JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MOTIF TENUN MASYARAKAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MOTIF TENUN MASYARAKAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH"

Transkripsi

1 JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MOTIF TENUN MASYARAKAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh : YUNITHA ADILIA D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017

2 HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MOTIF TENUN MASYARAKAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh : YUNITHA ADILIA D1A Menyetujui, Mataram, 30 Juni 2017 Pembimbing Pertama, Prof. Dr. H. Zainal Asikin, SH., SU. NIP

3 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MOTIF TENUN MASYARAKAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Yunitha Adilia D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap ekspresi budaya tradisional (EBT) motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah dan untuk mengetahui bagaimana prosedur agar EBT motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan perlindungan hukum. Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat akademis, teoritis, dan praktis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif-empiris. Hasil penelitian ini adalah bentuk perlindungan hukum terhadap EBT motif tenun berupa pencatatan. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah yang didaftarkan. Terkait prosedur pendaftaran, pada dasarnya pencatatan EBT sama dengan pendaftaran ciptaan lainnya. Kata kunci: Perlindungan Hukum, Ekspresi Budaya Tradisional, Motif Tenun. LEGAL PROTECTION AGAINST TRADITIONAL CULTURAL EXPRESSIONS WEAVING MOTIFS OF CENTRAL LOMBOK DISTRICT COMMUNITY ABSTRACT The purpose of this research is to find out the form of legal protection on Traditional Cultural Expressions (TCEs) weaving motifs of Central Lombok District Community and to find out how the procedure to gain legal protection on TCEs weaving motifs of Central Lombok District Community. The benefits of this research consisted of academic benefits, theoretical, and practical. This research uses the metodhs of normative-empirical legal research. The result of this research is the form of legal protection on TCEs weaving motifs is inventory registration. But until now, there is no weaving motifs of Central Lombok District Community have been signed up. Related to the registration procedure, basically TCEs inventory registration is same as the registration of the other creation. Keywords: Legal Protection, Traditional Cultural Expressions, Weaving Motifs.

4 I. PENDAHULUAN Dewasa ini, Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional menjadi suatu masalah hukum baru yang berkembang baik di tingkat nasional maupun internasional. Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional merupakan kekayaan budaya berupa ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Kekayaan budaya tersebut merupakan suatu aset berharga bagi masyarakat karena memiliki nilai tinggi dari sisi estetika, filosofi dan juga ekonomi. 1 Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional telah muncul menjadi masalah hukum baru, hal ini disebabkan belum adanya instrumen hukum domestik yang mampu memberikan perlindungan hukum secara optimal sehingga Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional saat ini banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 2 Seperti halnya yang terjadi pada Tari Pendet, Wayang, dan Reog Ponorogo yang di klaim merupakan aset kekayaan tradisional Malaysia. 3 Demikian pula naskah kuno masyarakat adat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara telah dimiliki dan digitalisasi oleh Malaysia. 4 Pengklaiman aset juga terjadi pada Ekspresi Budaya Tradisional seni motif Batik Parang Yogyakarta dan kain Ulos khas Batak. Hal tersebut diatas, tidak menutup kemungkinan dapat pula terjadi pada motif-motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. 1 Shabhi Mahmashani, Kepemilikan Folklore Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Hak Cipta Dan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Dan Pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional, Sebuah Studi Perbandingan, (Tesis, Magiter Hukum Universitas Indonesia), 2010, Hal Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Cet. Kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal indonesia.org/kekayaan-budaya-indonesia-dan-klaim-negara-lain/ Pada Tanggal 6 September 2016 Pukul WITA 4 Ibid

5 ii Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah memiliki beraneka ragam kain tenun dengan motif nan cantik dan unik serta memiliki nilai kekhasan tersendiri. Selain itu, kain tenun tradisional khas masyarakat Kabupaten Lombok Tengah ini telah mampu bersaing dengan kain tenun tradisional yang ada di daerah lain. 5 Namun, yang sangat disayangkan adalah kebiasaan masyarakat memproduksi suatu karya cipta secara massal dan tanpa izin. Dengan bantuan kecanggihan teknologi yang ada, suatu karya cipta bahkan dapat diproduksi dengan tingkat kemiripan yang cukup signifikan antara yang asli dan tiruan sehingga sangat sulit dibedakan secara kasat mata. Komersialisasi terhadap pengetahuan dan ekspresi budaya tardisional ini menjadi masalah karena diperoleh tanpa izin. 6 Kegiatan pembajakan terhadap motif tenun ini tentunya memberikan dampak negative bagi negara dan masyarakat lokal khususnya pengerajin tenun tradisional sendiri. Selain berdampak pada kerugian materil, hal ini juga mempengaruhi citra dari kualitas kain tenun yang mereka hasilkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1) Bagaimana bentuk pelindungan hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah? 2) Bagaimana prosedur yang harus dilalui agar Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan perlindungan 5 I Gusti Agung Wisudawan, Perlindungan Hak Cipta dan Implikasinya terhadap Pertumbuhan Industri Kain Tenun Tradisional Khas Lombok, (Jurnal, Magister Hukum, Universitas Mataram, Vol.4 No.1 Februari 2010, Hal. 6 6 Agus Sardjono, Pengetahuan Tradisional Studi Mengenai Perlindungan HKI atau Obatobatan, (Disertasi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), 2004, Hal. 7

6 iii hukum? 3) Bagaimana upaya pemerintah NTB dalam melindungi Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah? Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. 2) Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang harus dilalui agar Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan perlindungan hukum. 3) Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah NTB dalam melindungi Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: Secara Akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai Program Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Mataram. Secara Teoritis, diharapkan dengan Penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Hukum khususnya Hukum Kekayaan Intelektual. Secara Praktis, memberikan kontribusi pemikiran bagi Para Pihak khususnya masyarakat dalam mendapatkan perlindungan hukum atas ekspresi budaya tradisionalnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif-empiris dengan pendekatan yang digunakan yaitu: Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual, dan Pendekatan Sosiologis. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah data kepustakaan dan data lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, dan studi lapangan.

7 iv II. PEMBAHASAN Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Ekspresi Budaya Tradisional Motif Tenun Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah Pemberian perlindungan bagi Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) menjadi penting ketika dihadapkan pada karakteristik dan keunikan yang dimilikinya. Adanya pertimbangan keadilan keadilan, konservasi, pemeliharaan budaya dan praktik tradisi, pencegahan perampasan oleh pihak-pihak yang tidak berhak terhadap komponen EBT dan perkembangan penggunaan kepentingannya menjadi serangkaian alasan mengapa perlunya dikembangkan perlindungan bagi ekspresi budaya tradisional. 7 Perlindungan terhadap kain tenun ini bukanlah perlindungan terhadap motifnya saja, melainkan terhadap keseluruhan yang terkait dengan tenun. Seperti halnya proses pembuatan tenun, perwarnaan hingga motif yang tekandung didalamnya. EBT motif tenun ini sebagai salah satu dari Ciptaan yang dilindungi dalam ketentuan Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, dalam penjelasan pasal ini EBT motif tenun ini tergolong dalam karya seni batik atau motif lainnya. Selain itu, RUU PTEBT memberikan penjelasan PTEBT yang dilindungi mencangkup unsur budaya yang disusun, dikembangkan, dipelihara dan di transmisikan dalam lingkup tradisi dan memiliki karakteristik khusus yang terintegritas dengan identitas budaya masyarakat. 8 Hal tersebut tertuang dalam ketentuan Pasal 2 Ayat (3) RUU Perlindungan dan Pemanfaatan Kekayaan 7 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM RI, Perlindungan Hukum Kebudayaan Daerah, Jakarta, 2011, Hal.21 8 Sarah S. Kuahaty, Kain Tenun Sebagai Pengetahuan Tradisional Masyarakat Hukum Adat Maluku, (Skripsi: Sarjana Hukum Universitas Pattimura, 2015, Hal. 21

8 v Intelektual PTEBT bahwa EBT yang dilindungi mencangkup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi, sebagai berikut: verbal tekstual, music, gerak, teater, seni rupa, upacara adat, yang juga mencangkup pembuatan alat dan bahan serta penyajiannya; Di Indonesia, pelanggaran Hak Cipta atas EBT kerap terjadi. Ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat adat di suatu negara berkembang seperti halnya Indonesia, terjadi karena EBT mereka belum maksimal dalam mendapatkan perlindungan. 9 Pelanggaran ini berawal dari kurangnya perhatian dan pengakuan yang layak terhadap EBT, setidaknya dalam tiap perbincangan yang dilakukan penulis dengan warga Dusun Sasak Sade, Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan penenun lokal, yang menjadi isu utama ialah banyak diantara mereka yang menyesali bahwa kesenian tradisional ini kurang menerima perhatian dan pengakuan dari masyarakat. Inaq Nayim, salah satu penenun lokal di Dusun Sasak Sade mengatakan bahwa pengunjung lokal yang datang kesana biasanya hanya sekedar melihatlihat saja, jarang diantaranya singgah untuk membeli beberapa kain tenun. Kain tenun yang mereka buat secara manual dalam waktu yang cukup lama dengan menggunakan alat tenun tradisional tak jarang ditawar dengan harga yang sangat murah. Ada beberapa diantaranya yang malah membandingan harga kain tenun yang dijual di Dusun Sasak Sade dengan kain tenun yang dijual di pusat perbelanjaan misalnya saja yang dijual di Pusat Perbelanjaan Cakranegara. 9 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM RI, Op.Cit, Hal. 11

9 vi Pengunjung yang datang beranggapan bahwa kualitas kain tenun yang dijual di Dusun Sasak Sade sama saja kualitasnya dengan yang dijual di pasaran. Di beberapa daerah yang merupakan daerah wisata, banyak sekali EBT motif tenun ini direproduksi, diduplikasi, dan didistribusikan tanpa izin. Kegiatan tersebut dijadikan lahan untuk mencari uang oleh beberapa pihak. Banyak sekali toko-toko yang menjual oleh-oleh tradisional berupa kain tenun khas lombok dengan embel-embel bahwa kain tenun tersebut merupakan produk lokal asli, ditambah lagi produk tersebut bahkan diberikan label bertuliskan khas Lombok sehingga lebih menjanjikan. Terdapat pula kain-kain berbahan katun yang bermotif tenun Khas Lombok Tengah yang djual dengan harga murah meriah. Motif yang seharusnya dituangkan dalam sebuah kain tenun yang dibuat dengan serat benang keemasan yang merupakan unsur utama dari kain tenun Lombok Tengah ini tergantikan oleh teknik printing. Hilangnya unsur tradisional ini terasa sedikit mengecewakan. Kebiasaan meniru motif kain tenun tradisional yang dilakukan masyarakat berdampak pada pudarnya manfaat dari Undang-Undang Hak Cipta. Akan tetapi, hal ini dianggap bukanlah merupakan suatu masalah yang penting. Budaya semacam itu akan melemahkan aturan yang sudah ada. Sebab hukum disini tidak lagi dilaksanakan secara benar oleh masyarakat. 10 Sebenarnya hukum itu haruslah responsif dan didukung oleh masyarakat. Realita yang terlihat di kehidupan masyarakat Lombok cukup menarik. Masyarakat Lombok merupakan masyarakat yang mementingkan nilai sosial dan 10 I Gusti Agung Wisudawan, Op.Cit, Hal. 9

10 vii religius dengan nuansa islami. Jadi mereka menganggap bahwasanya kasus penjiplakan motif ini tidak perlu dibesar-besarkan karena semua bersama-sama mencari penghidupan. Masyarakat lokal seperti halnya masyarakat Lombok, merupakan masyarakat komunal yang menempatkan kepentingan bersama lebih tinggi dari kepentingan pribadi, meskipun itu tidak berarti pula bahwa individu kehilangan hak-haknya. Konsep inilah yang membuat masyarakat lokal tidak terbiasa dengan konsep Hak Kekayaan Intelektual yang individualistik. 11 Kurangnya pemahaman tentang ekspresi budaya tradisional dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat khususnya pencipta atau pelaku ekspresi mengakibatkan dengan mudahnya kekayaan budaya tradisional Indonesia dieksploitasi oleh pihak asing. Dari pemaparan diatas, pelanggaran yang terjadi pada EBT motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah ini, antara lain: Meniru atau menjiplak motif tenun dengan sengaja dan memperbanyak dan mengkomersialkan motif tenun tersebut. Tindakan tersebut diatas ditambah lagi dengan tidak adanya permohonan izin akses untuk pemanfaatan kepada pihak yang bersangkutan. Hal ini jelas melanggar Prinsip Free Prior Informed Consent yakni prinsip yang menegaskan bahwa adanya hak masyarakat adat untuk menetukan bentuk-bentuk kegiatan apa saja yang mereka inginkan pada wilayah mereka. 12 Masyarakat lokal memiliki hak atas EBTnya, dimana apabila ada pihak yang ingin mendayagunakan EBT 11 Agus Sardjono, Op.Cit, Hal Pada Tanggal 16 Oktober 2016 Pukul WITA

11 viii tersebut, harus mendapatkan izin terlebih dahulu. Akan tetapi, hal ini tak jarang diabaikan begitu saja. Sehingga masyarakat lokal merasa dirugikan atas tidak terpenuhinya hak tersebut. Hak Cipta tidak hanya memberi perlindungan dari duplikasi yang sama persis terhadap suatu karya yang dilindungi, namun juga perlindungan terhadap adaptasi yang dilakukan tanpa izin. 13 Perlindungan hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional ini dapat dilakukan melalui: 14 Pertama, Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran atas Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun ini. Perlindungan preventif terhadap Ekspresi Budaya Tradisional ini ialah memberikan masyarakat, pelaku ekspresi dan pemerintah daerah sebuah pengakuan hak Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas EBT motif tenun ini. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pencipta mempunyai hak khusus atau hak ekslusif yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi yang telah dijamin oleh undang-undang. Kedua, Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. 15 Perlindungan ini memberikan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya terkait EBTnya. Dalam Undang-Undang Hak Cipta, berlaku ketentuan delik aduan, yang dimana suatu pelanggaran 13 Agus Sardjono, Op.Cit, Hal Muchsin, Loc.Cit 15 Ibid. Hal.15

12 ix dapat diproses apabila ada pelaporan atau aduan dari pihak yang memiliki hak atau kepentingan atas itu merasa dirugikan, selain itu telah diatur pula ketentuanketentuan pidana apabila dikemudian hari terjadi pelanggaran. Upaya Pemerintah NTB dalam melindungi Ekspresi Budaya Tradisional Motif Tenun Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah Dalam Undang-undang Hak Cipta, negara diwajibkan untuk menginvetarisasi, menjaga dan memelihara Ekspresi Budaya Tradisional. Di tingkat nasional sendiri, sejak tahun 2008, Pemerintah telah memulai proses penyusunan RUU Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional. Sedangkan di tingkat daerah, Pemerintah Daerah seperti halnya Departemen Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka memberikan perlindungan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional, sebagai berikut: 1) Pencatatan 2) Sosialisasi. Selain itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. NTB juga turut serta dalam rangka memberikan perlindungan, seperti halnya dengan melakukan pengembangan dan pengelolaan ekspresi budaya tradisional, sosialisasi, memfasilitasi pendafataran hak kekayaan intelektual, memberikan pelatihan keterampilan dan gencar melakukan promosi budaya bersama dengan instansi lainnya. Prosedur Perlindungan Hukum Terhadap Ekspresi Budaya Tradisional Motif Tenun Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun khas masyarakat Kabupaten Lombok Tengah memang merupakan karya intelektual yang bersifat komunal sehingga tidak dapat dilakukan pendaftaran seperti halnya ciptaan pada umumnya.

13 x Terdapat prosedur yang berbeda dalam rangka perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional ini, yaitu melalui pencatatan atas Ekspresi Budaya Tradisional. Meskipun terdapat sedikit perbedaan dengan Ciptaan Intelektual lainnya, pada dasarnya pendaftaran inventarisasi ini fungsinya sama dengan pendaftaran pada umumnya, yaitu diperlukan untuk menyatakan secara formalitas bahwa yang pihak yang terdaftar dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi tentang pencatatan itu adalah Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas Ekspresi Budaya Tradisional. 16 Dalam hal Ekspresi Budaya Tradisional motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah ini, yang memegang Hak Cipta atas itu ialah Majelis Kebudayaan Daerah dan masyarakat yang ada dibawah naungannya. Berikut dibawah ini tata cara pencatatan EBT sebagai berikut: 17 Pertama, Pencatatan diajukan dengan Permohonan dengan mengisi formulir inventarisasi dalam bahasa Indonesia oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, Masyarakat Lokal yang bersangkutan. Kedua, Permohonan sebagaimana dimaksud pada point (1) dilakukan secara tertulis dengan: Menyertakan contoh Ciptaan, produk Hak Terkait, atau penggantinya; Melampirkan bukti Kewarganegaraan sebagai perwakilan pencipta dan pemegang hak cipta, apabila yang melakukan permohonan adalah Pencipta dan/atau suatu komunitas adat; Melampirkan surat bukti persetujuan pencatatan atas Ekspresi Budaya Tradisional dari 16 Hasil wawancara dengan Staf Divisi Perlindungan Hukum dan HAM di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Prov. NTB, Pada Hari Jumat, 7 Oktober Hasil wawancara dengan Staf Divisi Perlindungan Hukum dan HAM di Kantor Wilayah Departemen Kementerian Hukum dan HAM, Pada Hari Jumat, 7 Oktober 2016.

14 xi komunitas/organisasi/asosiasi/badan sosial/kelompok sosial atau perseorang yang merupakan pihak yang merupakan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta; Melampirkan uraian singkat tentang sejarah dan deskripsi Ekspresi Budaya Tradisional yang akan didaftarkan; dan Melampirkan penjelasan terkait sumber referensi atas Ekspresi Budaya Tradisional yang dicatatkan baik misal berupa naskah kuno, prasasti, sumber lisan (saksi sejarah). Menteri akan melakukan pemeriksaan terhadap Permohonan yang telah memenuhi persyaratan sebagai Ciptaan yang merupakan Ekspresi Budaya Tradisional. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dimohonkan tersebut secara esensial sama atau tidak sama dengan Ekspresi Budaya Tradisional yang telah tercatat dalam daftar umum inventarisasi. 18 Setelah itu Menteri akan memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan layaknya pencatatan Ciptaan pada umumnya yaitu dalam waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal darimananya Permohonan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan 67 Undang-Undang Hak Cipta. Proses pencatatan ini dapat dilakukan tanpa dipungut biaya. Dengan adanya pencatatan inventarisasi EBT, maka kekayaan intelektual EBT yang dimiliki Indonesia akan mendapatkan perlindungan tanpa harus mengkhawatirkan terjadinya pelanggaran dan penyalahgunaan terhadap EBT. 18 Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Op.Cit, Hal. 20

15 xii III. PENUTUP Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan pada Bab-Bab diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Bentuk perlindungan hukum terhadap Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah ialah dengan pencatatan EBT. Perlindungan hukum tersebut dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan preventif dan perlindungan represif bagi EBT. Dalam hal ini, Undang-Undang Hak Cipta dirasa masih memiliki banyak kekurangan dalam memberikan perlindungan terhadap EBT. 2) Prosedur yang harus dilalui agar EBT motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan perlindungan hukum ialah prosedur pencatatan EBT. Pada dasarnya, prosedur permohonan pencatatan EBT ini hampir sama dengan pendaftaran Ciptaan umumnya. Yang menjadi pembeda, ialah siapa saja pihak-pihak yang berhak, syarat-syarat pencatatan, bentuk formulir, dan biaya yang harus dikeluarkan. Selebihnya, tahapan-tahapan dalam melakukan pencatatan EBT ini sama seperti pendaftaran Ciptaan lainnya. 3) Upaya dari Pemerintah Daerah dalam memberikan perlindungan hukum dirasa belumlah maksimal. Hal ini terbukti dengan belum adanya motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah yang tercatat dalam Daftar Umum Inventarisasi Ciptaan yang terkategori sebagai EBT. Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1) Dalam memberikan perlindungan hukum terhadap EBT motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah, sangat

16 xiii diperlukan suatu rezim hukum baru yang responsif, komprehensif, dan mendetail yang secara khusus mengatur tentang EBT. Mempertimbangkan urgensi dalam perlindungan EBT tersebut, RUU PTEBT perlu untuk segera diundangkan. Apabila tidak memungkinkan hukum baru tersebut dapat dibuat dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Selain itu, Pemerintah Daerah NTB harus lebih aktif lagi dalam melakukan sosialisasi dan inventarisasi EBT motif tenun masyarakat Kabupaten Lombok Tengah. 2) Prosedur pencatatan EBT perlu dibuat lebih mudah dan cepat, serta dibedakan dengan pendaftaran Ciptaan lainnya sehingga tidak mempersulit Pecipta atau masyarakat lokal dalam mencatatkan Ciptaannya.

17 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku dan Artikel Agus Sardjono, Pengetahuan Tradisional Studi Mengenai Perlindungan HKI atau Obat-obatan, (Disertasi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004) Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Cet. Kedua, (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005) Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM RI, Perlindungan Hukum Kebudayaan Daerah, (Jakarta, 2011) I Gusti Agung Wisudawan, Perlindungan Hak Cipta dan Implikasinya terhadap Pertumbuhan Industri Kain Tenun Tradisional Khas Lombok, (Jurnal, Magister Hukum, Universitas Mataram, Vol.4 No.1 Februari 2010) Miranda Risang Ayu, Harry Alexander dan Wina Puspita, Hukum Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional di Indonesia, (Alumni, Bandung, 2014) Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Tesis: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003) Sarah S. Kuahaty, Kain Tenun Sebagai Pengetahuan Tradisional Masyarakat Hukum Adat Maluku, (Skripsi: Sarjana Hukum Universitas Pattimura, 2015) Shabhi Mahmashani, Kepemilikan Folklore Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Hak Cipta Dan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Dan Pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional, Sebuah Studi Perbandingan, (Tesis, Magiter Hukum Universitas Indonesia, 2010) Internet indonesia.org/kekayaan-budaya-indonesia-dan-klaim-negaralain/ Pada Tanggal 6 September 2016 Pukul WITA Pada Tanggal 16 Oktober 2016 Pukul WITA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Dasar konstitusi Perlindungan hukum terhadap folkfore di Indonesia adalah:

BAB IV PENUTUP. 1. Dasar konstitusi Perlindungan hukum terhadap folkfore di Indonesia adalah: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa 1. Dasar konstitusi Perlindungan hukum terhadap folkfore di Indonesia adalah: Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI Oleh : Dewa Ayu Agung Trio Parimita Dewi I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak ditemukan berbagai kesenian tradisional yang mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang, legenda, tari, lagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal kemerdekaan bangsa dan negara indonesia, bangsa indonesia telah bertekad untuk mewujudkan suatu masyarakat yang dicitacitakan bersama, yaitu masyarakat yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN & PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL oleh: Dr. Ansori Sinungan DIREKTORAT KERJA SAM A & PENGEMBANGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR Oleh : Dendy Robby Pohan Ida Bagus Wyasa Putra Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract This paper is effected by the actions

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenun ikat di daerah Lombok Tengah dalam perkembangannya mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk kepentingan busana saja, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia, pengertian DTLST dibedakan menjadi dua bagian yaitu desain tata letak

Lebih terperinci

Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi *

Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi * Urgensi Pengaturan Perlindungan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Positif Indonesia Oleh: Akhmad Aulawi * Naskah diterima: 25 November 2015; disetujui: 18 Desember 2015 Latar Belakang Kesadaran atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik seni rupa, seni musik, teater atau tarian, baik yang bersifat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. baik seni rupa, seni musik, teater atau tarian, baik yang bersifat tradisional BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan keragaman seni dan budaya. Keberagaman tersebut salah satunya diwujudkan dalam bidang seni, baik seni rupa,

Lebih terperinci

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani *

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani * URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT Oleh : Simona Bustani * Abstrak Perlindungan hukum terhadap ekspresi budaya tradisional (folklore) dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 tahun

Lebih terperinci

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ABSTRAK PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Oleh Putu Ngurah Wisnu Kurniawan Ida Ayu Sukihana A.A. Sri Indrawati

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK Oleh: Ade Hendra Yasa A.A.Ketut Sukranatha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This title of this paper is The solution

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional

BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Pengertian Pengetahuan Tradisional Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional merupakan hal penting dalam

Lebih terperinci

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo* EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA Oleh: Etty S.Suhardo* Ketika bangsa ini resah karena banyak karya seni kita diklaim negara tetangga, kini kita lega, bahagia dan bangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini Hak atas Kekayaan Intelektual (yang biasa disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI sendiri cukup

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DI BIDANG PROGRAM KOMPUTER

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DI BIDANG PROGRAM KOMPUTER PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DI BIDANG PROGRAM KOMPUTER Oleh: Ni Putu Indri Wirapratiwi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Samosir, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : pada pertumbuhan produk Andaliman.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Samosir, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : pada pertumbuhan produk Andaliman. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan terhadap penulisan yang berjudul Upaya Pelindungan Hukum Terhadap Andaliman (Merica Batak) sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan warisan budaya

BAB IV PENUTUP. 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan warisan budaya BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan warisan budaya yang masih eksis sampai sekarang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seni teater tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat tetap dan eksklusif serta melekat pada pemiliknya. Hak kekayaan intelektual timbul

Lebih terperinci

UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA

UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA Oleh : Dewa Ayu Padmaning Novianti Suhirman Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA Anik Tri Haryani Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun ABSTRAK Pengetahuan tradisional (traditional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang perlu digali, dipelihara dilestarikan, dan dilindungi secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni adiluhung dan mempunyai filosofi yang tinggi serta berkaitan erat dengan tata kehidupan yang mencerminan budaya bangsa Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM TERHADAP MOTIF KAIN ENDEK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DI KABUPATEN GIANYAR *

PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM TERHADAP MOTIF KAIN ENDEK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DI KABUPATEN GIANYAR * PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM TERHADAP MOTIF KAIN ENDEK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DI KABUPATEN GIANYAR * Oleh : Pande Nyoman Yori Pratana** Ni Ketut Supasti Dharmawan***

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afrillyanna Purba, S.H., M.H., Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional

DAFTAR PUSTAKA. Afrillyanna Purba, S.H., M.H., Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional DAFTAR PUSTAKA Buku Afrillyanna Purba, S.H., M.H., 2009. Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. P.T. Alumni, Bandung Afrillyanna Purba, S.H., M.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, sampai ke rumah tangga. Sekarang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK CIPTA KAIN TENUN TRADISIONAL KHAS LOMBOK MENURUT UNDANG-UNDANG HAK CIPTA TAHUN 2002 DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PERLINDUNGAN HAK CIPTA KAIN TENUN TRADISIONAL KHAS LOMBOK MENURUT UNDANG-UNDANG HAK CIPTA TAHUN 2002 DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PERLINDUNGAN HAK CIPTA KAIN TENUN TRADISIONAL KHAS LOMBOK MENURUT UNDANG-UNDANG HAK CIPTA TAHUN 2002 DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH ABSTRAK I GUSTI AGUNG WISUDAWAN Fak. Hukum UNRAM Mataram Karya cipta perajin

Lebih terperinci

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB Kantor Hak Kekayaan Intelektual Institut Pertanian Bogor (Kantor HKI-IPB) Gedung Rektorat IPB Lantai 5 Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur No.104, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6055) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVENTOR PICK UP GITAR ELEKTRIK DAN SANKSI TERHADAP PENDUPLIKASIAN INVENSINYA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVENTOR PICK UP GITAR ELEKTRIK DAN SANKSI TERHADAP PENDUPLIKASIAN INVENSINYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVENTOR PICK UP GITAR ELEKTRIK DAN SANKSI TERHADAP PENDUPLIKASIAN INVENSINYA oleh Anak Agung Alvian Prasetya Putera I Made Budi Arsika Perdata Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di dalam era perdagangan global,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

Oleh : Julinda Idriaty Komisi Pembimbing: Prof. Dr. Eddy Damian, S.H. Miranda Risang Ayu, S.H., LL.M., Ph.D. ARTIKEL

Oleh : Julinda Idriaty Komisi Pembimbing: Prof. Dr. Eddy Damian, S.H. Miranda Risang Ayu, S.H., LL.M., Ph.D. ARTIKEL PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL OLEH NEGARA SEBAGAI PEMEGANG HAK CIPTA KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA DIKAITKAN DENGAN HAK EKONOMI BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keragaman budaya dari berbagai daerah, yang berarti bahwa Indonesia mempunyai keunikan khas yang berbeda dari negara lain. Hal itu dapat dilihat

Lebih terperinci

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING Oleh : Tarsisius Maxmilian Tambunan I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue; BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan wewenang kepada Dirjen Hak Kekayaan Intelektual memiliki program berupa penetapan kawasan berbudaya hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan seni, budaya, suku, bangsa, dan agama. Keanekaragaman akan memberikan suatu identitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia merupakan negara yang strategis yang terletak

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia merupakan negara yang strategis yang terletak 16 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia merupakan negara yang strategis yang terletak di antara dua benua samudera, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, Samudera Hindia dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.252, 2016 HUKUM. Merek. Indikasi Geografis. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5953). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya cipta perlu dilindungi hukum, Pemerintah Republik Indonesia telah mengundangkan UUHC yang merupakan instrumen atau perangkat hukum untuk memberikan jaminan perlindungan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL DI INDONESIA oleh: Ngurah Bagus Indra Putra I Wayan Suarbha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara wilayah yang sangat luas dan terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman tradisi dan warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang memiliki aneka ragam etnik atau suku bangsa, budaya, serta kekayaan dibidang seni dan sastra, kekayaan tersebut merupakan potensi yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum vi TINJAUAN YURIDIS TARIAN TRADISIONAL DALAM RANGKA EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL YANG DIGUNAKAN WARGA NEGARA ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA ABSTRAK Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan produktifitas yang tinggi di masyarakat untuk berkompetisi menghasilkan,

Lebih terperinci

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG SIKAYU KAIN TENUN KHAS BOLAANG MONGONDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

Lebih terperinci

2017, No Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the Convention on Biological Diversity (Pro

2017, No Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the Convention on Biological Diversity (Pro No.964, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Data KIK. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG DATA KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki berbagai keanekaragaman dalam hal seni maupun budaya. Hal ini sejalan dengan adanya keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbiasa untuk mengasah kemampuan dan intelektualitas pada dirinya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terbiasa untuk mengasah kemampuan dan intelektualitas pada dirinya. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia mempunyai kreatifitas untuk menciptakan sesuatu, dengan memanfaat kemampuan tersebut manusia mampu bertahan didalam kehidupannya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macammacam merek yang dikenal oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong ! 1 BAB I PENDAHULUAN A.! Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan perdagangan di dunia, termasuk Indonesia. Dengan adanya HKI, diharapkan

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Kebutuhan akan barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya pola pikir, intelektual,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE Oleh GD Sattwika Yudharma Sutha Suatra Putrawan Perdata Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, mulai dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing kebudayaan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Selain keberagaman kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Deskripsi UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 1. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya pemerintah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Cipta merupakan salah satu jenis dari Hak Kekayaan Intelektual. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2014 tentang Hak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA Dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 UUHC 2002 diatur mengenai fungsi dan sifat hak cipta. Pasal 2 menentukan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

Terminologi Pendahuluan Kondisi Awal Pencatatan Aplikasi Saat Ini ScreenShot Aplikasi Isu isu Terkait Dengan Aplikasi Rencana Pengembangan Penutup

Terminologi Pendahuluan Kondisi Awal Pencatatan Aplikasi Saat Ini ScreenShot Aplikasi Isu isu Terkait Dengan Aplikasi Rencana Pengembangan Penutup Aplikasi Dokumentasi Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Yoga Prihastomo Jakarta, 22 Oktober 2011 Terminologi Pendahuluan Kondisi Awal Pencatatan Aplikasi Saat Ini ScreenShot Aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukan bumi sebagai dari bumi disebut tanah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

{ib. : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar

{ib. : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar {ib PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMAJUAN KEBUDAYAAN Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, a. bahwa Negara memajukan Kebudayaan Nasional

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar tercipta keadilan demikian halnya di Indonesia yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar tercipta keadilan demikian halnya di Indonesia yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia mempunyai hukum untuk mengatur tingkah laku masyarakat agar tercipta keadilan demikian halnya di Indonesia yang menjadikan hukum sebagai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA) Oleh : Dede Sukma Aristya Nyoman Mas Ariyani Hukum Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL ASING

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL ASING BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL ASING Oleh: Gracia Margaretha Simanjuntak Suatra Putrawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper in motivated

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat serta penelitian yang sudah. dijalani, maka dapat simpulkan :

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat serta penelitian yang sudah. dijalani, maka dapat simpulkan : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat serta penelitian yang sudah dijalani, maka dapat simpulkan : 1. Bahwa rezim hukum hak cipta yang sekarang ini ada belum bisa menjadi

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kaya akan kesenian kesenian daerah, baik yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kaya akan kesenian kesenian daerah, baik yang sifatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang besar dan sangat luas, terdiri dari beraneka ragam etnik suku Bangsa dengan segala adat istiadat yang dimiliki. Keaneka ragaman

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupannya. Seiring perkembangan jaman maka berdampak pada

Lebih terperinci

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG MEREK DAGANG ASING YANG ADA DI INDONESIA 1 Oleh : Maria Oktoviani Jayapurwanty 2 ABSTRAK Benda dalam arti kekayaan atau hak milik meliputi benda berwujud dan benda

Lebih terperinci