BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kurun waktu yang relatif singkat. Perhatian besar terhadap praktik akuntansi sektor publik dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik negara, dan berbagai organisasi publik lainya. Pemberlakuan pelaporan secara transparan dan akuntabel oleh lembaga sektor publik adalah harapan besar masyarakat. Pemberian informasi kepada masyarakat dan pengguna lainnya yang menunjukan akuntabilitas laporan memungkinkan mereka untuk menilai petanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang telah dilakukan, bukan hanya aktivitas finansialnya saja. Pemerintah sendiri telah memberikan perhatian secara khusus terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan. Seperti perlunya dilakukan perbaikan terhadap sistem akuntansi keuangan pemerintahan. Selain itu juga perlunya sistem pengawasan dan pemeriksaaan serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. Alasan mengapa perlu dibuat suatu laporan keuangan karena apabila dilihat dari manajemen, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan alat yang digunakan untuk pengambilan suatu keputusan. Sebagai jaminan bagi pengguna bahwa pengelolaan 1

2 2 sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas finansial, khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggungjawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya (Indriasari dan Nahartayo 2008). Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan. Agar terciptanya laporan keuangan yang baik, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mewajibkan pemerintah pusat dan daerah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual mulai tahun 2015 dengan tujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelola keuangan pemerintah melalui penyusunan laporan keuangan pemerintah. Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, setiap pemerintah daerah harus memiliki sumber daya manusia yang kapabel dalam penyusunan pelaporan keuangan, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan akuntansi (Warisno, 2008). Kapabel dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang yang tidak hanya sebatas memiliki keterampilan tetapi juga memiliki pemahaman yang mendetail sehingga benar-benar menguasai bidangnya. Keperluan akan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia merupakan hal utama yang mutlak bagi pemerintah daerah agar laporan keuangan yang disampaikan dapat benar-benar mewakili hasil pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut

3 3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa agar laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya, haruslah sesuai karakteristik kualitas laporan keuangan, yaitu: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Respresentasi kewajaran laporan keuangan dituangkan dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yaitu: kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal. Berkenan dengan opini yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) terdapat 4 macam opini sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara yaitu : (1) wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (2) wajar dengan pengecualian (qualified opinion), (3) tidak wajar (adverse opinion), (4) tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Di Provinsi Jawa Barat sendiri terdapat 25 pemerintah daerah yang tersebar di seluruh Provinsi Jawa Barat yang telah menerapkan sistem akuntansi akrual namun baru terdapat 11 pemerintah daerah yang Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran (TA) 2015 yaitu: Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kota Cimahi, Kabupaten Majalengka,

4 4 Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Tasikmalaya, berhasil mempertahankan opini WTP dari tahun sebelumnya. Sedangkan empat pemerintah daerah lainnya baru pertama kali memperoleh opini WTP, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Sementara 14 pemerintah daerah lainnya belum mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Didalam penerapan akuntansi akrual terdapat perbedaan dengan sistem akuntansi berbasis kas yang selama ini digunakan, di dalam akuntansi berbasis akrual pengaruh kejadian usaha langsung diamati pada saat terjadinya, jika suatu organisasi memberikan suatu jasa, melakukan penjualan atau menyelesaikan suatu beban maka akan langsung dicatat tanpa memperhatikan apakah uang kas sudah diterima atau belum, sedangkan dalam akuntansi berbasis kas pencatatan transaksi belum dicatat apabila uang kas belum diterima atau dikeluarkan misalnya, pada saat suatu entitas berhutang gaji kepada karyawan sementara laporan keuangan disusun sebelum pembayaran gaji, akibatnya didalam laporan keuangan akan menunjukkan beban dan hutang akan lebih rendah nilainya sehingga laporan keuangan akan menunjukkan hasil yang bagus namun tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan demikian laporan keuangan tidak akan bisa memenuhi kriteria kualitatif laporan keuangan itu sendiri (Warisno, 2008). Sehingga penyusunan laporan keuangan benarbenar memerlukan sumber daya manusia yang kapabel agar tidak terjadi kesalahan didalam pelaporan keuangan.

5 5 Pernyataan ini juga didukung oleh Dede Mariana (2011) yang mengatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang kurang baik disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi sehingga banyak pemerintah daerah di Provinsi Jawa Barat yang masih sulit untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan. Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat juga menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang berkerja dibidang pelaporan keuangan bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi misalnya sub bagian keuangan, bidang aset daerah, seksi akuntansi pengeluaran, seksi anggaran, dan seksi penagihan PBB dan BPHTB (sumber: bandungbaratkab.go.id) Selain itu, menurut Dadang Naser, Bupati Bandung mengungkapkan masih banyaknya laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa Barat yang belum mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) diakibatkan oleh masih banyaknya kasus kelemahan sistem akuntansi dan pelaporan, yang diantaranya disebabkan oleh pencatatan yang dilakukan secara tidak akurat yaitu masih banyak terdapat kesalahan didalam pencatatan dan pengakuan aset daerah sehingga nilai yang tertera didalam laporan keuangan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya,, kemudian proses penyusunan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan ketentuan PSAP yaitu pada pengakuan aset lancar akun deposito jangka pendek tidak diklasifikasikan kedalam kolom aset lancar, ada juga entitas yang terlambat menyampaikan laporan pertanggung jawaban yang telah lewat dari periode akuntansi yang seharusnya

6 6 dilaporakan sehingga penerapan sistem akuntansi belum optimal dan tidak sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam hal ketepatan waktu pelaporan (sumber pikiran-rakyat.com). Berikut ini adalah table opini hasil audit BPK atas LKPD Kabupaten Bandung Barat tahun Tabel 1.1 Daftar Opini Hasil Audit BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat No Tahun Opini BPK Tidak Memberikan Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Wajar Dengan Pengecualian Sumber: bpk.go.id Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerindah Daerah (LKPD) Kabupaten Bandung Barat belum sebagaimana yang diharapkan. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 Kabupaten Bandung Barat belum bisa mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), kemudian pada tahun 2015 saat menggunakan sistem akuntansi berbasis akrual, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal ini tentu membutuhkan suatu kajian agar pemerintah daerah yang lainnya juga dapat memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Oleh karena itu, kondisi tersebut memberikan motivasi untuk

7 7 dilakukannya penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Barat. Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah telah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan Subaweh (2008), dan Kusumah (2015) yang meneliti mengenai penerapan SAP terhadap laporan keuangan pemerintah daerah menunjukkan bahwa penerapan SAP berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang, fenomena, dan beberapa penelitian terdahulu maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kapabilitas Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Akuntansi Akrual terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Survey pada 12 Dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kapabilitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagaimana penerapan akuntansi akrual terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

8 8 3. Bagaimana kapabilitas sumber daya manusia dan penerapan akuntansi akrual terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kapabilitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 2. Untuk mengetahui penerapan akuntansi akrual terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 3. Untuk mengetahui kapabilitas sumber daya manusia dan penerapan akuntansi akrual terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Sebagai pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerindah daerah Kabupaten Bandung Barat.

9 9 2. Bagi Pemerintah Daerah Bahan masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat dalam mengambil keputusan untuk terus mengembangkan daerahnya di masa yang akan datang 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam penelitian yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan berlokasi di Komplek Peneritahan Kabupaten Bandung Barat, Jalan Padalarang, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan November 2016.