Serambi Rumah dan Hotel di Hindia-Belanda dalam Konsep Denotasi dan Konotasi Roland Barthes. Achmad Sunjayadi
|
|
- Sudomo Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Serambi Rumah dan Hotel di Hindia-Belanda dalam Konsep Denotasi dan Konotasi Roland Barthes Achmad Sunjayadi Pendahuluan Serambi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan beranda atau selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah. Biasanya terletak lebih rendah daripada induk rumah. Sedangkan beranda merupakan ruang beratap terbuka yang tidak berdinding di bagian samping atau depan rumah, biasanya dipakai untuk tempat duduk santai sambil makan angin. Kata beranda berasal dari veranda atau verandah yang diambil dari bahasa Portugis varanda. Secara etimologi kata ini diperkenalkan dari India yang merupakan kombinasi antara kata bahar yang berarti di luar dan andar yang artinya di dalam. Bentuk kombinasi bahar-andar atau baharanda mengalami proses anglisasi menjadi veranda yang berarti sebuah ruangan baik di dalam maupun di luar. Serambi merupakan bagian dari bangunan di Hindia-Belanda yang mendapatkan pengaruh budaya. Dalam perkembangannya serambi di rumah-rumah di Hindia-Belanda pada awalnya memiliki fungsi tertentu yang sifatnya domestik. Kelak, serambi juga digunakan oleh hotel-hotel sebagai salah satu fasilitas yang dinikmati oleh publik. Dalam artikel ini dibahas perkembangan fungsi dan berbagai kegiatan di serambi dari masa VOC hingga Hindia-Belanda berdasarkan pengaruh budaya Indis terhadap fungsi bangunan yang dikaitkan dengan konsep denotasi dan konotasi Roland Barthes dengan menitikberatkan pada fungsi pada salah satu bagian bangunan rumah yaitu serambi. Makna serambi atau beranda rumah di Hindia-Belanda berdasarkan konsep denotasi dan konotasi Roland Barthes Pada awalnya (sekitar abad 17) bentuk rumah-rumah yang dibangun dan ditinggali oleh orangorang Belanda di Hindia-Belanda serupa dengan rumah-rumah di Belanda. Terutama rumahrumah yang berada dalam benteng di Batavia, maupun di kota-kota lainnya. Bangunan rumah
2 tersebut berupa bangunan berlantai satu atau dua dengan dinding samping yang menempel dengan bangunan di sebelahnya. Pada masa itu di Batavia ada peraturan bangunan yang mewajibkan penggunaan bata untuk bangunan di dalam kota karena bahaya kebakaran (Blackburn 2011: 23). Rumah-rumah yang terbuat dari batu tersebut tidak semua memiliki serambi. Apabila kita melihat denah rumah di dalam kastil Batavia sekitar 1698 (gambar 1) dan foto rumah di Spinhuisgracht Batavia (sekarang Jalan Petak Asem dan Tiang Bendera II) terlihat tidak adanya serambi (gambar 2). Gambar 1. Denah dua rumah untuk Opperkoopman di Kastil Batavia sekitar 1698 ( sumber: Bila melihat denah rumah di atas yang berbentuk segi empat, mengacu pada McLuhan (1994 [1964]), dapat dikatakan merupakan rumah pada masyarakat modern karena masyarakat modern adalah masyarakat yang stabil, berbeda dengan masyarakat nomaden (Dant 1999: 62). Gambar 2. Rumah Oud Hollands di Spinhuisgracht Batavia sekitar 1920-an (Koleksi KITLV)
3 Tidak banyak rumah batu pada masa VOC yang memiliki serambi. Apalagi jika rumah tersebut tidak memiliki halaman. Namun, apabila sebuah rumah memiliki serambi maka tempat itu merupakan tempat yang paling digemari oleh penduduk Batavia pada masa VOC. Di tempat inilah kebanyakan warga Eropa maupun penduduk pribumi bersantai, melewatkan waktu senggang mereka. Apalagi orang Eropa menyukai area terbuka di depan rumah. Demikian pula halnya dengan para mardijker, warga etnis Asia lain serta para pelancong yang baru tiba dengan kapal (Soekiman 2000:141; Niemeijer 2005: 168; Blackburn 2011:23). Menurut Niemeijer kata serambi lebih sering muncul dalam dokumen-dokumen notaris dibandingkan veranda (beranda). Hal ini mungkin disebabkan karena penamaan yang lebih baru (Niemeijer 2005:375). Sementara itu Mingaars (2005:612) memberikan gambaran serambi/beranda sebagai berikut: Rumah-rumah kuno Indis biasanya memiliki atap yang ditopang dengan pilar-pilar. Bagian beratap antara pilar dan dinding disebut serambi depan, serambi samping dan belakang. Luasnya tergantung dari rumahnya tetapi setiap rumah memiliki sebuah serambi depan. Bagian ini merupakan tempat orang di kursi malas, berlindung dari matahari, menerima tamu. Aktivitas yang dilakukan orang di serambi adalah duduk-duduk santai sambil mengobrol berbagai hal dan persoalan, memperbincangkan beraneka peristiwa atau menggunjingkan berbagai kelakuan orang dan sahabat. Mereka yang berjalan-jalan di Batavia pada malam hari pada masa itu, pasti melewati sejumlah serambi yang penuh sesak dengan orang yang sibuk berceloteh (Niemeijer 2005:168 ). Seperti pengalaman Joan Bitter yang baru datang dari Belanda pada Pada suatu malam tahun 1683 ia berkesempatan pergi menjenguk anak-anaknya di malam hari, dia harus melewati begitu banyak orang yang duduk atau berseliweran di serambi dan jalan (Blusse 1997 : 160) Pada masa VOC serambi merupakan pos ronda ideal, lokasi yang strategis untuk tempat pengamatan karena selain letaknya yang bersinggungan langsung dengan derap kehidupan di jalan umum juga membatasi ranah kehidupan pribadi. Serambi juga merupakan tempat untuk dapat duduk santai di luar, apalagi rumah-rumah batu pada masa itu letaknya in de rij (berderet) dan tidak memiliki halaman (lihat gbr. 2). Sehingga tempat masuk utama ke dalam rumah-rumah Batavia melalui serambi yang biasanya merupakan emperan sempit memanjang, sambung menyambung di depan dereten rumah. Biasanya di atas emperan dibuat atap sederhana yang ditopang tiang-tiang kayu dan ada juga yang dilengkapi dengan pagar kayu sederhana. Emperan
4 yang agak besar dengan mudah menjadi serambi depan rumah (voorgalerij) yang cukup luas untuk menampung orang banyak (Soekiman 2000:141; Niemeijer 2005:168) Serambi yang agak sempit pun dapat dijadikan tempat untuk bercengkrama. Para pria asyik mengisap pipa, menenggak arak atau segelas anggur dari Tanjung Harapan. Sedangkan para wanita sibuk menikmati teh sambil mencicipi kue-kue kering lalu mengunyah sirih dan pinang untuk menyegarkan mulut (Niemeijer 2005:169) Untuk serambi yang agak luas (besar) biasanya menjadi tempat duduk untuk para tamu karena mengacu kepada kebiasaan di Timur, para tamu jarang sekali diperbolehkan masuk ke dalam rumah. F de Haan dalam Oud Batavia (1922) mengatakan bahwa serambi dengan berbagai kegiatannya berasal dari gaya hidup khas Holland (Belanda). Memang pembagian ruang di banyak rumah, khususnya di Batavia mungkin merupakan ciri khas Belanda tetapi serambi beserta berbagai aktivitasnya merupakan ciri khas Asia. Di kebanyakan rumah warga Cina juga ada serambi yang juga berfungsi sebagai tempat bersantai. Dalam daftar warisan warga Cina ditemukan pula barang-barang yang lazim dipakai untuk menghias serambi seperti kandang burung, aneka guci dan bangku-bangku bambu (Niemeijer 2005:169). Barang-barang lainnya yang juga menghiasi serambi rumah-rumah warga Cina adalah lukisan, lampu gantung, hiasan dinding (lihat gambar 3). Barang-barang yang masuk dalam daftar warisan tersebut menurut Kopytoff (1986) memiliki biografi. Barang-barang yang masuk daftar warisan tersebut mungkin saja berasal dari nenek moyang mereka di daratan Cina yang awalnya memiliki fungsi sebagai perabot rumah tangga biasa (bangku, guci) lalu benda-benda itu dibawa ke Nusantara menjadi benda yang diwariskan turun-menurun dan sangat bernilai serta memiliki makna bagi keluarga tersebut. Sehingga dapat dikatakan tidak hanya manusia yang memiliki kehidupan sosial, benda pun memiliki kehidupan sosial (Woodward 2007:103).
5 Gambar 3. Rumah warga Cina di Molenvliet West Batavia (Jl. Hayam Wuruk-Gajah Mada) sekitar (sumber: koleksi KITLV) Meskipun sebagai salah satu pusat tempat kehidupan sosial, serambi merupakan tempat pribadi (domestik) yang tidak dapat dimasuki begitu saja. Apabila seorang tetangga mengumbar lelucon atau penghinaan yang keterlaluan, seringkali yang merasa tersinggung berteriak dari serambinya, menantang si pembual lancang itu berkelahi di jalan karena berkelahi di serambi dianggap sebagai pelanggaran yang jauh lebih berat ketimbang berkelahi di jalan (Niemeijer 2005: 169) Bila pada sore dan malam hari, para pria mendominasi serambi maka pada siang hari, biasanya para wanita lah yang banyak beraktivitas di serambi. Para nyonya kulit putih, nyonya indo dan para wanita pribumi menghabiskan waktu dengan duduk santai di bawah atap serambi. Di sini dapat dikatakan serambi menjadi tempat gender space (ruang gender) berdasarkan time (waktu). Dari tempat yang strategis itu mereka dapat mengawasi para budak dengan lebih ketat sambil mengobrol dengan tetangga. Oleh karena itu tidak mengherankan jika orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Batavia pada masa itu dan berjalan melewati deretan rumah sering berkata dalam hati betapa para nyonya di Batavia tidak punya kegiatan lain selain sibuk mengawasi dan memerintah para budak (Niemeijer 2005:170) Mengenai para wanita yang melakukan kegiatan di serambi, Nicolaus de Graaf bergumam mereka [para wanita] menuntut agar dilayani seperti puteri-puteri raja dan beberapa yang memiliki banyak budak mengharuskan budak-budak itu menjaga serta melayani mereka sepanjang siang dan malam bagaikan anjing (Warnsinck 1930:13)
6 Sementara itu rumah-rumah yang berada di luar benteng berbeda. Rumah-rumah tersebut lebih besar dan memiliki halaman atau kebun yang luas. Sebelum VOC bubar pada 1799, memang banyak warga intramuros (benteng) yang pindah ke wilayah yang ketika itu masih termasuk ommelanden yaitu Molenvliet, Noordwijk, Rijswijk bahkan sampai ke Weltevreden. Penyebab perpindahan itu adalah kondisi intramuros yang buruk dan menyebarnya epidemi malaria, tifus dan disentri. 1 Rumah-rumah yang mereka tinggali dikenal dengan landhuis. Kita mengenalnya dengan istilah pesanggrahan. Apabila kita perhatikan gambar-gambar, foto-foto pada masa itu atau jika bangunan-bangunan itu masih ada hingga kini akan jelas terlihat perbedaannya antara bangunan dalam benteng dan di luar benteng. Gaya bangunan landhuizen yang terletak di luar benteng berbentuk campuran yaitu tipe rumah Belanda dengan rumah pribumi Jawa. Gaya bangunan campuran itu dikenal dengan gaya Indis (Soekiman 2000:137). Gaya bangunan landhuis bersifat simetris dengan ruang tengah sebagai pusat kegiatan dan beratap cungkup (Sachari 2007:91) Gambar 4. Landhuis Kampung Makassar sekitar tahun 1930-an (sumber: koleksi KIT Amsterdam) Dalam konteks orang-orang Belanda yang datang ke Nusantara, awalnya mereka membangun dengan orientasi budaya Belanda. Bahkan pada bangunan-bangunan tertentu corak bangunannya mirip dengan rumah para pedagang kaya di kota-kota di Belanda seperti Baarn atau Hilversum (Soekiman 2000:137). Lalu mereka membangun rumah dengan menyesuaikan sesuai dengan 1 Untuk gambaran tentang kesehatan di Batavia pada abad ke-18 lihat P.H. van den Brug Malaria en malaise; de VOC in Batavia in de achttiende eeuw (Amsterdam: de Bataafse Leeuw, 1994)
7 iklim tropis di Nusantara. Menurut Amos Rapaport dalam House and Culture (1969:61) iklim, konstruksi dan bahan adalah faktor modifikasi sekunder dalam menentukan bentuk yang membatasi pilihan. Namun, faktor penentu utama dalam membangun sebuah rumah adalah budaya membangun rumah (Dant 1999:64) Seperti halnya serambi rumah warga Cina, pada serambi landhuis, terutama rumah-rumah di perkebunan ditemukan pula berbagai barang dan perabotan. Seperti kursi malas, meja, pot bunga, kandang burung dan hiasan-hiasan dinding lainnya (lihat gambar 5). Adanya bermacam-macam aktivitas dan benda dan perabotan di serambi dapat dikatakan bahwa salah satu bagian dari bangunan rumah (di sini serambi) berisi aturan dan konvensi dari budaya tertentu demikian pula dengan manusia dan benda-benda yang dimiliki ternyata memiliki biografi (benda warisan). Aturannya adalah serambi merupakan tempat bersantai, bukan tempat untuk makan dan pada masa VOC terdapat konvensi bahwa pada sore dan malam hari serambi digunakan oleh para pria dan pada siang hari digunakan oleh wanita yang juga berfungsi sebagai pos pengawas untuk mengawasi para budak mereka. Gambar 5. Serambi/beranda di sebuah rumah perkebunan sekitar (sumber: Koleksi KIT Amsterdam) Serambi yang dalam bangunan rumah berada di bagian depan, mengacu pada konsep Goffman (1969) tentang wilayah depan dan belakang mengilustrasikan suatu divergensi mendasar dalam aktivitas sosial-spasial. Ruang bagian depan merupakan tempat di mana kita seolah-olah berada dalam pertunjukan di atas panggung publik segala aktivitas yang dibuatbuat, formal dan dapat diterima secara sosial (Barker 2009:308). Mungkin, pengecualian aktivitas di serambi pada masa VOC di mana cacian dan makian serta pertengkaran kerap terjadi.
8 Demikian halnya dengan benda-benda yang dipajang dan ditampilkan di serambi oleh pemiliknya yang dapat menggambarkan identitas status pemiliknya. Hal tersebut dapat kita lihat dari sekitar 200 foto mulai akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 (koleksi KITLV) yang menggunakan serambi (depan) di Hindia sebagai obyek atau latar belakang. Serambi di rumah dapat dianalisis dengan menggunakan konsep denotasi dan konotasi dari Roland Barthes. Konsep denotasi adalah memaknai sesuatu yang sudah dikenal secara umum. Sedangkan konotasi merupakan pengembangan makna. Makna tersebut adalah makna baru yang diberikan oleh pemakai tanda sesuai dengan keinginan, latar belakang pengetahuan, atau konvensi baru yang ada dalam masyarakat (Hoed 2007:12) Mengacu pada konsep denotasi Roland Barthes, maka serambi dapat dijelaskan sebagai sebuah ruangan terbuka yang terletak di bagian depan rumah sebagai tempat bersantai, tempat untuk menerima tamu. Apabila mengacu pada konsep konotasi Barthes, maka serambi dapat memiliki makna lain yaitu sebagai tempat pengintaian, tempat untuk mengamati. Letak serambi yang strategis membuat serambi tidak hanya sebagai tempat bersantai keluarga. Serambi juga digunakan sebagai semacam pos pengawasan kehidupan sosial (kontrol sosial). Bahkan pada masa lalu serambi merupakan tempat bagi mereka sambil mengunyah sirih dan pinang, sibuk berceloteh, bergunjing bahkan mengumbar caci-maki. Makna konotasi lain dari serambi adalah sebagai tempat untuk menunjukkan siapa sebenarnya pemilik rumah tersebut (status sosial). Ini dikaitkan dengan benda-benda yang diletakkan di serambi. Makna serambi atau beranda hotel di Hindia-Belanda Selain mendapati beranda atau serambi yang terletak di rumah-rumah tinggal, kelak orang juga menjumpai serambi di hotel-hotel. Hal ini disebabkan beberapa bangunan hotel yang sebelumnya berfungsi sebagai rumah atau tempat tinggal. Misalnya pada 1840 di sebuah rumah tertua di Rijswijk dibuat sebuah hotel, Hotel der Nederlanden oleh J.P.Faes. Dahulu rumah itu merupakan tempat tinggal Raffles, pada 1846 memiliki nama Palace Royale disamping juga menyandang nama Hotel Amsterdam dan pada 1856 diberi nama Java Hotel (Kelling 1929:741)
9 Gambar 6. Hotel des Indes sekitar 1880 (koleksi KITLV Leiden) Beberapa bangunan yang pada periode berikutnya berfungsi sebagai hotel pada awalnya merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal milik pribadi. Seperti Hotel Ernst di Batavia yang dibangun pada Lalu difungsikan sebagai hotel tahun 1860 dengan memakai nama Ernst yang mengacu pada pemiliknya yaitu Moeder (Ibu) Ernst. Pada 1890, nama hotel tersebut diganti menjadi Hotel Wisse (Merilles 2000:116). Demikian pula dengan Hotel der Nederlanden di Rijswijk (Jalan Veteran) yang dibangun tahun 1794 dan merupakan rumah pribadi milik Pieter Tency yang kemudian dijual kepada salah seorang anggota Raad van Indië (Dewan Hindia), W.H. van Ijsseldijk. Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Raffles pada 1811 lalu kembali dijual kepada pemerintah Hindia-Belanda pada Pemilik selanjutnya, Johannes Petrus Faes mengubah bangunan tersebut menjadi Hotel Place Royale pada Baru pada 1846 bangunan tersebut menyandang nama Hotel der Nederlanden (Merilles 2000:130). Di sinilah terjadi transformasi fungsi bangunan yang awalnya dimaksudkan sebagai tempat tinggal rumah menjadi hotel. Bangunan rumah direnovasi dan diperbaharui menjadi bangunan hotel (Dant 1999: 67)
10 Gambar 7. Hotel der Nederlanden sekitar (sumber: koleksi KITLV) Kesan mengenai fungsi serambi di hotel diungkapkan oleh Charles Walter Kinloch alias Bengal Civilian yang mengunjungi Jawa pada 1852, memberikan kesannya tentang beranda. Ia melihat seorang pria duduk di beranda hotel pada tengah hari dengan mengenakan pakaian sore (Kinloch 1987:37) Pelancong lainnya yaitu Justus van Maurik dari Amsterdam (1897:167) yang menginap di sebuah hotel di Hindia-Belanda pada akhir abad ke-19 menuliskan kesannya mengenai serambi: Kamar-kamar untuk menginap sebagian besar berada di bangunan panjang, bangunan samping rendah yang bersisian di bawah satu atap, yang terletak di sisi bangunan utama, terkadang dibatasi dengan dinding rendah dari potongan kayu kecil yang membuat kita tak dapat melihat orang lain di sebelah, tapi dapat mendengar apa pun. Beranda atau serambi depan di ruang tamu dan ruang duduk penginapan itu dilengkapi dengan beberapa kursi malas, sebuah meja kecil dan lampu gantung. Ketika kita melihat antara jam lima dan enam sore di sepanjang beranda, jika hotel penuh dapat dilihat pameran bermacam-macam kaki telanjang keluar dari celana-celana tidur para pria yang menginap. Mereka duduk berbaring di kursi malam/malas, sampai salah satu dari mereka menarik diri, mengenakan sandal dan berjalan menuju kamar mandi. Dari gambaran van Maurik mengenai perabotan yang ada di serambi hotel yaitu kursi malas, meja kecil, dan lampu gantung, kita mengetahui adanya kesamaan dengan perabotan di serambi rumah. Berbeda dengan fungsi perabotan di serambi rumah yang mungkin ingin menunjukkan identitas pemilik rumah, perabotan di serambi hotel lebih pada fungsi untuk bersantai. Kesan mengenai serambi juga diperoleh oleh Augusta de Wit. Ketika itu ia menginap di sebuah hotel di Batavia. Ia menulis bahwa beranda merupakan tempat yang baik di hotel untuk berlindung dari panas siang hari. Ia pun dapat bercakap-cakap dengan orang pribumi sambil minum es jeruk (1987:18)
11 Kesan lain mengenai serambi depan diberikan oleh Alleta Jacobs. Ia menulis pengalamannya pada 1913 di Batavia. Ketika ia tiba di Batavia, ia menginap di sebuah hotel. Berikut kesannya: Biarkan aku bercerita dulu, bagaimana kami tinggal di Batavia karena kehidupan hotel di sini dalam banyak sudut pandang berbeda dengan di Eropa. Kami duduk berdua di rumah kecil yang disebut pavilyun. Di dalamnya kami memiliki kamar tidur besar, sejuk yang termasuk juga kamar bagian dalam dan serambi depan. Dari serambi depan kami memiliki pemandangan luas menghadap Koningsplein. Jangan kira lapangan ini dapat dibandingkan dengan lapangan di Amsterdam. Di sini, sebuah lapangan hijau yang dapat dikatakan luas dengan sapi-sapi dan binatang lainnya. Di seberangnya terdapat jalan kerikil yang ramai dan lebar, yang memisahkan kami dengan lapangan itu, penduduk Batavia berbaris di depan mata kami. Dengan tenang kami duduk di atas kursi malas di serambi depan, kami punya cukup waktu untuk berfikir dan dengan cara yang mudah mempelajari kehidupan di sini. (1913: ) Gambar 8. Serambi di hotel Des Indes Batavia 1910 sumber: koleksi KIT Amsterdam Berkaitan dengan serambi, salah satu aktivitas yang dilakukan di serambi terutama serambi hotel adalah tidur siang. Aktivitas yang tidak dilakukan di serambi rumah pada masa VOC. Salah seorang pelancong asal Belanda Justus van Maurik (1897) menceritakan pendapatnya mengenai tidur siang usai menikmati rijsttafel di hotel: Usai rijsttafel, tidur siang. Sesuatu yang nyaman bagi mereka yang dapat memanfaatkannya! (Maurik 1897: 8). Tidur siang dilakukan oleh para tamu hotel di serambi hotel. Maurik yang juga melakukan aktivitas itu memberikan kesannya: dan kelambanan yang nyaman menyergapku, membuatku terkenang pada tidur siang di kursi hotel di bawah serambi. (Maurik 1897:156). Aktivitas tidur siang berlangsung hingga pukul empat sore. Maurik menceritakan situasi ramai suatu siang dari kamarnya. Orang-orang berbaris sambil terburu-buru dengan handuk dan
12 sandal ke kamar mandi. Mereka berjalan melewati jendela kamar Maurik. Setelah itu para tamu duduk lagi di serambi sambil menikmati teh pada pukul lima. Pengalaman tidur siang serupa diceritakan pula oleh Augusta de Wit. Setelah menikmati hidangan rijsttafel, para tamu meninggalkan meja makan. Dia diberitahu oleh salah seorang pelayan bahwa waktunya untuk tidur siang. Menurut de Wit tidur siang merupakan sesuatu yang baru bagi para pendatang baru di Hindia-Belanda (Wit 1987:24-25) Eliza Scidmore, pelancong perempuan dari Amerika (1984:30) dan Jan Poortenaar (1989:35), seorang seniman sekaligus pelancong dari Belanda juga menceritakan kebiasaan tidur siang di serambi hotel. Sama halnya dengan Maurik, menurut Scidmore tidur siang berlangsung hingga empat sore setelah menikmati rijsttafel. Setelah tidur siang, mandi dan minum teh untuk menyegarkan diri. Sementara Poortenaar menggambarkan situasi selama tidur siang. Para pria mengenakan piyama dan duduk di kursi goyang. Seperti halnya serambi rumah, serambi hotel juga kerap menjadi obyek atau latar belakang foto antara lain Hotel Malga Cirebon, Hotel Wisse Batavia, Hotel Des Indes Batavia, Hotel Berestein Madiun, Hotel Morbeck Pasuruan, Hotel Bali Denpasar (koleksi KITLV) serta untuk obyek kartu pos antara lain serambi Grand Hotel Selabatoe Sukabumi, Grand Hotel Java Batavia, Hotel Des Indes Batavia, Hotel Slier Solo, Hotel Marinus Jansen Malang, Hotel Centrum Fort de Kock, Hotel Du Pavillon Semarang, Hotel Banjarmasin (Haks 2004) Makna serambi di hotel mengacu pada konsep denotasi dan konotasi Barthes dapat dikatakan hampir sama dengan makna serambi di rumah. Makna denotasi dari serambi di hotel adalah sebuah ruangan terbuka yang terletak di bagian depan bangunan (hotel), seperti halnya serambi di rumah juga sebagai tempat bersantai. Serambi di hotel mendapatkan makna konotasi sebagai salah satu fasilitas yang ditawarkan oleh hotel kepada para tamu (turis) yaitu sebagai tempat menikmati tidur siang, khususnya seusai menyantap rijsttafel. Setelah menyegarkan diri (mandi) para tamu dapat menikmati kopi atau teh di serambi. Para tamu (turis) yang sudah cukup lama tinggal di suatu hotel dapat pula mengintai, mengawasi para tamu yang baru datang. Serta menikmati kebingungan para tamu baru tersebut dengan fasilitas hotel seperti kamar mandi dan suara hewan kecil, seperti tokek, cicak.
13 Penutup Fungsi serambi di rumah tinggal di Batavia pada masa kolonial merupakan tempat bersantai melewati waktu senggang dengan memperbincangkan berbagai hal. Selain sebagai tempat bersantai serambi juga digunakan sebagai semacam pos pengawasan kehidupan sosial (kontrol sosial). Meskipun sebagai pusat bagi kehidupan sosial, pada masa VOC dan Hindia-Belanda tempat ini merupakan tempat pribadi (domestik) yang tidak dapat dimasuki begitu saja Bila pada sore dan malam hari, para pria mendominasi serambi maka pada siang hari, biasanya para wanita lah yang banyak beraktivitas di serambi. Para nyonya kulit putih, nyonya indo dan para wanita pribumi menghabiskan waktu dengan duduk santai di bawah atap serambi. Di sini tidak ada pembedaan gender dalam memanfaatkan serambi di rumah. Pembedaan hanya pada waktu. Serambi mengalami transformasi dari yang fungsinya untuk privat (pribadi) menjadi salah satu fasilitas hotel yang dapat dinikmati oleh umum. Pada beberapa hotel, serambi diberi sekat-sekat untuk memisahkan antara satu kamar dengan kamar lainnya atau serambi yang berada di bagian denpan hotel. Fungsi serambi di hotel di Batavia pada masa kolonial juga sebagai tempat bersantai tetapi dikaitkan dengan salah satu fasilitas hotel yaitu tempat beristirahat pada siang hari (tidur siang) sesudah menikmati hidangan rijsttafel. Dari sudut pandang gender, dibandingkan dengan serambi di rumah, tidak ada pembedaan waktu antara pria dan wanita dalam memanfaatkan serambi hotel. Mereka sama-sama dapat menikmati tidur siang di serambi hotel hingga waktu mandi sore tiba. Serambi pada rumah tinggal dan hotel mengacu pada konsep denotasi dan konotasi Barthes memiliki makna yang hampir sama. Makna sebagai tempat bersantai dan pos pengawasan juga dimiliki oleh serambi pada rumah tinggal maupun serambi hotel. Perbedaannya, serambi di rumah tinggal dihiasi dengan perabot dan benda-benda yang menunjukkan identitas pemiliknya, sedangkan serambi di hotel lebih pada fungsi sebagai tempat beristirahat. Pada masa kini hotel yang memiliki serambi hanya ditemukan di hotel-hotel untuk liburan (berbentuk cottage) atau hotel kelas melati. Biasanya hotel-hotel berbintang di kota besar tidak memiliki serambi. Hotel-hotel tersebut memiliki balkon dan jika kita perhatikan para tamu hotel jarang memanfaatkan balkon tersebut untuk tidur siang seperti pada masa Hindia-Belanda.
14 Daftar Pustaka Barker, Chris. (2009). Cultural Studies. Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana Blackburn, Susan.(2011). Jakarta :Sejarah 400 tahun. Depok: Masup Jakarta Blusse, Leonard. (1997). Bitters Bruid. Een koloniaal huwelijksdrama in de gouden eeuw. Amsterdam: Balans Brug, P.H. van den. (1994). Malaria en malaise; de VOC in Batavia in de achttiende eeuw. Amsterdam: de Bataafse Leeuw Dant, Tim (1999). Material Culture in The Social World. Buckingham-Philadelphia: Open University Press Haan, F. de (1922). Oud Batavia: Gedenkboek uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen naar aanleiding van het driehonderdjarig bestaan der stad in Batavia; Kolff Haks, Leo dan Steven Wachlin (2004) Indonesia 500 Early Postcards. Singapura: Archipelago Hodder, Ian (1994) The Interpretation of Documents and Material Culture dalam N.K.Denzin dan Y.S.Lincoln (eds) Handbook of Qualitative Research, hal London: Sage. Hoed, Benny H. (2007) Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Jacobs, Alleta (1913) Reisbrieven uit Afrika en Azie, benevens eenige brieven uit Zweden en Noorwegen. Tweede deel, Almelo: Hilarius Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Pusat Bahasa Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Maurik, Justus van. (1897). Indrukken van een totok. Amsterdam: van Holkema & Warendorf. Merilles, Scott. (2000). Batavia in Nineteenth Century Photographs. Singapore: Archipelago Press Mingaars, Peter (ed.) (2005). Indische lexicon: Indische woorden in de Nederlandse literatuur. Amsterdam: Hes & De Graaf Niemeijer, Hendrik E. (2005). Batavia: een koloniale samenleving in de zeventiende eeuw. Amsterdam: Balans Poortenaar, Jan (1988). An Artist in Java and other island of Indonesia. Singapore: Oxford University Press
15 Sachari, Agus. (2007). Budaya Visual Indonesia. Membaca Makna Perkembangan Gaya Visual Karya Desain di Indonesia abad ke-20. Jakarta: Erlangga Soekiman, Djoko. (2000). Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa.Abad XVIII-Medio Abad XX. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya Warnsinck, J.C.M. (ed). (1930). Reisen van Nicolaus de Graaff. Gedaan naar alle gewesten des Werelds Beginnende 1639 tot 1687 incluis - Oost Indise Spiegel. s Gravenhage Wit, Augusta de. (1987). Java: Facts and Fancies. [cetakan pertama 1905]. Singapura: Oxford University Press. Woodward, Ian. (2007). Understanding Material Culture. London: Sage Publication diakses 22 Oktober diakses 24 Oktober 2012
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Data-data untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut : - Pencarian data literature melalui buku, artikel dan website yang ada hubungannya
Lebih terperinciHidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8
5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.
Lebih terperincib e r n u a n s a h i jau
01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan
Lebih terperinciKonsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area
Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan
Lebih terperinciDENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1
0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum
Lebih terperinciBayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1
Bayanaka Canggu tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Sebuah harmoni dalam karya arsitektur tercipta ketika seluruh unsur dalam bangunan termasuk konsep arsitektur,
Lebih terperinciKISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada
Lebih terperinciBAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N
BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Umum gambar 2.1 Sejarah berdirinya Metro Hotel Semarang Metro Hotel International Semarang yang biasa dikenal masyarakat sebagai hotel Metro, merupakan suatu badan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan
Lebih terperinciFasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)
Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciBAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk
Lebih terperinci(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)
(Aku Melihatnya & Dia Melihatku) JUBAH HITAM PART 1 Tahun 1993, sebuah cerita tentang kelahiranku. Tentunya, kedua orangtuaku menjadi saksi bagaimana aku lahir. Saat aku masih dalam kandungan, ayah, dan
Lebih terperinciMenilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah
Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Wajah Jakarta sering digambarkan dengan ratusan gedung tinggi yang menjulang di tengah kota, hutan modern yang riuh dengan gedung perkantoran dan pemukiman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBANGUNAN BALAI KOTA SURABYA
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya
Lebih terperinciGALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai
Lebih terperinciPERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU SEJARAH YANG TERSIMPAN DALAM MUSEUM FATAHILLAH
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU SEJARAH YANG TERSIMPAN DALAM MUSEUM FATAHILLAH Hermanto Universitas Bina Nusantara, Jln. H.Sulaiman No.63, 085218435957, breakztherules@yahoo.com ABSTRAK Untung
Lebih terperinciHIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT
N E W S O U T H W A L E S HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION 1998 INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT 2 ITEM 1 Kalau Anda ingin membangun rumah baru, saya bisa menolong. Saya pandai
Lebih terperinciTrainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR
WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian
Lebih terperinciBABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:
BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KHUSUS
BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.
Lebih terperinciKOPI DI CANGKIR PELANGI..
KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009
BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat
Lebih terperinciLAMPIRAN 3 ANGKET KUESIONER RUMAH KOS IDAMAN MAHASISWA
154 LAMPIRAN 3 ANGKET KUESIONER RUMAH KOS IDAMAN MAHASISWA A. Identitas Responden Pendidikan Jenis Kelamin : P / W : S1 / S2 / S3 / Pendapatan per Bulan : Rp. 2.000.000
Lebih terperinciDENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH
DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH Bab 2 Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah Denah Lingkungan Sekolah Mempelajari tentang Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan
Lebih terperinciLampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN 1. Daftar pertanyaan untuk informan kunci (pemilik)
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciKEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari
KEHIDUPAN ORANG JEPANG 1. Pakaian Pakaian khas Jepang adalah kimono. Kimono dipakai oleh orang Jepang hanya pada waktu tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu
153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam
Lebih terperinci2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik
2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai
Lebih terperinciLalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong
Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut
Lebih terperinciCountry Living. Juni 2017
text NARIDA BASREDO design Axis Mundi Design photography Mark Roskams Country Living Kekontrasan yang tercipta antara tampak luar dan dalam dari desain pondok di pinggir kota New York ini jauh dari kata
Lebih terperincisesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang
Lebih terperinciLAMPIRAN. Ziesel (1981) didalam bukunya mengatakan bahwa : they do. How do activities relate to one another spatially. And how do spatial
LAMPIRAN Ziesel (1981) didalam bukunya mengatakan bahwa : Observing behavior means systematically watching people use their environments: individuals, pairs of people, small groups, and large groups. What
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : DIAH SEKAR SARI (0951010032) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciDimana saja tempat yang bisa dikunjungi di surabaya?
Dimana saja tempat yang bisa dikunjungi di surabaya? Tempat rekreasi di surabaya, tempat wisata dan tempat yang tepat untuk memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga, ada beberapa catatan tempat wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet
Lebih terperinciJURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh :
JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH Disusun Oleh : Nama : M. Edi Kurniawan NPM : 20303058 Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia
dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG
UKBM 3.1/4.1/1/1-1 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.1/4.1/1/1-1 PENTINGKAH LAPORAN HASIL OBSERVASI Kompetensi
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciHASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek
BAB IV HASIL PERANCANGAN 4.1 Deskripsi Umum Projek Tema yang dibahas dalam perancangan ini adalah Reborn, merupakan bagian dari kehidupan atau perjalanan yang tampak dari kacang hijau, pada saat itu kita
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM
BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,
Lebih terperinciSetiap orang pasti mempunyai gagasan
YOUR HOME PALM HOUSE VILLA: YOUR HOME LARGE CONTEMPORARY HOUSE FOTOGRAFER ARNO SANTOSA TEKS LUCKY Setiap orang pasti mempunyai gagasan tentang bagaimana mereka ingin menikmati hidupnya. Seperti juga, bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciDenah Lingkungan Rumah dan Sekolah
Bab 2 Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Denah Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Mempelajari tentang Denah Lingkungan Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan kawasan dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Lebih terperinciRumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana Imam Adlin Sinaga, Nurul Aini, Jeumpa Kemalasari Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi
Lebih terperinciPaket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Keluarga Ceria
Paket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Keluarga Ceria Bali adalah pulau yang sangat mempesona dengan keindahan alamnya dan sebagai tujuan utama wisata di Indonesia. Kehidupan kota yang dinamis, penuh
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN PERILAKU
BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili
Lebih terperinciArsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T
Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T Arsitektur Awal Kemerdekaan Arsitektur awal kemerdekaan berakar dari usaha pengembalian pemerintah Hindia Belanda setelah Jepang
Lebih terperinciJAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan
JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR Oleh Shahibul Ahyan A. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang bisa diterapkan dalam kehidupan seharihari. Matematika
Lebih terperinciThe Greatness of Design and. Designer. Heroes of the month. Karl Lagerfeld s New Store. Houses in CEBU Milan. Yuni Jie
10+ DESIGN Heroes of the month Decision Room by Yuni Jie Joke Roos Kezia Karin Arini Subianto Santi Alaysius The Greatness of Design and Designers Karl Lagerfeld s New Store Concept in Paris Great Ideas
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan. (www.wikipedia.com) Terjaganya hutan dan area terbuka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciIV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh
IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival
Lebih terperinciKandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.
Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciSoedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)
CHAPTER 1 Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) Kepala Sekolah Soedjono-Tresno Private High School atau STPHS, Christoper Rumbewas, menerima sejumlah buku, berkas siswa, dan juga seragam sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinciSirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang
Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:
BAB IV PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: Ruang studio di kampus Ruang studio di kampus Tabel 4.1 Perbandingan ruang studio desain
Lebih terperinciKAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR UPN VETERAN JAWA TIMUR KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR RUMAH JOGLO PONOROGO RACHMAT RAMADHAN 0851010011 11 BAB 1 PEMBAHASAN UMUM Ponorogo
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012
LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah
Lebih terperinciSUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM
BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual
Lebih terperinciBatu City Tour. Jatim Park 1 dikelilingi hawa pegunungan yang segar, banyak permainan dan hiburan yang dapat dipilih.
Batu City Tour Jatim Park 1 yang berada di Kota Wisata Batu, Malang ini memiliki aneka wahana menarik untuk Anda nikmati. Inilah tempat wisata Malang yang mengusung konsep taman bermain dan belajar. Jatim
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi
Lebih terperinciTeknis Menggambar Desain Interior
TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. PERANCANGAN ORIENTASI BANGUNAN BERDASARKAN ANALISIS SITE Orientasi bangunan menyesuaikan dengan kondisi-kondisi yang terdapat pada site, seperti pengaturan arah bukaan & ketinggian
Lebih terperinciPenggunaan Konsep Barisan Fibonacci dalam Desain Interior dan Arsitektur
Penggunaan Konsep Barisan Fibonacci dalam Desain Interior dan Arsitektur Edwin Kumara Tandiono, 13515039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciHIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript
2014 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Beginners (Section I Listening) Transcript Familiarisation Text Sudah pindah rumah, Sri? Sudah Joko. Bagaimana rumah barumu? Bagus Joko. Aku punya
Lebih terperinciGENDER DALAM TERITORI
GENDER DALAM TERITORI Oleh Dina Fatimah Abstrak. Teritori merupakan suatu wujud pembagian wilayah kekuasaan. Teritori sangat berkaitan dengan pemahaman akan keruangan. Pada manusia, teritorialitas ini
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciMUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA
MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA Oleh : Theresiana Ani Larasati Objek wisata budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ketika datang di Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita pada kegigihan
Lebih terperinciBAB pagi 2 dini hari Kegiatan. Makan, minum, bersantai, bertemu teman. Menengah ke atas Fasilitas
BAB 3 3.1 Konsep Desain Konsep yang digunakan pada desain Restoran Eclectic adalah konteporer, dimana memadukan antara konsep sebuah restoran dan bar. 3.1.1 Analisa data Kafe Eclectic Peak Hour Rabu-Sabtu
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai
BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan
Lebih terperinciBerkas Pedoman untuk Penyedia Kamar Inap
Berkas Pedoman untuk Penyedia Kamar Inap. Instruksi umum Room-Agent..................... 2. Kedatangan..................... 5. Selama menghuni..................... 6. Keberangkatan....................7-8
Lebih terperinci