkan burung lebih besar, yaitu sebesar 1,912%, sedangkan yang tidak berbuah rata-rata digunakan sebesar 1,307%. Gambar 26 menunjukkan tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan keberadaan buahnya. Meskipun cukup banyak pohon sampel yang sedang berbuah, yaitu 31 pohon tetapi tidak semua pohon dijumpai burung yang sedang memakan buahnya. Jenis-jenis burung yang memakan buah antara lain cucak kutilang, cipoh kacat, kepudang kuduk hitam, betet biasa, kacamata biasa, cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan punai gading (Treron vernans) yang memakan buah pohon beringin, cabai jawa memakan buah pohon kersen (Muntingia calabura), serta cucak kutilang dan cabai jawa yang memakan buah pohon buni (Antidesma bunius). Berikut pada Tabel 6 disajikan perbandingan jumlah pohon, jumlah jenis burung, dan rata-rata tingkat penggunaan pohon oleh burung berdasarkan setiap parameter pohon. Lampiran 7 menampilkan dokumentasi penggunaan pohon oleh burung. Tabel 6 Data penggunaan pohon oleh burung Parameter pohon Jumlah Jumlah jenis Tingkat pohon burung penggunaan (%) Columnar ,849 Fastigiate ,592 Picturesque ,407 Bentuk tajuk Pyramidal 6 5 3,086 Rounded ,116 Spreading ,04 Weeping 2 4 7,407 Horizontal ,921 Tortuous ,704 Bentuk percabangan Vertical ,144 Weeping ,704 Pendulous Besar ,02 Ukuran daun Sedang ,599 Kecil ,357 Keberadaan bunga Ada ,119 Tidak ,065 Keberadaan buah Ada ,912 Tidak ,307

44 Hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel arsitektur pohon dan faktor lain pada pohon yang mempengaruhi kehadiran burung pada pohon. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel terikat (jumlah jenis burung) dengan variabel bebas (bentuk percabangan dan keberadaan bunga) yang kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,730 atau 73 %. Selain itu nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,533, yang artinya 53,3 % variasi yang terjadi terhadap kenaikan atau penurunan jumlah jenis burung dipengaruhi oleh variabel bentuk percabangan dan keberadaan bunga. Hasil uji F menunjukkan bahwa model pendugaan yang diajukan dapat diterima karena probabilitasnya kurang dari 0,15. Kemudian dari uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap kehadiran burung adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunga karena nilai probabilitasnya kurang dari 0,15. Sedangkan variabel bentuk tajuk, ukuran daun, dan keberadaan buah memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,15 sehingga hasil hipotesanya adalah terima H 0 yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kehadiran burung. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda untuk pohon dicantumkan pada Lampiran 6. Dengan demikian maka model pendugaannya adalah sebagai berikut: 29 Y = 0, ,777 X 1 + 2,543 X 2 Keterangan : Y = Jumlah jenis burung di pohon X 1 = Variabel bentuk percabangan X 2 = Variabel keberadaan bunga Pembahasan Meskipun banyak pohon dengan berbagai jenis berbeda yang ditanam di kawasan kampus IPB Dramaga, tetapi tidak semuanya memiliki tajuk yang terbentuk dengan sempurna. Hal ini karena sistem penanaman pohon yang kurang sesuai prosedur jarak tanam yang baik, sehingga masing-masing tajuk pohon saling bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari sebanyak mungkin. Selain itu pada daerah utara merupakan kawasan yang ditujukan sebagai kawasan kebun percobaan sehingga tidak ada pohon yang ditanam, kecuali di pinggir jalan. Beberapa area kampus juga masih berupa kebun karet yang homogen dan hutan yang memiliki tajuk rapat sehingga tidak bisa diambil sebagai pohon sampel. Kebanyakan pohon yang diambil sebagai sampel adalah pohon-pohon yang berada di pinggir jalan atau di sekitar area terbangun yang ditanam agak jauh dari pohon-pohon lain. Pohon-pohon yang berada di dalam kawasan perkebunan tidak bisa diambil sebagai pohon sampel karena pohon-pohon tersebut ditanam dengan jarak tanam tertentu untuk mengefisiensi lahan. Petak 12 merupakan petak pengamatan yang berisi paling banyak pohon sampel, yaitu sebanyak 15 pohon. Hal ini karena petak 12 terletak di sekitar masjid Alhurriyah yang kebanyakan pohonnya ditanam agak berjauhan karena berada di sekitar lapangan tenis, basket, voli, dan baseball, serta jalan-jalan yang

45 30 ada di sekitar perumahan dosen. Sedangkan petak 3, 4, 9, 10, 14, dan 21 adalah petak di mana hanya di dapatkan satu pohon sampel. Hal ini dikarenakan petak 3 dan 4 adalah area kebun percobaan yang berupa tanah terbuka dan tidak ditanami pohon, sedangkan petak 9 dan 10 merupakan area kandang Fakultas Peternakan di mana kebanyakan lahannya ditanami rumput untuk kebutuhan pakan ternak. Petak 14 saat ini sudah dibangun menjadi gedung Common Class Room, Teaching Lab, dan Gedung Pusat Informasi Kehutanan. Petak 21 mencakup arboretum bambu, kebun karet, dan area pengolahan air, sehingga tidak banyak pohon sampel yang bisa diambil. Tajuk rounded adalah bentukan tajuk yang paling banyak ditemukan pada pohon sampel, yaitu sebanyak 42 pohon. Hal ini mengindikasikan bahwa di kawasan kampus IPB Dramaga pohon yang mayoritas ditanam adalah pohon bertajuk rounded. Di samping itu tajuk rounded merupakan bentukan tajuk yang paling umum untuk pohon dan paling sering digunakan dalam penataan lanskap (Booth 1983). Jenis yang paling sedikit adalah tajuk weeping yang pada penelitian ini hanya diwakili oleh dua pohon sampel. Di kawasan kampus IPB Dramaga hanya beberapa jenis pohon yang memiliki tajuk weeping, dan sayangnya dari jumlahnya yang tidak terlalu banyak hanya dua pohon yang bisa diambil sebagai pohon sampel. Pada penelitian ini juga tidak ditemukan pohon yang memiliki percabangan pendulous, karena pendulous adalah salah satu bentukan percabangan yang unik dan hanya bisa ditemukan pada beberapa jenis conifer dan pohon (Stevens et al. 1994). Berdasarkan hasil tersebut dapat diperkirakan bahwa keanekaragaman pohon di kampus IPB Dramaga apabila ditinjau dari bentuk tajuknya adalah rendah, karena lebih cenderung menggunakan pohon bertajuk rounded. Apabila melihat persebaran jenis burung berdasarkan petak pengamatan, maka petak 6 dan 11 adalah petak yang paling banyak terdapat jenis burung di dalamnya, yaitu 13 jenis. Petak 6 ini berada di perumahan dosen yang ditanami vegetasi beranekaragam jenis dan tipe pertumbuhannya dari groundcover sampai pohon, sehingga jenis burung yang ada di dalamnya juga lebih beragam. Sedangkan petak 11 mencakup Amarilis, asrama A5, asrama C4, dan sebagian perumahan dosen yang memiliki kondisi serupa dengan petak 6. Jumlah pohon di kedua petak ini tidak terlalu banyak, yaitu 7 pohon untuk petak 6 dan 9 pohon untuk petak 11. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pohon sampel yang diambil pada petak pengamatan tidak mempengaruhi jumlah jenis burung di dalamnya. Sesuai dengan Stanley Smith Horticultural Trust (2012) bahwa dalam penataan vegetasi tidak hanya pohon yang harus dipertimbangkan, jenis vegetasi lain, seperti semak sampai tanaman penutup tanah juga harus diperhatikan untuk menyediakan kombinasi, ukuran, dan nutrisi yang tepat untuk burung. Sedangkan petak 4, 10, dan 22 adalah petak yang paling sedikit jenis burungnya, dimana masing-masing hanya dijumpai satu jenis burung. Petak-petak ini memang hanya berisi satu atau dua pohon sampel, tapi jumlah yang sedikit ini bukan berarti mempengaruhi jumlah jenis burung yang datang, karena petak 9 dan 14 yang juga hanya diwakili satu pohon sampel bisa mendatangkan burung sebanyak 7 dan 5 jenis. Hal ini lebih dipengaruhi karena jenis pohon sampel yang diambil tidak bisa menarik banyak jenis burung untuk datang. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa jenis burung yang dapat beradaptasi pada semua bentuk tajuk dan percabangan, tapi tidak sedikit juga jenis

46 burung yang hanya bisa ditemukan pada jenis tajuk dan percabangan tertentu. Jenis-jenis yang terlihat mencolok dapat beradaptasi dengan seluruh bentuk tajuk adalah cucak kutilang, bondol jawa, dan bondol peking. Sedangkan jenis-jenis yang dapat beradaptasi pada seluruh bentuk percabangan adalah cucak kutilang, bondol peking, bondol jawa, burung madu sriganti, cipoh kacat, cinenen pisang, cinenen jawa, burung gereja erasia, tekukur biasa, cabai jawa, dan kacamata biasa. Cucak kutilang adalah jenis burung terutama pemakan buah dan kadang memakan serangga sedangkan bondol jawa, bondol peking, burung gereja erasia, dan tekukur biasa adalah burung pemakan biji, sesuai dengan Whitten et al. (1999) bahwa sebagian besar burung yang ada di daerah urban adalah pemakan biji-bijian di atas tanah daripada pemakan serangga pada batang atau tajuk pohon. Hal ini dikarenakan kelangkaan buah yang sesuai bagi burung, dan hanya sedikit serangga yang dapat menggunakan pohon-pohon jenis asing, sehingga makanan yang tersedia bagi burung-burung pemakan serangga seluruhnya atau burung pemakan serangga sebagian menjadi semakin sedikit (Whitten et al. 1999). Pengecualian bagi burung madu sriganti yang memakan nektar, cipoh kacat dan cabai jawa yang memakan buah dan serangga, cinenen jawa dan cinenen pisang yang memakan serangga, dan kacamata biasa yang memakan nektar, buah, dan serangga. Jenis-jenis ini dapat ditemukan pada seluruh bentuk percabangan karena sudah beradaptasi dan terhabituasi dengan lingkungan kampus IPB Dramaga. Hasil pengamatan burung yang dilakukan menunjukkan bahwa pada semua pohon sampel mayoritas burung bisa ditemukan di strata tajuk tengah sampai atas. Tingginya pemanfaatan strata bagian tengah oleh burung dikarenakan pada bagian ini banyak terdapat daun-daun yang lebih muda dan buah-buahan yang lebih masak (MacKinnon 2010). Selain itu, beberapa jenis burung juga memanfaatkan bagian tajuk bawah sampai bagaian bawah pohon. Burung-burung yang memanfaatkan bagian bawah pohon adalah tekukur biasa, cucak kutilang, burung gereja erasia, bondol peking, gemak loreng, pelanduk semak. Gemak loreng merupakan anggota suku Turnicidae yang tidak bisa terbang sehingga hanya ditemukan di bagian bawah pohon. Sedangkan pelanduk semak adalah anggota suku Timaliidae yang menyukai tumbuhan bawah, seperti groundcover dan semak (MacKinnon 2010). Pada penelitian ini pelanduk semak hanya ditemukan di semak pada bagian bawah pohon sengon dan ki hujan. Burung-burung lain yang juga ditemukan di bagian bawah pohon dikarenakan adanya makanan seperti buah Ficus sp. atau sisa-sisa makanan manusia yang juga disukai oleh beberapa jenis burung. Jenis-jenis yang hanya ditemukan pada satu jenis bentuk tajuk adalah cekakak sungai, remetuk laut, caladi tilik, kowak malam kelabu, dan wiwik uncuing. Sedangkan jenis-jenis yang hanya ditemukan pada satu jenis percabangan adalah burung madu kelapa, cekakak sungai, remetuk laut, kowak malam abu, dan wiwik uncuing. Dalam penelitian ini hanya satu kali perjumpaan dengan burung madu kelapa di pohon sampel, yaitu pohon kelengkeng yang bertajuk rounded dengan percabangan weeping. Cekakak sungai dan remetuk laut hanya ditemukan berada pada pohon sengon yang bertajuk rounded dengan percabangan vertical. Cekakak sungai merupakan anggota suku Alcedinidae yang paling umum dan berburu di sepanjang pantai atau daerah terbuka dekat perairan, termasuk kebun, kota, dan perkebunan (MacKinnon et al. 2010). Dalam dua kali perjumpaan, burung cekakak sungai selalu menggunakan pohon sengon sebagai 31

47 32 pohon tenggeran. Demikian juga remetuk laut yang termasuk anggota suku Silviidae, dalam tiga kali perjumpaan seluruhnya juga berada di pohon sengon untuk memakan serangga yang banyak terdapat di pohon sengon. Caladi tilik merupakan anggota suku Picidae yang mengebor dan mencolok kulit batang pohon untuk mencari serangga dan tempayak (Mackinnon et al. 2010). Selama penelitian caladi tilik ditemukan berada pada pohon sengon, lamtoro (Leucaena leucochepala), dan matoa (Pometia pinnata) yang bertajuk rounded dan mampu mengundang banyak serangga. Kowak malam abu hanya ditemukan di pohon saga (Althenantera pavonina) yang bertajuk rounded dengan percabangan tortuous di sekitar danau LSI yang merupakan habitat bagi anggota suku Ardeidae yang hidup di sekitar badan air ini. Sedangkan wiwik uncuing dalam penelitian ini hanya ditemukan di pohon roda (Hura crepitans) yang bertajuk spreading dengan percabangan weeping dari total 99 pohon sampel yang diamati. Wiwik uncuing adalah anggota suku Cuculidae yang mudah didengar suaranya tapi sulit untuk dilihat. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, jenis-jenis pohon yang mampu mengundang banyak jenis burung adalah sengon di petak 6 yang mengundang 7 jenis, flamboyan di petak 9 yang mengundang 7 jenis, sengon di petak 16 yang mengundang 9 jenis, dan angsana di petak 19 yang mengundang 7 jenis burung. Sengon (Paraserianthes falcataria) adalah jenis pohon yang paling banyak mengundang jenis burung, dari 11 pohon sengon yang diambil sebagai pohon sampel, rata-rata bisa mengundang 5 jenis burung. Total terdapat 20 jenis burung yang dijumpai sedang berada di 11 pohon sengon yang diambil. Karakteristiknya berkayu lunak memudahkan burung seperti betet biasa untuk melubangi batangnya sebagai sarang, dan sangat rentan terhadap serangan hama sehingga mengundang kedatangan burung-burung pemakan serangga (Krisnawati 2011). Sedangkan jenis pohon yang sama sekali tidak bisa mengundang burung berdasarkan hasil pegamatan adalah jambu bol di petak 6 dan 7, pala di petak 12, burahol dan sawo kecik di petak 19, rambutan di petak 21, serta damar dan rasamala pada petak 23. Kesemua jenis yang tidak bisa menarik burung ini disebabkan tidak adanya faktor dari pohon tersebut yang bisa mengundang kehadiran burung, selain itu posisi penanaman yang berada di tengah gedung membatasi akses burung ke pohon tersebut. Berdasarkan analisis regresi linier berganda untuk pohon parameter dari pohon yang berpengaruh nyata terhadap kehadiran burung adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunga. Bentuk percabangan yang menurut Stevens et al. (1994) terdiri atas lima bentuk dasar berpengaruh besar terhadap kehadiran burung, seperti terlihat pada rata-rata tingkat penggunaanya oleh burung. Meskipun agak berbeda hal ini didukung oleh hasil penelitian Rossana (2005) dan Asmoro (2012) yang menyatakan bahwa arsitektur Attim lebih disukai oleh burung. Tipe arsitektur ini menurut Hale et al. (1978) memiliki percabangan yang menerus (kontinyu) dengan cabang yang monopodial dan ortotropik, menyerupai bentuk percabangan vertical menurut Stevens et al. (1994). Perbandingan bentuk percabangan vertical dan arsitektur Attim bisa dilihat di Gambar 19. Keberadaan bunga sendiri adalah faktor yang sangat menarik burung karena bisa menyediakan nektar dan mengundang serangga yang menarik burung pemakan serangga. Keberadan buah berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda tidak berpengaruh nyata terhadap kehadiran burung, tetapi faktor ini tidak bisa

48 33 Percabangan vertical Arsitektur Attim (sumber : usaharumahkami.blogspot.com) Gambar 27 Perbandingan percabangan vertical (Stevens et al. 1994) dan arsitektur pohon Attim (Hale et al. 1978) diabaikan karena ditemukan juga beberapa jenis burung pemakan buah. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung, pohon yang sedang berbuah mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan pohon yang tidak berbuah. Pohon-pohon yang ditemukan sedang dimakan buahnya oleh burung adalah kersen, beringin, buni, dan salam. Demikian juga untuk ukuran daun yang tidak berpengaruh nyata, Hirst (2010) menyatakan bahwa pohon berdaun lebar bisa menyediakan perlindungan dari perubahan cuaca dan predator, hal ini yang menyebabkan pada penelitian ini aktivitas yang dilakukan burung-burung pada pohon berdaun lebar lebih banyak adalah hinggap dan beristirahat. Tetapi tidak sedikit juga burung yang memanfaatkan pohon berdaun kecil dan sedang, bahkan pohon berdaun kecil memiliki presentase tingkat penggunaan yang paling besar, karena memungkinkan burung untuk lebih mudah bermobilisasi. Rekomendasi Banyak spesies pohon yang ditanam hanya untuk memenuhi kebutuhan estetik tanpa mempertimbangan fungsi ekologinya (Idilfitri 2012). Demikian juga kebanyakan pohon yang ditanam di kawasan kampus IPB Dramaga hanya untuk memenuhi fungsi arsitektural ataupun edukasional, tanpa mempertimbangkan fungsi ekologis untuk satwa khususnya burung. Keanekaragaman pohon yang ditanam baik jenis, faktor pendukung seperti bunga dan buah harus diperhatikan sehingga bisa menyediakan kebutuhan berbagai macam burung. Hal ini penting agar tidak terjadi persaingan pakan maupun shelter bagi jenis-jenis burung yang memiliki relung ekologi yang sama seperti persaingan antara cucak kutilang dan sepah kecil yang teramati sedang berebut shelter ketika pengamatan berlangsung. Kampus IPB Dramaga merupakan contoh hutan kota yang baik, dengan ekosistem yang beragam dan vegetasi yang beragam jenisnya. Nilai ekologis hutan kota akan menyerupai hutan alami jika tingkat keragaman, jumlah lapisan vegetasi, dan tingkat kerentanan terhadap serangga tertentu meningkat, sehingga dapat mendukung kehidupan burung insektivora (Whitten 1999).

49 34 Berdasarkan hasil penelitian ini dihasilkan rekomendasi untuk perencanaan tata hijau di kampus IPB Dramaga, yang bisa juga digunakan pada perencanaan tata hijau secara umum pada lokasi lain. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini untuk tata hijau di kawasan kampus IPB Dramaga adalah: 1. Penanaman pohon yang mampu menyediakan kebutuhan burung sepanjang tahun Kawasan kampus IPB Dramaga yang merupakan salah satu fragmen habitat burung yang tersisa di Kecamatan Dramaga, perlu ditambah keragaman pohon yang ditanam dengan mempertimbangkan bentuk percabangan dan keberadaan bunga pada pohon tersebut. Hal ini untuk menampung lebih banyak jenis burung lokal yang belum bisa terakomodasi di dalam kawasan kampus IPB Dramaga, tetapi keberadaannya sudah mulai terancam. Berdasarkan hasil penelitian, dari 99 pohon sampel yang diambil, hanya 19 pohon yang sedang berbunga dan hanya 4 jenis pohon yang dimakan buahnya oleh burung. Menurut Hirst (2010) pemilihan vegetasi yang terbaik adalah yang bisa menyediakan pakan dan tempat berlindung bagi burung. Pemilihan vegetasi khususnya di area urban harus menyediakan kebutuhan burung sepanjang tahun, antara lain tanaman yang memproduksi biji-bijian, beri atau buah lainnya atau nektar, dan dapat menarik serangga (Slattery at al. 2003). Rotasi masa pembungaan pohon yang ditanam menjadi sangat diperlukan agar tersedia bunga sepanjang tahun. Pohon-pohon yang direkomendasikan sebagai hasil dari penelitian ini antara lain merupakan pohon yang berbunga dalam rentang waktu penelitian, yaitu antara bulan April sampai Juni. Untuk jenis pohon yang berbunga di bulan lain dapat didasarkan pada referensi yang ada. 2. Perlu penambahan pohon lokal Jawa Barat ataupun Jawa Asal pohon harus diperhatikan karena jenis vegetasi asli lebih disukai jenis-jenis binatang asli termasuk burung (Whitten 1999 dan Idilfitri 2012). Hal ini karena nutrisi yang disediakan pohon lokal juga lebih sesuai untuk burung maupun serangga lokal yang bisa menarik burung pemakan serangga. Dari 52 jenis pohon yang diambil sebagai sampel, 15 jenis merupakan jenis pohon yang tidak ditemukan di daerah urban di Jawa sebelum tahun 1947 (Steenis 1978). 3. Pengayaan jenis-jenis vegetasi lain selain pohon, seperti semak dan groundcover Stanley Smith Horticultural Trust (2012) menyatakan bahwa dalam penataan vegetasi jenis vegetasi lain, seperti semak sampai tanaman penutup tanah juga harus diperhatikan untuk menyediakan kombinasi, ukuran, dan nutrisi yang tepat untuk burung. Hal ini sesuai dengan kondisi petak 6 dan 11 yang ditemukan jumlah jenis burung paling banyak. 4. Pengelolaan kawasan yang sudah banyak mengundang burung, dan menjadikannya sebagai acuan untuk perencanaan tata hijau di lokasi lain. Berdasarkan Gambar 15 terdapat petak-petak pengamatan yang mampu mengundang lebih dari 10 jenis burung untuk datang, yaitu petak 2, 6, 11, 16, 18, dan 22. Petak-petak ini bisa menjadi percontohan sistem penanaman dan jenis pohon yang ditanam untuk diaplikasikan di kawasan kampus IPB Dramaga yang lain. 5. Pengaturan jarak tanam pohon

50 Jarak tanam pohon juga harus diperhatikan dalam proses penataan, karena pohon dengan arsitektur sempurna akan lebih berfungsi secara arsitektural dan menambah estetika dibandingkan pohon yang tajuknya bersinggungan karena penanaman yang terlalu rapat. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan referensi yang mendukung, tipe pohon yang mampu mengundang lebih banyak jenis burung adalah pohon dengan percabangan vertical dan berbunga. Maka terdapat beberapa jenis pohon sampel yang bisa direkomendasikan beserta bentuk tajuknya yang menjadi pertimbangan fungsinya dalam lanskap yang disajikan pada Tabel 7. Pada tabel ini juga terdapat jenis-jenis pohon lain yang tidak memiliki percabangan vertical tetapi juga mampu mengundang kehadiran burung. Jenis-jenis pohon yang direkomendasikan merupakan jenis-jenis pohon yang dalam penelitian ini mampu mengundang minimal 5 jenis burung untuk datang. Perlu diperhatikan penggunaan pohon kapuk (Ceiba pentandra) dan roda (Hura crepitans) di dalam tapak terkait posisi dan aksesibilitas user terhadap jenis pohon ini. Karena kedua jenis pohon ini mempunyai duri-duri tajam di batangnya, sehingga berbahaya bagi user khususnya anak kecil. 35

51 36 Tabel 7 Rekomendasi jenis pohon yang mengundang banyak burung Bentuk tajuk Rounded Jenis pohon Nama ilmiah Fungsi Sengon Paraserianthes falcataria Penaung Beringin Ficus sp. Penaung Angsana Manggis Pterocarpus indicus Garcinia mangostana Penaung Petai Parkia speciosa Penaung Tanjung Kelengkeng Rambutan Lamtoro/ petai cina Mimusops elengi Dimocarpus longan Nephelium lappaceum Leucaena leucocephala Picturesque Flamboyan Delonix regia Spreading Columnar Kersen Muntingia calabura Prediksi jenis burung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23 1, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 18, 20 1, 3, 4, 5, 12, 20, 21 Penaung 1, 3, 4, 7, 8 Penaung 1, 2, 5, 6, 7, 9 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 18, 22 Penaung 1, 2, 4, 5, 14 Penaung Penaung Penaung, estetik Ki hujan Samanea saman Penaung Kenari Salam Canarium comunee Syzygium polyanthum Ceiba pentandra 1, 2, 5, 8, 9, 12 3, 4, 7, 8, 12, 23 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 21, 22 Penaung 1, 2, 3, 6, 12 Pengarah 1, 3, 4, 5, 6, 12, 16, 18 1, 2, 3, 5, 12, 21 Pengarah 1, 2, 3, 4, 12 Ilustrasi Sebagai peneduh di dalam tapak Sebagai focal point Sebagai peneduh untuk pedestrian 1, 4, 9, 10, Fastigiate Kapuk Pengarah 11, 13 1, 2, 3, 4, 7, Pinus Pinus merkusii Pengarah 8, 12 Acacia 1, 2, 3, 5, 8, Akasia Pengarah Sebagai pengarah untuk jalan mangium 18 Keterangan : 1. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2. Bondol peking (Lonchura punctulata), 3. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), 4. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), 5. Cipoh kacat (Aegithina tiphia), 6. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius), 7. Cinenen jawa (Orthotomus sepium), 8. Gereja erasia (Passer montanus), 9. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), 10. Punai gading (Treron vernans), 11. Betet biasa (Psittacula alexandri), 12. Cabai jawa (Dicaeum trochileum), 13. Gemak loreng (Turnix suscitator), 14. Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), 15. Cekakak sungai (Halcyon chloris), 16. Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), 17. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 18. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), 19. Remetuk laut (Gerygone sulphurea), 20. Kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis), 21. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), 22. Bentet kelabu (Lanius schach), 23. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), 24. Kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), 25. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris)

52 37 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pohon yang ditanam di kawasan kampus IPB Dramaga masih terbilang rendah, karena mayoritas adalah pohon bertajuk rounded. Selama penelitian berlangsung berhasil dijumpai 27 spesies burung yang memanfaatkan 99 pohon sampel secara langsung. Dari sekian banyak spesies burung, terdapat tiga jenis yang memanfaatkan berbagai bentuk arsitektur pohon pada beberapa petak, yaitu cucak kutilang, bondol jawa, dan bondol peking. Seluruh pohon sampel mayoritas dimanfaatkan oleh burung pada bagian tajuk tengah sampai atas. Jenis pohon paling tinggi digunakan oleh burung adalah jenis sengon (Paraserianthes falcataria). Dari hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap banyaknya kehadiran jenis burung pada satu pohon adalah bentuk percabangan dan keberadaan bunganya. Dari hasil penelitian ini juga dihasilkan rekomendasi untuk tata hijau di kampus IPB Dramaga dan beberapa jenis pohon sampel yang mengundang banyak jenis burung. Saran Dalam penelitian selanjutnya lebih baik untuk fokus ke variabel pohon yang berpengaruh nyata, yaitu bentuk percabangan dan keberadaan bunga, dengan jumlah yang seimbang pada masing-masing perlakuan agar didapatkan data yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Asmoro AWT Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat. Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Balen Bvan, Hernowo JB, Mulyani YA, dan Putro HR The Bird of Darmaga. Media Konserv. 1(2):1-5. Bird Forum x-Plaintive Cuckoo.jpg. [internet]. [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada 50px-Plaintive_Cuckoo.jpg. Booth NK Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illinois (US): Waveland Press Inc. Bridwell FM Landscape Plants: Their Identification, Culture, and Use, Second Edition. New York (US): Delmar.

53 38 Darjono dan Sudaryanti Pengumpulan Data Lapangan Burung. Di dalam: Prijono S.N, Peggie D, Mulyadi Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Fauna. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Endah RM Peranan Hutan Kota Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Bentuk Ruang Terbuka Hijau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Foto Biodiversitas Indonesia Malacocincla sepiarum Baluran SW.jpg. [internet]. [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada Hakim R dan Utomo H Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Halle F, Oldeman RAA, Tomlison PB Tropical Trees and Forest: an Architectural Analysis. New York (US): Springer-Verlag. Hernowo JB, Soemakdi R, Ekarelawan Kajian Pelestarian Satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konserv. 3(2): Idilfitri S, Nik Hanita NM Role of Ornamental Vegetation for Birds Habitats in Urban Parks: Case study FRIM, Malaysia. Procedia Social and Behavioral Sciences 68 (2012) Kurnia I Studi Keanekaragaman Jenis Burung untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen: ekologi, silvikultur dan produktivitas. Bogor (ID): CIFOR. Mac Kinnon J, Philips K, Balen V Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia. Magurran A Ecological Diversity and Its Measurement. London (GB): Croom Helmed Limited. Mardiastuti A Penanaman Pohon untuk Habitat Burung. Di dalam: Makalah Sarasehan Sehari tentang Penanaman Sejuta Pohon di Wilayah DKI Jakarta, kerjasama Yayasan Pendidikan Kelestarian Alam dan Majalah Asri; 1993 Des 4-5; Jakarta; Jakarta (ID). Mulyani Keragaman Jenis Burung di Kampus IPB Darmaga Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mulyani YA Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan Kampus IPB Darmaga [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Odum EP Ecology a Brigde between Science and Society. Sunderland (GB): Sinauer Associates. Paris TB Barred Buttonquail (Turnix susciatator).jpg. [internet]. [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada %20My%20Favorites/slides/Barred%20Buttonquail%20(Turnix%20suscitat or).jpg. Peterson RT The Bird. New York (US): Time Inc. Pettingill OS Ornithology in Laboratory and Field. Minnesota (US): Burgess Publisher. Co. Perrins CM and Birkhead TR Teritory Level Biology Avian Ecology. New York (US): Chapman and Hall.

54 Putro HR Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan Kampus IPB Darmaga [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rosanna Y Ruang Terbuka Hijau Sebagai Habitat Burung Di Perkotaan (Kajian Terhadap Habitat Burung dan Estetika Kota) [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Slattery BE, Reshetiloff K, dan Zwicker SM Native Plants for Wildlife Habitat and Conservation Landscaping. Native Plant Center [Internet]. [diunduh 2013 Sep 1]. Tersedia pada Stanley Smith Horticultural Trust Trees and Shrubs That Attract Birds. Mortonarb [internet]. [diunduh 2013 Sep 1]. Tersedia pada Steenis CGGJ van Flora. Soerjowinoto M, Hardjosuwarno S, Adisoewojo SS, Wibisono, Wirjahardja MPS, penerjemah. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Flora. Stevens D, Huntington L, and Key R Garden Design Construction and Planting. London (GB): Ward Lock. Supranto Statistika: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, dan Muchtar M Daftar Burung Indonesia no.2. Bogor (ID): Indonesian Ornitologists Union. The Internet Bird Collection IMG_7462.JPG. [internet]. [diunduh 2014 Feb 19]. Tersedia pada Welty JC The Life of Bird. Philadelphia (US): Saunders College Publishing Whitten T, Roehayat ES, Suraya AA Ekologi Jawa dan Bali. Kartikasari SN, Tyas BU, Agus W, penerjemah. Jakarta (ID): Prehallindo. Terjemahan dari: The Ecology of Java and Bali. 39

55 40 Lampiran 1 Data pohon sampel No Petak Titik Nama ilmiah Bentuk tajuk Bentuk percabangan Bunga Buah Ukuran daun a Paraserianthes falcataria rounded vertical ada tidak kecil 2 1-b Ficus benjamina rounded vertical tidak ada kecil 3 1-c Ficus benjamina rounded vertical tidak tidak kecil 4 1-d Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil a Ceiba pentandra fastigiate horizontal tidak tidak sedang 6 2-b Parkia speciosa rounded tortuous tidak tidak kecil 7 2-c Dimocarpus longan rounded weeping tidak tidak sedang a Pterocarpus indicus rounded vertical tidak tidak sedang a Samanea saman spreading tortuous tidak tidak kecil a Araucaria heteropylla fastigiate horizontal tidak tidak kecil 11 5-b Garcinia mangostana rounded vertical tidak tidak besar 12 5-c Cananga odorata fastigiate horizontal ada ada besar 13 5-d Garcinia mangostana rounded vertical tidak tidak besar a Durio zibethinus fastigiate horizontal tidak tidak sedang 15 6-b Delonix regia picturesque vertical tidak tidak kecil 16 6-c Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil 17 6-d Syzygium malaccense fastigiate weeping tidak ada besar 18 6-e Nephelium lappaceum rounded weeping tidak tidak sedang a Syzygium malaccense fastigiate vertical tidak tidak besar 20 7-b Ficus benjamina rounded weeping tidak ada sedang a Paraserianthes falcataria rounded vertical ada tidak kecil 22 8-b Leucaena leucocephala rounded weeping tidak tidak kecil a Delonix regia picturesque tortuous tidak tidak kecil a Syzygium malaccense fastigiate vertical tidak ada besar a Ficus lyrata rounded horizontal tidak tidak besar b Terminalia cattapa spreading horizontal tidak ada besar c Terminalia cattapa spreading horizontal tidak ada besar d Mimusops elengi rounded tortuous ada tidak sedang e Switenia macrophyla columnar vertical tidak tidak sedang f Maniltoa grandiflora columnar vertical ada ada sedang

56 No Petak Titik Nama ilmiah Bentuk Bentuk Ukuran Bunga Buah tajuk percabangan daun g Ficus sp. rounded vertical tidak ada sedang h Canarium comunee columnar weeping ada ada sedang i Canarium comunee columnar weeping ada ada sedang a Myristica fragrans fastigiate horizontal tidak tidak sedang b Hevea brasiliensis rounded vertical tidak tidak besar c Antocephalus cadamba columnar horizontal tidak tidak besar d Agathis dammara fastigiate horizontal tidak tidak sedang e Delonix regia picturesque tortuous tidak tidak kecil f Khaya anthoteca rounded tortuous tidak tidak besar g Maniltoa grandiflora fastigiate vertical ada tidak sedang h Ficus sp. rounded vertical tidak tidak sedang i Calophyllum inophyllum rounded vertical tidak tidak sedang j Tamarindus indicus rounded vertical tidak ada kecil k Altingea excelsa columnar weeping tidak tidak sedang l Tamarindus indicus rounded weeping tidak tidak kecil m Lagerstromeia speciosa rounded weeping tidak tidak sedang n Antidesma bunius rounded tortuous tidak ada besar Muntingia calabura spreading horizontal ada ada sedang a Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil b Octomeles sumatrana rounded horizontal tidak tidak besar c Ficus calosa columnar vertical tidak tidak besar a Delonix regia picturesque tortuous ada tidak kecil a Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil b Casuarina junghuhniana weeping vertical tidak ada kecil a Ficus lyrata rounded vertical tidak tidak besar b Mimusops elengi rounded tortuous tidak tidak sedang c Maniltoa grandiflora columnar vertical ada ada sedang d Maniltoa grandiflora columnar vertical ada ada sedang e Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil a Pometia pinnata rounded tortuous tidak ada besar b Hura crepitans spreading weeping ada tidak sedang 41

57 42 No Petak Titik Nama ilmiah Bentuk Bentuk Ukuran Bunga Buah tajuk percabangan daun a Gnetum gnemon fastigiate horizontal tidak ada sedang b Diospyros blancoi pyramidal horizontal tidak ada besar c Terminalia cattapa spreading horizontal tidak tidak besar d Archidendron pauciflorum rounded tortuous ada tidak sedang e Syzygium zeylanicum spreading tortuous tidak ada kecil f Ficus benjamina rounded vertical tidak ada sedang g Pterocarpus indicus rounded vertical tidak tidak sedang h Syzygium polyanthum columnar weeping tidak tidak sedang a Paraserianthes falcataria rounded vertical ada tidak kecil b Pinus merkusii fastigiate horizontal tidak ada kecil c Stelechocarpus burahol pyramidal horizontal tidak tidak sedang d Manilkara kauki pyramidal horizontal tidak ada sedang e Delonix regia picturesque tortuous tidak tidak kecil f Samanea saman spreading tortuous ada ada kecil g Syzygium malaccense fastigiate vertical tidak tidak besar h Canarium comunee columnar weeping tidak ada sedang a Muntingia calabura spreading horizontal tidak tidak sedang b Cassuarina equisetifolia pyramidal vertical tidak tidak kecil c Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil d Acacia mangium fastigiate weeping tidak tidak sedang a Nephelium lappaceum spreading tortuous tidak tidak besar a Pinus merkusii fastigiate horizontal ada tidak kecil b Manilkara kauki pyramidal horizontal tidak ada sedang c Thuja orientalis fastigiate tortuous tidak tidak Kecil d Ficus benjamina rounded vertical tidak ada Sedang e Casuarina junghuhniana weeping vertical tidak tidak Kecil f Agathis dammara fastigiate horizontal tidak tidak Sedang g Adenanthera pavonina rounded tortuous ada ada kecil a Altingea excels rounded horizontal tidak tidak sedang b Gnetum gnemon fastigiate horizontal tidak ada sedang c Cinnamomum camphora pyramidal horizontal tidak tidak sedang d Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil

58 No Petak Titik Nama ilmiah Bentuk tajuk Bentuk percabangan Bunga Buah 43 Ukuran daun e Diospyros celebica fastigiate weeping tidak tidak sedang f Agathis dammara fastigiate horizontal tidak tidak sedang a Mimusops elengi rounded tortuous tidak tidak sedang b Lagopus ochroma spreading tortuous ada ada besar c Ceiba pentandra columnar horizontal tidak tidak sedang d Paraserianthes falcataria rounded vertical tidak tidak kecil

59 44 Lampiran 2 Dokumentasi pohon sampel No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Sengon Paraserianthes falcataria b Beringin Ficus benjamina c Beringin Ficus benjamina d Sengon Paraserianthes falcataria

60 45 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Kapuk Ceiba pentandra b Pete Parkia speciosa c Kelengkeng * Dimocarpus longan a Angsana Pterocarpus indicus a Ki hujan Samanea saman

61 46 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Cemara nortflok * Araucaria heteropylla b Manggis Garcinia mangostana c Kenanga Cananga odorata d Manggis Garcinia mangostana

62 47 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Durian Durio zibethinus b Flamboyan Delonix regia c Sengon Paraserianthes falcataria d Jambu bol Syzygium malaccense e Rambutan Nephelium lappaceum

63 48 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Jambu bol Syzygium malaccense b Beringin Ficus benjamina a Sengon Paraserianthes falcataria b Lamtoro Leucaena leucocephala

64 49 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Flamboyan Delonix regia a Jambu bol Syzygium malaccense a Biola cantik * Ficus lyrata b Ketapang Terminalia cattapa c Ketapang Terminalia cattapa

65 50 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar d Tanjung Mimusops elengi e Mahoni * Switenia macrophyla f Saputangan * Maniltoa grandiflora g Beringin Ficus sp.

66 51 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar h Kenari Canarium comunee i Kenari Canarium comunee a Pala Myristica fragrans b Karet Hevea brasiliensis

67 52 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar c Jabon Antocephalus cadamba d Damar Agathis dammara e Flamboyan Delonix regia f Khaya * Khaya antotheca g Saputangan * Maniltoa grandiflora

68 53 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar h Beringin Ficus sp i Nyamplung Calophyllum inophyllum j Asem Tamarindus indicus k Rasamala Altingea excelsa

69 54 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar l Asem Tamarindus indicus m Bungur Lagerstromeia speciosa n Buni Antidesma bunius o Kersen Muntingia calabura

70 55 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Sengon Paraserianthes falcataria b Binuang Octomeles sumatrana c Ficus Ficus calosa a Flamboyan Delonix regia

71 56 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Sengon Paraserianthes falcataria b Cemara angin Casuarina junghuhniana a Biola cantik * Ficus lyrata b Tanjung Mimusops elengi c Saputangan * Maniltoa grandiflora

72 57 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar d Saputangan * Maniltoa grandiflora e Sengon Paraserianthes falcataria a Matoa * Pometia pinnata b Roda * Hura crepitans a Melinjo Gnetum gnemon

73 58 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar b Bisbul * Diospyros blancoi c Ketapang Terminalia cattapa d Jengkol * Archidendron pauciflorum e Jambujambuan * Syzygium zeylanicum

74 59 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar f Beringin Ficus benjamina g Angsana Pterocarpus indicus h Salam Syzygium polyanthum a Sengon Paraserianthes falcataria

75 60 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar b Pinus Pinus merkusii c Burahol Stelechocarpus burahol d Sawo kecik Manilkara kauki e Flamboyan Delonix regia f Ki hujan Samanesa saman

76 61 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar g Jambu bol Syzygium malaccense h Kenari Canarium comunee a Kersen Muntingia calabura b Cemara udang Casuarina equisetifolia

77 62 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar c Sengon Paraserianthes falcataria d Akasia Acacia mangium a Rambutan Nephelium lappaceum a Pinus Pinus merkusii b Sawo kecik Manilkara kauki

78 63 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar c Cemara kipas * Thuja orientalis d Beringin Ficus benjamina e Cemara angin Casuarina junghuhniana f Damar Agathis dammara g Saga * Adenanthera pavonina

79 64 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar a Rasamala Altingea excelsa b Melinjo Gnetum gnemon c Kamper * Cinnamomum camphora d Sengon Paraserianthes falcataria

80 65 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar e Eboni * Diospyros celebica f Damar Agathis dammara a Tanjung Mimusops elengi b Balsa * Lagopus ochroma c Kapuk Ceiba pentandra

81 66 No Petak Titik Nama lokal Nama ilmiah Gambar d Sengon Paraserianthes falcataria *) Jenis-jenis pohon yang tidak ditemukan di daerah urban Jawa sebelum tahun 1947 (Steenis 1978)

82 67 Lampiran 3 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel No Petak Titik Nama lokal a Sengon 2 1-b Beringin 3 1-c Beringin 4 1-d Sengon a Kapuk Nama ilmiah Jenis burung Jumlah Paraserianthes falcataria Ficus benjamina Ficus benjamina Paraserianthes falcataria Ceiba pentandra b Pete Parkia speiosa c Kelengkeng a Angsana a Ki hujan a Cemara nortflok 11 5-b Manggis 12 5-c Kenanga 13 5-d Manggis a Durian Dimocarpus longan Pterocarpus indicus Samanea saman Araucaria heteropylla Garcinia mangostana Cananga odorata Garcinia mangostana Durio zibethinus b Flamboyan Delonix regia c Sengon 17 6-d Jambu bol 18 6-e Rambutan a Jambu bol 20 7-b Beringin a Sengon 22 8-b Lamtoro Paraserianthes falcataria Syzygium malaccense Nephelium lappaceum Syzygium malaccense Ficus benjamina Paraserianthes falcataria Leucaena leucocephala a Flamboyan Delonix regia a Jambu bol a Biola cantik b Ketapang c Ketapang Syzygium malaccense 2 1 Ficus lyrata 4 1 Terminalia cattapa Terminalia cattapa

83 68 No Petak Titik Nama lokal d Tanjung e Mahoni f Saputangan Nama ilmiah Jenis burung Jumlah Mimusops elengi Switenia macrophyla Maniltoa grandiflora g Beringin Ficus sp h Kenari i Kenari a Pala b Karet c Jabon d Damar Canarium comunee Canarium comunee Myristica fragrans Hevea brasiliensis Antocephalus cadamba Agathis dammara e Flamboyan Delonix regia f Khaya g Saputangan Khaya antotheca Maniltoa grandiflora h Beringin Ficus sp i Nyamplung j Asem k Rasamala l Asem m Bungur n Buni o Kersen a Sengon b Binuang Calophyllum inophyllum Tamarindus indicus Altingea excelsa Tamarindus indicus Lagerstromeia speciosa Antidesma bunius Muntingia calabura Paraserianthes falcataria Octomeles sumatrana c Ficus Ficus calosa a Flamboyan Delonix regia a Sengon b a Cemara angin Biola cantik Paraserianthes falcataria Casuarina junghuhniana Ficus lyrata

84 No Petak Titik Nama lokal b Tanjung c Saputangan d Saputangan e Sengon a Matoa 69 Nama ilmiah Jenis burung Jumlah Mimusops elengi Maniltoa grandiflora Maniltoa grandiflora Paraserianthes falcataria Pometia pinnata b Roda Hura crepitans a Melinjo b Bisbul c Ketapang d Jengkol e Jambujambuan f Beringin g Angsana h Salam a Sengon Gnetum gnemon Diospyros blancoi Terminalia cattapa Archidendron pauciflorum Syzygium zeylanicum Ficus benjamina Pterocarpus indicus Syzygium polyanthum Paraserianthes falcataria b Pinus Pinus merkusii c Burahol d Sawo kecik Stelechocarpus burahol Manilkara kauki e Flamboyan Delonix regia f Ki hujan g Jambu bol h Kenari a Kersen b Cemara udang c Sengon d Akasia a Rambutan Samanesa saman Syzygium malaccense Canarium comunee Muntingia calabura Casuarina equisetifolia Paraserianthes falcataria Acacia mangium Nephelium lappaceum a Pinus Pinus merkusii

85 70 No Petak Titik Nama lokal b Sawo kecik c Cemara kipas d Beringin e Cemara angin f Damar g Saga a Rasamala b Melinjo c Kamper d Sengon e Eboni f Damar a Tanjung b Balsa c Randu d Sengon Nama ilmiah Jenis burung Jumlah Manilkara kauki Thuja orientalis Ficus benjamina Casuarina junghuhniana Agathis dammara Adenanthera pavonina Altingea excelsa Gnetum gnemon Cinnamomum camphora Paraserianthes falcataria Diospyros celebica Agathis dammara Mimusops elengi Lagopus ochroma Ceiba pentandra Paraserianthes falcataria Keterangan : 1. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2. Bondol peking (Lonchura punctulata), 3. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), 4. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), 5. Cipoh kacat (Aegithina tiphia), 6. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius), 7. Cinenen jawa (Orthotomus sepium), 8. Gereja erasia (Passer montanus), 9. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), 10. Punai gading (Treron vernans), 11. Betet biasa (Psittacula alexandri), 12. Cabai jawa (Dicaeum trochileum), 13. Gemak loreng (Turnix suscitator), 14. Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), 15. Cekakak sungai (Halcyon chloris), 16. Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), 17. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 18. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), 19. Remetuk laut (Gerygone sulphurea), 20. Kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis), 21. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), 22. Bentet kelabu (Lanius schach), 23. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), 24. Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax), 25. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris)

86 Lampiran 4 Dokumentasi jenis-jenis burung yang berada di pohon sampel (Sumber : Dokumentasi lapang) 71 Pycnonotus aurigaster Lonchura punctulata Lonchura leucogastroides Cinnyris jugularis Aegithina tiphia Orthotomus sutorius Orthotomus sepium Passer montanus

87 72 Streptopelia chinensis Treron vernans Psittacula alexandri Dicaeum trochileum Anthreptes malacensis Halcyon chloris Zosterops palpebrosus Gerygone sulphurea

88 73 Oriolus chinensis Pericrocotus cinnamomeus Lanius schach Nycticorax nycticorax Cacomantis sepulclaris Turnix suscitator (Sumber : Malacocincla sepiarium (Sumber :

89 74 Cacomantis merulinus (Sumber : Dendrocopos moluccensis (Sumber :

90 Lampiran 5 Dokumentasi jenis-jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel (Sumber : Dokumentasi lapang) 75 Hirundo tahitica Amaurornis phoenicurus Alcedo meninting Lalage nigra

91 76 Lampiran 6 Data penggunaan pohon oleh burung Bentuk tajuk Jenis pohon Strata pohon Jenis burung Aktivitas Tajuk atas Cucak kutilang Menelisik Columnar Fastigiate Picturesque Pyramidal Rounded Kenari Tajuk tengah Bawah pohon Bondol jawa Cipoh kacat Cucak kutilang Bersarang Bermain Makan, bermain Rasamala Tajuk tengah Cinenen jawa Bermain Pinus Akasia Kapuk Tajuk atas Tajuk tengah Tajuk tengah Cucak kutilang Cinenen jawa Cipoh kacat Kacamata biasa Bondol jawa Bondol peking Makan buah pinus Mencari serangga Bermain Bermain Bersarang Bersarang Batang Cucak kutilang Hinggap Bawah pohon Gemak loreng Tekukur biasa Istirahat Diam Saputangan Tajuk tengah Cucak kutilang Makan nektar Flamboyan Cemara Asem Tajuk tengah Tajuk bawah Tajuk tengah Tajuk bawah Burung madu sriganti Cinenen jawa Bentet kelabu Bondol peking Burung gereja erasia Burung madu sriganti Burung gereja erasia Bondol peking Cucak kutilang Burung gereja erasia Menelisik Makan serangga Makan serangga Hinggap Hinggap Makan nektar Menelisik Menelisik Bermain Menelisik Tajuk atas Bondol jawa Kawin Tajuk tengah Cucak kutilang Menelisik Beringin Tajuk atas Cucak kutilang Makan buah

92 77 Bentuk tajuk Jenis pohon Strata pohon Jenis burung Aktivitas Biola cantik Buni Jengkol Kelengkeng Lamtoro Tajuk tengah Tajuk bawah Punai gading Kepudang kuduk hitam Cucak kutilang Cipoh kacat Bondol peking Cinenen pisang Cabai jawa Cinenen padi Cucak kutilang Kacamata biasa Cabai jawa Cipoh kacat Makan buah Menelisik Makan buah, menelisik, bermain Makan Bersarang Bermain Makan buah Bermain, hinggap, makan ulat Hinggap, makan buah Makan serangga Makan buah Makan buah Batang Cucak kutilang Hinggap Bawah pohon Tajuk atas Cucak kutilang Burung gerja erasia Cucak kutilang Cabai jawa Diam Mandi Makan buah Makan buah Tajuk tengah Cucak kutilang Makan buah Tajuk tengah Tajuk atas Tajuk atas Batang Cipoh kacat Cinenen jawa Burung madu sriganti Burung madu kelapa Cipoh kacat Burung madu sriganti Cabai jawa Caladi tilik Makan serangga Bermain Bermain Menelisik Bermain Menelisik Menelisik Mencari serangga Pete Tajuk bawah Cipoh kacat Bermain

93 78 Bentuk tajuk Jenis pohon Strata pohon Jenis burung Aktivitas Spreading Rambutan Sengon Tanjung Balsa Ketapang Kersen Tajuk tengah Tajuk atas Tajuk tengah Tajuk bawah Batang Bawah Tajuk atas Tajuk tengah Bawah Tajuk atas Tajuk tengah Cinenen pisang Cinenen jawa Cipoh kacat Burung gereja erasia Cabai jawa Sepah kecil Cucak kutilang Cipoh kacat Cucak kutilang Remetuk laut Kacamata biasa Cinenen pisang Sepah kecil Cipoh kacat Caladi tilik Tekukur biasa Gemak loreng Burung madu sriganti Kacamata biasa Cinenen jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Tekukur biasa Burung madu sriganti Cucak kutilang Cinenen jawa Bermain Menelisik Bermain Bermain Bermain Bermain Menelisik Bermain, mencari makan Bermain, menelisik Bermain Bermain Bermain Bermain, makan Bermain Mencari serangga Diam Berjalan Makan nektar Makan nektar bermain Bermain, makan serangga Makan nektar Berjalan, makan Makan nektar Menelisik Bermain Tajuk atas Cabai jawa Makan buah Tajuk tengah Bondol jawa menelisik

94 79 Bentuk tajuk Jenis pohon Strata pohon Jenis burung Aktivitas Cabai jawa Makan buah Ki hujan Tajuk tengah Bawah pohon Cipoh kacat Cinenen pisang Pelanduk semak Makan Bermain Bermain Weeping Cemara angin Tajuk atas Bondol peking menelisik

95 80 Lampiran 7 Dokumentasi penggunaan pohon oleh burung Makan buah Makan serangga Menelisik Bertengger Kawin

96 81 Bersarang Mempertahankan wilayah Bercengkerama Mengasuh anak

Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor

Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS 1*, TATI BUDIARTI 1, SYARTINILIA 1 1. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN Sufi Nisfu Ramadhani, Sofia Ery Rahayu, Agus Dharmawan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung LAMPIRAN 101 Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Burung No. Nama Burung Karakter Makanan Perkembangbiakan Habitat Kebiasaan Penyebaran 1

Lebih terperinci

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung 60 Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung Gambar 10. Stasiun pengamatan pertama penelitian burung pada lahan basah Way Pegadungan yang telah menjadi persawahan pada Bulan April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Permukiman Keanekaragaman hayati dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 26 BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Fisik 5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Lokasi tapak secara geografis antara 106 45'53,52" BT - 106 46'24,35"

Lebih terperinci

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu) KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu) TIARA SUKRA DEWI E 34101056 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis Rhizopora spp., Sonaeratia

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978) LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978) No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan 1 Holtum Batang lurus, tidak bercabang dan monoaksial

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada suatu kawasan strategis. Letak astronomis negara Indonesia adalah antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 141º BT. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA Artikel Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: 1 Alfan Firmansyah, Agung Budiantoro¹, Wajudi², Sujiyono² ¹Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep Madura Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2016. Gambar

Lebih terperinci

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA ISSN 1978-9513 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 2, September 2009 KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA Hasmar Rusmendro, Ruskomalasari,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG SYAM REZZA FAHLEVI. Perancangan Ulang Kawasan Pemakaman Umum Tanah Kusir,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN Kerjasama Coral Triangle Center (CTC) Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Oleh Marthen

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 STUDI KEANEKARAGAMAN AVIFAUNA SEBAGAI SARANA EDUKASI EKOWISATA BIRDWATCHING DI KAWASAN WISATA KONDANG MERAK, MALANG SOFYAN ARIS NRP. 1509100004 Dosen Pembimbing Aunurohim, S.Si., DEA Jurusan Biologi Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT Media Konservasi Vol 20, No.2, Agustus 2015: 117-124 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT (Bird Diversity in Various

Lebih terperinci

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1) (E34120028), Yusi Widyaningrum

Lebih terperinci

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 237-253 (2010) Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Eko Sulistyadi Bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan 31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa di Repong Damar Pekon Pahmungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR Nurul Kusuma Dewi Program Studi Pendidikan Biologi IKIP PGRI MADIUN, Jalan Setiabudi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua

Lebih terperinci

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan *** KEBERADAAN JENIS JENIS BURUNG DI KAWASAN PADANG PECATU KABUPATEN BADUNG Ida Bagus Made Suaskara, I Ketut Ginantra dan I Ketut Muksin Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Email : suaskara@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat

Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1289-1294 DOI: 10.13057/psnmbi/m010605 Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat Bird diversity

Lebih terperinci

Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak

Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak 61 BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Rencana Ruang Ruang yang direncanakan berdasarkan konsep ruang yang telah dibuat dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona konservasi dan zona pendukung.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul 47 ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul Burung merupakan anggota dari Sub Filum Vertebrata yang termasuk

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Burung di Resort Perengan Seksi Konservasi Wilayah I Pandean dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820

Lebih terperinci

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 4, No. 1, Ed. April 2016, Hal. 15-32 SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR 1 Samsul Kamal, 2 Elita Agustina dan 3 Zahratur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis

Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kondisi Lokasi Penelitian Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia dengan luas.094.692 hektar yang secara administrasi pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah

Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 3, Juni 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 660-666 DOI: 10.13057/psnmbi/m010346 Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung

Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung Diversity of bird species at the area of intensive aquaculture in South Sumatra and Lampung Jani MASTER 1), Nuning

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat 17 TINJAUAN PUSTAKA Bio-ekologi Burung Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai hampir di setiap tempat. Jenisnya sangat beranekaragam dan masingmasing jenis memiliki nilai

Lebih terperinci

Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah 82 Rahayuningsih dkk, Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem, Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah (Birds Diversity at Karangasem, Wirosari, Grobogan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green Campus) memiliki ruang terbuka hijau dengan tipe vegetasi yang beragam serta multi strata berupa

Lebih terperinci

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan jenis burung di Pulau Serangan, Bali pada bulan Februari sampai Maret tahun 2016. Pengamatan dilakukan sebanyak 20 kali, yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Biologi Disusun

Lebih terperinci

KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH Moh. Ihsan Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118 Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG ASEUPAN

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG ASEUPAN BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG ASEUPAN A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kehadiran satwaliar khususnya mamalia merupakan bio-indikator suatu kawasan hutan dapat dikatakan baik atau terganggu. Keseimbangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang

Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1045-1049 DOI: 10.13057/psnmbi/m010514 Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP)

Lebih terperinci

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

POTENSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR

POTENSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR POTENSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR Potency of Developing Birdwatching Tourism at Plant Conservation Center Bogor Botanics Gardens Gytha Nafisah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

keyword : open green space, housing, vegetation, Bird. PENDAHULUAN

keyword : open green space, housing, vegetation, Bird. PENDAHULUAN Open Green Space Ability Area of Modern Settlement for Life Of bird types (Case Study Three Areas of Modern Settlement in Bogor City). 1 Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pemukiman Modern bagi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT Diurnal bird species diversity in Protected Forest Mount Ambawang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Anorganik Dan Organik Padi merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi sebagian besar bangsa Indonesia (Idham & Budi, 1994). Menurut Pracaya (2002) upaya untuk mampu

Lebih terperinci

STATISTIK BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM YOGYAKARTA TAHUN 2007

STATISTIK BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM YOGYAKARTA TAHUN 2007 DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM YOGYAKARTA Jl. Gedongkuning 172A, Yogyakarta, Telp/Fax (0274)373324, e-mail: bksda_yogya@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR. Oleh : ELY SOLIHATI G

KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR. Oleh : ELY SOLIHATI G 1 KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR Oleh : ELY SOLIHATI G34102037 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance. KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR CIPADARANTEN 1 PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT di Hutan ISSN Kota Pekanbaru 1978-5283 Hadinoto, Mulyadi, A., Siregar, YI 2012:6 (1) KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN KOTA PEKANBARU Hadinoto Dosen Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Riau, Jalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

EFEK GRADIEN URBANISASI HABITAT TERHADAP KOMUNITAS BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK, JAWA BARAT

EFEK GRADIEN URBANISASI HABITAT TERHADAP KOMUNITAS BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK, JAWA BARAT EFEK GRADIEN URBANISASI HABITAT TERHADAP KOMUNITAS BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK, JAWA BARAT Bramantya Prayoga Nugraha 1 1 Departemen Biologi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 bprayogan@gmail.com

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH Chrystanto 1), Siti Asiyatun 2), Margareta R 3) 1), 2) Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Tengah 3) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Study of Wallow Characteristics of Javan Rhinoceros - Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822 in

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri. Gambar 3.1. Peta Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR

EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR EVALUASI KEBERLANJUTAN MASYARAKAT DESA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE MENUJU ECOVILLAGE DANI ABDURRAHMAN BASYIR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu

Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu Oleh : Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Malang Eyes Lapwing (MEL) The Learning University JURUSAN BIOLOGI

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK 5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO Bambang Agus Suripto 1, Alifi Fitriana 2 1,2 Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail:suriptobambang@yahoo.com ABSTRAK Dalam waktu

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Hutan Kampus IPB Dramaga Dan PPKA Bodogol- Bogor ABSTRAK

Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Hutan Kampus IPB Dramaga Dan PPKA Bodogol- Bogor ABSTRAK 3 Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Hutan Kampus IPB Dramaga Dan PPKA Bodogol- Bogor 1 Rita Oktavia ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan burung serta mamalia

Lebih terperinci