KATA PENGANTAR PENULIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR PENULIS"

Transkripsi

1 1

2 PENULIS i

3 KATA PENGANTAR PENULIS Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Buku siswa ini tepat pada waktunya, walaupun ada beberapa hambatan. Buku siswa ini ditulis untuk digunakan oleh siswa SMK sesuai dengan jurusannya agar dapat memahami dan lebih mendalami permasalahan-permasalahan materi yang dibahas pada buku ini yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kompetensi siswa. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak baik secara kelembagaan maupun perseorangan yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan Buku Siswa ini, semoga semua bantuannya mendapat ganjaran yang berlipat ganda. Harus diakui, dan kami menyadarinya bahwa Buku Siswa ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan saran, kritik atau apapun untuk perbaikan penulisan Buku siswa ini, terima kasih. Penulis ii

4 KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum Buku Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai. Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta. Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal. Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudahmudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045). Jakarta, Januari 2014 Direktur Pembinaan SMK Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA iii

5 DAFTAR ISI PENULIS... i KATA PENGANTAR PENULIS... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Deskripsi... 1 B. Prasyarat... 1 C. Petunjuk Penggunaan... 1 D. Tujuan Akhir... 2 BAB II... 3 PEMBELAJARAN Proteksi Hubung Singkat, Beban Lebih dan Pembumian Persyaratan Kualitas Proteksi Proteksi hubung singkat Proteksi Beban Lebih (overload) Gambaran Umum Sistem Pembumian Bahaya Kebocoran Isolasi Sifat Elektroda Pembumian Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembumian Memilih Elektroda Yang Tepat Tugas Latihan Kunci Jawaban Tugas Latihan Pre-Test Praktek Kunci Jawaban Test Unit Modul Nomor KUNCI JAWABAN EVALUASI AKHIR iv

6 a. Kunci Jawaban Soal Objectif DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Hubungan Arus... 9 Gambar 2. 2 hubungan singkat arus Gambar 2. 3 jaringan sistim tenaga listrik sederhana Gambar 2. 4 jaringan sistim tenaga listrik sederhana Gambar 2. 5 Transmisi Gambar 2. 6 diagram Gambar 2. 7 Bagian-bagian yang dilintasi arus gangguan Gambar 2. 8 Gangguan tanah pada sistem yang netralnya tidak dibumikan.. 26 Gambar 2. 9 Gangguan tanah pada sistem yang netralnya dibumikan Gambar Daerah tahanan efektif Gambar Daerah tahanan efektif Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap kedalaman pemancangan (m) Gambar cara pemasangan elektroda pita Gambar grafik hubungan antara besar tahanan pembumian dangan panjang elektroda Gambar percobaan Gambar Categori of duty Gambar Ohmic resistances and reactances of transformers versus power at 380 V/50 Hz v

7 DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Tegangan sentuh yang dianggap aman Tabel 2. 2 Hubungan antara tegangan sentuh dengan waktu sentuhan maksimum yang diizinkan adalah sebagai berikut: Tabel 2. 3 Tahanan jenis rata-rata tanah Tabel 2. 4 percobaan Tabel 2. 5 percobaan vi

8 A. Deskripsi BAB I PENDAHULUAN Modul ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didik tentang proteksi sistim tenaga listrik Modul ini berisikan materi pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang tentang proteksi sistim tenaga listrik yang terdiri dari proteksi hubung singkat, beban lebih, dan pembumian. B. Prasyarat Untuk dapat mengikuti modul ini peserta didik harus sudah mempunyai pengetahuan dalam bidang : Keselamatan dan kesehatan kerja Rangkaian listrik Peralatan ukur listrik Gambar teknik listrik Kerja bangku listrik C. Petunjuk Penggunaan Modul Pembelajaran ini menggunakan Sistem Pendekatan scientifik dengan menekankan pada Problem Based Learning/ PBL (Pembelajaran Berdasarkan Masalah). Pendekatan scientifik adalah pendekatan yang memperhatikan kemampuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan agar. Penekanan utamanya adalah pada apa yang dapat dilakukan seseorang setelah mengikuti pembelajaran. Salah satu karakteristik yang paling penting dari pembelajaran dengan sistem Pendekatan scientifik adalah penguasaan individu terhadap bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu secara nyata. Setelah mempelajari modul ini, kemudian dilakukan evaluasi, ternyata belum mencapai tingkat kompetensi tertentu pada kesempatan pertama, maka guru akan mengatur rencana bersama anda untuk mempelajari dan memberikan kesempatan kembali kepada Anda untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level tertentu yang diperlukan. Penyajian modul ini dibagi dalam Kegiatan Belajar. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab setelah Anda selesai membaca masukan atau referensi yang relevan. 1

9 D. Tujuan Akhir Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu : 1. Mengidentifikasi proteksi hubung singkat 2. Mengidentifikasi proteksi beban lebih 3. Mengidentifikasi proteksi pembumian 2

10 BAB II PEMBELAJARAN A. Deskripsi Proteksi sistem Tenaga Listrik pada modul ini merupakan materi yang terdiri dari teori dan praktikum yang membahas mengenai proteksi hubung singkat, beban lebih, dan pembumian. B. Kegiatan Belajar 1. Proteksi Hubung Singkat, Beban Lebih dan Pembumian a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran Peserta didik diharapkan dapat : Mengidentifikasi proteksi hubung singkat Mengidentifikasi proteksi beban lebih Mengidentifikasi proteksi pembumian b. Uraian Materi 1. Pendahuluan Kesinambungan jaringan tenaga listrik melayani bebannya ditentukan oleh keandalan kerja proteksi yang ditempatkan dalam jaringan dimaksud. Untuk itu maka perencanaan sistim proteksi menjadi bagian penting yang harus direncanakan dengan matang sehingga dapat mengatasi kemungkinankemungkinan gangguan yang ada misalnya hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain, yang membahayakan keselamatan manusia ataupun peralatan pada system ketenagalistrikan mulai dari pembangkit sampai ke konsumen. Pemasangan alat proteksi selalu disesuaikan dengan karakteristik gangguan pada jaringan ketenagalistrikan, oleh sebap itu langkah awal yang dilakukan adalah dengan menganalisa karakteristik gangguan,mendiskripsikannya, kemudian memilih alat proteksi yang sesuai untuk mengatasi gangguan dimaksud. 3

11 Berbagai macam gangguan dapat terjadi dalam system ketenagalistrikan misalnya gangguan pada generator pembangkit, gangguan pada transformator daya, gangguan pada jaringan transmisi/distribusi dan gangguan-gangguan pada busbar. Kinerja proteksi hendaknya dapat mengatasi masalah berikut ini; 1. Bereaksi cepat memutuskan gangguan yang terjadi untuk mengeleminir kecelakaan pada manusia dan kerusakan pada peralatan dalam jaringan kelistrikan 2. Melokalisir daerah gangguan dalam jaringan ketenagalistrikan sehingga tidak mengganggu daerah yang lainnya Sistem proteksi tenaga listrik tersusun dari komponen relay yang biasanya ditempatkan di gardu untuk memonitor tegangan dan arus system tenaga melalui transformator tegangan (PT) dan transformator arus (CT) yang diprogramkan menginisiasi sinyal pemutusan ke cicuit breaker (CB) bila terjadi gangguan. Sebagai tanda bahwa sistim proteksi ini telah melakukan fungsinya dinyatakan dengan bunyi alarm, jadi semua komponen system proteksi yaitu relay, (CB) dan alarm membutuhkan daya listrik untuk dapat melakukan tugasnya masingmasing,sistem proteksi ini akan bekerja cepat memutuskan gangguan bila ditunjang oleh sistim pembumian instalasi yang bagus. Selanjutnya system proteksi yang dapat bekerja cepat akan mencegah kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating).jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka gangguan yang ada akan mengakibatkan kerusakan isolasi semua komponen jaringan demikian seterusnya pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula.kedua hal tersebut terjadi karena pengaruh pemanasan sebanding dengan kwadrat dari arus seperti ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut; H = 1 2 Rt Joules Dimana : H = panas yang dihasilkan (Joule) I= arus konduktor (ampere) R= tahanan konduktor (ohm) T= waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik) 4

12 Pemutusan arus gangguan dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker. Tetapi untuk memutuskan arus gangguan jangan sampai merusak Sekering atau Circuit Breaker itu sendiri, oleh karena itu harus dipilih Sekering atau Circuit Breaker yang memiliki breaking capacity sesuai dengan kapasitas arus hubung singkatnya. Alat pemutus arus gangguan (Sekering atau Circuit Breaker) yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating). 2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan peralatan bekerja 3. Harus dapat bekerja walaupun terjadi overload yang kecil tetapi cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar. 4. Harus dapat membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus gangguan terjadi. 5. Harus dapat melakukan pemisahan (discriminative) hanya pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi. Proteksi beban lebih (overload) dipakai untuk memutuskan peralatan dari rangkaian instalasi listrik sebelum terjadi overheating. Sedangkan proteksi gangguan hubung singkat dipakai untuk memutuskan peralatan dari rangkaian instalasi listrik dengan cepat sebelum arus hubung singkat yang besar mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik. Komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari : Circuit Breaker (CB) Relay Trafo arus (CT) Trafo tegangan (PT) 5

13 Kabel kontrol Supplay (batere) 2. Persyaratan Kualitas Proteksi Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu : 1) Selektivitas dan Diskrimanasi Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja 2) Stabilitas Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar). 3) Kecepatan Operasi Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatnag waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying) 4) Sensitivitas (kepekaan) Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus) 5) Ekonomis Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir lebih diutamakan dari aspek teknis, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi, hal ini karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya begitu banyak. Dalam sistem-sistem trtansmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan pelayanan sistem adalah vital. 6

14 Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up) 6) Realiabilitas (keandalan) Sifat ini jelas, penyebab utama dari outage rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation). 7) Proteksi Pendukung Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem tenaga tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama. Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu. 3. Proteksi hubung singkat Kemungkinan gangguan hubung singkat pada jaringan sistim tenaga terjadi karena dua hal sebagai berikut: 1) Gangguan kegagalan isolasi; gagguan ini terjadi karena adanya tegangan lebih pada sistim yang biasanya terjadi karena sambaran petir atau surja hubung. Kerusakan isolator pada jaringan listrik juga dapat mengakibatkan hubung singkat, dan umumnya kerusakan isolator dimaksud karena proses tarik dan proses kendor kawat penghantar yang terjadi secara alami karena adanya perubahan iklim/cuaca. 7

15 2) Gangguan terkelupasnya isolasi karena pengaruh mekanik; Pada kawat penghantar jaringan listrik, gangguan bisa terjadi karena adanya tiupan angin yang kencang, atau bias juga terjadi karena bentangan kawat terlalu renggang. Menentukan besarnya arus hubung singkat merupakan hal penting dalam menentukan proteksi sistim tenaga listrik. Untuk mendapatkan proteksi yang memadai dalam sistim tenaga listrik perlu mempertimbangkan besar kapasitas sistim tenaga listrik yang dapat mensuplay arus hubung singkat ke titik gangguan. Hal ini perlu diketahui karena alat proteksi fuse atau circuit breaker yang akan dipakai harus tahan terhadap kapasitas arus hubung singkat dari sistim tenaga listrik Jenis gangguan hubung singkat Gangguan hubung singkat dalam sistim tenaga listrik dapat terjadi dalam kejadian-kejadian sebagai berikut: 1. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah 2. Gangguan hubung singkat dua fasa 3. Gangguan hubung singkat diantara dua fasa dan bersamaan dengan itu fasa yang ke tiga terhubung ke tanah. 4. Gangguan hubung singkat ketiga fasa 5. Gangguan hubung singkat ketiga fasa ke tanah Keempat jenis gangguan hubung singkat yang pertama (nomor satau sampai dengan nomor empat), menghasilkan arus hubung singkat tidak simetris sedangkan dua jenis gangguan hubung singkat yang terakhir (nomor lima dan nomor enam) menghasilkan arus hubung singkat simetris. Pemahaman terhadap konsep arus hubung singkat membekali kita untuk dapat memilih alat proteksi (circuit breaker dan relay) yang sesuai, misalnya ketika akan memilih kapasitas pemutusan circuit breaker yang sesuai maka analisanya harus didasarkan pada nilai arus hubung singkat simetris, sedangkan untuk menentukan penyetelan (setting) relay maka analisanya harus didasarkan pada nilai arus gangguan hubung singkat tidak simetris Arus hubung singkat simetris. 8

16 Besarnya nilai arus hubung singkat tergantung dua hal seperti penjelasan berikut ini: 1. Arus hubung singkat (I hs ) ditentukan oleh besarnya reaktansi gangguan (X) sampai ke titik gangguan. Bila tegangan fasa adalah E maka besarnya arus gangguan hubung singkat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: I hs = (E/X) ampere 2. Besarnya arus hubung singkat tergantung pada besarnya kapasitas sistim tenaga yang dapat mensuplay arus hubung singkat dimaksud, semakin besar kapasitas sistim tenaga semakin besar pula arus hubung singkat yang disuplaynya, sebagai contoh perhatikan kedua gambar di bawah ini; Rel/busbar Rel/busbar Transformator daya 50 kva, 400v, impedansi 0,1 ohm Transformator daya 5000 kva, 400v, impedansi 0,01 ohm CB CB Titik Gangguan F Titik Gangguan F Motor listrik Motor listrik Gambar 2. 1 Hubungan Arus Apabila sebuah motor tiga fasa 400 volt 40 HP dihubungkan ke rel (busbar) dalam dua kondisi sebagai berikut : a) Dihubungkan melalui transformator daya 50 KVA, 400 V, Impedansi 0,1 ohm, cos dianggap 0,8 maka arus beban penuh motor dihitung menggunakan persamaan berikut; I = (40x735,5)/( 3x400x0,8) = 53 ampere. Kalau gangguan hubung singkat terjadi di titik gangguan F seperti ditunjukkan dalam gambar maka arus hubung singkat yang mengalir ke titik 9

17 gangguan hanya dibatasi oleh impedansi transformator saja. Besarnya arus hubung singkat yang disuplay oleh sumber (busbar dengan transformator daya 50 KVA) dihitung sebagai berikut; I hs = (E/X) ampere = (tegangan fasa)/(impedansi sampai ke titik gangguan F) = (400/ 3)/(0,1) = 2310 ampere Jadi circuit breaker CB harus mampu memutuskan arus hubung singkat sebesar 2310 ampere. b) Dihubungkan melalui transformator 5000 KVA, 400V, impedansi 0,01 ohm, cos = 0,8 maka besarnya arus hubung singkat yang disuplay oleh sumber (busbar dengan transformator daya 5000 KVA) dihitung sebagai berikut; I hs = (E/X) ampere = (tegangan fasa)/(impedansi sampai ke titik gangguan F) = (400/ 3)/(0,01) = ampere Jadi circuit breaker CB harus mampu memutuskan arus hubung singkat sebesar ampere. A.3.3. Arus hubung singkat simetris. Nilai arus hubung singkat di titik gangguan pada sistim tenaga listrik dapat disuplay dari tiga sumber utama yaitu: 1) Generator listrik 2) Motor sinkron dan kondensator sinkron 3) Motor induksi. Generator digerakkan oleh penggerak mula, oleh karena itu ketika terjadi gangguan hubung singkat, generator terus berjalan dengan kecepatan normal sehingga terus membangkitkan tegangan dan mensuplay arus hubung singkat yang besar ke titik gangguan. Konstruksi motor sinkron sama seperti konstruksi alternator (generator). Motor ini juga memiliki medan penguat arus searah dan mengambil daya listrik dari generator dan mengubahnya menjadi daya mekanik, ketika terjadi gangguan hubung singkat tegangan sistim tenaga turun mendekati nol dan menghentikan suplay daya listrik ke motor sinkron. Dalam keadaan demikian rotor motor 10

18 Arus Hubung singkat dari motor sinkron Arus hubung singkat dari motor induksi sinkron masih terus jalan karena adanya pengaruh inersiah sehingga motor seakan-akan bekerja sebagai generator dan mensuplay arus hubung singkat ke titik gangguan. GENERATOR Perlengkapan hubung bagi Arus Hubung singkat dari generator Titik gangguan F MOTOR SINKRON MOTOR INDUKSI Gambar 2. 2 hubungan singkat arus Motor induksi juga bekerja sebagai generator ketika terjadi gangguan hubung singkat, bedanya dengan motor sinkron adalah bahwa motor induksi tidak memiliki medan penguat arus searah. 11

19 3.4. Reaktansi mesin berputar Reaktansi mesin-mesin ini tidak sama seperti reaktansi transformator atau perlengkapan statis lainnya. Bila gangguan hubung singkat terjadi pada terminal generator maka dari pengamatan terlihat bahwa di awal-awalnya arus hubung singkat akan maksimum kemudian turun secara bertahap mencapai nilai steady state nya.kondisi demikian terjadi karena reaktansi setiap mesin berputar yang berfungsi menahan arus hubung singkat nilainya berubah sejalan dengan perubahan waktu. Pengalaman praktis mengatakan setiap mesin berputar memiliki tiga jenis reaktansi sebagai berikut: 1. Reaktansi sub transien (X d ) 2. Reaktansi transien (X d ) 3. Reaktansi sinkron (X d ) Reaktansi sub transien adalah reaktansi nyata kumparan stator yang ada ketika awal-awal terjadinya gangguan hubung singkat, nilainya kecil sehingga untuk beberapa saat menyebapkan mengalirnya arus awal hubung singkat sub transien (I ) yang besar. (I ) = (E/ (X d ) Reaktansi transien nilainya lebih besar dari reaktansi sub transien, reaktansi ini mengontrol besarnya arus hubung singkat dalam periode transien sekitar setengah detik setelah awal terjadinya periode transien. Pada saat terjadinya gangguan hubung singkat pada terminal generator arus beban akan naik mencapai nilai terbesar, arus ini tertinggal 90 0 terhadap tegangannya, sehingga menyebapkan naiknya pemagnetan dan terbangkitnya reaksi jangkar yang mengakibatkan turunnya tegangan per fasa menjadi (E ). Dengan demikian arus hubung singkat transien dihitung dengan persamaan sebagai berikut; I = (E/X d ) Reaktansi sinkron adalah reaktansi nya mesin berputar pada kondisi kerja normal dengan symbol (X d ) atau (X d ). Nilainya lebeih besar dari reaktansi sub transien (X d ) maupun reaktansi transien (X d ). Arus hubung singkat yang dibangkitkan (I s ) dihitung dengan persamaan sebagai berikut: I s = (E/X s ) 12

20 Saluran transmisi dengan reaktansi X 3 ohm Arus hubung singkat (I s ) ini muncul beberapa saat setelah terjadi gangguan hubung singkat, oleh karena itu tidak dapat digunakan memilih circuit breaker, fuse dan kontaktor tetapi digunakan untuk seting relay. Rel/busbar G Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Generator pembangkit dengan reaktansi X 1 Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Rel/busbar Gambar 2. 3 jaringan sistim tenaga listrik sederhana CB X 4 Titik Gangguan Gambar di atas memperlihatkan sebuah jaringan sistim tenaga listrik sederhana mensuplay beban melalui saluran transmisi dan transformator daya, misalkan reaktansi masing-masing komponen sistim tenaga listrik sampai di titik gangguan telah dinyatakan dengan dasar KVA yang sama, apabila terjadi hubung singkat di titik gangguan maka arus hubung singkat yang disuplay 13

21 Saluran transmisi dengan reaktansi X 3 ohm Saluran transmisi dengan reaktansi X 3 ohm generator akan ditahan oleh reaktansi generator itu sendiri, reaktansi saluran transmisi, reaktansi transformator dan reaktansi feeder sampai ke titik gangguan. I hs = (E)/( X 1 + 2X 2 + X 3 + X 4 Kalau 2X 2 + X 3 = X 2 maka besarnya arus hubung singkat (I hs ) sebagai berikut: I hs = (E)/( X 1 + X 2 + X 4 ) Bila kapasitas sistim tenaga lebih besar terdiri dari tiga generator melayani beban melalui dua saluran transmisi parallel yang sama dan empat buah tranformator daya seperti dalam gambar berikut ini, Generator pembangkit dengan reaktansi X 1 G Generator pembangkit dengan reaktansi X 1 G Rel/busbar Generator pembangkit dengan reaktansi X 1 G Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Rel/busbar Transformator daya Dengan reaktansi X 2 ohm Gambar 2. 4 jaringan sistim tenaga listrik sederhana CB X 4 Titik Gangguan 14

22 dan misalkan reaktansi masing-masing komponen sistim tenaga listrik sampai di titik gangguan telah dinyatakan dengan dasar KVA yang sama, maka arus hubung singkat yang disuplay generator akan ditahan oleh reaktansi generator itu sendiri, reaktansi saluran transmisi, reaktansi transformator dan reaktansi feeder sampai ke titik gangguan. Besarnya arus hubung singkat dimaksud adalah: I hs = {(E)/[( X 1 )/3 + (X 2 ) + (X 3 )/2 + X 4 )]} Terlihat dari persamaan arus hubung singkat di atas bahwa semakin besar kapasitas sistim tenaga listrik semakin besar pula potensi untuk mengalirkan arus hubung singkat ke titik gangguan Beberapa pengertian dalam perhitungan arus hubung singkat. Umumnya dalam perhitungan-perhitungan arus hubung singkat dinyatakan dalam nilai prosentasi. Berikut ini dibahas beberapa pengertian dasar yang diperlukan untuk menganalisa perhitungan arus hubung singkat. 1. Prosentasi resistansi Prosentasi resistansi (R p ) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut; R p = [(IR)/V]x 100 Dimana : a. R p = prosentasi resistansi b. R = resistansi dalam satuan ohm c. I = arus beban penuh d. V = tegangan normal 2. Prosentasi reaktansi Prosentasi reaktansi (X p ) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut; X p = [(IX)/V] 100 Dimana : a. X p = prosentasi reaktansi b. X = reaktansi dalam satuan ohm c. I = arus beban penuh d. V = tegangan normal Berdasarkan persamaan prosentasi reaktansi di atas dapat juga ditulis persamaan sebagai berikut; X = [(X p ).V)/I.100] ohm = [(X p ).V)/I.100]. (V)/(V) ohm 15

23 = [(X p ).V 2 )/IV.100]. ohm = [(X p ).tegangan) 2 / (output dalam Volt ampere).100]. ohm Apabila tegangan dan kapasitas sistim tenaga listrik masing-masing dinyatakan dalam KV dan KVA maka persamaan di atas ditulis sebagai berikut : X = [(X p ).(KV) 2.10/KVA] ohm Bila (KVA) dasar ditulis sebagai (KVA) b maka nilai prosentasi reaktansi X p pada KVA dasar ini adalah sebagai berikut; X p = [(X).(KVA) b / 10(KV) 2 ] 3. KVA dasar (KVA) b Semua komponen jaringan sistim tenaga listrik terpasang secara parallel, Generator, saluran transmisi/distribusi maupun transformator memiliki kapasitas KVA berbeda-beda, semua prosentasi resistansi maupun reaktansi komponenkomponen jaringan itu didasarkan pada ukuran kapasitas KVA masing-masing, oleh karena itu untuk mendapatkan kombinasi efek dari keseluruhan prosentasi reaktansi yang ada dalam sistim tenaga maka semuanya perlu didsarkan pada satu KVA dasar yang sama yaitu (KVA) b. Memilih (KVA) b dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a) Memilih kapasitas KVA terbesar dari peralatan yang ada dalam jaringan sistim tenaga b) Memilih kapasitas KVA yang diperoleh dari hasil penjumlahan KVA semua peralatan yang ada dalam jaringan sistim tenaga c) Memilih kapasitas KVA yang ditentukan sendiri untuk mempermudah perhitungan Prosentasi reaktansi (X p ) setiap peralatan pada KVA nya dapat dikonversi nilai reaktansinya pada KVA dasar yang dipilih (KVA) b dengan cara sebagai berikut: (X p ) pada (KVA) b = {[(KVA) b ].[(X p ) pada (KVA) peralatan]/ (KVA) Peralatan. Sebagai contoh sebuah transformator daya dengan kapasitan KVA memiliki prosentasi reaktansi 5%, Berapakah nilai prosentasi reaktansinya bila dikonversi ke dalam KVA dasar yang dipilih yaitu (KVA) b = Perhitungannya dapat dilakukan menggunakan persamaan di atas yaitu; (X p ) pada (KVA) b = {[(KVA) b ].[(X p ) pada (KVA) peralatan]/ (KVA) peralatan (X p ) pada (KVA) b = {[25000].[ 5]/ = 12,5 % 16

24 3.6. Cara-cara Menghitung kva hubung singkat Langkah-langkah menghitung arus hubung singkat adalah sebagai berikut : 1. Gambarlah diagram garis tunggal jaringan sistim tenaga listrik yang memperlihatkan semua komponen jaringan lengkap spesifikasi yang dimilikinya seperti kapasitas KVA, tegangan kerja, resistansi dan reaktansinya. Pada saluran transmisi biasanya disebutkan ukuran dan jenis hantaran yang digunakan serta jarak peletakannya di menara penopang, berdasarkan data ini dapat dihitung resistansi, induktansi dan juga reaktansi yang diperlukan untuk penganalisaan arus hubung singkat. 2. Konversi nilai tahanan dan reaktansi dari generator dan transformator ke dalam nilai prosentasinya 3. Pilihlah kva dasar dan konversi setiap nilai tahanan dan reaktansi dari plant kva ke dalam kva dasar 4. Bilamana semua reaktansi telah dinyatakan dalam kva dasar yang sama, maka hitunglah reaktansi total sampai pada titik gangguan. 5. Perhitungan kva hubung singkat adalah sebagai berikut : KVA hubung singkat = (100)(KVA) b / (X p ) Harga rms arus hubung singkat = (KVA hubung singkat) / ( 3)KV Bila reaktansi dinyatakan dalam satuan ohm maka; Harga rms arus hubung singkat = (tegangan) / ( 3)( reaktansi total) KVA hubung singkat = ( 3)( arus hubung singkat)(tegangan)/ (1000) 3.7. Sistim per-unit Sistim per-unit adalah metoda untuk mengekspresikan parameter dalam nilai per-unit sebagai berikut: Per-unit = [suatu parameter]/ (parameter dasarnya Menyatakan besaran listrik seperti tegangan, arus dan impedansi dalam sistim perunit,dilakukan dengan memilih suatu bilangan untuk: 1. Tegangan dasar dan Ampere dasar atau 2. KV dasar dan KVA a. Kasus ke-1 Misalkan dari suatu sistim tenaga, sudah dipilih volt dasar dan ampere dasar. Selanjutnya volt dasar adalah V b dan ampere dasar adalah I b dua-duanya adalah nilai per fasa. 17

25 Saluran transmisi Dasar ohm (Z b ) = (volt dasar)/ (ampere dasar) = (V b ) / (I b ) Per-unit volt (V u ) = (volt)/(volt dasar) Per-unit ampere = (ampere)/ (ampere dasar) Per-unit ohm(z u ) =(ohm)/(ampere dasar) b. Kasus ke-2 Pilih KVA dasar yaitu (KVA) b tegangan dasar Yaitu (KV) b, dengan demikian: Ampere dasar (I b ) = (KVA) b / 3(KV) b Dasar ohm (Z b ) = [(KV) b.(1000)/ 3] / [(I b )] = [(KV b ) 2 (1000)/ (KVA) b Per-unit ohm(z u ) = (ohm)/(ohm dasar) = {[ohm] / [(KV b ) 2 (1000)/ (KVA) b ]} = {(ohm)(kva) b / [(KV b ) 2 (1000)} Contoh Dua buah generator pembangkit A dan B bekerja parallel untuk melayani beban. Data kedua generator tersebut sebagai berikut; Generator A berkapasitas 8000 KVA, X p = 8% Generator B berkapasitas KVA, X p = 10% Kedua pembangkit ini dihubungkan ke jaringan transmisi 2500 km melalui transformator daya berkapasitas KVA, X p = 5,5%. Resistansi dan reaktansi saluran transmisi per kilo meter masing-masing adalah 0,002 ohm dan 0,015 ohm. Transmisi ini doperasikan dengan tegangan kerja 66 KV. Hitunglah KVA hubung singkat apabila hubung singkat ketiga fasa terjadi di: a. Sisi penerima b. Sisi pengirim Generator 8000 KVA, X p =8% A Generator KVA, X p =10% Rel/busbar di sisi pembangkit B Transformator daya KVA, X p = 5,5% Titik Gangguan Rel/busbar di sisi pengirim 66 KV Titik Gangguan Rel/busbar di sisi 18

26 Gambar 2. 5 Transmisi Jawab. Gambar diagram satu garisnya sebagai berikut; N X GA X GB Titik gangguan X T X Titik gangguan Gambar 2. 6 diagram Resistansi total saluran transmisi = 0,002 x 2500 = 5 ohm Reaktansi total saluran transmisi = 0,015 x 2500 = 37,5 ohm 19

27 (KVA)b yang dipilih adalah KVA, konversikan semua nilai resistansi dan reaktansi peralatan pada rating KVA nya kedalam (KVA)b terpilih sebagai berikut; Reaktansi generator A (X GA ) = (10000)x8/(8000) = 10% Reaktansi generator B (X GB ) = (10000x10)/(10000) = 10% Generator A dan B terhubung paralel, oleh karena itu total reaktansinya (X G ) adalah X G = (X GA )( X GB ) / (X GA + X GB ) = (8)( 10) / (8 + 10) = 4,44 % Reaktansi transformator (X T ) = (10000x5,5)/(10000) = 5,5 % Apabila gangguan terjadi di sisi pengirim jaringan transmisi maka total prosentasi reaktansi sampai ke titik gangguan dimaksud (X P.Tot ) adalah sebagai berikut; (X P.Tot ) = (X G ) + (X T ) = 4,44 + 5,5 = 9,94 KVA hubung singkat = [(100)/(9,94)][10000] = KVA = 100,5 MVA Apabila gangguan terjadi di sisi penerima jaringan transmisi maka total prosentasi reaktansi sampai ke titik gangguan dimaksud (X P.Tot ) dihitung dengan prosedur sebagai berikut : Arus beban pada KVA dasar (I BP ) untuk tegangan jaringan 66 KV adalah sebagai berikut; (I BP ) = (10000)/ ( 3)(66) = 87,5 A Prosentasi resistansi saluran transmisi (R P ) dihitung sebagai berikut; (R P ) = [(IR).100]/ V = [(87,5)(5) ( 3)][100] / (66000) = 1,15 % Prosentasi reaktansi saluran transmisi (X PT ) dihitung sebagai berikut (X PT ) = [(1,15).37,5]/ 5 20

28 = 8,62% Total prosentasi resistansi sampai ke titik gangguan (R P.Tot ) = 1,15% Total prosentasi reaktansi sampai ke titik gangguan (X P.Tot ) = (9,94 + 8,62)% = 18,56% Total prosentasi impedansi sampai ke titik gangguan (Z P.Tot ) dihitung sebagai berikut; (Z P.Tot ) = (R P.Tot )2 + (X P.Tot )2 = (1,15)2 + (18,56)2 = 18,6 KVA hubung singkat = [(100)/(18,6)][10000] = 5378 KVA = 5,378 MVA 4. Proteksi Beban Lebih (overload) Arus Batas (Current Rating) dari elemen sekering dan circuit breaker tidak akan melampui kapasitas arus yang mengalir pada konduktor/ komponen listrik yang diproteksi. Arus batas dari alat proteksi adalah suatu harga arus yang sanggup secara terus menerus mengalirkan arus tanpa kerusakan, jika terjadi beban lebih, arus yang tinggi dari batas normal akan membangkitkan panas pada konduktor yang sebanding dengan kwadrat arus dan waktu (H = I 2 t) Proteksi beban lebih sensitif terhadap temperatur. Waktu pemutusan menjadi berkurang pada temperatur ruang yang tinggi dari pada temperatur yang rendah. Kenaikan temperatur kabel tidak melampaui batas aman. Temperatur maksimum kabel biasanya didasarkan pada temperatur sekitar maksimum 40 o C. Peralatan proteksi beban lebih harus sanggup terus menerus beroperasi pada batas arus nominal dan harus trip pada batas waktu maksimum 2 jam untuk arus 125% arus nominal atau maksimum 3 detik untuk 600% arus nominal. Inversetime characteristic biasanya menggunakan circuit breaker yang sampai dengan 10 kali arus nominal. Dimana pada harga ini akan memutus dengan segera. 5. Gambaran Umum Sistem Pembumian Terdapat empat alasan utama mengapa suatu instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem pembumian : 14 21

29 Agar alat proteksi Circuit Breaker (CB) capat bekerja memutuskan gangguan dari sumber listrik Menstabilkan tegangan kerja jaringan listrik. Untuk mengamankan manusia dan peralatan dari bahaya arus lebih dan hubung singkat. Agar peralatan dapat berfungsi dengan benar. Pemilihan dengan benar material/bahan dan pemasangan, maka akan dapat memenuhi keempat kreteria diatas. Agar sistem pembumian dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Membuat jalur impedansi yang rendah ke bumi. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan yang berulang-ulang dan arus akibat surja. Menggunakan sistem mekanik yang kuat dan mudah dalam pelayanannya. Dapat dipakai dalam jangka waktu minimal 30 tahun atau lebih. 5.1.Bahaya Kebocoran Isolasi Perlunya pembumian yang baik adalah untuk mengatasi bahaya-bahaya yang ditimbulkan karena kebocoran Isolasi pada rangkaian instalasi. Bahaya-bahaya yang dimaksud antara lain : Bahaya yang mengancam keselamatan hidup manusia karena adanya sengatan listrik. Bahaya yang mengakibatkan rusaknya peralatan. Bahaya kebakaran. Bahaya tidak stabilnya tegangan suplai ke peralatan. 1. Bahaya Sengatan Listrik Bahaya sengatan listrik dapat terjadi jika pada peralatan yang mengalami gangguan kegagalan isolasi ke badannya tidak disalurkan dengan baik ke bumi karena sistem pembumian yang tidak memadahi. Sistem pembumian yang baik adalah sistem yang memiliki tahanan pembumian yang sekecil mungkin. Jadi apabila terjadi gangguan kegagalan isolasi ke badan peralatan maka arus bocor yang ditimbulkan dapat dengan cepat diputuskan oleh pengaman sekring atau pemutus tenaga (MCB atau ELCB). Dengan demikian manusia yang menyentuh peralatan tadi tidak mendapat sengatan listrik. 22

30 L1 Sekring L2 L3 N Peralata Hubung singkat ke badan peralatan Gambar 2. 7 Bagian-bagian yang dilintasi arus gangguan. Berbeda halnya jika nilai tahanan pembumian tidak memadahi (besar), maka badan manusia berfungsi sebagai jalur arus gangguan kebocoran tadi, sehingga dalam kondisi demikian dapat dikatakan manusia mendapat sengatan listrik. Seberapa kecil tahanan pembumian yang diperlukan dalam sistem pembumian adalah sulit ditetapkan dengan pasti, tetapi pada dasarnya yang dapat dijadikan sebagai pegangan adalah, bahwa suatu sistem pembumian yang baik adalah yang memiliki tahanan pembumian yang sekecil mungkin. Untuk pengamanan terhadap manusia dan peralatan tertentu, maka dianjurkan tahanan pembumian lebih kecil dari satu ohm. Sedangkan untuk gardu-gardu listrik di daerah transmisi, nilainya tidak melebihi satu ohm, dan untuk gardu-gardu distribusi tidak melebihi. Besarnya arus gangguan kebocoran isolasi yang mengalir dalam tubuh manusia tergantung pada besarnya tegangan sentuh dan lama waktu sentuhan seseorang dengan bagian instalasi yang terganggu. Hal tersebut dapat dipahami dengan hukum ohm (U = I x R), dimana U adalah tegangan sentuh, R adalah tahanan badan manusia dan I adalah arus yang mengalir ke tubuh manusia. Hubungan antara tegangan sentuh dan tahanan badan manusia diperlihatkan pada tabel berikut ini. 23

31 Tabel 2. 1 Tegangan sentuh yang dianggap aman. Tegangan Sentuh Efektif (volt) Tahanan Badan Manusia (ohm) Harga asimptot 650 Tabel 2. 2 Hubungan antara tegangan sentuh dengan waktu sentuhan maksimum yang diizinkan adalah sebagai berikut: Tegangan Sentuh (volt) Lebih kecil dari 50 Waktu Maksimum Pemutusan Hubungan (detik) Tak terhingga , , , , ,03 24

32 Batas maksimum arus yang boleh lewat melalui badan pria dan wanita dewasa berkulit kering masing-masing adalah 10 ma dan 8 ma, sedangkan arus sebesar 100 ma dapat membawa pengaruh yang fatal. 2. Bahaya Kebakaran Arus gangguan yang besar dapat menimbulkan kebakaran karena panas yang terjadi selama mengalirnya arus gangguan, adalah sebagai berikut : H = I 2 Rt Joule Dimana : H = panas yang terjadi dalam satuan joule. I = Arus gangguan dalam satuan ampere. R = Tahanan alat atau meterial yang dilewati arus gangguan. T = waktu selama mengalirnya arus gangguan dalam satuan detik. Pembumian yang efektif dan memadahi dapat mengurangi terjadinya bahaya kebakaran, yaitu jika ada kesalahan (kebocoran arus ke tanah) terjadi, maka pada pembumian yang efektif akan didapatkan besar arus yang dapat mengoperasikan alat pengaman dengan cepat untuk mengisolasi kesalahan sebelum terjadi kebakaran. 3. Bahaya Ketidakstabilan Tegangan Sumber Penyanmbungan sistem pembumian disisi konsumen dengan netral di sisi sumber adalah untuk meyakinkan agar besar tegangan supply tetap stabil terhadap tanah. Kestabilan tegangan tersebut tidak akan didapatkan pada sistem yang tidak dibumikan, dimana arus kesalahan akan tetap ada dan akan ada perbedaan potensial antara titik netral terhadap tanah. Gambar. 1.2 menujukan sebuah gambar sistem supply yang tidak ditanahkan. Jika terjadi kesalahan yaitu berupa salah satu fasa hubung singkat dengan tanah, maka akan didapatkan adanya tegangan 220 V terhadap netral dan 380 V terhadap dua kawat fasa yang tidak terganggu. Dalam kondisi ini tidak ada satupun pengaman arus lebih (sekring atau pemutus tenaga) yang bekerja, sehingga akan membahayakan manusia. 25

33 L1 L2 L Gambar 2. 8 Gangguan tanah pada sistem yang netralnya tidak dibumikan L1 L2 L Gambar 2. 9 Gangguan tanah pada sistem yang netralnya dibumikan. Jika netral dari sistem dibumikan secara langsung seperti ditunjukan pada ganbar 1.3, maka akan terjadi hubung singkat fasa dengan netral melalui bumi. Dan ini akan mengakibatkan peralatan pengaman seperti sekring atau pemutus tenaga akan beroperasi Sifat Elektroda Pembumian Besar tahanan pembumian suatu elektroda pembumian akan sangat tergantung oleh Elektroda pembumian itu sendiri. Cara penyambunganya dengan pengelasan atau diikat dengan baut. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah disekelilingnya. Tahanan tanah di sekeliling elektroda pembumian. Dengan demikian dalam perencanaan suatu sistem pembumian keempat faktor di atas perlu mendapat perhatian khusus. Ada beberapa macam elektroda yang dipakai untuk pembumian dan biasanya pemilihan didasarkan pada kondisi struktur tanah dimana elektroda itu akan dipasang, jenis elektroda yang sering dipakai antara lain Elektroda batang Elektroda pita 26

34 Elektroda pelat Sebagai contoh sebuah elektroda batang yang dipancangkan dalam tanah pada kedalaman tertentu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : besar tahanan pembumian suatu sistem pembumian seperti telah disebutkan di atas salah satunya ialah tergantung pada tahanan tanah di sekeliling elektroda. Besar tahanan ini sangat sulit diperhitungkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam sistem pembumian besar tahanan tanah dengan ketebalan sama yang ada di dekat dengan elektroda pembumian mempunyai harga yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang jauh dengan elektroda. Ini dikarenakan tanah yang dekat dengan elektroda pembumian mempunyai permukaan yang lebih sempit. Semakin jauh dari elektroda semakin kecil tahanan tanahnya, sehingga pada jarak tertentu yang jauh dari elektroda sudah tidak lagi menambah besar tahanan pembumian. Jarak antara elektroda dengan tempat dimana tahanan tanah sudah tidak berpengaruh lagi terhadap penambahan besar tahanan pembumian disebut dengan Daerah Tahanan Efektif. Untuk jelasnya lihat ilustrasi gambar di bawah ini. Jika ada arus yang mengalir pada sistem pembumian akibat adanya hubung singkat terhadap bumi, maka tanah di sekeliling elektroda ada gradien tegangan tanah. Gradien tahanan tanah pada tempat yang dekat dengan elektroda harganya lebih besar jika dibandingkan dengan yang jauh dari elektroda. Gambar Daerah tahanan efektif 27

35 Gambar Daerah tahanan efektif U E adalah tegangan elektroda pembumian, yaitu tegangan antara sistem pembumian dan elektroda pembumian. U B adalah tegangan sentuh, yaitu bagian tegangan dari elektroda pembumian yang dapat dijembatani oleh manusia, dimana arus mengalir melalui tubuh manusia dari tangan ke kaki. U S adalah tegangan langkah, yaitu bagian dari tegangan elektroda pembumian yang dapat dijembatani oleh,manusia, dimana arus mengali dari kaki ke kaki Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembumian Ada beberapa rumus yang dipakai untuk menghitung tahanan pembumian suatu elektroda pembumian. Sebagai contoh rumus yang telah dikembangkan oleh Prof. HB Dwight dari Institute Technology Massachusets, tahanan pembumian yang menggunakan elektroda batang. untuk menghitung besar R 4L ln 1 2 L a Dimana : = tahanan jenis tanah rata-rata (ohm-cm) L = panjang elektroda batang (cm) 28

36 a = jari-jari elektroda (cm) R = Tahanan pembumian (ohm) Dari rumus di atas diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tahanan pembumian, antara lain : panjang, diameter, dan tahanan jenis tanahnya. Dari ketiga faktor seperti tekah disebutkan di atas, tahanan jenis tanah adalah merupakan salah satu faktor kunci yang paling menentukan/berpengaruh terhadap besar kecilnya tahanan pembumian. Tahanan jenis tanah besarnya sangat bervariasi, karena tergantung oleh beberapa hal, antara lain : 1) Komposisi Tanah Untuk jenis tanah yang mempunyai komposisi yang berbeda akan memberikan besarnya tahanan jenis yang berbeda pula. Tabel di bawah menunjukan besar tahanan jenis rata-rata tanah untuk beberapa macam jenis tanah. Tabel 2. 3 Tahanan jenis rata-rata tanah Jenis Tanah Tahanan Jenis Tanah (ohm-cm) Rawa-rawa 200 s/d 270 Tanah Liat 400 s/d Berkapur 6000 s/d Pasir s/d Tanah berbatu-batu s/d ke atas Batu kerikil s/d Batu s/d ke atas Dengan mempelajari data-data pada tabel di atas, maka apabila mungkin pada jenis tanah yang kering, batu kerikil, berbatu dalam pemasangan pembumian sebaiknya dihindari sebab akan memberikan tahanan pembumian yang besar. 2) Kelembaban Tanah Semakin tinggi kelembaban tanah, maka tahanan tanahnya semakin kecil.dengan demikian dalam pemasangan elektroda sedapat mungkin hingga mencapai pada 29

37 kedalaman yang cukup dan usahakan mencapai tingkat kelembaban yang permanen dalam tanah. 3) Komposisi Kimiawi Tanah Kandungan kimiawi dalam tanah juga akan berpengaruh terhadap tahanan jenis tanah, seperti contohnya bahan-bahan mineral dan garam-garam. 4) Temperatur Jika terdapat temperatur yang sangat rendah di permukaan tanah, pada lapisan tanah bagian atas dapat menjadi beku. Jika sebuah elektroda yang dibenamkan dalam tanah terlalu dekat dengan permukaan sistem pembumian menjadi tidak efektif. 5) Musim Karena tahanan pembumian dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban tanah, maka dapat diasumsikan pula bahwa tahanan pembumian besarnya berubah sesuai dengan perubahan musim. Di bawah adalah contoh grafik yang menunjukan perubahan besar tahanan pembumian terhadap perubahan waktu (musim). Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap perubahan waktu (musim) Memilih Elektroda Yang Tepat Terdapat beberapa jenis elektroda yang dipakai untuk pembumia, antara lain : 1. Elektroda Batang Elektroda batang yang dipakai untuk pembumian dibuat dari beberapa macam material, tetapi secara umum terbuat dari : Tembaga pejal Baja galvanis 30

38 Baja stainles Cara pemasangan jenis elektroda ini adalah dengan memancangkan ke dalam tanah pada kedalaman tertentu, dan yang baik adalah hingga mencapai pada kelembaban yang permanen dalam tanah. Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil suatu pembumian yang menggunakan elektroda batang paling efektif adalah dengan cara memancangkan elektroda lebih dalam, atau dengan cara memparalelkan dua buah elektroda atau lebih. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam memparalelkan elektroda adalah jarak antar elektroda tidak boleh kurang dari dua kali panjang elektroda. Jika untuk memperkecil tahanan pembumian dengan menggunakan cara memperbesar diameter elektroda adalah kurang tepat, karena apabila dengan melipat duakan ukuran diameter elektroda hanya akan mengurangi tahanan pembumian 10%. Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap diameter elektroda pasak (mm). Dibawah adalah grafik yang menunjukan hubungan antara tahanan pembumian yang menggunakan elektroda batang dengan kedalaman pemancangan. 31

39 Gambar grafik hubungan antara tahanan pembumian terhadap kedalaman pemancangan (m). 2. Elektroda Pita Elektroda pita ini terbuat dari suatu hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat, dan pada umumnya jenis elektroda ini dibenamkan dalam tanah secara dangkal. Walaupun dibenamkan secara dangkal tetapi jangan terlalu dekat dengan permukaan tanah, kira-kira 0,5 1 m. Elektroda jenis ini dalam pemasanganya dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : memanjang, radial, melingkar, atau kombinasi antara radial dan melingkar Gambar cara pemasangan elektroda pita Untuk memperkirakan besar tahanan pembumian yang menggunakan elektroda pita dapat dipakai rumus : R 2L ln 1 L ad 32

40 Dimana : L = Panjang elektroda pita (m) a = Jari-jari elektroda D = Kedalaman pemasangan elektroda (m) Kalau kita evaluasi dari rumus di atas untuk memperkecil tahanan pembumian yang menggunakan elektroda pita adalah dengan menambah panjang elektroda. Grafik di bawah menunjukan hubungan antara besar tahanan pembumian yang menggunakan elektroda pita dengan panjang elektroda. Gambar grafik hubungan antara besar tahanan pembumian dangan panjang elektroda c. Rangkuman Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk: 1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa. 2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik dan sebagainya. Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan H = I 2 R t Joules Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu system koodinasi relay dan circuit breaker 33

41 Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat Breaking capacity atau Repturing Capcity. Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratansbb: 1. Selektivitas dan Diskriminasi 2. Stabilitas 3. Kecepatan operasi 4. Sensitivitas (kepekaan). 5. Pertimbangan ekonomis. 6. Realibilitas (keandalan). 7. Proteksi pendukung (back up protection) d. Tugas Tugas Latihan 1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai tahanan pembumian? 2. Jelaskan mengapa besar tahanan pembumian setiap saat (dalam jangka satu tahun) dapat berubah-ubah, dan bagaimanan cara menyingkapi fenomena ini? 3. Sebutkan beberapa cara untuk memperkecil tahanan pembumian? 4. Jelaskan mengapa pembumian yang tidak baik dapat mempengaruhi kestabilan tegangan sumber? Tugas Praktek 1 PENGUJIAN TAHANAN PEMBUMIAN SEBUAH ELEKTRODA PEMBUMIAN A. Tujuan : Setelah mendapatkan teori singkat dan petunjuk praktis, diharapkan petatar dapat : 1. Melakukan pengujian suatu tahanan pembumian dengan menggunakan Earthtester. 2. Memperkirakan besar tahanan pembumian yang menggunakan elektroda batang, melalui perhitungan matematis. 34

42 3. Menggambarkan grafik R = f (L ) dan R = f (d), sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil percobaan. B. Teori : Sebagian besar sistem supply 3 fasa beroperasi dengan titik netral di sisi sumbernya dibumikan. Dengan demikian sistem pembumian harus dirancang atau direncanakan dengan benar, agar sistem pembumian dapat bekerja efektif untuk melindungi rangkaian, instalasi listrik, dan manusia terhadap bahaya tegangan sentuh apabila terjadi gangguan berupa kebocoran tanah dalam sistem. Suatu pembumian yang menggunakan elektroda batang, maka besar tahanan pembumian dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Tahanan elektroda itu sendiri dan sambungannya. 1. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitarnya dan 2. Tahanan tanah di sekelilingnya. Atau dengan menggunkan rumus pendekatan besar tahanan pembumian dapat ditentukan dengan persamaan : 4L R Ln 1 2 L a Dimana : R = Tahanan pembumian ( ) = Tahanan jenis rata-rata tanah ( -cm) a = Jari-jari batang elektroda (cm) L = Panjang batang elektroda 35

43 Alat dan Bahan 1. Elektroda batang 2. Kawat BC 10 mm 2 3. Earth-tester 4. Palu (5 kg) 5. Rol meter 6. Kabel penghubung Langkah Kerja 1. Persiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. 2. Rangkailah earth tester, seperti ditunjukan pada gambar rangkaian percobaan di bawah. 3. Tancapkan elektroda pembumian sedalam 10 cm, kemudian ujilah tahanan pembumianya. 4. Setelah pengujian pertama selesai, perdalam lagi penancapannya hingga kedalaman 20 cm, dan seterusnya setiap penambahan kedalaman 10 cm uji kembali tahanan pembumianya. 5. Cantumkan data yang diperoleh dari setiap pengujian pada tabel Setelah elektroda tertancap semua, pindahkan elektroda bantu P dan dekatkan kira-kira dengan jarak 15 cm dari elektroda pembumian, lalu lakukan pengujian. 7. Kemudian pindahkan lagi elektroda bantu P sejauh 30 cm dari elektroda pembumian, dan lalu lakukan pengujian lagi. Untuk langkah selanjutnya tambahlah jarak dengan pertabahan yang lebih besar, dan ujilah setiap perubahan jara. 8. Catat data hasil percobaan dalam tabel Cabut kembali elektroda pembumian dan kembalikan semua peralatan dan bahan pada tempat semula. E. Gambar Percobaan E P E 36

44 Earth tester 10 m 10 m Elektroda bantu Elektroda bantu Elektroda pembumian Gambar percobaan Tabel 2. 4 percobaan 1 Kedalaman penancapan elektroda (cm) Tahanan pembumian R ( ) Tabel 2. 5 percobaan 2 Jarak antara elektroda pembumian dengan elektroda bantu P (cm) Tahanan pembumian R ( ) Tugas dan pertanyaan 37

45 1. Gambar grafik R = f (L) dan R = f (d). 2. Hitung besar tahanan pembumian secara teoritis berdasarkan data yang diperoleh di tabel Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang telah saudara lakukan. Test kegiatan belajar 1 A. Isian (Essay) 1. Sebutkan tiga macam bahaya akibat adanya gangguan kegagalan isolasi dan yang dapat diatasi dengan sistem pembumian yang baik. 2. Bagaimana suatu sistem pembumian dikatakan baik jika dilihat dari sudut tahanan pembumian. 3. Sebutkan koordinasi kerja antara sistem pembumian dan MCB atau sekring. 4. Berapa panas yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran karena gangguan arus I ampere dari suatu penghantar R ohm selama selang waktu t detik. 5. Bagaimana caranya membuat tegangan di sisi konsumen tetap stabil apabila ketidakstabilan dimaksud disebabkan oleh sistem pembumian. 6. Sebutkan beberapa gangguan yang dapat mengakibatkan sistem pembumian bekerja. 7. Bolehkah bagian logam dari suatu peralatan yang telah dibumikan dengan baik dijadikan sebagai pembumian peralatan lain. Kesimpulan Pembumian instalasi listrik memegang peranan penting dalam mempertahankan keandalan penyaluran dsaya listrik secara berkesinambungan, karena dengan pembumian yang baik maka kestabilan tegangan dapat dipertahankan, disamping itu bahaya-bahaya kegagalan isolasi pada salah satu bagian instalasi dapat dengan cepat diputuskan oleh alat pengaman sekring maupun pemutus tenaga, sehingga tidak mengganggu bagian-bagian yang lain dari instalasi dimaksud. Kunci Jawaban Tugas Latihan 1. Faktor-faktor yang meperngaruhi besar kecilnya tahanan pembumian adalah : 38

46 Panjang elektroda pembumian Ukuran elektroda pembumian Tahana jenis tanah yang nilainya selalu bervariasi tergantung pada komposisi tanah, kelembaban tanah, komposisi kimiawi tanah, temperatur dan musim. Faktor mekanik, yaitu : kekokohan konduksi antara elektroda dan bumi, serta kekokohan ikatan antara elektroda, konduktor pembumian dan pengikatan konduktor. 2. Diagram ELCB satu fasa dan cara kerjanya adalah sebagai berikut : Pada diagram ELCB terlihat bahwa jika tidak terjadi gangguan arus bocor ke tanah pada instalasi yang diamankan, maka arus yang mengalir pada penghantar yang melalui cincin toroida akan seimbang, sehingga tidak terbangkit ggl induksi pada kumparan maknit pemutus. Tetapi jika terjadi gangguan arus bocor ke tanah pada instalasi yang diamankan, maka arus pada penghantar yang melalui cincin toroida tidak seimbang, sehigga pada kumparan pemutus terbangkit ggl i nduksi yang dapat menggerakan kontak pemutus untuk memutuskan gangguan dari sumber listrik. 3. Memperkecil tahanan pembumian dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : Memancangkan elektroda lebih dalam hingga mencapai tingkat kelembaban yang permanen dalam tanah. Memparalelkan dua atau lebih elektroda pembumian. 4. Pembumian yang tidak baik mempengaruhi kestabilan tegangan sumber, karena jika jarak pengiriman listrik dari gardu ke konsumen jauh, maka hantaran netral memiliki tahanan besar sehingga di sisi konsumen hantaran netral menjadi bertegangan, akibatnya nilai tegangan berkurang (lebih rendah dari seharusnya). Pre-Test Praktek 39

47 1. Jelaskan mengapa perlu pembumian dalam instalasi listrik. 2. Jelakan cara memparalelkanelektrodapembumianuntuk memperoleh nilai tahanan pembumian yang kecil. 3. Jelaskan cara-cara melakukan pengukuran tahanan pembumian dengan Earth-Tester. 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya tahanan jenis tanah. 5. Gambarkan skema instalasi pembumian sistem tenaga listrik dan jelaskan setiap bagian-bagiannya. 6. Buktikan dengan analisa bahwa suatu peraltan yang badanya dibumikan jika mengalami gangguan hubung singkat ke badanya akan cepat membuat pemutus tenaga bekerja dibandingkan dengan peralatan yang badanya tidak dibumikan. 7. Jelaskan cara-cara pemasangan konduktor pembumian. Tugas Praktek Memasang Dan Menguji Sistem Pembumian Peringatan 1. Letakan peralatan kerja pada tempat yang aman danmudah dijangkau. 2. Gunakan alateuai dengan fungsinya. 3. Bacalah dan pahami materi pelajaran yang diberikan pada pembahasan-pembahasan didepan, sehingga dengan demikian anda tidak banyakmembuat kesalahan-kesalahanyang dapat membahayakan alat, diri sendiri atau orang lain. Tujuan Setelah mengerjakan materi praktek ini, diharapkan pesserta mampu merencanakan, memasang dan menguji sistem pembumian instalasi listriktegangan rendah. Gambar Kerja Alat dan bahan 40

48 1. Batang tembaga / pipa galvanis untuk elektroda pembumian sepanjang 2m atau lebih, disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. 2. Kawat BC 16 mm 2, untuk konduktor pembumian dengan panjang secukupnya. 3. Klem elektroda pembumian sebanyak dua buah. 5. Box PHB dengan ukuran yang disesuaikan, lengkap dengan rel pembumian dan rel untuk netral. 6. Kertas ampelas dua lembar. 7. Tool set satu unit. 8. Earth Tester, satu buah. 9. Palu Besi, satu buah. 10. Perlengkapan untuk pekerjaan sipil bila diperlukan termasuk alat dan bahannya). Langkah Kerja 1. Pilih tempat yang tepat untuk pemancangan elektroda pembumian. 2. Pancangkan elektroda pembumian kedalam tanah pada tampat yang telah dipilih (elektroda dan bumi harus terkonduksi dengan baik). 3. Bersihkan pada bagian elektroda yang akan diikat dengan konduktor pembumian dengan menggunakan ampelas. 4. Kemudian ikatkan sekokoh mungkin konduktor pembumian pada elektroda pembumian. 5. Ukur nilai tahanan sistem pembumian degan menggunakan Earth-Tester. 6. Bersihkan bagian pipa air (saluran masuk) yang akan diikat dengan bonding konduktor. 7. Ikat dengan sekokoh mungkin pengikat konduktor pada saluran masuk pipa air. 8. Sambungpan pengikat konduktor secara kokoh pada elektroda pembumian. 9. Ukur sekali lagi nilai tahanan pembumian setelah pemasangan pengikat konduktor. 10. Bandingkan nilai tahanan pembumian pada poin (5) dan (9) 11. Sambungkan konduktor pembumian ke PHB dan buat kesimpulan dari hasil praktek. 12. Buka rangkaian praktek dengan meminta petunjuk instruktur / pembimbing. 13. Kembalikan peralatan praktek pada tempat semula. 14. Bersihkan tempat praktek. Kunci Jawaban Test Unit Modul Nomor 1 1. Bahaya-bahaya tersebut adalah : Bahaya keselamatan hidup manusia dan bahaya yang dapat merusak peralatan listrik. Bahaya kebakaran. Bahaya ketidakstabilan tegangan sumber suplai listrik. 41

49 2. Suatu sistem pembumian dikatakan baik jika nilai tahanan pembumian dapat dibuat sekecil mungkin. 3. Koordinasi kerja antara sistem pembumian dengan MCB atau sekring, adalah sebagai berikut : Jika nilai tahanan pembumian besar, maka alat pengaman MCB atau sekring tidak dapat dengan cepat memutuskan gangguan kegagalan isolasi dari rangkaian listrik. Jika nialai tahanan pembumian sekecil mungkin, maka alat pengaman MCB atau sekring dengan cepat dapat memutuskan gangguan kegagalan isolasi dari rangkaian listrik. 4. Panas yang ditimbulkan adalah; H= I 2 Rt joule. 5. Yang harus dilakukan adalah : Periksa tahanan pembumian dan buat nilainya sekecil mungkin. Satukan kawat pembumian dan kawat netral sebaik mungkin. 6. Contoh-contoh pusat suplai tenaga listrik adalah : generator, gardu dan PHB. 7. Yang dimaksud dengan hubungan ke bumi adalah hubungan antara konduktor pembumian dengan elektroda bumi. 8. Pembumian titik netral. 9. Ketiga cara dimaksud, adalah : Sistem pembumian langsung. Sistem multiple neutral dibumikan (MEN). Sistem ELCB. 10. Gangguan-gangguan tersebut, adalah : Gangguan yang terjadi di sistem suplai. Gangguan yang terjadi pada instalasi terdekat. Gangguan pada komponen instalasi seperti sakelar, kotak-kontak. Gangguan pada peralatan listrik. Gangguan pada beban penerangan dan pada PHB. 11. Tidak boleh. 12. Tidak boleh. 42

50 13. Perlu c. Rangkuman 2 Proteksi beban lebih ditujukan untuk memberikan perlindungan pada sistem atau peralatan terhadap pemanasan yang berlebihan akibat arus beban yang melebihi nominal. Proteksi beban lebih harus sensitive temperature. Waktu pemutusan menjadi berkurang pada temperature ruang yang tinggi daripada temperature yang rendah Proteksi hubung singkat di dasarkan pada besarnya arus hubung hubung singkat tiga fase simetris yang dikenal dengan sebutan Prospective fault current atau Breaking Current Besarnya arus hubung singkat ditentukan oleh impedansi rangkaian yang terganggu dan dinyatakan dalam satuan per unit (p.u) atau presentase (5). Sumber arus hubung singkat: 1. Generator 2. Motor sinkron atau condenser sinkron 3. Motor induksi. 43

51 d. Latihan 2 Soal : 4,15 kv ~ 4,15 V R = 0,5 V drop = If.1 x R kabel = 10 x 0,5 = 5 volt If.1 = 10A F L Load IN = 10A 44

52 e. Kunci Jawaban Latihan 2 % drop V drop 5 x 100% teg. penuh x 100% 1,2% I x 10 x 0,5 %R R x 100% x 100% V 415 1,2% Dalam I : Dalam VA : Dalam kva : %R x kv x 10 R 2 kva 1,2 x 0,415 x ,15 0,498 0,5 Penggunaan kva base : Pada kva sebenarnya = 4,15 kva R. (kva) 0,5 (4,5) %R 2 2 1,2% 10. kv 10 x 0,

53 Pada kva base = 15 kva 15 %R x 1,2% 4,337% 4,15 (kva)h.s 100 (kva)b %R Untuk harga kva = 4, x 4,15 (kva)h.s 345,83 kva 1, Untuk harga (kva)b = 15 (kva)h.s 100 x 15 4, ,8 3 kva Ih.s (kva) h.s 345,83 3. kv 0,415 x A Cek : I h.s Tegangan 3 x total impedansi 3 x 0, A 481 A 32 46

54 2. Circuit Breaker dan Sikring a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran Peserta didik diharapkan dapat : Menyebutkan jenis-jenis circuit breaker serta bentuk karakteristik Menyebutkan jenis-jenis sekering serta bentuk karakteristik pemutusannya Memilih dan menentukan ukuran circuit breaker dan sekering sesuai dengan keperluan proteksi sistem tenaga b. Uraian Materi 1. Circuit Breaker Circuit breaker seperti halnya sekering adalah merupakan alat proteksi, walaupun circuit breaker dilengkapi dengan fasilitas untuk switching. 2. Rating dan Aplikasi Dibandingkan dengan sekering, pemakaian circuit breaker lebih bervariasi. Range circuit breaker dapat dikenal mulai dari type miniature circuit breaker (MCB) yang banyak digunakan untuk rangkaian penerangan sampai dengan yang kapasitasnya mega volt ampere pada power house. Untuk keperluan proteksi komersial dan industri lebih banyak digunakan type Moulded Case Circuit Breaker (MCCB). Untuk pemakaian proteksi sistem 3 phasa lebih baik menggunakan circuit brreaker 3 phasa daripada menggunakan sekering, karena circuit breaker akan memberikan pemutusan secara simultan untuk 3 phasa dibandingkan dengan sekering. 47

55 3. Klasifikasi Circuit Breaker Sebagaimana sekering, fungsi proteksi circuit breaker adalah untuk memproteksi beban lebih dan hubung singkat. Klasifikasi circuit breaker ditentukan melalui triping action circuit breaker itu sendiri yaitu : 1. Thermal 2. Magnetic 3. Thermal magentic 4. Solid state atau electronic 1) Thermal Untuk keperluan tripping type ini menggunakan bimetal yang dipanasi melalui arus beban lebih karena bimetal mengambil waktu untuk menaikkan panas, maka type circuit breaker ini mempunyai karakteristik inverse time limit untuk proteksi Waktu untuk trip tergantung pada kondisi temperatur ruang jadi sangat cocok untuk proteksi kabel atau proteksi yang memerlukan kelambatan waktu pemutusannya. 2) Magnetic Type ini arus beban yang lewat melalui kumparan elektro magnetik akan menarik inti jangkar dan secara mekanik akan melepaskan pegangan circuit breaker dalam posisi ON (terjadi proses tripping). Magnetic circuit breaker akan melengkapi trip yang segera (instanteneous) terutama pada overload yang cukup berat (biaanya 10 kali arus beban penuh) atau pada keadaan hubung singkat. Karena medan magnet cukup kuat untuk menarik jangkar. Karena magnetic circuit breaker type ini operasionalnya bebas dari pengaruh suhu ruang, maka proteksi ini lebih cenderung untuk proteksi hubung singkat. 48

56 3) Thermal Magnetic Circuit breaker type ini dilengkapi dengan thermal element untuk mendapatkan karakteristik dengan kelembaban waktu pemutusan (time delay characteristic) dari fasiltias pengaruh temperatur ruang. Sedangkan action magentik diperlukan untuk pemutusan segera. Bila terjadi beban lebih, maka diperlukan waktu untuk memanasi elemen bimetal (time delay) Dengan beban lebih yang sangat besar atau hubung singkat, maka elemen magnetik yang akan mempengaruhi waktu tripping dan diatur 10 kali arus nominal untuk melengkapi secara lengkap pemutusan instanteneuous dengan interruping time 0, Sakering (Fuse) Sakering adalah suatu peralatan proteksi yang umum digunakan. Sekering adalah suatu peralatan proteksi kerusakan yang disebabkan oleh arus berlebihan yang mengalir dan memutuskan rangkaian dengan meleburannya elemen sekering. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sekering : 1. Arus nominal sekering (current rating) adalah arus yang mengalir secara terus menerus tanpa terjadi panas yang berlebihan dan kerusakan 2. Tegangan nominal (voltage rating) yaitu tegangan kerja antar konduktor yang diproteksi atau peralatan 3. Time current protection yaitu suatu lengkung karakteristik untuk menentukan waktu pemutusan 4. Pre arcing time adalah waktu yang diperlukan oleh arus yang 5. besar untuk dapat meleburkan elemen sekering 6. Arcing time adalah waktu elemen sekering melebur dan memutuskan rangkaian sehingga arus jatuh menjadi nol 49

57 6. Minimum fusing current adalah suatu harga minimun dari arus yang akan menyebabkan elemen sekering beroperasi (melebur) 7. Fusing factor adalah suatu perbandingan antara minimum fusing current dengan curret rating dari sekering. Umumnya sekering yang tergolong pada semi enclosed mempunyai faktor 2 dan untuk type HRC mempunyai faktor serendah mungkin 1,2 8. Total operating time adalah waktu total yang diambil oleh sekering secara lengkap dapat mengisolasi dengan gangguan. 9. Cut off ini adalah satuan fungsi yang penting sekering HRC. Jika elemen sekering melebur dan membatasi harga arus yang dicapai ini kita kenal dengan sebutan arus cut off 10. Categori of duty. Sekering diklasifikasikan pada kategori kesanggupan dalam menangani gangguan sesuai dengan harga arus prospective pada rangkaian. Katagori A1 dan A2 untuk arus propectif. 1.O.kA dan 4.0 ka. Sedangkan untuk kategori AC3, AC4 dan AC5 untuk arus 16,5 ka, 33 ka dan 46 ka. Gambar Categori of duty 50

58 Ada dua type dasar sekering : 1. Semi enclosed type adalah type untuk arus dengan rating yang rendah dan category of duty yang rendah 2. Cartridge type adalah merupakan type yang mempunyai kapasitas pemutusan yang tinggi (High-ruptring capacity) yang lebih dikenal dengan istilah HRC fuse. c. Rangkuman Sekering dan circuit breaker adalah peralatan proteksi untuk beban lebih dan hubung singkat. Berdasarkan sistem pemutusan circuit breaker mempunyai beberapa tipe yaitu: 1. Tipe pemotosan thermal 2. Tipe pemutusan magnetic 3. Tipe pemutusan thermal-magnetik 4. tipe pemutusan solid state atau elektronik. Sekering adalah suatu peralatan proteksi yang umum digunakan yang memproteksi sistem atau komponen terhadap kerusakkan yang disebabkan oleh arus berlebihan. Dalam pemilihan seksering harus diperhatikan criteria sebagai berikut: Arus nominal sekering (current ratting). Tegangan nominal (voltage ratting). 3. Karakteristik pemutusan protection). 4. Pre arcing time 5. Arcing time 6. Minimum fussing current 7. Fusing factor 8. Total operatiung time 9. cut off 10. Category of duty sekering (time current characteristics 51

59 Berdasarkan pemutusan sekering ada duatipe sekering yaitu: 1. Semi enclosed type 2. Cartridge type d.tugas 1. J e l a s k a n d e n g a n s i n g k a t a p a p e r s a m a a n d a n p e r b e d a a n s e k e r i n g d a n c i r c u i t b r e a k e r J a w a b : 2. Sebutkan 4 type circuit breaker berdasarkan tipe pemutusannya. Jawab: 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pre arcing time pada pemutusan sekering. Jawab: 52

60 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fusing factor (factor sekering) Jawab: 5. Sebutkan dua tipe dasar sekering berdasarka tipe pemutusannya. Jawab: 53

61 e. Kunci Jawaban tugas Jawaban soal no.1 Persamaan sekering dan circuit breaker kedua-duanya adalah digunakan untuk memproteksi sistem dan komponen kelistrikan terhadap gangguan beban lebih dan hubung singkat. Jawaban soal no.2 Tipe circuit breaker berdasarkan pemutusan adalah: 1. Tipe pemutusan thermal 2. Tipe pemutusan magnetic 3. Tipe pemutusan termal dan magnetic 4. Tipe pemutusan solid state atau elektronik Jawaban soal no. 3 Pre arcing time adalah waktu yang diperlukan oleh arus yang besar untuk dapat meleburkan elemen sekering. Jawaban soal no. 4 Fusing factor adalah suatu perbandingan antara minimum fusing current dengan current rating dari sekering. Jawaban soal no. 5 Tipe dasar sekering berdasarkan pemutusan: 1. Semi enclosedtype 2. Cartridge type

62 C. EVALUASI a. Soal Objectif Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling tepat. 1. Fungsi utama dari sistem proteksi pada satu sistem jaringan instalasi tenaga listrik adalah : a. Mendeteksi adanya gangguan b. Memutuskan gangguan dari sistem c. Mendeteksi adanya gangguan dan me mutuskan bagian yang terganggu dari sistem d. Melakukan diskriminasi 2. Alat proteksi yang tepat untuk memproteksi gangguan arus hubung singkat adalah : a. Overload relay b. MCB dengan karakteristik pemutusan a c. Sekering (fuse) d. ELCB 3. Relay proteksi yang tepat untuk me mproteksi gangguan di dalam kumparan transformator dan generator adalah : a. Differensial relay b. Over load relay c. Over current relay d. Power reverse relay 4. Perbandingan antara arus lebur minimum (minimum fusing current) dengan arus batas (rating current) sekering disebut : a. Arus lebur minimum (minimum fusing current) b. Arus batas (rating current) sekering 55

63 c. Faktor lebur (fusing factor) d. Arus lebih (over load) 5. Minimum fusing current dari sebuah HRC 400 A tegangan 660 volt adalah: a. 800 ampere b. 400 ampere c. 333,3 ampere d. 480 ampere 6. Relay proteksi untuk arus yang besr biasanya menggunakan transformator yang dikenal sebagai : a. Current trasformator (CT) b. Potensial trtansformator (PT) c. Power transformator d. Auto transformator 7. Gambar di bawah ini menunjukkan simbol MCB dengan karatkeristik pemutusan : a. Inverse dan time definte time characteristic b. Inverse time dan instanteneuos time characteristic c. Definite time dan isntanteneuos time characteristik d. Invers, definite dan instanteneuos time characteristic adalah : 8. Klasifikasi circuit Breaker yang menggunakan coil sebagai tripping elemen (elemen pemutus) a. Thermal b. Magetic c. Thermal Magnetic d. Electronic 56

64 9. Tripping elemen (elemen pemutus) dari overload relay proteksi primer adalah : a. Bimetal b. Elemen lebur c. Coil bimetal d. Coil 10. Yang bukan merupakan sumber arus hubung singkat adalah : a. Transformator b. Generator c. Motor sinkron atau kondensor sinkron d. Motor induksi 11. Besarnya arus hubung singkat pada suatu instalasi/jaringan tergantung pada: a. Besarnya tegangan kerja b. Besarnya impedansi sampai pada titik gangguan c. Besarnya daya supply d. Jawaban a, b dan c benar 12. Transformator 500 kva tegangan 415 volt dengan impedensi 4,25%. Besarnya impedensi jika dinyatakan dalam ohm adalah : a. 0,146 m b. 0,0146 m c. 146 m d. 14,6 m 13. Besarnya impedansi transformator dalam Zp.u untuk transformator pada soal no. 12 adalah : a. 0,0146 p.u b. 0,045 p.u 57

65 c. 425 p.u d. 14,6 p.u 14. Transformator 500 kva tegangan 415 volt impedansi 4,25%. Jika transformator tersebut dinyatakan dalam (kva) base 1000, maka besarnya impedansi adalah : a. 0,004 % b. 8,5% c. 2,125% d. 4,25% 15. Waktu yang diperlukan oleh arus yang besar untuk dapat meleburkan elemen sekering disebut : a. Pre arcing time b. Arcing time c. Time current protection d. Total operating time 58

66 b. Soal Essay Suatu rangkaian distribusi tenaga melalui sebuah transformator distribusi 6,6 kv/380v, 400 kva dengan impedansi 4%. Jika terjadi gangguan pada titik F hitunglah! : a. Hitunglah impedansi total sampai pada titik gangguan F dengan menggunakan tabel terlampir, lengkap dengan rangkaian equivalent. b. Hitunglah besarnya arus hubung singakt dan arus hubung singkat maksimum dengan faktor transient. c. Hitung impedansi total dalam % 6,6kV/380V d. Hitung impedansi total dalam p.u 400 kva 3x240 mm2 3 x 185 mm2 L = 30 m 3x 35 mm2 L = 10 m F M 8 5 k W M Gambar 45 59

67 Rated power (kva) Gambar Ohmic resistances and reactances of transformers versus power at 380 V/50 Hz 46 60

68 Gambar 47 61

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Prinsip Dasar Proteksi a). Proteksi Sistem Tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Prinsip Dasar Proteksi a). Proteksi Sistem Tenaga BAB I PENDAHULUAN Keandalan dan keberlangsungan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa 1 Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa Filia Majesty Posundu, Lily S. Patras, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., dan Maickel Tuegeh, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

Kata Pengantar. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA PENULIS Kata Pengantar Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

1 Gas Turbine Engine 1

1 Gas Turbine Engine 1 1 Gas Turbine Engine 1 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo JOB SHEET MESIN LISTRIK 2 Percobaan Paralel Trafo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JOB SHEET PRAKTIKUM MESIN LISTRIK 2 Materi Judul Percobaan Waktu : Transformator : Percobaan

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

1 Gas Turbine Engine 2

1 Gas Turbine Engine 2 1 Gas Turbine Engine 2 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

KAPASITAS PEMUTUS DAYA ( CIRCUIT BREAKER ) Electric Power Systems L4 - Olof Samuelsson

KAPASITAS PEMUTUS DAYA ( CIRCUIT BREAKER ) Electric Power Systems L4 - Olof Samuelsson KAPASITAS PEMUTUS DAYA ( CIRCUIT BREAKER ) 1 Untuk memutus arus hubung singkat dan mengisolir gangguan sehingga arus h.s. tersebut tidak merusak peralatan sistem tenaga listrik, digunakan alat pemutus

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008 Protection on Electrical Power System Hasbullah Bandung, Juni 2008 Latar Belakang Saluran tenaga listrik merupakan bagian sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan Gangguan yang terjadi dapat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teorema Thevenin (1) Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan

Lebih terperinci

BAB III. CIRCUIT BREAKER DAN FUSE (SEKERING)

BAB III. CIRCUIT BREAKER DAN FUSE (SEKERING) BAB III. CIRCUIT BREAKER DAN FUSE (SEKERING) 3.1. Circuit Breaker Circuit breaker seperti halnya sekering adalah merupakan alat proteksi, walaupun circuit breaker dilengkapi dengan fasilitas untuk switching.

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan ANALISIS SISTEM TENAGA Analisis Gangguan Dr. Muhammad Nurdin Ir. Nanang Hariyanto, MSc Departemen Teknik Elektro ITB Pendahuluan Sistem tenaga listrik pasti mengalami gangguan dengan arus yang besar Alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 DAFTAR ISI 18.1. SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 Halaman 18.1.1. Umum 3 18.1.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem 4 18.1.3. Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding) 5 18.1.4.

Lebih terperinci

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRI K

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRI K MODUL PEMBELAJARAN Kode Modul: KP (1) PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRI K BIDANG KEAHLIAN : KETENAGALISTRIKAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK PEMBANGKITAN PROYEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERORIENTASI KETERAMPI DIREKTORAT

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

1 Aircraft Structure 1 SEMESTER 3

1 Aircraft Structure 1 SEMESTER 3 1 Aircraft Structure 1 SEMESTER 3 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dari beberapa macam peralatan pengaman jaringan tenaga listrik salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan seperti ataupun hubung singkat

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan 1 Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 13 BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 2.1. Pendahuluan Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan,

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan : BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

Dasar Rangkaian Listrik

Dasar Rangkaian Listrik Dasar Rangkaian Listrik Faktor Pertimbangan Distribusi Sistem Tenaga Listrik Keamanan Energi listrik yang digunakan oleh para pemakai dengan tingkat resiko / bahaya yang minimal Penyediaan Tenaga Listrik

Lebih terperinci

Pertemuan ke :2 Bab. II

Pertemuan ke :2 Bab. II Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 23 BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 3.1. Sistem Proteksi SUTT Relai jarak digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK MODUL PEMBELAJARAN Kode Modul: KP (1) 3 PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BIDANG KEAHLIAN : KETENAGALISTRIKAN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK PEMBANGKITAN PROYEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERORIENTASI KETERAMPI DIREKTORAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41 Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci