EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI
|
|
- Agus Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii
2 RINGKASAN OKTIARACHMI BUDININGRUM. Evaluasi Kemitraan Petani Padi dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM) Pembangunan pertanian memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan nasional. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sebuah potensi yang besar untuk dikembangkan. Beberapa program pembangunan pertanian telah dilaksanakan oleh pemerintah, salah satunya adalah program ketahanan pangan. Dengan adanya program tersebut, hampir seluruh komoditi pangan mengalami kenaikan produksi salah satunya adalah padi. Namun, kenaikan produksi ini tidak sejalan dengan kesejahteraan para petani sebagai produsen komoditi pertanian. Petani di Indonesia bahkan masih tergolong dalam kategori miskin. Hal ini disebabkan petani di Indonesia mengalami banyak permasalahan baik di bidang usahatani hingga ke pemasaran. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapi petani pedesaan yaitu dengan kemitraan. Kemitraan ini bermaksud agar petani pedesaan dapat berintegrasi dengan sektor yang lebih modern sehingga permasalahan-permasalahan baik di bidang usahatani maupun pemasaran dapat diatasi. Salah satu bentuk kemitraan di Kabupaten Bogor adalah kemitraan antara petani padi sehat Desa Ciburuy dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa (LPS-DDR). Kemitraan yang terjalin berupa kemitraan dalam pengadaan beras SAE (Sehat, Aman dan Enak) yang merupakan beras semi organik. Pihak petani sebagai produsen yang menyediakan kebutuhan beras SAE LPS-DDR dengan kualitas dan kuantitas yang ditentukan, sedangkan pihak LPS-DDR sebagai pihak yang memasarkan serta mendampingi dalam proses pengadaan beras mulai dari input hingga pemasaran. Semua kegiatan kemitraan dikelola dengan baik oleh pihak LPS-DDR dan petani melalui sebuah wadah yakni Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dan Gapoktan Silih Asih, yang merupakan wadah bagi petani untuk mendapatkan pelayanan dari kegiatan kemitraan. Namun dalam pelaksanaan kemitraan tersebut ditemui berbagai macam permasalahan diantaranya pihak petani belum mampu menyediakan beras SAE sesuai standar kualitas dan kuantitas yang ditentukan, pihak LPS-DDR juga sering melakukan keterlambatan pembayaran beras SAE kepada pihak koperasi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan antara petani padi sehat desa Ciburuy dengan LPS-DDR. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara petani padi sehat Desa Ciburuy dengan LPS-DDR; (2) Mengukur tingkat kepuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan; (3) Merumuskan upaya perbaikan kinerja kemitraan antara petani padi Desa Ciburuy dengan LPS-DDR. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor pada bulan Februari sampai dengan Maret Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode sensus yakni sebanyak 50 orang. Metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi adalah dengan analisis deskriptif. Analisis tingkat
3 kepuasan petani terhadap pelayanan kemitraan menggunakan metode Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index (CSI). Pelaksanaan kegiatan kemitraan ini mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari penyediaan input hingga pemasaran. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan hak dan kewajiban, kemitraan belum sepenuhnya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Masih ada beberapa ketidaksesuaian pelaksanaan baik dari pihak petani, gapoktan, koperasi, maupun pihak LPS-DDR. Dari pihak petani, ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan kewajibannya meliputi: (1) masih kurangnya partisipasi petani terhadap kegiatan kemitraan, terutama pada kegiatan pelatihan, penyuluhan dan pembinaan; (2) petani masih ada yang menjual seluruh hasil panenya ke tengkulak. Dari pihak gapoktan/koperasi ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan kewajiban meliputi: (1) distribusi beras SAE, belum mampu memenuhi permintaan yang sudah disepakati; (2) kualitas beras SAE yang dihasilkan, terkadang masih belum memenuhi kriteria sesuai yang disepakati. Ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan pihak LPS-DDR yaitu: (1) LPS-DDR sering terlambat dalam melakukan pembayaran beras SAE; (2) lahan yang disewakan untuk petani luasannya tidak sama, tidak sesuai dengan kesepakatan awal, kondisi tanah yang didapatkan petani berbeda-beda sehingga akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan petani; (3) respon LPS-DDR terhadap keluhan petani kurang; (4) pendamping yang tidak setiap hari berada di lokasi. Kendala dalam kemitraan yaitu ketidaksesuaian pelaksanaan hak dan kewajiban, pelaksanaan yang cenderung top down dan ketiadaan penjaminan risiko produksi. Namun secara keseluruhan kemitraan telah berlangsung dengan cukup baik yaitu sebesar 61,5 persen hak dan kewajiban sudah sesuai dengan kesepakatan. Berdasarkan hasil perhitungan CSI diperoleh hasil CSI untuk keseluruhan atribut pelayanan kemitraan adalah sebesar 77,55 persen. Nilai tersebut mengidentifikasikan bahwa secara umum petani mitra terdapat dalam kategori puas. Atribut yang harus diperbaiki adalah atribut pada kuadran 1 yaitu penyediaan lahan sewa dan respon terhadap segala keluhan. Upaya yang dapat dilakukan oleh LPS-DDR dan koperasi serta gapoktan untuk memperbaiki kinerja kemitraan, yaitu : (1) mencari lahan pengganti untuk disewakan; (2) memberikan bantuan biaya garap yang lebih tinggi kepada petani yang mendapatkan lahan dengan kondisi lahan yang kurang bagus agar bantuan tersebut dapat dialokasikan untuk biaya tambahan menggarap sawahnya, apabila mencari lahan pengganti tidak memungkinkan untuk dilakukan; (3) memperbaiki kualitas pendamping dengan memilih pendamping dengan kompetensi yang tepat sebagai kriteria pendamping; (4) bekerjasama dengan ketua-ketua kelompok tani untuk menampung segala keluhan dari para petani yang nantinya akan langsung disampaikan pada pihak LPS-DDR, mengingat keterbatasan peran pendamping dan LPS-DDR.
4 EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Evaluasi Kemitraan Petani Padi dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2011 Oktiarachmi Budiningrum H
6 RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama lengkap Oktiarachmi Budiningrum, dilahirkan di Kulon Progo, Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Joko Maryanto dan Ibunda Rr. Sri Kusmirah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN PU04 Semarang pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di SMPN 2 Semarang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Semarang diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis merupakan anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Komisi Sosial Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat periode tahun
7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Kemitraan Petani Padi dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan mengkaji evaluasi pelaksanaan kemitraan serta menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan kemitraan sehingga diperoleh upaya untuk memperbaiki kinerja pelayanan kemitraan. Sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2011 Oktiarachmi Budiningrum
8 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr.Ir. Rr. Henny Kuswanti Suwarsinah, MEc dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribuss selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Orangtua dan keluarga untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. 5. Keluarga besar Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Pendamping P3S LPS-DDR dan Direktur Pemberdayaan LPS-DDR yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi dan data untuk penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan (Tanoto Foundation scholar IPB, Dewan Garuda DPM FEM IPB, PKM-K Patinosh, Tim Gladikarya Cigombong, satu bimbingan akademik dan skripsi) dan teman-teman Agribisnis angkatan 44, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Juni 2011 Oktiarachmi Budiningrum
9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiv xv xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kemitraan di Indonesia Kendala-Kendala Kemitraan di Indonesia Evaluasi Kemitraan Kepuasan Pelayanan Kemitraan III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Pola Kemitraan Kepuasan Konsep Kualitas Layanan Jasa Dimensi Kualitas Pelayanan Penilaian Tingkat Kepuasan Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Penilaian Tingkat Kepuasan Importance Performance Analysis (IPA) Customer Index Satisfaction (CSI) Definisi Oprasional xi
10 V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Kependudukan Gambaran Umum Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika (LPS-DDR) Sejarah LPS-DDR Struktur Organisasi Gambaran Umum Kelembagaan Koperasi dan Kelompok Tani Desa Ciburuy Kelembagaan Koperasi Kelembagaan Kelompok Tani Karakteristik Responden Umur Lama Berusahatani Responden Luas Garapan Petani Responden Pekerjaan di Luar Usahatani Padi Petani Responden Alasan Mengikuti Kemitraan VI. KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Pelaksanaan Kemitraan Pelaksanaan Kemitraan LPS-DDR dengan Gapoktan Silih Asih Pelaksanaan Kemitraan LPS-DDR dengan KKT Lisung Kiwari Pelaksanaan Kemitraan LPS-DDR dengan Petani Padi Desa Ciburuy Pelaksanaan Kemitraan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dengan Petani Padi Desa Ciburuy Pelaksanaan Kemitraan Gapoktan Silih Asih dengan Petani Padi Desa Ciburuy Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Tanggapan terhadap Pelaksanaan Kemitraan antara LPS-DDR dengan KKT Lisung Kiwari Tanggapan terhadap Pelaksanaan Kemitraan antara LPS-DDR dengan Gapoktan Silih Asih Tanggapan terhadap Pelaksanaan Kemitraan antara LPS-DDR dengan Petani Padi Desa Ciburuy Tanggapan terhadap Pelaksanaan Kemitraan antara Gapoktan Silih Asih dengan Petani Padi Desa Ciburuy Tanggapan terhadap Pelaksanaan Kemitraan antara KKT Lisung Kiwari dengan Petani Padi Desa Ciburuy Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Kendala-Kendala dalam Kemitraan xii
11 VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI Analisis Tingkat Kepuasan Petani Tingkat Kepuasan Petani terhadap Pelayanan LPS-DDR dalam Kemitraan Importance Performance Analysis Customer Satisfaction Index VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii
12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut lapangan Usaha Tahun Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Tahun Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) Atribut Pelayanan Kemitraan Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kinerja Petani Mitra Distribusi Penduduk Desa Ciburuy Berdasarkan Mata Pencaharian Distribusi Kelompok Umur Petani Responden Lama Berusahatani Petani Responden Luas Lahan Garapan Responden Pekerjaan di Luar Usahatani Padi Frekuensi kedatangan Pendamping Distribusi Lahan Sewa Petani Mitra Distribusi Pemahaman Petani tentang Aturan Kemitraan Importance Performance Analysis Customer Satisfaction Index xiv
13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Diagram Konsep Kepuasan Konsumen Alur Kerangka Pemikiran Operasional Diagram Kartesius untuk Pengambilan Kebijakan Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA xv
14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Standar kualitas Beras Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Atribut dan Indikator Kinerja Pelayanan kemitraan Matriks Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Pelaku Kemitraan Penjualan Beras SAE ( Sehat, Aman dan Enak ) ke LPS-DDR Tahun Produksi Beras SAE Gapoktan Silih Asih Tahun Struktur Organisasi LPS-DDR xvi
15 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa dan penurunan kemiskinan. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1 pada tahun 2009 sektor pertanian (mencakup pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) berada di peringkat ketiga atas kontribusinya terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 2009** No Lapangan Usaha I II III IV Jumlah 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan Jasa-jasa **Angka Sangat Sementara Sumber: BPS (2009) Dalam RJPM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Nasional , pemerintah melakukan tiga program pembangunan di sektor pertanian: (1) pengembangan agribisnis yang bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing; (2) peningkatan ketahanan pangan adalah dengan meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan tanaman pangan dan distribusinya, serta menjamin 1
16 ketersediaan pangan dan gizi yang baik bagi masyarakat; (3) peningkatan kesejahteraan petani. Berhasil tidaknya pembangunan pertanian akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan hidup petani dan masyarakat pedesaan yang berarti pula meningkatkan taraf hidup sebagian golongan masyarakat Indonesia. Salah satu program pembangunan di sektor pertanian yang cukup berhasil adalah program ketahanan pangan, dengan adanya program tersebut hampir seluruh komoditi pertanian khususnya tanaman pangan mengalami kenaikan. Tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah padi. Berdasarkan Tabel 2, produksi padi meningkat dari 54,45 juta ton pada tahun 2006 menjadi 66,41 juta ton pada tahun 2010 dengan peningkatan sekitar 4,39 persen pertahun. Namun ironisnya masih banyak petani yang taraf hidupnya di bawah garis kemiskinan. Hal ini sangat berlawanan dengan produksi hasil pertanian kita yang akhir-akhir ini mengalami peningkatan produktivitas. Berdasarkan data dari Laporan Perekonomian Indonesia oleh Bank Indonesia jumlah anggota rumah tangga petani yang masih hidup dalam kemiskinan pada tahun 2007 dari 37,17 juta jumlah penduduk miskin, 63,30 persen hidup di perdesaan dan sebagian besar mengandalkan sumber kehidupannya dari sektor pertanian 1. Hingga Maret 2010, sekitar 64,23 persen penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pedesaan, yang rata-rata dari mereka bekerja di sektor pertanian 2. Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Tahun No Komoditi * 1. Padi - Luas Panen ( juta ha) - Produksi ( juta ton ) - Produktivitas ( ton/ha ) 11,77 54,45 4,62 12,15 54,16 4,71 12,33 60,33 4,69 12,67 62,56 4,94 13,24 66,41 5,01 *Angka Sementara Sumber : Deptan (2011) Dalam program pembangunan pertanian tidak hanya dengan peningkatan produktivitas untuk mencapai ketahanan pangan saja, melainkan perlu upaya 1 Data Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2007 [2 Desember 2010] 2 [12 April 2011] 2
17 untuk meningkatkan kesejahteraan petani pedesaan khususnya. Berbagai permasalahan penyebab masih rendahnya kesejahteraan masyarakat pedesaan khususnya petani menjadi permasalahan utama dalam pembangunan pertanian. Berbagai permasalahan yang dihadapi petani pedesaan, yaitu: (1) kepemilikan dan pengusahaan lahan pertanian yang relatif sempit dan tempatnya terpencar; (2) kurangnya modal untuk membeli sarana produksi. Permodalan menjadi permasalahan bagi petani Indonesia.; (3) kedudukan petani dalam pemasaran sangat lemah; (4) sumberdaya manusia petani Indonesia masih tergolong rendah. Keempat permasalahan tersebut menyebabkan tingkat ekonomi pedesaan selalu berada di titik yang terendah (Hakim 1988, dalam Pranaka et al. 1996). Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan permasalahan tersebut diperlukan sebuah integrasi petani ke dalam sektor yang dianggap lebih modern. Pengintegrasian ini bertujuan untuk mengubah mindset petani dari petani yang konvensional menjadi petani modern dengan mengembangkan pertanian berbasiskan agribisnis. Dalam rangka pembangunan pertanian berbasiskan agribisnis, pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang kemudian dijabarkan pada PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan. Aturan tersebut antara lain ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu SDM dan produk serta masalah pemasaran (Departemen Pertanian 2003 dalam Purnaningsih et al. 2006). Konsep tentang kajian kemitraan bukan sesuatu yang baru dalam pengembangan agribisnis. Di Kabupaten Bogor misalnya, beberapa perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis menerapkan konsep kemitraan dengan petani, mengingat Kabupaten Bogor merupakan kawasan yang potensial untuk mengembangkan sektor pertanian. Hingga kini jumlah kemitraan dengan petani khususnya di Kabupaten Bogor meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan agribisnis di Kabupaten Bogor (Purnaningsih 2007). Dengan adanya kemitraan ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dan memberikan manfaat, baik bagi petani maupun perusahaan. Idealnya suatu kemitraan bertujuan untuk menumbuhkan, meningkatkan kemampuan peranan petani sehingga diharapkan kesejahteraan petani meningkat 3
18 dengan adanya konsep kemitraan ini. Namun kenyataanya sering dijumpai kemitraan tersebut belum dapat memenuhi harapan. Sering terjadi kegagalan dan berbagai hambatan dan permasalahan dalam kegiatan kemitraan. Kendala yang sering terjadi diantaranya masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kurangnya komitmen dalam pelaksanaan mekanisme kemitraan usaha, baik oleh petani maupun oleh perusahaan mitra (Hafsah 2000). Kendala juga ditemukan pada sejumlah kemitraan yang berlangsung diantaranya kemitraan antara nelayan di Pulau Saparua dengan PT. Sarana Maluku Ventura contohnya, kemitraan yang berlangsung menemui berbagai kendala salah satunya adalah kegiatan kemitraan yang cenderung top down sehingga keterlibatan nelayan dalam kemitraan kurang (Lopulalan 2003). Kendala kemitraan juga ditemukan pada kemitraan antara peternak ayam di Cibinong dengan CV. Tunas Mekar Farm, dalam hal ini kendala berasal dari pihak peternak melakukan berbagai kecurangan yang berpengaruh pada mutu ternak (Fibridinia 2010). Kendala lain dalam kemitraan juga ditemukan pada kemitraan petani cabai di Boyolali dengan PT. ABC, dalam kemitraan mengalami kendala seperti belum terpenuhinya kewajiban petani dalam hal kualitas cabai, penetapan harga kontrak dan kualitas benih yang disediakan oleh perusahaan mitra, selain itu kegagalan dari pihak petani juga berpengaruh terhadap kemitraan ini (Saptana et al. 2009). Dengan adanya kendala-kendala dalam kemitraan, maka perlu dikaji tentang pelaksanaan kemitraan, yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara petani dengan perusahaan mitra serta untuk mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan kemitraan yang diterima petani, sehingga nantinya diperoleh cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada petani agar petani puas. Namun dalam hal ini perlu diketahui bahwa untuk bermitra, pihak petani harus memiliki kelembagaan kelompok yang dibentuk secara resmi atau kelompok berbadan hukum, dengan kata lain dan yang lebih tepat, petani harus bergabung dalam wadah gapoktan/koperasi (Karwan 1997 dalam Supadi 2004). Petani akan menjadi subjek atau pelaku kemitraan yang diwadahi dalam lembaga-lembaga pertanian pedesaan yaitu gapoktan/koperasi, 4
19 dimana pelaku ini mendapatkan pelayanan yang berkaitan dengan kontribusinya dalam kemitraan agribisnis. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu bentuk kemitraan yang sudah sejak lama berlangsung di Kabupaten Bogor adalah kemitraan antara petani padi sehat Desa Ciburuy dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika (LPS-DDR) yang berlangsung sejak tahun LPS-DDR adalah suatu lembaga yang berfokus pada pertanian keberlanjutan dan ramah lingkungan yang bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mensejahterakan petani. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang mengembangkan bisnis usaha beras organik dari hulu sampai hilir. Petani padi sehat Desa Ciburuy merupakan sekumpulan petani padi yang mengusahakan padi sehat di Desa Ciburuy dan bergabung membentuk suatu gabungan kelompok tani yang bernama Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih adalah gabungan kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Gabungan kelompok tani ini berdiri sejak tahun 2002, yang terdiri dari 11 kelompok tani dengan 6 kelompok tani bergerak di bidang tanaman pangan yaitu kelompok tani Silih Asih I, Silih Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti dan Lisung Kiwari. Komoditi unggulan gabungan kelompok tani ini adalah beras. Hampir 51,56 persen lahan subur di daerah Ciburuy berupa sawah, dengan 90 persen ditanami padi (Gapoktan Silih Asih 2011). Menurut data Tabel 3 yang menunjukkan deskripsi sederhana enam kelompok tani yang menghasilkan padi sehat di Desa Ciburuy, total lahan yang ditanami padi adalah seluas 79 ha, dengan rata- rata hasil padi dari enam kelompok tani pengelola tanaman pangan mencapai 4 sampai 7 ton per hektar. Padi yang dihasilkan berupa padi sehat atau yang sering disebut dengan istilah semi organik. 5
20 Tabel 3. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Nama Jumlah Anggota ( orang ) Luas Lahan ( ha ) Rata rata produksi ( ton/tahun GKP ) Silih Asih I 18 11,7 204,3 Silih Asih II 38 15,9 262,3 Lisung Kiwari 39 14,0 168,0 Manunggal Jaya 34 13,5 230,8 Saung Kuring 32 7,1 106,5 Tunas Inti 27 16,8 282,2 Total ,0 1254,1 Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009 Sebelum menjalin kemitraan dengan LPS-DDR, petani yang berada di Desa Ciburuy melakukan usahatani padi secara tradisional atau sederhana. Petani sering kali dihadapkan pada permasalahan permasalahan di bidang pertanian seperti penerapan teknologi, permodalan, pasca panen, manajemen pemasaran dan administrasi. Selain itu, sebelum bekerjasama dengan lembaga ini, petani anggota Gapoktan Silih Asih menanam padi konvensional atau masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia sintetis. Pada tahun 2002 seiring dengan terbentuknya Gapoktan Silih Asih, petani yang tergabung di dalamnya bekerjasama dengan LPS-DDR mulai megusahakan padi sehat, yaitu usahatani padi yang mengarah ke pertanian organik. Dalam hubungan kemitraanya dengan petani padi sehat Desa Ciburuy, LPS-DDR berperan sebagai penyedia bahan pertama serta distributor. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah dan bahan penolong. LPS-DDR memberikan bahan mentah berupa bibit yang merupakan hasil penelitian dari lembaga penelitian, memberikan bahan baku berupa alat-alat pertanian seperti cangkul, arit dan lain-lain. LPS-DDR juga memberikan bahan penolong berupa pupuk organik, pestisida ramah lingkungan dan penyuluhanpenyuluhan serta pembinaan bagi petani mitra agar produksi beras yang dihasilkan dapat maksimal, selain itu juga LPS-DDR menetapkan standar mutu beras SAE (Sehat Aman dan Enak) yang merupakan beras semi organik dimana standarisasi mutunya berdasarkan pedoman Standar Nasional Indonesia (SNI). 6
21 Sebagai distributor, LPS-DDR berperan dalam pendistribusian beras SAE, sehingga beras SAE dapat disalurkan ke pelanggan. Petani padi sehat melalui Gapoktan Silih Asih pada awalnya, merupakan wadah bagi petani untuk mendapatkan pembinaan pelatihan, pemasaran hasil, pemenuhan kebutuhan sarana produksi serta mewadahi petani untuk melakukan kemitraan salah satunya dengan LPS-DDR. Namun setelah terbentuknya Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari, dimana KKT ini sebagai bentuk transformasi gapoktan yang merupakan lembaga sosial menjadi lembaga sosial ekonomi dalam bentuk koperasi, beberapa fungsi gapoktan seperti pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil dikelola oleh KKT Lisung Kiwari. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kemitraan dengan petani padi sehat Desa Ciburuy, LPS-DDR berhubungan dengan kedua lembaga pertanian pedesaan tersebut. gapoktan akan mengelola kegiatan pelatihan dan pembinaan, sedangkan koperasi akan mengelola pemasaran hasil, serta kebutuhan input petani seperti modal, lahan dan sarana produksi. Dengan adanya kegiatan kemitraan dengan LPS-DDR, petani padi sehat Desa Ciburuy tidak hanya dapat memproduksi beras dengan label beras SAE tetapi dengan adanya kemitraan ini ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh petani mitra diantaranya adalah adanya jaminan input, pemasaran output dan menambah pengetahuan. Dalam hal jaminan input, dengan adanya kemitraan ini petani mitra diberikan kemudahan dalam mendapatkan input produksi seperti sarana produksi (benih, pupuk, pestisida nabati), modal dan sewa lahan karena pihak LPS-DDR memfasilitasi petani dalam hal pengadaan input-input produksi tersebut. Dengan mengikuti kemitraan petani mitra tidak perlu khawatir produksinya akan terbuang karena pihak LPS-DDR memberikan jaminan pasar bagi petani mitra untuk menjual hasil panennya dengan ketentuan memenuhi standar mutu yang ditetapkan dalam kesepakatan. Selain itu, dengan adanya kegiatan kemitraan ini petani mitra secara otomatis akan mendapatkan penyuluhan dan pembinaan dalam budidaya hingga pasca panen beras SAE, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani mitra. Seluruh kegiatan kemitraan yang dilakukan LPS-DDR melalui Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari. 7
22 Namun pada kenyataannya, kegiatan kemitraan yang terjalin belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada kesepakatan tertulis berupa MOU, LPS-DDR memesan beras SAE per bulan sebanyak 8 10 ton untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Adapun pihak petani padi sehat melalui KKT Lisung Kiwari harus menyediakan beras SAE sejumlah yang disepakati di MOU. Dalam hal ini LPS- DDR menjamin pasar untuk beras SAE dengan melakukan penyaluran beras SAE ke agen-agen yang menjadi mitra LPS-DDR yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur, sedangkan petani padi sehat Desa Ciburuy melalui KKT Lisung Kiwari menjamin ketersediaan beras SAE. Pada praktiknya KKT Lisung Kiwari hanya dapat memenuhi target pesanan sebanyak 4 6 ton. Seharusnya, target pesanan sebesar 8 10 ton per bulan dapat dicapai mengingat rata-rata hasil padi sehat di Gapoktan Silih Asih ini mencapai 4 sampai dengan 7 ton per hektar per tahun, dengan luas lahan 79 hektar (Lampiran 5). Tidak tercapainya target pesanan ini dikarenakan faktor alam yang berupa cuaca, bencana alam dan faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi beras SAE. Menurut ketua Gapoktan Silih Asih Bapak H. Ahmad Zakaria, pihak LPS-DDR juga sering terlambat dalam melakukan pembayaran, menurut beliau pihak KKT Lisung Kiwari harus menunggu beras yang didistribusikan oleh pihak LPS-DDR terjual kepada konsumen, karena cepat atau lambatnya pembayaran tergantung dari penerimaan pembayaran di tingkat konsumen. Pada awalnya kesepakatan yang tercantum di MoU adalah pihak LPS-DDR melakukan pembayaran maksimal dalam waktu satu minggu setelah proses pengambilan beras, tetapi yang terjadi adalah pihak LPS-DDR baru melakukan pembayaran di luar batas kesepakatan pembayaran. Selain dua hal tersebut masalah kualitas juga menjadi permasalahan dalam kegiatan kemitraan yang telah berlangsung. Pihak petani padi sehat Desa Ciburuy terkadang kurang menjamin kualitas beras yang dijual, sehingga beras yang sudah di packing terkadang banyak kutu. Spesifikasi dan standar mutu beras SAE dapat dilihat pada Lampiran 1. Kurang terjaminnya mutu beras SAE terkait dengan lokasi pengemasan yang kurang terjamin kebersihannya. Hal tersebut menyebabkan pihak LPS-DDR sering mendapat keluhan dari konsumen terkait dengan kondisi ini dan beras terpaksa harus diretur (dikembalikan) kepada pihak 8
23 KKT Lisung Kiwari. Kondisi ini menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak baik dari biaya, waktu dan melemahkan komitmen serta kepercayaan antara pihak LPS-DDR, petani padi sehat Desa Ciburuy maupun konsumen. Adanya permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan timbulnya kendala menjalankan kegiatan kemitraan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kajian tentang evaluasi kemitraan. Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja dalam kemitraan. Kinerja kemitraan tidak hanya melibatkan pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing pelaku kemitraann saja, melainkan juga mutu pelayanan yang diberikan perusahaan kepada petani mitra. Dengan memahami kepuasan petani terhadap pelayanan kemitraan, diharapkan kinerja dalam kemitraan khususnya perusahaan sebagai pihak yang memberikan pelayanan kemitraan dapat meningkat. Dalam hal ini, perusahaan akan memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan petani, sehingga menumbuhkan kepercayaan petani mitra kepada perusahaan yang pada akhirnya akan menciptakan loyalitas petani terhadap kegiatan kemitraan. Kemitraan dinilai berhasil jika dalam pelaksanaannya masing-masing pihak sudah menjalankan peranannya masing masing dan adanya kepuasan petani mitra terhadap mutu pelayanan yang diberikan perusahaan. Berdasarkan pengetahuan sejauh mana gambaran pelaksanaan kemitraan dan kepuasan petani terhadap pelayanan kemitraan, maka perusahaan dapat mengambil tindakan korektif agar kegiatan kemitraan dapat terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan antara petani padi Desa Ciburuy melalui lembaga-lembaga pertanian pedesaan dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Replubika? 2. Sejauh mana tingkat kepuasan petani terhadap kegiatan kemitraan tersebut? 3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan petani terhadap kegiatan kemitaan yang berlangsung? 9
24 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan pelaksanaan kegiatan kemitraan antara petani padi sehat Desa Ciburuy dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Replubika. 2. Menganalisis tingkat kepuasan petani dengan adanya kegiatan kemitraan. 3. Merumuskan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kemitraan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak yang berkepntingan, yaitu : 1. Gapoktan Silih Asih dan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, sebagai bahan evaluasi untuk mengukur pelaksanaan kemitraan yang terjalin selama ini baik dengan pihak LPS-DDR maupun petani anggota sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, baik kepada pihak LPS-DDR maupun kepada petani anggota. 2. Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Replubika, sebagai bahan evaluasi untuk mengukur pelaksanaan kemitraan yang terjalin selama ini baik dengan lembaga pertanian pedesaan maupun langsung kepada petani mitra sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari kegiatan kemitraan. 3. Penulis, berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah, yang terkait dengan kemitraan. 4. Masyarakat pembaca, sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai kajian pelaksanaan kemitraan. 10
25 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan sistem contract farming. Penerapan sistem pertanian kontrak secara formal untuk pertama kali adalah pada masa pelaksanaan sistem cultuur stelsel atau sistem tanam paksa pada abad ke-19, dimana pada masa itu para petani dipaksa untuk mengalokasikan sebagian lahannya untuk menanam tanaman komersial (cash crops) yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, antara lain teh, kopi dan tebudan kemudian menjual hasil panen mereka kepada pihak pemerintah kolonial pada harga yang telah ditentukan (Widjaja 2010). Walaupun cultuur stelsel telah lama berakhir, tetapi praktik pertanian kontrak ala cultuur stelsel ini masih berlanjut hingga saat ini. Perbedaannya, hanyalah berupa perubahan status petani yang tidak lagi sebagai pekerja yang digaji tetapi petani yang diberikan lahan untuk diolah berdasarkan kontrak yang mengikat (Rustiani et al. 1997). Sistem seperti ini terjadi dalam kemitraan pola PIR-Trans (Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi), yang terjadi pada bentuk hubungan kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit (Widyastuti 2006). Dalam perkembangannya kemitraan tidak hanya dilakukan pada sektor perkebunan saja. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat pertanian yang berbasiskan kemitraan banyak ditawarkan oleh investor baik pemerintah maupun swasta (Sumardjo et al. 2004). Pada sektor yang lain seperti pertanian tanaman pangan, perikanan, hingga sektor peternakan praktik kemitraan juga dilakukan. Proses kemitraan yang dilakukan biasanya antara petani kecil dengan perusahaan pertanian. Indrayani (2008) dalam penelitianya yang berjudul Analisis Pola Kemitraan dalam Pengadaan Beras Pandan Wangi Bersertifikat menyebutkan bahwa salah satu contoh kegiatan kemitraan agribisnis di bidang pertanian khususnya tanaman pangan adalah antara Gapoktan Citra Sawargi dengan CV. Quasindo. Kemitraan yang terjalin merupakan kemitraan dalam pengadaan beras pandan wangi bersertifikat. Kemitraan ini terjalin sejak April 2007, dengan 11
26 melibatkan tiga pelaku utama yaitu gapoktan, CV. Quasindo serta Lembaga Sertifikasi Beras. Di sektor peternakan konsep kemitraan pun sudah sering diterapkan. Menurut Febridinia (2010), kemitraan yang dilakukan CV. Tunas Mekar Farm dengan peternak ayam broiler di Cibinong sudah berjalan selama 6 tahun dengan kerjasama yang lebih menekankan pada penjualan dan bimbingan teknis. Pola kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan inti plasma, dimana dalam kegiatan kemitraan ini pihak perusahaan berperan dalam memberikan bantuan berupa pengadaan bibit (DOC), pakan, vaksin, vitamin, obat-obatan dan pelayanan pembinaan. Peternak mitra berkewajiban untuk menjual hasil panennya kepada pihak perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku pada kontrak perjanjian. Bentuk kerjasama usaha atau kemitraan antara agribisnis besar dan agribisnis kecil di sektor perikanan yaitu antara PT. XYZ dengan nelayan di Muara Angke. Tampubolon (2004) menyebutkan bahwa kemitraan yang terjalin karena masing-masing pihak, baik perusahaan maupun nelayan menginginkan adanya efisiensi dan keuntungan, serta dukungan pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi. Pada kemitraan ini, nelayan berperan sebagai penangkap ikan dan PT. XYZ berperan sebagai pembimbing dan pemasaran hasil. Perusahaan akan memberikan bimbingan teknik dan manajerial serta bantuan finansial bagi nelayan mitra. Kemitraan yang terjadi antara Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika dengan Petani Padi Sehat Desa Ciburuy merupakan kemitraan yang terjadi pada komoditi tanaman pangan yaitu dalam pengadaan beras SAE (Sehat, Aman dan Enak). Baik petani maupun LPS-DDR mendapatkan manfaat dari kemitraan ini, petani mendapatkan bantuan modal, sewa lahan, sarana produksi, serta berbagai kegiatan pembinaan dan penyuluhan serta jaminan pasar bagi produknya, sedangkan bagi pihak LPS-DDR mendapatkan beras SAE untuk memenuhi permintaan konsumennya. 12
27 2.2 Kendala dalam Kemitraan Agribisnis di Indonesia Meskipun kemitraan usaha agribisnis dipercaya sebagai salah satu alternatif untuk memberdayakan pelaku agribisnis kecil, tetapi pada kenyataannya sulit untuk direalisasikan dengan baik. Banyak kendala- kendala yang terjadi pada pelaksanaan kemitraan agribisnis. Permasalahan ataupun kendala yang muncul dalam kegiatan kemitraan dapat bersumber dari adanya ketidakadilan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Berbeda yang terjadi di Muara Angke, berdasarkan hasil penelitian Lopulalan (2003), kemitraan di bidang perikanan juga terdapat di Pulau Saparua. Kemitraan yang terbentuk merupakan kerjasama antara nelayan kecil di Pulau Saparua dengan PT. Sarana Maluku Ventura. Dalam hal ini perusahaan membangun pola kemitraan dengan sistem bagi hasil, dimana perusahaan memberikan bantuan modal usaha dalam bentuk mesin Yanmar TF 115 dan kakso long boat. Pola kemitraan yang terbentuk adalah kemitraan modal ventura. Namun ternyata kemitraan yang terjadi belum memuaskan karena pelaksanaan kemitraan yang cenderung top down. Keterlibatan nelayan dalam kemitraan masih didominasi oleh ketua kelompok, aspek pembinaan masih kurang bahkan koordinasi yang dikembangkan perusahaan bersifat integrasi vertikal, sehingga setiap keputusan harus melalui proses yang bertahap-tahap serta kurang sesuai dengan kondisi di lapang. Selain itu, pemasaran hasil tangkapan belum sesuai dengan kontrak perjanjian, nelayan mitra masih memasarkan ikan ikan mereka kepada tengkulak ataupun langsung ke konsumen akhir. Permasalahan yang sama juga ditemukan Febridinia (2010), walaupun kemitraan yang dilaksanakan memberikan dampak positif bagi peternak tetapi masih banyak ditemukan permasalahan di lapang. Sesuai dengan kontrak perjanjian CV. Tunas Mekar Farm memberikan bantuan pinjaman modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan, sedangkan peternak mitra diharapkan menjual hasil panen mereka kepada CV. Tunas Mekar Farm. Namun pada praktiknya peternak melakukan beberapa kecurangan seperti pakan yang seharusnya diberikan untuk ternak, ternyata oleh petani mitra pakan tersebut dijual dan ternaknya diberi pakan dengan pakan yang lebih murah harganya, sehingga mutu pakan yang diberikan peternak lebih rendah. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu ternak itu sendiri. 13
28 Selain dalam hal ketidakadilan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban, kendala dalam kemitraan juga terjadi karena tidak adanya pembagian risiko. Hal ini dikemukakan pula oleh Echánove dan Steffen (2005) yang menemukan bahwa perusahaan tidak terikat apapun dalam perjanjian pembagian risiko budidaya akibat cuaca buruk ataupun serangan hama pengganggu. Oleh karena itu, petani harus membayar sendiri biaya asuransi tanamannya. Permasalahan serupa juga ditemukan Febridinia (2010), dimana peternak tidak bisa membayar pinjamannya kepada pihak perusahaan dikarenakan gagal panen akibat penyakit maupun kelalaian peternak sendiri. Peternak dianggap berhutang sehingga peternak yang terlibat dalam permasalahan ini tidak mendapatkan pinjaman lagi pada periode selanjutnya. Dalam pelaksanaan kemitraan antara LPS-DDR dan petani padi sehat Desa Ciburuy juga menghadapi berbegai macam kendala seperti dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban yang sepenuhnya belum sesuai dengan kesepakan yang sudah ditentukan di awal kegiatan kemitraan berlangsung. 2.3 Evaluasi Kemitraan Indikator evaluasi pelaksanaan kemitraan sebenarnya dapat dilihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban pihak pihak yang bermitra. Hal ini dikarenakan perjanjian yang di dalamnya mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak secara rinci dapat menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan bagi pihak pihak yang bermitra (Indrayani 2008). Penggunaan hak dan kewajiban sebagai dasar evaluasi pelaksanaan kemitraan juga dilakukan oleh Widyastuti (2006) dengan penelitiannya yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan PIR pada PT. Indosawit Subur di Pabrik Minyak Kelapa Sawit Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau dan Rahman (2008) dengan penelitian berjudul Evaluasi Kemitraan PTI dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Indrayani (2008) yang menilai pelaksanaan kemitraan antara CV. Quasindo dan Gapoktan Citra Sawargi telah berjalan dengan baik dimana masing-masing pihak dapat memenuhi hak dan kewajiban yang tertulis dalam perjanjian formal kemitraan yang mengikat secara hukum, Widyastuti (2006) menilai pelaksanaan antara PT.IIS dan petani plasma berlangsung dengan baik, begitu juga dengan penilaian pelaksanaan kemitraan 14
29 yang dilakukan oleh Rahman (2008). Rahman (2008) menilai kemitraan yang terjalin antara petani sayuran dengan PTI berlangsung baik, hak dan kewajiban yang ada di dalam perjanjian hampir semuanya terealisasi dengan baik. Dalam mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara LPS- DDR dengan petani padi sehat desa Ciburuy dilakukan dengan melihat tanggapan masing-masing pelaku terhadap pelaksanaan kemitraan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kemitraan, selain itu dilakukan evaluasi melalui pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing pelaku kemitraan. 2.4 Kepuasan Pelayanan Kemitraan Kusumah (2008), Rahman (2008), Rochmatika (2006) menggunakan Important Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menganalisis kepuasan petani mitra. Dengan metode tersebut Kusumah (2008) menilai beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak, diantaranya yang sudah sesuai dengan keinginan peternak adalah penetapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, kualitas obat dan vaksin, serta bimbingan teknis yang diberikan perusahaan. Sedangkan atribut yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya adalah kualitas DOC. Kualitas DOC yang diinginkan oleh peternak adalah DOC yang memiliki kualitas baik serta lebih tahan terhadap penyakit dan stress. Kemudian keluhan dari peternak tidak mendapat tindak lanjut dari perusahaan. Peternak juga merasa kurang puas dengan mengeluhkan kurangnya kompensasi jika terjadi kematian ayam dalam jumlah besar. Nilai Indeks Kepuasan peternak diperoleh nilai 60 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peternak mitra cukup puas dengan pelayanan Tunas Mekar Farm. Rahman (2008), dalam penelitianya berdasarkan analisis Importance Performance Analysis, atribut yang masuk pada prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya adalah atribut sistem pengairan. Atribut yang perlu dipertahankan perusahaan dalam memberikan pelayanan yaitu atribut harga sarana produksi yang dijual, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian biaya garap, lahan yang digarap dan atribut respon terhadap segala keluhan. Atribut yang memiliki tingkat kepuasan rendah mencakup atribut keragaman penyediaan 15
30 sarana produksi, pembagian penguasaan lahan dan sistem bagi hasil. Atribut yang dirasakan berlebihan terdapat atribut kualitas benih yang diberikan dan pola pemasaran jual sendiri. Secara keseluruhan, berdasarkan analisis indeks kepuasan konsumen, pelaksanaan kemitraan PTI telah memuaskan petani dengan nilai indeks kepuasan sebesar 72,4 persen. Rochmatika (2006), meneliti tentang tingkat kepuasan petani tebu terhadap pelaksanaan kemitraan pabrik gula XYZ. Petani mitra dibagi tiga berdasarkan lahan skala usaha. Petani mitra skala kecil menilai atribut yang paling mempengaruhi kepuasan adalah bantuan biaya angkut, sedangkan atribut yang memiliki tingkat kepuasan paling rendah adalah bantuan biaya garap. Petani mitra skala menengah menilai atribut bantuan biaya angkut merupakan yang paling mempengaruhi kepuasan, sedangkan atribut penentuan kualitas memiliki tingkat kesesuaian paling rendah. Petani mitra skala besar menilai atribut yang memberikan tingkat kepuasan paling tinggi adalah kualitas dan kuantitas bibit yang diberikan. Atribut yang memiliki tingkat kepuasan paling rendah adalah waktu pembayaran hasil panen. Indeks Kepuasan Pelanggan petani mitra skala kecil, skala menengah dan skala besar masing masing adalah sebesar 63,21 persen; 61,46 persen dan 60,25 persen. Nilai indeks menunjukkan bahwa petani mitra cukup puas terhadap kemitraan yang dijalankan. Prastiwi (2010), Widyastuti (2006) dan Rahmita (2003) hanya menggunakan Important Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis kepuasan petani mitra. Prastiwi (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Kuningan dan Ubi Jalar Jepang, Studi Kasus Kemitraan PT. Galih Estetika dan Petani Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan menemukan bahwa atribut yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah atribut terhadap segala keluhan dan harga ubi jalar yang diberikan (responden ubi jalar Kuningan) dan harga ubi jalar yang diberikan (responden ubu jalar Jepang). Widyastuti (2006) mengidentifikasi bahwa atribut yang termasuk dalam prioritas utama yang harus ditingkatkan kinerjanya pada penelitianya adalah harga beli TBS, harga sarana produksi, serta ketanggapan inti dalam menyelesaikan keluhan petani. Rahmita (2003) dengan penelitiannya yang berjudul Kajian Kemitraan Petani dengan PT. Riau Andalan Pulp and Paper 16
31 menemukan bahwa atribut yang berada pada prioritas utama adalah kemudahan mendapat sarana produksi peternakan baik di wilayah sekitar hutan maupun di sekitar pabrik, serta kemudahan pemasaran di sekitar wilayah hutan. Sama halnya dengan penelitian terdahulu, kemitraan dalam pengadaan beras SAE antara petani padi Desa Ciburuy dengan LPS-DDR dalam menganalisis tingkat kepuasan juga menggunakan metode IPA dan CSI, dimana dengan menggunakan metode tersebut dapat mengetahui tingkat kepuasan petani mitra terhadap pelayanan dalam kemitraan serta mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan masing-masing atribut, sehingga nantinya diperoleh atribut yang menjadi prioritas untuk memperbaiki kinerja kemitraan. Adapun atribut yang akan dinilai tingkat kepuasannya yaitu kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi, harga sarana produksi, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian biaya garap, penyediaan sewa lahan, frekuensi pembinaan, pelayanan dan materi pembinaan, kemampuan pendamping untuk cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan petani, pendamping mudah ditemukan dan dihubungi untuk berkonsultasi, pengetahuan dan kecakapan pendamping dalam memberikan pelayanan terhadap petani, respon terhadap segala keluhan, harga beli gabah, ketepatan pembayaran hasil penjualan gabah ke petani. Atribut-atribut tersebut disusun berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak kemitraan serta teori servqual. 17
32 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Kemitraan antara perusahaan pertanian dan petani kecil dinilai sebagai salah satu pendekatan yang paling prospektif dalam mengangkat ekonomi petani. Kemitraan diharapkan agar petani mendapatkan nilai tambah dari kegiatan usahataninya. Menurut Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Menurut Saptana et al. (2009), kata disusun dalam pasal ini berarti perlu peran aktif pemerintah mewujudkan amanat tersebut. Salah satunya adalah dengan mewujudkan asas kekeluargaan dan kebersamaan dalam membangun perekonomian nasional, yang salah satunya dapat diwujudkan dengan hubungan kemitraan usaha. Berdasarkan Undang Undang (UU) No.9 Tahun 1995 kemitraan usaha adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan merupakan sebuah kerjasama antara usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam bidang pertanian berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang dimaksud dengan kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang usaha 18
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,
Lebih terperinciEVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI
EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciVI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA
VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH
V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH 5.1 Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di Kampung Ciburuy rt 02 rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Kependudukan Desa Ciburuy secara administratif merupakan salah satu desa yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan
Lebih terperinciVII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN
VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi Berbagai teknologi tanaman padi telah diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Penerapan teknologi pada padi yang sudah dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI
49 BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI 7.1. Kebutuhan yang Dirasakan dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat Beralihnya komunitas petani padi sehat Desa Ciburuy
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciVII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan
VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciVI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.
VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT
VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, dari jumlah penduduk tersebut sebagian bekerja dan menggantungkan sumber perekonomiannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ
KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ Oleh : Raden Luthfi Rochmatika A14102089 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciPREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A
PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini bertujuan bagi pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka, selain itu pembangunan pertanian juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)
ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN
ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciKOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc
KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI
ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI
KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA
1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H34052032 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinci