HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menjabarkan tentang hasil pengamatan yang telah penulis lakukan selama magang pada tanggal 15 Februari-15 Maret 2014 pada bagian Fund Distribution dan Giro Pos di Kantor Pos Solo Pembahasan dalam bab ini akan penulis bagi menjadi empat bagian yaitu pihakpihak terkait dalam pelaksanaan prosedur, dokumen-dokumen pendukung dalam pelaksanaan prosedur, Sentral Giro Gabungan (SGG), tahapan-tahapan dalam prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan. Pada pembahasan tahapan-tahapan dalam prosedur pemungutan dan penyetoran pajak, tahapan-tahapan tersebut akan dibagi menjadi dua alur yaitu berdasarkan alur uang penerimaan pajak dan alur data fisik penerimaan pajak. Dalam bab ini juga diberikan hasil wawancara penulis dengan narasumber untuk memperkuat pernyataan dalam pembahasan ini serta bagan alur prosedur agar dapat memperjelas tahapan-tahapan yang terdapat dalam prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo Secara garis besar, dalam pembahasan ini penulis menjabarkan tahap demi tahap prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo Prosedur pemungutan dan penyetoran pajak ini berawal dari penerimaan pungutan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pos Cabang (KPC) maupun Kantor Pos Luar Area (INBOUND) kemudian hasil penerimaan pemungutan pajak tersebut disetorkan ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan layanan Sentral Giro Gabungan hingga hasil penerimaan tersebut melalui tahap-tahapan selanjutnya untuk pada akhirnya disetorkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Kantor Pos Solo yang bertindak sebagai KPRK dalam proses 36

2 37 pemungutan dan penyetoran pajak, membawahi beberapa KPC di area Solo antara lain: 1. Kantor Pos Cabang Gading 2. Kantor Pos Cabang UNS 3. Kantor Pos Cabang Purwosari 4. Kantor Pos Cabang Nusukan 5. Kantor Pos Cabang Semanggi 6. Kantor Pos Cabang Bekonang 7. Kantor Pos Cabang Ngringo 8. Kantor Pos Cabang Kerten 9. Kantor Pos Cabang Pajang 10. Kantor Pos Cabang Mojosongo 11. Kantor Pos Cabang Jebres 12. Kantor Pos Cabang Gondangrejo 13. Kantor Pos Cabang UMS 14. Kantor Pos Cabang Jongke 15. Kantor Pos Cabang Cengklik 16. Kantor Pos Cabang Makamhaji 17. Kantor Pos Cabang Colomadu 18. Kantor Pos Cabang Solo Baru 19. Kantor Pos Cabang Kartosuro 20. Kantor Pos Cabang Solo Barat 21. Kantor Pos Cabang Setabelan 22. Kantor Pos Cabang Tipes Selain itu, Kantor Pos Solo juga membawahi Kantor Pos Luar Area (INBOUND) yaitu meliputi wilayah: 1. SRAGEN BOYOLALI KLATEN SUKOHARJO 57500

3 38 5. WONOGIRI KARANGANYAR A. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaksanaan Prosedur Dalam pelaksanaan prosedur suatu kegiatan terdapat beberapa pihak yang saling berkaitan, pihak-pihak tersebut bekerjasama sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Masing-masing dari pihak tersebut harus dapat melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik karena apabila salah satu pihak tidak dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik maka akan berpengaruh kepada proses kinerja pihak berikutnya. Salah satu cara agar pihak-pihak tersebut dapat melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik adalah dengan menaati prosedur yang berlaku. Prosedur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Begitupula dalam pelaksanaan prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo 57100, ada beberapa pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Wajib Pajak (WP) Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. 2. Kantor Pos Cabang (KPC)/ Kantor Pos Luar Area (INBOUND) Kantor Pos Cabang (KPC) dan Kantor Pos Luar Area (INBOUND) berfungsi sebagai kantor penerima pembayaran pungutan pajak. 3. UPL/PPLA (Unit Pengawas Pelayanan Luar dan Agen Pos) UPL/PPLA (Unit Pengawas Pelayanan Luar dan Agen Pos) berfungsi sebagai unit pengawas dan pemeriksa dokumen dari Kantor Pos Cabang maupun Kantor Pos Luar Area (INBOUND). 4. Bendahara KPRK Bendahara bertugas untuk membuat pembukuan dan mengatur keuangan yang terdapat di Kantor Pos Pemeriksa (KPRK).

4 39 5. Sentral Giro Gabungan (SGG) Sentral Giro Gabungan (SGG) berfungsi sebagai unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan administrasi rekening giro pos dalam wilayah tertentu. 6. Manajer Rekening Koran Manajer Rekening Koran merupakan Supervisor bagian Fund Distribution dan Giro Pos, yang mempunyai tugas sebagai penanggung jawab dalam pengawasan perekapan data dan segala hal yang berhubungan dengan layanan penyaluran dana dan giro pos. 7. Akuntansi KPRK Bagian akuntansi bertugas mengawasi aliran dana yang berada di Kantor Pos Pemeriksa (KPRK). 8. KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) KPPN bertugas untuk melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Dokumen-Dokumen Pendukung dalam Pelaksanaan Prosedur Dalam proses pemungutan dan penyetoran pajak didukung dengan adanya dokumen-dokumen pendukung. Dokumen pendukung dapat berupa surat penting atau berharga yang sifatnya tertulis atau tercetak yang berfungsi atau dapat dipakai sebagai bukti maupun keterangan. Dokumen yang ada pada Kantor Pos Solo yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, antara lain seperti Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP), GIR-7, dan lainnya. Dokumen-dokumen pendukung tersebut antara lain: 1. Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan umum peraturan perundang-undangan perpajakan.

5 40 2. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau badan usaha milik Negara atau bank badan usaha milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 3. Resi Duplikat Pembayaran Resi Duplikat Pembayaran adalah lembar duplikat bukti pembayaran pajak. 4. Laporan Harian Penerimaan (LHP) Laporan Harian Penerimaan (LHP) adalah laporan penerimaan pajak setiap hari dari pihak KPC/INBOUND ke pihak KPRK. LHP dapat berbentuk fisik maupun berbentuk web. LHP yang berbentuk fisik disebut dengan GIR GIR-7 GIR-7 adalah laporan rekap penerimaan pajak yang dibuat oleh petugas loket pajak (per loket pajak), berisi tentang jumlah dan rincian pungutan dari wajib pajak beserta jumlah perbuatan (transaksi) pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. 6. Nota Kredit Nota Kredit adalah bukti transaksi penerimaan kembali pajak yang telah diterima dari Wajib Pajak oleh kantor pos untuk disetorkan kepada pihak KPPN. 7. Rekapitulasi Penerimaan dan Pelimpahan Pajak Rekapitulasi penerimaan dan pelimpahan pajak berisi tentang hasil rekap data pemungutan pajak yang telah valid atau sesuai secara keseluruhan dari pihak KPC maupun INBOUND yang akan disetorkan ke KPPN maupun yang telah diterima KPPN. 8. Slip Setoran Slip Setoran adalah formulir yang ditandatangani nasabah atau penyetor, diisi dengan perincian setoran bilyet giro.

6 41 9. Slip Pemindahbukuan Slip Pemindahbukuan adalah formulir yang disediakan untuk kepentingan nasabah yang ingin melakukan pemindahbukuan (transfer melalui rekening giro pos) di kantor pos. 10. Slip Penarikan Slip Penarikan merupakan formulir yang disediakan untuk kepentingan nasabah yang ingin melakukan penarikan uang lewat rekening giro pos di kantor pos. 11. Bilyet Giro Surat perintah nasabah untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang lainnya. C. Sentral Giro Gabungan Layanan Sentral Giro Gabungan merupakan salah satu layanan fungsi yang terdapat pada bagian Fund Distribution dan Giro Pos di Kantor Pos Solo Layanan Sentral Giro Gabungan adalah layanan berbasis giro pos yang digunakan kantor pos dalam mendukung proses pemungutan dan penyetoran pajak di kantor pos. Sebelum mengetahui lebih jelas tentang Sentral Giro Gabungan, dalam pembahasan ini terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang giro pos. Giro Pos merupakan layanan transaksi keuangan yang berbasis rekening koran sebagai alternatif layanan perbankan dengan jangkauan yang lebih luas dan tersebar di seluruh Indonesia untuk penerimaan setoran, penarikan dan pemindah bukuan menggunakan teknologi berbasis core banking system, sedangkan Sentral Giro Gabungan (SGG) merupakan unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan administrasi rekening giro pos dalam wilayah tertentu karena volume pekerjaan belum memenuhi syarat untuk berdiri sendiri dan pimpinannya dirangkap oleh kepala kantor. Sentral Giro Gabungan juga berfungsi sebagai unit sentral yang membawahi beberapa Kantor Pos Cabang dan INBOUND sebagaimana dikemukakan Bu Ari selaku staff SGG yaitu:

7 42 SGG membawahi kantor pos cabang se eks-karisedenan Surakarta dan menginduk Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar. (wawancara tanggal 22 April 2014) Dalam proses pemungutan dan penyetoran pajak di Kantor Pos Solo 57100, fungsi layanan SGG adalah melayani administrasi rekening giro dari KPC/INBOUND dalam hal pemungutan dan penyetoran pajak yang mana dewasa ini sistem giro pos yang digunakan oleh Kantor Pos adalah secara online. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu: Seluruh uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND dikirim dengan sistem giro pos online. (wawancara tanggal 19 Februari 2014) Penggunaan layanan Sentral Giro Gabungan dalam pelaksanaan prosedur pemungutan dan penyetoran pajak di kantor pos memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah adanya penggunaan giro pos dalam layanan tersebut. Adapun hal-hal yang melatarbelakangi penggunaan giro pos pada layanan Sentral Giro Gabungan di dalam pelaksanaan prosedur pemungutan dan penyetoran pajak di kantor pos. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Ada alasan-alasan pemakaian giro pos pada pelaksanaan prosedur pemungutan dan penyetoran ini, yang pertama adalah sebagai pengawasan. Pengawasan dalam hal ini adalah dalam pelaksanaan pemungutan dan penyetoran pajak di kantor pos dimulai dari alur penyampaian penerimaan pajak dari Wajib Pajak hingga penyetoran pajak ke KKPN dapat diawasi berbagai pihak dengan adanya slip giro maupun rekening koran. Yang kedua adalah giro pos sebagai sarana transaksi antar rekening, dari satu rekening ke satu rekening lainnya atau dari satu rekening ke banyak rekening. Yang ketiga jika sama-sama telah mempunyai rekening giro, maka dalam proses penyetoran tidak dikenakan biaya. (wawancara tanggal 27 Februari 2014) D. Tahapan-Tahapan dalam Prosedur Pemungutan dan Penyetoran Pajak Melalui Layanan Sentral Giro Gabungan Prosedur merupakan suatu rangkaian metode berupa tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu kegiatan yang dapat digunakan sebagai pedoman berpikir mau pun bertindak. Prosedur disusun untuk memudahkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Prosedur disusun berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip, sifat dan hakekat, serta kegunaan prosedur. Prosedur yang baik

8 43 mempunyai kriteria tersendiri dengan tujuan agar pekerjaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar. Pajak merupakan pungutan atau iuran yang dipungut oleh pemerintah secara paksa karena berdasarkan undang-undang, yang hasilnya (kontra prestasinya) tidak dapat dirasakan secara individual, karena pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum (keperluan negara). Pemungutan Pajak dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku yaitu berdasarkan pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Sedangkan penyetoran pajak dilaksanakan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau Badan Usaha Milik Negara, Bank, Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Kantor Pos mempunyai fungsi sebagai tempat pembayaran pajak, sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Kantor Pos mempunyai bagian Fund Distribution dan Giro Pos, yang salah satu layanannya adalah SGG atau Sentral Giro Gabungan. Dengan layanan SGG tersebut kantor pos bekerjasama dengan kantor pajak KPPN dalam hal pembayaran pajak untuk kemudian disalurkan ke KPPN. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) Pada umumnya prosedur dilaksanakan berdasarkan dengan peraturan maupun undang-undang yang dapat memperkuat kedudukan suatu prosedur, prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan sentral giro gabungan di Kantor Pos juga dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan dan undang-undang yang telah ditetapkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Prosedur pemungutan dan penyetoran pajak di sini dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan dan standar operasional prosedur yang berlaku di kantor pos. (wawancara tanggal 25 Februari 2014)

9 44 Pada pembahasan sub bab ini penulis menjabarkan prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo dengan membagi menjadi dua alur bagian yaitu berdasarkan alur uang penerimaan pajak dan alur data fisik penerimaan pajak agar pembahasan pada sub bab ini dapat dijabarkan secara jelas dan detail. 1. Alur Uang Penerimaan Pajak Prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo berdasarkan alur uang penerimaan pajak dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: a. Wajib Pajak membayar pungutan pajak ke KPC/INBOUND Wajib Pajak membayar pungutan pajak ke loket pajak dengan membawa SPT yang telah diisi terlebih dahulu. Kemudian petugas loket memasukkan data yang terdapat pada SPT tersebut seperti NPWP, kode pajak, dan lainnya. Selanjutnya petugas loket akan memberikan lembar SSP kepada Wajib Pajak. Jenis SSP yang diberikan kepada Wajib Pajak adalah SSP Standar. Sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC Bekonang yaitu: Proses penerimaan pajak di KPC ini adalah Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak ke loket pajak dengan membawa SPT yang telah diisi terlebih dahulu, kemudian staff KPC memasukkan data yang terdapat pada SPT, seperti NPWP, kode pajak, dan lainnya. Setelah itu staff KPC memberikan SSP kepada Wajib Pajak, SSP tersebut ada 5 rangkap. Lembar SSP nomor 1,3, dan 5 itu untuk Wajib Pajak, yang lembar nomor 2 dan nomor 4 itu untuk kantor pos. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) b. Staff KPC/INBOUND merekap penerimaan pajak untuk dilaporkan ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) Pada saat penutupan loket pajak, staff KPC/INBOUND melakukan perekapan atas jumlah uang penerimaan pajak dan transaksi pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk dilaporkan kepada pihak KPRK secara data fisik maupun melalui web, sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC Bekonang yaitu: Rekapan penerimaan pajak dari KPC ini berasal dari print out data transaksi pada loket atau dapat disebut cetak laporan backsheet atau GIR-7 dan

10 45 perekapan ini baru dicetak jika sudah dilakukan validasi penerimaan pajak apabila data tidak sesuai maka harus menunggu terlebih dahulu hingga data tersebut valid. Validasi adalah tindakan sinkronisasi laporan atau pengecekan ulang data. Dan validasi tersebut dilakukan pada saat penutupan loket. Laporan backsheet atau GIR-7 berisi tentang hasil penerimaan pajak pada KPC/INBOUND. Laporan backsheet tersebut juga merupakan Laporan Harian Penerimaan (LHP). LHP tersebut berupa hasil cetak print out dari maupun melalui web. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) Pelaporan LHP melalui web tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No.32/PMK.05/2014 Tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik Pasal 1, Ayat 18 yaitu: Laporan Harian Penerimaan Elektronik yang selanjutnya disingkat LHP Elektronik adalah laporan harian penerimaan negara yang dibuat oleh Bank/Pos Persepsi dalam bentuk arsip data komputer. c. Staff KPC/INBOUND menyetorkan uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak kepada KPRK Setelah dilakukan perekapan data penerimaan pajak oleh KPC/INBOUND selanjutnya KPC/INBOUND menyetorkan uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak tersebut ke KPRK. Penyetoran dari KPC/INBOUND ke KPRK dilakukan setiap hari, sebagaimana dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Setiap hari Kantor Pos Cabang dari Solo maupun Luar Solo (INBOUND) menyetorkan pendapatan pajak dan Slip Setoran Pajak ke KPRK. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) Penyetoran uang penerimaan pajak maupun dokumen data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOND kepada KPRK dilaksanakan dengan menggunakan via Portepel. Via Portepel sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Via Portepel adalah media KPC untuk menyerahkan setoran, dokumendokumen, maupun bukti transaksi harian ke KPRK. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) Via Portepel menggunakan sistem penjemputan dengan sarana transportasi mobil kantor pos yang datang dari KPRK ke KCP/INBOUND.

11 46 Sebagaimana dikemukakan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Via Portepel itu sistemnya penjemputan yang akan disetorkan ke KPRK sekitar pukul WIB sore hari. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) Dokumen data fisik penerimaan pajak yang dikirim dari KPC/INBOUND ke KPRK terdiri dari beberapa macam, sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Dokumen data fisik penerimaan pajak yang dikirim ke KPRK antara lain resi duplikat pembayaran, lembar SSP nomor 2 dan nomor 4, serta cetak laporan backsheet atau GIR-7. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) Media yang digunakan dalam penyetoran uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND ke KPRK selain melalui via Portepel dapat pula melalui transfer ke rekening bank atas nama bendahara KPRK, sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Heru Kristianto selaku Manajer Rekening Koran yaitu: Uang penerimaan pajak dari KPC maupun INBOUND dapat disetorkan kepada bendahara KPRK melalui dua cara, yang pertama adalah dengan menggunakan via Portepel dan yang kedua adalah dengan menyetor ke rekening bank atas nama bendahara KPRK. (wawancara tanggal 6 Mei 2014) d. Bendahara KPRK melakukan penghitungan dan sinkronisasi atas uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND Sesampainya kiriman uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak melalui via Portepel dari KPC/INBOUND di KPRK, petugas pos akan menyalurkan dokumen data fisik penerimaan pajak dan uang penerimaan pajak pada bagian yang bersangkutan. Pada alur uang penerimaan pajak ini, uang penerimaan pajak dari pihak KPC/INBOUND yang disetorkan ke KPRK dengan menggunakan via Portepel akan disalurkan oleh petugas pos kepada bagian bendahara. Sedangkan bagi KPC/INBOUND yang menyetorkan uang penerimaan pajak ke KPRK dengan menggunakan media transfer ke rekening bank atas nama bendahara KPRK selanjutnya akan memberikan bukti transfer uang pajak tersebut kepada bendahara KPRK. Kemudian bendahara KPRK melakukan penghitungan dan sinkronisasi atas uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND yang telah disetorkan ke

12 47 KPRK. Sinkronisasi yang dilakukan oleh bendahara KPRK dilakukan dengan menggunakan aplikasi Modul Penerimaan Negara, sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Heru Kristianto selaku Manajer Rekening Koran yaitu: Bendahara juga menghitung serta melakukan sinkronisasi jumlah penerimaan pajak yang seharusnya disetorkan ke KPRK melalui aplikasi Modul Penerimaan Negara. (wawancara tanggal 6 Mei 2014) e. Bendahara KPRK dan Akuntansi KPRK melakukan konfirmasi dengan staff SGG Setelah bendahara KPRK melakukan penghitungan dan sinkronisasi atas uang penerimaan pajak selanjutnya bendahara KPRK melakukan konfirmasi dengan staff SGG. Bendahara KPRK melakukan konfirmasi terhadap seluruh jumlah uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND dengan rekap penerimaan pajak secara data fisik dari KPC/INBOUND melalui staff SGG. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Heru Kristianto, selaku Manajer Rekening Koran yaitu: Bagian Bendahara melakukan konfirmasi data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND secara keseluruhan dengan staff SGG berdasarkan rekap hasil penerimaan pajak secara data fisik dari KPC/INBOUND. (wawancara tanggal 6 Mei 2014) Konfirmasi jumlah uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND tidak hanya dilakukan antara bagian SGG dengan bendahara KPRK tetapi juga dilakukan antara bagian SGG dengan bagian akuntansi KPRK. Staff akuntansi KPRK melakukan konfirmasi hasil penerimaan pajak dari KPC/INBOUND berdasarkan pengawasan melalui aplikasi Modul Penerimaan Negara dengan rekap hasil penerimaan pajak berdasarkan data fisik dari KPC/INBOUND oleh staff SGG melalui Manajer Rekening Koran, sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Bagian akuntansi melakukan konfirmasi atas rekap hasil penerimaan pajak sebagai pengawasan terkait aliran dana yang berada di KPRK. (wawancara tanggal 26 Februari 2014)

13 48 f. Bendahara KPRK menyetorkan seluruh uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND ke rekening bank pertama serta memberikan bilyet giro kepada KPPN Setelah data jumlah uang penerimaan pajak dari keseluruhan setoran pajak dari KPC/INBOUND dinyatakan sesuai dengan yang seharusnya disetorkan ke KPPN maka seluruh setoran uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND disetorkan dan disimpan di rekening bank atas nama Bendahara KPRK oleh bendahara KPRK sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Heru Kristianto selaku Manajer Rekening Koran yaitu: Seluruh uang penerimaan pajak dari KPC/INBOUND akan disetorkan dan disimpan di rekening bank atas nama Bendahara KPRK. (wawancara tanggal 6 Mei 2014) Selain itu bendahara KPRK juga memberikan bilyet giro kepada KPPN sebagai surat perintah dari KPRK kepada bank untuk memindah bukukan uang penerimaan pajak dari rekening yang KPRK ke rekening KPPN. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bu Ari selaku Staff SGG yaitu: Setelah data jumlah uang penerimaan pajak dari keseluruhan setoran pajak dari KPC/INBOUND dinyatakan sesuai dengan yang seharusnya disetorkan ke KPPN maka bendahara KPRK membuat dan memberikan bilyet giro kepada KPPN. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) g. Bendahara KPRK melakukan pemindahbukuan uang penerimaan pajak dari rekening bank pertama ke rekening bank kedua Seluruh setoran uang hasil penerimaan pajak dari KPC/INBOUND yang disimpan di rekening atas nama Bendahara KPRK disetorkan atau dipindahbukukan oleh bendahara KPRK ke rekening bank atas nama Direktur Keuangan Pos. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Seluruh hasil pendapatan penerimaan pajak dari KPC/INBOUND disetorkan ke rekening atas nama Direktur Keuangan Pos. Karena memang semua pendapatan dari Kantor Pos disetorkan dan disimpan di rekening atas nama Direktur Keuangan Pos. (wawancara tanggal 26 Februari 2014)

14 49 h. Staff Direktur Keuangan Pos melakukan pemindahbukuan uang penerimaan pajak dari rekening bank kedua ke rekening bank ketiga Pada saat jadwal penyetoran pungutan kepada pihak KPPN, bendahara KPRK meminta kepada staff Direktur Keuangan Pos untuk menyetorkan uang hasil penerimaan pajak dari rekening bank atas nama Direktur Keuangan Pos ke rekening bank atas nama Kepala Kantor KPRK. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Pada saat jadwal penyetoran pajak, bendahara KPRK meminta uang ke staff Direktur Keuangan Pos untuk melakukan pemindahbukuan ke rekening atas nama Kepala Kantor KPRK. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) i. Staff KPRK mengambil uang penerimaan pajak tersebut untuk disetorkan ke rekening bank keempat Staff KPRK mengambil uang penerimaan pajak tersebut untuk disetorkan ke rekening atas nama KPPN, sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Karena KPPN tidak pernah mengambil uang secara langsung, maka staff Kantor Pos melakukan penyetoran uang kepada pihak KPPN dengan cara melakukan pemindahbukuan dari rekening atas nama Kepala Kantor. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) j. KPPN memberikan laporan rekap penerimaan pungutan kepada KPRK Sebagai bukti penerimaan pungutan pajak dan sebagai konfirmasi data penerimaan pungutan pajak, KPPN memberikan laporan rekap penerimaan pungutan pajak kepada KPRK. Sebagaimana dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Dari KPPN tiap akhir bulan memberikan rekapan setoran penerimaan pajak kepada Kantor Pos. (wawancara tanggal 27 Februari 2014) Lebih lanjut dikemukakan oleh Bapak Heru Kristianto selaku Manajer Rekening Koran yaitu: Dari pihak KPPN sendiri juga melakukan pengawasan tentang jumlah penerimaan pajak yang seharusnya disetorkan oleh KPRK dengan menggunakan aplikasi khusus yang dimiliki KPPN. (wawancara tanggal 6 Mei 2014)

15 50 Gambar 4.1 Alur Uang pada Prosedur Pemungutan dan Penyetoran Pajak Wajib Pajak KPC dan INBOUND SGG Bendahara Akuntansi Rekening bank atas nama Bendahara Rekening bank atas nama Direktur Keuangan Pos Rekening bank atas nama Kepala Kantor KPRK Rekening bank atas nama KPPN

16 51 2. Alur Data Fisik Penerimaan Pajak Prosedur pemungutan dan penyetoran pajak melalui layanan Sentral Giro Gabungan di Kantor Pos Solo berdasarkan alur data fisik penerimaan pajak dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: a. Wajib Pajak membayar pungutan pajak ke KPC/INBOUND Wajib Pajak membayar pungutan pajak ke loket pajak dengan membawa SPT yang telah diisi terlebih dahulu. Kemudian petugas loket memasukkan data yang terdapat pada SPT tersebut seperti NPWP, kode pajak, dan lainnya. Selanjutnya petugas loket akan memberikan lembar SSP kepada Wajib Pajak. Jenis SSP yang diberikan kepada Wajib Pajak adalah SSP Standar. Sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC Bekonang yaitu: Proses penerimaan pajak di KPC ini adalah Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak ke loket dengan membawa SPT yang telah diisi terlebih dahulu, kemudian staff KPC memasukkan data yang terdapat pada SPT, seperti NPWP, kode pajak, dan lainnya. Setelah itu staff KPC memberikan SSP kepada Wajib Pajak, SSP tersebut ada 5 rangkap. Lembar SSP nomor 1,3, dan 5 itu untuk Wajib Pajak, yang lembar nomor 2 dan nomor 4 itu untuk kantor pos. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) b. Staff KPC/INBOUND merekap penerimaan pajak untuk dilaporkan ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) Pada saat penutupan loket pajak, staff KPC/INBOUND melakukan perekapan atas jumlah uang penerimaan pajak dan transaksi pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk dilaporkan kepada pihak KPRK secara data fisik maupun melalui web, sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC Bekonang yaitu: Rekapan penerimaan pajak dari KPC ini berasal dari print out data transaksi pada loket atau dapat disebut cetak laporan backsheet atau GIR-7 dan perekapan ini baru dicetak jika sudah dilakukan validasi penerimaan pajak apabila data tidak sesuai maka harus menunggu terlebih dahulu hingga data tersebut valid. Validasi adalah tindakan sinkronisasi laporan atau pengecekan ulang data. Dan validasi tersebut dilakukan pada saat penutupan loket. Laporan backsheet atau GIR-7 berisi tentang hasil penerimaan pajak pada KPC/INBOUND. Laporan backsheet tersebut juga merupakan Laporan Harian Penerimaan (LHP). LHP tersebut berupa hasil cetak print out dari maupun melalui web. (wawancara tanggal 1 Mei 2014)

17 52 Pelaporan LHP melalui web tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No.32/PMK.05/2014 Tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik Pasal 1, Ayat 18 yaitu: Laporan Harian Penerimaan Elektronik yang selanjutnya disingkat LHP Elektronik adalah laporan harian penerimaan negara yang dibuat oleh Bank/Pos Persepsi dalam bentuk arsip data komputer. c. KPC/INBOUND menyetorkan uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak kepada KPRK Setelah dilakukan perekapan data penerimaan pajak oleh KPC/INBOUND selanjutnya KPC/INBOUND menyetorkan uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak tersebut kepada KPRK. Penyetoran dari KPC/INBOUND kepada KPRK dilakukan setiap hari, sebagaimana dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Setiap hari Kantor Pos Cabang (KPC) dari Solo maupun Luar Solo (INBOUND) menyetorkan pendapatan pajak dan Slip Setoran Pajak ke KPRK. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) Penyetoran uang penerimaan pajak maupun dokumen data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOND kepada KPRK dilaksanakan dengan menggunakan via Portepel. Via Portepel sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Via Portepel adalah media KPC untuk menyerahkan setoran, dokumendokumen, maupun bukti transaksi harian ke KPRK. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) Via Portepel menggunakan sistem penjemputan dengan sarana transportasi mobil kantor pos yang datang dari KPRK ke KPC/INBOUND. Sebagaimana dikemukakan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Via Portepel itu sistemnya penjemputan yang akan disetorkan ke KPRK sekitar pukul WIB sore hari. (wawancara tanggal 1 Mei 2014)

18 53 Dokumen data fisik penerimaan pajak yang dikirim dari KPC/INBOUND ke KPRK terdiri dari beberapa macam, sebagaimana dijelaskan oleh Mas Ndaru selaku staff KPC BEKONANG yaitu: Dokumen data fisik penerimaan pajak yang dikirim ke KPRK antara lain resi duplikat pembayaran, lembar SSP nomor 2 dan nomor 4, serta cetak laporan backsheet atau GIR-7. (wawancara tanggal 1 Mei 2014) d. Unit Pengawas Pelayanan Luar dan Agen Pos (UPL/PPLA) melakukan pemeriksaan dan perekapan dokumen data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND sebagai pengawasan Sesampainya kiriman uang penerimaan pajak dan dokumen data fisik penerimaan pajak melalui via Portepel dari KPC/INBOUND di KPRK, petugas pos akan menyalurkan dokumen data fisik penerimaan pajak dan uang penerimaan pajak pada bagian yang bersangkutan. Pada alur data fisik penerimaan pajak ini, dokumen data fisik penerimaan pajak tersebut disetorkan ke bagian UPL/PPLA untuk dilakukan pemeriksaan dan perekapan dokumen data fisik penerimaan pajak sebagai pengawasan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu: Sebelum data fisik dari KPC maupun INBOUND disetorkan ke bagian SGG, data fisik tersebut disetorkan ke bagian UPL/PPLA terlebih dahulu. Bagian UPL/PPLA itu bertugas melakukan segala pembukuan seperti pajak, surat-surat dari KPC maupun INBOUND. (wawancara tanggal 3 Maret 2014) e. Bagian SGG melakukan pemilahan dokumen data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND Setelah bagian UPL/PPLA melakukan pemeriksaan dan perekapan dokumen data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND kemudian data fisik penerimaan tersebut disalurkan ke bagian SGG. Pada tahap ini, staff SGG melakukan pemilahan dokumen data fisik penerimaan pajak sesuai pengelompokkan data fisik penerimaan pajak. Dokumen data fisik penerimaan pajak tersebut antara lain resi duplikat pembayaran, lembar SSP nomor 2 dan nomor 4, serta cetak laporan backsheet atau GIR-7. Kemudian staff SGG memilah lembar SSP nomor 2 dan nomor 4. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu:

19 54 SSP yang dikirim dari KPC/INBOUND adalah lembar SSP nomor 2 dan nomor 4. Jika lembar nomor 2 adalah untuk KPPN, lembar nomor 4 adalah untuk arsip KPRK. (wawancara tanggal 19 Februari 2014) Kemudian staff SGG memilah lembar SSP nomor dua sesuai dengan pengelompokkan pajak beserta resi duplikat pembayarannya. Pajak yang diterima oleh kantor pos antara lain: Tabel 4.1 Kelompok Pajak yang Diterima di Kantor Pos Akun Pajak Kode Pajak Bea Masuk Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah SPM (Nihil) Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Denda Administrasi Pabean Denda Administrasi Atas Pengangkatan Barang Tertentu Pendapatan Pabean Lainnya Bea Keluar Denda Administrasi Bea Keluar Bunga Bea Keluar Cukai Hasil Tembakau Cukai Etil Alkohol

20 55 Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol Pendapatan Cukai lainnya Denda Administrasi Cukai PNBP/Pendapatan DJBC PPN Impor PPN Hasil Tembakau/PPN Dalam Negeri PPnBM Impor PPh Pasal 22 Impor Bunga Penagihan PPN Sumber: Arsip Surat Setoran Pajak di Kantor Pos Solo f. Bagian SGG mengetel jumlah pungutan dan perbuatan yang terdapat pada SSP. Setelah dilakukan pemilahan lembar Surat Setoran Pajak (SSP), staff SGG mengetel jumlah pungutan dan perbuatan yang terdapat pada SSP. Mengetel merupakan tindakan menghitung kembali jumlah nominal pungutan pajak dan jumlah transaksi pungutan pajak yang tercantum pada SSP. Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu:

21 56 SSP yang sudah dipilah kemudian ditel dengan cara menjumlah kembali nominal dan jumlah transaksi pungutan pajak yang tercantum pada SSP. (wawancara 19 Februari 2014) Pengetelan juga merupakan tindakan sinkronisasi pada Surat Setoran Pajak (SSP) dari KPC/INBOUND untuk mengetahui kesesuaian antara jumlah nominal dan transaksi yang terdapat pada SSP dengan yang terdapat pada GIR-7. g. Bagian SGG melakukan perekapan data dan konfirmasi jumlah penerimaan pajak dengan pihak KPC/INBOUND melalui web Setelah dilakukan pengetelan pada SSP, maka staff SGG melakukan konfirmasi data dengan pihak KPC/INBOUND melalui web. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Setelah dilakukan pengetelan maka dilakukan perekapan berdasarkan hasil pengetelan SSP. Kemudian staff SGG melakukan konfirmasi dengan pihak KPC/INBOUND berdasarkan rekap data pengetelan SSP dengan LHP web. Tujuan mengkonfirmasi rekap data hasil penerimaan pajak dari KPC/INBOUND kepada pihak KPC/INBOUND agar diketahui sesuai atau tidak jumlah setoran hasil penerimaan pajak dan data fisik hasil penerimaan pajak dari KPC/INBOUND yang dikirim oleh KPC/INBOUND kepada KPRK dan yang telah diterima KPRK. (wawancara tanggal 3 Maret 2014) Setelah perekapan data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND sesuai maka staff SGG melaporkan rekap data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND tersebut kepada Manajer Rekening Koran. Konfirmasi data SSP melalui LHP web terkadang mengalami kendala oleh karena itu fungsi GIR-7 sebagai rekap data penerimaan pajak dari KPC/INBOUND sangatlah penting sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Apabila tindakan konfirmasi melalui web terganggu maka menggunakan GIR-7 sebagai penggantinya. (wawancara tanggal 3 Maret 2014) Konfirmasi data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND tidak hanya dilakukan antara bagian SGG dengan KPC/INBOUND tetapi juga dilakukan antara bagian SGG dengan bagian akuntansi KPRK dan bendahara KPRK. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu:

22 57 Setelah perekapan data dilakukan konfirmasi antara bagian SGG dengan bagian Bendahara dan bagian SGG melalui Manajer Rekening Koran dengan bagian Akuntansi. Staff akuntansi KPRK melakukan konfirmasi hasil penerimaan pajak dari KPC/INBOUND berdasarkan pengawasan melalui aplikasi Modul Penerimaan Negara dengan rekap data fisik penerimaan pajak berdasarkan data fisik dari KPC/INBOUND oleh staff SGG melalui Manajer Rekening Koran, sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Bagian akuntansi melakukan konfirmasi atas rekap hasil penerimaan pajak sebagai pengawasan terkait aliran dana yang berada di KPRK. (wawancara tanggal 26 Februari 2014) h. Bagian SGG membuat rekapan data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND sebagai pengawasan. Setelah sesuai data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND, maka staff SGG membuat rekapan data fisik penerimaan pajak yang terdiri dari rekapitulasi penerimaan dan pelimpahan pajak, nota kredit, bukti slip penyetoran giro dan bukti slip penarikan giro. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Setelah data penerimaan pajak dari KPC/INBOUND sesuai maka staff SGG membuat rekapitulasi penerimaan dan pelimpahan pajak, nota kredit, bukti slip penyetoran giro dan bukti slip penarikan giro. Hal tersebut dilakukan sebagai pengawasan. (wawancara 26 Februari 2014) i. KPRK menyetorkan data fisik penerimaan pajak dari KPC/INBOUND kepada pihak KPPN. Pihak KPRK melalui staff SGG menyetorkan data fisik penerimaan pajak, rekapan data penerimaan pajak, beserta slip penyetoran giro dan slip penarikan giro kepada pihak KPPN. Rekapan data penerimaan pajak yang disetorkan dari pihak KPRK kepada pihak KPPN terdiri dari beberapa lampiran, sebagaimana dikemukakan oleh Bu Ari selaku staff pajak SGG yaitu: Rekapan data fisik penerimaan pajak yang disetorkan kepada KPPN terdiri dari Laporan Harian Penerimaan (LHP), nota kredit, rekapan penerimaan dan pelimpahan pajak. (wawancara tanggal 28 Februari 2014)

23 58 Selain rekap data dalam bentuk fisik, pihak KPRK juga menyetorkan rekap data dalam bentuk soft copy sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Heru Kristianto yaitu: Dari pihak KPRK juga menyetorkan rekap data dalam bentuk soft copy yaitu data LHP dari web. (wawancara tanggal 6 Mei 2014) Waktu penyetoran data fisik penerimaan pajak dari KPRK ke KPPN ada dua kali dalam sehari yaitu setoran pada pagi hari pukul WIB dan setoran pada sore hari pukul WIB. Sebagaimana dijelaskan oleh Bu Nine selaku staff Giro Online yaitu: Setoran data fisik dari KPRK ke KPPN dilakukan dua kali sehari. Pada setoran pagi pukul WIB merupakan setoran data fisik pajak dari seluruh KPC/INBOUND. Sedangkan setoran sore pukul WIB merupakan setoran data fisik dari KPRK sendiri atau loket pajak pada KPRK. (wawancara tanggal 19 Februari 2014). j. KPPN memberikan laporan rekap data penerimaan pungutan kepada pihak KPRK. Setelah dilakukan penyetoran atas data fisik penerimaan pajak dari KPRK kepada pihak KPPN. KPPN memberikan laporan rekap data penerimaan pungutan kepada pihak KPRK sebagai bukti penyetoran penerimaan pajak (pelimpahan pajak) dan sebagai konfirmasi atas penyetoran data fisik penerimaan pajak kepada KPPN sebagaimana dijelaskan oleh Bu Ari selaku staff SGG yaitu: Dari KPPN tiap akhir bulan memberikan rekapan setoran penerimaan pajak kepada KPRK. (wawancara tanggal 27 Februari 2014)

24 59 Gambar 4.2 Alur Data Fisik Prosedur Pemungutan dan Penyetoran Pajak Wajib Pajak Kantor Pos Cabang dan INBOUND UPL/PPLA Bendahara Sentral Giro Gabungan (SGG) Akuntansi KPPN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-78/PB/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI MODUL PENERIMAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS

Lebih terperinci

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM

Lebih terperinci

Pedoman Evaluasi Kinerja Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN untuk Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Pedoman Evaluasi Kinerja Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN untuk Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Lampiran Surat Dirjen PBN No. S-2636/PB/2008 Tanggal 31 Maret 2008 Pedoman Evaluasi Kinerja Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN untuk Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP) LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 05 /BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-39/BC/2008TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL,

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-05/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-39/BC/2008 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya penyempurnaan Bagan Perkiraan

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP) LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-39/BC/2008 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG UJI COBA SISTEM PENERIMAAN NEGARA PADA BANK PERSEPSI/DEVISA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR

Lebih terperinci

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

SISTEM PENERIMAAN NEGARA SISTEM PENERIMAAN NEGARA 3 Menjelaskan Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Dokumen Terkait Penerimaan Negara Menjelaskan Metode Penyetoran Penerimaan Negara Menjelaskan Mekanisme Penyetoran

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-50/BC/2009 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

SALINAN /2013 NOMOR TENTANG NOMOR. Penerimaan. Penyetorann. administrasi. mendukung. dalam. negara, perlu tentang 30/PMK.04/ Negaraa. Denda.

SALINAN /2013 NOMOR TENTANG NOMOR. Penerimaan. Penyetorann. administrasi. mendukung. dalam. negara, perlu tentang 30/PMK.04/ Negaraa. Denda. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.04/ /2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau

Lebih terperinci

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: - No. SOP: 16/TMPB/2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B Standar Operasional Prosedur Bea Masuk,

Lebih terperinci

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara DIKLAT SISTEM PENERIMAAN BENDAHARA NEGARA PENGELUARAN APBN Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara 1. Wajib Bayar 2. Wajib Pajak 3. Petugas Pungut 4. Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran 5. Kuasa Pengguna

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2016 TENTANG PEMBAYARAN DAN/ATAU PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA KEPABEANAN DAN CUKAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1 Analisis Sistem yang Berjalan Sistem pelayanan pembayaran pajak PPN dan PPH di bank bjb sudah berjalan dengan baik. Proses pembayaran ini berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.129, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengembalian Penerimaan Negara. Bea Hak Atas Tanah dan Bagunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.05/2013

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da No.200, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penerimaan Negara. Elektronik. Sistem. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian PEDOMAN OBSERVASI Jadwal kegiatan Penelitian No Bentuk Kegiatan Minggu I II III IV 1 Pengenalan Lingkungan X 2 Pengamatan kerja X X 3 Wawancara X X 4 Analisis data X X X Keterangan tabel: 1. Minggu pertama,

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI (Persero) Bandung.

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI (Persero) Bandung. 24 BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu di bidang Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa uji coba penerapan sistem pembayaran pajak secara

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 Umum : PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah PT. Pos Indonesia PT. Pos Indonesia merupakan suatu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan pos.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 249/PMK.05/2010 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2011, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.05/2011 tentang Pelaksanaan Uji Co

2011, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.05/2011 tentang Pelaksanaan Uji Co No.814, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pembayaran Pajak secara Elektronik. Penerapan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.05/2011 TENTANG

Lebih terperinci

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-17/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMORI 169/PMK.05/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 IPB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA PELIMPAHAN REKENING PENERIMAAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1135, 2017 KEMENKEU. Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi Perseroan dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi Perseroan dengan nama PT Pos Indonesia (Persero). digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan PP No. 5 Tahun 1995 tentang pengalihan bentuk Perum menjadi Perseroan, maka pada tanggal 20 Juni 1995 Perum

Lebih terperinci

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB II ` KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KOP SURAT BANK/POS. Dengan ini <Nama Bank/POS> menyatakan hasil konfirmasi yang sepenuhnya dilakukan sendiri melalui web portal MPN :

SURAT PERNYATAAN KOP SURAT BANK/POS. Dengan ini <Nama Bank/POS> menyatakan hasil konfirmasi yang sepenuhnya dilakukan sendiri melalui web portal MPN : LAMPIRAN I SURAT PERNYATAAN KOP SURAT BANK/POS Tanggal cetak No. Berita Acara : xx/xx/xxxx : ///mpn/ Kepada Yth. : Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Direktorat

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-19/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-47/PJ/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 90 /PB/2011 TENTANG REKONSILIASI DATA TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA PADA SISTEM

Lebih terperinci

*** ISTILAH PERPAJAKAN ***

*** ISTILAH PERPAJAKAN *** *** ISTILAH PERPAJAKAN *** Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP)

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran Pajak (SSP) BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pembayaran Pajak Metode pembayaran/penyetoran pajak kepada negara saat ini terbagi menjadi 2 metode, yaitu: a. Melalui Surat Setoran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG)

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) DISUSUN OLEH : Lusy Suprajadi, SE, Ak., M.Ak, CPA Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT Sylvia Kumala Dewi, SE,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA Pengertian Pajak Iuran dari rakyat kepada negara Tanpa kontraprestasi Unsur Pajak Berdasarkan Undang-Undang Membiayai Penyelenggaraan pemerintah Gambar 1.1. Pengertian Pajak

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS PER AKUN TINGKAT KPPN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TANGGAL 31 AGUSTUS 2014

LAPORAN ARUS KAS PER AKUN TINGKAT KPPN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TANGGAL 31 AGUSTUS 2014 :1dari7 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI PENERIMAAN PERPAJAKAN 5.644.068.867.747 45.877.488.391.459 PENERIMAAN PAJAK DALAM NEGERI 5.494.297.193.642 44.808.150.010.185 Penerimaan Pajak Penghasilan 1.511.215.537.074

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Oleh Nama : Steven Wu NPM : 48213647 Kelas : 3DA01 Pembimbing : Dr. Untara, SE. MM. Latar Belakang Cara meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK PELAPORAN PELAPORAN PAJAK KE KPP DOMISILI MENGGUNAKAN SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib Pajak dan administrasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-03/PB/2008 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Menimbang

Lebih terperinci