PENAWARAN KEDELAI DUNIA DAN PERMINTAAN IMPOR KEDELAI INDONESIA SERTA KEBIJAKAN PERKEDELAIAN NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAWARAN KEDELAI DUNIA DAN PERMINTAAN IMPOR KEDELAI INDONESIA SERTA KEBIJAKAN PERKEDELAIAN NASIONAL"

Transkripsi

1 PENAWARAN KEDELAI DUNIA DAN PERMINTAAN IMPOR KEDELAI INDONESIA SERTA KEBIJAKAN PERKEDELAIAN NASIONAL SKRIPSI ANDI FACINO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RINGKASAN ANDI FACINO, Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional, skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI). Tanaman pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi bagi setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat adalah kedelai. Kedelai (Glicine max) dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain dengan permintaan yang selalu meningkat setiap tahunnya sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan cara impor komoditi hasil pertanian. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kedelai terbesar di dunia. Setiap tahunnya jumlah kedelai yang diekspor rata-rata di atas 1 juta ton dari total kebutuhan rata-rata diatas 2 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 88 persen digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Sebagian besar kedelai diimpor berasal dari Amerika, Kanada, Argentina dan Brasil. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia, (2) menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional saat ini, (3) merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Lingkup penelitian ini meliputi menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun , menganalisis kebijakan perkedelaian Indonesia serta merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 8 tahun, yaitu dari tahun 2005 sampai tahun Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai dunia dan domestik, data negara penghasil/produsen kedelai dunia, data eksportir kedelai dunia, data importir kedelai dunia, data harga kedelai dunia, data kebijakan negara penghasil/produsen kedelai dunia, data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai domestik, data harga kedelai domestik, neraca perdagangan kedelai domestik dan data negara pengekspor kedelai ke Indonesia. Data tersebut merupakan informasi statistik yang terkait dengan masalah penelitian diperoleh dari instansi-instansi seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Badan Urusan Logistik, Food and Agriculture Organization (FAO) dan U.S. Departement of Agriculture (USDA). Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. 2

3 Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menelaah keragaan penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun , menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional serta alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Pada penelitian ini, diketahui perdagangan kedelai dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat sebagai produsen sekaligus eksportir kedelai nomor satu di dunia diikuti Brazil, Argentina, China dan India. Dengan produksi rata-rata mencapai 84 juta ton/tahun, Amerika Serikat menguasai sekitar 36,08 persen dari total produksi kedelai dunia. Amerika serikat juga mengekspor lebih dari 30 juta ton kedelai setiap tahunnya atau sekitar 42,94 persen dari total ekspor dunia saat ini. Angka ini hanya sekitar 36 persen dari total produksi Amerika Serikat pada tahun Kebutuhan kedelai Indonesia rata-rata setiap tahunnya di atas angka 2 juta ton, dimana 90 persen diantaranya digunakan sebagai bahan pangan, terutama pangan olahan yaitu sekitar 88 persen tahu dan tempe, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Sayangnya, sekitar 63,41 persen dipasok oleh kedelai impor yang memiliki harga lebih murah dan kualitas lebih baik sedangkan sisanya 36,59 persen dipenuhi melalui produksi dalam negeri. Dan Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak menyuplai kedelai ke Indonesia dengan rata-rata di atas 70 persen setiap tahunnya diikuti Argentina, Kanada, Malaysia, Singapura dan Myanmar secara bergantian. Berbagai kebijakan pengembangan kedelai nasional telah dilakukan antara lain Prokema 2000, Program Bangkit Kedelai Nasional 2008, Rencana Strategis Kementrian Pertanian mengenai pencapaian swasembada kedelai tahun 2014, kebijakan harga dasar dan proteksi harga kedelai serta kebijakan tarif impor kedelai. Namun, belum memberikan dampak yang signifikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia yang dirumuskan peneliti meliputi peningkatan produksi kedelai lokal, pembatasan volume impor kedelai dengan penetapan tarif impor kedelai yang tepat minimal 10 persen, efisiensi rantai tataniaga, dan dukungan serta peran industri berbasis kedelai. 3

4 PENAWARAN KEDELAI DUNIA DAN PERMINTAAN IMPOR KEDELAI INDONESIA SERTA KEBIJAKAN PERKEDELAIAN NASIONAL ANDI FACINO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5 Judul Skripsi Nama NIM : Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional : Andi Facino : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: 5

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Juli 2012 Andi Facino H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tebing-Tinggi pada tanggal 10 November Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Rusman Doni dan Ratna Sari Dewi Lubis. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 No Tanjung Gading pada tahun Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP 1 Sei Suka Tanjung Gading dan lulus pada tahun Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1 Tebing-Tinggi dan diselesaikan pada tahun Dan pada tahun tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis diterima di Departemen Agribisnis sebagai program mayor (S1), Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Departemen Agronomi dan Hortikultura sebagai program keahlian minor. Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis aktif dalam berbagai macam kegiatan. Misalnya, aktif pada kepengurusan HIPMA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis) pada tahun 2010 dan Dan juga aktif pada kepengurusan BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi tahun 2010 dan BEM KM IPB Kabinet IPB Bersahabat tahun Selain itu penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI antara tahun sehingga dapat menghasilkan kurang lebih lima PKM-K, dimana dua di antaranya didanai oleh DIKTI. Penulis juga pernah menjadi Finalis Lomba Menulis Surat Untuk Rektor yang diadakan oleh Kementrian Kebijakan Kampus BEM KM IPB Kabinet IPB Bersahabat pada tahun 2011, penerima beasiswa Bank Indonesia dan penerima beasiswa Early Recruitment Program Bank Negara Indonesia tahun Dan saat ini penulis sedang sibuk menulis buku yang diterbitkan secara online di nulisbuku.com. 7

8 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional. Ucapan shalawat serta salam juga ditujukan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat. Secara keseluruhan penelitian ini bertujuan menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia, menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional dan merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Namun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juli 2012 Andi Facino H

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesain skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Amzul Rifin, SP.MA dan Dr. Ir. Suharno M.Adev selaku dosen penguji pada sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ayah dan Ibu tercinta, Rusman Doni dan Ratna Sari Dewi Lubis, kedua kakak, Salahuddin Al Ayubbi dan Arahmi Husni beserta seluruh keluarga besar Alm. Amran Musa Lubis dan keluarga besar Daroni atas cinta, kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh pendidikan hingga saat ini. 4. Teman-teman satu bimbingan akademik dan skripsi Septiannisa Rahmi, Dinda Puti Denantica, Samuel Christian Nababan dan Marosimy Milati atas kerjasama dan dukungan selama skripsi. 5. Tim Gladikarya Desa Selajambe: Vaudhan Fuady, Gebry Ayu Diwandani, Gebyar Surya Anik Wiastri dan Meidina Megan Andriani atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang didapat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. 6. Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama perkuliahan. 7. Ibu Ida, Ibu Yoyoh, Mbak Dian, Bapak Yusuf, Mas Pian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa perkuliahan. 8. Teman-teman BEM KM IPB : Kak Raflie, Kak Lida, Kak Bina, Reni, Ria, Hendrik, Charmin, Selvi, Suci dan Kak Iman atas kebersamaan dan pengalaman yang berharga dari setiap kegiatan yang kita lakukan bersama. 9. Sahabat-sahabatku tercinta yang telah mengisi hari-hari penulis selama empat tahun kuliah di IPB : Iput Pradiko, Hardian Eko Prasetyo, Topan Prahara, 9

10 Herawati, Akbar Zaenal Mutaqin, Syajaroh Duri, Syifa Maulia, Haris Fatori Aldila, Diki More Sari, Ervan Fareza, Arini Prihatin, Nuniek Sudiningsih, Farisah Firas, Andika Yuli Sutrisno, Ni Putu Ayuning WPM, Rendi Seftian, Emil Fatmala, Steffi Fikri, Anggarini Dianing Safitri, Alfi Rahmawati, Alexandra P Durrant, Kak Christ dan Bang Nope. Dan teman-teman seperjuangan di Agribisnis 45, HIPMA IPB, BEM KM IPB yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu atas semangat dan sharing selama perkuliahan dan berorganisasi hingga penulisan skripsi. Semoga kebersamaan kita berlanjut hingga tua nanti. Bogor, Juli 2012 Andi Facino H

11 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Komoditi Kedelai Penelitian Terdahulu Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Permintaan Teori Penawaran Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional Tarif Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Metode Pengolahan Data Metode Analisis Data V. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1 Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Impor Kedelai Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Penawaran Kedelai Dunia Produksi Kedelai Dunia Perdagangan Kedelai Dunia Tingkat Harga Kedelai Dunia Kebijakan Perkedelaian Negara Pengekspor Kedelai xi xiii xiv xv 11

12 Brazil Permintaan Impor Kedelai Indonesia Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Indonesia Konsumsi Kedelai Indonesia Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Harga Kedelai Indonesia Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Kontroversi Impor Kedelai Transgenik Kebijakan Perkedelaian Nasional Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional Kebijakan Proteksi Harga dan Harga Dasar Kebijakan Tarif Impor Kedelai Alternatif Strategi Pengembangan Kedelai Lokal di Indonesia VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Proyeksi Permintaan Kedelai di Indonesia Volume Impor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Segar Indonesia Perkembangan Produksi Kedelai Dunia Tahun Perkembangan Produksi Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Volume Ekspor Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Volume Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Nilai Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Luas Panen, Produktivitas,Produksi Kedelai Menurut Wilayah Tahun Perkembangan Konsumsi Perkapita dan Total Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Tahun Negara Pengekspor Kedelai ke Indonesia Program Prokema 2000: Sasaran Produksi dan Peranan Impor Indonesia Tahun Hasil Perbandingan Program Prokema dengan Perkembangan Riil Kedelai di Indonesia Tahun Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun Sasaran Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Sebaran Kontribusi Luas Panen Lima Provinsi Produsen Kedelai Kurva Proses terjadinya Perdagangan Internasional Kurva Analisis Dampak Tarif Kerangka Pemikiran Operasional Grafik Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Soybean Monthly Price Grafik Perkembangan Harga Kedelai Tingkat produsen, Grosir dan Eceran tahun Rantai Tataniaga Kedelai Indonesia Persentase Perbandingan Impor dan Produksi Kedelai Nasional Tahun Grafik Perkembangan Harga Dasar Komoditi Kedelai Tahun 1979/ Grafik Perkembangan Tarif Impor Kedelai Indonesia Tahun 1974/

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Sebaran Kontribusi Luas Panen Lima Provinsi Produsen Kedelai Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun Perkembangan Luas Panen Kedelai Lima Negara Besar Dunia Perkembangan Produktivitas Kedelai Lima Negara Besar di Dunia Harga Produsen Kedelai di Negara Produsen Terbesar Dunia Ekspor Komoditas Kedelai Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun

16 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas, dan iklim. Selain itu, Indonesia juga memiliki pengetahuan pertanian yang tersimpan dalam kearifan lokal dan kultur masyarakat. Dengan demikian komoditi pertanian sangat penting untuk diperhatikan, terutama komoditi-komoditi pertanian yang diolah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Tanaman pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi bagi setiap rakyat Indonesia, hal ini tercantum dalam UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan. Salah satu komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat adalah kedelai. Kedelai (Glicine max) dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain dengan permintaan yang selalu meningkat setiap tahunnya berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk (tabel 1). Tabel 1. Proyeksi Permintaan Kedelai di Indonesia Tahun Konsumsi (kg/kapita/th) Proyeksi Penduduk (000 jiwa) Pertumbuhanpenduduk (%) Total Konsumsi (000 ton ) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Damardjati et al,

17 Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan cara impor komoditi hasil pertanian. Dari data impor komoditi pertanian tanaman pangan dapat diketahui bahwa kedelai menduduki peringkat kedua sedikit di bawah gandum, dan kedelai harusnya dapat diproduksi di dalam negeri. Padahal pada masa jaya tahun , Indonesia memproduksi lebih dari 1,5 juta ton per tahun. Angka ini hanya menutup sekitar 80 persen dari kebutuhan lokal. Namun, produksi kedelai nasional dalam dekade terakhir tidak dapat melampaui 1 juta ton per tahunnya. Tabel 2. Volume Impor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Segar Indonesia (000 Ton) Tahun No Komoditas Gandum Kedelai Jagung Beras Ubi Kayu Ubi Jalar Tanaman Pangan Lainnya Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 (Diolah) Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kedelai terbesar di dunia. Setiap tahunnya jumlah kedelai yang diekspor rata-rata di atas 1 juta ton dari total kebutuhan rata-rata di atas 2 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 88 persen digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Sebagian besar kedelai diimpor berasal dari Amerika, Argentina, Malaysia dan Brasil. Oleh karena itu, pengembangan kedelai nasional, terutama berbasiskan kewilayahan perlu mendapatkan perhatian khusus. Produksi kedelai nasional dalam 40 tahun terakhir masih mengandalkan Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan Aceh. Berikut disajikan kontribusi lima provinsi tersebut dalam sebaran luas panen kedelai. 17

18 22% 5% 4% 17% Aceh Jawa Barat 13% 39% Jawa Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Lainnya Gambar 1. Sebaran Kontribusi Luas Panen Lima Provinsi Produsen Kedelai Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Dari uraian di atas, seharusnya produksi kedelai dalam negeri dapat menjadi tumpuan perekonomian dari sektor pertanian selain beras yang merupakan makanan pokok. Produksi kedelai dalam negeri perlu menjadi perhatian lebih supaya tercipta kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan kedelai yang semakin lama semakin meningkat. Produktivitas kedelai daerah-daerah yang sudah menjadi produsen utama tersebut dapat ditingkatkan melalui kebijakan intensif sehingga meningkatkan minat petani menanam kedelai, perluasan lahan, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas hasil panen, dan kestabilan harga. Dukungan penguasaan teknologi mulai dari budidaya hingga pascapanen serta pendanaan juga diperlukan. Bila upaya tersebut tidak dilakukan pemerintah, maka pada masa depan masyarakat Indonesia mungkin tidak lagi menemukan tempe dan tahu dari kedelai Indonesia Perumusan Masalah Pemenuhan kebutuhan akan kedelai bisa dipenuhi melalui dua cara, yaitu melalui produksi domestik dan impor. Banyak pihak dalam negeri berharap kedelai dapat dipenuhi melalui produksi domestik (swasembada) dan impor hanya dilakukan jika produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai. Produksi kedelai Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan. Peningkatan produksi ini harusnya dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, namun pada kenyataannya impor kedelai masih saja terus mengalir deras ke pasar domestik. Ketergantungan secara terus menerus kepada impor kedelai akan merugikan posisi ekonomi Indonesia sendiri. Sehingga perlu 18

19 dilihat kembali bagaimana keragaan penawaran dan permintaan impor kedelai Indonesia. Bagaimana perkembangan kebijakan perkedelaian saat ini dan bagaimana alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia sehingga mampu memproduksi kedelai secara berkelanjutan dan mampu menjamin kebutuhan kedelai cukup dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan kebijakan perkedelaian nasional saat ini? 3. Bagaimana alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah: 1. Menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia. 2. Menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional saat ini. 3. Merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini di antaranya adalah: 1. Bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan, dapat digunakan dalam merumuskan kebijakan perkedelaian yang mampu memberikan perlindungan bagi produsen kedelai dan konsumen kedelai secara efektif dan efisien sehingga dapat menjaga keseimbangan produksinya agar mampu memenuhi permintaan kedelai domestik serta mengurangi ketergantungan impor. 19

20 2. Bagi konsumen, mampu memberikan jaminan akan ketersedian pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup serta terdistribusi, terjangkau dan aman dikonsumsi. 3. Bagi penulis, penelitian ini menjadi sarana pengembangann wawasan dalam suatu permasalahan dan menambah pengetahuan mengenai kondisi perkedelaian Indonesia dan dunia. Penelitian ini juga dapat berguna sebagai literatur bagi peneliti, mahasiswa untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun Menganalisis kebijakan pekedelaian nasional serta merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penawaran kedelai ditinjau dari sisi luas panen, produktivitas, produksi kedelai dunia, perdagangan kedelai dunia (ekspor-impor), harga kedelai dunia serta kebijakan perkedelaian negara penghasil utama kedelai dunia. Permintaan kedelai impor Indonesia ditinjau dari sisi luas panen, produktivitas, produksi kedelai Indonesia, konsumsi kedelai Indonesia, harga kedelai Indonesia serta perkembangan impor kedelai Indonesia. Kebijakan perkedelaian yang dianalisis adalah kebijakan pengembangan kedelai nasional, kebijakan proteksi harga dan harga dasar serta kebijakan tarif impor kedelai. Sedangkan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dirumuskan berdasarkan hasil kajian penelitian dan studi literatur terhadap penelitian terdahulu. 20

21 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Komoditi Kedelai Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Familia : Leguminosae Subfamilia : Papilonoidae Genus : Glycine Species : Glycine max L Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai, secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi tanaman kedelai adalah bila 21

22 cocok bagi tanaman jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar mm/bulan. Sedangkan suhu yang dikehendaki sekitar derajat celcius, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai derajat celcius. Varietas kedelai berbiji kecil sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan, varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian m dpl. Pada dasarnya kedelai mengehendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Tanah-tanah yang cocok yaitu jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah ph = 5,8-7,0 tetapi pada ph 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Proses budidaya tanaman kedelai terdiri dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit, pemanenan, penanganan pasca panen, sortasi and grading dan terakhir penyimpanan dan pengemasan. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 persen Penelitian Terdahulu Purnamasari (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dengan periode waktu 30 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai Dalam metode penelitan, model analisis data yang digunakan adalah persamaan simultan. Masing-masing persamaan penelitian ini diduga dengan menggunakan metode Two-Stages Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jumlah impor kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah populasi, jumlah produksi kedelai dan jumlah konsumsi kedelai. Jumlah impor kedelai responsif terhadap perubahan jumlah produksi dan konsumsi kedelai baik jangka pendek maupun jangka panjang. 22

23 Anggasari (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai Indonesia menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 21 tahun, yaitu dari tahun 1986 sampai tahun Metode yang digunakan untuk menganalisis perkembangan produksi dan impor kedelai adalah metode analisis deskriptif. Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel produksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar 5 dan 10 persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Berdasakan hasil penelitian, volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen. Untuk meningkatkan produksi kedelai domestik agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor adalah melalui peningkatan luas areal panen kedelai dan peningkatan produktivitas. Dengan ditetapkannya tarif sebesar 10 persen, harga kedelai impor akan meningkat, hal tersebut dapat memacu minat petani kedelai untuk kembali berproduksi sehingga volume impor dapat berkurang. Purwanto (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kacang kedelai nasional periode menggunakan data deret waktu (time series) dari tahun 1987 sampai dengan Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa impor kacang kedelai nasional selama periode cenderung mengalami peningkatan tiap tahun, terutama setelah tahun 1999 ketika liberalisasi perdagangan pada komoditas pangan mulai diberlakukan. Pada tahun 2007 tingkat ketergantungan Indonesia pada kacang kedelai impor telah mencapai 1,4 juta ton atau setara dengan kehilangan devisa negara sebesar Rp 4,4 triliun per tahun. Dari enam faktor yang diduga mempengaruhi impor kacang kedelai nasional periode , setelah dilakukan uji statistik 23

24 diperoleh tiga faktor berpengaruh signifikan yaitu produksi, konsumsi dan harga lokal. Al-Mudatsir (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi respon penawaran kacang kedelai di Indonesia, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 38 tahun dengan rentang waktu Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Analisis kuantitatif berupa analisis terhadap variabel-variabel utama atau faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi respon produktivitas tanaman kacang kedelai. Model pendugaan yang digunakan terhadap model dengan persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana atau biasa disebut dengan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal panen yaitu harga kacang kedelai, harga jagung, harga kacang tanah, luas areal teririgasi dan luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu harga pupuk, upah buruh dan produktivitas tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang penawaran kacang kedelai terhadap perubahan harga cukup responsif meski pada jangka pendek tidak seresponsif pada jangka panjang. Sari (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dengan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing adalah Porter s Diamond Theory sedangkan untuk merumuskan strategi maka digunakan alat analisis SWOT dan arsitektur strategik. Berdasarkan Porter s Diamond Analyse diperoleh keterkaitan antar komponen pada Porter s Diamond System dimana komponen yang saling mendukung pada komponen utama lebih sedikit bila dibandingkan dengan komponen yang tidak saling mendukung. Hal ini menunjukan dayasaing kedelai lokal di Indonesia lemah. Namun, komponen pendukung pada Porter s Diamond System sangat mendukung komponen utama. Lebih lanjut berdasarkan analisis SWOT, diperoleh sepuluh alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia: (1) Peningkatan produksi kedelai lokal, (2) Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal, (3) 24

25 Penguatan kelembagaan, (4) Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank, (5) Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai, (6) Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia, (7) Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal, (8) Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal, (9) Pembatasan volume impor, (10) Membentuk Lembaga Stabilitas Harga Kedelai Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu, khususnya skripsi menggunakan analisis kuantitatif, namun pada penelitian kali ini digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk membahas permasalahan-permasalahan yang ada (penawaran dan permintaan impor kedelai, kebijakan perkedelaian nasional serta alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia). Analisis kualitatif dalam penelitian ini lebih ditekankan pada penelusuran literatur-literatur dan analisa data dalam bentuk tabel (deskriptif tabulasi) berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini dan beberapa waktu sebelumnya. Kemudian dibangun suatu alur pemikiran untuk menjawab permasalah yang ada. 25

26 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey 1995). Ada tiga hal penting dalam konsep permintaan. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tapi merupakan permintaan efektif, artinya jumlah dimana orang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi itu. Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu (Lipsey 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: Q dk = f (P k, Ps, I, S, PD).. (3.1) Dimana : Q dk P k P s I S PD = Permintaan komoditas = Harga komoditas itu sendiri = Harga komoditas lain (subtitusi dan komplementer) = Pendapatan = Selera = Populasi penduduk 1. Harga Komoditi Itu Sendiri Berdasarkan hipotesis ekonomi dasar, bahwa harga suatu komoditas dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan asumsi ceteris paribus, peningkatan harga komoditas yang bersangkutan akan menurunkan permintaannya. Dengan kata lain semakin rendah harga suatu komoditi, maka jumlah yang diminta untuk komoditi itu akan semakin besar. 2. Harga Komoditas Lain Kenaikan harga komoditas subtitusi akan mempengaruhi permintaan atas komoditas yang bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditas subtitusi akan meningkatkan permintaan atas komoditas yang bersangkutan dan sebaliknya. 26

27 Kenaikan harga barang subtitusi menggeser kurva permintaan ke kanan yang menunjukan permintaan untuk komoditi tersebut lebih banyak yang akan dibeli pada tingkat harga. Sedangkan perubahan harga barang komplementer dapat mengubah permintaan komoditas yang bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi barang komplementer, semakin rendah permintaan atas komoditi yang bersangkutan. Penurunan harga suatu komoditi komplementer akan menggeser kurva permintaan ke kanan. 3. Selera Selera memiliki pengaruh yang besar terhadap keinginan seseorang untuk membeli. Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan meningkatkan jumlah permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu. Perubahan selera terhadap komoditi akan menggeser kurva permintaan ke kanan yang menunjukan peningkatan permintaan untuk komoditi tersebut, lebih banyak yang akan dibeli pada tiap tingkat harga. 4. Distribusi Pendapatan Perubahan pendapatan dalam distribusi pendapatan akan menggeser kurva permintaan ke kanan yang menunjukan peningkatan permintaan untuk komoditi yang dibeli oleh mereka yang memperolah tambahan pendapatan dan sebaliknya. 5. Populasi Penduduk Kenaikan jumlah penduduk dapat meningkatkan jumlah permintaan atas suatu komoditas. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin banyak komoditas yang ditawarkan sehingga akan menggeser kurva permintaan ke kanan Teori Penawaran Penawaran adalah jumlah komoditas yang ditawarkan produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan jangka waktu tertentu. Dalam penawaran antara harga dan jumlah yang ditawarkan memiliki hubungan yang positif yaitu, jika harga naik maka jumlah komoditas yang ditawarkan semakin banyak. Dalam teori penawaran ini asumsi yang digunakan adalah ceteris paribus yaitu suatu keadaan dimana faktor-faktor lain dianggap tetap. Misalnya, apabila harga suatu komoditas naik, dengan menggunakan asumsi ceteris paribus maka faktor-faktor selain komoditas tersebut diasumsikan tetap atau tidak mengalami perubahan (Lipsey 1995). 27

28 Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditas dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: Q sk = f (P k, P s, P I, G, T, T x ). (3.2) Dimana: Q sk P k P P I G T T x = Penawaran Komoditas = Harga komoditas itu sendiri = Harga komoditas lain (subtitusi dan komplementer) = Harga input (faktor produksi) = Tujuan perusahaan = Tingkat penggunaan teknologi = Pajak dan subsidi 1. Harga Komoditas Itu Sendiri Suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditas, harga komoditas dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan akan berhubungan secara positif, dimana keadaan semua faktor lain tetap sama (ceteris paribus). Tingkat harga yang tinggi pada suatu komoditas akan menyebabkan peningkatan keuntungan dan memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya, sehingga penawarannya pun akan semakin meningkat. 2. Harga Komoditi Lain (subtitusi dan komplementer) Peningkatan harga barang subtitusi akan menyebabkan penurunan jumlah penawaran pada komoditas yang bersangkutan dan sebaliknya penurunan harga barang subtitusi akan menyebabkan peningkatan jumlah penawaran pada komoditas yang bersangkutan. Sedangkan peningkatan harga pada barang komplementer akan menyebabkan peningkatan jumlah penawaran pada komoditas yang bersangkutan dan sebaliknya penurunan harga pada barang komplementer akan menyebabkan penurunan pada jumlah penawaran pada komoditas yang bersangkutan. 3. Harga Input (faktor produksi) Harga input seperti mesin, tenaga kerja dan bahan baku mencerminkan biaya dalam proses produksi suatu komoditas dan akan mempengaruhi jumlah komoditas yang ditawarkan. Semakin tinggi harga input maka biaya produksi akan 28

29 semakin meningkat, hal ini akan menyebabkan menurunnya keuntungan dan insentif bagi produsen dalam berproduksi. Jadi peningkatan harga input dalam memproduksi suatu komoditas akan menurunkan jumlah komoditas yang ditawarkan. 4. Tujuan Perusahaan Dalam teori dasar ilmu ekonomi menyatakan bahwa tujuan suatu perusahaan adalah memaksimumkan laba. Namun tidak semua perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan laba. Tujuan yang berbeda-beda itu tersebut akan memberikan pengaruh berbeda-beda atas tingkat produksi. 5. Tingkat Penggunaan Teknologi Dalam penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua akibat yaitu, produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan biaya produksi dapat semakin murah. 6. Pajak dan Subsidi Adanya pajak penjualan, pajak penghasilan akan mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi sehingga mengurangi insentif untuk berproduksi. Maka penawaran komoditas tersebut akan berkurang. Sebaliknya pemberian subsidi akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan, sehingga penawaran komoditas tersebut dapat meningkat Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan masalah yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditas antar negara. Perdagangan internasional dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan teori keunggulan absolut Adam Smith, perdagangan internasional hanya dapat terjadi pada negara yang memiliki keunggulan absolut. Jika suatu negara lebih efisien dari pada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Namun, berdasarkan teori keunggulan komparatif David Ricardo, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua 29

30 komoditi, masih terdapat keunggulan komparatif dalam melakukan perdagangan internasional. Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu negara melakukan hubungan perdagangan dengan negara lain adalah adanya keinginan untuk memperluas pemasaran komoditas ekspor, memperbesar penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dana bagi pembangunan negara yang bersangkutan dan negara tidak mampu menyediakan kebutuhan masyarakat, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu, serta adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara. Perbedaan penawaran dan permintaan antar negara disebabkan oleh adanya kepemilikan faktor-faktor produksi dalam tiap negara. Teori Heckser-Ohlin mengenai perdagangan internasional dirumuskan berdasarkan konsep keunggulan komparatif yang bersumber dari perbedaan-perbedaan dalam kepemilikan faktor produksi antar negara. Menurut Salvatore (1997) teori perdagangan internasional mengkaji dasardasar terjadinya perdagangan internasional dan keuntungan yang diperoleh. Kebijakan perdagangan membahas alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan internasional termasuk dalam ilmu ekonomi internasional. Ilmu ekonomi internasional mengkaji saling ketergantungan antar negara. Secara spesifik, ilmu ekonomi internasional membahas teori perdagangan internasional, kebijakan perdagangan internasional, valuta pasar asing dan neraca pembayaran (Balance of Payment), serta ilmu makroekonomi pada perdagangan terbuka. Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek mikroekonomi ilmu ekonomi internasional sebab berhubungan dengan masing-masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif suatu komoditas. Teori perdagangan internasional menganalisa dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan perdagangan internasional mengkaji alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru. Menurut Salvatore (1997) model perdagangan internasional pada dasarnya samasama memiliki sejumlah kesamaan sebagai berikut: 1. Kapasitas produktif dari suatu perekonomian terbuka akan dapat diketahui berdasarkan kurva batas-batas kemungkinan produksinya, dan sesungguhnya 30

31 perbedaan di dalam batas-batas kemungkinan produksi itulah yang membuka peluang bagi terjadinya hubungan perdagangan di antara negara-negara yang bersangkutan. 2. Batas-batas kemungkinan produksi senantiasa menentukan skedul penawaran relatif dari masing-masing negara. 3. Keseimbangan dunia akan ditentukan oleh permintaan relatif dunia dan skedul penawaran relatif dunia yang terletak antara skedul-skedul penawaran relatif nasional (per negara). Panel A Panel B Panel C P X/P y P x /P y P x /P y P 3 P 2 P 1 0 B Pasar di Negara 1 untuk komoditi X Ekspor E A D X S X X A B A Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X E S D 0 X 0 P x A B Impor S x E Pasar di Negara 2 untuk komoditi X D x X Gambar 2. Kurva Proses Terjadinya Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997 Berdasarkan teori, suatu negara dimisalkan sebagai negara 1 akan mengekspor suatu komoditas (misalnya kedelai) ke negara lain yang dimisalkan sebagai negara 2. Jika harga domestik pada negara 1 sebelum adanya perdagangan internasional relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik pada negara 2. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara 1 tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sebesar segitiga ABE. Untuk faktor produksi negara 1 relatif lebih berlimpah sehingga negara 1 memiliki kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di sisi lain, negara 2 mengalami kekurangan suplai komoditas kedelai karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestiknya. Hal ini menunjukan adanya kelebihan permintaan (excess demand) sebesar A B E, hal ini menyebabkan harga menjadi tinggi. Pada kesempatan ini negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditas kedelai dari negara lain yang harganya 31

32 relatif lebih murah. Apabila terjadi komunikasi antara negara 1 dan negara 2, maka di antara kedua negara tersebut akan terjadi perdagangan internasional, yakni negara 1 akan mengekspor kedelai ke negara 2 atau dengan kata lain negara 2 mengimpor kedelai dari negara 1. Pada gambar 2 terlihat, sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara 1 adalah sebesar P 1 sedangkan harga di negara 2 sebesar P 3. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar daripada P 1, sedangkan permintaan internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P 3. Ketika harga internasional sama dengan P 2, maka di negara 2 akan terjadi kelebihan permintaan sebesar A B E, sedangkan jika harga internasional sebesar P 2 maka akan terjadi kelebihan penawaran sebesar ABE. Dengan adanya perdagangan, negara 1 dapat mengekspor suatu komoditas (misalnya kedelai) sebesar A B E. Dalam pasar internasional besarnya ABE akan sama dengan A B E. Dengan kata lain besarnya ekspor suatu komoditas dalam suatu perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga relatif yang terjadi di pasar merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia Tarif Bentuk hambatan perdagangan yang menonjol secara historis adalah tarif (tariff). Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif adalah bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan pemberlakukan tarif biasanya tidak hanya ditujukan untuk sumber penerimaan negara atau kas pemerintah namun juga dapat digunakan sebagai alat untuk melindungi sektor-sektor industri tertentu dalam negeri yang pada umumnya bersifat padat karya atau memakai banyak tenaga kerja lokal (Salvatore 1997). Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijakan ini dapat berupa tarif atau bea masuk, pelarangan impor, kuota, dan subsidi. Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yaitu tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor (import tariff) adalah pajak yang dikenakan untuk 32

33 setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan tarif ekspor (export tariff) adalah pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Berdasarkan tujuan tarif impor, kebijakan tarif impor (import duty atau impor tariffs) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) tarif proteksi, yaitu merupakan pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk mencegah atau membatasi barang tertentu, b) tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan adanya pemberlakuan tarif ini, konsumen akan dirugikan karena harus menerima harga atas suatu komoditas dengan lebih tinggi. Namun kerugian dari konsumen akan diimbangi dengan adanya pendapatan pemerintah dari pemberlakuan tarif dari komoditas tersebut. Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberapa jenis tarif yakni, tarif spesifik, tarif ad-valorem dan tarif gabungan. Tarif spesifik (specific tariffs) adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor (misalnya saja, pungutan Rp untuk setiap ton kedelai). Tarif ad-valorem (ad-valorem tariffs) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, Indonesia memungut tarif 10 persen atas total nilai impor kedelai). Terakhir adalah tarif campuran (compound tariff) merupakan gabungan dari tarif spesifik dan tarif ad-valorem. Di samping mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu, juga memungut sekian persen lagi. Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman barang ke suatu negara (Krugman dan Obstfeld 2002). 33

34 Harga D 0 S 0 e P 0 P t f k P w h g j i Free Trade Q 1 Q 3 Q 0 Q 4 Q 2 Keterangan: Pt-Pw = Besar tarif impor P 0 = Harga domestik kedelai di negara Pengimpor Gambar 3. Kurva Analisis Dampak Tarif Sumber : Salvatore, 1997 Berdasarkan gambar di atas, pada saat harga P 0 keseimbangan berada di titik e dimana perekonomian dalam kondisi autarki, tidak ada ekspor dan impor serta jumlah konsumsi sama dengan jumlah produksi. Pada saat harga P w, perekonomian dalam kondisi free trade dimana produksi sama dengan 0Q 1 dan konsumsi sama dengan 0Q 2 sehingga permintaan impor sebesar Q 1 Q 2. Terhadap permintaan impor pemerintah memberlakukan tarif sehingga harga naik menjadi P t. Besarnya tarif impor adalah Pt-Pw sehingga produksi meningkat menjadi 0Q 3 dan konsumsi menurun menjadi 0Q 4. Permintaan impor berkurang menjadi Q 3 Q 4. Dengan adanya pemberlakukan tarif ini, konsumen akan dirugikan karena harus menerima harga atas suatu komoditas dengan lebih tinggi. Namun, kerugian dari konsumen akan diimbangi dengan adanya pendapatan pemerintah dari pemberlakukan tarif atas komoditas tersebut. Pendapatan pemerintah tersebut diperoleh dari tarif impor dikalikan dengan jumlah kuantitas impor setelah tarif ditetapkan, yakni sebesar fgkj dan pendapatan tambahan yang diterima oleh produsen dalam negeri karena adanya pemberlakukan tarif sebesar P w P t fh, 34

35 sehingga kerugian bersih masyarakat (dead weight loss) akibat adanya pemberlakukan tarif tersebut sebesar (hfg + jki), dimana hfg (producer loss) yang menggambarkan beban baku akibat produksi kedelai domestik yang berlebihan dan jki (consumer loss) yang merupakan beban baku akibat konsumsi kedelai yang terlalu rendah. Dari uraian di atas telah dipaparkan bahwa tarif meningkatkan harga barang di negara pengimpor, sehingga kalangan konsumen di negara pengimpor secara relatif merugi, sedangkan para produsen di negara pengimpor memperoleh keuntungan. Jadi, tarif membawa biaya sekaligus manfaat. Untuk membandingkan biaya dan manfaat ini, perlu menghitungnya secara cermat agar dapat memutuskan apakah tarif itu secara keseluruhan cenderung menguntungkan atau merugikan Kerangka Pemikiran Operasional Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein, yang digunakan untuk membuat bermacam-macam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Kedelai juga merupakan bahan baku industri makanan ternak. Namun, produksi kedelai domestik relatif rendah sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Saat ini, pasar kedelai Indonesia merupakan competitive market (pasar bersaing) yang terbuka untuk impor. Sehingga excess demand yang terjadi diatasi dengan mengimpor kedelai dari luar negeri. Dampak panjang dari ketergantungan tersebut bagi petani kedelai adalah semakin meninggalkan dan malas untuk menanam kedelai karena dari faktor harga petani lokal akan sulit bersaing dengan kedelai impor. Dampak selanjutnya, harga kedelai domestik akan sangat tergantung pada kondisi perkedelaian dunia. Saat ini, Indonesia sudah menjadi negara pengimpor kedelai terbesar di dunia. Setiap tahunnya jumlah kedelai yang diekspor rata-rata di atas 1 juta ton atau rata-rata per tahun mencapai 481 ribu US Dollar. Sebagian besar kedelai yang diimpor berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Argentina dan Brasil. Dilihat dari proyeksi permintaan akan kedelai di Indonesia dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun akan selalu meningkat (tabel 1). Namun, hal ini sangat disayangkan karena kita merupakan negara agraris yang seharusnya dapat menghemat pengeluaran devisa negara dengan jalan peningkatan produksi dalam negeri. Oleh karena itu, untuk mengetahui permasalahan yang terjadi maka diperlukan suatu 35

36 upaya untuk mengetahui perkembangan produksi, konsumsi dan impor kedelai di Indonesia selama beberapa tahun terakhir dan kebijakan apa saja yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 4. 36

37 Komoditas kedelai memegang peranan penting dalam ekonomi rumah tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan nasional. Namun, produksi kedelai domestik yang rendah sehingga excess demand yang terjadi harus diatasi dengan impor. Pasar impor kedelai yang semakin terbuka tidak didukung dengan kebijakan tarif bea masuk yang fluktuatif sehingga semakin menurunkan minat petani untuk menanam kedelai karena dari faktor harga petani lokal sulit bersaing dengan kedelai impor. Mengancam stabilitas produksi kedelai nasional Analisis perkembangan dan implementasi kebijakan perkedelaian nasional: Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional Kebijakan Proteksi Harga dan Harga Dasar Kebijakan Tarif Impor Kedelai Penawaran dan permintaan impor kedelai Indonesia: Luas Panen, Produktivitas, Produksi dan Tingkat Harga Kedelai Nasional dan Dunia Produsen, Eksportir dan Importir Kedelai Dunia Kebijakan Perkedelaian Negara Eksportir Kedelai Konsumsi dan Impor Kedelai Indonesia Analisis Deskriptif Kualitatif Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional 37

38 IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 8 tahun, yaitu antara tahun 2005 sampai tahun Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai dunia, data negara penghasil/produsen kedelai dunia, data eksportir kedelai dunia, data importir kedelai dunia, data harga kedelai dunia, data kebijakan negara penghasil/produsen kedelai dunia, data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai domestik, data harga kedelai domestik, neraca perdagangan kedelai domestik dan data negara pengekspor kedelai ke Indonesia. Data tersebut merupakan informasi statistik yang terkait dengan masalah penelitian diperoleh dari instansi-instansi seperti, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Badan Urusan Logistik, Food and Agriculture Organization (FAO) dan U.S. Departemen of Agriculture (USDA) Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Metode Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengelompokkan dari data-data yang telah dikumpulkan. Data-data tersebut kemudian dimasukkan sebagai input komputer. Kemudian dilakukan perhitungan penyesuaian mengenai pertumbuhan dan persentase menurut kebutuhan penelitian ini dengan bantuan kalkulator dan Program Microsoft Excel Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menelaah keragaan penawaran dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun , menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional serta alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Dalam 38

39 hal ini dilakukan pengkajian secara mendalam melalui penelusuran-penelusuran literatur-literatur dan analisa data dalam bentuk tabel (deskriptif tabulasi) berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini dan beberapa waktu sebelumnya. Kemudian dibangun suatu alur pemikiran untuk menjawab permasalahan yang ada. 39

40 V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa oleh pedagang Cina pada abad ke-13. Kacang kedelai telah dibudidayakan di Cina sejak 1000 tahun sebelum masehi dan negara tersebut merupakan asal tanaman kacang kedelai. Berdasarkan informasi yang ada, perkembangan penanaman kedelai di Indonesia baru mulai diikuti mulai tahun 1918 dimana tercatat luas areal panen kedelai sebesar ha. Sedangkan konsumsi olahan kacang kedelai seperti tempe, tahu, tauco, dan kecap telah berkembang sebagai makanan bergizi sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1930 produksi kacang kedelai hanya sebesar ton, jumlah ini belum mencukupi kebutuhan di dalam negeri sehingga dilakukan impor kedelai dari Manchuria. Selama kurun waktu 20 tahun, rata-rata luas panen kacang kedelai meningkat dari ha per tahun ( ) menjadi ha per tahun ( ). Produktivitas dalam periode yang sama meningkat dari 0,59 ton per ha menjadi 0,70 ton per ha. Informasi mengenai teknologi dan budaya yang diterapkan tidak banyak pada periode ini, petani melaksanakan usahataninya senantiasa berusaha mengembangkan budidaya kacang kedelai sesuai dengan pengalaman dan kemampuan yang ada. Program peningkatan produksi kacang kedelai dalam periode lima tahun sesudah kemerdekaan tidak banyak dilakukan, bahkan tidak tersedia data statistik mengenai luas panen dan produksi hingga tahun Pada tahun 1950 luas panen sebesar ha dan produksi sebesar ton. Menyadari bahwa kedelai merupakan bahan pangan yang penting bagi masyarakat Indonesia, perluasan areal panen dan peningkatan produksi nasional dimasukkan dalam program pembangunan semesta pada tahun Untuk merealisasikan program tersebut, pada September 1964 dilakukan Rapat Kerja Kedelai Nasional yang dilaksanakan di Bogor untuk merumuskan beberapa petunjuk pengembangan kedelai di Indonesia yang meliputi luas areal panen dan intensifikasi produksi. 40

41 Memasuki era orde baru, program peningkatan luas lahan dan produktivitas mulai diadakan. Pada tahun 1974 diluncurkanlah program INMAS (Intensifikasi Masal) dan BIMAS (Bimbingan Masal) dengan luas lahan rata-rata kacang kedelai pada PELITA I ( ) tumbuh sebesar 8,16 persen dan produksi tumbuh sebesar 9,15 persen. Memasuki PELITA II ( ) pemerintah lebih memilih untuk memfokuskan pada produksi padi sehingga kedua program tersebut tidak berjalan dengan bagaimana mestinya, bahkan produksi kacang kedelai menurun sebanding dengan berkurangnya luas areal panen. Pada PELITA II, luas lahan ratarata berkurang sebesar 0,68 persen dan produksi tumbuh sebesar 1,67 persen, meski tetap tumbuh namun jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan PELITA I. Pada PELITA III ( ) pemerintah tetap memfokuskan pada peningkatan produksi padi sehingga keadaan produksi kacang kedelai mengalami keterpurukan. Luas areal panen hanya ha dengan produksi pada PELITA III sebesar ton atau mengalami penurunan rata-rata sebesar 4,81 persen. Sukses dalam pencapaian swasembada beras di tahun 1984, membuka peluang dalam upaya peningkatan produksi kedelai untuk perbaikan gizi dan sumber pendapatan petani. Perhatian pemerintah terhadap tanaman palawija kembali terfokuskan. Maka pada PELITA IV ( ) untuk kacang kedelai diluncurkan program baru yaitu OPSUS (Operasi Khusus), INMUM (Intensifikasi Umum) dan INSUS (Intensifikasi Khusus). Hasil dari program-program tersebut langsung terlihat dari jumlah luas panen, produksi dan produktivitas yang masingmasing mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9,75 persen, 14,54 persen dan 4,81 persen. Pada tahun 1988, jumlah luas areal, produksi, dan produktivitas masingmasing meningkat dari ha menjadi ha dimana produksi naik dari 0,769 juta ton menjadi 1,27 juta ton dan produktivitas juga meningkat menjadi 1,05 juta ton dibandingkan PELITA III yang hanya 0,618 juta ton. Pada PELITA V ( ), usaha peningkatan produksi pertanian tetap menempati prioritas tertinggi untuk mempertahankan swasembada beras dan meningkatkan produksi pertanian lainnya meski tidak ada program baru yang dikeluarkan oleh pemerintah. Luas areal panen pada PELITA V meningkat dari ha menjadi ha dimana produksi naik dari 1,31 juta ton menjadi 1,70 juta ton dan produktivitas meningkat dari 1,09 ton per ha menjadi 41

42 1,16 ton per ha. Pada tahun 1992, produksi kacang kedelai pada PELITA V meningkat rata-rata sebesar 5,98 persen dengan mencatatkan luas panen dan produksi kacang kedelai terbesar sepanjang sejarah Indonesia yaitu sebesar ha dan ton dengan produktivitas sebesar 1,12 ton/ha. Kondisi ini tidak bertahan lama, karena sejak tahun 1993 dan memasuki PELITA VI ( ), luas areal panen dan produksi kacang kedelai terus mengalami penurunan meski pemerintah pada tahun 1997 sempat menciptakan program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Peningkatan Produksi Padi, Kacang Kedelai dan Jagung) yang dicanangkan untuk mencapai swasembada beras dan surplus produksi padi, kedelai dan jagung pada tahun Luas areal panen antara tahun terus mengalami penurunan yang cukup signifikan dari ha menjadi ha. Sedangkan produksinya juga mengalami penurunan dari 1,56 juta ton menjadi 1,30 juta ton. Sejak tahun 1999 sampai tahun 2004, luas panen kedelai terus mengalami penurunan, yaitu dari ha pada tahun 1999 menjadi ha pada tahun 2004, demikian halnya dengan produksi kedelai pada tahun yang sama mengalami penurunan dari 1,38 juta ton menjadi 0,723 juta ton. Sedangkan produktivitas berfluktuasi dengan laju pertumbuhan sekitar 1,24 persen per tahun, dimana produktivitas tahun 1999 meningkat dari 1,2 ton per ha menjadi 1,28 ton per ha. Barulah pada tahun 2005, luas panen kedelai meningkat menjadi dengan produksi kedelai pada tahun tersebut sebesar 0,808 juta ton dimana produktivitasnya meningkat dari 1,28 menjadi 1, Impor Kedelai Indonesia Saat ini kedelai menjadi bagian tidak terpisahkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak hanya diolah menjadi susu dan minyak kedelai, hasil olahan lain kedelai seperti tepung kedelai, tauco, tempe, tahu dan kecap sangat mendominasi santapan di Indonesia. Impor kedelai Indonesia menurut laporan Bokhuis dan Von Libbenstein (1932) sudah terjadi sejak tahun 1928 berasal dari Manchuria, walaupun jumlahnya tidak banyak, ton/tahun 1. Kekurangan kedelai mulai terasa lagi pada awal 1 Berapa Jauh Indonesia dari Swasembada Kedelai?. [Diakses 05 Juni 2012] 42

43 tahun 1960-an, sehingga pemerintah orde lama dalam program pembangunan semesta berencana mencanangkan peningkatan produksi kedelai pada tahun 1964, atas hasil rumusan lokakarya kedelai di Bogor pada tahun Namun, impor kedelai kembali meningkat mengikuti deret hitung mulai tahun 1975, hingga sekarang. Pada tahun 1975 hingga 1980 impor kedelai masih sekitar hingga ton per tahun, tahun 1980 hingga 1990 naik menjadi ton hingga ton per tahun. Impor tahun 1991 hingga 2000 meningkat menjadi ton hingga ton per tahun. Secara lengkap dapat kita lihat pada gambar di bawah ini. 1,400,000 1,200,000 1,277,685 1,000, , , , , , , ,878 17, Gambar 5. Grafik Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Sumber : Food and Agriculture Organization, ,393 BULOG masih memonopoli kedelai impor sebelum era perdagangan bebas. BULOG menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia), KPKD (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan Industri Pengolah Pangan. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri menggunakan kedelai impor. Namun, sejak krisis moneter tahun 1998, memasuki era reformasi, sebagai akibat konsekuensi penandatanganan LOI (Letter of Intent) dalam kesepakatan dengan IMF (International Monetery Found), importir swasta bebas mendatangkan kedelai dari luar negeri. Dan mengacu pada LOI tersebut, maka pemerintah melalui Kep.MPP.No.406/MPP/Kep/II/97 dan Kepmenkeu No.444/KMK.01/1998 menghapus monopoli impor kedelai oleh Bulog dan penurunan bea masuk (tarif impor) pangan, termasuk kedelai 0 persen. Padahal sebelumnya tarif bea masuk 20 43

44 persen. Kemudian mengacu pada Keppres 19 tahun 1998, pemasaran dan pengendalian harga oleh Bulog hanya berlaku untuk komoditas sebatas beras. Saat itulah peran swasta dan Bulog sederajat dalam importasi dan pemasaran kebijakan deregulasi tataniaga kedelai yang akhirnya melahirkan importir besar. Pelaku importir dalam hal ini dipegang oleh perusahaan-perusahaan swasta (pedagang) dan koperasi (KOPTI), sehingga terjadi persaingan. Pada saat terjadi lonjakan tajam depresiasi rupiah tahun 1998, harga kedelai impor menjadi lebih mahal daripada kedelai lokal. Hal ini mengakibatkan volume impor menurun walaupun kuota impor tidak dibatasi. Namun setelah terjadi penyesuaian-penyesuaian dalam pasar seiring dengan berjalannya waktu, volume impor kembali meningkat bahkan melimpah. Hal ini disebabkan oleh terjadinya persaingan antar pedagang kedelai impor. Pedagang mampu menjual kedelai impor lebih murah daripada KOPTI, sehingga ada kecenderungan industri tahu dan tempe menggunakan kedelai impor dari pedagang. Perusahaan-perusahaan swasta (pedagang) yang berperan dalam menguasai pasar kedelai impor, di antaranya PT. Gerbang Cahaya Utama, PT. Teluk Intan, PT.Gunung Sewu, PT. Cargill Indonesia, dan PT. Sekawan Makmur Bersama. Sedangkan beberapa importir lain hanya bermain di ceruk kecil 2. Hal ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan subsidi ekspor kedelai yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat dengan cara memberikan fasilitas kredit tanpa bunga selama enam bulan kepada negara yang mengimpor kedelai Amerika. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga insentif bagi petaninya, karena pada tahun 2000 produksi kedelai di Amerika Serikat melimpah sehingga pasar Amerika Serikat sulit untuk menampung produksi domestiknya. Dengan fasilitas kredit ini, maka importir Indonesia banyak mendatangkan kedelai dari Amerika Serikat karena adanya selisih harga. Akibatnya, harga kedelai impor dari Amerika Serikat menjadi lebih murah ± Rp.550/kg dibandingkan harga kedelai produksi lokal. Bila harga kedelai lokal Rp /kg maka importir mampu menjual kedelai impor Rp 1.950/kg. Selain faktor harga yang lebih murah, ternyata pengrajin tahu dan tempe Indonesia lebih menyukai kedelai impor karena ukurannya yang lebih besar dan warnanya putih bersih. Selain itu hasil produksinya lebih padat dan rasanya pun lebih enak. Beberapa pengusaha minuman yang menggunakan kedelai 2 Arsip 29 Maret [Diakses 22 Mei 2012] 44

45 impor mengakui bahwa selain proteinnya tinggi, kadar lemak kedelai impor juga rendah, meskipun di pasaran harga kedelai impor kadang-kadang lebih mahal 3. Situasi seperti ini ternyata di kemudian hari memberi resiko yang besar terhadap kelangsungan produksi kedelai dalam negeri, yang ditandai makin menurunnya produksi kedelai dalam negeri. Belum lagi petani dalam negeri tidak menikmati insentif apapun, mulai dari bunga kredit serta benih sehingga membuat petani kedelai lokal semakin terdesak. 3 Kedelai Impor Lebih Diminati. [Diakses 14 Mei 2012] 45

46 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penawaran Kedelai Dunia Penawaran kedelai dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap tahunnya mengikuti deret pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi akan bahan pangan pokok terutama kedelai. Selain itu, semakin banyaknya luas lahan produktif yang digunakan untuk menanami kedelai didukung oleh inovasi teknologi, kebijakan pemerintah yang tepat terhadap petani setempat serta lembaga riset dalam menghasilkan benih kedelai unggul dalam meningkatkan volume produksi (penawaran) kedelai dunia Produksi Kedelai Dunia Perkembangan produksi kedelai dunia selama periode tahun memiliki tren yang fluktuatif. Pada tahun 2005 produksi kedelai sebesar 214 juta ton dan mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen pada tahun berikutnya. Pada tahun 2006 peningkatan produksi kedelai disebabkan luas panen kedelai meningkat dari 92 juta ha menjadi 95 juta ha, sedangkan produktivitas meningkat dari 23,18 ku/ha menjadi 23,29 ku/ha jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun berikutnya luas panen kedelai defisit sebesar 5,41 persen menjadi 90 juta ha, sedangkan produktivitasnya justru meningkat sebesar 4,63 persen menjadi 24,37 ku/ha. Alhasil, produksi kedelai defisit 1,03 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya produksi kedelai tumbuh sebesar 5,32 persen. Pertumbuhan ini ditengarai oleh adanya peningkatan luas panen kedelai sebesar 7,02 persen menjadi 96 juta ton walaupun produktivitasnya defisit 1,58 persen menjadi 22,43 ku/ha dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 luas panen kedelai meningkat sebesar 3,13 persen menjadi 99 juta ha namun tidak mampu menutupi defisit produktivitas kedelai dunia sebesar 6,48 persen menjadi 22,43 ku/ha sehingga produksi kedelai defisit 3,55 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Secara lengkap perkembangan produksi kedelai dunia periode tahun disajikan pada tabel di bawah ini. 46

47 Tabel 3. Perkembangan Produksi Kedelai Dunia Tahun Tahun Produksi (000 Ton) Pertumbuhan (%) , , , , , ,10 Sumber : FAO (2011) dan USDA (2012), (Diolah) Berdasarkan data di atas tercatat pada tahun 2010 produksi kedelai dunia mencapai angka tertinggi dengan meningkat sebesar 15,50 persen menjadi 264 juta ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 produksi kedelai justru defisit 2,10 persen jika dibandingkan tahun Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg, penurunan produksi kedelai ini disebabkan karena luas areal tanam kedelai di negara produsen seperti Amerika Serikat setahun belakangan lebih banyak ditanami jagung dan gandum oleh petani setempat sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar. Produksi kedelai di dunia diperkirakan mempunyai rata-rata sebesar 233 juta ton dimana sekitar 81 persen diproduksi di benua Amerika oleh negara-negara produsen besar seperti Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Asia mengambil peran sekitar 10 persen dari total produksi kedelai dunia melalui negara-negara maju dan berkembang seperti China dan India, sedangkan sisanya menyebar diberbagai negara di benua Eropa, Asia dan Amerika. Posisi produsen kedelai dunia selama periode tahun tidak mengalami perubahan. Amerika masih menjadi negara produsen kedelai terbesar di dunia diikuti oleh Brazil, Argentina, China dan India. Berikut disajikan perkembangan produksi kedelai lima negara besar di dunia periode tahun

48 Tabel 4. Perkembangan Produksi Kedelai Lima Negara Besar di Dunia (000 Ton) No Negara Tahun USA ,08 2 Brazil ,18 3 Argentina ,71 4 China ,38 5 India ,19 Ratarata Share (%) 11 Indonesia ,32 Lainnya ,14 Dunia Sumber : FAO (2011) dan USDA (2012), (Diolah) Amerika sebagai negara penghasil kedelai terbesar di dunia memiliki ratarata produksi sebesar 84 juta ton per tahun atau dengan share 36,08 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi kedelai Amerika memiliki perkembangan yang fluktuatif sejak tahun 2005 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2009 sebesar 91 juta ton atau meningkat 13,21 persen (10,67 juta ton) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan produksi kedelai Amerika berasal dari penggunaan varietas unggul yang semakin tinggi daya hasilnya disertai cara tanam yang terus diperbaiki untuk mendapatkan pertumbuhan kedelai yang optimal dan juga melalui perluasan areal tanam. Perluasan areal tanam didukung oleh ketersediaan lahan yang sangat luas, tanah yang subur melalui luas skala usaha besar sehingga biaya efisien. Selain itu pemerintah Amerika juga mendukung melalui pemberian insentif kepada petani kedelai setempat untuk menjaga loyalitas dan motivasi petani dalam menanam kedelai. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penurunan produksi kedelai Amerika dalam dua tahun belakangan dikarenakan luas areal tanamnya lebih banyak ditanami jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas itu lebih besar. Produksi kedelai di Brazil pada periode tahun memiliki perkembangan yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Brazil sebagai negara produsen kedelai terbesar setelah Amerika memiliki rata-rata produksi sebesar 61 juta ton atau dengan share 26,18 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi 48

49 kedelai Brazil mencapai angka tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 75,5 juta ton atau meningkat 31,66 persen (18,16 juta ton) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi dan peningkatan kedelai yang stabil di negara Brazil tidak lepas dari peran pemerintah dalam mendukung petani kedelai setempat. Bentuk dukungan pemerintah salah satunya adalah melalui pemberian kredit liberal dengan suku bunga rendah untuk pembelian peralatan dan sarana produksi. Selain itu, Brazil memiliki Lembaga Penelitian Kedelai Nasional yang berperan dalam merakit varietas-varietas baru yang berasal dari Amerika, China, Jepang dan Korea. Perusahaan multinasional juga berperan dalam memberikan pinjaman modal, manajemen serta bantuan tenaga ahli. Negara lain yang termasuk dalam lima besar adalah Argentina, Cina dan India masing-masing memiliki rata-rata produksi sebesar 43 juta ton, 14 juta, 9 juta ton atau dengan share 18,71 persen, 6,38 persen, dan 4,19 persen dari total produksi kedelai dunia. Sedangkan Indonesia berada di peringkat kesebelas dengan rata-rata 741 ribu ton atau dengan share 0,32 persen dari total produksi kedelai dunia. Produksi kedelai Argentina mencapai angka tertinggi pada tahun 2011 sebesar ribu ton atau meningkat 7,55 persen (4 juta ton) jika dibandingkan tahun sebelumnya. China mencapai produksi tertinggi pada tahun 2005 sebesar 16 juta ton sedangkan India pada tahun 2007 sebesar 10,9 juta ton. Dewasa ini kebutuhan kedelai di China melebihi tiga kali lipat produksi dalam negerinya sendiri mengikuti deret pertumbuhan penduduknya yang fantastis. Hal ini tidak didukung oleh semakin terbatasnya lahan pertanian di China sehingga selain sebagai produsen, China juga mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya terutama berasal dari Amerika Selatan seperti Brazil dan Argentina. Sedangkan India untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintahnya menggenjot produksi kedelai dengan cara meningkatkan pendapatan petani komoditi tersebut yang secara tidak langsung meningkatkan motivasi petani dalam menanam kedelai. Di pasar kedelai internasional, Amerika sebagai negara produsen sekaligus eksportir kedelai nomor satu dunia menguasai perdagangan kedelai dunia. Setiap perubahan penawaran yang dilakukan oleh Amerika, dapat mempengaruhi stabilitas harga kedelai internasional termasuk harga kedelai Indonesia. 49

50 Perdagangan Kedelai Dunia Pasar kedelai merupakan pasar yang besar dengan produksi dunia rata-rata sebesar ton/tahun. Struktur pasar internasional kedelai lebih mendekati pasar oligopoli, dimana penawaran dan ekspor kedelai dunia dikuasai oleh beberapa negara produsen seperti Amerika (36,08%), Brazil (26,18), dan Argentina (18,71%), yang saat ini masih mengacu ke pasar berjangka Chicago (Chicago Board of Trade Cibot) dengan jumlah importir yang banyak, antara lain China (48,44%), Uni Eropa (10,44%), Jepang (5,34%), Meksiko (4,92%), dan Indonesia (1,90%). Berdasarkan data statistik, ekspor kedelai masih dikuasai oleh tiga negara produsen kedelai dunia saat ini yaitu USA, Brazil dan Argentina diikuti Paraguay serta Kanada. Amerika sebagai produsen kedelai nomor satu di dunia, mengekspor rata-rata sebesar 31 juta ton atau dengan share sebesar 42,94 persen dari total ekspor kedelai dunia per tahun. Angka ini hanya sepertiga dari total produksi kedelai Amerika pada tahun 2009 yang mencapai 91 juta ton per tahun. Sedangkan Brazil, Argentina, Paraguay dan Kanada masing-masing mengekspor rata-rata sebesar 24 juta ton, 9 juta ton, 2,9 juta ton dan 1,7 juta atau dengan besar share 33,72 persen, 12,41 persen, 3,95 persen dan 2,35 persen dari total ekspor dunia per tahun. Tabel 5. PerkembanganVolume Ekspor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (Ton) No Negara Tahun Rata-Rata 1 USA ,94 2 Brazil ,72 3 Argentina ,41 4 Paraguay ,95 5 Canada ,35 44 Indonesia Share (%) Lainnya ,63 Dunia Sumber : FAO, 2011 (Diolah) Perkembangan rata-rata nilai ekspor Amerika Serikat selama kurun waktu tersebut mencapai 11 juta USD atau dengan share 44,9 persen dari total keseluruhan nilai ekspor kedelai dunia. Diikuti Brazil, Argentina, Paraguay, 50

51 Kanada masing-masing sebesar 8 juta USD, 2 juta USD, 800 ribu USD, 600 ribu USD atau dengan share 32,57 persen, 11,18 persen, 3,39 persen, dan 2,61 persen dari total keseluruhan nilai ekspor kedelai dunia. Tabel 6. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai Lima Negara Besar di Dunia (USD) No Negara Tahun Rata-Rata 1 USA ,9 2 Brazil ,57 3 Argentina ,18 4 Paraguay ,39 5 Canada ,61 Share (%) Lainnya ,34 Dunia Sumber : BPS, 2011 (Diolah) Bila ditinjau berdasarkan data statistik impor kedelai dunia dalam kurun waktu , China menduduki peringkat pertama sebagai negara pengimpor kedelai terbesar di dunia dengan rata-rata mencapai 35,4 juta ton atau dengan besar share 48,44 persen dari total impor kedelai dunia diikuti oleh Belanda, Jepang, Meksiko, dan Jerman. Masing-masing dari keempat negara lainnya memiliki impor rata-rata sebesar 4,1 juta ton, 3,9 juta ton, 3,6 juta ton, 3,5 juta ton atau masingmasing dengan besar share 5,62 persen, 5,34 persen, 4,92 persen dan 4,85 persen dari total impor kedelai dunia. Sedangkan Indonesia dengan kebutuhan kedelai rata-rata di atas 2 juta ton per tahun, untuk memenuhi sebagian kebutuhan dalam negerinya dengan impor rata-rata 1,3 juta ton per tahun atau dengan besar share 1,90 persen dari total impor kedelai dunia. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 51

52 Tabel 7. Perkembangan Volume Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (Ton) No Negara Tahun Rata-rata Share (%) China ,44 Netherlands ,62 Japan ,34 Mexico ,92 Germany ,85 11 Indonesia ,9 Lainnya ,92 Dunia Sumber : FAO, 2011 (Diolah) Bila dilihat dari nilai impornya sepanjang tahun , China sebagai negara pengimpor kedelai terbesar di dunia memiliki rata-rata sebesar 14 juta USD atau dengan share 50,19 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Diikuti oleh Belanda, Jepang, Jerman dan Meksiko masing-masing sebesar 1,6 juta USD, 1,38 juta USD, 1,3 juta USD, 1,25 USD atau dengan share 5,92 persen, 4,85 persen, 4,55 persen, 4,39 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Sedangkan Indonesia berada di peringkat kesebelas sebesar 481 ribu USD atau dengan share 1,68 persen dari total keseluruhan nilai impor kedelai dunia. Indonesia sebagai negara importir berisiko tinggi terhadap instabilitas pasokan dan fluktuasi harga kedelai impor. Hal tersebut karena struktur pasar oligopolistik bersifat penentu harga (price taker) dan bukan pengikut harga 4. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 4 Iptek. [Diakses 07 Juni 2012] 52

53 Tabel 8. Perkembangan Nilai Impor Kedelai Lima Negara Besar Dunia (USD) No Negara Tahun Rata-rata Share (%) 1 China ,19 2 Netherlands ,92 3 Japan ,85 4 Germany ,55 5 Mexico ,39 11 Indonesia ,68 Lainnya ,4 Dunia Sumber : BPS, 2011 (Diolah) Tingkat Harga Kedelai Dunia Harga kedelai dunia sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai di pasar internasional. Menipisnya stok kedelai dunia sering kali menjadi pemicu kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil kedelai mengalami peningkatan maka harga akan turun Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Gambar 6. Soybean Monthly Price (USD/Metric Ton) Sumber : World Bank, 2012 Berdasarkan gambar di atas ini, harga kedelai dunia periode Desember 2011 sampai Juni 2012 mengalami tren yang fluktuatif namun memiliki 53

54 kecenderungan meningkat. Harga kedelai dunia per Desember 2011 sebesar 420,02 USD per metrik ton dan naik 5,16 persen pada Januari 2012 menjadi 441,73 USD per metrik ton. Harga kedelai dunia terus meningkat masing-masing 4,49 persen pada Februari 2012, 4,49 persen pada Maret 2012 dan 6,68 persen pada April Pada Mei 2012 harga kedelai dunia turun 1,60 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan meningkat 0,27 persen pada Juni Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga kedelai dunia pada beberapa bulan awal 2012 karena adanya pengaruh permintaan dan penawaran kedelai dunia. Sejak bulan April permintaan kedelai didominasi oleh China, dimana China yang pada bulan-bulan sebelumnya membeli dari Amerika Selatan mengalami kehabisan stok akibat kegagalan panen kedelai di Amerika Selatan karena pengaruh cuaca panas. China sebagai importir kedelai terbesar di dunia membeli ton kedelai Amerika selama empat minggu dalam bulan April dimana permintaan ini tiga kali lipat dibanding periode yang sama pada tahun China juga telah memesan kedelai dari panen berikutnya untuk dikirim sebanyak juta ton atau naik 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain penawaran produksi kedelai dunia turun dari tahun sebelumnya dikarenakan output dari Amerika Selatan, Brazil, Argentina dan Paraguay mengalami penurunan akibat cuaca yang buruk di Amerika Selatan. Selain itu menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg, penurunan produksi kedelai ini disebabkan karena luas areal tanam kedelai di negara produsen seperti Amerika Serikat setahun belakangan menurun karena petani lebih banyak menanami jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar. Berdasarkan data tersebut kemungkinan harga kedelai masih akan meningkat seiring dengan ketatnya persediaan dari kedelai dan akan terus bertahan sampai ada perubahan cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman kedelai yang diprediksi akan berlangsung lama. Sehingga Indonesia harus meningkatkan produksi kedelai jika tidak mau terimbas tingginya harga kedelai impor. 54

55 Kebijakan Perkedelaian Negara Produsen Kedelai Dunia Brazil Brazil merupakan negara produsen kedelai nomor dua di dunia dengan rata-rata produksi sebesar 61 juta ton per tahun atau sekitar 26,18 persen dari total produksi kedelai dunia (tabel 4). Brazil juga menjadi negara eksportir kedelai dunia setelah Amerika dengan total ekspor rata-rata sebesar 24,8 juta ton per tahun atau sekitar 33,72 persen dari total ekpor kedelai dunia. Total ekspor Brazil menghasilkan nilai rata-rata sebesar 8 milyar US Dollar per tahun atau 32,57 persen dari total nilai ekspor kedelai dunia (tabel 5). Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat Brazil telah menjadi produsen kedelai utama di dunia sejak tahun an. Pada tahun 1965, Brazil melakukan peningkatan produksi kedelai dengan membuka areal kedelai baru sekitar ha (produksi 520 ribu ton) dan meningkat menjadi 8,774 juta ha (produksi 15,2 juta ton) pada tahun Pertumbuhan produksi kedelai di Brazil sangat mengesankan, yaitu rata-rata 25 persen, khususnya pada periode tahun Pemerintah Brazil lebih mendorong untuk mengembangkan processing kedelai menjadi minyak dan bungkil di dalam negeri yang kemudian minyak dan bungkil tersebut di ekspor daripada mengeskpor biji kedelai. Brazil terutama mengekspor ke MEE, Jepang, Spanyol, Rusia, China dan Eropa Timur. Brazil memiliki musim panen kedelai yang berbeda dengan Amerika Serikat. Perbedaan tersebut dimanfaatkan oleh Brazil untuk menikmati harga kedelai yang tinggi dengan menjual pada musim yang berbeda dengan Amerika. Hal ini dilakukan mengingat Amerika Serikat merupakan produsen kedelai utama sehingga dapat mempengaruhi fluktuasi harga kedelai dunia. Pemerintah Brazil menerapkan sejumlah kebijakan perdagangan untuk mengendalikan volume ekspor. Kebijakan diarahkan untuk mendorong perkembangan industri pengolahan biji kedelai menjadi minyak dan bungkil. Kebijakan perdagangan meliputi kuota ekspor, lisensi, pajak ekspor dan subsidi, embargo ekspor, dan perjanjian dagang bilateral 5. 5 Sejarah Sukses Kedelai di Brazil dan Swasembada di Indonesia. Error! Hyperlink reference not valid. [Diakses 1 Mei 2012] 55

56 Ada empat faktor yang mendorong pengembangan kedelai di Brazil: 1. Pengembangan kedelai di Brazil didorong oleh kebijakan pemerintah yang menciptakan pasar yang baik untuk kedelai. Pemerintah menawarkan kredit yang liberal dengan tingkat suku bunga yang rendah, guna pembelian peralatan dan sarana produksi. Keadaan ini memberikan kemudahan bagi petani untuk melakukan perluasan areal kedelai. 2. Perusahaan multinasional yang melihat adanya peluang ekonomi membantu petani melalui bantuan tenaga ahli, modal dan manajemen dalam rangka pengembangan industri pertanian Brazil. 3. Brazil mempunyai Lembaga Penelitian Kedelai Nasional (National Center for Soybean Research) di bawah Brazilian Enterprize of Agricultural Research (EMBRAPA) yang memiliki plasma nutfah yang diperlukan untuk merakit varietas-varietas baru diperoleh dari Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Korea. 4. Tingginya harga kedelai pada akhir tahun 1960-an hingga akhir tahun 1970-an dan terjadinya embargo ekspor kedelai oleh Amerika Serikat pada tahun 1973 menyebabkan kedelai menjadi tanaman yang lebih menguntungkan dan berupaya mengembangkan tanaman kedelai di dalam negeri Brazil sendiri Permintaan Impor Kedelai Indonesia Permintaan kedelai akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, membaiknya pendapatan perkapita, meningkatnya kesadaran akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri berbahan pokok kedelai seperti tahu, tempe, dan kecap. Namun, permintaan kedelai di Indonesia selalu lebih tinggi daripada penawaran kedelai itu sendiri sehingga pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia Berdasarkan data statistik perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai Indonesia menurut wilayah periode tahun dapat dikatakan fluktuatif. Sejak tahun 2005 luas areal panen kedelai Indonesia terus menurun hingga tahun 2007 dan kembali meningkat sampai tahun 2009 sebelum akhirnya turun kembali pada tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) luas areal panen kedelai diperkirakan sebesar 566,7 ribu ha atau lebih rendah 55,55 ribu ha 56

57 daripada tahun sebelumnya. Rata-rata luas areal panen kedelai di wilayah Jawa masih lebih tinggi daripada luas areal panen di luar Jawa. Dimana sekitar 60 persen panen di Jawa didapat dari pertanaman di lahan sawah sedangkan di luar Jawa hanya 20 persen dari lahan sawah. Sisanya ditanam di lahan tegal. Baik di Jawa maupun di luar Jawa, hasil pertanaman di lahan sawah lebih tinggi dibandingkan di lahan tegal. Namun tiap tahun luas lahan baku di Jawa terus menurun akibat perubahan fungsi penggunaan di luar pertanian yang pada akhirnya menurunkan luas areal penanaman sehingga berdampak pada menurunnya luas areal panen kedelai. Produktivitas kedelai Indonesia tahun 2005 sebesar 13,01 ku/ha, kemudian menurun pada tahun 2006 dan kembali meningkat sampai tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) produktivitas kedelai Indonesia diperkirakan mencapai angka tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 13,76 ku/ha atau meningkat 0,08 ku/ha dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata produktivitas kedelai wilayah Jawa lebih tinggi daripada di Luar Jawa. Salah satu penyebab yang memungkinkan karena petani di luar Jawa belum menggunakan kedelai varietas unggul, penerapan teknik budidaya kedelai masih kurang tepat dan sebagian besar belum menerapkan pendekatan produksi melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada kedelai. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bukanlah suatu paket produksi kedelai, melainkan suatu pendekatan inovatif dan dinamis melalui perakitan teknologi secara partisipasif bersama petani sesuai dengan kondisi lingkungan setempat seperti lahan, keadaan sosial ekonomi serta status kelembagaan yang terkait dengan pembangunan pertanian. PTT diterapkan di sentra-sentra produksi kedelai baik lahan sawah maupun di lahan kering. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai diharapkan dapat memberikan produktivitas tinggi dengan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Produksi kedelai Indonesia tahun 2005 sebesar 808,36 ribu ton dan terus menurun sampai tahun Produksi kedelai mulai meningkat kembali pada tahun 2008 sampai tahun 2009 sebelum akhirnya turun sampai tahun Pada tahun 2012 (ARAM I) produksi kedelai Indonesia diperkirakan sebesar 779,74 ribu ton atau menurun daripada tahun sebelumnya. Penurunan produksi kedelai 57

58 pada tahun kemungkinan dipengaruhi oleh menurunnya luas areal panen dan produktivitas kedelai pada tahun tersebut dan meningkat seiring dengan meningkatnya luas areal panen dan produktivitas kedelai pada tahun Pada tahun penurunan produksi kedelai Indonesia lebih dipengaruhi oleh penurunan luas panen kedelai dibandingkan dengan penurunan produktivitasnya terutama di wilayah Jawa. Yang perlu dicermati pada tahun 2011 produksi kedelai di luar Jawa meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun pada tahun tersebut luas panen kedelai berkurang tetapi produktivitasnya meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 (ARAM I) produksi kedelai Indonesia diperkirakan sebesar 779,74 atau menurun sebesar 71,55 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun produktivitas kedelai diperkirakan meningkat sebesar 0,08 ku/ha, namun luas areal panennya menurun 55,55 ribu ha dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 9. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Menurut Wilayah Tahun Uraian Luas Panen (000 ha) 2012 (ARA M 1) Jawa 423,87 390,57 325,69 389,78 460,48 439,59 404,18 374,19 Luar Jawa 197,67 189,97 133,42 201,18 262,31 221,23 218,07 192,51 Indonesia 621,54 580,54 459,11 590,96 722,79 660,82 622,25 566,7 2. Produktivitas (ku/ha) Jawa 13,29 13,27 13,05 13,32 14,05 14,4 14,2 14,23 Luar Jawa 12,4 12,06 12,56 12,76 12,49 12,38 12,71 12,85 Indonesia 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 13,73 13,68 13,76 3. Produksi (000 ton) Jawa 563,23 518,43 424, ,84 663,21 574,12 532,35 Luar Jawa 245,13 229,19 167,55 256,71 327,67 273,82 277,17 247,39 Indonesia 808,36 747,62 592,54 775,71 974,51 937,03 851,29 779,74 Sumber : BPS, 2012 (Diolah) Konsumsi Kedelai Indonesia Kedelai di Indonesia merupakan komoditi terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya 58

59 permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan kedelai di dalam negeri pun berpotensi untuk meningkat. Di Indonesia, lebih dari 90 persen kedelai digunakan sebagai bahan pangan, terutama pangan olahan yaitu sekitar 88 persen oleh industri tahu dan tempe, 10 persen untuk pangan olahan lainnya seperti industri tepung dan pati serta sisanya sebanyak 2 persen untuk benih. Konsumsi kedelai secara umum terdiri dari konsumsi langsung dan tidak langsung, dimana konsumsi tidak langsung yang dimaksud adalah kedelai yang diolah lebih lanjut menjadi produk tertentu. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe, susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Perkembangan Konsumsi Perkapita dan Total Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa) Konsumsi Perkapita (kg/thn) Langsung*) Tidak Langsung**) Konsumsi Perkapita (Kg/thn) Total Konsumsi (Ton) ,10 8,51 8, ,05 8,38 8, ,10 8,77 8, ,05 8,46 8, ,05 9,92 9, ,05 11,34 11, *) ,05 12,54 12, Rata-rata ,06 9,70 9, Sumber : BPS, 2012 (Diolah) Keterangan: *) Angka Ramalan III Berdasarkan data statistik di atas, dapat kita ketahui bahwa peningkatan jumlah penduduk tidak selalu berbanding lurus dengan perkembangan konsumsi dan ketersediaan kedelai perkapita di Indonesia periode tahun namun memiliki kecenderungan yang meningkat. Sejak tahun 2005 konsumsi kedelai perkapita selalu menunjukan perkembangan yang fluktuatif namun mulai menunjukan peningkatan yang stabil pada tahun 2009 hingga Pada tahun 59

60 2005 konsumsi perkapita sebesar 8,61 kg/tahun yang terdiri dari 0,10 kg konsumsi langsung dan 8,51 kg konsumsi tidak langsung. Namun pada tahun 2007 konsumsi perkapita turun sebesar 0,18 kg/tahun yang terdiri dari 0,05 kg konsumsi langsung dan 0,13 konsumsi tidak langsung. Penurunan konsumsi perkapita kembali menurun pada tahun 2008 sebesar 0,36 kg/tahun yang terdiri dari 0,05 konsumsi langsung dan 0,31 kg konsumsi tidak langsung dari tahun sebelumnya. Padahal pada tahun 2007 konsumsi kedelai perkapita meningkat sebesar 0,44 kg/tahun jika dibandingkan tahun 2006 yang terdiri dari 0,05 konsumsi langsung dan 0,39 konsumsi tidak langsung. Konsumsi kedelai perkapita mulai menunjukan peningkatan sejak tahun 2009 hingga tahun Pada tahun 2009 konsumsi kedelai perkapita meningkat sebesar 1,46 kg/tahun jika dibandingkan dengan tahun Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi jika dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 1,42 kg/tahun dan 1,2 kg/tahun pada tahun Dimana peningkatan konsumsi kedelai tidak langsung memiliki kontribusi lebih besar daripada konsumsi langsung dalam meningkatkan konsumsi kedelai perkapita di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa konsumsi kedelai dalam bentuk olahan masih jauh diminati masyarakat Indonesia daripada konsumsi langsung terutama tahu dan tempe. Total konsumsi kedelai di Indonesia mempunyai tren yang sama dengan perkembangan konsumsi kedelai perkapita. Pada tahun 2005, total konsumsi kedelai Indonesia sebesar 1,89 juta ton dan menurun 0,02 juta ton pada tahun Namun, kembali meningkat sebesar 0,13 juta ton pada tahun Seperti halnya konsumsi perkapita, total konsumsi kedelai menurun pada tahun 2008 sebesar 0,06 juta ton jika dibandingkan tahun sebelumnya dan terus meningkat sampai tahun Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh menurunnya konsumsi kedelai perkapita terutama konsumsi tidak langsung (olahan) pada tahun 2008 sebesar 0,36 kg/tahun. Peningkatan konsumsi kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 0,37 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya dan meningkat sebesar 0,32 juta ton pada tahun Perlu dicermati bahwa tren peningkatan konsumsi kedelai dalam beberapa tahun belakangan ditunjukan oleh peningkatan jumlah penduduk yang secara langsung mempengaruhi peningkatan konsumsi kedelai terutama konsumsi tidak langsung (olahan) dalam hal ini tahu dan tempe yang 60

61 merupakan makanan pokok olahan berbasis kedelai. Secara rataan selama periode tahun konsumsi perkapita kedelai adalah sebesar 9,77 kg/tahun yang terdiri dari 0,06 kg konsumsi langsung dan 9,70 kg konsumsi tidak langsung, sedangkan total konsumsi kedelai rata-rata sekitar 2,256 juta ton/tahun. Menurut Direktorat Jendral Tanaman Pangan, permintaan kedelai berdasarkan ketersediaan perkapita sempat mengalami penurunan pada masa krisis tahun 1998, walaupun kemudian kembali meningkat drastis pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukan bahwa kedelai masih terimbas krisis dibandingkan komoditas pertanian lainnya, karena penyediaan kedelai masih ada ketergantungan dengan impor, meskipun demikian kondisinya dapat pulih dengan cepat karena sebagian masih dipenuhi oleh produksi dalam negeri untuk bahan baku tahu dan oncom. Sedangkan tempe lebih banyak menggunakan kedelai impor Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Berdasarkan data statistik perkembangan volume ekspor, impor dan neraca perdagangan kedelai Indonesia selama periode tahun memiliki tren yang fluktutif terutama pada perkembangan volume ekspor kedelai. Sedangkan perkembangan volume impor kedelai Indonesia walaupun fluktuatif, namun memiliki kecenderungan yang meningkat. Perbedaan yang sangat signifikan antara volume ekspor dengan volume impor kedelai menyebabkan neraca perdagangan kedelai di Indonesia selalu defisit. Pada tahun 2005 Indonesia mengekspor kedelai sebesar ton, namun tidak dapat menutupi volume impor kedelai sebesar 1,08 juta ton, sehingga neraca perdagangan pada tahun tersebut defisit 1,07 ribu ton. Defisit neraca perdagangan yang lebih tinggi terjadi pada tahun 2006 dikarenakan volume ekspor kedelai menurun sebesar 362 ton, sedangkan volume impor kedelai Indonesia meningkat 45 ribu ton jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 defisit neraca perdagangan kembali meningkat sebesar 287 ribu ton. Padahal pada tahun tersebut volume ekspor kedelai Indonesia meningkat sebesar 935 ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun peningkatan yang kecil tidak mampu menutupi peningkatan impor kedelai sebesar 288 ribu ton. Volume ekspor kedelai Indonesia tahun 2008 menurun tajam sebesar ton 6 Kedelai Transgenik Untuk Atasi Ketergantungan Impor. [Diakses 27 Juni 2012] 61

62 diikuti penurunan volume impor kedelai sebesar 243 ribu ton namun neraca perdagangan masih defisit. Defisit neraca perdangan terus terjadi sampai tahun 2011 dalam jumlah yang semakin besar seiring dengan meningkatnya volume impor dan kecilnya volume ekspor kedelai Indonesia. Meningkatnya volume impor kedelai salah satunya disebabkan oleh penurunan produksi kedelai pada periode yang sama (tabel 9), sehingga kekurangan kebutuhan kedelai dalam negeri harus dipenuhi melalui mekanisme impor. Berikut secara lengkap disajikan tabel perkembangan volume ekspor, impor dan neraca perdangan kedelai Indonesia. Tabel 11. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai Indonesia Tahun Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton) Neraca (Ton) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Rata-rata ( ) Sumber : BPS, Pusdatin, Ditjen Tanaman Pangan, 2012 (Diolah) Keterangan : Ekspor dalam bentuk segar dan impor dalam bentuk biji Indonesia mengimpor kedelai yang sangat besar, namun di pihak lain Indonesia juga melakukan ekspor walaupun masih sangat kecil sekali. Sama halnya dengan jenis kedelai impor maka kedelai yang diekspor juga dalam dua macam bentuk juga yaitu biji kedelai dan olahan kedelai. Biji kedelai berupa biji kedelai kuning, hitam, hijau, coklat, campuran, pecah dan lainnya. Ekspor biji kedelai baru berkembang sejak tahun 1990-an dan masih dalam jumlah yang relatif kecil. Sedangkan jenis ekspor olahan kedelai baru mulai berkembang sejak 1990-an berupa bungkil kedelai, tepung dan minyak kedelai Harga Kedelai Indonesia Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kedelai. Selain itu harga kedelai lokal juga dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai dalam negeri dan fluktuasi harga kedelai internasional. 62

63 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, * Ratarata Tk. Produsen 3,391 3,381 4,533 6,698 6,292 6,332 5,400 6,970 5,375 Tk. Grosir 4,540 4,364 4,821 7,117 6,847 6,650 6,834 6,860 6,004 Tk. Eceran 4,634 4,488 4,924 8,131 8,929 7,487 7,210 7,620 6,678 Gambar 7. Grafik Perekmbangan Harga Kedelai Tingkat Produsen, Grosir, dan Eceran Tahun Sumber : PPHP, Pusdatin, Kementan, Ditjen Tanaman Pangan, 2012 (Diolah) Keterangan: *) Data rata-rata sampai bulan Mei Berdasarkan gambar di atas, perkembangan harga kedelai untuk tingkat produsen, grosir dan eceran pada periode tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2012 masing-masing memiliki tren yang fluktuatif, namun cenderung meningkat. Pada tahun 2005 harga kedelai di tingkat produsen, grosir dan eceran masingmasing sebesar Rp 3.391/kg, Rp 4.540/kg dan Rp 4.634/kg dan terus meningkat sampai tahun Harga kedelai mulai turun pada tahun 2009 sebesar Rp 406/kg di tingkat produsen dan Rp 270/kg di tingkat grosir, sedangkan pada tingkat eceran harga kedelai naik sebesar Rp 798/kg dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Harga kedelai di tingkat produsen kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 40/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat grosir dan eceran masing-masing turun sebesar Rp 197/kg dan Rp 1.442/kg. Pada tahun 2011 harga kedelai di tingkat produsen dan di tingkat eceran masing-masing turun sebesar Rp 932/kg dan Rp 277/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat grosir justru naik sebesar Rp 184/kg. Pada tahun 2012 yang merupakan harga rata-rata kedelai sampai bulan Mei, harga kedelai di setiap tingkatan masing-masing meningkat sebesar Rp 1.570/kg di tingkat produsen, Rp 26/kg di tingkat grosir dan Rp 410/kg di tingkat eceran jika dibandingkan dengan tahun Peningkatan harga kedelai lokal pada beberapa 63

64 bulan awal tahun 2012 salah satunya disebabkan oleh fluktuasi harga kedelai internasional yang cenderung semakin mahal. Tingginya harga kedelai impor dalam beberapa bulan belakangan dikarenakan oleh menurunnya produksi kedelai di negara produsen besar seperti Brazil dan Argentina karena adanya perubahan cuaca yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Pada saat bersamaan, produksi kedelai lokal semakin menurun dan tidak menjanjikan, sehingga berimbas pada semakin tidak stabilnya harga kedelai lokal. Selain itu, mahalnya harga kedelai impor ditengarai oleh adanya permainan harga yang dilakukan oleh para distributor (importir). Distributor ikut menjual kedelai eceran dalam rantai tataniaga yang akan mengakitbatkan harga kedelai menjadi tidak stabil,bisa naik bisa turun tak terkendali. Harga kedelai rata-rata di setiap tingkatan sebesar Rp 5.375/kg di tingkat produsen, Rp 6.004/kg di tingkat grosir, dan Rp 6.678/kg di tingkat eceran. Harga kedelai tertinggi di tingkat produsen dan tingkat grosir terjadi pada tahun 2012 masing-masing sebesar Rp 6.970/kg dan Rp 6.860/kg, sedangkan harga kedelai di tingkat eceran tertinggi sebesar Rp 8.929/kg pada tahun Disparitas harga kedelai tertinggi antara tingkat produsen dan tingkat grosir terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.434/kg. Sedangkan disparitas harga tertinggi antara harga kedelai di tingkat grosir dengan harga kedelai di tingkat eceran terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 2.082/kg. Menurut data FAO, harga produsen kedelai Indonesia berada pada level tinggi jika dibandingkan lima negara penghasil kedelai terbesar dunia. Secara ratarata harga produsen kedelai di Indonesia pada periode tahun adalah 511,6 USD/ton (lampiran 5). Disparitas harga yang cukup jauh antara harga di tingkat produsen dan harga internasional dapat membawa dampak rendahnya harga kedelai impor sehingga harga kedelai dalam negeri sulit untuk bersaing. Selain itu, rantai tataniaga kedelai dalam negeri yang panjang sering membuat harga kedelai lokal menjadi lebih tinggi daripada kedelai impor. 64

65 Petani Importir Pedagang Pengumpul KOPTI/KPKD Grosir Pengecer Pengolah Konsumen Akhir Gambar 8. Rantai Tataniaga Kedelai Indonesia Sumber : Sudaryanto dan Swastika, 2007 Keterangan: = jalur tataniaga kedelai dalam negeri oleh petani = jalur tataniaga kedelai dalam negeri oleh importir Dari gambar di atas, terlihat bahwa kedelai di tingkat petani dibeli oleh pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang grosir dan pengolah. Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar yang lemah, sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang 7. Sedangkan importisasi yang dilakukan oleh importir umumnya dibeli oleh Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (KOPTI), kemudian dipasarkan ke pengrajin atau industri tahu dan tempe yang merupakan anggota KOPTI. Sedangkan pengusaha industri tempe, tahu dan kecap pada sentra industri tempe, tahu dan kecap yang bukan anggota KOPTI mendapatkan jaminan pasokan kedelai dari Kelompok Pedagang Kacang Kedelai (KPKD). KPKD di sini merupakan salah satu distributor kedelai impor selain KOPTI. Kedua lembaga ini merupakan lembaga penting dalam ekonomi kedelai yang dapat berfungsi mengatur stabilitas harga dan kontinuitas pasokan terutama kepada pengusaha industri tahu, tempe dan kecap. Konsumen juga bisa mendapatkan kedelai secara langsung dari pengecer atau pengolah untuk selanjutnya diolah sesuai kebutuhan. Kedelai yang beredar di pasaran Indonesia umumnya didominasi oleh kedelai impor, sisanya merupakan 7 Rantai Tataniaga Kedelai. [Diakses 22 Mei 2012] 65

66 hasil produksi oleh petani lokal baik tingkat desa, kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Pada rantai pemasaran kedelai di Jawa, pedagang besar tingkat propinsi, kabupaten dan kecamatan tidak langsung membeli kedelai dari petani tetapi melalui pedagang pengumpul desa. Sedangkan pedagang pengecer pada setiap pasar menyalurkan kedelai dari masing-masing pedagang besar tingkat propinsi dan kabupaten untuk dijual kepada konsumen. Pedagang besar tingkat propinsi dan kabupaten merupakan salah satu mata rantai yang menyalurkan kedelai impor. Oleh karena itu, agar harga kedelai relatif lebih stabil, pemerintah harus ikut menangani tataniaga kedelai supaya terhindar dari permainan harga oleh para distributor atau importir Perkembangan Impor Kedelai Indonesia Sejak tahun 1995 hingga tahun 2011 volume impor kedelai mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Volume impor kedelai mulai mengalami peningkatan drastis, dimana pada tahun 1995 volume impor kedelai sebesar 0,607 juta ton dan meningkat drastis pada tahun 2000 sebesar 1,27 juta ton. Hal ini dikarenakan berlakunya perdagangan bebas bagi komoditas kedelai sehingga kedelai impor bebas masuk ke dalam pasar kedelai dalam negeri. Kondisi yang perlu dicermati adalah tidak tercatatnya stok kedelai yang kemungkinan memang tidak ada lembaga yang melaksanakannya atau tidak tercatat adanya stok kedelai. Apabila tidak ada lembaga yang melakukan stok maka dapat diperkirakan bahwa pasar domestik akan terpengaruh langsung oleh fluktuasi kondisi pasar internasional. Dewasa ini impor kedelai Indonesia semakin merajalela. Pada tahun 2011 impor kedelai Indonesia sudah mencapai angka 2,125 juta ton dari total kebutuhan 2,5-3 juta ton dengan nilai US$ 1,27 milyar, jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya yang hanya 1,7 juta ton. Sedangkan sisanya masih bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, yaitu sekitar ribu ton/tahun 8. Berdasarkan gambar di bawah, persentase perbandingan antara impor kedelai dengan produksi kedelai nasional selama periode tahun , impor kedelai Indonesia rata-rata 8) Menyedihkan, Indonesia Impor Kedelai Rp 7,14 Triliun. [Diakses 14 Mei 2012] 66

67 sebesar 63,41 persen berbanding 36,59 persen dengan produksi kedelai nasional per tahun. Ketergantungan terhadap impor kedelai tertinggi tercatat pada tahun 2011 yakni sebesar 71,40 persen atau 2,125 juta ton. Impor Kedelai Produksi Kedelai Nasional 42.67% 39.77% 29.44% 39.73% 42.05% 33.85% 28.60% 36.59% 57.33% 60.23% 70.56% 60.27% 57.95% 66.15% 71.40% 63.41% Rata-rata Gambar 9. Persentase Perbandingan Impor dan Produksi Kedelai Nasional Tahun Jika dilihat negara pengekspor kedelai ke Indonesia selama selang tahun 2000/2010, lebih banyak didominasi oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya seperti Argentina, Kanada, Malaysia, Singapura, dan Myanmar secara bergantian. Sejak tahun 2000, Amerika Serikat sudah mendominasi dengan mengekspor kedelainya sebesar ton ke Indonesia atau dengan persentasi 42,21 persen dari keseluruhan total impor kedelai Indonesia dari berbagai negara. Impor kedelai dari Amerika Serikat terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan kedelai. Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika Serikat sebesar ton atau dengan persentasi 83,59 persen dari keseluruhan total impor kedelai Indonesia. Pada tahun 2010, angka ini meningkat tiga kalinya jika dibandingkan dengan tahun 2000 dan hampir dua kalinya pada tahun 2005 yakni sebesar ton atau dengan persentasi 89,5 persen dari total impor kedelai Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Tingginya impor kedelai dari Amerika Serikat selain karena faktor harga dan kualitas, disebabkan karena pasar kedelai Brazil dan Argentina sudah didominasi lebih dahulu oleh importir yang berasal dari Eropa dan Asia 67

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A 14104073 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penawaran Kedelai Dunia Penawaran kedelai dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap tahunnya mengikuti deret pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI Oleh TULUS BUDI NIRMAWAN NIM. 001510201025 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A14302003 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE 1987 2007 OLEH TRI PURWANTO H14094001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Tujuannya adalah untuk menciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Data Botanis Tanaman Kentang Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk diusahakan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penunjang utama kehidupan masyarakat Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian untuk pembangunan (agriculture

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN WINA YUDPI MUDJAYANI.

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci