Dilihat dari praktik-praktik filantropi yang berbasis komunitas, seberapa kuat atau jauhkah perkembangannya sekarang?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dilihat dari praktik-praktik filantropi yang berbasis komunitas, seberapa kuat atau jauhkah perkembangannya sekarang?"

Transkripsi

1 Iwan Tjitradjaja, Ph.D Perlu Transfer Keterampilan & Inovasi dari Perantauan Sumber: Judul buku Ditulis ulang dari : Diaspora Filantropi: Potensi Yang Belum Tergali : Jurnal Galang, Vol.3 No.2 Juli 2008, PIRAC, 2008, Opini, Hal Salah satu pendorong tertingginya tingkat kedermawanan di Indonesia adalah ajaran keagamaan dan tradisi berderma yang berakar kuat di masyarakat. Indonesia memiliki banyak tradisi lokal yang berkaitan dengan kegiatan kedermawanan atau filantropi berbasis komunitas, seperti tradisi perelek (Sunda), jimpitan (Jawa), dll. Tradisi-tradisi kedermawanan semacam ini juga terdapat di suku Batak, Minang, dan suku-suku lainnya di Indonesia dengan nama dan bentuk yang berbeda, serta masih dipraktekkan sampai sekarang. Salah satu tradisi yang berkaitan dengan kegiatan kedermawanan adalah tradisi pemberian sumbangan dari para perantau kepada keluarga atau warga lainnya di kampung halaman. Tradisi semacam ini dikenal sebagai diaspora filantropi. Diaspora filantropi, baik yang dilakukan oleh perantau lokal maupun trans-nasional, merupakan sumber daya yang potensial untuk digali secara lebih sistematis dan terukur bagi pengentasan problemproblem sosial. Tinggal bagaimana potensi tersebut dapat didayagunakan secara efektif. Potensi ini juga bisa didayagunakan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang muncul sebagai dampak dari aktivitas merantau, misalnya masalah brain-drain (hilangnya orangorang yang berkualitas) di kampung halaman. Berikut wawancara GALANG dengan Iwan Tjitradjaja, (Ketua Program Pasca Sarjana Departemen Antropologi, FISIP UI, mengenai potensi diaspora filantropi dan peluang serta tantangan pendayagunaannya sebagai sumber daya pembangunan. Dari beberapa hasil penilitian PIRAC nampak filantropi Indonesia memiliki akar yang kuat, baik berdasarkan tradisi dan keagamaan. Bagaimana Anda melihat fenomena ini terutama kegiatan filantropi yang berbasis komunitas? S aya kira potensi filantropi di kalangan masyarakat kita secara umum memang luar biasa tingginya. Tetapi kalau kita perhatikan kegiatan filantropi tersebut masih terkait dengan kewajiban sosial atau biasanya karena diminta. Jadi, kegiatan filantropi secara sukarela sendiri masih belum sampai pada tahap itu. Maka, harus ada yang memfasilitasi, memberi rangsangan, dan mengembangkan wacananya, agar orang bersedia atau mau memberikan sumbangan dengan sukarela. Dilihat dari praktik-praktik filantropi yang berbasis komunitas, seberapa kuat atau jauhkah perkembangannya sekarang? D ari pengamatan sekilas, saya masih menemukan kegiatan warga masyarakat memberikan sumbangan. Kegiatan semacam itu masih berlangsung di beberapa daerah, termasuk kelompok-kelompok masyarakat yang sama asal daerahnya yang tinggal di daerah perkotaan, seperti di Jakarta. Dan fenomena ini masih berjalan cukup kuat. Kegiatan itu sebenarnya lebih cocok disebut sebagai pertukaran sumbangan. Ada semacam rasa sungkan atau rasa malu bila ada orang yang dikenal, entah itu tetangga lama, apabila kalau masih kerabat meskipun hubungannya masih jauh, yang apabila mereka mengadakan hajatan atau sedang mengalami musibah dan mereka tidak membawa atau menyumbangkan apa-apa. Akibatnya tiap kali ada orang yang dikenal sebagai teman atau kerabat itu hajatan atau terkena musibah, orang-orang pasti akan membawa sumbangan dalam berbagai macam bentuk, di mana umumnya sekarang adalah uang. Tapi kembali

2 saya katakan, hal ini terjadi karena ada semacam rasa kewajiban sebagai anggota dari suatu kelompok sosial, baik berbasis kelompok kekeluargaan, ataupun kelompok sesama daerah asal. Kalau basis pemberian itu karena kewajiban dan rasa sungkan, maka pengembangannya ke depan seperti apa? K alau kita perhatikan masyarakat pada umumnya tidak begitu peduli terhadap berbagai masalah sosial. Umumnya warga masyarakat sibuk dengan kepentingan sendiri atau kelompok kecil mereka. Namun, ada anggota kelompok yang kemudian dengan sengaja melakukan inisiatif, misalnya, mengajak teman-teman melakukan kegiatan yang bersifat filantropis. Bila mereka didorong oleh pihak luar, dengan mengutarakan bahwa ada persoalaan atau problem yang membutuhkan bantuan mereka, saya kira tidak terlalu sulit untuk menggugah empati mereka sehingga mereka dengan mudah dan rela memberikan kontribusinya. Sementara ini kegiatan filantropi baru terkait dengan peristiwa-peristiwa musibah. Selain itu, karena mereka tidak tahu tentang keberadaan lembaga-lembaga filantropi, maka mereka umumnya memberikan sumbangan kepada lembaga-lembaga yang dikenal dan relatif dipercaya. Misalnya bila kita saksikan berbagai musibah, setiap orang atau kelompok-kelompok tertentu memberikan sumbangannya melalui media-media yang mereka kenal. Mereka percaya bahwa uang yang mereka sumbangkan memang diberikan tepat sasaran kepada penerima sumbangan melalui laporan media tersebut. Tapi kalau untuk kegiatan atau peristiwa lain nampaknya masih kurang untuk menjadi prioritas. Sebagai contoh, kegiatan filantropi untuk membenahi kerusakan lingkungan dan sumber daya alam oleh organisasi sebesar WALHI yang meminta sumbangan ternyata respon masyarakat masih susah. Ini terkait dengan persoalan memberikan sesuatu dan mengharapkan mendapatkan sesuatu, dan kewajiban sosial. Itulah sebabnya mengapa dalam satu kampung atau satu jaringan kelompok kekeluargaan, orang memberikan sesuatu ketika ada hajatan dengan asumsi nanti jika dia mempunyai hajatan, maka dia juga akan menerima sesuatu kembali. Demikian juga kalau kita lihat sumbangan-sumbangan yang diberikan untuk sumbangan masjid dan lain sebagainya, hal ini semata-mata karena mengharap akan mendapatkan pahala. Jadi konsep tersebut masih sangat kuat. Tapi konsep memberikan sumbangan untuk memperbaiki lingkungan masih agak jauh. Dan karena itu memang mesti sering diwacanakan dalam arti disosialisasikan sedemikian rupa, sehingga orang menangkap bahwa persoalan lingkungan juga perlu dibantu. Sejauh ini semangat memberi sudah ada dan secara potensial cukup tinggi. Salah satu yang potensial dalam kegiatan filantropi komunitas adalah pemberian atau kontribusi yang berkaitan dengan tradisi merantau, seperti di suku Minang, Madura, Bugis, dll. Bagaimana Anda melihat tradisi menyumbang dari para perantau di Indonesia? S ebetulnya tradisi merantau tidak terkait dengan kelompok suku bangsa tertentu. selama di perantauan, jika perantau memiliki kehidupan yang baik, mereka mengumpulkan dana untuk disumbangkan kembali ke daerahnya guna membantu saudara-saudara mereka di daerah termasuk membantu memperbaiki infrastruktur daerah dan lain sebagainya. Siapapun yang bekerja meninggalkan keluarga pergi ke daerah perantauannya selalu didorong oleh semangat untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ketika kehidupannya lebih baik mereka akan selalu ingat untuk membantu saudara-saudara, teman-teman mereka di daerah asal yang mereka tinggalkan. Menurut saya, itu juga sebetulnya suatu bentuk aktifitas sosial yang syarat dengan potensi jiwa filantropi tadi. Bayangkan saja misalnya menjelang lebaran atau hari-hari besar lainnya. Mereka yang bekerja di kota, hidupnya harus berjuang matimatian mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, tapi ketika pada hari raya tertentu (keagamaan), mereka memaksakan diri untuk membawa apa yang mereka punya. Bukan hanya sekedar show off tapi juga kebahagiaan yang luar biasa jika bisa memberikan sesuatu pada hari-hari itu kepada keluarga yang ditinggalkan di kampung. Jadi memang luar

3 biasa besarnya. Hanya saja, bagaimana potensi spirit filantropis ini bisa dikembangkan untuk berbagai macam aktivitas pembangunan, seperti pembangunan lingkungan atau pembangunan sosial. Dan saya kira tinggal bagaimana kemudian pemerintah dan lembagalembaga non pemerintah lainnya yang berminat untuk menumbuhkembangkan dan mengelola potensi pendanaan dari masyarakat yang sangat besar ini dapat mengambil peran secara strategis. Selain motif tradisi merantau yang kuat, motif-motif apalagi yang biasanya muncul ketika mereka bermigrasi? Motif terbesar bagi perantau adalah mencari penghidupan yang lebih baik. Kerena mereka melihat bahwa kondisi sosial ekonomi di daerah tidak memungkinkan dapat berkembang lebih baik secara materi. Tapi ada juga mereka yang pergi meninggalkan daerahnya karena memang ingin mengaktualisasikan diri, dan tidak sekedar mencari harta lebih. Yaitu untuk mendapatkan gagasan-gagasan kreatifitas baru tentang hidup dan lain sebagainya. Sayangnya yang terjadi adalah ketika menemukan atau mendapatkan gagasan baru, keterampilan baru, fasilitas-fasilitas baru yang lebih memadai, yang kembali ke daerah asal umumnya masih dalam bentuk kiriman uang atau remittance. Sedangkan individunya sendiri tidak kembali. Padahal semestinya mereka bisa membawa ide dan gagasan yang dapat dimanfaatkan untuk membangunan daerahnya. Hal ini dikarenakan secara struktural, kondisi-kondisi sumber daya alam, sosial, ekonomi, maupun politik yang ada di daerah tidak memberikan peluang yang banyak bagi mereka untuk berkiprah di daerah asal mereka. Dominasi pemberian dari para perantau umumnya dalam bentuk dana remittance dan bersifat kekeluargaan. Apakah hal ini dipengaruhi oleh struktur para migran atau perantau yang sebagian besar menjadi kelas pekerja dibanding kelompok profesional? Y a, itu betul. Kalau kita lihat migrasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan umumnya berlangsung melalui apa yang disebut sebagai chain migration (migrasi mata rantai). Hal ini berkaitan dengan hubungan-hubungan baik kekerabatan, keketanggan, maupun persekampungan. Keterampilan dan pendidikan mereka yang relatif rendah di daerah pedesaaan, maka ketika sampai di kota, mau tidak mau yang mereka bisa masuki kesempatan kerja umumnya adalah kerja-kerja sektor informal. Seperti kuli bangunan, buruh di pabrik-pabrik, atau di warung-warung nasi maupun sebagai pedagang asongan, dll. Jadi memang banyak dari mereka yang betul-betul ke kota bekerja untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin kalau bisa. Dan memang baru sampai pada tahapan itu. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan persebaran program-program perbankan yang tidak merata sampai ke pelosok-pelosok, di samping proses pendidikan dalam arti mencerdaskan rakyat itu memang tidak sampai di daerah-daerah pedesaan. Proses pendidikan dan peningkatan keterampilan masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga tidak heran jika warga didaerah pedesaan dan pelosok yang ingin menjadi cerdas dan menjadi terampil harus lari ke kota disebabkan tidak adanya fasilitas di daerahnya. Menurut Anda, selain faktor ajakan kepada mereka untuk ikut membangun negara dan kampung halaman, faktor apa saja yang harus didorong pada tahap pelaksanaannya? S elain himbauan, materi sosialisasi, juga cara menyampaikannya kepada calon donor bahwa lembaga yang memfasilitasi kegiatan filantropi tersebut bisa dipercaya. Menyakinkan mereka bahwa dana-dana yang nantinya dikumpulkan betul-betul akan sampai dan tepat ke sasaran. Persoalannya banyak orang yang tidak mau menyumbang ke lembaga tertentu karena tidak percaya. Kalau dibandingkan antara kedua jenis diaspora lokal dengan diaspora transnasional, mana yang lebih strategis untuk pengembangan filantropi ke depan?

4 D ua-duanya strategis. Tapi kalau melihat jumlah, tentu diaspora filantropi dalam negeri jauh lebih besar. Bayangkan kalau warga kita ini bisa diajak berfilantropi dengan cara kita sentuh rasa empati sosialnya. Saya kira untuk mengumpulkan Rp5000 sampai Rp per orang per keluarga tidak terlalu susah. Misalnya satu orang setiap bulan bisa menyumbang Rp10 ribu, bayangkan berapa banyak dana yang bisa dikumpulkan. Saya teringat salah satu tayangan TV, yaitu Oprah Winfrey show, di mana dia dan kemudian Angel Network-nya terinspirasi oleh upaya seorang anak kecil untuk menggalang dana publik untuk nasib orang-orang yang kurang beruntung. Oprah mengucapkan terima kasih kepada anak tersebut karena telah menginspirasi dirinya. Dan setelah mendengar apa yang dilakukan oleh anak itu, Oprah katakan seorang anak ini saja bisa menghasilkan begitu banyak, apalagi kalau dirinya yang melakukan. Jadi dengan bendera Angel Network-nya, Oprah Winfrey sebetulnya termotivasi, terinspirasi oleh apa yang dilakukan si anak kecil tersebut. Sementara Oprah memiliki jaringan korporasii yang sangat luas, maka semua bisa masuk. Meski nyatanya bukan hanya korporasi yang masuk, tetapi juga publik di semua level masyarakat. Di mana kita tahu, setiap kali dia lontarkan ada persoalan A atau B atau lainnya, sumbangan dari para penontonnya sangat luar biasa. Dalam konteks pemanfaatan dana-dana filantropi dari komunitas perantau, seperti apakah dan bagaimanakah peran organisasi perantau atau home town assosiation? S aya kira beragam. Ada organisasi perantau yang cukup besar perannya baik mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan filantropi kepada anggota komunitas diasporanya, mengelola sumbangan-sumbangan yang ada, dan melaporkannya. Biasanya kalau tiga unsur ini berjalan, organisasinya relatif berkembang dan berfungsi baik. Tapi cukup banyak juga organisasi kelompok-kelompok diaspora yang tidak berkembang. Memang yang terjadi adalah himbauan-himbauan yang dilakukan orang per-orang yang berlangsung secara adhoc. Karena itu, kalau ada organisasi khusus yang mengembangkan mekanisme perluasan akses informasi yang lebih luas, maka kesadaran orang tentang filantropi juga bisa semakin luas. Kemudian membantu mengelola dana yang terkumpul dan benar-benar disalurkan lewat kegiatan yang bisa dipertanggung jawabkan kepada para donor maupun publik. Saya kira organisasi ini sangat luar biasa dan bisa mendorong spirit filantropi yang mengejawantah dalam kegiatan-kegiatan yang konkrit, yakni membantu kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Selama ini, apakah Anda melihat kegiatan atau pertemuan para anggota perantau lebih sebagai kegiatan temu kangen saja? Y a, temu kangen dan memang masih lebih banyak yang seperti itu. Lalu kita lihat yang baisa dilakukan mereka juga masih bersifat ad-hoc. Seperti jika terjadi becana, kemudian mereka mengumpulkan sumbangan. Kalau tidak ada, maka seperti biasa lagi. Lain halnya dengan kotak sumbangan di masjid. Hal itu dalam konteks kewajiban sosial sekaligus kewajiban religius. Tapi dalam konteks filantropi murni, dalam artian kita harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki kehidupan sosial yang terpuruk menjadi lebih baik, masih belum menjadi concern mereka. Kalau kita amati, sebagian besar kontribusi perantau umumnya diwujudkan dalam bentuk bangunan fisik yang dianggap sebagai monumen keberhasilan mereka di rantau. Misalnya, membangun rumah atau masjid yang megah. Bagaimana anda melihat fenomena ini? K alau kita lihat bentuk kontribusi dari kelompok-kelompok diaspora di kota ke desa atau kampung halaman mereka memang lebih ke arah pembangunan fisik. Misalnya di Lombok, migran-migran warga Lombok yang ke luar negeri atau ke kota besar banyak yang menyumbang dana dan diutamakan adalah untuk pembangunan atau perbaikan masjid-

5 masjid. Sementara kehidupan warga di desa-desa tidak banyak berubah. Kita dapat dilihat, pengemis-pengemis di jalan, anak-anak jalanan, semakin hari bukan semakin berkurang malah semakin bertambah. Maskipun cukup banyak sebetulnya organisasi-organisasi swadaya masyarakat yang mencoba menanganinya, tapi pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam soal dana. Salah satu sebabnya ialah karena umumnya mereka selama ini masih sangat tergantung pada sumbangan-sumbangan dana dari lembaga donor luar negeri. Sementara dana publik dalam negeri sendiri, meski per orang dan jumlahnya tidak banyak, belum banyak dihimpun. Padahal kita tahu orang-orang yang punya duit akan merasa tidak enak kalau melihat anak-anak jalanan atau para pengemis. Jika dikasih uang biasanya habis begitu saja, karena penggunaannya yang tidak menentu. Coba kita lihat banyak rumah singgah yang tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama, dan saya kira telah nampak momen yang sangat urgent untuk mendorong dan menggiatkan kembali bagaimana kegiatannya bisa menyentuh panti sosial warga Indonesia secara keseluruhan. Karena kalau kita lihat dari perkembangan ekonomi nasional yang marak secara makro, tapi secara mikro makin memprihatinkan, kita dapat melihat semakin banyak orang yang akan frustasi dan semakin banyak orang yang terlempar ke jalan. Selain di tingkat mikro yang sekain menyedihkan, kita lihat juga kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang menggusur padahal melakukan kegiatan ekonomi informal. Fakta ini mau tidak mau memanfaatkan lahan-lahan yang dalam kacamata pemerintah illegal. Dan fenomena ini sekarang banyak terjadi di mana-mana seperti Surabaya dan Jakarta, di mana pembongkaran terjadi dan pemerintah tidak mau tahu orang-orang tersebut akan hidup bagaimana atau tidak terbayangkan oleh pemerintah. Sementara meskipun ada dinas sosial tetapi dinilai pelaksanaannya melulu masih berorientasi pada kepentingan proyek saja. Kegiatan merantau, bagaimanapun, meninggalkan persoalan. Menurut Anda. Persoalan apa saja yang muncul selama ini? Orang yang merantau adalah orang-orang yang secara kualitas sebagai sumber daya manusia terbaik di daerahnya. Jadi kalau mereka (SDM terbaik) merantau, yang terjadi adalah apa yang disebut sebagai brain-drain (hilangnya orang-orang berkualitas). Yang tersisa adalah orang-orang tua, dan sebagian orang muda yang relatif belum mapan. Jadi, bisa dibayangkan bahwa sebetulnya inovasi maupun inisiatif mereka yang tinggal dalam mengubah kehidupan yang ada di daerahnya tapi semakin sulit. Karena orang yang mampu mengubah keadaan adalah mereka yang mempunyai inisiatif dan kreatifitas, di mana semuanya itu keluar dari kampung halamannya untuk merantau. Tapi, kita juga harus pahami kenapa mereka keluar dari kampung. Mereka keluar karena frustasi dan tidak tahu apa yang bisa mereka perbuat di daerahnya. Jadi, kita lihat bahwa yang kembali ke sana hanya uangnya saja. Padahal apa yang terjadi dengan kiriman uang di kampung halaman? Ternyata terpakai lebih banyak untuk kegiatan yang konsumtif, seperti membangunan atau memperbaiki rumah, membeli barang-barang dan lain sebagainya. Tapi untuk kegiatankegiatan yang produktif alias jangka panjang tidak ada. Oleh karena itu, kita melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sementara ini cukup mengerikan bagi kita untuk menatap masa depan. Apakah kegiatan filantropi yang dilakukan oleh kelompok diaspora mampu mengatasi persoalan yang sangat urgen itu? Mestinya iya, karena umumnya mereka pejuang yang luar biasa. Di tempat saya tinggal, ada 2 orang ibu yang meninggalkan keluarganya untuk bekerja dari pagi sampai malam. Baik berjualan nasi, jamu, maupun sayur-mayur, selain bekerja sebagai tukang cuci. Hidupnya hanya diisi kegiatan tersebut setiap hari. Lalu setiap 3 minggu mereka mengirimkan hasil jerih payah mereka. Padahal mereka sendiri tidak punya apa-apa, kalaupun ada uang yang mereka simpan adalah untuk modal usahanya. Ketika ditanyakan uang hasil usaha mereka di kampung untuk apa? Mereka menjawab untuk biaya akan sekolah, biaya makan, pakaian,

6 membeli TV, dan memperbaiki rumah. Jadi orang yang ditinggalkan di kampung betul-betul hanya menunggu kiriman. Di balik krisis ekonomi, secara diam-diam ekonomi makro telah diselusupi oleh pertumbuhan ekonomi makro yang katanya hingar bingar ini. Coba bayangkan ketika mereka sudah tidak mempunyai kesempatan lagi, ketika para pekerja bangunan tidak ada lagi karena usaha konstruksi bangunan sudah berkurang artinya tukang bangunan pun berkurang. Maka akan berimplikasi pada penjualan nasi mereka pun akan tidak bisa dijual lagi. Kalau pun ada, hasilnya sangat kecil sekali. Sedangkan keluarga-keluarga yang juga tertekan secara ekonomi barangkali berpikir dua kali untuk memberikan jasa cucian kepada orang lain. Karena dengan begitu, mereka akan lebih berhemat yaitu jika dikerjakan sendiri (misalnya 300 ribu sebulan). Bayangkan bila usaha kedua ibu ini collaps maka tidak ada lagi yang bisa dikirim ke kampung, dan apa yang terjadi? Sementara di kampung terbiasa konsumtif. Jadi kalau saya melihat kondisi seperti ini bisa terlarut dan pesimistis, meskipun kita melihat ada upaya yang dilakukan oleh warga melalui kelompok-kelompoknya. Misalnya, pengelolaan sampah yang dikelola untuk diambil manfaatnya sehingga menghasilkan secara ekonomi. Tentunya bisa memberikan kehidupan ekonomi yang lebih baik bagi mereka yang kekurangan. Meskipun ada kegiatan-kegiatan tersebut, kalau pemerintah sendiri tidak tanggap dan justru mengembangkan kebijakan-kebijakan dan program-program yang tidak inovatif sebetulnya dapat menciptakan situasi yang tidak kondusif kepada orang yang benar-benar mau bekerja sama, memberikan sumbangan dan lain sebagainya. Saya kira cukup buram potret kehidupan sosial ekonomi budaya kita ke depan. Itulah risikonya kita menjalani kehidupan ekonomi yang sangat dipengaruhi orientasi post kapitalis ini. Menurut analisa ahli, ekonomi post kapitalis ini hanya sekitar 5% an atau 10% an yang mendapat manfaat dan perubahan hidup ke arah yang jauh lebih baik secara materi tapi 90% lainnya semakin susah dan terpuruk. Selain transfer dana atau remittance para perantau, apa saja kontribusi yang bisa dikembangkan? D i samping dana, keterampilan-keterampilan, gagasan-gagasan inovatif tentang produksi dan lan sebagainya, mestinya bisa dibawa pulang sehingga dapat menjadi kontribusi yang sangat signifikan bagi masyarakat kampung halaman. Maka peran organisasi menjadi penting, karena mesti saling mendukung. Sehingga mereka bisa saling mendukung untuk kembali mendorong roda ekonomi kehidupan sosial di daerahnya. Atau mereka bersamasama memberikan kontribusi dalam mencetak kader-kader (anak-anak) yang beranjak besar untuk dididik sedemikian rupa dengan segala macam keterampilan untuk kembali ke daerahnya supaya menjadi motor penggerak kehidupan di daerahnya. Namun begitu, jika kita hanya mengandalkan pada kelompok diaspora saja sedangkan pemerintah daerah tidak mendukung, tentu susah juga. Justru di tempat-tempat di mana pemerintah daerahnya bagus dalam memberi dukungan kepada warga terhadap sumber daya alamnya. Meskipun daerahnya miskin tapi kehidupan warganya tidak miskin. Karena mereka bisa memanfaatkan asset yang ada secara optimal. Tapi kita lihat jika pemerintah daerahnya ngawur, maka yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam besar-besaran dan tidak terkontrol distribusi hasilnya. Maka kesenjangan terjadi, orang miskin cukup banyak, atau sebaliknya sekelompok orang yang senang dan kaya dari eksploitasi tersebut. Pasa masa lampau, di Sumatera Utara misalnya ada gerakan Matabe; sebuah gerakan yang mencoba membangun daerah dengan dukungan para perantau, lalu ada gerakan seribu minang, dll. Apakah dalam konteks sekarang masih bisa kembali digalakkan? S aya kira itu bagus. Tapi gerakan tersebut sifatnya masih relatif ad-hoc, hanya sekali-sekali. Sementara yang dibutuhkan saat ini adalah yang mempunyai perencanaan dari minggu ke minggu yang sustainable dan tidak seperti proses pembangunan umumnya di mana projectbased. Selain dana yang dibutuhkan mengalami proses pencairan yang cukup lama, dan pertanggungjawabannya masih belum transparan. Praktis, ketika dana cair, pelaksanaan

7 kegiatan dan pertanggung jawaban hanya sekitar 3-4 bulan. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur jalan misalnya, tidak beres, lubang-lubang jalan dibiarkan bahkan hingga melebar dan berakibat terganggunya aktifitas lalu lintas hingga mengakibatkan kecelakaan. Dan macam-macam lagi permasalahan infrastruktur lainnya. Saya sendiri bingung, mereka yang berada di Bappenas itu adalah para ahli dan mereka tahu kondisi di lapangan. Tapi sepertinya mereka terbelenggu prosedur, penganggaran, dan pencairan dana yang sudah ada. Padahal prosedur mereka sendiri yang membuat. Begitu juga para anggota legislatif. Namun, pada intinya saya kira mereka yang duduk pada posisi legislatif dan eksekutiflah yang harus bisa mendorong semangat filantropis sehingga mengejawantah dalam kegiatankegiatan nyata. Kalau kita belajar dari India, di mana para pekerja migran India yang berada di Amerika melakukan transfer remittance dan pengetahuan secara aktif, apakah konteks yang sama dapat diterapkan warga Indonesia juga? H arusnya bisa. Hanya saja orang Indonesia ini agak aneh. Orang belajar di luar negeri yang kemudian menjadi pintar dan kembali ke Indonesia bukannya diterima dan diberik kesempatan untuk mengerjakan dan menerapkan kepandaian dan keterampilan mereka. Mereka bahkan tidak dikasih tempat duduk atau ruang untuk mengaktualisasikan ilmunya. Jadi banyak tenaga-tenaga terampil yang begitu hebat, di sana dihargai, dicari kembali, sebaliknya di sini nyaris tidak diperhatikan. Berbeda halnya dengan Cina, di mana pemerintahnya secara sengaja menarik ahli-ahli yang berasal dari Cina yang bekerja di Amerika sebagai guru besar dan profesor atau para peneliti yang sangat luar biasa. Mereka di tarik kembali ke Cina dengan diberi gaji berlipat ganda. Kalau warga Indonesia pulang ke tanah air bukan hanya gajinya turun, tapi tidak diterima, karena dirasa akan mengancam kedudukan orang atau sekelompok orang tertentu. Ini tentu persoalan. Dan mestinya pihakpihak terkait lebih bisa untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang lebih baik demi dan untuk kepentingan rakyat secara lebih luas. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan pemerintah dan organisasi sektor nirlaba dalam mengoptimalkan potensi diaspora filantropi yang luar biasa tersebut? K alau saat ini, yang harus dilakukan pemerintah adalah berperan untuk mendorong kegiatan filantropi sebagai refleksi atas apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Dan kemudian berupaya mengubah citranya. Citra pemerintah masih relatif buruk sehingga sulit dipercaya oleh rakyatnya. Kalau citra pemerintah baik, cukup banyak warga Indonesia yang bisa dimintakan sumbangannya. karena kalau dihimpun sumbangannya bisa menjadi modal pembangunan yang tidak sedikit. Citra pemerintah itu buruk karena pemerintah dianggap mau enaknya sendiri dan tidak mau memberikan pelayanan yang baik kepada publik. Dan kenyataannya korupsi merajalela dimana-mana, dari kelas yang paling bawah sampai kelas yang paling tinggi. Jadi pemerintah juga harus berubah. Maka pimpinan dan kepemimpinan baru yang tegas dan mempunyaai orientasi pada kepentingan publik, ditambah lagi dengan sikap tegas mau mereformasi birokrasi yang ada selama ini adalah harapan terbesar dari bangsa ini. Sementara itu bagi organisasi nirlaba yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membuka kemunikasi massa yang lebih luas lagi dan efektif. Di mana isi kemunikasi itu sendiri harus membuat kegiatan-kegiatan yang konkrit dilakukan. Dengan begitu warga bisa percaya bahwa organisasi tersebut bekerja dengan benar dan bertanggungjawab. Sebagai contoh, yayasan-yayasan serupa berbasis agama namun melakukan kegiatan yang bahkan bukan kegiatan agama. Begitu juga ormas-ormas Indonesia seperti NU, Muhammadiyyah, meskipun belum dioperasikan lebih optimal dan berdaya jangkau lebih luas lagi. Para perantau biasanya menyumbang lebih kepada organisasi kedaerahannya dibandingkan organisasi umum lainnya. Bagaimana organisasi umum bisa memanfaatkan potensi dari para perantau juga?

8 Menurut saya, organisasi-organisasi umum sendiri belum menunjukan apa yang sudah dilakukan. Selain itu, mereka juga belum mengkomunikasikan bahwa apa yang dilakukannya memang benar untuk kepentingan umum. Di sinilah sebenarnya letak kepedulian bersama dari rakyat secara keseluruhan sehingga memerlukan dukungan semua pihak. Jadi pesan kunci itu harus sampai kepada masyarakat luas. Kalau tidak sampai maka tidak akan dipercayai lagi. Komunikasi tidak bisa hanya dengan pasang iklan, melainkan organisasi juga perlu masuk ke dalam komunitas-komunitas diaspora secara langsung. Bahkan bukan hanya masuk sekedar meneliti, tetapi juga melakukan kegiatan fasilitasi. Kalau itu bisa dilakukan lebih bagus lagi, karena berarti mereka lebih kenal dengan orangorang menjadi tulang punggung/pengurus organisasinya sehingga mengajak mereka untuk memberi kepada organisasi menjadi lebih mudah lagi.

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU 2014 Oleh: Pan Mohamad Faiz Tahun 2014 di Indonesia dianggap oleh sebagian besar kalangan sebagai Tahun Politik. Di tahun ini akan digelar hajatan politik terbesar setiap lima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berlangsung. Secara internal Indonesia mengalami tatanan kehidupan yang cukup kritis baik

Lebih terperinci

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Pada bulan Agustus kita sebagai warga Negara Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Negara

Lebih terperinci

Ery Seda Mainstream Gender ke Dalam Gerakan Filantropi!

Ery Seda Mainstream Gender ke Dalam Gerakan Filantropi! Ery Seda Mainstream Gender ke Dalam Gerakan Filantropi! Sumber: Judul buku Ditulis ulang dari : Kaum Perempuan dan Filantropi: Stereotip Lama, Tantangan- Tantangan Baru : Jurnal Galang, Vol.2 No.2 April

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Tulisan tentang pengorganisasian ini adalah berangkat dari pengalaman Yamajo dalam melakukan kerja. Pengorganisasian adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang

Lebih terperinci

Foto: Kahar. Buruh Menggugat

Foto: Kahar. Buruh Menggugat Bagian I UMUM 1 Buruh Menggugat Foto: Kahar Kita membutuhkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Karena dengan pertumbuhan ekonomi itulah, kita memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang manusiawi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak saja terjadi tanpa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

Gambar 36 Anak-anak Mondo

Gambar 36 Anak-anak Mondo EPILOG Seorang anak laki-laki Kampung Mondo berlari kencang mengikuti kendaraan yang ditumpangi penulis untuk memasuki Kampung Mondo. Matahari bersinar sangat terik membuat wajah dan sekujur tubuh anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat

Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa

Lebih terperinci

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS KEBUTUHAN AKAN INOVASI DAN KREATIVITAS Pengenalan barang dan jasa baru Metode produksi baru Sumber bahan mentah baru Pasar-pasar baru Organisasi industri baru Kreativitas,

Lebih terperinci

Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013

Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013 Edisi 22 Maret 2013 TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas Learning Day Narasumber : Roem Topatimasang Ari Dwipayana Akhmad Nasir Ade Tanesia Combine Resource Institution

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN Oleh : H. SUJUD PRIBADI Bupati Malang

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

Rustam Ibrahim Filantropi Keadilan Sosial Tidak Identik dengan Advokasi

Rustam Ibrahim Filantropi Keadilan Sosial Tidak Identik dengan Advokasi Rustam Ibrahim Filantropi Keadilan Sosial Tidak Identik dengan Advokasi Sumber: Judul buku Ditulis ulang dari : Filantropi Keadilan Sosial di Indonesia : Jurnal Galang, Vol.1 No.1 Oktober 2005, PIRAC,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR KEPRESIDENAN,

Lebih terperinci

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA Disarikan dari buku: [BUKAN] DOSA-DOSA ORANGTUA TERHADAP ANAK DALAM HAL FINANSIAL, oleh Agus Arijanto (2015) MENYIASATI DUIT ( UANG ) BAGAIMANA

Lebih terperinci

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION Dwinda Reina Sari. 10500106 SK. Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma,2008 ABSTRAK Di Indonesia akhir masa orde baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara tepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal

Lebih terperinci

Menjadi Manajer Keuangan Keluarga

Menjadi Manajer Keuangan Keluarga Ringkasan: Wanita biasa menjadi manajer keuangan dalam keluarga. Suami menyerahkan seluruh gajinya pada kita, dan kitalah yang jungkir balik mengurusnya. Sebagai manajer yang baik, kita harus tahu berapa

Lebih terperinci

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA 29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat

Lebih terperinci

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk kependudukan semester 2 2012 pokok bahasan Konsep dasar Migrasi dan pergerakan: jenis mobilitas penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk determinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar lapangan kerja di

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar lapangan kerja di BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi perekonomian. Meskipun demikian, globalisaasi juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dosen PJMK : H. Muhammad Adib Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) OLEH: NADHILA WIRIANI (071211531003) DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1 BAB I PENDAHULUAN Remaja Siap Membangun 1 2 Remaja Siap Membangun MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA Dalam banyak hal, dibandingkan banyak negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang

Lebih terperinci

pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan sesuatu untuk

pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan sesuatu untuk Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dipilih dan dialokasikan secara sah oleh pemerintah atau negara kepada anggota masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan publik. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan yang telah dilakukan bangsa itu sendiri. Pembangunan merupakan proses perubahan

Lebih terperinci

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW Penguatan aparatur pemerintah daerah dalam memberjalankan program di daerahnya menjadi salah satu kunci keberhasilan program nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orangorang atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mempunyai dampak besar dalam kehidupan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan sebagai biaya kehidupan sehari- hari.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong LAMPIRAN 64 65 LAMPIRAN A A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong 66 Kelas : L/P : Pekerjaan Orangtua: No. Absen : SKALA PSIKOLOGI Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami kemajuan, walaupun perkembangan tersebut dirasakan memiliki ketimpangan atau ketidakseimbangan pada pemerataan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Kemiskinan ini sudah ada sejak lama dan telah menjadi kenyataan dalam kehidupan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) Oleh M. RUSMIN NURYADIN, SE.M.Si I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi sudah berjalan selama 11 tahun. Seperti kita

Lebih terperinci

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit esaunggul.ac.id http://www.esaunggul.ac.id/article/merancang-strategi-komunikasi-memenangkan-pemilih-dan-kelompok/ Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit Dr. Erman Anom,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Menurut Effendy (2003:254-256) teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut model komunikasi S-O-R ini, efek yang ditimbulkan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian aras mikro yang hanya meliput sejumlah kecil

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No.

Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No. Lampiran 2 Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No. 12 tahun 2003) UU 12/2003 Identifikasi Masalah Usulan Perbaikan Keterangan

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN Sofian Effendi 1 Artikel berjudul Stop Privatisasi PTN oleh Darminingtyas, Anggota Dewan Penasihat The Center for the Betterment of Education (CBE) di Kompas terbitan 14

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) Kemanakah Engkau? Masyarakat Miskin Membutuhkanmu

Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) Kemanakah Engkau? Masyarakat Miskin Membutuhkanmu Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) Kemanakah Engkau? Masyarakat Miskin Membutuhkanmu Oleh : Agus Sumarsono Sekedar mengingatkan bahwa persoalan kemiskinan memang sampai sekarang masih saja

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada politisi dibandingkan dengan masa Orde Baru. Politisi unjuk gigi dengan kedudukan,

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku 1.1. Pengertian Perilaku Perilaku menurut Oktaviawan (2003) adalah orientasi yang dipelajari terhadapat objek, atau predi posisi untuk bertindak dengan satu cara terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Organisasi semacam itu bukan melihat investasi modal, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Organisasi semacam itu bukan melihat investasi modal, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pegawai dalam pekerjaan menjadi bagian integral dari proses manajemen. Memahami pentingnya pegawai dalam organisasi berarti mengakui bahwa eksistensi sumberdaya

Lebih terperinci