BANGUNAN UTAMA ( BENDUNG ) BAB I PENGERTIAN BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANGUNAN UTAMA ( BENDUNG ) BAB I PENGERTIAN BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)"

Transkripsi

1 BANGUNAN UTAMA ( BENDUNG ) BAB I PENGERTIAN BANGUNAN UTAMA (BENDUNG) Bangunan Utama dapat didifinisikan sebagai : Semua bangunan yang dibangun di sepanjang Sungai atau aliran air yang merupakan bagian bagian dari Bangunan utama yang menjadi sata kesatuan untuk meninggikan dan membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi dan biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sediment yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk Pengertian Bangunan Utama (Bendung) harus dibedakan dengan pengertian waduk (Bendungan) yang bersifat menampung air, maka kalau bendung, bersifat manampung dan meninggikan muka air, ini berarti bahwa air boleh mengalir terus melimpas ambang bendung BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN UTAMA DAN FUNGSINYA Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian bangunan sebagai berikut : Bangunan pengelak ( Tubuh bendung dan Ruang olak) Bangunan pengambilan ( Intik ) Bangunan pembilas (Penguras) Kantong Lumpur Pekerjaan sungai Bangunan-bangunan pelengkap Tata letak bagian-bagian bagian bangunan utama bisa dilihat pada : Gambar 2.1 Gambar 2.1

2 1.2.1 Bangunan Pengelak Bangunan pengelak adalah bagian dari Bangunan utama yang benar-benar dibangun didalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokannya air sungai kejaringan irigasi, dengan jalan menaikan muka air di sungai atau pengambilan air didasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah ( Bottom rack weir) Bangunan-bangunan tersebut digunakan untuk mengatur elevasi air disungai dan membelokan ke saluran Induk untuk keperluan Irigasi. Berdasarkan tipe strukturnya Bendung dapat dibedakan yaitu sebagai bereikut : Bendung Pelimpah Bendung Gerak (barrage) Bendung Saringan Bawah Bendung Pelimpah (Bendung Tetap) Adalah bendung yang bisa meninggikan muka air disungai sesuai dengan elevasi yang dibutuhkan, sehingga memudahkan bangunan pengambilan untuk menyalurkan air untuk keperluan Jaringan Irigasi Letak mercu bendung (Tubuh bendung) diusahakan tegak lurus arah aliran sungai, agar aliran air yang melimpah pada mercu bendung terbagi rata. Bendung pelimpah merupakan penghalang selama tejadi banjir dan dapat menyebabkan genangan genangan luas di daerah-daerah hulu (udik) bendung tersebut. Seperti pada gamb Bendung Gerak (Barrage) Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar, masyalah yang ditimbulkan selama banjir relatif kecil. Bendung Gerak dapat mengatur elevasi muka air sungai sesuai, sehingga pengambilan air untuk kebutuhan Irigasi sesuai dengan dibutuhkan selalu terpenuhi. Jika air sungai banjir maka pintupintu tersebut dibuka dan tingginya bukaan diatur disesuaikan dengan kebutuhan. Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksplotasi karena pintunya harus tetap dijaga dan dioprasikan dengan baik dalam keadaan papapun, contoh sketsa seperti pada gambar.2.2 Gambar 2.2 (Denah Bendung Gerak)

3 Bendung Saringan Bawah Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan) berfungsi untuk mencegah masuknya batubatu bongkah ke dalam parit pengambilan, maka bongkah batuan-batuan harus hanyut kebagian hilir sungai.bangunan ini dibangun disungai yang mempunyai karakteristik hanya mengangkut batu-batuan yang berukuran sangat besar. Untuk keperluan irigasi, bukanlah selalu merupakan keharusan untuk meninggikan muka air di sungai. Jika muka air Sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan pengambilan bebas, yang dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi, tanpa membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai. Contoh skestsa seperti pada Gambar2.3 A Pintu Pengambila Salurann Primer Pintu Darur at A Bangunan Pembilas POT. A-A Gambar 2.3 (Denah Bendung SaringanBawah) Saluran dengan baja batangan di bagian atas

4 1.2.2 Bangunan Pengambilan Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air yang berfungsi untuk mengatur masuknya air dari bendung kesaluran irigasi jumlah pintu dan ukurannya dihitung berdasarkan kebutuhan, seperti pada (Gambar 2.4 ) Bangunan pembilas Lokasi bangunan pembilas Pada tubuh bendung pada umumnya dekat dengan bangunan pengambilan (lihat gambar 2.4), gunanya untuk mencegah masuknya bahan sediment kasar ke Intik ( Banunan pengambilan)/ kedalam jaringan saluran irigasi. Bangunan pembilas ada beberapa tipe : (1) (2) (3) (4) Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan Pembilas bawah (undersluice) Shunt undersluice (pembilas samping) Pembilas bawah tipe boks Tipe (1) tipe tradisional tergantung dari kwalitas air sungai Tipe (2) yang umum dipakai sekarang (seperti gambar.2.4) Tipe (3) dibuat diluar lebar bersih tubuh bendung (seperti gambar 2.7) Tipe (4) digabung dengan bangunan pengambilan dalam satu bidang atas dan bawah B El. x A Tinggi Tanggul A AS. Bendung aliran ke pengambilan aliran ke melalui pembilas bawah Denah B

5 atap pelindung pintu atap pelindung pintu Pintu Intik satu pintu bilas sponing untuk skat balok Pembilas bawah plat beton (onder spooyer) Lantai muka Potongan A -A (1) 0,10 s/d 0,50 pintu pembilas keadaan terbuka dua pintu bilas sistim terbuka mercu bendung Pembilas bawah plat beton (onder spooyer) lorong bilas bawah pintu pembilas keadaan tertup Potongan B - B Potongan A -A (2) Gambar 2.4 (Bangunan Pengambilan dan Pembilas) Kantong Lumpur Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sediment yang lebih besar antara ( ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir pengambilan dan sebelum masuk kesaluran induk. Sedidimen yang halus yang tidak bisa diendapkan dalam kantong Lumpur adalah sangat dibutuhkan untuk pupuk padi yang dibawa oleh aliran air ke sawah-sawah. Sedimen yang mengendap didalam kantong lumpur kemudian dikuras secara berkala. Pengurasan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan arus air yang deras untuk menghanyutkan endapan tersebut kembali kesungai. Dalam hal-hal tertentu pemberesihan ini perlu dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan cara dikeruk dengan menggunakan tenaga manusia. Lokasi kantong lumpur bisa dilihat seperti pada (Gambar. 2.1)

6 1.2.5 Pekerjaan Sungai Pembuatan bangunan-bangunan khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga agar bangunan utama berfungsi dengan baik, terdiri dari : (1) Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi banunan utama terhadap kerusakan akibat pengerusan dan sedimentasi. Pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan dinding pengarah (2) Anggul banjir untuk melindungi lahan agar tidak tergenang (3) Saringan bongkah batu untuk melindungi pengambilan/pembilas bawah agar bongkah batu tidak menyumbat selama terjadi banjir (4) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai sungai lama atau bila bangunan pengelak (Bendung) dibangun di kopur, untuk mengelihkan aliran sungai ke bangunan tersebut Jenis pekerjaan Sungai bisa dilihat pada ( Gambar & 2.18) Pekerjaan pelengkap Pekerjaan-pekerjaan ini terdiri dari bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama dan disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain: (1) Pengukuran debit dan muka air disungai maupun disaluran (2) Pengoprasian pintu (3) Perlatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenga eksplotasi, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan eksplotasi dan pemeliharaan (4) Jembatan diatas bendung, agar seluruh bangunan utama mudah dijangkau, atau untuk keperluan lalulintas umum 1.3 JENIS BENDUNG Pada dasarnya jenis bendung dapat dibedakan kedalam dua ( 2 ) kategori antara lain : (1) Bendung Gerak (2) Bendung Tetap ( Pelimpah ) Bendung Gerak Bendung gerak adalah Bendung yang dibuat dari konstruksi Pintu, yang dibangun dengan maksud agar tinggi muka air Sungai dapat di atur dengan cara membuka dan menutup Pintu Bendung, tinggi rendahnya pengempangan bisa disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjaga keamanan daerah disekitar luapan air pengempangan. Bendung ini biasanya terdiri dari konstruksi pintu sorong (Lifting Gate) atau pintu busur (Radial Gate). Didaerah-daerah alluvial yang datar dimana meningginya muka air disungai mumpunyai konsekwensi yang luas (Tanggul banjir yamg panjang dan tinggi), maka pemakaian Bendung Gerak dibenarkan. Karena menggunakan bagian-bagian yang bergerak, seperti pintu dengan peralatan angkatnya, Bendung Tipe ini menjadi konstruksi yang mahal dan membutuhkan Ekploitasi yang lebih teliti. Penggunaan Bendung Gerak dapat dipertimbangkan jika : Kemiringan dasar sungai kecil/relative datar Peninggian dasar sungai akibat konstruksi Bendung tetap tidak dapat di bangun karena ini akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada akibat meningginya muka air. Debit banjir tidak dapat dilewatkan dengan aman melalui Bendung tetap

7 Pondasi buat pilar untuk dudukan pintu penguras Bendung tetap tidak bisa di buat, sehingga terjadi penurunan tanah yang akan menyebabkan pintu penguras tidak dapat dioperasikan Bendung Tetap ( Pelimpah ) Bendung Tetap adalah konstruksinya permanent dan disebut juga Bendung Pelimpah karena fungsinya selain meninggikan muka air juga melimpahkan air. Hal yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah bendung yang paling banyak di bangun di Indonesia yaitu Bendung Tetap ( Permanen), seperti gambar photo dibawah ini. Jembatan Atap pelindung pintu Lebar efektip bendung Intik( Pengambilan Pangkal bendung Pangkal bendung Pilar pembilas Pelimpah bendung Kolam olak ( 3 bh) lorong bilas

8 BAB II 2. TYPE BENDUNG TETAP 2.1 Type Vlugter ( gb.type A ) Dipakai pada tanah dasar aluvial dengan karakter yang tidak banyak membawa batu-batu besar. Type ini adalah type yang banyak digunakan di Indonesia dan ternyata dari beberapa konstruksi yang telah dibangun menunjukan hasil yang baik. Gambar Type A 2.2 Type Schoklitsch (gb.type A ) Type ini adalah sama sifatnya dengan Type Vlugter dan dipakai apabila pada keadaan tertentu dengan tipe vlugter kurang ekonomis karena penggalian untuk lantai ruang olak beserta koperannya terlalu dalam maka dipakailah type Schoklitsch. Gambar Type A

9 2.3 Type B Ini digunakan pada tanah dasar lebih baik dari pada tanah alluvial dengan karakteristik sungai yang membawa batu-batu besar. Agar tidak cepat tergerus, maka koperannya harus masuk kedalam tanah dasar, biasanya minimum 4,00 m. Gambar Type B 2.4 Type C Ini biasanya digunakan pada waduk-waduk sebagai spillway. Gambar Type C 2.5. BAGIAN-BAGIAN BENDUNG DAN FUNGSINYA Bagian Tubuh Bendung Bagian Lantai Muka Bagian Ruang Olak Bagian Pengambilan ( Intik ) Bagian pembilas Bagian pangkal bendun

10 Bagian-bagian bendung bisa dlihat pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 (Bagian-bagian Bendung ) Pembilas Bawah

11 Potongan gambar 2.5 Tinggi mecu Ideal= 4,50 m Potongan gambar Tubuh Bendung Adalah bagian utama dari konstruksi bendung yang disebut juga type bendung, fungsinya untuk meninggikan muka air di sungai. Tubuh bendung mempunyai elevasi mercu sehingga tinggi bendung biasa ditetapkan. Tinggi bendung adalah tingginya mercu diukur dari dasar sungai (lantai muka).untuk tinggi ideal bendung ditinjau dari segi keamanan stabilitas, dianjurkan tingginya tidak lebih dari 4,5 m, dilihat pada Gambar 2.5 (pot.c-c) Lantai muka Adalah lantai yang ada didepan tubuh bendung, fungsinya untuk memperbesar / memperpanjang hambatan resapan air (Creep Line) yang akan melalui dasar bendung. Panjang lantai muka ditentukan oleh tingginya tekanan air pada Bendung, agar tekanan air pada ujung lantai ruang olak menjadi nol sehingga resapan air yang akan melalui dasar bendung tidak terjadi dan dasar bendung akan aman dari kikisan air, lihat pada Gambar 2.5 (pot A-A) Bagian Ruang olak (Kolam olak) Adalah konstruksi bagian belakang bendung dan berfungsi untuk menenangkan atau meredam arus air yang terjun dari mercu bendung. Panjang ruang olak dihitung dengan rumus tertentu berdasarkan type masing-masing dan pemilihan tipe ditentukan oleh karakteristik sungai pada waktu banjir seperti: Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar cocok dengan tipe bak tenggelam/submerged (Buket ), seperti pada (Gambar 2.10 ) Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar tapi sungai itu mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan terhadap gerusan maka cocok menggunakan kolam loncat air tanpa penghalang atau tipe bak tenggelam/peredam energi, seperti pada (Gambar Type B hal.16)

12 Mengangkut (menghanyutkan) bahan-bahan sediment halus cocok dengan Menggunakan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan blok blok penghalang. Seperti pada (Gambar 2.11& 2.12) Bagian Intik ( pengambilan ) Berfungsi untuk mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan pada saat banjir pintu intik ditutup supaya benda-benda padat tidak masuk pada saluran. Pengambilan (intik) sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung guna memperkecil masuknya sediment.bila pengambilan dibutuhkan untuk kiri dan kanan maka ada 2 (dua) cara penempatan : (1) Di tempatkan disebelah kiri dan kanan dari Bendung (2) Di tempatkan dua-duanya diselah kiri atau disebelah kanan saja, dimana yang salah satu intik dibuat dibuat pada pilar pembilas dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh bendung. Add.(1). Biaya konstruksi, operasi dan pemeliharaan lebih mahal, karena harus membuat dua buah bangunan penguras. Add.(2).Biaya relative lebih murah tapi terbatas hanya untuk dimensi pengambilan yang relative kecil. Kadang-kadang tata letak akan dipengaruhi oleh kebutuhan harus adanya jembatan diatas bendung, sehingga dalam hal ini kita terpaksa harus menyimpang dari kreteria yang telah ditetapkan. Ukuran pintu intik ditentukan oleh besarnya kebutuhan debit air, ukuran maksimum lebar satu pintu 2,5 m karena disesuaikan dengan kemampuan tenaga manusia untuk mengangkatnya. Elevasi ambang bangunan pengambilan direncanakan/ditentukan dari dari elavasi dasar sungai atau dari dasar elevasi plat onderspuer (plat penutup pembilas bawah) sebagai berikut : (1) Jika tidak ada lorong bilas (onderspuer), elevasi ambang diambil dari elevasi dasar sungai yaitu : m jika sungai hanya mengangkut lanau m jika sungai mengangkut pasir dan krikil m jika sungai mengangkut batu-batu bongkah (2) Jika ada lorong bilas elevasi ambang pengambilan (intik) diambil berkisar antara 0,10 s/d 0,50 m tergantung dari volume butiran pasir halus yang terkandung pada air sungai tersebut.,( lihat gambar 2.4) Bagian Pembilas Bangunan Pembilas berfungsi untuk menguras Lumpur yang mengendap di muka bendung dekat dengan pintu pengambilan. Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahanbahan kasar didepan pengambilan, sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di depan Bangunan Pengembilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas Lebar pembilas ditambah tebal pilar sebaiknya sama dengan 1/6 1/10 dari lebar bersih Bendung ( Lebar efektip ) untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100m Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilarpilarnya. Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris, dalam hal ini sudut a pada sebaiknya diambil sekitar 60o sampai 70o. (Gambar 2.6)

13 a = 60o 70 o Gambar 2.6 Giometri pembilas Lebar satu pintu bilas untuk pengoperasian secara manual maksimal 2.5 m disesuaikan dengan daya angkat manusia. Bagian depan penguras untuk meningkatkan daya kuras dibuat onderspuer (lorong kuras) dengan memasang plat beton selebar pintu penguras yang diletakan mendatar dan bertumpu pada dinding pangkal bendung dan pilar. Ukuran lorong bilas( lebar kali tinggi ) harus sedemikin rupa sehingga kecepatan pengurasan minimum V = 1,50 m/dt,ukuran tinggi minimum = 1,00 m. Disamping itu onderspuer berfungsi juga untuk menahan sediment pasir yang kasar tidak masuk ke intik. Elevasi plat onderspuer diletakan berkisar 0,10 s/d 0,50 m dibawah ambang intik agar butiran pasir halus masih bisa masuk bisa bermanfaat sebagai pupuk padi, bisa dilihat pada,(gambar 2.4) Pintu Pembilas ada 2 Sistim ( Sistim terbuka dan Sistim tertutup ): 1. Sistim terbuka digunakan apabila sungai pada waktu banjir tidak menghanyutkan benda-benda terapung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada Setang pengangkat Pintu.dan bisa juga untuk memperbesar lebar Bendung Efektif. ( Gambar 2.16 b) 2. Sistim tertutup apabila Sungai mmenghanyutkan benda-benda terapung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada Setang pengangkat Pintu. ( Lihat gambar 2.16 a) Konstruksi pintu dengan bagian depan terbuka memeliki keuntungan-keuntungan berikut: Dapat mengatur kapasitas debit bendung, dengan mengatur naik/turun pintu karena air dapat melimpah diatas pintu-pintu yang ditutup selama banjir Pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila puntu dibuat dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan, lihat (Gambar 2.16 c)

14 Kelemahan-kelemahannya: Sedimen akan terangkut kepembilas selama banjir, hal ini bisa menimbulkan masalah, apabila kalau sungai mengangkut banyak bongkah-bongkah batu ini akan menumpuk di depan pembilas dan sulit untuk disingkirkan Benda-benda hanyut bisa merusak pintu Sekarang kebanyakan Pembilas dibuat dengan bagian depan terbuka, dan jika pada saat banjir banyak menghanyutkan batu-batu besar, maka letak bangunan pembilas dibuat disamping tubuh bendung, disebut pembilas samping ( shunt sluice) dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir, karena panjang bersih bentang bendung tidak terganggu oleh bangunan pembilas.,lihat (Gambar.2.7) Alat ukur Saluran primer Pintu pengambilan Pintu penguras Tubuh Bendung Gambar: 2.7 ( Pembilas samping ) Bagian Pilar-pilar Pilar-pilar yang terdapat pada bendung : Pilar pintu penguras untuk dudukan pintu penguras dan kemungkinan Pilar jembatan bila diperlukan jembatan di- atas bendung, tebal Pilar jembatan ditentukan oleh beban yang akan ditanggungnya, sebagai pegangan dapat diambil 2 m

15 sampai 3 m untuk pasangan batu kali dan antara 1 m sampai 2 m untuk pasangan dari beton dan panjang pilar disesuaikan dengan kebutuhan. Tebal Pilar untuk Pintu bilas tergantung ada atau tidak adanya pengambilan lewat tubuh Bendung dan tergantung dari lebar Pintu bilas (penguras) serta tinginya Pylar itu sendiri. Jika ada pengambilan lewat tubuh Bendung, maka tentu harus ada pintu dan skot balok pada pylar tersebut sehingga pylar harus tebal ( Lihat gambar 2.13) Pangkal dan sayap Bendung (abutment) Panjangnya dari ujung sayap depan sampai ujung akhir sayap ruang olak dan menghubungkan ambang Bendung dengan tanggul-tanggul sungai dan tanggul-tanggul banjir. Pangkal bendung harus mengarahkan aliran air dengan tenang dan disepanjang permukaannya tidak menimbulkan turbulensi, pondasi pangkal bendung berfungsi juga sebagai dinding penahan rembesan kesamping. Elevasi pangkal Bendung disisi hulu Bendung harus lebih tinggi dari tinggi air banjir rencana ( design flood ) yang melimpas diatas mercu bendung. Tinggi jagaan pada umumnya antara 0,75 s/d 1,50 m, tergantung kepada kurve debit. Dimensi-dimensi yang dianjurkan untuk pangkal Bendung dan peralihan bisa dilihat pada (Lamp. gambar 2.7). R = 1.5 a 0.50 m R 1 h1 R h2 R 3 1m a maks 1:1 L1 2 h maks L2 2 h 1 L3 4 h 3 a = o Q 100 h maks h1 h2 Q 100 h3 Gambar 2.8 Dimensi pangkal Bendung

16 2.6. KONSTRUKSI BENDUNG DAN BAGIAN-BAGIANYA Konstruksi tubuh bendung Perlindungan gerusan bagian luar Konstruksi tubuh Bendung dari pasang batu kali dan bagian luar dari tubuh bendung untuk melindungi bangunan dari gerusan ada tiga tipe yang bisa dipakai yaitu : 1) Batu candi,yaitu pasangan batu keras alamiah yang dibuat bentuk balok-balok segi empat atau persegi yang dipasang rapat-rapat dan untuk bagian mercu bendung atau bagian muka yang lengkung batu Cadi, dibuat bentuk kubustrapesiumseperti pada (gambar 2.8). Pasangan batu tipe ini telah terbukti sangat tahan terhadap abrasi keras yang diakibatkan sediment batu-batuan yang hanyut pada waktu sungai banjir. Pemasangan batu candi seperti pada( gambar 2.8 a) 2) Beton yang direncana dengan baik dan dipakai ditempat yang benar, merupakan bahan pelindung yang baik pula. Beton yang dipakai untuk melindungi permukaan sebaiknya bergradasi baik dan berkekuatan tinggi. 3) Baja, kadang-kadang dipakai ditempat yang kena hempasan berat oleh air yang mengandung sediment batu-batuan.pada kolam olak tipe tenggelam, kadangkadang dipakai rel baja guna melindungi terhadap benturan batu-batu bongkah berdiameter lebih dari 20cm. Gambar 2.9 Batu-batu Candi

17

18 Gorong2 pengambilan Pasangan batu Candi Gambar 2.9 a (pasangan batu candi)

19 2.6.2 Perlindungan terhadap erosi bawah tanah Untuk melindungi bangunan dari bahaya erosi bawah tanah, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, kebanyakan menggunakan kombinasi beberapa konstruksi lindung. Pertimbangan utama dalam membuat lindungan terhadap erosi bawah tanah adalah mengurangi kehilangan beda tinggi energi persatuan panjang pada jalur rembesan sehingga rembesan tidak terjadi. Dalam pemilihan konstruksi lindung berikut dapat dipakai sendiri-sendiri atau dikombinasikan dengan ; Pembuatan Lantai hulu (lantai muka) Pembuataan dinding halang Pilter pembuangan Perlu disadari bahwa erosi bawah tanah adalah masalah tiga dimensi jadi semua konstruksi lindung harus bekerja ke semua arah, oleh sebab itu pangkal bendung (abutment) dan bangunan pengambilan harus dibuat konstruksi lindung seperti pada (Gambar 2.10) Dinding penahan Dindin penahan gravitasi setinggi lebih dari 3m bisa dibuat dengan potongan empiris seperti diberikan pada (Gambar 2.10 a), dengan ; b = 0,260 h B = 0,425 h Untuk dinding dengan bagian depan vertikal h = 0,230 h B = 0,460 h Untuk dinding dengan bagian depan kurang dari 1: 11/13 B = h B = h 0,30 0,30 0,30 0,30 1/13 l l h B = h Gambar 2.10 a ( dinding penahan gravitasi dari pasangan batu) h

20 W Tinggi Tanggul B (lebar bendung) Tinggi Tanggul El. x El. x plat pancang (baja beton) El. x AS. Bendung plat pancang (baja,beton bertulang atau kayu ) Tinggi bendung ideal 4,5 m El.y plat pancang (baja,beton bertulang) El.y Potongan B-B potongan A - A

21 Gambar 2.10 Perlindungan terhadap rembesan melibatkan pangkal bendung Kontruksi lantai hulu /muka Persyaratan terpenting dari konstruksinya adalah bahwa lantai ini harus kedap air,demikian juga sambungannya dengan tubuh Bendung. Sifat kedap air ini dapat dicapai dengan foil plastic atau lempung kedap air dibawah lantai dan sekat karet yang menghubungkan lantai dan tubuh Bendung. Contoh sambungan yang dianjurkan antara lantai muka dan tubuh Bendung diberikan pada (gambar 2.11) Lantai Muka dari Beton Tebal: 0,10 0,15 cm Sekat air dari karet Lapisan lempung Tubuh Bendung L = Panjang lantai muka ( hasil perhiyungan) Gambar : 2.11 (Sambungan lantai hulu/muka dan tubuh bendung) Salah satu penyebab utama runtuhnya konstruksi ini adalah bahaya penurunan tidan merata (diferensial) antara lantai dan tubuh bendung. Oleh kerena itu sambungan harus dilaksanakan dengan amat hati-hati Lantai itu sendiri dapat dibuat dari beton bertulang dengan tebal 0,10 m atau pasangan batu setebal 0,20 0,25 cm, kemudian sambungnya menggunakan skat karet yang tidak akan rusak akibat adanya penurunan yang tidak merata. Keuntungan dari pembuatan lantai muka adalah biayanya lebih murah dibandingkan dengan dinding halang vertikal yang dalam karena memerlukan pengeringan dan penggalian Konstruksi lantai ruang olakan Panjang ruang olak dihitung dengan rumus tertentu berdasarkan type masing-masing dan pemilihan tipe ditentukan oleh karakteristik sungai pada waktu banjir seperti: Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar cocok dengan tipe bak tenggelam/submerged (Buket ) Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar tapi sungai itu mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan terhadap gerusan maka cocok menggunakan kolam loncat air tanpa penghalang atau tipe bak tenggelam/peredam energi. Seperti pada gambar Type Mengangkut (menghanyutkan) bahan - bahan sediment harus cocok dengan menggunakan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan blokblok penghalang. Contoh konstruksi kolam olak seperti pada gambar 2.11, 2.12

22 0.2 n 1 3 y 0.5 Blok muka y u n n u y u n Blok halang n3 = y y u (18+Fru ) 8 n3 u 0.82 y 2 1 n= 1 Ambang ujung 3 yu (18+Fru ) 8 2 Potongan U 2.7 y 2 Gambar Kolam olak USBR Tipe III Blok muka 2 1 jarak fraksi W=lebar maks gerigi = y Ambang ujung u Jarak = 2.5 w ambang ujung boleh ada boleh tidak 2 yu miring yu Gambar 2.12 L Kolam olak Blok-blok Halang dan Blok-blok Muka Untuk pasangan dari batu Candi agar tahan terhadap gerusan bagian atas lantai kolam olak dianjurkan dengan bahan yang sama seperti bahan yang dianjurkan untuk bangunan

23 pelimpah ( Tubuh Bendung ), konstruksinya bisa dilihat pada : Bendung Gambar dilampiran Konstruksi pilar pintu penguras Konstruksi dari pas batu kali dan pada sponing pintu dengan pasangan beton bertulang, ukuran tebal pilar berkisar 1 m s/d 3 m. Baik tebal maupun panjangnya ditentukan oleh kebutuhan terutama jika digunakan untuk tumpuan jembatan dan pengambilan air lewat tubuh bendung. Contoh tebal Pylar jika ada pengambilan lewat tubuh bendung : Gambar 2.13 Jika t = lebar coakan t maka t t 2 t minimum = 1 m t Gambar Konstruksi plat onderspuer Konstruksi dari beton bertulang yang bergradasi dan berkekuatan tinggi K Dinding pangkal Bendung dan Sayap Kontruksinya dari pas batu kali campuran: 1 : 3 Untuk lebih Jelasnya seluruh konstruksi bisa dilihat pada : (Lampiran gambar 2) Konstruksi Pintu Pintu yang dipakai untuk pengambilan dan pembilas dibuat dari kayu dengan kerangka mounting) baja, atau dibuat dari pelat baja yang diperkuat dengan gelegar baja.pelat pelat perunggu dipasang pada pintu untuk mengurangi gesekan diantara pintu dengan sponengnya. Pintu berukuran kecil jarang memakai rol lihat Gambar 2.14, Pintu Pengambilan Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana lihat Gambar.2.14 Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat dipakai baja. Jika air didepan pintu sangat dalam, maka exsploitasi pintu sorong akan sulit. Kalau demikian halnya, pintu radial akan lebih baik. lihat Gambar.2.15

24 Keterangan: Pot.D-D I. Pintu kayu dengan sekat samping dan atas (perunggu) II.Pintu baja dengan sekat samping dan dasar ( kayu keras ) Pot.B-B Rol Pot.A-A Pot.C-C C A B D Gambar :2.14 Tipe-tipe Pintu Pengambilan (Pintu Sorong kayu dan baja) I II MAN Rantai atau kabel pengangkat Gambar : 2.15 Pintu Pengambilan Tipe Radial

25 Pintu Pembilas. Ada bermacam- macam tipe pintu pembilas yang biasa digunakan antara lain : Satu pintu tanpa pelimpah ( Sistim tertutup,lihat Gambar.2.16 a ) Satu pintu dengan pelimpah( Sistim terbuka, lihat Gambar.2.16b ) Dua pintu biasanya dengan pelimpah ( Sistim terbuka, lihat Gambar.2.16 c) Pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung lihat pada: (Gambar 2.16 d ) Air banjir tidak melimpas diatas ambang Pintu Pembilas bawah a Pembilas Sistim Tertutup Dengan satu Pintu kayu Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu Pembilas bawah Pembilas Sistim Tebuka Dengan satu Pintu kayu Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu Pembilas bawah Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu Pintu atas dapat diturunkan untuk Menghanyutkan benda-beda hanyut Pintu bawah dapat diangkat untuk pembilasan Bagian atas dapat digerakan guna menghanyutkan bendabenda hanyut c Pembilas Sistim Terbuka Dengan dua Pintu kayu b Pembilas sistim terbuka dengan Pintu Radial Gambar : 2.16 Tipe-tipe Pintu Bilas d

26 BAB III 3. Bendung Karet a) Pertimbangan Perencanaan Pertimbangan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T A adalah sebagai berikut : - Alternatif penerapan bendung jenis lain yang lebih murah tanpa mengabaikan efektifitasnya bagi tujuan dibangunnya bendung; - Bendung karet hanya diterapkan pada kondisi yang apabila digunakan bendung tetap akan menimbulkan peningkatan ancaman banjir yang sulit diatasi; - Alternatif bendung karet dipilih apabila bendung gerak jenis lain tidak bisa menjamin kepastian pembukaan bendung pada saat banjir datang, mengingat daerah yang harus diamankan terhadap ancaman banjir datang, mengingat daerah yang harus diamankan terhadap ancaman banjri merupakan kawasan penting. b) Persyaratan Perencanaan Persyaratan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T A adalah sebagai berikut : Kondisi alur sungai, meliputi : - kondisi aliran sub-kritis pada sungai muara - tidak terjadi sedimentasi yang sedemikian berat sehingga mengganggu mekanisme kembang-kempisnya tabung karet - tidak mengangkut sedimen kasar - aliran sungai tidak mengangkut sampah yang besar dan keras - air sungai tidak mengandung limbah kimia yang bisa bereaksi dengan karet Bahan, harus memenuhi persyaratan : - tabung karet terbuat dari bahan yang elastis, kuat, kedap udara, tidak mudah terabrasi dan tahan lama - perencanaan bahan karet baik jenis, kekuatan maupun dimensi hendaknya disesuaikan dengan kemampuan produsen untuk menyediakannya Operasi dan Pemeliharaan - Radiasi sinar ultraviolet terhadap karet tubuh bendung harus dikurangi semaksimal mungkin - Bendung karet harus diamankan dari gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab. c) Persyaratan Kemanan Bangunan Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan SNI , yang meliputi : (1) Kemanan hidraulik Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap :

27 - bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan; - bahaya kavitasi; - bahaya akibat perubahan perilaku sungai. (2) Kemanan Struktural Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi : - kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan. (3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien; pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu : - saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik; - pembilasan penangkap pasir secara periodik. - pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap d) Desain Hidraulik Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut : (1) Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi : (a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu : data topografi berupa : - peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 : atau yang lebih detail; - peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000 data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal; data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai; data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar;

28 data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai; data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi; data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan; data lingkungan dan ekologi (b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul; (c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan; (d) penentuan debit desain mencakup : debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal; debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir (2) Penentuan Bentuk dan Dimensi (a) elevasi mercu bendung Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan untuk pelayanan muka air pengambilan, atau didasarkan pada perhitungan bagi penyediaan volume tampungan air di hulu bendung. (b) pembendungan Tinggi bendung harus dibatasi untuk menghindari terjadinya : ancaman banjir di daerah hulu; peningkatan energi terjunan yang berlebihan; vibrasi yang akan merusak tabung karet Tinggi pembendungan maksimum ditetapkan tidak melebihi 0,3 H, dengan H adalah tinggi bendung. Pembendungan maksimum ini menentukan elevasi muka air pengempisan yang merupakan batas muka air tertinggi karena bendung karet harus sudah dikempiskan Pd T A. Untuk mengurangi besarnya vibrasi, pada tubuh bendung bisa diberi sirip yang letaknya di sebelah hilir mercu, atau jika pada kondisi mengempis, sirip berada pada ujung hilir lipatan.

29 (c) Penampungan dan pelepasan Ketika bendung karet mengembang, di hulu bendung akan terjadi penampungan air. Pada alur sungai yang relatif lebar dan landai, volume tampungan cukup berarti sebagai penyediaan air tawar di daerah pantai. Pada bendung dengan volume tampungan yang besar sedangkan debit aliran relatif kecil, pengisian tampungan untuk mencapai muka air normal memerlukan waktu yang lama. Untuk menghindari pelepasan volume tampungan pada operasi pengempisan, bisa digunakan sistem panelisasi bendung Pd T A. (d) peredaman energi energi terjunan Energi terjunan diperhitungkan untuk kemungkinan yang paling membahayakan yaitu pada kondisi dengan asumsi sebagai berikut : - muka air hulu setinggi muka air pengempisan; - terjadi v-notch hingga mencapai dasar tubuh bendung; kolam peredam energi Jenis dan dimensi kolam peredam energi direncanakan dengan metode yang berlaku, dengan prinsip : - elevasi lantai ditentukan agar loncat air terjadi tepat pada ujung terjunan, blok pemecah arus bisa ditambahkan jika diperlukan. - panjang lantai ditentukan hingga ujung hilir loncat air Penghitungan muka air hilir harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya degradasi dasar sungai. Struktur hidraulik kolam harus mempertimbangkan terjadinya pusaran air sebagai akibat aliran tidak merata karena timbulnya V-notch Pd T A. (e) sirip (fin) Sirip yang diletakkan di sebelah hilir/bawah mercu bendung sepanjang tabung karet berfungsi untuk menahan agar limpasan air dari atas mercu bendung tidak menempel menuruni sisi hilir tabung karet, dengan pertimbangan bahwa uliran air yang menempel tersebut tidak stabil dan akan menyebabkan terjadinya vibrasi ataupun osilasi Pd T A. Prinsip penentuan lebar dan letak sirip adalah sebagai benkut : menghindari menempelnya aliran limpasan di hilir bendung pada posisi setinggi mungkin; tidak mempengaruhi aliran limpasan sempurna di atas mercu bendung (f) bahan karet tubuh bendung Lembaran karet terbuat dari bahan karet asli atau sintetik yang elastik, kuat, keras, dan tahan lama. Pada umumnya bahan karet yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : kekerasan, tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran 1000 kali tidak melampaui 0,8 m3/mil

30 kuat tarik, kuat tarik pada suhu normal 150 kg/cm2 kuat tarik pada suhu kg/cm2 Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan kekuatan tarik sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menahan gaya. Bahan dasar karet umumnya digunakan karet sintetis seperti ethylene propylene diene monomer (EPDM), chloroprene rubber (CR), dan lain-lain. Untuk mengurangi goresan oleh benda tajam/keras, permukaan luar karet bisa dilapisi dengan bahan keramik sesuai dengan Pd T A. (g) perencanaan instalasi lubang angin Lubang angin merupakan lubang bagi pemasukan dan pengeluaran udara pada tabung karet. Jumlah lubang minimum dua lokasi, yaitu di kedua ujung tabung karet dengan memasang pipa baja dalam tabung. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjebaknya udara pada satu sisi tabung karet ketika terjadi v-notch yang bisa menutup rongga tabung karet. Lubang angin bisa dibuat lebih dari dua, yang diletakkan merata di sepanjang pipa baja dalam tabung karet sesuai dengan Pd T A. pompa dan saluran udara Pompa udara harus disediakan untuk mengembangkan tabung karet. Pemompaan udara ke dalam tabung karet harus dilengkapi dengan instrumen pengontrol tekanan udara (manometer) sesuai dengan Pd T A. Sistem otomatisasi Prinsip keja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu bendung sudah mencapai muka air pengempisan yang direncanakan, akan terjadi aliran masuk ke dalam sistem, yang diatur untuk menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari tabung karet. Sistem penggerak tuas yang biasa digunakan, antara lain sebagai berikut: - Sistem ember, aliran air ditampung dalam suatu ember yang diikatkan pada kotak otomatisasi. Dengan makin besar berat ember, posisi ember akan turun hingga memutar tuas pembuka tutup saluran udara. - Sistem pengapungan, aliran air ditampung dalam suatu bak yang di dalamnya dipasang pelampung. Pelampung diikat dengan tali yang dihubungkan dengan kotak otomatisasi. Jika muka air naik, pelampung ikut naik dan menggerakkan tuas pembuka tutup saluran udara sesuai dengan Pd T A.

31 Gambar B.12 Denah dan potongan melintang bendung karet 3.1. Perencanaan stabilitas a) Fondasi Fondasi bendung karet dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fondasi langsung, yang dibangun di atas lapisan tanah yang kuat dan fondasi tidak langsung (dengan tiang pancang) yang dibangun pada lapisan lunak. Pada fondasi langsung, fondasi bendung karet yang menahan bangunan atas yang relatif ringan membutuhkan massa yang lebih besar untuk menjaga stabilitas terhadap penggulingan dan penggeseran. Untuk penghematan biaya konstruksi, fondasi dibuat dari sel-sel beton bertulang yang diisi dengan pasangan batu. b) Stabilitas terhadap erosi bulu (piping) Panjang lintasan garis rembesan yang aman terhadap bahaya piping bisa dihitung dengan menggunakan metode seperti Bleigh, Lane, jaring aliran (flow net), dan sebagainya. Sebagai contoh, persyaratan kemanan terhadap bahaya piping menurut teori Lane adalah :

32 dengan : LH = panjang bagian horisontal permukaan dasar pondasi (m) LV = panjang bagian vertikal permukaan dasar pondasi (m) ΔH = beda tinggi muka air hlu dan hilir, diambil = H (m) CL = koefisien Lane yang tergantung pada jenis tanah dasar pondasi c) Stabilitas pondasi (1) Stabilitas terhadap penggulingan Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan : dengan : SFR adalah faktor keamanan terhadap guling MR adalah momen gaya-gaya penggulingan terhadap ujung hilir pondasi (Nm) MT adalah momen gaya-gaya penahan terhadap ujung hilir pondasi (Nm) (2) Stabilitas terhadap penggeseran Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan : FT S FS FR dengan : SFS adalah faktor keamanan terhadap geser FS adalah gaya-gaya penggeser (N) FT adalah gaya-gaya penahan (N) (3) Stabilitas terhadap gaya angkat FG 1,2 S FU FU dengan : SFU adalah faktor keamanan terhadap pengangkatan FU adalah gaya angkat air (N) FG adalah gaya berat pondasi dan kekuatan tarik tiang pancang (N) (4) Stabilitas tanah dasar Dengan asumsi menggunakan pondasi langsung, pemeriksaan stabilitas dihitung dengan rumus :

33 σ σa adalah tegangan kasimum dasar pondasi (kpa) adalah gaya dukung tanah yang dijinkan (kpa) Eksentrisitas gaya resultan dihitung dengan rumus : dengan : e adalah eksentrisitas gaya resultan (m) B adalah lebar dasar pondasi (m) M adalah momen terhadap gaya-gaya terhadap ujung hilir pondasi (Nm) V adalah komponen gaya vertikal (N) Jika persyaratan tersebut terpenuhi, digunakan pondasi langsung dengan dimensi seperti yang direncanakan sebelumnya. Jika persyaratan tidak terpenuhi, harus menggunakan pondasi tiang pancang. Pada kondisi ini dimensi plat pondasi harus diubah menjadi kombinasi antara pelat penghubung dan seri tiang pancang. Pemeriksaan stabilitas terhadap penggeseran, penggulingan dan gaya angkat diulang kembali dengan memperhtiungkan juga kekuatan tiang pancang untuk menahan gaya angkat dan gaya horisontal. Perhitungan ini akan menentukan jumlah dan dimensi tiang pancang. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan stabilitas tanah dasar dengan struktur pondasi yang sudah ditetapkan di atas. (5) Persyaratan angka keamanan Angka keamanan terhadap penggulingan (SFS), eksentrisitas gaya resultan (e) pada penggulingan dan daya dukung tanah (SFB), ditunjukkan pada tabel di bawah ini : Tabel A.1 Persyaratan angka keamanan stabilitas pondasi Kondisi Desain SFS e SFS Normal 1,5 <B/6 3 Dengan gempa 1,2 <B/3 2 Banjir 1,5 <B/6 3 pelaksanaan 1,2 <B/ Uji model hidarulik 1) Uji model hidraulik perlu dilakukan terhadap pra desain untuk : a) mendapatkan bentuk dan ukuran hidraulik yang mantap; b) mempelajari hal-hal seperti berikut : gejala dan parameter aliran di sungai yang sulit diperoleh dari lapangan;gejala dan parameter aliran pada permukaan struktur; perubahan gejala dan parameter aliran di sungai akibat adanya bangunan dan sebaliknya;

34 2) jenis model hidraulik meliputi : a) model sungai; b) model bangunan dan pelengkapnya; c) model lengkap (sungai, bangunan dan pelengkapnya) dan model detil; 3) uji model hidraulik harus dilakukan oleh satu tim teknik hidraulik yang ahli dan berpengalaman baik dalam bidang uji model hidraulik maupun lapangan (survai, investigasi, disain dan operasi Desain hidraulik Desain hidraulik : 1) merupakan penyempurnaan pradesain hidraulik yang dilakukan dengan bantuan uji model hidraulik; 2) bangunan lain yang belum didesain pada pekerjaan pra desain; seperti fondasi bangunan, pintu-pintu, dilakukan pada pekerjaan desain struktur; 3) keluaran desain; berupa gambar-gambar desain, dengan skala gambar mengikuti standar yang berlaku; dan nota desain.

35 BAB IV 4. Bendung Tyrol 4.1. Pertimbangan Perencaanaan Dalam pelaksanaan desain bangunan pengambil Tyrol hendaknya dilakukan evaluasi perbandingan dengan kemungkinan penyadapan air cara lain seperti bendung biasa sesuai Pd T Persyaratan Perencanaan Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus didesain berdasarkan Pd T , harus memperhatikan persyaratan berikut : i. berada di sungai torensial dengan angkutan sedimen yang sangat berfluktuasi dan membawa batu gelundung ii. jenis ini dipilih jika dijumpai bahaya kerusakan bangunan akibat benturan angkutan sedimen batu gelundung dan benda padat lainnya; jika ditemui kesulitan penyadapan air sungai akibat beralihnya alur air sungai dan gejala pengendapan di sungai yang menghalangi pemasukan air ke bangunan pengambil; dan dipilih untuk menghindari gangguan keseimbangan morfologi sungai yang relatif besar akibat pembendungan atau dampak negatif lainnya karena adanya pembendungan; iii. struktur saringan dibuat sederhana, tahan benturan dan gesekan angkutan sedimen dan benda padat lainnya, tahan vibrasi dan mudah dibersihkan; iv. bangunan pengambil Tyrol hanya sesuai untuk dibangun pada ruas sungai dengan angkutan sedimen dominan fraksi kasar, dan prosentase muatan fraksi dengan diameter 5 mm tidak lebih dari 25 persen dari jumlah angkutan sediment total. v. bangunan pengambil Tyrol harus dilengkapi dengan penangkap pasir, sehingga harus tersedia lahan, lokasi dan perbedaan tinggi (head) untuk fasilitas bangunan tersebut; vi. bangunan pengambil Tyrol jangan dipilih jika diperkirakan menuntut cara-cara operasi, biaya eksploitasi, dan pemeliharaan yang sulit dan mahal Persyaratan Kemanan Bangunan Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan Kemanan hidraulik Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap : - bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan; - bahaya kavitasi; - bahaya akibat perubahan perilaku sungai.

36 Kemanan Struktural Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi : - kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan Keamanan Operasi dan Pemeliharaan keamanan operasi : bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagianbagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien; pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu : - saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sediment secara hidraulik; - pembilasan penangkap pasir secara periodik. - pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap 4.4. Desain Hidraulik Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut : Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi : Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu : data topografi berupa : - peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala 1 : ; - peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000 idata morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal; idata geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai; idata angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar; data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;

37 data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi; data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan; data lingkungan dan ekologi peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul; penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan; penentuan debit desain mencakup : i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal; ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung tyrol sesuai dengan Pd. T A adalah sebagai berikut : panjang mercu i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang cukup; ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil; iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan tanah aus (batu candi) panjang saringan Ditentukan berdasarkan debit desain kebutuhan dan debit untuk membilas sedimen di gorong-gorong pengumpul dan penangkap sedimen terpenuhi; tinggi mercu Untuk penempatan saringan ditentukan sedikit lebih tinggi dari dasar sungai dengan maksud;

38 i. untuk kebutuhan tinggi energi bagi pembilasan dan kebutuhan pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya timbunan sedimen dan sampah di atas saringan; ii. tinggi mercu maksimal 0,5 m dari dasar tanah (d) saringan didesain sederhana, kuat, mudah pelaksanaannya dengan : i. jenis : ditentukan seperti bentuk pagar tidur; plat baja berlubang-lubang dan atau susunan saringan yang dibagi atas beberapa bagian atau kompartemen; ii. bentuk batang saringan : ditentukan dengan bentuk bulat; bentuk profil T dan bentuk kepala rel kereta api; iii. penempatan saringan : ditempatkan di atas mercu atau sedikit lebih ke hilir mercu dengan posisi datar atau dengan kemiringan tertentu yang mempertimbangkan ; faktor debit yang disadap; diameter butir angkutan sedimen yang tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul; iv. celah dan kemiringan saringan : ditentukan dengan pertimbangan debit yang harus disadap dan diameter butir angkutan sedimen dasar yang tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul; celah saringan maksimum 30 mm; v. panjang saringan ke arah sungai : dihitung dengan memperhatikan debit yang harus disadap; kapasitas penyadapan dengan memperhatikan parameter-parameter sebagai berikut ; - kapasitas lewat gorong-gorong pengumpul; - bukaan pintu pengatur debit; - muka air di dalam gorong-gorong pengumpul; - jenis ukuran dan tata letak pemasangan batang saringan; - kemiringan, panjang, lebar, diameter, prosentase bukaan dari saringan; - tinggi muka air di udik saringan; - debit sungai dan panjang bentang Tyrol; - keadaan agradasi, endapan sedimen di udik dan di atas saringan; - sumbatan pada lubang saringan; Gorong-gorong pengumpul didesain dengan : i. ipe; tentukan dasar gorong-gorong pengumpul seperti bentuk setengah lingkaran, lengkung dan datar; ii. lebar; tentukan lebar gorong-gorong pengumpul dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mengalirkan debit yang di sadap; lebar gorong-gorong pengumpul yaitu jarak antara dua dinding goronggorong pengumpul; iii. panjang; tentukan panjang gorong-gorong pengumpul dengan mempertimbangkan kemampuan menyadap debit sungai dan debit yang dibutuhkan untuk pembilasan dan kebutuhan; panjang gorong-gorong pengumpul disesuaikan dengan panjang saringan; iv. kemiringan dasar; tentukan kemiringan dasar gorong-gorong pengumpul agar dapat menghanyutkan sedimen yang ada di dalam gorong-gorong pengumpul; untuk menghindarkan pengendapan sedimen di dasar gorong-gorong pengumpul, kemiringan minimum dasar gorong-gorong pengumpul, I0min dapat ditentukan dengan pendekatan awal berdasarkan rumus berikut :

39 dengan pengertian: D = diameter butir sedimen terbesar yang mungkin lolos saringan pengambil, [m] q = debit yang disadap per unit panjang bentang saringan pengambil, [m3/det/m ] v. kapasitas gorong-gorong pengumpul; usahakan kapasitas gorong-gorong pengumpul lebih besar dari debit yang dibutuhkan untuk debit kebutuhan dan debit untuk pembilasan sedimen yang terdapat di dalam goronggorong pengumpul dan di penangkap sedimen tubuh bangunan bagian hilir Bentuk tubuh bangunan bagian hilir saringan dapat dibuat tegak, miring dengan kemiringan tertentu peredam energi Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan setempat seperti halnya pembuatan peredam energi pada bendung; peredam energi dapat dipilih antara lain tipe cekung, dengan memperhitungkan : i. debit desain untuk bangunan peredam energi; ii. tinggi terjunan; iii. penggerusan setempat; iv. degradasi dasar sungai yang akan terjadi; v. benturan dan abrasi angkutan batu gelundung; bangunan Tyrol dapat juga dibuat tanpa peredam energi, jika dibangun di atas batuan keras pintu pengatur debit Lengkapi gorong-gorong pengumpul dengan pintu pengatur debit; yang ditempatkan di bagian akhir gorong-gorong pengumpul dengan dinding penghalang banjir; dan pintu pembilas serta pintu-pintu intake; tembok pangkal Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara: i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu; ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi; iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; jika miring kemiringan minimum 1:1 iv. material konstruksi dari pasangan batu tembok sayap udik dan hilir Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan : i. bentuk dan dimensi peredam energi; ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;

40 iii. iv. v. kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan terjadi; stabilitas tebing ; tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan; lantai udik dan dinding tirai Dimensinya ditentukan dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut : i. permeabilitas tanah; ii. penggerusan setempat; iii. pengurangan daya angkat air yang dapat melebihi kekuatan dan stabilitas bangunan; bangunan penangkap sedimen: Lengkapi bangunan Tyrol dengan bangunan penangkap sedimen yang bentuk dan ukurannya diperhitungkan terhadap : i. jumlah endapan yang harus ditampung ; ii. frekwensi pembilasan endapan secara hidraulik. Gambar B.5 Denah bendung Tyrol

41 Gambar B.6 Detail penampang saringan pengambil Gambar B.7 Potongan memanjang dan melintang gorong-gorong pengumpul

42 BAB V Bendung Cerucuk Sederhana Pertimbangan perencanaan Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapatdikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah sesuai Pd T-xx-200x : Tata Cara Perencanaan Bendung Cerucuk Persyaratan perencanaan persyaratanyang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai tidak lebih dari 10 meter Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Cerucuk Bagian-bagian dan dimensi bendung cerucuk sebagai berikut : Tubuh bendung, adapun dimensinya adalah sebagai berikut : - panjang tubuh bendung (B) maksimal 10,0 m; - tinggi bendung (H) maksimal 1,0 m; - lebar mercu bendung (M) minimal 1,0 m; - pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 1,0 m; - jarak tiang pada baris cerucuk (a) paling panjang 1,0 m; - jarak antar baris cerucuk (b) paling panjang 0,5 m; - lebar galian pangkal bendung (L) paling pendek sebesar M + 1,0 m - material bahan tubuh bendung adalah kayu atau bambu jenis keras Gambar B.1 Bagian-bagian bendung cerucuk Sayap bendung, dimensinya ditentukan sebagai berikut :

43 bagian belakang sayap diperkuat dengan kayu/bambu mendatar yang diikatkan pada tiang-tiang sayap dengan tali pengikat dan diberi tiang penunjang agar sayap menjadi satu kesatuan yang kokoh; jumlah baris penguat sayap paling sedikit 2 baris dan jarak tiang-tiang penujang paling panjang 1,0 m panjang sayap bagian hulu yang sejajar tebing sungai dibuat sampai ke tepi hulu mulut bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya sayap dibuat miring dengan sudut ± 450 panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring dengan sudut ± lantai hilir, dimensinya ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut : - panjang lantai hilir paling minimal adalah 3,0 m; - lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu kali φ cm anyaman bambu atau karung plastik yang diisi pasir. Gambar B.2 Kontruksi sayap bendung cerucuk 5.2. Bendung Bronjong Pertimbangan perencaaan Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah Persyaratan perencanaan

44 persyaratan persyaratan yang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya relatif stabil atau berbatu dengan lebar dasar sungai tidak lebih dari 15 meter Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Bronjong Bagian-bagian dan dimensi bendung bronjong sebagai berikut : tubuh bendung - panjang tubuh bendung maksimal (B) maksimal 15,0 m; - tinggi bendung (H) maksimal 2,0 m; - lebar mercu bendung (M) minimal 2,0 m; - pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 2,0 m Gambar B.3 Potongan tubuh dan lantai hilir bendung bronjong sayap bendung - panjang sayap bagian hulu dibuat sampai ke tepi hulu mulut bangunan pengambilan (intake) - panjang sayap hilir dibuat paling harus lebih dari panjang dari lantai hilir lantai hilir panjang lantai hilir bendung minmal 3,0 m. Gambar B.4 Sayap hulu dan hilir bendung bronjong 5.3. Bendung Pelimpah Mercu Bulat

45 Pertimbangan Perancanaan Dalam pelaksanaan desain bangunan bendung pelimpah dengan mercu bulat harus direncanakan dengan seksama agar aman terhadap rembesan sesuai dengan Pd Txx200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Persyaratan Perencanaan bendung pelimpah mercu bulat di desain dengan meperhatikan persyaratan : i. lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas pelu didesain dengan mengacu pada acuan normatif ii. bendung pelimpah biasa sesuai dibangun pada sungai yang berlokasi di pertengahan (middle) iii. jenis ini dipilih jika material yang hanyut bersama sungai berfluktuasi dan bahan angkutannya besar iv. dasar sungai yang tidak rawan gerusan Persyaratan Keamanan Bangunan Bangunan bendung pelimpah mercu bulat dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan Kemanan hidraulik Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap : bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan; bahaya kavitasi; bahaya akibat perubahan perilaku sungai Kemanan Struktural Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian perbagian dengan rincian meliputi : kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan Keamanan Operasi dan Pemeliharaan i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien; ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu : saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik;

46 - pembilasan penangkap pasir secara periodik. pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap Desain Hidraulik Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut : Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi : (a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu : i. data topografi berupa : - peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimal 1 : ; - peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000 ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal; iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai; iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar; v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai; vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi; viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan; ix. data lingkungan dan ekologi x. (b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul; (c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan; (d) penentuan debit desain mencakup : i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;

47 ii. iii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung pelimpah mercu bulat sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung adalah sebagai berikut : (a) panjang mercu i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang cukup; ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil; iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan tanah aus (batu candi) (b) bentuk dan dimensi mercu; i. mercu dipilh bulat karena mudah dalam pelaksanaan; ii. lebih tahan terhadap benturan batu gelundung, bongkah dan sebagainya; iii. persyaratan minimum radius mercu bendung yaitu 0,7 h < R < h; iv. kemiringan hilir kaki pelimpah 1 : 1 dengan tujuan menghindari kavitasi (c) tinggi mercu; didesain untuk kebutuhan tinggi energi bagi penyadapan, pembilasan dan kebutuhan pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya timbunan sedimen dan sampah; i. tidak lebih dari 4,0 m dan minimum 0,5 H (tinggi muka air di hulu bendung); ii. jika lebih maka perlu dilakukan pengaturan peninggian elevasi dasar lantai hulu bendung. (d) tinggi muka air di atas mercu; i. maksimum tinggi muka air 4,0 m; ii. jika > 4,0 m maka perlu dilakukan pelebaran bendung; iii. jika pelebaran tidak memungkinkan lagi maka perlu dilakukan uji model. (e) bangunan pengambilan tunggal kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : i. perletakan berada pada tikungan luar sungai dengan sudut pengambilan 900 atau menyudut ( ) terhadap sumbu bangunan pembilas; ii. lubang pengambilan ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum baik untuk pemasokan maupun pembilasan di kantong lumpur; iii. jika pengambilan menggunakan pintu yang dioperasikan secara manual maka lebar pintu maksimal 2,5 m (f) bangunan pengambilan ganda (bendung pelimpah biasa)

48 kriteria desain bangunan pengambilan sebagai berikut : i. terjadi jika kondisi daerah irigasi berada di kanan dan kiri bendung; pintu intake ditempatkan di pilar pembilas; ii. gorong-gorong penyeberang aliran di tempatkan di dalam tubuh bendung dengan kecepatan aliran 2,5 m/dt; iii. pembilas sedimen ditempatkan di pengeluaran gorong-gorong; iv. trashrack di pasang di mulut bangunan intake dan pembilas yang terbuat dari pipa besi bulat berjarak 20 cm (g) lantai bangunan pengambilan kriteria desain lantai bangunan sebagai berikut : i. ditentukan datar dengan ketinggian sama dan 0,5 m di atas plat undersluice; ii. jika bangunan pembilas tanpa undersluice maka tinggi lantai diatas lantai hulu bendung : - 0,5 m, jika sungai mengakut lanau; - 1,0 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil; - 1,5 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil; (h) pilar bangunan pengambilan Dibangun jika lebar intake lebih dari 1,0 m dengan kriteria: i. bentuk awal bulat dan tegak atau dengan kemiringan; ii. bagian hilir dapat dibuat tegak atau dengan kemiringan; iii. ketebalan pilar sekitar 0,7 m 1,0 m; sponeng untuk perletakan pintu (i) bangunan pembilas kriteria desain bangunan pembilas sebagai berikut : i. lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung; ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu; iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar pilar; iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar; v. bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung; vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n; vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m; vii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m; viii. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung; ix. lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual). (j) pembilas undersluice kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice sebagai berikut : i. bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung; ii. mulut undersluice mengarah ke hulu; iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake; iv. panjang undersluice ditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan tinggi undersluice minimum 1,0 m; v. bentuk lantai datar

49 (k) pembilas shunt undersluice kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sebagai berikut : i. dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan batu gelundung; ii. mulut undersluice mengarah ke samping; iii. tinggi lubang minimum 1,0 m; iv. lebar lubang disesuaikan dengan lebar intake dan pembilas; v. tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar pembilas; vi. bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screen dan dinding banjir (l) tembok baya-baya; kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sebagai berikut : i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung; ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar; iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran ke intake (m) bangunan penahan batu; Lengkapi bangunan intake dengan bangunan penahan batu dimana penempatan dan komponen bangunan adalah sebagai berikut : i. ditempatkan di hulu intake/undersluice; ii. komponen bangunan terdiri dari barisan cerucuk pipa dengan diameter sebesar 0,15 m dan jarak antar tiang sebesar diameter butir yang akan tertahan; iii. balok beton pengikat dengan ukuran lebar 0,5 0,7 m, tebal 0,2 0,4 m serta pada ketinggian minimal 1,0 m dari atas mercu bendung; iv. pondasi tiang yang kedalamannya disesuaikan dengan elevasi dasar sungai dan lantai undersluice (n) peredam energi : Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan setempat dengan memperhatikan : i. ebit desain untuk bangunan peredam energi; ii. tinggi terjunan; iii. penggerusan setempat; iv. degradasi sungai setempat Pemilihan tipe peredam energi : i. tipe MDO dan MDS tipe MDO digunakan di sungai aluvial dengan angkutan sedimen dominan fraksi pasir, kerikil dan kerakal; tipe MDS digunakan terutama di sungai aluvial dengan angkutan sedimen dominan fraksi pasir dan kerikil; tinggi air hulu bendung dibatasi maksimum 4,0 m; tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10,0 m RSNI T ii. tipe cekung

50 kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice, sebagai berikut : sungai dengan kemiringan dasar curam dengan angkutan sedimen yang terbawa aliran adalah batu gelundung; terbentuk pusaran dasar balik searah jarum jam; dasar sungai cukup keras iii. tipe ganda Lokasi bendung berada pada sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari 10,0 m sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap (o) tembok pangkal Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara : i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu; ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi; iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; iv. ujung tembok pangkal ke arah hilir (Lpi) ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T : Lpi = Lb + 0,5 Ls v. panjang tembok pangkal di bagian hulu (Lpu) bagian yang tegak di hitung dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T : 0,50 Ls Lpu Ls (p) tembok sayap hulu dan hilir Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan: i. bentuk dan dimensi peredam energi; ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya; iii. prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan terjadi; iv. stabilitas tebing; v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan; vi. panjang tembok sayap hulu ditentukan : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T : 1,0 Ls Lsu 1,5 Ls - bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung ataupalung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil minimum sesuai dengan RSNI T : 2 x Lpu vii. panjang tembok sayap hilir (Lsi) : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil sesuai dengan RSNI T : Ls Lsi 1,5 Ls

51 viii. jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga dengan : Lsi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke hilir, meter Lsu = panjang tembok sayap hulu, meter Lpu = panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung ke hulu, meter Ls = panjang labtai peredam energi, meter (q) lantai hulu dan hilir Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan. (r) rip-rap Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung bangunan terhadap bahaya penggerusan, dengan kriteria : i. ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir; ii. material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras dengan berat jenis batu 2,4 t/m3; iii. material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5 x 0,5 m; iv. kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m pada bagian kaki tembok sayap hilir (s) kantong lumpur Lengkapi bangunan dengan kantong lumpur mengacu pada KP-04 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan memperhatikan : i. berada di hilir intake dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi material sedimen; ii. kemiringan sungai harus cukup curam; iii. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur bersifat sub kritis, sehingga partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi; iv. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/dt; v. Panjang kantong lumpur biasanya berkisar antara 200 m untuk bahan sedimen kasar sedangkan 500 m untuk partikel-partikel yang halus (t) papan duga muka air Lengkapi bangunan dengan papan duga muka air mengacu pada KP-04 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan ketentuan : i. papan duga dipasang dengan ketinggian nol pada mercu bendung atau pada elevasi yang tepat sesuai dengan ketinggian titk nol yang dipakai ii. papan duga terbuat dari plat baja yang dilapisi bahan logam enamel iii. warna yang digunakan adalah putih untuk alas dan biru untuk huruf dan angka (u) jembatan inspeksi i. jembatan lalu lintas orang, pilar-pilarnya ditempatkan di mercu bendung atau sedikit di hulu bendung;

52 ii. embatan lalu lintas kendaraan, pilar-pilarnya ditempatkan di hulu bendung; Gambar B.8 Denah bangunan bendung tetap Gambar B.9 Potongan melintang dan memanjang tubuh bendung pelimpah bulat

53 Gambar B.10 Tipikal bangunan penahan batu Gambar B.11 Tipikal bangunan peredam energi tipe ganda 5.4. Bendung Pelimpah Tipe Gergaji Pertimbangan Perencanaan Dalam rencana penerapan bangunan bendung dengan pelimpah tipe gergaji hendaknya dilakukan evaluasi perbandingan dengan kemungkinan penerapan bendung tipe lain, seperti bendung tetap dengan pelimpah biasa, bendung karet, atau bendung gerak sesuai Pd T A Persyaratan Perencanaan Bendung pelimpah tipe gergaji harus didesain berdasarkan Pd T A, dengan memperhatikan persyaratan berikut : Lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas perlu didesain dengan mengacu pada acuan normatif; Bendung dengan pelimpah tipe gergaji kurang sesuai untuk dibangun pada sungai dengan angkutan material dasar sungai batu gelundung dan atau jika sungai tersebut membawa batang-batang pohon dalam jumlah yang tinggi sehingga diperkirakan akan menimbulkan masalah benturan yang dapat merusak bangunan dan tau tumpukan sampah yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pelimpahan bendung;

54 Struktur tubuh bendung tipe gergaji relatif ramping, berkaitan dengan hal ini maka stabilitas dan kekuatan bagian-bagian struktur serta penyaluran gaya ke pondasi bangunan perlu di analisis dengan cermat; Untuk memenuhi persyaratan kekuatan struktur, jari-jari mercu perlu diambil lebih besar atau sama dengan 0,10 m Persyaratan Kemanan Bangunan Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan SNI , yang meliputi : (1) Kemanan hidraulik Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap : - bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan; - bahaya kavitasi; - bahaya akibat perubahan perilaku sungai. (2) Kemanan Struktural Bangunan pengambil utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi : - kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan. (3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien; ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu : - saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik; - pembilasan penangkap pasir secara periodik. - pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap Desain Hidraulik Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut : (1) Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi :

55 (a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu : i. data topografi berupa : - peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 : ; - peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000 ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal; iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai; iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar; v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai; vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi; viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan; ix. data lingkungan dan ekologi (b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul; (c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan; (d) penentuan debit desain mencakup : debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal; debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir (2) Penentuan Bentuk dan Dimensi (a) bentuk dan tata letak gigi pelimpah dengan bentuk dasar segitiga menghasilkan kapasitas pelimpahan terbesar. Namun demikian, dinding-dinding pelimpah bagian ujung hulu dan hilir pada bentuk

56 segitiga sangat dekat. Keadaan ini mengakibatkan pelimpah bentuk segitiga sangat peka terhadap efek muka air hilir dan mudah kehilangan aerasi akibat tumbukan aliran menyilang yang jatuh dari dinding-dinding pelimpah. pada pelimpah dengan bentuk dasar persegi panjang terjadi pengkonsentrasian aliran menuju pelimpah. keadaan ini menimbulkan depresi terhadap muka air di atas pelimpah dan mengakibatkan penurunan kapasitas pelimpah. bentuk dasar trapesium memberikan efektifitas pelimpahan yang terbaik. (b) pengaruh tinggi muka air hulu i. pelimpah gergaji memberikan kinerja sangat baik untuk besaran h rendah p ii. h pada kondisi p tinggi, debit dan kecepatan aliran menuju pelimpahmenjadi besar sehingga akan terjadi kontraksi aliran. Keadaan inimengakibatkan sebagian besar pelimpah bekerja dengan tinggi tekanaliran yang lebih rendah daripada tinggi tekan aliran di sungai/saluran di hulu pelimpah. iii. berkaitan dengan karakteristik ini, disarankan agar tinggi muka air hulu h maksimum diambil pada domain p 0,5 (c) besar nilai pelipatan panjang pelimpah, Ig b secara umum dapat dikatakan bahwa nilai pelipatan kapasitas pelimpahan akan naik setara dengan pertambahan nilai Ig b Namun demikian, untuk nilai Ig b > 8 akan diperoleh keadaan pertambahan kapasitas pelimpahan yang tidak sebanding dengan tuntutan biaya yang diperlukan untuk memperpanjang pelimpah; untuk pelimpah dengan Ig b = 8, pelipatan kapasitas pelimpahan sangat peka terhadap kenaikan muka air hulu. Pelipatan kapasitas pelimpahan turun dengan tajam untuk h harga p 0,2; jika dalam desain bendung gergaji dapat dilakukan pembatasan muka air hulu hingga h maksimum = 0,5, disarankan agar nilai pelipatan panjang pelimpah bendungan p tipe gergaji diambil dalam domain, Ig b 4 jika tinggi muka air hulu dapat dibatasi hingga panjang pelimpah dapat diambil hingga Ig b 6 h 0,25, maka nilai pelipatan p

57 (d) besar sudut antara dinding sisi dan arah aliran, α kapasitas pelimpah akan naik seiring dengan peningkatan sudut α untuk mengoptimalkan karakteristik ini, disarankan agar dipilih bentuk gigi trapesium dengan besar sudut α= 0,75 αmaks, dengan αmaks adalah besar sudut segi tiga terbesar yang dapat dicapai untuk menghasilkan harga pelipatan panjang pelimpah tertentu (e) aerasi dan muka air hilir tanpa aerasi yang baik, kapasitas pelimpah bendung gergaji kana menurun. aerasi dapat dilaukan dengan memasang pipa pemasik udara di bagian hilir mercu penerapan bendung dan pelimpah gergaji pada kondisi aliran tidak sempurna perlu dihindar (f) bentuk mercu pelimpah bentuk mercu pelimpah sangat berpengaruh terhadap kapasitas pelimpahan. bentuk mercu setengah lingkaran mempunyai koefisien pelimpahan (c), yang lebih besar daripada koefisien pelimpahan mercu dengan bentuk tajam (c). jika kapasitas pelimpahan suatu bendung atau pelimpah bendungan tipe gergaji dengan besar pelipatan panjang mercu Ig b dan nilai koefisien pelimpahan ct adalah sebesar Qt, kapasitas pelimpahan bendung gergaji dengan Ig b yang sama tetapi dengan koefisien pelimpahan c adalah Qg = ct/c x Qt (g) bangunan pengambilan tunggal kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : perletakan berada pada tikungan luar sungai dengan sudut pengambilan 900 atau menyudut ( ) terhadap sumbu bangunan pembilas; lubang pengambilan ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum baik untuk pemasokan maupun pembilasan di kantong lumpur; jika pengambilan menggunakan pintu yang dioperasikan secara manual maka lebar pintu maksimal 2,5 m (h) bangunan pengambilan ganda (bendung pelimpah biasa) kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : terjadi jika kondisi daerah irigasi berada di kanan dan kiri bendung; pintu intake ditempatkan di pilar pembilas; trashrack di pasang di mulut bangunan intake dan pembilas yang terbuat dari pipa besi bulat berjarak 20 cm (i) lantai bangunan pengambilan

58 kriteria desain lantai bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : ditentukan datar dengan ketinggian sama dan 0,5 m di atas plat undersluice; jika bangunan pembilas tanpa undersluice maka tinggi lantai diatas lantai hulu bendung : - 0,5 m, jika sungai mengakut lanau; - 1,0 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil; - 1,5 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil; (j) pilar bangunan pengambilan Dibangun jika lebar intake lebih dari 1,0 m dengan kriteria sesuai dengan Pd T-xx-200xA : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap : i. bentuk awal bulat dan tegak atau dengan kemiringan; ii. bagian hilir dapat dibuat tegak atau dengan kemiringan; iii. ketebalan pilar sekitar 0,7 m 1,0 m; sponeng untuk perletakan pintu (k) bangunan pembilas kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung; bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu; bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar pilar; bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar; bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung; kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n; lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m; lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m; mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung; lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual). (l) pembilas undersluice kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice sesuai dengan Pd T-xx- 200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung; mulut undersluice mengarah ke hulu; lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake; panjang undersluice ditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan tinggi undersluice minimum 1,0 m; bentuk lantai datar (m) pembilas shunt undersluice kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan Pd T-xx-200xA : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :

59 dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan batu gelundung; mulut undersluice mengarah ke samping; tinggi lubang minimum 1,0 m; lebar lubang disesuaikan dengan lebar intake dan pembilas; tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar pembilas; bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screen dan dinding banjir (n) tembok baya-baya; kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx- 200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung; bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar; tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran ke intake (o) bangunan penahan batu; Lengkapi bangunan intake dengan bangunan penahan batu dimana penempatan dan komponen bangunan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap adalah sebagai berikut : ditempatkan di hulu intake/undersluice; komponen bangunan terdiri dari barisan cerucuk pipa dengan diameter sebesar 0,15 m dan jarak antar tiang sebesar diameter butir yang akan tertahan; balok beton pengikat dengan ukuran lebar 0,5 0,7 m, tebal 0,2 0,4 m serta pada ketinggian minimal 1,0 m dari atas mercu bendung; pondasi tiang yang kedalamannya disesuaikan dengan elevasi dasar sungai dan lantai undersluice (p) peredam energi : Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan setempat dengan memperhatikan : debit desain untuk bangunan peredam energi; tinggi terjunan; penggerusan setempat; degradasi sungai setempat Pemilihan tipe peredam energi : tipe MDO dan MDS - tipe MDO digunakan di sungai aluvial dengan angkutan sedimen dominan fraksi pasir, kerikil dan kerakal; - tipe MDS digunakan terutama di sungai aluvial dengan angkutan sedimen dominan fraksi pasir dan kerikil; - tinggi air hulu bendung dibatasi maksimum 4,0 m; - tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10,0 m RSNI T

60 tipe cekung kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan Pd T-xx-200xA : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : - sungai dengan kemiringan dasar curam dengan angkutan sedimen yang terbawa aliran adalah batu gelundung; - terbentuk pusaran dasar balik searah jarum jam; - dasar sungai cukup keras (q) tembok pangkal Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara : tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu; panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi; bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; ujung tembok pangkal ke arah hilir (Lpi) ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T : Lpi = Lb + 0,5 Ls panjang tembok pangkal di bagian hulu (Lpu) bagian yang tegak di hitung dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T : 0,50 Ls Lpu Ls (r) tembok sayap hulu dan hilir Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan: bentuk dan dimensi peredam energi; geometri sungai di hilir dan sekitarnya; prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan terjadi; stabilitas tebing tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan; panjang tembok sayap hulu ditentukan : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T : 1,0 Ls Lsu 1,5 Ls - bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok pangkal bendung atau palung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil minimum sesuai dengan RSNI T : 2 x Lpu panjang tembok sayap hilir (Lsi) : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil sesuai dengan RSNI T :

61 Ls Lsi 1,5 Ls jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga dengan : Lsi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke hilir, meter Lsu = panjang tembok sayap hulu, meter Lpu = panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung ke hulu, meter Ls = panjang labtai peredam energi, meter (s) lantai hulu dan hilir Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan. (t) rip-rap Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung bangunan terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria : ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir; material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras dengan berat jenis batu 2,4 t/m3; material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5 x 0,5 m; kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m pada bagian kaki tembok sayap hilir (u) kantong lumpur Lengkapi bangunan dengan kantong lumpur mengacu pada KP-04 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan memperhatikan : berada di hilir intake dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi material sedimen; kemiringan sungai harus cukup curam; Kecepatan aliran dalam kantong lumpur bersifat sub kritis, sehingga partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi; Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/dt; Panjang kantong lumpur biasanya berkisar antara 200 m untuk bahan sedimen kasar sedangkan 500 m untuk partikel-partikel yang halus papan duga muka air Lengkapi bangunan dengan papan duga muka air mengacu pada KP-04 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan ketentuan : papan duga dipasang dengan ketinggian nol pada mercu bendung atau pada elevasi yang tepat sesuai dengan ketinggian titk nol yang dipakai papan duga terbuat dari plat baja yang dilapisi bahan logam enamel warna yang digunakan adalah putih untuk alas dan biru untuk huruf dan angka

62 5.5. Bendung Gerak dengan Pintu Pertimbangan Perencanaan Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak akan dipilih dengan pertimbangan jika peninggian dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap tidak dapat diterima dikarenakan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada akibat peninggian muka air Persyaratan Perencanaan Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak akan didesain dengan memperhatikan persyaratan : kemiringan sungai relatif kecil atau datar; peninggian dasar sungai yang diakibatkan oleh konstruksi bendung tetap tidak dapat diterima karena akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada; debit banjir tidak bisa dilewatkan dengan aman melalui bendung tetap; berada pada lapisan tanah pondasi yang kuat Persyaratan Kemanan Bangunan Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan SNI , yang meliputi : (1) Kemanan hidraulik Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap : - bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan; - bahaya kavitasi; - bahaya akibat perubahan perilaku sungai. (2) Kemanan Struktural Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian perbagian dengan rincian meliputi : - kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan. (3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;

63 pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu : - saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik; - pembilasan penangkap pasir secara periodik. - pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap Desain Hidraulik Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut : (1) Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi : (a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu : data topografi berupa : - peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 :50.000; - peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000 data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal; data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai; data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar; data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai; data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi; data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan; data lingkungan dan ekologi (b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul; (c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain;

64 topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan; (d) penentuan debit desain mencakup : debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal; debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir (2) Penentuan Bentuk dan Dimensi (a) panjang bendung diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang cukup; sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil; (b) Pertimbangan pemilihan tipe pintu Penetapan pintu didasarkan berbagai pertimbangan yang antara lain berdasarkan tujuan penggunaan, lokasi pemasangan, besarnya harga dan biaya exploitasi dan pemeliharaan (c) Lantai bendung Lantai bendung harus mempunyai kemampuan dalam mendukung beban yang ada di atasnya dan menjamin kerapatan terhadap rembesan air. Sebagai tambahan kadangkadang dibutuhkan untuk penyangga di antara pilar-pilar bendung dan apabila pilar-pilar bendung juga akan dipakai sebagai bendung pengelak sementara, maka pilar-pilar tersebut harus mempunyai stabilitas yang memadai. (d) Pilar Bendung Bentuk penampang pilar bendung harus ramping dan pada pinggir hulunya dibentuk setengah lingkaran, tetapi pada pada pinggir hilirnya agak lonjong atau berbentuk busur yang runcing. Lebar dan panjang pilar bendung ditetapkan berdasarkan lebar jembatan inspeksi, dimensi mekanisme penggerak daun pintu dan perhitungan stabilitas mekanis. Celah diperlukan untuk memasang perapat pintu diperhitungkan untuk menentukan sponing pintu. Perapat bawah supaya dapat bertumpu pada landasan pintu yang dipasang di atas permukaan lantai bendung sedang perapat samping harus dibuat dengan konstruksi yang mudah dibongkar pasang untuk memudahkan pemeriksaan dan perbaikan. Tinggi pilar bendung harus lebih tinggi dari elevasi muka air banjir rencanan tanggul untuk menjamin keamanan pilar-pilar pintu dan menjamin jagaan antar MAT dan gelagar jembatan inspeksi.

65 (e) Pilar Pintu Pilar pintu ditentukan berdasarkan tipe pintu yang digunakan sebagai tubuh bendung. Tinggi ditentukan berdasarkan kemudahan operasi pintu termasuk tinggi perlengkapan mekanisme pengangkat daun pintu dan tambahan untuk tinggi jagaan (f) Ruang Operasi Pintu Ruang operasi pintu dilengkapi panel dan peralatan pengatur pintu, sperti tomnol-tombol mekanisme pembukaan-penutupan pintu yang ditempatkan di atas pilar (g) Elevasi Sisi Atas Daun Pintu Elevasi sisi atas daun pintu ditentukan berdasarkan kenaikan elevasi muka air banjir yang diinginkan. (h) Bangunan pembilas kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung; bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu; bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar pilar; bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar; bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n; lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m; lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m; mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung; (i) tembok baya-baya kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx- 200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut : penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung; bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar; tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran ke intake (j) tembok pangkal Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara : tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu; panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi;

66 bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; ujung tembok pangkal ke arah hilir (Lpi) ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T : Lpi = Lb + 0,5 Ls panjang tembok pangkal di bagian hulu (Lpu) bagian yang tegak di hitung dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T : 0,50 Ls Lpu Ls (k) tembok sayap hulu dan hilir Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan: bentuk dan dimensi peredam energi; geometri sungai di hilir dan sekitarnya; prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan terjadi; stabilitas tebing; tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan; panjang tembok sayap hulu ditentukan : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T : 1,0 Ls Lsu 1,5 Ls - bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung atau palung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil minimum sesuai dengan RSNI T : 2 x Lpu panjang tembok sayap hilir (Lsi) : - kemiringan tembok diambil 1 : 1 - panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil sesuai dengan RSNI T : Ls Lsi 1,5 Ls jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga dengan : Lsi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke hilir, meter Lsu = panjang tembok sayap hulu, meter Lpu = panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung ke hulu, meter Ls = panjang labtai peredam energi, meter (l) lantai hulu dan hilir Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan. (m) Rip rap

67 Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung bangunan terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria : ditempatkan di gian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir; material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras dengan berat jenis batu 2,4 t/m3; material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5 x 0,5 m; kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m pada bagian kaki tembok sayap hilir (n) Perlengkapan lainnya Sumber tenaga listrik cadangan Pada pintu-pintu air yang sumber tenaga utamanya diperoleh dari jaringan komersil, maka diperlukan adanyalistrik cadangan. Gedung pusat operasi pintu Dalam gedung ini terdapat kantor, ruang pembangkit listrik cadangan, ruang operasi, ruang operasi, ruang petugas jaga malam dan lain-lain Alat ukur tinggi muka air. Alat ukur tinggi muka air dipasang di hulu dan hilir bendung. Pada bangunan penerus, maka alat ukur tinggi muka air dipasang, di dalam kolam tunggu. Tinggi muka air pada masin-masing lokasi dapat dibaca langsung dari dalam ruang operasi. Sarana penerangan Sarana penerangan yang memadai haruslah dipasang untuk menerangi daun pintu, jembatan inspeksi, ruang operasi dan semua tempat-tempat yang diperlukan untuk kelancaran operasi pintu. Tangga inspeksi. Tangga inspeksi harus diadakan pada permukaan perkuatan lerang tanggul kiri dan tanggul kanan baik di lereng belakang maupun di lereng depan. Lebar efektif tangga minimum 1 mdan terbuat dari blok-blok beton. Tangga untuk ruang operqasi pintu. Konstruksi dan lokasi tangga supaya disesuaikan dengan keadaan sekitarnya, keseimbangan antara pilar pintu dan ruang operasi serta keamanan terhadap kemungkinan kecelakaan

68 BAB VI 6. METODE PELAKSANAAN Umum Besarnya pekerjaan pelaksanaan untuk sebuah Bendung dan bangunan-bangunan pelengkapnya,serta kenyataan bahwa Bendung tersebut harus dibangun di sungai, sehingga memaksa kita untuk mempertimbangkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan selama pelaksanaan. Metode pelaksanaan yang akan diterapkan harus diberikan (dideskripsikan) dengan jelas agar tidak menimbulkan masalah selama pelaksanaan. Ada dua metode yang dapat dipertimbangkan: Pelaksanaan didasar sungai Pelaksanaan ditempat kering diluar dasar sungai /kopur(sudetan) 6.2 Pelaksanaan disungai Sungai harus dibelokan selama pelaksanaan berlangsung. Untuk ini sebagian dari sungai tersebut harus dikeringkan, atau seluruh aliran sungai dibelokan melalui saluran atau terowongan pengelak. Untuk merencanakan elevasi tanggul pengelak (Coffer dam) yang menutup sungai dan melindungi ruang kerja, maka kemungkinan melimpahnya banjir mendadak dan banjir rencana selama pelaksanaan berlangsung harus ditentukan. Umur sebuah saluran atau Bendung pengelak biasanya dua sampai tiga tahun, bergantung pada waktu pelaksanan. Apakah resiko melimpahnya Bendung pengelak akan menjadi tanggungan pihak Kontraktor atau Perencana harus diputuskan dengan jelas dalam Dekumen Kontrak.

69 Pada umumnya itu menjadi tanggung jawab Kontraktor dengan pihak pemberi pekerjaan menunjukan tinggi keamanan yang terendah. Selama pemilihan metode pelaksanaan, harus juga didasarkan pada kelayakan dan biaya, juga tergantung pada keahlian Pelaksana Pekerjaan untuk memutuskan metode mana yang hendak diikuti. Hal-hal yuang harus dicek dan dipersiapkan dari hasil perencanaan adalah: 1. Bendungan ( cofferdam) atau Tanggul pengelak. Adalah bangunan sementara disungai untuk melindungi sumuran ( tempat kerja) 2. Saluran atau terowongan pengelak Dibuat jika konstruksi dilaksanakan didasar sungai yang dikeringkan, kemudian aliran sungai akan dibelokan untuk sementara 3. Pembuangan air (drainase) Membuang air yang masih ada disumuran atau ditempat kerja biasanya dengan menggunakan pompa 4. Jadwal pelaksanaan 5. Tersedianya bahan bangunan 6. Debit maksimum sungai selama pelaksanaan Berkenaan dengan jadwal waktu, kadang-kadang orang bisa bekerja didasar sungai tanpa memerlukan terlalu banyak perlindungan dengan merencanakan pekerjaan itu menurut musim, kareana kebanyakan daerah di Indonesia mempunyai musim kering dan penghujan yang berlainan, dengan demikian sangat penting untuk memperhitungkan awal dan akhir dari musim kering Lihat Gambar 2.17

70 Tanggul sementara tahap ke-1 Tanggul sementara tahap ke-2 Ruang kerja Bendung Tanggul sementara tahap ke-1 Tanggul sementara tahap ke-2 Gambar 2.17 (Metode Pelaksanaan di palung Sungai 6.3 Pelaksanaan di Tempat Kering Dalam banyak hal, metode pelaksanaan ini akan lebih banyak disukai, karena bangunan dibuat diluar dasar sungai, kemudian sungai itu dialiekan sesudah pelaksanaan selesai. Metode ini disebut Pelaksanaan pada Sudetan ( Kopur ).lihat pada : gambar Kopur Jika pekerjaan dilakukan diluar dasar sungai ditempat kering dan sungai akan dipintas (disodet), maka ini disebut kopur, kemudianlengan sungai lama harus ditutup dengan tanggul penutup Resiko kerusakan yang diakibatkan penggenangan ruang kerja oleh air sangat kecil dan juga hambatan terhadap pelaksanaan relative kecil. Jika ternyata layak dan aman, maka metode pelaksanaan ini yang akan dipilih, bahkan kalaupun biayanya lebih mahal dari metode yang lain.

71 Perlu mendapat perhatian khusus untuk menghindari terjadinya kerusakan bahan maupun kerusakan-kerusakan lain selama pelaksanaan. Pembelokan aliran sungai setelah pembuatan Bendung selesai, dilakukan dengan tanggul penutup. Tanggul tersebut akan di bangun sedekat mungkin dengan mulut sudetan, guna mengurangi beda muka air pada tanggul penutup selama pelaksanan. Muka air didepan bangunan utama yang baru harus dijaga agar tetap rendah, dengan cara membuka pintu pengambilan dan melewatkan air sebanyak mungkin melalui pintu-pintu. Tanggul penutup merupakan tanggul sementara saja, jika tanggul permanen akan dibuat ditempat lain. Demikanlah teknis pelaksanaan pembuatan Bendung dan bagian-bagiannya secara singkat, mudah-mudahan didalam pelaksanaan konstruksinya, baik pengawas lapangan maupun para pelaksana memahami dan mengerti bagian-bagian dari konstruksi Bendung, serta ukuran dan Elevasi yang yang sesuai dengan Gambar bestek, selain itu bisa meningkatkan nilai koreksi antara Pelaksana dengan pengawas dan menjadi satu kesatuan team didalam pertanggung jawaban terhadap keamanan konstruksi baik secara teknis maupun kwalitas dari pembangunan tersebut, karena didalam membuat Bangunan air kesalahan sedikit saja membaca elevasi atau ukuran bisa ber akibat fatal. Sudetan Bendung Tanggul penutup Peppenutup Sungai lama Sungai lama Tanggul banjir Gambar 2.18 Metode pelaksanaan Disudetan(Copure) 6.4 Pekerjaan-pekerjaan sementara Site (lokasi) yang dipilih harus cocok dengan metode pelaksanaan dan pekerjaan pekerjaan yang dibutuhkan.

72 Pekerjaan-pekerjaan sementara yang harus dipertimbangkan adalah: Saluran pengelak Saluran pengelak akan dibuat jika konstruksi dilaksanakan didasar sungai yang kering. Kemudian aliran sungai akan dibelokan untuk sementara, untuk membuat saluran pengelak maka harus dibuat dulu tanggul banjir sementara untuk menjamin keamanan pekerja dari bahaya banjir yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi Tanggul penutup Tanggul penutup diperlukan untuk menutup saluran pengelak atau lengan sungai lama setelah pelaksanaan dam / Bendung selesai Kopur Jika pekerjaan dilakukan diluar dasar sungai ditempat kering dan sungai akan dipintas (sudet), maka ini disebut kopur; lengan sungai lama kemudian ditutup. Bendungan Bendungan (cofferdam) adalah bangunan sementara disungai untuk melindungi sumuran. Tempat kerja Construction pit) Tempat kerja adalah tempat di mana bangunan akan dibuat, biasanya sumuran cukup dalam perlu dijaga agar tetap kering dengan jlan memopa air didalamnya. DAFTAR PUSTAKA 1. KP Pedoman Perencanaan Bendung 2. Peraturan PU

73 GAMBAR KONTRAK/GAMBAR TEKNIK PERMUKAAN DASAR SUNGAI 3. Buku-Buku Modul Pelatihan LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR

74 CATATAN : Permukaan dasar sungai berubah/ turun CONTOH PERMUKAAN DASAR SUNGAI

75 GAMBAR KONSTRUKSI CONTOH PERMUKAAN DASAR SUNGAI

76 TERBANGUN (AS BUILT DRAWING) GAMBAR TERLAKSANA/GAMBAR CONTOH GAMBAR KERJA (WORKING DRAWING, SHOP DRAWING) CATATAN : Lantai dasar didepan bendung diperpendek

77 CONTOH PASIR (SAND) KERIKIL (GRAVEL)

78 DENAH DAN POTONGAN BAGIAN KANAN BENDUNG, PINTU PENGURAS DAN PENGAMBILAN DENAH DAN POTONGAN BAGIAN KIRI BENDUNG PENA HAN WATE R STOP

79 GAMBAR POTONGAN-POTONGAN BENDUNG

80 SMBOL-SIMBOL GAMBAR DAN PETA Tabel 3 Map Symbols-Simbol Peta (lanjutan) SIMBOL TATA LETAK (a)* (b)* Tata letak Batas proyek LAYOUT SYMBOL Layout XXXXX Project boundary Batas petak tersier Batas petak kuarter Boundary tertiary unit Boundary quaternary unit Nama petak tersier atau kuarter Name of Tertiary or Quaternary unit Luas bersih (ha) Net area (ha) Debit rencana (l/dt) Design discharge (l/s) Bangunan pengambilan/ bangunan utama Intake structures/ headworks Pengambilan pompa Pump intake 5.0 mm Pengambilan bebas Free intake Bendung permanen Permanent weir Bendung gerak Barrage Bendung bronjong Gabion weir Saluran irigasi (biru) Irrigation canals (blue) Saluran primer Primary canal Saluran sekunder Secondary canal

81 Saluran tersier Tertiary canal Quaternary canal Tabel 3 Map Symbols-Simbol Peta (lanjutan) Saluran kuarter Saluran pasangan Lined canal Terowongan Tunnel or closed canal Bangunan irigasi Irrigation structure Bangunan pengatur m.a. 4.0 mm Bangunan bagi Check structure Division structure 4.0 mm Bangunan sadap Off-take structure 4.0 mm Bangunan bagi dan sadap 4.0 mm Boks tersier Division structure ture with off-take Tertiary box 2.5 mm Boks tersier dengan pelimpah 2.5 mm Boks kuarter 1.5 mm Tertiary box with wasteway Quaternary box (farm inlet) Gorong-gorong 2.5 mm Culvert Talang 2.5 mm Flume, aqueduct Sipon Inverted siphon 2.5 mm Bangunan terjun 4.0 mm Drop structure

82 (vertical/ miring) (straight/ inclined) Got miring Chute structure 2.5 mm Bangunan pelimpah samping Side spillway 3.0 mm Table 4 Standard Hatchings Standard Arsiran ARSIRAN Keterangan HATCHINGS Legend Potongan/ section Campuran (kalau ada) Mix proportion (if any) tampak/ view 4 mm 2 x 10 = 20 mm 9 mm 5 mm Tanah dll Soils etc. Batu kali Boulders Kerikil Gravel Pasir Sand Lempung Clay Konstruksi Constructions Beton bertulang Reinforced concrete

83 Beton siklop Cyclopean concrete Beton tumbuk (tanpa tulangan) Plain concrete Pasangan batu kali 1pc : 4pc Stone masonry 1pc : 4s Table 4 Standard Hatchings Standar Arsiran (lanjutan) Pasangan batu kali 1pc : 2pc Stone masonry 1pc : 2s Pasangan batu bata Brick masonry Pasangan batu kosong Stone pitching Bronjong Gabion Batu candi Batu candi/ hard stone Aspal Aspalt Kayu Wood Besi Steel

84 Perunggu Bronze Aluminium Aluminium Karet Rubber Bubuk isian bitumen Bituminous filler Table 4 Standard Hatchings Standar Arsiran (lanjutan) Urugan dengan kemiringan Fill with slope Galian dengan kemiringan Cut with slope Permukaan tanah (potongan) Ground surface (section) Kemiringan pasangan batu kali Sloping masonry Kemiringan pasangan beton Sloping concrete lining Petunjuk potongan Indication of section

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar BAB II

Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar BAB II BAB II 2.1. UMUM Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung tetap menjadi bendung gerak dengan membuat tubuh bendung dari tabung karet yang dikembangkan. Pembukaan bendung bisa dilakukan

Lebih terperinci

Perencanaan bendung karet isi udara

Perencanaan bendung karet isi udara Konstruksi dan Bangunan Perencanaan bendung karet isi udara Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum . Umum Pada saat memilih suatu bangunan air, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, baik dari segi kriteria tujuan, tinjauan hidraulika, adanya sedimentasi, ketersediaan material pembuatnya, maupun

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SISTEM IRIGASI Irigasi secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang bertalian dengan usaha untuk mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang

Lebih terperinci

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL l HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK jl1 v v111 x xi xu BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI K E M E N T E R I A N P E K E R JA A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR D I R E K T O R A T I R I G A S I D A N R A W A STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BAGUNAN UTAMA

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi GEOMETRIK IRIGASI Komponen-komponen sebuah jaringan irigasi teknis dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Untuk mengetahui komponen-komponen suatu jaringan irigasi dapat dilihat pada peta ikhtisar. Peta

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA 6.1 UMUM Bendung direncanakan untuk mengairi areal seluas 1.32700 ha direncanakan dalam 1 (satu) sistem jaringan irigasi dengan pintu pengambilan di bagian kiri bendung.

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG LAPORAN PENELITIAN PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER PENELITI / TIM PENELITI Ketua : Ir.Maria Christine Sutandi.,MSc 210010-0419125901 Anggota : Ir.KanjaliaTjandrapuspa T.,MT 21008-0424084901

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL

Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL Standar Nasional Indonesia Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe MDL ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT

ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT Prima Stella Asima Manurung Nrp. 9021024 NIRM : 41077011900141 Pembimbing : Endang Ariani, Ir, Dipl, HE FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 2006: 50-59 STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Peredam energi merupakan suatu bagian dari bangunan air yang berguna

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA Urgensi Rehabilitasi Groundsill Istiarto 1 PENGANTAR Pada 25 Juni 2007, groundsill pengaman Jembatan Kretek yang melintasi S. Opak di Kabupaten Bantul mengalami

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan peradaban manusia, sumber daya air terutama sungai mempunyai peran vital bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan ekosistem. Kelestarian sungai,

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU Vicky Richard Mangore E. M. Wuisan, L. Kawet, H. Tangkudung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: vicky_mangore@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA IRIGASI DAN BANGUNAN AIR SURVEY SELOKAN MATARAM YOGYAKARTA Dosen Pengampu : Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng. Disusun oleh : RIZA RIZKIA (5140811023) HERIN AFRILIYANTI (5140811051) MADORA ARUM KAHANI (5140811097)

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Microsoft Excel dan Bendung Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG BAB V STABILITAS BENDUNG 5.1 Kriteria Perencanaan Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil percobaan dan pembahasan diatas dibagi dalam 2 bagian yakni kesimpulan khusus yang berhubungan dengan perencanaan Bendung Pamarayan dan kesimpulan umum

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BENDUNG DI SUNGAI INGGE DAERAH IRIGASI BONGGO KABUATEN SARMI PAPUA Stenly Mesak Rumetna NRP : 0721017 Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Daerah Irigasi

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM) M. Kabir Ihsan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh email: ikhsankb@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12 DAI TAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 2 1.2 Tujuan 2 1.3 Manfaat

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Pengatur Overflow Weir Side Weir PERENCANAAN HIDROLIS OVERFLOW WEIR Bangunan dapat digolongkan

Lebih terperinci

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Air Struktural: Pemanfaatan air Pengendalian daya rusak air Pengaturan badan air (sungai, situ, danau) Non-struktural: Penyusunan

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

PENELITIAN KARAKTERISTIK BLOK BETON TERKUNCI UNTUK PENGENDALIAN GERUSAN LOKAL DAN DEGRADASI DASAR SUNGAI

PENELITIAN KARAKTERISTIK BLOK BETON TERKUNCI UNTUK PENGENDALIAN GERUSAN LOKAL DAN DEGRADASI DASAR SUNGAI PENELITIAN KARAKTERISTIK BLOK BETON TERKUNCI UNTUK PENGENDALIAN GERUSAN LOKAL DAN DEGRADASI DASAR SUNGAI 1. PENDAHULUAN Kegiatan penelitian dan pengembangan ini termasuk dalam Kelompok Pengendalian Daya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

Analisis hidrologi, hidraulik, dan kriteria desain bangunan di sungai

Analisis hidrologi, hidraulik, dan kriteria desain bangunan di sungai Standar Nasional Indonesia SNI 1724:2015 Analisis hidrologi, hidraulik, dan kriteria desain bangunan di sungai ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Konsep Pd.T. xx-xxxx.a RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume II: Bendung Bagian 2: Pelaksanaan Konstruksi ICS 93.010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 6 BAB III LANDASAN TEORI A. Prasarana Sungai Prasarana adalah prasarana yang dibangun untuk keperluan pengelolaan. Prasarana yang ada terdiri dari : 1. Bendung Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6.1 EVALUASI BENDUNG JUWERO Badan Bendung Juwero kondisinya masih baik. Pada bagian hilir bendung terjadi scouring. Pada umumnya bendung masih dapat difungsikan secara

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI Pudyono, IGN. Adipa dan Khoirul Azhar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Disusun oleh : Apriyanti Indra.F L2A 303 005 Hari Nugroho L2A 303 032 Semarang, April 2006

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 35 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Perencanaan Stabilitas Bendung 4.1.1 Perencanaan Tubuh Bendung Berdasarkan perhitungan elevasi dari Profil memanjang daerah irigasi maka di peroleh elevasi mercu

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH : PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR DISAMPAIKAN OLEH : KHAIRUL RAHMAN HARKO PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM 4.1. KRITERIA PERENCANAAN BANGUNAN AIR Dalam mendesain suatu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) diperlukan beberapa bangunan utama. Bangunan utama yang umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung. Perencanaan Embung Tambak Pocok Kabupaten Bangkalan PERENCANAAN EMBUNG TAMBAK POCOK KABUPATEN BANGKALAN Abdus Salam, Umboro Lasminto, dan Nastasia Festy Margini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Lokal Gerusan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat erosi terhadap aliran air pada dasar dan tebing saluran alluvial. Juga merupakan proses menurunnya atau semakin

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar-dasar teori yang telah kami rangkum untuk perencanaan ini adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar-dasar teori yang telah kami rangkum untuk perencanaan ini adalah : TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Dalam suatu perencanaan pekerjaan, diperlukan pemahaman terhadap teori pendukung agar didapat hasil yang maksimal. Oleh karena itu, sebelum memulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA Alex Binilang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN Desember 2012 KATA PENGANTAR Executive Summary ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir kegiatan Penelitian Jaringan Irigasi Perpipaan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV ANALISA HASIL BAB IV ANALISA HASIL 4.1 Bendung Tipe bendung yang disarankan adalah bendung pelimpah pasangan batu dengan diplester halus. Bagian bendung yang harus diperlihatkan adalah mercu bendung, bangunan pembilas,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi. Yogyakarta, Kamis 5 April 2012 Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi. 1. Peserta mengenali fungsi bangunan sadap,

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 Pendahuluan 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Ruang lingkup Kriteria Perencanaan Bangunan ini merupakan bagian dari Standar Perencanaan Irigasi

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

Lebih terperinci