TERBATAS 1 KONSEPSI PENYELENGGARAAN RUTR WILAYAH PERTAHANAN DALAM RANGKA MENGHADAPI PERKEMBANGAN ANCAMAN MASA KINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERBATAS 1 KONSEPSI PENYELENGGARAAN RUTR WILAYAH PERTAHANAN DALAM RANGKA MENGHADAPI PERKEMBANGAN ANCAMAN MASA KINI"

Transkripsi

1 1 KONSEPSI PENYELENGGARAAN RUTR WILAYAH PERTAHANAN DALAM RANGKA MENGHADAPI PERKEMBANGAN ANCAMAN MASA KINI Konsepsi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan disusun berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Nasional (RUTR Nasional) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang implementasinya diwujudkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pertahanan (RUTR Wilhan) baik dalam tataran Nasional maupun Daerah. RUTR Wilhan khususnya Pertahanan Negara secara tersirat termasuk dalam kriteria pengklasifikasian Kawasan Tertentu (Khusus), yaitu merupakan kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan (Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, Pasal 1). Dalam rangka penataan RUTR Wilhan harus benar-benar memperhatikan pemanfaatan dan penggunaan ruang wilayah Nusantara secara efektif dan efisien dalam rangka tetap menjaga kesatuan dan keutuhan serta tetap tegaknya NKRI, khususnya dalam rangka tercapainya kesejahteraan seluruh masyarakat dalam kondisi aman dan tenteram menuju masyarakat adil dan makmur. Penataan Ruang Wilayah Nasional pada hakikatnya mencakup dua aspek yang saling terkait satu sama lain, yakni aspek kesejahteraan dan aspek pertahanan keamanan. Dari segi pertahanan, penataan ruang terkait langsung dengan strategi pertahanan negara. Sejauh ini penataan ruang kawasan pertahanan seringkali berbenturan dengan fungsi-fungsi pembangunan nasional lainnya. Upaya untuk mengatasi benturan tersebut masih terkendala dengan aspek legal, yakni peraturan perundang-undangan yang belum secara jelas mengatur tentang Penataan Ruang Kawasan Pertahanan yang berdampak terhadap lemahnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar unsur pemerintah dalam implementasi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) khususnya Wilayah Pertahanan. Disamping itu adanya kendala aspek kelembagaan, sumber daya manusia, dukungan anggaran dan penyusunan RUTR Willayah Pertahanan yang belum mengacu pada hakekat ancaman masa kini. Penataan ruang kawasan atau wilayah pertahanan memerlukan penanganan secara khusus, yang pelaksanaannya berbeda dengan penataan kawasan untuk fungsi-

2 2 fungsi pembangunan lainnya. Menyadari hal tersebut, perlu adanya konsepsi penyelenggaran RUTR Wilayah Pertahanan dalam rangka menghadapi perkembangan ancaman masa kini sebagai perwujudan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional khususnya menyangkut kawasan pertahanan negara adalah penting dilaksanakan dan memiliki relevansi dengan kepentingan nasional. Bertitik tolak dari uraian diatas dimana masalah RUTR merupakan permasalahan yang komplek dan penanganan serta pelaksanaannya bersifat khusus, maka untuk mensistemasi pembahasan agar lebih terfokus dan mengena dibawah ini akan diajukan pertanyaan sebagai persoalan penting, yaitu: Bagaimana konsepsi penyelenggaran RUTR Wilayah Pertahanan dalam rangka menghadapi perkembangan ancaman masa kini? Adapun nilai guna dari tulisan ini agar para pembaca mengerti tentang bagaimana konsepsi penyelenggaran RUTR Wilayah Pertahanan dalam rangka menghadapi perkembangan ancaman masa kini serta dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pertimbangan unsur pimpinan dalam mengambil keputusan. Sebagai landasan pemikiran dalam menganalisa permasalahan penulis menggunakan pendekatan legalitas hukum yaitu : UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang terkait dengan penataan RUTR Wilayah Pertahanan, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Sesuai dengan pasal 8 point (d) tugas TNI Angkatan Darat salah satunya adalah melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang memuat tentang pengaturan mengenai pembentukan dan penyelenggaraan pemerintah daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara yang mengatur tentang penggunaan wilayah nasional termasuk Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang memuat rencana pembagian wilayah dan kawasan yang merupakan jabaran dari RTRW Nasional dan sekaligus menjadi pedoman bagi penyusunan RTRW Kabupaten/Kota di bawahnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang

3 3 Penyelenggaraan Penataan Ruang, merupakan ketentuan dan aturan serta tata cara penyelenggaraan penataan ruang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus, merupakan ketentuan dan aturan serta tata cara penentuan wilayah khusus dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, yang bertugas antara lain: Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional, Keputusan Kasad Nomor Kep / 23 / IV / 2007 tanggal 24 April 2007 tentang Pengesahan Berlakunya Naskah Sementara Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, khusunya menyangkut tentang penyusunan Tata Ruang Wilayah Pertahanan Darat/ Kompartemen Strategis Pertahanan Matra Darat, dengan menggunakan metode pembahasan deskriptif analisis secara kualitatif dan pemecahan persoalan melalui pendekatan study kepustakaan dan empiris. Sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana konsepsi penyeleggaraan RUTR wilayah pertahanan Kodam maka terlebih dahulu perlu diketahui identifikasi masalah, faktor yang mempengaruhinya dan kondisi penyelenggaraan RUTR wilayah Kodam yang diharapkan. Identifikasi masalah. 1). Masalah Sistem Penyusunan RUTR. a) Praktik penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam selama ini masih memiliki banyak kelemahan seperti halnya penyusunan RTRW Provinsi. Menurut Eko Budiharjo, pakar perencanaan ruang dari Undip dalam Aris Poniman dan Suwahyuono (2001) sejumlah kelemahan yang umum ditemui dalam rencana tata ruang adalah; (1) RTRW masih cenderung berorientasi pada pencapaian tujuan ideal berjangka panjang, yang seringkali meleset karena banyaknya faktor ketidakpastian, (2) RTRW yang baik tidak selalu menghasilkan penataan ruang yang baik, (3) Terlihat kecenderungan yang kuat bahwa perencanaan tata ruang lebih ditekankan pada aspek penataan fisik dan visual, sedangkan aspek perencanaan sumberdaya dan komunitas - penduduk yang mendiami daerah tersebut masih kurang porsi perhatiannya, (4) Keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan terkesan masih sebatas slogan, (5) Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang masih sangat terbatas, (6) Lemahnya wibawa dan kekuatan hukum suatu produk rencana tata ruang. 1 b) RUTR 1 Ibnu Fatah, Aneka Teritorial, Markas Besar Angkatan Darat Staf Umum territorial, 2009, Hal. 9.

4 4 Pertahanan Kodam dalam kedudukannya sebagai kompartemen strategis selama ini, menurut teorinya, direncanakan dan disusun dengan memperhatikan RTRW Nasional di tingkat atasnya dan RTRW Kabupaten/ Kota di tingkat bawahnya. 2 Walaupun pada kenyataannya, kondisi ideal tadi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Seperti halnya yang terjadi pada RTRW Provinsi, beberapa faktor penyebabnya antara lain; (1) RUTR Wilayah Pertahanan nasional yang seyogyanya menjadi pedoman penyusunan RTRW Kodam belum pernah tuntas dan disebarkan secara luas dan terbuka, (2) Harus diakui aspek ilmiah, khususnya metode yang digunakan untuk menentukan klasifikasi susunan daerah dalam RUTR Wilayah Pertahanan Kodam masih sangat lemah, (3) Terkait dengan faktor nomor 2,kemampuan dan kompetensi personel yang terlibat dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam dirasakan masih kurang dan belum melibatkan pihakpihak terkait secara lebih luas (ada kecenderungan didominasi oleh staf umum saja), (4) Mekanisme dan prosedurnya belum jelas dan mantap terbangun, sebagian memang diakibatkan lemahnya dasar hukum yang menjadi cantolan produk RUTR Wilayah Pertahanan Kodam, (5) Masih lemahnya kemampuan mengkomunikasikan produk RUTR WilayahPertahanan Kodam dalam forum koordinasi dan konsultasi pembahasan RTRW Provinsi, sehingga kepentingan-kepentingan aspek pertahanan kurang terwadahi dan belum selaras (sinkron). 3 c) Menyangkut permasalahan sistem dan metode penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam dan RTRW Provinsi, saat ini dirasakan mekanisme, prosedur dan tata laksananya, belum jelas dan tidak mantap terbangun diantara keduanya. Bahkan perangkat piranti lunak berupa buku-buku petunjuk yang mengatur penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam belum ada. Sebagai akibatnya, saat ini belum ada standar baku yang bisa diterapkan dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam. Selain itu, fakta bahwa penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Nasional belum selesai dibahas secara tuntas bahkan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Wilayah Pertahanan Negara sebagai jabaran dan amanat sesuai dengan Pasal 17 ayat 7 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan diatur dengan Peraturan Pemerintah sampai saat ini belum terwujud (masih dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah). d) Terdapat sejumlah kecenderungan negatif dalam penyelenggaraan RTRW Provinsi yang dapat ditemukan, antara lain; (1) Umumnya penyusunan RTRW dilakukan oleh konsultan yang seringkali tidak mengenal kondisi daerah secara luas dan mendalam, (2) Dalam proses penyusunan RTRW pelibatan peran serta masyarakat yang 2 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ibnu Fatah, Op.Cit, Hal 10.

5 5 diatur dalam PP Nomor 69 Tahun1996 seringkali tidak pernah dilakukan, (3) Sebagian besar perencanaan tidak melakukan penelitian secara cermat di lapangan dan rekomendasi yang dikeluarkan hanya berdasarkan atas data sekunder yang dikumpulkan dengan tingkat akurasi yang sangat diragukan, (4) Produk RTRW belum mampu mengakomodasikan semua kepentingan secara optimal, secara hirarkis maupun lintas sektor diantaranya aspek pertahanan keamanan daerah akibatnya muncul ketidakselarasan dengan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam, (5) Dalam pembahasan RTRW yang telah disusun kurang melibatkan masyarakat luas (termasuk jajaran Kodam), dan terakhir (6) Penyebarluasan informasi RTRW yang telah disusun belum maksimal dilaksanakan dan bahkan terkesan seolah-olah untuk kalangan tertentu saja. 4 e) Penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam saat ini belum berdasarkan Hakekat Ancaman saat ini, sehingga RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang ada kurang valid, khususnya bila dihadapkan dengan hakekat ancaman militer dalam perang modern saat ini dan perang asimetris serta ancaman lainnya baik militer maupun nirmiliter. 2) Aspek Kelembagaan. a) Permasalahan aspek kelembagaan, diantaranya adalah organisasi penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam belum jelas dan dirasakan sangat eksklusif hanya melibatkan staf umum saja. Beberapa pihak terkait yang idealnya dapat memberikan saran masukan tidak dilibatkan secara intensif, contohnya jajaran Topdam dengan kemampuan penyediaan data keruangannya (Peta Topografi dan informasi geografi lainnya). Kemitraan antara Kodam dan Pemda Provinsi dalam penyusunan RUTR dan RTRW masing-masing sepertinya belum terbangun dengan mantap. Terkesan ada kendala psikologis akibat dua pendekatan yang seolah-olah bertentangan dalam penyusunan RTRW, yakni pendekatan kesejahteraan dan pertahanan keamanan. Nomenklatur (istilah teknis dan kriterianya) yang digunakan diantara RUTR Pertahanan Kodam dan RTRW Provinsi belum saling dipahami. Secara subyektif, ada kecenderungan bahwa lingkup kepentingan Kodam dalam penyusunan RUTR diartikan secara sempit yakni hanya menangani masalah pertahanan saja. Akibatnya adalah tingginya semangat egoisme sektoral karena Pemda Provinsi merasa dirinyalah paling penting dan paling benar. Apalagi dasar hukum yang melandasi penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam tidak sekuat RTRW Provinsi, sehingga ada kesenjangan dari segi legitimasi. Di sisi Pemda sendiri, diakui bahwa implementasi RTRW Provinsi masih lemah karena pelanggaran atas RTRW yang sudah ditetapkan jarang dikenai sanksi hukum secara 4 Ibid, Hal. 11

6 proporsional. 5 6 b) Tidak ada forum koordinasi dan konsultasi yang mantap dan jelas di tingkat Provinsi atau Kodam seperti halnya ditingkat nasional dengan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN) yang bertugas antara lain penyiapan kebijakan penataan ruang nasional; pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional secara terpadu sebagai dasar bagi kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional dan kawasan yang dijabarkan dalam program pembangunan sektor dan program pembangunan di daerah; penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik di tingkat nasional maupun daerah. 3). Aspek Sumber Daya Manusia. Permasalahan lain yang ditemukan adalah menyangkut SDM. Bagi Kodam, harus diakui aspek kompetensi SDM bagi penyusunan sebuah RUTR dinilai belum sekuat Pemda Provinsi yang bahkan seringkali menggunakan jasa konsultan perencana. Kodam tidak pernah menggunakan jasa konsultan dan hanya memanfaatkan sejumlah personel untuk diikutkan dalam Pokja dengan kemampuan dan pemahaman teoritis perencanaan wilayah yang sangat terbatas, sehingga cenderung intuitif dan tidak ilmiah. Konsekuensinya, aspek metodologi ilmiah yang digunakan dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam masih kurang. Sebagai perbandingan, penyusunan RTRW Provinsi sudah menggunakan analisa dan metode Sistem Informasi Geografi (SIG) dan teori-teori perencanaan dan pembangunan wilayah. 6 4) Aspek Koordinasi, Integrasi Sinkronisasi dan Simplifikasi. Lemahnya pemahaman aparatur Komado Kewilayahan dan aparatur Pemda terhadap produk hukum atau peraturan perundang-undangan baik menyangkut tata ruang maupun pemerintah daerah masing-masing memiliki interprestasi dan sudut pendang masing-masing sehingga dalam proses penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan dan RTRW tidak adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang berdampak terhadap dokumen tentang RUTR dan RTRW tidak pernah valid dan aplikatif untuk dapat dilaksanakan. 5) Aspek Dukungan Anggaran. Permasalahan dukungan anggaran atau pendanaan yang berkaitan dengan alokasi anggaran/ pendanaan untuk kegiatan penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam dirasakan sangat terbatas bahkan tidak ada sama sekali. Terkait dengan anggaran/ pendanaan tersebut, maka perencanaan dan pengelolaan kegiatannya masih terlalu didominasi oleh prinsip sentralisasi, dimana peran Komando Atas (Mabes AD) masih relatif dominan. Pada akhirnya, pendekatan bottom up guna menghimpun masukan dari bawah, seperti jajaran Korem dan Kodim, tidak berjalan optimal 5 6 Ibnu Fatah, Op.Cit. Hal 12. Ibid.

7 Faktor-faktor yang mempengaruhi. 7 Strategi dan kebijakan penataan ruang wilayah pertahanan mengacu pada pendekatan geopolitik dan geostrategi pertahanan negara, yang disertai dengan pencapaiaan amanah tujuan negara yaitu mensukseskan dan mengawal kepentingan nasional, serta berbasiskan ruang gelar yang permanen berjangka panjang dengan upaya penggunaan kekuatan pertahanan dan perang rakyat semesta. 7 Penataan ruang kawasan pertahanan darat, laut dan udara mempunyai sifat statis dan dinamis, yang ditujukan untuk mendukung gelar permanen dan gelar operasi penindakan. Pergelaran kekuatan pertahanan negara dipengaruhi dan ditentukan oleh hasil-hasil analisa perkembangan lingkungan strategis secara global, regional dan nasional, mengingat letak Kepulauan Indonesia yang strategis dan vital bagi berbagai kepentingan Negara-negara di dunia. Pendalaman analisa perkembangan lingkungan strategis menghasilkan suatu ketetapan bahwa pengelolaan tata ruang pertahanan harus dihadapkan dengan perkembangan dinamis lingkungan strategis global, regional dan nasional sebagaimana penggelaran kekuatan pertahanan negara, karena pergelaran kekuatan memerlukan ruang untuk gerak operasionalnya, sehingga terjadi korelasi dan interaksi timbal balik yang erat diantara perkembangan lingkungan strategis, pergelaran kekuatan pertahanan negara, dan tata ruang pertahanan. Oleh sebab itu, maka penataan ruang pertahanan harus memperhatikan dan memperhitungkan pula perkembangan lingkungan strategis dengan berbagai dimensi kemungkinan ancaman yang melingkupi posisi negara kepulauan Indonesia serta faktor-faktor lainnya yang bersifat internal dan eksternal. a) Kekuatan. 1) Ditetapkannya Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan pembangunan, merupakan keputusan politik yang strategis. Keputusan tersebut terbukti ampuh sebagai rambu-rambu pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan nasional. 2) Wawasan Nusantara sebagai wawasan kebangsaan yang bermuara pada persatuan dan kesatuan bangsa, mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. 3) Keputusan Kasad Nomor Kep / 23 / IV / 2007 tanggal 24 April 2007 tentang Pengesahan Berlakunya Naskah Sementara Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, khusunya menyangkut tentang penyusunan Tata Ruang Wilayah Pertahanan Darat/ Kompartemen Strategis Pertahanan Matra Darat. 4) Dengan Adanya UU No. 32 tahun 2004, PP No. 15 tahun 2010, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan PP. No 43 tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus, maka secara formal dalam proses penyusunan RTRW Pemda sangat dimungkinkan adanya keterpaduan dan keharmonisan dengan RUTR Wilhan. b) Kelemahan. 1) Keterbatasan kualitas personil 7 Departemen Pertahanan RI Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Direktorat Wilayah Pertahanan, Pengelolaan Data Wilayah Pertahanan RTRW Pertahanan Jilid 1, 2009, Hal. V-3.

8 8 TNI khususnya personil Kodam, merupakan hambatan dalam penyusunan RUTR wilhan yang diperlukan bagi kepentingan pertahanan, untuk dipadukan dengan perencanaan pembangunan daerah. 2) Kurangnya koordinasi antar aparat Pemda dengan Kodam sehingga menghambat pencapaian perwujudan keterpaduan antara kepentingan kesejahteraan dengan kepentingan pertahanan dalam pelaksanaan pembangunan didaerah.3) Masih adanya peranti lunak yang belum dijabarkan dalam pengoperasionalannya, sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda diantara aparat pelaksana dilapangan. penjabaran amanat Sebagai contoh berbagai peraturan pemerintah sebagai Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, masih dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah. 4) Permasalahan dukungan anggaran atau pendanaan yang berkaitan dengan alokasi anggaran/ pendanaan untuk kegiatan penyusunan RUTR Pertahanan Kodam dirasakan sangat terbatas bahkan tidak ada sama sekali. c) Peluang. 1) Kerjasama ekonomi regional maupun dunia yang sedang mengemuka dewasa ini merupakan peluang bagi prospek peningkatan perekonomian Indonesia. 2) Hubungan baik antara Indonesia dengan negara maju merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk bekerjasama meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang Iptek. 3) Kemajuan teknologi yang diserap dari negara maju memberikan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan laju pembangunan nasional, khususnya menyangkut teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG). d) Kendala. 1) Berbagai konflik antar negara maupun konflik intern suatu negara yang mempengaruhi stabilitas regional. Konflik antar negara tidak lagi diwarnai oleh perbedaan ideologi, tetapi lebih diwarnai oleh berbagai kepentingan nasional terutama dibidang ekonomi. 2) Masalah hak asasi manusia, demokratisasi dan lingkungan hidup merupakan topik isu yang banyak dimunculkan oleh negara-negara Barat. Perbedaan yang tajam dalam persepsi dan penerapan optimalisasi HAM, khususnya antara negara maju dan berkembang, banyak mengakibatkan ketidak serasian dalam pola hubungan antar negara. Oleh negara maju telah dijadikan isu sentral yang digunakan sebagai pembenaran untuk ikut campur tangan terhadap masalah dalam negeri negara berkembang. 3) Globalisasi ekonomi yang berkembang saat ini, telah menimbulkan blokblok ekonomi baru menuju pada era perdagangan bebas akan menjadikan tantangan bagi peningkatan perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. 4) Adanya sengketa bilateral yang mewarnai hubungan Indonesia dengan negara tetangga, seperti masalah perbatasan, masalah batas landas kontinen, dan lain-lain merupakan suatu ancaman yang perlu mendapatkan perhatian dan kewaspadaan.

9 9 Kondisi penyelenggaraan RUTR wilayah pertahanan Kodam yang diharapkan. 1) Sistem Penyusunan RUTR. a) Praktek dan implementasi penyusunan RUTR wilayah pertahanan Kodam dan RTRW propinsi diharapkan : (1) RUTR/RTRW mengacu pada tujuan pencapaian jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek secara konsisten untuk menghindari faktor ketidakpastian, sehingga menghasilkan penataan ruang yang baik, berkelanjutan, selaras dan seimbang baik pada aspek fisik dan visual serta aspek perencanaan sumberdaya dan komunitas penduduk yang mendiami daerah tersebut; (2) Keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar segenap instansi terkait baik tingkat lokal maupun lintas sektoral (3) Memberikan akses yang luas bagi peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang (4) Dalam penyusunan RUTR/RTRW harus didasarkan pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sehingga suatu produk rencana tata ruang memiliki wibawa dan kekuatan hukum. b) RUTR Pertahanan Kodam dalam kedudukannya sebagai kompartemen strategis harus direncanakan dan disusun dengan memperhatikan RTRW Nasional di tingkat atasnya dan RTRW Kabupaten/ Kota di tingkat bawahnya. Oleh karena itu, maka: (1) RUTR Pertahanan Nasional yang seyogyanya menjadi pedoman penyusunan RTRW Kodam harus segera disusun dan diselesaikan secara tuntas dan disebarkan secara luas dan terbuka, (2) Penyusunan RUTR/RTRW harus berdasarkan aspek ilmiah, khususnya metode yang digunakan untuk menentukan klasifikasi susunan daerah dalam RUTR Wilayah Pertahanan Kodam, (3) Terkait dengan faktor nomor tersebut 2,kemampuan dan kompetensi personel yang terlibat dalam penyusunan RUTR Pertahanan Kodam harus benar-benar memiliki kualifikasi, disiapkan dan dilatih dengan melibatkan pihak-pihak terkait secara lebih luas; (4) Mekanisme dan prosedurnya harus jelas dan mantap terbangun yang diwadahi dengan peraturan/ dasar hukum yang menjadi cantolan produk RUTR Pertahanan Kodam, (5) Personel yang terlibat memiliki kemampuan mengkomunikasikan produk RUTR Pertahanan Kodam dalam forum koordinasi dan konsultasi pembahasan RTRW Provinsi, sehingga kepentingankepentingan aspek pertahanan dapat terwadahi dan selaras (sinkron) dengan aspek kesejahteraan. c) Menyangkut permasalahan sistem dan metode penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam dan RTRW Provinsi, maka mekanisme, prosedur dan tata laksananya, harus jelas dan mantap terbangun diantara keduanya. Oleh karena itu, perangkat piranti lunak berupa buku-buku petunjuk yang mengatur penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam harus tersedia sehingga dapat dijadikan sebagai standar baku yang bisa diterapkan dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam.

10 10 Berkaitan dengan itu, maka penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan nasional harus segera disusun dan diselesaikan secara tuntas disertai dengan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Wilayah Pertahanan Negara sebagai jabaran dan amanat Pasal 17 ayat 7 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan diatur dengan Peraturan Pemerintah yang sampai saat ini belum terwujud (masih dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah). d) Penyelenggaraan RUTR Kodam/RTRW Provinsi hendaknya dilakukan dengan cara dan metode, antara lain; (1) Penyusunan RUTR/RTRW dilakukan oleh konsultan yang mengenal kondisi daerah secara luas dan mendalam, (2) Setiap perencanaan harus dilakukan penelitian secara cermat di lapangan dan rekomendasi yang dikeluarkan tidak hanya berdasarkan atas data sekunder yang dikumpulkan tetapi juga data-data lainnya yang miliki tingkat akurasi yang tidak diragukan, (3) Produk RUTR/RTRW harus mampu mengakomodasikan semua kepentingan secara optimal, secara hirarkis maupun lintas sektor diantaranya aspek pertahanan keamanan daerah, (4) Dalam pembahasan RTRW yang telah disusun hendaknya melibatkan masyarakat luas. e) Penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam ke depan harus berdasarkan Hakekat Ancaman saat ini, sehingga RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang ada senanitiasa valid, khususnya bila dihadapkan dengan hakekat ancaman militer dalam perang modern saat ini dan perang asimetris serta ancaman lainnya baik militer maupun nirmiliter. Menurut Letjen TNI JS. Prabowo, agar penyiapan medan perang dalam konteks perang semesta dapat efektif, asumsi yang digunakan untuk mendasari pembuatan RUTR wilhan harus divalidasi dan disesuaikan dengan kondisi nyata sekarang dan dimasa depan. Untuk kepentingan penyusunan RUTR seperti ini perlu pelibatan banyak pakar perang dari berbagai institusi dan berbagai disiplin ilmu. 8 Tata ruang Wilhan yang disusun tidak didasarkan pada penyiapan daerah untuk menghadapi agresi musuh dari Negara lain, tetapi dihadapkan pada kepentingan pertahanan Negara yaitu: menegakkan kedaulatan Negara, menjaga keutuhan wilayah dan melindungi segenap bangsa Indonesia. 9 Berdasarkan asumsi ini maka konsepsi RUTR dalam klasifikasinya perlu mempertimbangkan hakekat ancaman militer dan nirmiliter diantaranya menyangkut daerah perbatasan, pulau terluar/terdepan, penyiapan daerah aman bagi perlindungan rakyat ketika bencana maupun menghadapi perang masa kini. Dalam menghadapi perang masa kini, menurut Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, salah satu aspek penting dalam pertahanan udara adalah 8 Letjen TNI JS. Prabowo, Pokok-Pokok Pikiran tentang Perang Semesta, PT. Gramedia Printing, 2009, Hal Ibid, Hal. 99.

11 11 pembangunan perlindungan untuk dapat meniadakan atau membatasi akibat negatif serangan udara. Perlindungan itu terutama diperlukan untuk fasilitas atau lingkungan kerja yang bersifat strategis, yaitu yang hasil pekerjaan atau produksinya amat mempengaruhi kelanjutan pertahanan. 10 2) Pemberdayaan Aspek Kelembagaan. a) Aspek kelembagaan, diantaranya adalah organisasi hendaknya disusun secara jelas dan tegas menyangkut fungsi dan tugas-tugasnya serta huhungan mekanisme kerjanya antar staf, baik staf umum maupun staf khusus yang terkait dalam proses penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam. Beberapa pihak terkait yang idealnya dapat memberikan saran masukan harus dilibatkan secara intensif, contohnya jajaran Topdam dengan kemampuan penyediaan data keruangannya (Peta Topografi dan informasi geografi lainnya). Kemitraan antara Kodam dan Pemda Provinsi dalam penyusunan RUTR dan RTRW masing-masing harus terbangun dengan mantap, sehingga dalam penyusunan RUTR/RTRW, yakni antara pendekatan kesejahteraan dan pertahanan keamanan terdapat keseimbangan dan keselarasan. Nomenklatur (istilah teknis dan kriterianya) yang digunakan diantara RUTR Pertahanan Kodam dan RTRW Provinsi harus saling dipahami dan memiliki interprestasi yang sama. b) Perlu dibentuk forum koordinasi dan konsultasi yang mantap dan jelas di tingkat Provinsi atau Kodam seperti halnya ditingkat nasional dengan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN) yang bertugas antara lain penyiapan kebijakan penataan ruang nasional; pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional secara terpadu sebagai dasar bagi kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional dan kawasan yang dijabarkan dalam program pembangunan sektor dan program pembangunan di daerah; penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dengan keberadaan BKTRD akan terjadi keselarasan dan sinkronisasi antara kepentingan daerah dengan kepentingan lintas sektoral termasuk kepentingan Kodam. 3) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Bagi Kodam, aspek kompetensi SDM dalam penyusunan RUTR minimal memiliki kualifikasi setara dengan Pemda Provinsi disamping itu perlu kerjasama dengan jasa konsultan perencana sehingga diharapkan personel Kodam memiliki kemampuan dan pemahaman teoritis perencanaan wilayah yang cukup baik dan ilmiah dengan menggunakan analisa dan metode Sistem Informasi Geografi (SIG) dan teori-teori perencanaan dan pembangunan wilayah. 4) Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplifikasi. Pemahaman aparatur Komado Kewilayahan dan aparatur Pemda terhadap produk hukum atau peraturan perundang-undangan baik 10 Sayidiman Suryohadiprojo, Si Vis Pacem Para Bellum Membangun Pertahanan Negara Yang Modern dan Efektif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, Hal.131.

12 12 menyangkut tata ruang maupun pemerintah daerah masing-masing harus memiliki interprestasi dan sudut pandang yang sama dalam proses penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan dan RTRW Provinsi sehingga terjadi adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang berdampak terhadap dokumen tentang RUTR dan RTRW yang dihasilkan senantiasa valid dan aplikatif untuk dapat dilaksanakan. 5) Aspek Dukungan Anggaran. Adanya dukungan anggaran atau pendanaan yang memadai berkaitan dengan alokasi anggaran/ pendanaan untuk kegiatan penyusunan RUTR Pertahanan. Terkait dengan anggaran/ pendanaan tersebut, maka perencanaan dan pengelolaan kegiatannya hendaknya dikembangkan prinsip desentralisasi, dimana peran Kodam diberikan kewenangan yang cukup besar dengan memperhatikan pendekatan bottom up guna menghimpun masukan dari bawah, seperti jajaran Korem dan Kodim. Adapun konsepsi penyelenggaraan RUTR wilayah pertahanan di Kodam dalam rangka menghadapi perkembangan ancaman masa kini dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan, strategi yang didalamnya terdapat tujuan, sasaran, subyek, obyek, metode, sarana dan prasarana serta upaya yang dilakukan sebagai berikut : Kebijaksanaan. Berdasarkan tugas, fungsi, peran dan kedudukan Kodam sebagai Komando Kewilayahan sekaligus tugas Kodam sebagai kompartemen strategis pertahanan dan hubungannya dengan Pemda saat ini, serta merujuk pada pokok permasalahan yang dihadapi, peluang dan kendala dari faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhinya beserta dengan hakekat ancamannya, maka dapat dirumuskan kebijaksanaan konsepsi penyusunan RTRW Pertahanan Kodam sebagai berikut; terwujudnya penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya, dan harus dilakukan dengan kaidah penataan ruang, sehingga dapat diwujudkan suatu penataan ruang yang berhasil dan berdayaguna serta mampu mendukung pengelolaan hidup yang berkelanjutan dalam kerangka pembinaan komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung secara bersama dan mampu mendukung upaya pertahanan negara dalam menghadapi setiap hakekat acaman yang mungkin terjadi serta keberlangsungan pembangunan nasional secara serasi dan seimbang..

13 Kodam. 13 Strategi Pemberdayaan Sistem Penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan a) Tujuan. Penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang mengacu pada kekuatan, kemampuan dan gelar unsur-unsur komponen pertahanan yang sudah ada di daerah dengan mempertimbangkan perkiraan arah datangnya musuh/kemungkinan ancaman yang mungkin terjadi baik militer dan nirmiliter, jalan pendekat yang digunakan serta kerentanan tingkat keamanan daerah dengan berdasarkan analisa dan menggunakan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan akuntabel. b) Sasaran. 1) Tersusunnya RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang berdaya guna dan berhasil guna serta legitimatif dan akuntabel sebagai acuan pemanfaatan ruang wilayah daratan guna kepentingan pertahanan negara (Hanneg) khususnya dan pembangunan nasional umumnya, 2) Tersedianya database (pangkalan data) tata ruang wilayah pertahanan Kodam yang lengkap, akurat dan mutakhir, 3) Terwadahinya kepentingan aspek pertahanan RUTR Pertahanan Kodam dalam produk RTRW provinsi.c) Subyek. 1). Pemerintah Pusat dalam hal ini menteri pertahanan dan menteri terkait lainnya sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan RUTR Wilhan. 2). Panglima TNI sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan RUTR di jajaran TNI. 3) Kepala Staf Angkatan Darat sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan RUTR di jajaran TNI-AD. 4) Gubernur sebagai subyek utama dalam penyusunan RTRW Pemda di wilayahnya masing-masing. 5) Pangdam sebagai subyek utama dalam penyusunan RUTR Wilhan di wilayahnya masing-masing. d) Obyek. 1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). 2) RUTR Wilayah Pertahanan Darat di daerah. 3) RTRW Pemda. 4) Peranti Lunak. 5) Sarana prasarana Nasional. e) Metode. Metode yang digunakan dalam strategi pemberdayaan sistem penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam antara lain adalah: 1) Legislasi/regulasi, yaitu upaya untuk mengesahkan suatu hal dalam bentuk peraturan/hukum yang berlaku. 2) Sosialisasi, yaitu upaya memasyarakatkan pengetahuan tentang RUTR Wilhan kepada seluruh prajurit TNI dan masyarakat luas yang meliputi pembagian wilayah pertahanan. 3) Koordinasi, yaitu penyesuaian dan pengaturan yang baik antar pihak terkait tentang penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana nasional. 4) Inventarisasi, yaitu pendataan secara tertib dan teratur terhadap seluruh sarana dan prasarana yang ada, antara lain meliputi jenis, fungsi dan kemampuannya.5) Integrasi, yaitu keterpaduan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan sampai dengan pengawasan.6) Sinkronisasi, yaitu keselarasan antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan. f) Sarana dan prasarana. 1) Seluruh peranti

14 14 lunak yang telah ada baik yang berskala nasional maupun daerah seperti RPJM, Undang- Undang, peraturan dan ketentuan-ketentuan lainnya.2) Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Pembinaan Teritorial yang terpadu dan terjabarkan secara aplikatif sampai tingkat pelaksana di lapangan.3) Forum rapat koordinasi pembangunan daerah (Rakonbangda) dengan mekanisme kerja yang jelas dan efektif.4) Dana yang dialokasikan untuk pembangunan terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana nasional.5) Peranti lainnya yang diperlukan sesuai kebutuhan. g) Upaya Yang Dilakukan. Sejumlah upaya yang dapat ditempuh melalui strategi ini adalah sebagai berikut: 1) Semua pemangku kepentingan (stake holder) memberi masukan terhadap berbagai peraturan pemerintah sebagai penjabaran Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sehingga lebih mencerminkan asas keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan keamanan. Beberapa peraturan pelaksanaan baik berupa PP, Keppres dan seterusnya yang dipandang perlu sebagai cantolan hukum masalah tersebut harus segera disusun dan diselesaikan. 2) Kemhan perlu segera untuk menuntaskan pembahasan penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Nasional yang menjadi pedoman bagi RTUR Wilayah Pertahanan Kodam/ Korem/ Kodim. 3) Mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan masukan atau usulan tentang peraturan pelaksanaan yang menjembatani hubungan antara RTRW Pertahanan Kodam dengan RTRW Provinsi, sehingga ada forum koordinasi dan konsultasi yang mantap dan jelas seperti halnya ditingkat nasional dengan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN). 4) Dalam pelaksanaannya, Kemhan dan TNI dalam menyusun RUTR Wilayah Pertahanan memberi ruang bagi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah pertahanan berdasarkan prinsip kebersamaan, keterbukaan, keadilan dan perlindungan hukum. Dengan demikian RUTR Pertahanan Kodam pada dasarnya tidak bersifat rahasia dan dapat diakses masyarakat yang notabene termasuk pemangku kepentingan (stake holder). 5) Kemhan dan TNI menyiapkan bahan rumusan kebijakan, petunjuk teknis, pedoman dan prosedur guna pembakuan standarisasi penyusunan RTUR Wilayah Pertahanan Kodam. 6) Kemhan dan TNI melakukan penelitian dan kajian tentang kearifan lokal sistem sosial budaya masyarakat setempat dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam sebagai salah satu faktor pertimbangan yang mencirikan keistimewaan dan ciri khas masing-masing daerah. Yang harus selalu diingat pada hakekatnya yang direncanakan dan diatur dalam RUTR/RTRW bukan semata aspek fisik saja. 7) Kemhan dan TNI meningkatkan kualitas proses penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam dengan menerapkan metodologi ilmiah

15 15 dan pembuatan data base keruangan yang handal. Sebagai gambaran perbandingan, umumnya penyusunan sebuah RUTR sudah dapat memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi. 8) Kemhan perlu melakukan revisi terhadap wilayah pertahanan Kodam disesuaikan dengan hakekat ancaman masa kini. 9) Kemhan dan TNI perlu melakukan inventarisasi, revisi dan menetapkan kembali penataan ruang kawasan pertahanan darat, yang meliputi ruang kawasan pertahanan darat yang bersifat statis dan dinamis. Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, diperuntukkan bagi basis-basis militer, daerah latihan, area disposal, arsenal, daerah uji coba alutsista (alat utama sistem senjata), kawasan industri pertahanan lainnya. Penyusunan ruang kawasan ini berdasarkan kepada kondisi ideal untuk suatu kriteria dan parameter ruang pertahanan darat. Sedangkan ruang kawasan bersifat dinamis disiapkan untuk penyelenggaraan operasi militer yang penyusunannya didasarkan kepada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Wilayah Pertahanan Kompartemen Strategis dan disusun berdasarkan kondisi ideal untuk suatu kriteria dan parameter ruang pertahanan darat serta strategi operasi darat. 10) Kemhan perlu melakukan pengelolaan data wilayah pertahanan rencana tata ruang wilayah pertahanan secara lengkap, akurat dan mutakhir baik secara on line maupun off line. 11) Pangdam membuat suatu kebijakan tentang RUTR Wilhan berdasarkan Juknis/Juklap yang dikeluarkan oleh Kasad mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan.12) Gubernur membuat suatu kebijakan tentang penyusunan RTRW Pemda mulai dari perencanaan dan pelaksanaan sampai dengan pengawasan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Strategi Pemberdayaan Aspek Kelembagaan. a) Tujuan. Adanya lembaga atau wadah sebagai forum koordinasi dan konsultasi penyelenggaraan penataan ruang antar wilayah dan antar sektor di daerah Provinsi sehingga terdapat keselarasan dan keseimbangan antar sektor di wilayah. b) Sasaran. 1) Tersedianya forum koordinasi dan konsultasi penyelenggaraan penataan ruang antar wilayah dan antar sektor di daerah Provinsi. 2) Terwujudnya kualitas hubungan kerja guna mengikis kentalnya semangat egoisme sektoral dalam penyusunan RUTR/RTRW masing-masing. 3) Terwujudnya organisasi Kodam yang kapabel dan memiliki fleksibilitas yang mampu melaksanakan tugas dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam. c) Subyek. 1). Pemerintah Pusat dalam hal ini menteri pertahanan dan menteri terkait lainnya sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan wadah organisasi yang bertugas untuk melaksanakan penyusunan RUTR Wilhan/RTRW. 2). Panglima TNI sebagai subyek

16 16 utama dalam penentu kebijakan penyusunan Organisasi dan Tugas di jajaran TNI. 3) Kepala Staf Angkatan Darat sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan Organisasi dan Tugas di jajaran TNI-AD. 4) Gubernur sebagai subyek utama dalam penyusunan Organisasi yang bertugas menyusun RTRW Pemda di wilayahnya masingmasing. 5) Pangdam sebagai subyek utama dalam penyusunan Orgnisasi yang bertugas menyusun RUTR Wilhan di wilayahnya masing-masing. d) Obyek. 1) Organisasi yang bertugas menyusun RUTR Wilayah Pertahanan Darat di daerah. 2) Organisasi yang bertugas menyusun RTRW Pemda. 3) Peranti Lunak. 4) Sarana prasarana Nasional dan Daerah. e) Metode. 1) Legislasi/regulasi, yaitu upaya untuk mengesahkan suatu hal dalam bentuk peraturan/hukum yang berlaku. 2) Sosialisasi, yaitu upaya memasyarakatkan pengetahuan tentang RUTR Wilhan kepada seluruh prajurit TNI dan masyarakat luas yang meliputi pembagian wilayah pertahanan. 3) Koordinasi, yaitu penyesuaian dan pengaturan yang baik antar pihak terkait tentang penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana nasional. 4) Edukasi, yaitu pendidikan, penataran dan penyuluhan kepada personel baik sebagai subyek dan obyek dalam penyelenggaraan RUTR/RTRW. 5) Integrasi, yaitu keterpaduan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan sampai dengan pengawasan. 6) Sinkronisasi, yaitu keselarasan antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan. f) Sarana dan prasarana. 1) Seluruh peranti lunak yang telah ada baik yang berskala nasional maupun daerah yang berkaitan dengan peraturan dan pembinaan organisasi yang bertugas dalam penyusunan RUTR/RTRW. 2) Forum rapat koordinasi pembangunan daerah (Rakorbangda) dengan mekanisme kerja yang jelas dan efektif.3) Dana yang dialokasikan untuk pembinaan organisasi yang bertugas khusus menyangkut penyususnan RUTR/RTRW. 4) Peranti lainnya yang diperlukan sesuai kebutuhan. g) Upaya Yang Dilakukan. Sejumlah upaya yang dapat ditempuh melalui strategi ini adalah sebagai berikut : 1) Pemerintah Pusat dalam hal ini Bapennas, Kemdagri dan menteri terkait menentukan kebijakan tentang pembentukan lembaga/wadah organisasi yang berfungsi sebagai forum koordinasi seperti BKTRN di tingkat pusat dan di daerah perlu dibentuk BKTRD. 2) Kemhan dan TNI perlu meninjau ulang organisasi dan tugas Kodam agar lebih mampu dalam menyelenggarakan penataan ruang wilayah pertahanan seperti yang diharapkan. Jika di jajaran Pemda Provinsi ada Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), dengan segala kemampuan yang dimilikinya, mungkin untuk Kodam sudah harus dipikirkan untuk memiliki organisasi yang serupa, setidak- tidaknya dari sisi kemampuan sumber dayanya. 3) Kodam idealnya sudah mulai terbuka bagi kemungkinan

17 17 penggunaan jasa konsultan perencanaan dibidang pertahanan seperti halnya jajaran Pemda. Karena pada dasarnya RUTR Wilayah Pertahanan Kodam pun seharusnya bersifat terbuka dan dapat diakses masyarakat. 4) Kodam harus mulai melibatkan unsurunsur terkait diluar staf umum (Srendam, Sinteldam dan Sopsdam) yang selama ini mendominasi penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam, salah satunya adalah Topdam yang pada dasarnya memiliki kemampuan dan sumberdaya yang memadai. 5) Kemdagri, Kemhan dan TNI menetapkan pedoman dan standar penggunaan nomenklatur (istilah teknis dan kriterianya) yang digunakan dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan dan RTRW Provinsi. 6) Kemhan dan TNI melaksanakan sosialisasi dan edukasi tentang lingkup kepentingan Kodam dalam penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan, baik ke dalam maupun ke luar guna meluruskan pemahaman yang selama ini tidak benar dan kurang tepat. 7) Kodam dan Pemda Provinsi harus lebih meningkatkan kualitas hubungan kerja (koordinasi, integrasi, dan sinkroniasasi) guna mengikis kentalnya semangat egoisme sektoral dalam penyusunan RTRW masing-masing. Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. a) Tujuan. Aparatur yang memiliki kemampuan dan wawasan pembangunan terpadu, baik keterpaduan antar sektor dan antar daerah, maupun keterpaduan antara aspek kesejahteraan dan pertahanan keamanan. b) Sasaran. 1) Tersedianya aparatur yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang perencanaan, manajemen pertahanan dan pembangunan nasional. 2) Terwujujudnya pembinaan personel yang mendukung dalam pelaksanaan tugas pokok. c) Subyek. 1) Pemerintah Pusat dalam hal ini menteri pertahanan dan menteri terkait lainnya sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan wadah organisasi yang bertugas untuk melaksanakan penyusunan RUTR wilhan/rtrw. 2) Panglima TNI sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan Organisasi dan Tugas di jajaran TNI. 3) Kepala Staf Angkatan Darat sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan Organisasi dan Tugas di jajaran TNI-AD. 4) Gubernur sebagai subyek utama dalam penyusunan Organisasi yang bertugas menyusun RTRW Pemda di wilayahnya masing-masing. 5) Pangdam sebagai subyek utama dalam penyusunan Orgnisasi yang bertugas menyusun RUTR Wilhan di wilayahnya masingmasing. d) Obyek. 1) Organisasi yang bertugas menyusun RUTR Wilayah Pertahanan Darat di daerah. 2) Organisasi yang bertugas menyusun RTRW Pemda. 3) Sarana prasarana Nasional dan Daerah. e) Metode. 1) Edukasi, yaitu pendidikan, penataran dan penyuluhan kepada personel baik sebagai subyek dan obyek dalam penyelenggaraan RUTR/RTRW agar memiliki sikap mental dan kecakapan yang cukup

18 18 untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara terpadu. 2) Pelatihan, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kepada personel baik sebagai subyek dan obyek dalam penyelenggaraan RUTR/RTRW agar memiliki sikap mental dan kecakapan yang cukup untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara terpadu. 3) Penugasan, suatu kegiatan untuk memberikan pengalaman dalam rangka peningkatan kemampuan dan ketrampilan kepada personel baik sebagai subyek dan obyek dalam penyelenggaraan RUTR/RTRW agar memiliki sikap mental dan kecakapan yang cukup untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara terpadu. f) Sarana dan prasarana. 1) Seluruh peranti lunak yang telah ada, baik yang berskala nasional maupun daerah yang berkaitan dengan peraturan dan pembinaan organisasi yang miliki fungsi dan tugas dalam penyusunan RUTR/RTRW. 2) Forum rapat koordinasi pembangunan daerah (Rakorbangda) dengan mekanisme kerja yang jelas dan efektif. 3) Dana yang dialokasikan untuk pembinaan organisasi yang bertugas khusus menyangkut penyusunan RUTR/RTRW. 4)Peranti lainnya yang diperlukan sesuai kebutuhan. g) Upaya Yang Dilakukan. Sejumlah upaya yang dapat ditempuh melalui strategi ini adalah sebagai berikut: 1) Kemhan dan TNI perlu meningkatkan frekuensi pengiriman sumber daya manusia (prajurit dan PNS) guna mengikuti pendidikan lanjutan di bidang perencanaan dan manajemen pertahanan sesuai dengan kemajuan dan perkembangan Iptek global. Dalam hal ini, perlu keseimbangan tempat tujuan antara pendidikan luar negeri dan dalam negeri. 2) Kemhan dan TNI memberikan pembekalan/ penataran bagi jajarannya tentang hal-hal baru yang terkait dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah guna kepentingan Hanneg. 3) Kemhan dan TNI memberikan pelatihan bagi jajarannya dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan kemampuannya yang terkait dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah guna kepentingan Hanneg. 4) Kemhan dan TNI perlu memberikan penugasan bagi personel jajarannya dalam rangka meningkatkan pengalaman dan wawasannya yang terkait dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah guna kepentingan Hanneg. 5) Kemhan dan TNI melakukan rekruitmen secara baik untuk mendapatkan sumber daya manusia yang unggul dan yang memilki moral dan mental yang tangguh. Aspek kompetensi teknis patut manjadi perhatian guna mendukung penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan Kodam yang memenuhi persyaratan ilmiah. 6) Kemhan dan TNI melakukan penataan kembali pengaturan yang terkait dengan manajemen personel. 7) Kemhan dan TNI menerapkan

19 19 pembinaan personel secara tegas, jelas dan konsisten, seperti pengembangan karir, pemberian kesejahteraan, pembinaan mental ideologi, hukum, disiplin dan tata tertib. 8) Kodam, Korem maupun Kodim melakukan penataran kepada aparatnya didaerah seperti Danramil dan Babinsa tentang perencanaan tata ruang wilayah pertahanan yang dipadukan dengan tata ruang daerah. 9) Pemda Tingkat-I maupun Pemda Tingkat-II juga melakukan penataran kepada aparatur bawahannya seperti Camat dan Lurah tentang RUTR Wilayah Pertahanan dalam rencana penataan wilayah daerahnya yang dipadukan dengan rencana tata ruang wilayah pertahanan darat sehingga terjadi kesepahaman seluruh aparatur daerah baik sipil maupun militer tentang tata ruang di wilayahnya baik untuk kepentingan militer maupun kesejahteraan masyarakat. 10) Hasil penyusunan RUTR Wilayah Pertahanan yang telah dibangun di daerah diinventarisasi dan diorganisasikan menurut jenis, fungsi dan kemampuannya. Kemudian secara periodik (minimal lima tahun sekali) dilatih, dengan cara mengikut-sertakan dalam latihan-latihan TNI seperti Latihan Gabungan TNI dan Geladi Posko tingkat Kodam kemudian diadakan evaluasi untuk perbaikan. 11) Pangdam melalui Aspers Kasdam mengusulkan kepada Kasad agar pengetahuan tentang RUTR Wilhan dapat dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan setingkat Selapa maupun Seskoad. 12) Gubernur Kepala Daerah Tingkat-I mensosialisasikan tentang RUTR Wilhan dan RTRW Pemda kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat mengerti akan pentingnya RUTR Wilhan dan RTRW Pemda guna menjaga integritas NKRI serta memasukkannya dalam kurikulum pendidikan SMU serta Tingkat yang lebih tinggi. Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplifikasi. a) Tujuan. Terjadi keseimbangan antara kepentingan RUTR wilayah pertahanan dengan RTRW Pemerintah Daerah dengan menyelaraskan interaksinya sehingga keseluruhan kepentingan baik aspek pertahanan maupun kesejahteraan bergerak ke suatu tujuan yang sudah ditentukan secara efektif dan efisien sebagai suatu sistem. b) Sasaran. 1) Terwujudnya kesamaan persepsi serta tujuan bersama mengenai pentingnya Penataan Ruang Kawasan Strategis khususnya menyangkut kawasan pertahanan. 2) Terwujudnya keterpaduan pemanfaatan ruang yang optimal di wilayah baik RUTR Wilayah Pertahanan dan RTRW Provinsi dengan melakukan kerjasama dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta pemanfaatan berbagai sumberdaya yang dimiliki agar para pelaku pembangunan memiliki sudut pandang yang sama terhadap permasalahan yang ada dan menetapkan skala prioritas pembangunan yang

20 20 setara. 3) Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) dalam penyusunan RUTR wilayah pertahanan dan RTRW. c) Subyek. 1) Pemerintah Pusat dalam hal ini menteri pertahanan dan menteri terkait lainnya sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan RUTR Wilhan/RTRW. 2) Panglima TNI sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan penyusunan RUTR wilayah pertahanan di jajaran TNI. 3) Kepala Staf Angkatan Darat sebagai subyek utama dalam penentu kebijakan RUTR wilayah pertahanan di jajaran TNI-AD. 4) Gubernur sebagai subyek utama dalam penyusunan RTRW Pemda di wilayahnya masing-masing. 5) Pangdam sebagai subyek utama dalam penyusunan RUTR Wilhan di wilayahnya masing-masing. d) Obyek. 1) Organisasi yang bertugas menyusun RUTR Wilayah Pertahanan Darat di daerah. 2) Organisasi yang bertugas menyusun RTRW Pemda. 3) Sarana prasarana Nasional dan Daerah. e) Metode. 1) Koordinasi adalah sistem dan proses interaksi untuk mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan inter dan antar institusiinstitusi di masyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen, dan teknologi informasi. 2) Integrasi adalah keterpaduan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan sampai dengan pengawasan. 3) Sinkronisasi adalah konsistensi dalam penataan ruang wilayah perangkat daerah sesuai dengan norma, prinsip, dan standar yang berlaku. 4) Simplifikasi adalah penyederhanaan penataan ruang wilayah yang efisien, efektif, rasional, dan proporsional. f) Sarana dan prasarana. 1) Seluruh peranti lunak yang telah ada, baik yang berskala nasional maupun daerah yang berkaitan dengan peraturan dan pembinaan dalam penyusunan RUTR/RTRW. 2) Forum rapat koordinasi pembangunan daerah (Rakorbangda) dengan mekanisme kerja yang jelas dan efektif. 3) Dana yang dialokasikan untuk pembinaan organisasi yang bertugas khusus menyangkut penyusunan RUTR/RTRW. 4) Peranti lainnya yang diperlukan sesuai kebutuhan. g) Upaya Yang Dilakukan. Sejumlah upaya yang dapat ditempuh melalui strategi ini adalah sebagai berikut: 1) Semua jenis RUTR/RTRW idealnya disusun secara komprehensif dan terpadu melalui tahapan dialog diantara semua pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, masyarakat) dengan tetap memperhatikan serangkaian paradigma nasional dan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukumnya. 2) Penyelenggaraan penataan ruang nasional/daerah dilaksanakan secara hierarkis dari pusat hingga daerah sesuai lingkup wilayah atau sektor yang ada. Keterpaduan perencanaan baik dalam arah vertikal (sesuai hierarki perencanaan mulai dari skala nasional, daerah sampai perencanaan lokal) maupun dalam arah horizontal (antar instansi yang berbeda antar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1318, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembangunan. Pertahanan Negara. Perencanaan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1538,2014 KEMENHAN. Penelitian. Pengembangan. Pertahanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran Koramil dalam proses pemberdayaan wilayah pertahanan sangat strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.87, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Pertahanan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1922, 2015 KEMHAN. Perencanaan. Pembangunan. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 20152014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN RTRW HANRAT DALAM RANGKA MENYIAPKAN DAN MEWUJUDKAN SISHANTA PADA MASA DAMAI

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN RTRW HANRAT DALAM RANGKA MENYIAPKAN DAN MEWUJUDKAN SISHANTA PADA MASA DAMAI OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN RTRW HANRAT DALAM RANGKA MENYIAPKAN DAN MEWUJUDKAN SISHANTA PADA MASA DAMAI Abstraksi. Penataan ruang saat ini belum dapat diwujudkan sesuai dengan kepentingan pertahanan,

Lebih terperinci

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta BUKU RENCANA BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG 8.1 PERAN SERTA MASYARAKAT Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. melalui kontribusi nyata dalam pembentukan capital, penyediaan bahan pangan,

BAB I. PENDAHULUAN. melalui kontribusi nyata dalam pembentukan capital, penyediaan bahan pangan, 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan komoditi yang sangat penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah :

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : METHODE 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah : 1) Pengertian umum. Dharma Bakti TNI dalam perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional. 2) Pengertian khusus. Pelibatan TNI sebagai komponen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 20152014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PERAN KODAM DALAM MENYIAPKAN KOMPONEN CADANGAN GUNA MENDUKUNG SISTEM PERTAHANAN SEMESTA

KAJIAN TENTANG PERAN KODAM DALAM MENYIAPKAN KOMPONEN CADANGAN GUNA MENDUKUNG SISTEM PERTAHANAN SEMESTA 1 KAJIAN TENTANG PERAN KODAM DALAM MENYIAPKAN KOMPONEN CADANGAN GUNA MENDUKUNG SISTEM PERTAHANAN SEMESTA BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Di dalam Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara merupakan salah satu fungsi

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. No.121, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR. oleh: Sekretaris Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek

KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR. oleh: Sekretaris Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN JABODETABEKPUNJUR oleh: Sekretaris Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek Wilayah Jabodetabekjur merupakan kawasan perkotaan dengan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor B A B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia menghadapi situasi yang selalu berubah dengan cepat, tidak terduga dan saling terkait satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG KOORDINASI KEGIATAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 2 KETENTUAN UMUM BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ISU STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019 PENINGKATAN KAPASITAS DAN STABILITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pembangunan. Penyelenggaraan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pembangunan. Penyelenggaraan. Pencabutan. No.408, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pembangunan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. potensi ancaman terhadap kepentingan nasional. Geografi, geopolitik, dan

BAB I PENGANTAR. potensi ancaman terhadap kepentingan nasional. Geografi, geopolitik, dan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Era reformasi dan globalisasi saat ini membuka celah peningkatan potensi ancaman terhadap kepentingan nasional. Geografi, geopolitik, dan geostrategi suatu bangsa menjadi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa salah satu cara dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang pertama, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

REVITALISASI INSTITUSI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

REVITALISASI INSTITUSI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH Karya Tulis REVITALISASI INSTITUSI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1567, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pertahanan. Nirmiliter. Pedoman Strategis. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STRATEGIS PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci