A. Sejarah Terbentuknya ASEAN. Sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Sejarah Terbentuknya ASEAN. Sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi,"

Transkripsi

1 51 A. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi, seluruh kawasan Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu-Austronesia, yang berasal dari sekitar Teluk Tonkin dan lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dan bahasa Melayu-Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara. 91 Baru sejak abad pertama Masehi, sebagian besar Asia Tenggara mendapat pengaruh dari luar. Berbagai kerajaan besar dan kecil telah lahir, bangun, berkembang dan kemudian jatuh kembali di kawasan ini. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh dan peradaban dari luar seperti Hindu dan Budha yang dari India. 92 Hubungan internasional di Asia Tenggara sebelum kehadiran Negara- Negara kolonial Eropa ditandai dengan pergulatan perebutan kekuasaan antar- Negara yang ada di kawasan daratan maupun maritim Asia Tenggara. Di daratan Asia Tenggara, setidaknya ada empat Negara terkemuka yang menjadi aktor politik internasional pada saat itu, yakni: kerajaan Vietnam, Siam (Thailand), Khmer (Kamboja), dan Burma (Myanmar). Keempat Negara inilah yang membentuk dinamika hubungan antar-negara hingga kedatangan Negara-Negara kolonial Eropa Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, op.cit, hal Ibid, hal Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 9

2 52 Adapun alasan bangsa-bangsa Barat menjajah Asia Tenggara adalah sebagai berikut 94 : a. letaknya yang sangat strategis untuk pelayaran dan perniagaan. b. kawasan Asia Tenggara memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. c. wilayah ini mempunyai penduduk yang cukup banyak. Kekuasaan kolonial Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia Tenggara terjadi sejak abad ke-17 dimana pemerintah kolonial Belanda menguasai daerah-daerah di Indonesia, diikuti oleh imperialis Inggris yang menguasai Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Kalimantan Utara sepanjang abad ke-19, dan imperialis Prancis yang menguasai Filipina hingga akhir abad ke-19. Bahkan seluruh Indonesia dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun Pada waktu meletusnya Perang Dunia II, Jepang menyerang dan menduduki Pearl Harbor dan satu per satu Negara Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara jatuh ke tangan kekaisaran Jepang. 95 Hubungan internasional di Asia Tenggara setelah Perang Dunia II ditandai dengan terjadinya Perang Vietnam dan invasi Vietnam ke Kamboja serta upaya pembentukan organisasi regional yang merupakan pola berpikir modern pasca kemerdekaan dalam wujud perkembangan dan sekaligus penolakan terhadap tradisi primitif yang hanya menekankan peperangan sebagai cara membangun hubungan internasional di kawasan tersebut. Organisasi regional yang pertama kalinya dibentuk adalah SEATO (Southeast Asia Treaty 94 Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, op.cit, hal Ibid, hal

3 53 Organization) yang dinilai merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia. Barulah pada tahun 1961, untuk pertama kalinya dibentuk suatu organisasi regional yang merupakan prakarsa Negara- Negara Asia Tenggara sepenuhnya yang bernama Association of Southeast Asia (ASA) yang beranggotakan Malaysia, Philipina, dan Thailand. Namun organisasi ini tidak bertahan lama, hal ini disebabkan oleh pecahnya konflik Philipina dan Malaysia atas status daerah Sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina. Konflik ini mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Philipina, Indonesia). Namun seiring politik konfrontasi (penentangan terhadap pembentukan Negara Malaysia) yang dilancarkan oleh Soekarno pada waktu itu, fondasi Maphilindo juga hancur. Hal ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa Soekarno adalah presiden yang komunis. Sehingga berdampak pada makin memprihatinkannya perekonomian Indonesia pada waktu itu. 96 Kondisi tersebut, kontras dengan apa yang terjadi di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina yang tetap membina hubungan baik dengan Negara barat. Hal ini terlihat pada kebijakan Amerika di Vietnam Selatan yang didukung oleh Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand namun ditentang oleh Indonesia dibawah kepemimpinan Soekarno. Hal ini menyebabkan Indonesia ditempatkan pada posisi yang terisolasi. Hingga pasca kudeta PKI, Soeharto yang mengambil alih pemerintahan Soekarno menghentikan politik konfrontasi yang menyebabkan kembalinya kepercayaan Negara tetangga terhadap Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto. Hal ini serta merta membuka kembali peluang 96 Bambang Cipto, op.cit, hal

4 54 kerjasama regional yang ditandai dengan berakhirnya konfrontasi Indonesia- Malaysia pada tahun ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 atas dasar kesepakatan lima menteri luar negeri Negara-Negara Asia Tenggara yakni Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thanat Khoman (Thailand), Rajaratnam (Singapura), dan Narcisco Ramos (Filipina). Kesepakatan ini dihasilkan melalui pertemuan yang diadakan di Bangkok pada tanggal 5-8 Agustus Adapun kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan ini dijadikan suatu pernyataan yang bernama Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok tersebut menjadi dasar terbentuknya sebuah organisasi kerja sama Negara-Negara Asia Tenggara yang dinamakan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 98 Deklarasi Bangkok merupakan instrumen penting bagi ASEAN, karena dalam Preamble Deklarasi menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial serta memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar. 99 B. Latar dan Tujuan Dibentuknya ASEAN Berdasarkan sejarah politik internasional di kawasan Asia Tenggara diatas, dapat dilihat bahwa seluruh rakyat dan bangsa di Asia Tenggara telah 97 Ibid, hal Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, op.cit, hal Huala Adolf, op.cit, hal. 124

5 55 mengalami penderitaan yang sama sebagai jajahan bangsa Barat dan Jepang. 100 Kekhawatiran bangsa-bangsa Asia Tenggara terhadap ancaman internal dan eksternal di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1960-an juga menjadi latar belakang dibentuknya ASEAN sebagai suatu organisasi regional yang utuh dan mampu mengakomodir kebutuhan tiap Negara anggota dalam berbagai aspek. 101 Kekhawatiran akan terulangnya kejadian seperti inilah kemudian menimbulkan perasaan setia kawan yang kuat di kalangan bangsa Asia Tenggara agar dikemudian hari tidak timbul kejadian seperti itu. Negara-negara Asia Tenggara sendiri dikelilingi oleh selat dan laut yang dinilai strategis mengingat kapal-kapal dagang dari seluruh dunia seringkali melintasi selat dan laut tersebut, yakni Selat Sunda dan Selat Malaka yang menjadi gerbang utama di sebelah barat, serta Laut Cina Selatan yang merupakan perairan pokok yang dikelilingi oleh Negara-Negara Asia Tenggara. 102 Lahirnya ASEAN, juga dilandasi oleh adanya kesamaan dari masingmasing bangsa Asia Tenggara, yakni 103 : a. Persamaan letak geografis di kawasan Asia Tenggara b. Persamaan budaya yakni Melayu Austronesia c. Persamaan nasib dalam sejarahnya yaitu sama-sama sebagai Negara bekas jajahan bangsa lain 100 Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, op.cit, hal Huala Adolf, op.cit, hal Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, loc.cit 103 Melia Galok, Latar Belakang Berdirinya ASEAN dan Sejarah Berdirinya ASEAN dalam diakses pada tanggal 18 November 2015

6 56 d. Persamaan kepentingan, untuk menjalin hubungan dan kerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya. Dalam periode awalnya ( ), ASEAN digambarkan oleh sejumlah penulis tak ubahnya sebagai tong kosong yang nyaring bunyinya, dimana hal ini mengandung makna bahwa ASEAN dianggap sebagai organisasi regional yang tidak dikenal, terkucil, dan stagnan. Tetapi pernyataan seperti ini hanya menutup mata terhadap kemajuan yang dicapai ASEAN, terutama dalam mengembangkan kebiasaan yang disebut konsultasi ASEAN. Tidak itu saja, ASEAN berhasil menunjukkan sikap memandang jauh kedepan, dengan memberikan cukup waktu bagi konsep regionalisme untuk berkembang secara berangsur-angsur. Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat Negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama dan menentukan masalah bersama-sama secara sendiri-sendiri dan secara berkelompok. 104 Pada tanggal 24 Februari 1976, diadakan pertemuan tingkat tinggi para pemimpin bangsa-bangsa ASEAN yang berlangsung di Bali, Indonesia. Pertemuan ini menghasilkan 3 (tiga) kesepakatan penting, yakni 105 : 1. Treaty of Amity and Cooperation The Treaty of Amity and Cooperation (TAC) (Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama) menegaskan kembali aspirasi dan tujuan pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerja sama. Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari 104 M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal Huala Adolf, op.cit, hal

7 57 the High Contracting Parties (Negara-Negara anggota ASEAN) mengenai pengakuan terhadap prinsip fundamental kerja sama antar- Negara anggota ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah : a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan, integritas wilayah, dan identitas nasional semua Negara (anggota ASEAN); b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur tangan, subversi, atau tekanan; c. Prinsip non-interferensi didalam urusan dalam negeri Negara anggota lainnya; d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan; e. Prinsip kerja sama efektif di antara Negara anggota; f. Penyelesaian sengketa secara damai. 2. Declaration of ASEAN Concord The Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan ASEAN) memuat ketentuan yang lebih detil mengenai tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN Deklarasi 1976 ini juga mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerja sama ASEAN. Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan pandangan para Negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi masalahmasalah di bidang politik.

8 58 Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN. Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN. Deklarasi menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan bersama untuk menghadapi masalah-masalah komoditi internasional dan masalah ekonomi dunia lainnya. Di bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang. Di bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antar Negara anggota ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN (cooperation on a non-asean basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal

9 59 ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama keamanan atau militer. 3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat The Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat (Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN) mendirikan suatu Sekretaris Jendral (Secretary General) ASEAN yang tugasnya mengoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris jenderal nasional ASEAN (yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967) Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro dibawah sekretariat tetap, yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seorang Secretary General ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember Dana ini terdiri dari suatu jumlah yang disepakati oleh setiap Negara anggota. Dana ini digunakan untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.

10 60 Tujuan pembentukan ASEAN terkandung dalam Deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus 1967 yang menyatakan bahwa 106 :...that the aims and purposes of the Association, shall be : 1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development in the region through joint endeavours in the spirit of equality and partnership in order to strenghten the foundation for a prosperous and peaceful community of Southeast Asian nations; 2. To promote regional peace and stability through abiding respect for justice and the rule of law in the relationship among countries of the region adherence to the principles of the United Nations Charter; 3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of common interest in the economic, social, cultural, technical, scientific, and administrative fields; 4. To provide assistance to each other in the form of training and research facilities in the educational, professional, technical, and administrative spheres; 5. To collaborate more efficiently for the greater utilization of their agriculture and industries, the expansion of their trade, including the study of the problems of international commodity trade, the improvement of their transportation and communications facilities and the raising of the living standards of their people; 6. To promote Southeast Asian studies; ASEAN Secretariat, ASEAN: An Overview, 1995, CV Indah Grafika, Jakarta, Hal.

11 61 7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and regional organizations with similar aims and purposes, and explore all avenues for even closer cooperation among themselves. Maksud dari tujuan pembentukan ASEAN sesuai yang dicantumkan dalam Deklarasi Bangkok 1967, yaitu 107 : 1. Untuk mempererat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai; 2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antar- Negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; 3. Untuk meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu sama lain di dalam masalah-masalah kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi; 4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana latihan dan penelitian dalam bidang pendidikan profesional, teknik, dan administrasi; 107 Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, op.cit, Hal

12 62 5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian serta indsutri, perluasan perdagangan komoditas internasional, perbaikan sarana pengangkutan dan komunikasi, serta peningkatan taraf hidup rakyat; 6. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara; 7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara lebih erat di antara mereka sendiri. Tujuan dari pembentukan ASEAN secara detil kembali dirumuskan dalam ASEAN Charter (Piagam ASEAN) 2007 yang terdiri atas 15 poin, yakni 108 : 1. ASEAN berutujuan untuk memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan dan stabilitas serta lebih memperkuat nilainilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan; 2. Meningkatkan ketahanan di kawasan dengan jalan memajukan kerja sama politik, ekonomi, keamanan serta sosial budaya yang lebih luas; 3. Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan juga bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal; diakses pada tanggal 16 November 2015

13 63 4. Memberikan jaminan bahwa rakyat dan Negara-Negara anggota ASEAN dapat hidup damai dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis dan harmonis; 5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetetitif, serta terinterasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk investasi dan perdaganan yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa serta investasi yang bebas, terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja berbakat, pekerja professional dan buruh juga arus modal yang lebih bebas; 6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit adanya kesenjangan pembangunan di kawasan ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik; 7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan aturan hukum, serta memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental dengan jalan memperhatikan hak serta kewajiban dari Negara-Negara anggota ASEAN; 8. Menanggapi secara efektif, sesuai prinsip keamanan yang menyeluruh, akan segala bentuk ancaman, kejahatan lintas Negara dan juga tantangan lintas batas; 9. Memajukan pembangunan berkelanjutan demi menjamin perlindungan lingkungan hidup di kawasan, sumber daya alam yang

14 64 berkelanjutan, pelestarian warisan budaya dan juga kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi; 10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di bidang pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, dan di bidang ilmu pengetahuan serta teknologi, demi usaha pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan komunitas ASEAN; 11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial dan juga keadilan; 12. Memperkuat kerja sama demi membangun lingkungan yang aan dan terjamin bebas dari keberadaan narkotika dan obat obatan terlarang bagi rakyat ASEAN; 13. Memajukan ASEAN yang berorientasi pada rakyat dimana di dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN; 14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan keanekaregaan budaya dan warisan kawasan; 15. Mempertahankan sentralitas serta peran proaktif dari ASEAN sebagai kekuatan penggerak utama di dalam berhubungan dan bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam aristektur kawasan yang transparan, terbuka dan inklusif.

15 65 C. Struktur Organisasi ASEAN ASEAN adalah suatu organisasi regional yang khas. Instrrumen hukum yang mendasari berdirinya ASEAN yakni Deklarasi Bangkok tidak memuat struktur organisasi ASEAN secara seksama. Karena itu, struktur organisasi ASEAN pada dasarnya berkembang sesuai dengan evolusi perkembangan ASEAN itu sendiri. 109 Dari sejak perkembangannya hingga sebelum lahirnya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada tahun 2007, struktur organisasi ASEAN adalah sebagai berikut 110 : 1. Badan pembuat keputusan tertinggi adalah Pertemuan Para Kepala Negara dan Pemerintahan Negara anggota ASEAN (the Meeting of the ASEAN Heads of State and Government atau acap kali disebut juga the ASEAN Summits). Semula lembaga ini bersidang setiap tahun. Dalam perkembangannya, pertemuan tahunan ini tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Akhirnya, disepakati pertemuan ini berlangsung setiap 3 tahun sekali, yang didahului dengan berbagai pertemuan informal. 2. The Ministerial-Level Meetings, yaitu lembaga pertemuan para menteri luar negeri atau menteri lainnya yang berlangsung setiap setahun sekali. Pertemuan ini terdiri dari 3 macam. Pertama, the Annual Ministerial Meetings atau AMM. Pertemuan ini adalah 109 Huala Adolf, op.cit, Hal Ibid, Hal

16 66 tempat para menteri luar negeri mengoordinasikan berbagai kebijakan unit-unit kerja ASEAN. AMM bertugas memformulasikan kebijakan dan rencana program berbagai committees atau badan-badan ASEAN. Kedua, The ASEAN Economic Ministers (AEM), yakni suatu badan kelengkapan terpenting di bidang kerja sama ekonomi. Badan ini dibentuk pada tahun Badan ini biasanya bersidang setiap 6 bulan atau setiap saat yang dipandang perlu. Badan yang kemudian menangani semua aspek kerja sama ASEAN adalah the Senior Economic Officials Meeting (SEOM). Ketiga, the ASEAN Ministerial Meetings lainnya. Badan ini bertugas membuat rencana kerja sama di bidang para menteri yang bersangkutan. Berbagai committees dibentuk untuk membantu di dalam persiapan, memberikan fasilitas untuk berbagai pertemuan dan melaksanakan kebijakannya. 3. The ASEAN Standing Committee (ASC), yakni suatu badan yang melaksanakan kegiatan-kegiatan ASEAN di antara pertemuan the Annual Ministerial Meetings. Badan ini dilaksanakan di Negara di mana pertemuan tahunan (the Annual Meeting) dilangsungkan dan diketuai oleh Menteri Luar Negeri Negara tuan rumah. Badan ini terdiri dari para duta besar dari Negara anggota ASEAN lainnya yang ditempatkan di Negara tuan rumah. 4. The Secretary General ASEAN yang ditunjuk berdasarkan keahliannya. Sekjen ASEAN bertugas selama 5 tahun. Ia bertugas melaksanakan, menasehati, mengoordinasikan, dan melaksanakan

17 67 inisiatif ASEAN. Para anggota staf Sekretariat ASEAN ditunjuk berdasarkan prinsip rekruitmen terbuka dan atas dasar persaingan di wilayah (region) ASEAN. 5. The ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN). Badan ini dibentuk pada waktu pertemuan tingkat tinggi Bali yang berlangsung pada tahun Badan ini bertindak sebagai organ administratif pusat ASEAN, dan mengoordinasikan organ-organ ASEAN guna lebih mengefektifkan pelaksanaan proyek-proyek ASEAN. 6. The ASEAN National Secretariats (Sekretariat Nasional ASEAN). Badan ini terdapat di setiap Negara anggota ASEAN. Badan-badan ini bertugas mengoordinasikan berbagai hal di Negara masingmasing. Ia juga bertugas menegosiasikan dan mempersiapkan agenda untuk Standing Committee dan the Ministerial Meeting. Badan ini juga dipandang sebagai badan yang cukup berpengaruh. Badan ini terdapat di dalam Kementerian Luar Negeri masing-masing Negara anggota. 7. Berbagai ASEAN Committees di berbagai negara ketiga yang terdiri dari para kepala pimpinan misi diplomatik di berbagai ibukota Negara. Committees dibentuk guna memfasilitasi hubungan lebih erat dan meningkatkan dialog dengan Negara tuan rumah. Tugas ini sebenarnya untuk meningkatkan hubungan eksternal ASEAN dengan Negara ketiga. Committees seperti ini dibentuk misalnya di Brussels (The ASEAN-Brussels Committee), Jenewa (khusus yang menangani

18 68 perundingan tarif dan perdagangan, yakni the ASEAN-Geneva Committee), London (The ASEAN-London Committee), Paris, Washington DC., Tokyo, Canberra, Ottawa, Wellington, Seoul, New Delhi, New York, Beijing, dan Islamabad. Struktur organisasi ASEAN yang selama ini berdasarkan Deklarasi Bangkok mengalami perubahan setelah penandatanganan Piagam ASEAN. Struktur organisasi ASEAN yang baru sesuai dengan Piagam ASEAN sebagai berikut 111 : 1. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT) sebagai pengambil keputusan utama, yang melakukan pertemuan 2 kali setahun termasuk pertemuan KTT ASEAN dan KTT ASEAN terkait lainnya. 2. Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council) yang atas para Menteri Luar Negeri ASEAN dengan tugas mengkoordinasi Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils). 3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) dengan ketiga pilar komunitas ASEAN, yakni Dewan Komunitas Politik- Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Council), dan Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio- Cultural Community Council). 4. Badan-badan Sektoral tingkat Menteri (ASEAN Sectoral Ministerial Bodies). 111 Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN: Selayang Pandang, 2010, Jakarta

19 69 5. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN yang terdiri dari Wakil Tetap Negara ASEAN, pada tingkat Duta Besar dan berkedudukan di Jakarta. 6. Sekretaris Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang Wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN. 7. Sekretariat Nasional ASEAN yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing Negara ASEAN. 8. Badan HAM ASEAN (ASEAN Human Rights Body) yang akan mendorong perlindungan dan promosi HAM di ASEAN. 9. Yayasan ASEAN (ASEAN Foundation) yang akan membantu Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai ASEAN, termasuk pembentukan identitas ASEAN. 10. Entitas yang berhubungan dengan ASEAN (Entities associated with ASEAN). D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Pada hakikatnya, organisasi internasional berdiri dengan adanya dorongan keinginan untuk meningkatkan dan melembagakan kerjasama internasional secara permanen dalam rangka mencapai tujuan bersama. 112 Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentukbentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu kepribadian Hal I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung,

20 70 hukum di dalam hukum internasional. Kepribadian hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kepentingan untuk melaksanakan fungsi hukum. 113 Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan kemandiriannya, berarti organisasi internasional yang demikian itu telah memiliki kepribadian hukum internasional (international legal personality) atau dengan sebutan yang lebih singkat, telah memiliki kepribadian internasional (international personality). 114 Kepribadian hukum tersebut diperlukan ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan Negara anggota, Negara tuan rumah, Negara non-anggota, maupun organisasi internasional lainnya. 115 Pendapat mengenai kepribadian internasional dari suatu organisasi internasional dikemukakan oleh Ian Brownlie dengan memberikan kriteria sebagai berikut 116 : a. A permanent association of states with lawful objects, equipped with organs. Organisasi internasional merupakan suatu kumpulan Negara yang bersifat tetap dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum, dilengkapi dengan badan-badan; b. A distinction, in terms of legal powers and purposes between the organization and it s member state. Organisasi internasional memiliki suatu perbedaan dalam kekuasaan hukum dan maksud- 113 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, 2003, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal I Wayan Parthiana, op.cit, Hal Ade Maman Suherman, loc.cit 116 Ade Maman Suherman, op.cit, Hal

21 71 maksud serta tujuan dari organisasi internasional itu ada satu pihak dengan Negara-Negara anggotanya pada lain pihak; c. The existence of legal power exercisable on the international plane and not solely within the system of one or more state. Organisasi internasional memiliki suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan organisasi internasional itu tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari salah satu atau lebih Negara, tetapi juga dalam tingkat internasional. Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadian/kedudukan hukum. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut 117 : 1. Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah kumpulan dari Negara-Negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi internasional antar-negara atau antarpemerintah (inter-governmental organization/igo) yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi Negara- Negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi ASEAN. Sesuai dengan diakses tanggal 20 November 2015

22 72 ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang semula hanya terdiri dari lima Negara yang merupakan negara pendiri mengalami penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai Negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan Negara tersebut, Negara anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli Laos dan Myanmar menjadi Negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum nasional Negara-Negara anggotanya. Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok dan Piagam ASEAN. Selain itu, ASEAN juga telah dilengkapi dengan organ- organ (struktur kelembagaan) yang menjalankan mekanisme organisasi demi tercapainya tujuan tersebut. 2. Berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga, maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan hukum (legal power atau legal authority).

23 73 3. Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau deklarasi-deklarasi antar Negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan Negara secara pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi Negara-Negara anggotanya. Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara Negara-Negara anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional, terutama organisasi regional. 118 Hal ini terlihat dimana ASEAN masih merupakan organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20 November Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri bagi ASEAN yang terpisah dari status 118 I Wayan Parthiana, op.cit, Hal. 108

24 74 Negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan dituntut secara hukum. 119 Piagam ASEAN merupakan dokumen konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajibankewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hakhak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain 120 : 1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat internasional; 2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi-fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi into a rules- based organization; 3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanism/organs and procedures di dalam ASEAN; diakses tanggal 20 November Elfa Farida, Efektivitas Piagam ASEAN (ASEAN Charter) Bagi ASEAN Sebagai Organisasi Internasional, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI, Universitas Diponegoro, Semarang, Hal. 7-8

25 75 4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi; 5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN; 6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh Negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense of region di antara pemerintah ASEAN. Pembentukan ASEAN sebagai organisasi internasional telah dilakukan di bawah hukum internasional. Bangkok Declaration 1967, Kuala Lumpur Declaration 1971, Declaration of the ASEAN Secretariat 1976, dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976, semuanya adalah persetujuan-persetujuan internasional antara kelima Negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional. 121 Sebagai sebuah keputusan atau resolusi atau deklarasi, maka ia mengikat terhadap Negara-Negara anggotanya. Pada ASEAN, sepanjang menyangkut keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja sama antara Negara-Negara anggotanya dalam kerangka organisasi internasional tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusankeputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para Bandung, hal Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni,

26 76 anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di dalam keputusan organisasi internasional itu, penyelesaian sengketa tersebut baik oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan menerapkan norma hukum yang terkandung di dalam keputusan organisasi internasional tersebut. 122 Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) (TAC) yang ditandatangani di Bali pada KTT pertama ASEAN tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional. Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proses evolusi ASEAN selaku organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan prinsip yang melandasi kehidupan ASEAN, yang dapat diuraikan sebagai berikut 123 : 1. Menentang Penggunaan Kekerasan dan Mengutamakan Solusi Damai Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antar-negara yang menentang penggunaan kekerasan (no-use of force). Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan luar biasa, keputusan Soeharto untuk menghentikan konfrontasi tersebut melegakan Negara-Negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan organisasi regional yang menentang prinsip penggunaan kekerasan dalam membangun hubungan 122 I Wayan Parthiana, op.cit, Hal Bambang Cipto, op.cit, Hal

27 77 sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan. 2. Otonomi Regional Prinsip otonomi regional lahir karena adanya akesepakatan antar Negara anggota ASEAN bahwa sebagai organisasi internasional yang masih muda, ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh Negara-Negara besar di kawasan Asia Tenggara sebagaimana yang dikatakan Lee Kuan Yew, Negara-Negara ASEAN paling tidak dapat meminta Negara-Negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai Negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian, ASEAN dapat lebih leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom. Selain itu, prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masingmasing Negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan Negara-Negara besar. 3. Tidak Mencampuri Urusan Internal Negara Anggota Lain Prinsip tidak mencampuri urusan Negara lain atau doctrine of non- interference merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan regionalisme ASEAN. Berlandaskan pada doktrin ini,

28 78 ASEAN dapat memelihara hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar Negara ASEAN. Sudut pandang Negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai bentuk kesadaran masing-masing Negara anggota yang pada tingkat domestik masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta. Ancaman komunis di sebagian besar Negara anggota merupakan alasan dasar mengapa Negara-Negara ASEAN menganggap ancaman domestik lebih berat dibandingkan ancaman luar. Selanjutnya, Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi Negara anggota ASEAN untuk: a. Berusaha agar tidak melakukan penelitian kritis terhadap kebijakan pemerintah Negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi penghalang bagi kelangsungan organisasional ASEAN; b. Mengingatkan Negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut; c. Menentang pemberian perlindungan bagi kelompok oposisi Negara anggota lain; d. Mendukung dan membantu Negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan anti-kemapanan. 4. Menentang Pakta Militer, Mendukung Kerja Sama Pertahanan Bilateral Sejak awal pembentukannya para Negara anggota ASEAN cenderung menolak kerja sama militer dalam kerangka ASEAN.

29 79 Perhatian awal ASEAN adalah pada isu-isu ekonomi dan kebudayaan walaupun isu keamanan sudah pasti mempengaruhi pembentukan ASEAN, sedangkan dalam isu-isu keamanan ASEAN cenderung mendukung bilateralisme. Berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN mengalami evolusi dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based organization dan mempunyai legal personality. Piagam ASEAN merupakan dokumen konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajibankewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN juga menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan terhadap HAM. Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan penjelasan yang bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif sifatnya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena Piagam ASEAN makin mengekalkan kebiasaan lama, misalnya pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara Negara anggotanya terjadi. Apabila terjadi sengketa wajib diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan TAC. Dengan demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan dan kesediaan Negara-Negara anggota ASEAN untuk menerapkan Piagam ASEAN dan hal-hal yang diatur dalam TAC Elfia Farida, op.cit, Hal. 13

BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada terbentuknya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL

EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL Oleh : Elfia Farida 1 Abstrak Berlakunya Piagam ASEAN, akan merubah ASEAN dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 6 KEPRIBADIAN HUKUM / PERSONALITAS YURIDIK / LEGAL PERSONALITY, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG ORGANISASI INTERNASIONAL A. Kepribadian Hukum Suatu OI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan subyek utama hukum internasional. Mengenai istilah negara itu sendiri tidak terdapat defenisi yang tepat, tetapi dengan melihat kondisi-kondisi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara?

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara? Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara Pada bab sebelumnya kalian telah mempelajari kegiatan dan sistem pemerintahan khususnya di dalam negeri. Nah, pada pelajaran bab ini kita akan membahas kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA)

S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA) S E L A Y A N G P A N D A N G ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA) Pendahuluan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) dulunya bernama ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO). Proses kelahirannya

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hukum internasional sebagai bagian dari hukum yang sudah tua, yang mengatur hubungan antar negara tak dapat dipisahkan dari keberadaannya yang saat ini

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION AGAINST TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN (KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS (PERJANJIAN TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA) Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ASEAN

BAB II PEMBAHASAN 2.1. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ASEAN BAB II PEMBAHASAN 2.1. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ASEAN ASEAN merupakan (singkatan dari Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) adalah organisasi kawasan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya. 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar.

Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar. Latihan Ujian Akhir Sekolah A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar. 1. Saling menghormati perbedaan mengakibatkan.... a. permusuhan b. pertengkaran c. kerukunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH ASEAN

BAB II SEJARAH ASEAN BAB II SEJARAH ASEAN 2.1 Latar Belakang Pembentukan ASEAN Sejak jaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 SM, seluruh kawasan Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMBANGUN TRACE BARU HUBUNGAN INDONESIA-MALAYSIA Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

MEMASYARAKATKAN MASYARAKAT ASEAN YANG BERBASIS ATURAN. Oleh : Ignatius Agung Satyawan Pusat Studi ASEAN Universitas Sebelas Maret

MEMASYARAKATKAN MASYARAKAT ASEAN YANG BERBASIS ATURAN. Oleh : Ignatius Agung Satyawan Pusat Studi ASEAN Universitas Sebelas Maret MEMASYARAKATKAN MASYARAKAT ASEAN YANG BERBASIS ATURAN Oleh : Ignatius Agung Satyawan Pusat Studi ASEAN Universitas Sebelas Maret A. Pendahuluan Barangkali para penandatangan Deklarasi Bangkok tahun 1967

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL KEKETUAAN INDONESIA UNTUK ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering 14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG The Association of South East Asian Nations atau yang sering disingkat ASEAN adalah sebuah Perhimpunan Bangsa-Bangsa di kawasan Asia Tenggara. Pembentukkan ASEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK FEDERASI JERMAN MENGENAI

Lebih terperinci