BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Model Konsep Betty Neuman Model konsep Neuman adalah model konsep yang menggambarkan tindakan keperawatan yang berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Neuman (1972) mendefenisikan manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marrine-Tomey, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan sebagai stresor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Lingkungan ini terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi intrapersonal yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal ialah segala pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Pembentukan lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun yang tidak disadari. (Reed, 1995 dalam Potter & Perry, 2005).

2 Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga, dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman dan Young, 1972 dalam Potter & Perry, 2005). Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Adapun pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stresor dan mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stres. Pencegahan sekunder meliputi tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor. Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi suatu penyakit. Prinsip dari pencegahan tersier adalah memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan membantu dalam pencegahan terjadinya masalah yang sama (Potter & Perry, 2005). Keperawatan sebagai profesi merupakan variabel dari reaksi individu terhadap stres. Keperawatan berfokus pada individu sebagai satu kesatuan, bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan pasien. Konsep keperawatan ini juga memiliki dasar pemikiran yang memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stres (Potter & Perry, 2005). Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan/ diastolik yang tidak normal sehingga mempunyai resiko besar bukan saja terhadap penyakit jantung, tetapi juga penyakit lain. Makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya (Price & Wilson, 1994).

3 Salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat ialah dengan berolahraga secara teratur dan menghindari stres yang diaplikasikan melalui olahraga pernapasan Satria Nusantara dilakukan dalam tiga tahapan yaitu latihan pernapasan duduk awal, latihan pernafasan bergerak, latihan pernapasan duduk akhir (Maryanto, 2008). 2. Tekanan Darah 2.1. Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju, serta viskositas darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi (sistolik) dan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat (diastolik). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmhg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmhg (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000) Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam arteri dimana hasil yang diperoleh sangat tepat tetapi memiliki resiko tinggi dalam pengukurannya. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun

4 atas manset dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga manset (Brunner & Suddarth, 2001). Awal pengukuran dilakukan dengan membalutkan manset pada lengan atas dengan kencang dan lembut dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmhg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner & Suddarth, 2001). Auskultasi tekanan darah dilakukan dengan meletakkan ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmhg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik (bunyi Korotkoff). Bunyi tersebut terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun dan bunyi akan menghilang yang disebut tekanan diastolik (Brunner & Suddarth, 2001). Prosedur pengukuran tekanan darah yang akan dijadikan panduan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 4.

5 2.3. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah Otak berfungsi sebagai pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh dan pengatur berbagai organ lainnya dalam merespon kebutuhan tubuh. Tekanan darah juga dikontrol oleh serabut saraf yang merupakan bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf yang bereaksi secara otomatis menuju organorgan tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Ginjal berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh. Ginjal memproduksi hormon renin yang merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti kortisol, adrenalin dan aldosteron. Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid atau tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah. Ovari mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada jantung terdapat kelenjar endokrin yang dapat mensekresikan hormon natriuretik yang dapat membersihkan tubuh dari kelebihan garam dan membantu mempertahankan pelebaran pembuluh darah sebagaimana mestinya. Hormonhormon ini semua dibutuhkan untuk menjalankan fungsi organ tubuh. Bila organorgan tersebut mengeksresikan hormon dalam jumlah yang tidak normal maka

6 hormon-hormon itu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Arteri merupakan struktur berdinding tebal terdiri dari pembuluh elastis yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan (Brunner & Suddarth, 2001). Otot-otot yang terdapat di dalam pembuluh darah dapat membesar untuk meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satuan waktu yang merupakan hasil kali denyut jantung dan volume sekuncup (Brunner & Suddarth, 2001). Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri pada setiap kontraksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri pada akhir diastol (preload), tahanan terhadap semprotan ventrikular kiri (afterload), dan kontraktilitas miokard (Potter & Perry, 2005). Tahanan perifer adalah perlawanan pembuluh darah terhadap aliran darah dimana tahanan perifer ditentukan oleh beberapa faktor yaitu viskositas darah, panjang pembuluh, dan radius pembuluh (Brunner & Suddarth, 2001) Gangguan Tekanan Darah Karena kebutuhan metabolisme jaringan tubuh selalu berubah meskipun dalam keadaan istirahat, perlu adanya sistem regulasi yang integral dan terkoordinasi sehingga aliran darah ke setiap bagian tetap dapat dipertahankan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran

7 oksigen dan nutrisi ke jaringan. Ketika kebutuhan metabolisme menurun, pembuluh darah akan berkontraksi dan darah yang mengalir ke jaringan akan berkurang. Mekanisme dimana pembuluh darah berdilatasi dan berkontraksi untuk menyesuaikan perubahan metabolisme menunjukkan bahwa tekanan arteri yang normal tetap terjaga tetapi jika mekanisme tersebut gagal terjadi akan mengakibatkan gangguan tekanan darah (Brunner & Suddarth, 2001). Terdapat dua jenis gangguan tekanan darah yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tekanan darah rendah atau hipotensi akan tetapi komplikasi yang terjadi pada penderita tekanan darah rendah tidak seberat tekanan darah tinggi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini hanya berfokus pada informasi tentang tekanan darah tinggi atau hipertensi Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang adekuat menunjukkan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke denyut lainnya (Perry and Potter, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah menurut Perry and Potter (2005) adalah: a. Usia Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia (Task Force on Blood Pressure Control in Children, 1987). Anak-

8 anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi) tekanan darahnya lebih tinggi daripada anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama. Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini berhubungan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin kaku, sehingga tahanan pada arteri akan semakin besar dan meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke duduk, duduk ke berdiri bias mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmhg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pombuluh darah perifer (Nugroho, 2000). b. Stress Ansietas, takut, nyeri, dan stress emosional akan merangsang saraf simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. c. Ras Frekuensi hipertensi pada orang Afrika Amerika lebih tinggi dibanding pada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak pada orang Afrika Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.

9 d. Medikasi Banyak medikal yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan tekanan darah. Salah satu golongan medikasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yaitu dapat menurunkan tekanan darah. e. Variasi Diurnal Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan mencapai puncaknya pada senja atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama. f. Jenis Kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut. 3. Hipertensi 3.1. Pengertian Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan yang menetap dari tekanan darah sistemik dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90 mmhg (Thomson & Cotton, 1997). Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg (Brunner & Suddarth, 2001). Hipertensi merupakan peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang

10 disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003; Dekker, 1996). Hipertensi memiliki dua tipe yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer terdiri atas hipertensi jinak dimana terdapat suatu peningkatan progresif lambat dari tekanan darah selama periode bertahun-tahun dan hipertensi maligna yang merupakan bentuk hipertensi yang lebih progresif, dimana sering dicapai tingkat tekanan darah yang sangat tinggi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit renal, darah, endokrin, serebral, dan kardiovaskular (Thomson & Cotton, 1997) Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmhg dibagi menjadi beberapa stadium. Tabel 1. Klasifikasi derajat tekanan darah menurut The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection 1997 Kategori Tekanan Darah Sistolik (mmhg) Tekanan Darah Diastolik (mmhg) Optimal <120 <80 Normal <130 <85 Normal Tinggi Hipertensi Stadium Stadium Stadium 3 >180 >110 Dikutip dari The Sixth Report of The Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, Arch intern Med (1997 dalam Dunitz, 2001)

11 Bila tekanan sistolik dan diastolik turun ke kategori berbeda, kategori yang lebih tinggi harus diseleksi untuk mengklasifikasi status tekanan darah individual (Dunitz, 2001) Respon Penderita Hipertensi Tekanan darah bervariasi sepanjang hari. Meningkat pada saat berolahraga dan mengalami stres atau gangguan mental. Sebaliknya tekanan darah akan menurun bila tubuh sedang dalam kondisi istirahat atau tidur (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah salah satu penyakit yang benyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya (Dekker, 1996). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2001). Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan urinasi pada darah [BUN] dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemigplegia) atau

12 gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia (Brunner & Suddarth, 2001). Olahraga dapat mengurangi risiko terkena hipertensi atau reaksi abnormal lainnya bila seseorang telah menderita hipertensi. Untuk menyelidiki apakah latihan fisik dapat memberi nilai dalam pengobatan hipertensi, sekelompok pasien hipertensi yang sebelumnya tidak aktif, diharuskan menjalani program latihan dan setelah itu efeknya terhadap tekanan darah diperiksa. Hasilnya, latihan dinamik secara regular dapat mengurangi tekanan darah senilai 10 mmhg (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003) Bahaya Penderita Hipertensi Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan langsung, tetapi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai penyakit (Dekker, 1996). Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terjadi edema pupil (Brunner & Suddarth, 2001). Karena pengaruh tekanan darah tinggi, proses penumpukkan zat-zat lemak di dalam urat-urat nadi besar makin cepat, sehingga mengakibatkan pengapuran pembuluh darah (arteriosclerosis). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah gagal jantung, stroke, juga gagal ginjal (Dekker, 1996). Hipertensi adalah faktor resiko yang tergolong berperan dalam mengacu timbulnya infark jantung sampai 3-5 kali lipat. Hipertensi dapat mengacu terjadinya berbagai penyakit yang cukup serius serta kematian mendadak (Irawan & Mulyadi, 1998). Smith, Odel, Kernohan (1950 dalam

13 Kaplan, 2006) mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar yang disebabkan oleh hipertensi. Beberapa efek hipertensi pada otak, bila tidak dikontrol dalam jangka panjang, akan menimbulkan stroke dengan resiko hingga tujuh kali lipat bila dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal. Tekanan darah tinggi juga dapat menimbulkan kerusakan ginjal dimana terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal. Makin tinggi hipertensi maka makin cepat terjadi kerusakan sistem penyaringan (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dicurigai juga penyakit hipertensi dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan kematian yang berhubungan dengan hipertensi arterosklerosis (Agmon, Khandheria, Meissner et al., 2002 dalam Kaplan, 2006). Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian Penatalaksanaan Hipertensi Penurunan tekanan darah tinggi hingga di bawah 140/90 mmhg dapat mengurangi segala komplikasi yang mungkin terjadi. Terdapat dua jenis penatalaksanaan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003) Penatalaksanaan Farmakologis Penataksanaan farmakologis yaitu penatalaksanaan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:

14 a. Diuretik Diuretik dapat meningkatkan kadar garam dan air yang dikeluarkan ginjal dari tubuh. Aksi ini mengurangi volume darah yang dipompa oleh jantung setiap denyutan. Tekanan darah kemudian secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Diuretik juga menurunkan kandungan sodium di dalam pembuluh darah. Keberadaan sodium yang terlalu tinggi dalam darah cenderung mempersulit aliran darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan demikian tekanan darah akan turun akibat berkurangnya curah jantung dan resistensi perifer serta diikuti oleh vasodilatasi perifer dan berkurangnya volume cairan interstisial yang mengakibatkan berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular (McGowan, 2001; Dekker, 1996; Ganiswara, 1995 dalam Fitriani, 2005). b. Penghambat adrenergik (β-bloker) Beta-bloker menghambat aksi noradrenalin dan adrenalin pada reseptor beta, mengurangi kekuatan dan mempercepat kontraksi jantung dan menurunkan sekresi renin oleh ginjal sehingga terjadi pengurangan tekanan darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Bloker yang berbeda menurunkan renin dengan tingkatan berbeda pula (Goodfriend, 1983). Beta-bloker bekerja melalui beberapa cara. Beta-bloker dapat bekerja secara langsung dengan mengurangi kegiatan memompa otot jantung dan denyut jantung serta kontraktilitas miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung dan jumlah darah yang dikeluarkan jantung. Dengan demikian aliran darah akan

15 berkurang dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Cara lain yaitu dengan menghambat pelepasan norephinephrin melalui hambatan reseptor para sinaps dan menghambat sekresi renin melalui hambatan reseptor β 1 di ginjal serta efek sentral yang dapat menurunkan tekanan darah (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995). c. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem reninangiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah membatasi efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme) sehingga produksi angiotensin II menurun. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah sehingga meringankan kerja jantung. ACE inhibitor dapat mengurangi fungsi ginjal dan menyebabkan akumulasi potasium apabila terjadi penurunan fungsi ginjal (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). d. Antagonis Kalsium (Calcium Antagonist) Antagonis kalsium dapat mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh darah, menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar. Meskipun demikian, antagonis kalsium berbeda dari vasodilator lainnya. Antagonis kalsium sebagian menghambat isyarat dari saraf ke jantung. Pengurangan ini akan meningkatkan laju denyut jantung yang biasanya terjadi dengan vasodilator lainnya tetapi tidak dengan antagonis kalsium. Antagonis kalsium memiliki efek diuretik meskipun hanya sedikit (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003).

16 e. Vasodilator Vasodilator mengendurkan otot-otot pada dinding pembuluh darah. Pembuluh darah dikendurkan dan daya tahan fluida di dalamnya diturunkan. Selain menurunkan tekanan darah, vasodilator memiliki beberapa efek lain yang cenderung mengurangi kemampuan mengendurkan pembuluh darah yaitu menyebabkan ginjal menahan sodium dan air sehingga terjadi peningkatan jumlah sodium dan air di dalam tubuh serta menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Vasodilator biasanya tidak digunakan sendiri. Obat ini sering digunakan bersama dengan beta-bloker dan diuretik untuk mengatasi efek samping vasodilator pada ginjal dan jantung (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Semua obat-obat di atas bertambah manfaatnya jika ditunjang oleh pengobatan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup (Dekker, 1996) Penatalaksanaan Non Farmakologis Penatalaksanaan non farmakologis atau penatalaksanaan tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi. Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu seperti di berikut ini : a. Mempertahankan Berat Badan Ideal Kelebihan berat badan sampai mencapai 30-40% dari berat ideal cenderung mudah terserang stroke yang biasanya diawali dengan penyakit hipertensi jantung atau ginjal (Irawan & Mulyadi, 1998). Penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik ( Stamler dkk., 1980; Tuck

17 dkk., 1981 dalam Kaplan & Stamler, 1994). Penurunan berat badan hingga 10% dapat secara bermakna menurunkan beberapa faktor resiko penyakit kardiovaskular (Kaplan & Stamler, 1994). Beberapa cara untuk mempertahankan berat badan ideal adalah diet rendah lemak namun kaya serat dan protein serta adanya aktivitas fisik yang nyata (Kaplan & Stamler, 1994). b. Kurangi asupan natrium (sodium) Tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Meskipun demikian, efeknya secara keseluruhan hanya sedikit, khususnya pada tekanan diastolik. Perubahan diet yang normal adalah dengan mengurangi asupan garam dan dapat menurunkan tekanan darah rata-rata 2 sampai 3 mmhg (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). c. Latihan aktivitas fisik secara teratur Peningkatan aktivitas fisik dan kapasitas latihan dapat mencegah hipertensi dan menurunkan resiko kematian (Blair & Church, 2004 dalam Kaplan, 2006). Insidens hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam perminggu daripada mereka yang kurang aktif (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Latihan olahraga teratur pada penderita hipertensi dengan takaran yang tepat selama 3-5 kali seminggu dapat menurunkan tekanan sistolik 8-10 mmhg dan diastolik 6-10 mmhg (Radmarssy, 2007). d. Batasi konsumsi alkohol Minuman keras khususnya yang berkadar alkohol tinggi sangat membahayakan bagi sirkulasi darah otak. Sebab alkohol mengandung unsur yang

18 bersifat membakar sehinggga menimbulkan panas dan menyebabkan tekanan darah meningkat (Irawan & Mulyadi, 1998). Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada mereka yang tidak minum minuman beralkohol (Radmarssy, 2007). e. Makan K, Ca, Mg yang cukup dari diet Individu yang mengonsumsi makanan berkadar potasium tinggi memiliki tekanan darah yang lebih rendah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urine. Diet kaya potasium sangat penting bagi orang yang mengonsumsi diuretik untuk mengatasi tekanan darah tinggi karena pil tersebut menghabiskan potasium di dalam darah (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007). f. Hindari stres Peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke kulit, ginjal, dan saluran pencernaan merupakan respon tubuh terhadap stres (Hayens, Leenen, & Soetrisno, 2003). Usahakan dapat tidur dan beristirahat secukupnya untuk mempertahankan kondisi badan, karena tekanan darah menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari (Dekker, 1996).

19 Stres akan menimbulkan respon fight or flight. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, renin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik (Idrus, 2006). Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, kegiatan jantung memompa, dan mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun (Dekker, 1996). 4. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara 4.1. Pengertian Olahraga Pernapasan Satria Nusantara Olahraga pernapasan merupakan latihan yang menghasilkan kekuatan dan daya tahan terhadap otot pernafasan dimana terdapat sebuah proses rekonstruksi tubuh pada setiap tahapan latihan untuk memperoleh keseimbangan. Oleh karena itu, dalam memulai latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi tubuh seseorang (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar, 2008). Olahraga pernapasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah olahraga pernapasan Satria Nusantara. Olahraga pernafasan Satria Nusantara ditujukan untuk mengembangkan usaha penanggulangan stresor dan upaya

20 peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu mengelola stresor dengan baik untuk menjaga dan bahkan mengembalikan ke homeostasis (Maryanto, 1990) Prinsip Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara Olahraga pernafasan Satria Nusantara adalah pengolahan nafas dan tenaga dalam yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk meningkatkan kesehatan (Maryanto, 2008). Prinsip gerakan olahraga pernapasan Satria Nusantara adalah sebagai berikut: 1. Latihan peregangan selama 10 (sepuluh) menit dilakukan dalam dua periode Peregangan sangat dibutuhkan sebelum menjalani latihan dalam upaya mencapai kelenturan otot menghindari cedera. Otot akan menjadi rentan cedera dan sakit jika tidak melakukan peregangan. Manfaat lain dari peregangan ialah dapat menghilangkan rasa ngilu atau pegal sehabis bekerja keras atau olahraga selama delapan jam atau lebih, serta menyebabkan otot tetap fleksibel. Untuk mencapai hasil yang baik, peregangan dilakukan sebelum dan setelah latihan dimana otot sudah mulai panas (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Makasar, 2008). 2. Latihan pernapasan duduk awal dan duduk akhir selama 20 menit dalam dua periode Latihan pernapasan duduk awal dilakukan sebagai pemanasan (warming-up) bagian dalam tubuh sebelum melakukan pernapasan bergerak. Pernapasan duduk akhir dilakukan untuk pendinginan (cooling down) dan pengendapan tenaga hasil latihan (Maryanto, 2008). Peserta pernafasan Satria Nusantara dilatih bernafas dengan ritme yang teratur, pelan dan dalam sehingga ritme pernafasan diperlambat. Kebiasaan

21 bernafas pelan dan dalam akan memberikan pengaruh terhadap stabilitas fungsi saraf otonom dengan semakin meningkatnya fungsi saraf parasimpatik. Fungsi syaraf parasimpatik berhubungan erat dengan anabolisme yaitu metabolisme yang bersifat membangun, yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan terhadap kerusakan jaringan dan gangguan fungsional. Penghambatan fungsi sistem jantung-pembuluh darah yang cenderung menyebabkan melambatnya denyut jantung dan melemasnya pembuluh darah, khususnya arterioale sehingga menyebabkan tekanan darah menurun (Maryanto, 2008). Latihan pernapasan duduk akhir merupakan latihan pendinginan dimana latihan ini dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan pendinginan yaitu mecegah pengumpulan darah dalam vena dan memastikan cukupnya aliran darah dalam otot, mencegah kekakuan dan nyeri otot (Maryanto, 2008 dalam Mardhiah, 2009). 3. Latihan pernapasan bergerak, dilakukan selama 80 (delapan puluh) menit dilakukan dalam dua periode. Pernapasan bergerak adalah pengolahan pernapasan yang dilakukan bersamaan dengan gerak tertentu/ jurus. Pada latihan pernapasan bergerak, napas ditahan selama 3 sampai 5 menit (Maryanto, 2008). Latihan pernapasan bergerak menggunakan mekanisme hipoksia anaerobik. Latihan ini membuat sel-sel tubuh efisien menggunakan oksigen yang berarti meningkatnya kemampuan fungsional dan kesehatan sel serta merupakan cara yang sangat fisiologis dalam merangsang sel-sel tubuh untuk melakukan penyembuhan bagi dirinya (Maryanto, 2008).

22 4. Istirahat Selama 10 Menit Istirahat dilakukan di antara dua periode latihan pernapasan bergerak selama 10 (sepuluh) menit dalam satu kali periode (Maryanto, 2008). Istirahat dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti pada awal latihan sebagai persiapan untuk latihan kemudian (Simbar, 2008) Gerakan Olahraga Pernapasan Satria Nusantara Adapun gerakan yang dilakukan saat latihan olahraga pernapasan adalah sebagai berikut: 1. Gerakan peregangan Tiap gerakan lakukan dua sampai tiga kali kemudian meningkat menjadi delapan sampai sepuluh kali. a. Latihan kepala dan leher Miringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu. Tekuk kepala ke samping kiri hingga mengenai bahu diikuti dengan meluruskan lengan ke arah yang sama dengan arah kepala. Lalu bergantian dengan sisi lain (Maryanto, 2008). b. Latihan bahu dan lengan Luruskan lengan kanan ke arah kiri lalu di tahan dengan lengan kiri. Lakukan bergantian dengan sisi lain. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanan dan tangan kiri. Letakkan tangan di punggung kemudian coba meraih ke atas sedapatnya. Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan lengan ke depan lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala. Kemudian regangkan

23 lengan ke belakang punggung sejauh mungkin. Lengan harus lurus dan tidak bengkok. Kepal jari-jari tangan kanan lalu tangan kiri mendorong tangan kanan ke belakang. Gerakan ini juga dilakukan bergantian dengan sisi lain (Maryanto, 2008). c. Latihan paha Kaki kanan diluruskan dengan tumit menyentuh lantai dan kaki kiri ditekuk. Lalu kaki kanan ditekuk dengan telapak kaki menyentuh lantai sedangkan kaki kiri diluruskan dengan ujung jari menyentuh lantai. Gerakan dilakukan bergantian dengan sisi lain. Badan tegak lurus dengan kedua kaki dirapatkan dan tangan lurus ke depan, Lalu perlahan-lahan turunkan punggung hingga tangan menyentuh tanah. Silangkan kedua kaki dengan badan tetap tegak dan tangan lurus ke depan. Perlahan-lahan turunkan punggung hingga tangan menyentuh tanah. Lakukan gerakan ini dengan menyilangkan kaki bergantian (Maryanto, 2008). 2. Gerakan latihan pernapasan duduk awal Gerakan latihan pernapasan duduk awal adalah duduk dengan kaki melipat ke belakang, telapak kaki dengan ujung jari kaki melingkar ke arah pantat. Tulang ekor menyentuh lantai dan punggung diluruskan. Tangan dengan jempol digenggam diletakkan pada lutut, pandangan lurus ke depan ke satu titik. Bila peserta lebih dari satu orang dan sejenis, maka peserta duduk merapat kiri kanan sehingga lutut saling bersentuhan. Bernapas teratur sambil berkonsentrasi. Keluar masuk napas melalui hidung, dengan menekan napas di bawah perut (abdominal pressing). Selang waktu tarik, tekan/ tahan dan keluar napas adalah

24 sama yakni detik. Pernapasan duduk dilakukan selama 10 menit (Maryanto, 2008). 3. Gerakan latihan pernapasan bergerak I Adapun gerakan latihan pernapasan latihan bergerak adalah sebagai berikut: a. Gerakan tungkai Tungkai membentuk posisi kuda-kuda rendah, kedua kaki sejajar, ujung kaki ke samping berlawanan arah, telapak kaki digesekan ke bumi dan kedua tumit ditemukan satu sama lain pada setiap gerakan kaki maju sejengkal (Maryanto, 2008). b. Gerakan tangan Jurus untuk tingkat dasar, 10 jurus untuk tingkat pengendalian 1, 6 jurus untuk tingkat gabungan dasar. Untuk tingkat dasar, pada awal gerakan, napas ditarik sebanyak mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan di bawah perut sambil menggesek telapak kaki maju sejengkal yang disebut satu langkah kuda-kuda, seiring seirama dengan gerakan tangan. Untuk 1 kali menekan dan menahan napas minimal dilakukan 15 langkah, setelah itu napas dikeluarkan, juga melalui hidung. Kemudian atur napas dengan tarik dan keluar napas 2 atu 3 kali, lalu lanjutkan dengan latihan lagi. Latihan dilakukan selama 90 menit dalam dua periode yang diselingi dengan istirahat (Maryanto, 2008). 4. Istirahat Selama latihan istirahat dilakukan hanya satu kali selama 10 (sepuluh) menit (Maryanto, 2008).

25 5. Gerakan latihan pernapasan bergerak II Merupakan lanjutan dari gerakan latihan pernapasan bergerak sebelum istirahat. Melanjutkan gerakan jurus yang sebelum istirahat, untuk memantapkan gerakan latihan gerakan jurus yang sudah diajari sebelumnya (Maryanto, 2008). 6. Gerakan latihan pernapasan duduk akhir Gerakan yang dilakukan pada latihan pernapasan duduk akhir sama dengan latihan pernapasan duduk awal. Pernapasan duduk akhir dilakukan selama 10 menit (Maryanto, 2008). 7. Gerakan peregangan Gerakan peregangan akhir untuk menutup latihan sama dengan gerakan peregangan yang dilakukan di awal latihan olahraga pernapasan (Maryanto, 2008) Manfaat Olahraga Pernapasan Satria Nusantara Manfaat yang dapat dicapai dengan melakukan olahraga pernapasan Satria Nusantara yaitu (1) Meningkatkan fungsi paru. Ketika orang menarik napas cepat dan dangkal, paru-paru tidak cukup mengembang untuk memungkinkan transfer maksimum oksigen ke dalam darah. Sedangkan ketika menarik napas dalam atau pernapasan diafragma menyebabkan perut untuk lebih luas. Pernapasan diafragma dapat menarik udara ke dalam lobus bawah paru-paru dimana sebagian besar terjadi transfer oksigen. (2) Meningkatkan aliran limfatik (getah bening). Dengan membantu mengembangkan paru-paru lebih penuh, pernapasan dalam juga meningkatkan aliran cairan limfatik yang membantu mencegah infeksi. (3) Meredakan stress. Bernapas dalam dapat membantu mengurangi keparahan dan frekuensi ketegangan sakit kepala yang berhubungan

26 dengan stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah rendah dan mengurangi kelelahan. (4) Mempercepat penurunan berat badan dimana berat badan juga mempengaruhi tekanan darah (Livestrong, 2010). 5. Olahraga Pernapasan Satria Nusantara pada Penderita Hipertensi Olahraga pernapasan mempunyai banyak kegunaannya. Menurut Gilang (2007); olahraga pernafasan merupakan suatu sarana yang membantu tubuh untuk mengubah udara yang dihirup menjadi energi. Aliran udara berenergi ini mampu menghasilkan tenaga dalam yang akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Menurut penelitian yang dilakukan Siswantoyo, 2007; terhadap siswa lakilaki kelas 2 Madrasah Aliyah Mu alimin Yogyakarta dengan memenuhi kriteria inkubasi tertentu, menghasilkan kesimpulan bahwa olahraga pernapasan dapat meningkatkan kadar beta-endorphin, IgG dan interleukin-6, sedangkan pada interleukin-2 dan interleukin-4 tidak terjadi peningkatan, sedangkan kortisol mengalami penurunan. Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal berfungsi untuk membantu mengatur tekanan darah dan sistem kekebalan tubuh saat terjadi krisis tiba-tiba, baik serangan fisik atau kemunduran emosional (Tarigan, 2010). Kelebihan kortisol mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dan tekanan darah serta perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang menyebabkan gangguan psikosomatis misalnya hipertensi dan infark jantung (Dahroji, 2009). Pernapasan yang baik dan benar akan menjadikan tubuh sehat dan prima, tidak mudah diserang berbagai penyakit. Untuk bernapas dengan benar,

27 kita hanya perlu mengendurkan otot lambung, menghirup perlahan-lahan melalui hidung, dan memasukkan udara sampai rasanya bagian bawah lambung terisi penuh oleh udara. Kemudian berhentilah sebentar sebelum menghembuskan napas melalui mulut (Wordpress.com, 2008). Peningkatan jumlah Hb dalam darah bisa dilakukan dengan teknik penahanan napas. Penahanan napas juga akan menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam jaringan tubuh, yang menyebabkan meningkatkan keasaman jaringan tubuh. Cairan jaringan yang asam ini merangsang pembuluh pembuluh kapiler dan pembuluh darah untuk melebar sehingga jumlah darah yang mengalir lebih banyak. Pelebaran pembuluh darah berpengaruh terhadap tekanan darah yaitu memperkecil hambatan terhadap aliran darah, sehingga tekanan darah cenderung menjadi normal (Fadhil, 2009).

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Efektivitas Olahraga Pernafasan Satria Nusantara terhadap Penurunan

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Efektivitas Olahraga Pernafasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Efektivitas Olahraga Pernafasan Satria Nusantara terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Lembaga Seni Pernapasan Satria

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang telah mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan, menghasilkan dampak positif, yakni meningkatnya harapan hidup penduduk di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kebugaran Jasmani. a. Definisi Kebugaran Jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : Lampiran 1 PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : 1401100002 NO KEGIATAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan A. Penentuan Judul B. Mencari Literatur C. Studi Pendahuluan D. Menyusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) beralamat Jl. Lingkar Selatan, Kecamatan Kasihan Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kampus UMY

Lebih terperinci

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG MARIA ANGELINA SITORUS NPM.153112620120027 FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK UNIVERSITAS NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian, yang dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan tekanan darah sistolik pada mahasiswa

Lebih terperinci

PENGURUTAN (MASSAGE)

PENGURUTAN (MASSAGE) PENGURUTAN (MASSAGE) Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling bermanfaat dalam perawatan fisik (badan) Massage mengarahkan penerapan manipulasi (penanganan) perawatan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA Oleh : Farida Mulyaningsih, M.Kes PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENDERITA JANTUNG

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau buila pasien memakai obat hipertensi. (7) 2. Manifestasi Klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S. LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung telah menjadi penyakit pembunuh kedua di Hong Kong setelah kanker. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung utama. Menurut statistik dari Departemen

Lebih terperinci