BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas
|
|
- Irwan Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta terletak di Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas terdiri dari kelas A, B, C dan D. Penelitian ini sampel kelas dipilih secara acak yaitu kelas 3 D yang berjumlah 36 siswa. Kelas 3 D dibersamai oleh 2 guru kelas. Siswa yang memenuhi sebagai subyek penelitian berjumlah 32 siswa. Kegiatan belajar mengajar di SDIT berlangsung dari pukul WIB setiap senin jum at sedangkan di hari sabtu diisi kegiatan ekstrakulikuler. Jam pelajaran olahraga dalam seminggu berjumlah 2 jam. 2. Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin F Persentase (%) 1. Laki laki Perempuan Jumlah
2 Frekuensi Subyek dalam penelitian ini memiliki persentase jumlah siswa laki-laki yang lebih banyak daripada siswa perempuan dengan jumlah keseluruhan 32 siswa. Jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 anak atau bernilai 53% dan jumlah siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 anak atau bernilai 47%. Data berat badan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di berikut ini Lebih Kurang Cukup Berat badan Gambar 2 Diagram Data Berat Badan Subyek penelitian yang memiliki berat badan kategori lebih ditunjukan dengan persentase paling tinggi yaitu 43,75% atau sebanyak 14 anak, dan yang memiliki berat badan kategori cukup memiliki persentase paling kecil yaitu 15,625% atau sebanyak 5 anak. Kita dapat mengatakan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim mayoritas memiliki berat badan kategori lebih. Data tinggi badan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini
3 Frekuensi Lebih Kurang Cukup Tinggi badan Gambar 3 Diagram Tinggi Badan Berdasarkan tinggi badan, siswa dengan tinggi badan kategori lebih memiliki persentase terbesar yaitu 93,75% atau sebanyak 30 anak, sedangkan tinggi badan kategori cukup memiliki persentase terendah yaitu 6,25% atau sebanyak 2 anak, dan tidak ada siswa yang memiliki tinggi badan kategori cukup. Kita dapat mengatakan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim mayoritas memiliki tinggi badan kategori lebih. Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Indeks Kebugaran No Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Jumlah
4 Tabel indeks kebugaran menunjukan bahwa siswa dengan indeks kebugaran kategori sedang memiliki persentase tertinggi yaitu 53% atau sebanyak 17 anak, sedangkan persentase paling rendah didapat pada kategori kurang sekali yaitu 3% atau sebanyak 1 anak. Tidak ada siswa yang memiliki indeks kebugaran dengan kategori baik sekali. Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim memiliki indeks kebugaran bervariasi meliputi baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Konsentrasi No. Kategori F Persentase (%) 1. Kurang 15 46,9 2. Sesuai 1 3,1 3. Lebih Jumlah Tabel tingkat konsentrasi menunjukan bahwa persentase siswa dengan kategori lebih memiliki persentase lebih tinggi yaitu 50% atau sebanyak 16 anak sedangkan persentase paling rendah didapat pada kategori sesuai yaitu 3,1% atau sebanyak 1 anak. Siswa kategori tingkat konsentrasi lebih berjumlah lebih banyak daripada kategori kurang, dan hanya terdapat satu siswa yang memiliki kategori sesuai. B. Analisis Data dengan Uji Normalitas dan Korelasi Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar siswa SD di
5 kelas III SDIT Luqman Al Hakim Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Uji normalitas dan homogenitas sebagai uji prasyarat dilakukan sebelum uji korelasi. Hasil analisis data dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu sebaran adalah jika p > 0,05 (5 %) sebaran dinyatakan normal, dan jika p < 0,05 (5 %) sebaran dikatakan tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Berdasarkan output dari uji normalitas, diperoleh signifikasi untuk indeks kebugaran adalah 0,509. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa indeks kebugaran terdistribusi normal. Signifikasi untuk tingkat konsentrasi belajar adalah 0,013. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa tingkat konsentrasi belajar terdistribusi tidak normal. Hasil pengujian yang menunjukkan adanya salah satu data yang tidak terdistribusi normal sehingga tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas.
6 2. Uji Korelasi Uji prasyarat yang menunjukkan data tidak terdistribusi normal membuat pemilihan uji selanjutnya adalah menggunakan uji korelasi non parametrik Spearman. Uji korelasi non parametrik Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar yang hasilnya seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Spearman Hasil perhitungan menggunakan analisis statistik non parametrik Spearman s rho menggunakan SPSS 16.0 adalah diketahui bahwa data penelitian adalah 32 kemudian nilai sig. (2-tailed) atau r adalah 0,004 artinya P 0,05 Hasil tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar. Output koefisien korelasi (correlation coeficient) sebesar -0,494, maka menandakan pula ada hubungan moderat antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak SD usia 7-9 tahun di SDIT Luqman Al Hakim. Intepretasi tabel koefisien korelasi menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh D.A. de Vaus dalam (Seta Basri Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dan Manual. Diakses dari
7 spearman-dengan-spss-dan.html. pada tanggal 24 Desember 2017, pukul 16.30) di bawah ini Tabel 14. Intepretasi Koefisien korelasi C. Pembahasan Subyek penelitian berdasarkan tabel dan gambar terdiri dari 32 siswa terdiri dari 53 % siswa laki-laki dan 47% perempuan. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter pada awal pengambilan data penelitian, sejumlah anak sehat dan dapat mengikuti tes kebugaran jasmani. Berat badan subyek penelitian menunjukkan bahwa berat badan paling banyak adalah kategori lebih. Sebanyak 14 siswa berada dalam kategori tersebut. Tinggi badan subyek penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan paling banyak adalah kategori lebih. Sebanyak 30 siswa berada dalam kategori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim memiliki perawakan yang tinggi dengan berat badan yang juga besar. Perawakan tersebut berhubungan dengan sifat keturunan dan asupan nutrisi yang diperoleh anak.
8 Frekuensi Data antropometri berat badan dan tinggi badan lebih paling tinggi dimungkinkan asupan gizi harian sejak balita sampai saat ini berlebihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Atmarita dan Robert Tilden (2002: 565) gizi lebih dilihat dari berat badan atau umur cenderung meningkat di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia, walaupun lebih banyak di daerah perkotaan. Bayi, anak-anak, dan remaja dalam masa pertumbuhan, menu seimbang akan menghasilkan pertumbuhan fisik (Tien Tirtawinata. 2006: 255). Data indeks kebugaran dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini Baik sekali Baik Sedang Kurang Kurang sekali Indeks Kebugaran Gambar 4 Diagram Indeks Kebugaran Distribusi frekuensi indeks kebugaran menunjukkan bahwa indeks kebugaran paling tinggi adalah tingkat sedang. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa pengeluaran energi yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan (Sajoto, 1988 cit Herianto dan Chusla RD, 2012: 20). Menurut Sumintarsih (2007: 26) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang
9 melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Data kuesioner aktivitas olahraga siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim menunjukkan bahwa dari 32 siswa terdapat 31 siswa yang melakukan aktivitas olahraga baik di luar intrakulikuler pelajaran olahraga maupun ekstrakulikuler olahraga. Satu siswa tidak melakukan aktivitas olahraga karena tidak suka berolahraga. Aktivitas olahraga yang paling banyak dilakukan siswa adalah bersepeda dengan jumlah 10 siswa atau sebanyak 32%. Aktivitas olahraga yang paling sedikit dilakukan siswa adalah renang dengan jumlah 6 siswa atau sebanyak 19%. Siswa melakukan aktivitas olahraga baik di luar intrakulikuler pelajaran olahraga maupun ekstrakulikuler olahraga sebanyak satu kali dalam seminggu dengan kecenderungan durasi waktu selama 30 menit. Data kuesioner siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim juga menunjukkan bahwa dari 32 siswa terdapat 29 siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga sedangkan 3 siswa tidak mengikuti ekstrakulikuler olahraga tersebut. Ekstrakulikuler yang paling banyak diikuti siswa adalah renang dengan jumlah 21 siswa atau sebanyak 72%, diikuti ekstrakulikuler futsal sebanyak 6 siswa atau sebanyak 21% dan terakhir ekstrakulikuler karate sebanyak 2 siswa atau sebanyak 7%. Berdasarkan data kuesioner di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim melakukan aktivitas olahraga yang cukup yaitu sebanyak tiga kali dengan rincian olahraga intrakulikuler sekali
10 pertemuan, ekstrakulikuler sekali pertemuan, dan sekali aktivitas olahraga diluar olahraga intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Hal ini membuat indeks kebugaran siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim lebih banyak berada dalam kategori sedang. Kondisi sedang banyak terjadi pada anak tersebut karena olahraga ratarata pada anak tersebut 3 kali per minggu dengan durasi olahraga rata-rata selama 30 menit. Pendapat ahli menyatakan bahwa untuk hidup sehat dan bugar olahraga dilakukan 3x per minggu (Sumaryanto, 1996: 32). Setiap sesi latihan terdiri dari (1) latihan pemanasan selama 5 sampai dengan 10 menit, (2) latihan inti selama 15 sampai 60 menit dan (3) pendinginan selama 5-10 menit. Pemanasan dirancang untuk meningkatkan tingkat metabolisme. Latihan inti dapat dilakukan secara kontinyu maupun diskontinyu yang meliputi aktivitas aerobik dan melibatkan otot-otot besar serta menaikkan frekuensi denyut jantung. Latihan pendinginan meliputi latihan yang membantu adaptasi tubuh dalam menurunkan kapasitas latihan sampai latihan dihentikan. Latihan ini baik untuk memulihkan sirkulasi tubuh secara perlahan-lahan. Aliran darah yang semula terutama didistribusikan pada otot secara perlahan dialihkan pula agar merata keseluruh bagian tubuh. Pendapat selanjutnya yang dikemukakan oleh Sumaryanto yang dikutip oleh Tutiek R. (2004: 47) menyatakan bahwa dalam berolahraga harus memperhatikan beberapa hal seperti :
11 a) Intensitas latihan : setiap latihan hendaknya mencapai training zone berupa 80% dari denyut nadi maksimal (DNM), sedangkan untuk mengetahui denyut nadi maksimal menggunakan rumus 220 umur ( dalam tahun). b) Lamanya latihan : lama atau durasi latihan yaitu selama menit harus dipertahankan masuk training zone. c) Frekuensi latihan : setiap minggu idealnya latihan sebanyak 3 kali, namun lebih baik lagi jika latihan 4-5 kali perminggunya. Olahraga terdiri atas olahraga kesehatan dan olahraga prestasi. Olahraga kesehatan adalah olahraga bagi orang sehat agar dapat memelihara kesehatannya dan meningkatkan kebugaran jasmaninya (Tien Tirtawinata. 2006: 10). Jenis olahraga yang dilakukan oleh siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim adalah jenis olahraga kesehatan. Hal ini membuat kondisi fisik siswa menjadi sehat dan indeks kebugaran jasmani siswa tersebut dalam kondisi cukup. Tingkat kebugaran jasmani yang baik menyebabkan anak tidak akan cepat mengalami kelelahan, sehingga mendukung anak dalam melakukan aktivitas tambahan seperti belajar. Kondisi kebugaran tubuh yang baik akan sangat mendukung aktivitas belajar, siswa akan tetap konsentrasi. Kesegaran jasmani yang kurang menyebabkan anak akan cepat mengalami kelelahan dengan efek kondisi psikis anak menjadi malas dan mengantuk. Kebugaran jasmani yang baik siswa akan mampu membantu memaksimalkan pola pikir dalam memahami berbagai pengetahuan yang dipelajari, sehingga secara
12 tidak langsung akan menunjang konsentrasi belajar (Elyas S. 2013: 47). Hal tersebut sesuai dengan kondisi siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim yang tidak mudah mengalami kelelahan berupa gangguan psikis mengantuk atau malas. Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim terlihat semangat ketika mengikuti pelajaran terutama saat proses pengambilan data. Menurut Harsuki yang dikutip oleh Emi Rachmawati (2005: 17) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan di antaranya daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi) dan kekuatan otot. Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk mengambil dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan seseorang. Menurut Wahjoedi (2000: 59) daya tahan jantung adalah kapasitas sistem jantung-paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan kardiorespirasi yaitu kemampuan paru mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Permintaan oksigen di otot yang aktif meningkat membuat lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta menghasilkan sisa metabolisme selama latihan. Sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme
13 (Ahmad Syarif. Fisiologi Kesehatan Respirasi. Diakses dari pada 14 Februari 2017 pukul 13.59). Latihan fisik juga akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Ahmad Syarif. Fisiologi Kesehatan Respirasi. Diakses dari pada 14 Februari 2017 pukul 13.59). Kekuatan otot penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot dipengaruhi oleh: usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu otot (Depkes, 1996: 35). Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan po2 jaringan lokal dan peningkatan pco2. Latihan daya tahan mengakibatkan peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Latihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Kegiatan intensitas tinggi mengakibatkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi dan akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat yaitu
14 Frekuensi hipertrofi setelah mengikuti latihan kekuatan. (Dewi S. Pengaruh Olahraga terhadap Sistem Kardiovaskuler. Diakses dari pada 14 Februari 14.06). Data tingkat konsentrasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini Kurang Sesuai Lebih Tingkat Konsentrasi Gambar 5. Diagram Tingkat Konsentrasi Konsentrasi siswa yang diukur dengan tes Bourdon Wiersma menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar paling banyak adalah tingkat lebih. Konsentrasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain faktor jasmaniah dan faktor rohaniah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh, artinya kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius, kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, cukup tidur dan istirahat, cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup sehat. Kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi halhal berikut untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif (a) kondisi
15 kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten, (c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat, (e) tidak emosional. Faktor eksternal adalah segala hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di sekitar lingkungan. Hal-hal tersebut juga menjadi pendukung terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal yang mendukung konsentrasi efektif yaitu (a) lingkungan, (b) udara, (c) penerangan, (d) orangorang sekitar lingkungan, (e) suhu, (f) fasilitas. Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan ketenangan (Thursan Hakim. 2003: 6-9). Siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim paling banyak memiliki tingkat konsentrasi kategori lebih. Tingkat konsentrasi kategori lebih memiliki banyak manfaat diantaranya siswa tersebut menjadi lebih fokus dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan soal. Hal ini akan menunjang pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diikuti. Dampak jangka panjang yang terjadi pada siswa adalah dapat menaikan capaian hasil belajar berupa nilai yang baik. Hasil pengujian menggunakan uji korelasi non parametrik Spearman menunjukkan p = - 0,494 (p 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara indeks kebugaran dengan tingkat konsentrasi belajar. Indeks kebugaran siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim lebih banyak berada dalam kategori sedang. Konsentrasi siswa kelas 3 SDIT Luqman Al Hakim yang
16 diukur dengan tes Bourdon Wiersma menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar paling banyak adalah tingkat lebih. Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani. Faktor internal pada penelitian ini berupa kebugaran jasmani yang menentukan kesehatan jasmani seseorang. Tingkat konsentrasi siswa berada pada kategori tinggi walaupun indeks kebugaran berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mendukung tingginya konsentrasi belajar yang tidak diteliti pada kajian ini. Faktor tersebut meliputi faktor eksternal dan faktor internal rohani. Indeks kebugaran yang cukup tersebut membuat kerja sistem kardiovaskular untuk memompa darah kaya oksigen yang diperlukan sel sel tubuh menjadi lancar. Darah melalui pembuluh darah disalurkan menuju tubuh bagian bawah dan atas yang di tempat tersebut terdapat sel sel otak. Oksigen yang telah berada di sel tubuh digunakan untuk proses respirasi seluler aerob di dalam organel mitokondria. Proses respirasi aerobik meliputi tahap glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpot elektron. Hasil akhir dari respirasi selular aerobik maksimal 38 molekul ATP, energi yang dibutuhkan oleh sel untuk melakukan fungsi yang diperlukan yang memungkinkan kita untuk hidup. Proses kehidupan yang dimaksud dalam hal ini menghasilkan energi untuk memproses impuls syaraf sehingga tercipta konsentrasi yang baik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. jasmani atau physical fitness. Semua orang memerlukan tingkat kebugaran
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Indeks Kebugaran a. Pengertian Indeks Kebugaran Kebugaran jasmani sering disebut juga dengan istilah kesegaran jasmani atau physical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan waktu yang tepat untuk diletakkannya landasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak berusia 7-9 tahun berada di kelas 1, 2, dan 3 SD. Masa tersebut merupakan waktu yang tepat untuk diletakkannya landasan yang kokoh untuk tahap-tahap periode
Lebih terperinciPENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH
PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.
1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).
Lebih terperinciADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.
ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016
Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Dosen FPOK IKIP Mataram Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang serba modern dan praktis, masyarakat sekarang yang cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini yang hampir semua aktifitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tepatnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016
Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan
Lebih terperinciPERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel independen Latihan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. dalam kondisi aktivitas fisik yang kurang. Frekuensi aktivitas fisik yang kurang
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Meningkatnya taraf hidup masyarakat berdampak pada penurunan aktivitas fisik. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata proporsi kecenderungan aktivitas fisik yang
Lebih terperinciPROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA Ahmad Syauqy 1 1 Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi email : asqyjbi30@gmail.com
Lebih terperinciMata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban
Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciSuharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY
Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model
Lebih terperinciHUBUNGAN KECUKUPAN GIZI MAKAN PAGI DENGAN INDEKS KEBUGARAN ANAK SD
321 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 5 Tahun 2017 HUBUNGAN KECUKUPAN GIZI MAKAN PAGI DENGAN INDEKS KEBUGARAN ANAK SD RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL ADEQUACY BREAKFAST AND WITH THE FITNESS INDEX IN ELEMENTARY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu kesehatan saat ini, usaha-usaha di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi juga usaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Rusli Lutan (2002: 7), mengatakan bahwa kesegaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki
Lebih terperinciPELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG
LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG Oleh: Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN
AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai kegiatan seharihari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu insting untuk memulihkan diri dari aktivitas pada siang hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan kewaspadaan terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA
HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA Ilman Alifa Syahda, Imas Damayanti, Iman Imanudin Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga
Lebih terperincisebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebugaran jasmani berhubungan erat dengan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi aktivitas semakin besar tingkat kebugarannya begitupun sebaliknya
Lebih terperinciLATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciFitria Dwi Andriyani, M.Or.
Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses bernapas merupakan salah satu fungsi dasar bagi manusia untuk mempertahanan kelangsungan hidupnya. Tujuan dari bernapas adalah menyediakan oksigen untuk keperluan
Lebih terperinciProblem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY
Problem kebugaran dan kesehatan PENDAHULUAN Kebugaran jasmani berarti kesanggupan seseorang untuk menjalankan tugas sehari hari tanpa merasa lelah yang berlebihan sehat menunjuk pada kondisi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS
Perbedaan Pengaruh Frekuensi... (Elfiannisa Azmy Andini) 3 PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS WANITA DI CAKRA SPORT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Fleksibilitas
Lebih terperinciMETODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto
METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan subyek pegawai swasta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd
BAHAN PENATARAN DI BPMD OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd ANATOMI DAN FISIOLOGI OLAHRAGA A. PENDAHULUAN Mempelajari tubuh manusia melibatkan beberapa ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu menyumbangkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan unsur yang terdiri dari jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan karena masuk dalam satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menunjang tercapainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani erat kaitanya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari menuntut kita harus selalu sehat dan bugar. Selain membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
Lebih terperinciHUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015
HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah harta yang sangat berharga bagi setiap individu manusia. Kebugaran jasmani adalah suatu kondisi tubuh seseorang dimana dia memiliki
Lebih terperinciTEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA
TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang tumbuh dan berkembang seiring dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Beroksigen Sebagian besar massa tubuh manusia adalah air. Air berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh. Fungsi utama air dalam proses metabolisme adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,
Lebih terperinciBAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA Berdasarkan judul penelitian Hubungan Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik maka dapat dideskripsikan data
Lebih terperinciPERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol
PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol dan trigliceride tekanan darah, dan aklimatisasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan aktifitas fisik, padahal pekerjaan dikantor sebagian besar kerjaan cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola kehidupan masyarakat zaman modern sekarang setiap hari banyak disibukkan oleh pekerjaan, berangkat kerja pagi hari dan pulang sore hari, bahkan sampai malam hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIV Fisioterapi
Lebih terperinciAFC B LICENCE COACHING COURSE
AFC B LICENCE COACHING COURSE SISTEM ENERGI Oleh: Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd Guru Besar Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta PENGERTIAN ENERGI Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah
Lebih terperinciBAB 1 A. LATAR BELAKANG
BAB 1 A. LATAR BELAKANG Kehidupan masyarakat modern setiap hari banyak disibukkan oleh pekerjaan, berangkat kerja pagi hari dan pulang sore hari, bahkan sampai malam hari. Di samping itu,biasanya mereka
Lebih terperincidirencanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh
Lebih terperinciOlahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes
Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes Bagi penderita diabetes, olahraga ringan tidak hanya bermanfaat untuk menurunkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok
40 BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok menentukan jumlah keseluruhan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran Accutrend
Lebih terperinciSehat &Bugar. Sehat. Sakit
Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara
Lebih terperinciPERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009
PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009 Odih Fahruzi, Nuriatin, Andri Andrian Rusman Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adli Hakama, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga dari sudut pandang ilmu faal olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan
Lebih terperinci