Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali"

Transkripsi

1 SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali I Nyoman Widya Paramadhyaksa paramadhy aksa@y ahoo.co.jp Lab. Buday a, Program Studi A rsitektur, F akultas Teknik, Univ ersitas Uday ana. Abstrak Dalam budaya Bali dikenal adanya tradisi pementasan drama tari Calonarang yang berintikan kisah pertarungan penganut ilmu kebajikan dan ilmu kejahatan. Pementasan ini berlangsung di suatu desa, dari petang hingga dini hari. Ada beberapa area yang lazim dijadikan sebagai seting lokasi pementasan, yaitu pempatan agung di pusat desa, area jaba sisi Pura Dalem, dan kuburan desa. Desa Getakan, Kabupaten Klungkung secara rutin mementaskan ritual pementasan Calonarang di pusat desa setiap tahunnya. Drama tari Calonarang di sini menjadi terkenal ke seluruh pelosok Bali mengingat dalam pementasannya terdapat segmen yang sangat langka, berupa kematian real seorang aktor yang jenazahnya diupacarai dan diperlakukan selayaknya jenazah. Penelitian ini merupakan kajian tentang tata ruang dan seting pementasan drama tari Calonarang di Desa Getakan. Kajian disusun berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa pihak yang berperan dalam pementasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertunjukan drama tari Calonarang ini merupakan wujud simbolis persembahan dan bakti tertinggi kepada Tuhan. Kata-kunci : Calonarang, Getakan, intisari, magis, tradisi Pendahuluan Dalam budaya tradisional Bali dikenal adanya sebuah tradisi pementasan drama tari sakral Calonarang yang berintikan pada kisah pertarungan antara penganut ajaran ilmu kebajikan (white magic) dan ilmu kejahatan (black magic). Pementasan ini lazimnya berlangsung di suatu area dalam suatu wilayah desa, dari petang hingga melewati dini hari. Ada beberapa area yang lazim dijadikan sebagai seting lokasi beberapa segmen pementasan drama tari ini, yaitu area pempatan agung di pusat desa, area jaba sisi Pura Dalem, dan setra adat (kuburan desa). Drama ini ditarikan oleh sekelompok penari dan pelawak tradisional yang diiringi dengan alunan tabuh gamelan gong tradisional Bali. Cerita yang ditampilkan dipetik dari cerita Calonarang, Balian Basur, atau Ni Rimbit yang semuanya berintikan tentang cerita pertarungan antara para penyihir berilmu hitam (Bali: pangiwa) dan para pendeta beraliran ilmu putih (Bali: panengen) (Dwipayana dan Putra, 2004: 85). Ada berbagai pola tradisi dalam pementasan drama tari ini di berbagai desa di Bali. Hal ini sangat berkaitan dengan karakter tata ruang desa, kesiapan tim seniman, alokasi waktu, dan tentunya tema cerita yang dipentaskan. Berkenaan dengan topik ini, tersebutlah Desa Getakan di wilayah Kabupaten Klungkung yang secara rutin mementaskan ritual pementasan Calonarang di pusat desa setiap tahunnya. Drama tari Calonarang di desa ini menjadi demikian terkenal ke seluruh pelosok Bali mengingat dalam pementasannya terdapat suatu segmen klimaks yang sangat langka, yaitu berupa kematian real seorang aktor yang jenazahnya kemudian diupacarai dan diperlakukan selayaknya mayat orang mati sesungguhnya. Jenazah tersebut selanjutnya dibawa o leh masyarakat setempat ke setra adat menjelang tengah malam untuk benar-benar dikuburkan. Tradisi di Getakan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 039

2 Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali ini memang terasa sangat unik jika dibandingkan dengan pola pementasan Calonarang di desa-desa lain di Bali yang pada umumnya tidak dilengkapi dengan segmen kematian real salah satu aktornya. Fenomena ini selanjutnya mendorong adanya keinginan untuk melakukan suatu penelitian tentang aspek keruangan dan budaya tradisi dalam drama tari bercorak magis di Getakan ini. Penelitian yang telah dilakukan adalah berupa kajian tentang muatan makna filosofis dalam tradisi dan seting pementasan drama tari Calonarang di Desa Getakan. Kajian disusun berdasarkan observasi langsung dan wawancara dengan beberapa pihak yang berperan dalam pementasan itu. Penelitian ini diawali dengan studi pustaka berkenaan dengan cerita dan tradisi drama tari Calonarang yang ada di Bali. Metode Penelitian Makalah ini merupakan sebuah ringkasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara mandiri dalam dua tahun belakangan ini. Penelitian tersebut bertujuan menemukan landasan filosofis dari tradisi, pola aktivitas, dan tata ruang seting drama tari Calonarang yang dipentaskan di Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Kungkung, Propinsi Bali. Metode penelitian yang diterapkan secara garis besar terdiri atas dua macam metode utama, yaitu (1) metode pengumpulan data yang menerapkan metode observasi lapangan dan sebagai penonton partisipan, wawancara terhadap para narasumber terkait, serta studi pustaka tentang tradisi pement asan Calonarang itu sendiri; serta (2) metode analisis hasil yang secara umum menitikberatkan pada teknik analisis yang menerapkan metode hermeneutik atau penafsiran makna suatu wujud fenomena atau properti budaya. Dalam melakukan analisis dalam penelitian ini, ada beberapa macam pendekatan yang diterapkan, yaitu pendekatan filosofis, arsitektural, agama dan kepercayaan, mitos, dan seni. Deskripsi Umum tentang Drama Tari Calonarang di Bali Drama tari Calonarang merupakan salah satu drama tari tradisional sakral bercorak Hindu yang dikenal dalam budaya Bali. Drama tari ini memuat cerita tentang pertempuran antara dharma (kebaikan) dan adharma (keburukan). Dalam pementasannya, Calonarang lazimnya menampilkan berbagai segmen peristiwa yang unik tetapi menegangkan, mengingat adegan demi adegan itu memang memuat berbagai unsur magis yang menjadikan drama tari ini menjadi demikian menarik dan berkarisma di mata para penontonnya. Kisah Calonarang sesungguhnya dipetik dari sebuah legenda yang berkembang sejak abad IX, ketika Raja Airlangga berkuasa di Kerajaan Kediri, Jawa Timur (Shastri, 1963: 50). Cerita ini demikian terkenal dan menjadi ilham berbagai karya seni di Bali. Calonarang sendiri adalah nama seorang wanita sihir mahasakti yang telah lama menjanda. Dia dikenal juga dengan julukan Walu Nateng Dirah ('janda yang berkuasa di Dirah'). Sang janda memiliki seorang putri cantik yang telah lama melajang. Tidak ada seorang pemuda pun yang berani mempersuntingnya. Kekejaman ilmu hitam sang janda agaknya menjadi pemicu banyak pemuda berpikir ulang untuk melamar putri tunggal Calonarang itu. Kekecewaan yang terus menerus pada akhirnya mengobarkan api kemurkaan di hati Sang Walu Nateng Dirah. Bersama ketujuh murid ilmu hitamnya, dia pun memimpin ritual pemujaan kepada Bhatari Durga, memohon restu untuk dapat menjalankan ilmu hitam pengleakan berupa kematian masal dan wabah penyakit (Bali: grubug) bagi rakyat Kerajaan Kediri. Permohonan tersebut mendapat restu dari Ida Bhatari Durga, dalam sekejap rakyat pun menjadi banyak mati secara mendadak tanpa sebab musabab yang jelas atas ulah Calonarang bersama para pengikutnya. Seluruh pelosok Kerajaan Kediri diliputi perasaan was-was dan mencekam. Rakyat semakin ketakutan melihat wabah mematikan yang terus memakan korban setiap harinya. Kondisi ini selanjutnya mendorong patih kerajaan, Patih Taskara Maguna, menghadap dan melaporkan masalah besar yang sedang dihadapi kerajaan kepada Raja. Atas perintah Prabu Airlangga yang berkuasa kala itu, maka diutuslah Patih Taskara Maguna bersama dua orang punakawannya menuju wilayah Dirah (Bandem dan Murgianto, 1996: 46). Dalam seting cerita di wilayah Dirah ini, sang patih dilukiskan menaik ke rumah menara (trajang) tempat hunian Sang Walu Nateng Dirah. Calonarang berhasil ditarik keluar untuk selanjutnya turun ke medan laga dalam wujud rangda. Pada bagian lain, Patih Taskara Maguna selanjutnya juga C 040 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

3 I Ny oman Widy a Paramadhy aksa bersalin rupa menjadi banaspati raja atau sebagai sosok barong yang dikenal dalam seni pentas tari tradisional Bali saat ini. Keduanya pun terlibat pertempuran sengit yang sama kuat. Rangda sebagai simbolisasi kekuatan negatif (black magic) berhadapan dengan barong yang tidak lain adalah simbolisasi kekuatan positif (white magic). Pertarungan dua sosok dari dia kutub yang bertolak belakang ini adalah suatu gambaran fenomena universal yang berlaku di dunia. Kebaikan dan kejahatan akan selalu saling berdampingan dan saling berseteru sepanjang masa. Keduanya ada berbagai tingkatan alam semesta, di jagat raya, di berbagai lingkungan binaan, lingkungan sosial, hingga dalam diri masing-masing individu manusia juga. Dalam pementasan drama tari Calonarang, akhir cerita lazimnya akan menampilkan segmen pertarungan barong dan rangda yang tidak terselesaikan. Gambaran ini sedikit berbeda dengan cerita asli Walu Nateng Dirah yang berending pada kematian sang janda yang akhirnya diruwat oleh iparnya, seorang pendeta yang beraliran Siwa Buddha bernama Mpu Baradah (Suastika, 1997: 310). Dalam konteks pementasan, segmen akhir cerita memang sengaja agak dimodifikasi sedemikian rupa atas dasar tradisi dan tujuan tertentu yang bermuatan filosofis, agama, dan budaya. Ditinjau dari aspek tata ruang dan seting pementasan, drama tari Calonarang lazimnya dipentaskan di beberapa area "panggung" pementasan, seperti di pusat desa (pempatan agung); di ruang terbuka di depan pura utama desa (umumnya Pura Dalem); serta di area sekitar pekuburan desa (setra) (Dibia, 1999: 39). Masing-masing area "panggung" ditata sedemikian rupa sesuai segmen cerita yang sedang digambarkan. Ada kalanya masing-masing segmen cerita dipentaskan secara terpisah di beberapa tempat sehingga menyebabkan para penonton pun iku t berpindah-pindah mengikuti alur cerita drama tari magis ini. Stage pentas utama lazimnya mudah dikenal dengan adanya sebentuk menara dari bahan bambu dan kayu yang bernama trajang. Pada area stage juga terdapat beberapa elemen seting populer untuk stage Calonarang seperti beberapa batang pohon pepaya, sanggah cucuk, dan gundukan-gundukan tanah sebagai gambaran tiruan area pekuburan. Drama tari Calonarang dapat dipentaskan oleh masing-masing desa adat di Bali yang setidaknya memiliki properti pemujaan sakral berupa topeng rangda atau barong. Kedua benda yang disucikan warga desa ini lazimnya distanakan di suatu pura sebagai simbolisasi spirit positif penjaga desa yang bersangkutan. Ada berbagai prosesi ritual yang dilakukan masyarakat desa terhadap propertiproperti sakral pada saat prapementasan hingga pascapementasan. Pascapementasan properti topeng-topeng sakral yang ditarikan itu pun akan kembali distanakan dalam bilik suci yang ada dalam sebuah pura utama di desa yang bersangkutan. Pertunjukan drama tari Calonarang ada kalanya dilakukan setiap tahun di suatu wilayah desa. Ada kalanya pun dipentaskan pada hari khusus atas dasar adanya petunjuk dari alam niskala (gaib) yang diterima oleh pemuka agama di desa itu. Pertunjukan melibatkan banyak seniman tabuh, penari, pelawak, serta satu atau beberapa orang yang telah menyatakan bersedia berperan sebagai mayat (Bali: bangke-bangkean atau sawa) pada saat segmen peristiwa banyaknya warga mati terkena wabah di Kediri itu (Dibia, 1999: 38). Segmen ini merupakan segmen yang paling menarik sekaligus mendebarkan. Dalam beberapa pementasan Calonarang di Bali, pernah pula terjadi suatu peristiwa fatal berupa kematian, sakit mendadak yang dialami oleh para penari, utamanya si pemeran jenazah. Para penonton pun ada yang mengalami trance pada saat pertunjukan ini berlangsung. Pada masa sekarang, dikenal adanya dua tipe tema cerita yang dikenal dalam seni peme ntasan drama tari sakral ini. Tipe pertama dikenal dengan sebutan pementasan drama tari Calonarang, ada pun tipe yang kedua dikenal dengan nama pementasan drama tari Penyalonarangan. Kedua tipe pertunjukkan ini sama-sama bertemakan tentang pertarungan antara ilmu putih (kebajikan) dan ilmu hitam (kebatilan). Letak perbedaannya terdapat pada topik cerita yang diangkat sebagai sentral cerita. Drama tari Calonarang mengambil topik cerita dari penggalan cerita legenda tokoh Calonarang, sang Walu Nateng Dirah. Adapun Drama tari Penyalonarangan adalah drama tari yang berkembang belakangan. Seni pentas ini mengambil materi utama cerita yang bersumber dari ceritacerita yang bertema pertarungan ilmu putih dan ilmu hitam lainnya yang berkembang di Bali, seperti cerita Balian Batur, Basur, Dayu Datu, dan Ni Rimbit. Cerita-cerita ini sama sekali tidak berhubungan langsung dengan tokoh Calonarang dari Dirah yang terkenal itu. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 041

4 Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali Para penonton drama tari ini lazimnya berlatar berbagai usia dan gender. Mereka diwajibkan menonton secara tertib dengan mengenakan busana adat Bali. Para wanita yang sedang datang bulan (menstruasi) tidak diperkenankan untuk hadir dan ikut menonton drama tari sakral ini. Karakteristik Tata Ruang Desa Getakan Sebelum memahami gambaran pertunjukan drama tari Calonarang di Desa Getakan, ada baiknya dipaparkan dahulu gambaran ringkas tentang Desa Getakan dan tata ruangnya. Desa Getakan adalah nama sebuah desa tradisional Bali yang berdiri pada tahun Desa yang berlokasi di dalam wilayah Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung ini dikenal juga dengan nama Desa Pakraman Getakan. Desa pakraman ini merupakan sebuah desa bercorak kultur Hindu Bali yang mayoritas penduduknya adalah penganut agama Hindu yang taat. Dalam tradisi budaya di Getakan dikenal ada banyak macam ritual keagamaan dan adat yang tetap dijalankan secara turun temurun. Gambar 1. Lokasi Desa Getakan Dalam wilayah Desa Getakan terdapat beberapa elemen keruangan dan bangunan khas milik desadesa tradisional Bali seperti adanya Pura Kahyangan Tiga yang terdiri atas Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem; Pura Mrajapati; Pura Subak; setra adat; pempatan agung (Cathus Patha); wantilan; dan bale banjar. Selain dari pada itu, di zona utama desa juga masih dapat dijumpai elemen tata ruang langka berupa empat batang pohon beringin besar yang dengan sengaja telah ditanam di utara, timur, selatan, dan tengah-tengah zona inti desa pada masa-masa awal berdirinya desa ini. Berkenaan dengan keberadaan empat pohon beringin ini, sesungguhnya masih ada sebatang lagi pohon beringin yang tumbuh di bagian barat desa sesuai dengan Konsepsi Panca Bingin ( lima pohon beringin ). Akan tetapi akibat termakan usia (±150 thn), pohon beringin di barat desa itu telah lama mati karena tumbang dengan sendirinya. (Susana, 2016) (lihat gambar 2). Berdasarkan data-data awal yang telah terangkum dapat dipaparkan bahwa Desa Pakraman Getakan dipastikan memiliki kaitan sejarah yang kuat dengan Kerajaan Gelgel yang merupakan kerajaan utama di Pulau Bali yang beribu kota di wilayah Kabupaten Klungkung ini. Hal ini setidaknya dapat ditelusuri berkat adanya artifak berupa sebuah topeng rangda sakral yang distanakan di Pura Dalem desa ini. Topeng rangda yang dikenal juga dengan nama Ida Sesuhunan Tapakan Ratu Mas Klungkung ini merupakan salah satu topeng rangda sakral yang dihadiahkan oleh pihak kerajaan kepada salah satu desa pakraman di wilayah Klungkung itu. Desa-desa lain yang juga memperoleh hadiah topeng rangda sakral dari pihak kerajaan itu adalah Desa Gelgel, Desa Kamasan, dan Desa Penasan (Susana, 2017). Pada hari tertentu, topeng rangda Ida Sesuhunan Tapakan Ratu Mas Klungkung ini diupacarai dalam perannya sebagai spirit penjaga desa ini. Salah satu ritual dijalankan berkenaan dengan pemuliaan topeng sakral ini adalah pada pementasan drama tari Calonarang yang dilakukan setiap tahun di desa ini. Topeng rangda sakral di Bali lazimnya diyakini telah disemayami kekuatan supranatural tinggi dan dimaknai sebagai simbol pemersatu umat (Sagara, 2000: 47). Drama Tari Calonarang di Desa Getakan Gambar 2. Lokasi Stage dan Lima Pohon Beringin Pementasan Calonarang ini memang dilakukan berdasarkan adanya petunjuk gaib (Bali: pawisik) yang diterima oleh pemuka agama setempat beberapa kali sejak tahun 2005 hingga tahun Petunjuk gaib tersebut pada intinya menitahkan agar Desa Getakan mengadakan pertunjukkan drama tari Calonarang setiap tahun. Dalam pementasan drama tari ini diwajibkan memuat segmen C 042 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

5 I Ny oman Widy a Paramadhy aksa adegan bangke-bangkean yang berisikan peristiwa kematian real seorang suka relawan yang juga sudah ditetapkan melalui petunjuk gaib. Adegan ini pada dasarnya menggambarkan penggalan peristiwa kematian warga oleh wabah yang disebarkan Calonarang bersama murid-muridnya. Dalam pementasan drama tari Calonarang sebelumnya di Getakan, segmen adegan bangke-bangkean tidak berisikan adegan kematian real. Pemeran bangke-bangkean (jenazah si mati) lazimnya bukan berasal dari desa setempat dan hanya berperan pura-pura menjadi mayat di area sekitar stage pementasan. Setelah keluar dari wilayah stage pemeran mayat yang dibayar khusus itu akan bangun kembali dan turun dari keranda yang diusung warga. Model adegan segmen bangke-bangkean dalam drama tari Calonarang semacam ini sudah lazim berlaku di banyak tempat di Bali. Alasan keamanan dan keselamatan sang pemeran menjadi pertimbangan utama segmen adegan ini sengaja dijalankan tidak realistis. Para pemeran bangke-bangkean pun tentunya juga akan berpikir panjang sebelum menerima tawaran yang penuh resiko seperti ini. Dalam pewisik yang diterima di Getakan, segmen adegan bangke-bangkean harus dilakoni oleh seorang warga setempat yang dikenal sebagai Dewa Aji Tapakan, yang terpilih sebanyak sebelas kali ( ) (Nusa Bali edisi 16 Oktober 2016). Sang pemeran akan mengalami kematian sesungguhnya pascamelakukan ritual khusus di sebuah tempat suci bernama Pura Puser Sari pada awal pementasan. Jenazah selanjutnya akan diarak warga dan masuk ke dalam area stage. Di tempat ini, jenazah itu akan dimandikan dan diupacarai secara adat Hindu Bali se layaknya jenazah orang mati pada umumnya. Pascadimandikan, jenazah tersebut akan dibungkus dengan tikar pandan tradisional dan diikat erat dengan tali bambu. Jenazah selanjutnya dimasukkan dalam keranda dan diarak oleh warga menuju area pekuburan desa (setra). Di area setra ini, jenazah tersebut selanjutnya ditempatkan di atas tanah dan ditinggalkan hingga mendekati akhir pementasan drama tari itu. Model prosesi adegan bangke-bangkean seperti ini telah dilakukan sebanyak sepuluh kali dari tahun 2005 hingga Dalam prapementasan kesebelas, diterima pawisik bahwa bangke-bangkean harus dikubur (Bali; mapendem) di setra selama beberapa lama hingga sesi akhir pementasan. Petunjuk gaib ini tentunya membuat warga semula menjadi was-was, bingung, dan ragu. Akan tetapi berlandaskan pada kepatuhan, keikhlasan, dan keyakinan yang tinggi pada Ida Sanghyang Widhi/Tuhan Yang Mahaesa maka melalui pertemuan khusus selama berkali-kali akhirnya diputuskanlah bahwa pementasan drama tari Calonarang kesebelas ini tetap akan digelar di sekitar area Cathus Patha Banjar Getakan, sehari setelah pelaksanaan ritual Mamasar dan Mamungel, yaitu pada hari Rahina Buda Kliwon Pahang atau Rabu, tanggal 12 Oktober Pementasan dilakukan sekitar pukul 19:00-04:30 WITA dini hari. Drama tari Calonarang yang berjudul Geseng Waringin ( Membakar Beringin ) kali ini dipastikan sangat menarik perhatian masyarakat seluruh Bali berkat adanya segmen adegan bangke-bangkean sesungguhnya yang akan dikubur di area setra adat setempat. Peristiwa langka berupa adegan tubuh pemeran bangke-bangkean yang dalam kondisi meninggal sesungguhnya dikubur selama sekitar empat jam di area setra adat benar-benar menjadi peristiwa yang sangat langka, berani, dan bersejarah. Tidak diragukan lagi, pada hari pementasan yang ditunggu-tunggu itu, wilayah Desa Getakan menjadi area yang dipenuhi warga Bali dari berbagai pelosok, termasuk penulis sendiri bersama timnya. Rasa penasaran, takut, dan takjub menjadi alasan kuat kedatangan mereka menonton langsung drama tari Calonarang edisi spesial kali ini. Dalam pementasan drama tari Calonarang tahun 2016 ini telah dipersiapkan juga sebuah peti mati yang nantinya akan dipergunakan sebagai peti jenazah bangke-bangkean yang akan dikubur di dalam area setra adat pada tengah malam selama sekitar 4 jam. Peti jenazah itu memiliki ukuran panjang 2 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 1,2 meter (lihat gambar 4). Dalam drama tari Calonarang tersebut, bangke-bangkean atau watangan akan diupacarai secara tradisional layaknya orang meninggal sesungguhnya. Jenazah selanjutnya diarak warga dari area stage di depan wantilan Banjar Getakan ke arah selatan, tepatnya ke setra desa Getakan yang berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi stage. Di area setra ini, jenazah akan dikubur dalam peti mati selama 4 jam. Lewat dini hari, tepatnya pada hari Wraspati Umanis Pahang atau hari Kamis, tanggal 13 Oktober Ida Sesuhunan Tapakan Ratu Mas Klungkung dalam wujud real sebagai Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 043

6 Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali sebentuk topeng rangda yang dikenakan seorang pendeta utama akan berangkat ke setra adat untuk menjalankan prosesi menghidupkan kembali bangke-bangkean tersebut. Secara garis besarnya dapat dipaparkan tentang urutan segmen-segmen adegan yang berlangsung dalam pementasan drama tari Calonarang ini berdasarkan waktu dan lokasinya sejak awal hingga akhir pementasan (19:00-04:30 WITA). Ada empat lokasi utama pementasan, yaitu Pura Puser Sari, bangunan wantilan Banjar Getakan, stage pementasan, dan setra adat Getakan. Tabel 1. Segmen Peristiwa dalam Drama Tari Pementasan Calonarang di Desa Getakan No. Waktu Mulai Segmen Lokasi 1. 20:00 Tari Pembukaan oleh tujuh penari wanita Stage 2. 20:30 Dialog humor para punakawan Stage 3. 21:45 Tarian Para pengikut Calonarang Stage 4. 22:00 Calonarang menari dan murka Stage 5. 23:00 Para pengikut Calonarang menyebar wabah di Stage kerajaan 6. 23:15 Pemeran bangke-bangkean meninggal Pura Puser Sari 7. 23:45 Jenazah bangke-bangkean dimandikan Stage 8. 00:00 Jenazah diarak ke setra dan dikebumikan Setra adat 9. 00:15 Patih Taskara Maguna menyerang kediaman Tragtag dan Stage Calonarang :00 Pertarungan rangda dan barong Stage :30 Pertarungan Calonarang dan Mpu Baradah Stage :30 Calonarang berhasil dikalahkan oleh Mpu Baradah Setra adat :00 Pemeran bangke-bangkean dihidupkan kembali Stage :00 Pemeran bangke-bangkean bersama rangda kembali Stage :30 Pementasan Drama Tari Calonarang berakhir Stage sumber: observasi, 2016 Gambar 3. Penggalian liang kubur Gambar 4. Persiapan peti mati Gambar 5. Tragtag setinggi 11 meter Satu wujud elemen seting pementasan Calonarang di Desa Getakan yang juga langka adalah elemen tragtag atau trajang yang merupakan bangunan menara tempat hunian Calonarang. Bangunan menara ini wajib ada dalam setiap pementasan drama tari Calonarang. Dalam menara ini akan ditempatkan artifak topeng rangda sakral yang akan mulai dikenakan oleh penari pada saat kediaman Sang Walu Nateng Dirah diusik Patih Taskara Maguna. Ada tradisi bahwa tragtag yang dibangun dalam pementasan Calonarang di Desa Getakan merupakan tragtag tertinggi di Bali. Tragtag di Getakan lazimnya dibangun berketinggian sekitar 11 meter (lihat gambar 5). Tragtag di Bali pada umumnya dibangun hanya berketinggian sekitar 3 meteran. Tragtag tertinggi di Bali ini dibangun sedemikian rupa berdasarkan tingkat sakralitas topeng rangda yang akan ditempatkan di dalamnya. Tragtag yang dibangun kurang tinggi, konon pernah menyebabkan masalah pada saat prosesi bangke-bangkean dihidupkan kembali di setra adat oleh Ida Sasuhunan Ratu Mas Klungkung. Aspek Tangible dan Intangible Drama Tari Calonarang di Desa Getakan Pada bagian berikut ini dipapartkan tentang gambaran aspek-aspek tangible dan intangible yang termuat dalam seni drama tari Calonarang di Desa Getakan. C 044 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

7 I Ny oman Widy a Paramadhy aksa 1. Lokasi Pementasan di Zona Pusat Desa sebagai Lokasi Sumbu Kosmis Desa Pementasan drama tari Calonarang dipusatkan di sebuah stage yang berlokasi di pusat desa, yaitu di area pempatan agung Desa Getakan. Di lokasi ini terdapat sebuah perempatan jalan utama desa dan sebatang pohon beringin tua yang disakralkan. Pempatan agung atau Cathus Patha dalam tatanan pengetahuan arsitektur tradisional Bali dimaknai sebagai titik pusat desa yang juga disetarakan dengan titik posisi sumbu kosmik desa, penghubung alam seluruh tingkatan alam semesta, baik itu alam bawah (sapta patala) maupun alam atas (sapta loka) (Bagus, 1986: 26). Dalam tradisi Hindu Bali, zona Pempatan Agung desa lazimnya dijadikan sebagai lokasi berbagai kegiatan ritual penyucian alam tingkat desa seperti pada Hari Raya Pangrupukan yang te rjadi sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Keberadaan lima pohon beringin (panca bingin) di empat penjuru dan pusat desa juga dimaknai sebagai elemen tempat bersemayamnya berbagai spirit positif penjaga kesucian dan keamanan desa ini (Susana, 2016). Dalam pementasan drama tari Calonarang di Desa Getakan juga termuat berbagai prosesi ritual kurban suci untuk penyucian dan keseimbangan alam yang ditujukan kepada bhuta kala ( ruang dan waktu ). Ritual kurban suci (Bali: pecaruan) ini dilakukan di titik pusat desa (pempatan agung) itu (Rupawan, 2008: 80) (lihat gambar 8). Ruang-ruang pementasan dan segmen peristiwa tersebar, dan mudah terlarut sebagai bidang-bidang tidak berwujud pasti. Gambaran area pementasan seperti ini sejalan dengan karakter ruang abstrak yang dikemukakan oleh Ronald (2008: 261). Gambar 6. Tarian para pengikut Calonarang Gambar 7. Tarian Ida Sasuhunan Gambar 8. Ritual di pempatan agung 2. Makna tentang Kekuatan Pengorbanan dan Tebalnya Keyakinan Warga Di samping mengandung muatan hiburan bagi masyarakat, pertunjukan drama tari Calonarang di Desa Getakan dengan segmen khusus berupa adegan pemeran bangke-bangkean yang benar-benar meninggal dan dikebumikan di setra adat desa juga memuat makna tentang pengorbanan suci yang didasarkan pada keyakinan yang tebal pada kemahakuasaan Tuhan Yang Mahaesa. Pengorbanan suci berupa kematian seorang tokoh manusia terpilih adalah bukti kuat bahwa masyarakat Desa Getakan memiliki keyakinan yang tinggi untuk memenuhi ujian pada kesetiaan dan keteguhan iman kepada Ida Sasuhunan sebagai spirit utama penjaga desa. Tanpa dasar keyakinan yang tinggi, segmen pengorbanan manusia sementara dalam drama tari ini tentunya tidak akan berani dilakukan meski mendapat petunjuk pewisik seperti itu (Aksara, 2016). 3. Makna tentang Upaya Penyeimbangan dan Penyucian Alam Pementasan drama tari Calonarang juga memuat pesan fundamental yang kompleks, yaitu: a. Hormanisasi hubungan antarumat manusia dalam hal ini antara warga dan penonton umum, melalui pementasan seni hiburan tradisional bagi masyarakat umum. b. Harmonisasi hubungan manusia dan penyucian alam melalui ritual kurban di zona pusat desa. c. Harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan Yang Mahaesa dalam manifestasinya sebagai spirit penjaga desa, melalui adanya prosesi pengobanan manusia sementara sebagai bukti adanya keyakinan yang tinggi terhadap eksistensi kemahakuasaannya. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 045

8 Pencarian Intisari Pesan Fundamental dalam Tradisi dan Seting Pementasan Calonarang di Desa Getakan, Klungkung, Bali Ketiga komponen ini sesungguhnya sangat sejalan ajaran Tri Hita Karana yang merupakan salah satu konsepsi fundamental yang telah terwarisi secara turun temurun di Bali. 4. Makna Khusus Pura Puser Sari dan Setra Adat Getakan Dalam konteks pementasan dramatari Calonarang ini, masih ada dua area lainnya yang dijadikan sebagai stage beberapa peristiwa, yaitu area Pura Puser Sari yang berlokasi di utara desa dan area setra adat (kuburan adat) yang berlokasi di selatan desa. Pura Puser Sari adalah tempat pemeran bangke-bangkean dimatikan. Pura ini adalah pura yang disucikan, tempat tumbuhnya beringin utara desa. Arah utara di desa ini memang merupakan arah utama yang paling disucikan. Adapun setra adat adalah tempat bangke-bangkean dikebumikan. Setra dalam budaya tradisional Bali memang lazimnya ditempatkan di area nista, tempat peleburan dan pengembalian elemen-elemen jasad tubuh manusia ke asalnya (Tim Penyusun, 1985: 115). Adapun jiwa si mati akan melalui proses pascakematian sebelum kembali menjalani siklus reinkarnasi. Simpulan Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan dan telaah makna fundamental yang termuat di dalamnya, maka tradisi pementasan drama tari Calonarang yang memuat segmen langka berupa kematian real tokoh pemeran bangke-bangkean itu memuat makna-makna filosofis sebagai berikut. 1. Makna penyucian dan keseimbangan seluruh tingkat alam semesta melalui ritual di titik sumbu kosmis desa, yaitu Pempatan Agung. 2. Makna tentang tingginya tingkatan pengorbanan dan tebalnya keyakinan warga kepada spirit penjaga wilayah desa sebagai suatu kekuatan manifestasi Tuhan Yang Mahaesa. 3. Makna tentang adanya upaya penyeimbangan dan penyucian alam melalui penerapan konsepsi fundamental yang telah lama mentradisi dalam budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. 4. Ketiga stage yang digunakan dapat dimaknai sebagai area penyucian, pusat wilayah, dan peleburan. Daftar Pustaka Bandem, I.M. & Sal, M. (1996). Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Bagus, I.G.N. (1986). Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Bali: aspek arsitektur, cara pengobatan dan makanan ternak. Denpasar: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirketorat Jenderal Kebudayaan. Dibia, W. (1999). Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dwipayana, A. A.G.N. Ari. & Putra, I Nyoman D. (2004). Bali Menuju Jagaditha: Aneka Perspektif. Denpasar: Pustaka Bali Post. Nusa Bali. (2016). Bangkit Setelah Dikubur Selama 4 Jam, Dewa Aji Tapakan Akhiri Ngayah dalam Harian Nusa Bali edisi 16 Oktober Ronald, A. (2008). Kekayaan & Kelenturan Arsitektur. Yogyakarta: Muhammadiyah University Press. Rupawan, I Ketut. (2008). Saput Poleng dalam Kehidupan Beragama Hindu di Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post. Sagara, Nyoman Y. (2000). Barong & Rangda. Denpasar: Pāramita. Shastri, Narendra D.P. (1963). Sejarah Bali Dwipa. Jakarta: Bhuvana Saraswati. Suastika, I Made. (1997). Calon Arang dalam Tradisi Bali: suntingan teks, terjemahan, dan analisis proses pem- Bali-an. Jakarta: Duta Wacana University Press. Tim Penyusun. (1985). Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Narasumber: I Wayan Susana, 47 tahun. Banjar Losan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Diwawancarai tanggal 10 Oktober 2016 dan 27 Pebruari I Wayan Aksara, 45 tahun. Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh. Diwawancarai tanggal 11 Oktober C 046 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA DALAM PEMENTASAN DRAMATARI CALONARANG DI PURA DALEM GEDE DESA SUKAWATI KECAMATAN SUKAWATI (PerspektifPendidikan Agama Hindu) Oleh I Wayan Darmajaya Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Oleh Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn ============================================================ Abstrak Tari Pendet merupakan salah

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Barong Landung Durga PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN MASK TAKSU OF SINGAPADU Bentara Budaya Bali FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973 Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater Penulis : Clifford Geertz Oleh : Isnan Amaludin NIM : 08/275209/PSA/1973 Prodi : S2 Sejarah Geertz sepertinya tertarik pada Bali karena menjadi suaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah

Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah I Made Suarya (1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa (2), Ni Ketut

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI Abstrak Globalisasi membawa dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan penghuni jagat ini, termasuk pada masyarakat Bali dan keseniannya. Kesenian

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

MATERI STUDI RELIGI JAWA

MATERI STUDI RELIGI JAWA MATERI STUDI RELIGI JAWA Bahasa dan sastra; karya sastra Jawa Kuna yang tergolong tua; karya sastra Jawa Kuna yang bertembang; karya sastra Jawa Kuna yang tegolong muda; karya sastra yang berbahasa Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Desain Stage Properti Tari Kreasi Baru Satrianing Ganesha PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn DIPENTASKAN PADA PARADE GONG KEBYAR DEWASA DUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Rwa Bhinneda PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA INTERNATIONAL EXHIBITION International Studio For Art And Culture FSRD

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN OLEH: I Wayan Balik Anto NIM: 201203015 PROGRAM STUDI S-1 SENI PEDALANGAN JURUSAN PEDALANGAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 1 2

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG Oleh : I KADEK LAMAT PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA

Lebih terperinci

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Penulis : I Wayan Kardji Foto Cover & Ilustrasi : Repro Editor/Penyelaras

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh: Hamzah Setiadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian LONGSER KETOPRAK Longser merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan, khususnya di daerah Bandung. Pada tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah pertunjukan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN Ni Made Arshiniwati InstitutSeni Indonesia Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar email: arshiniwati@gmail.com ABSTRAK Tariandir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan. Manusia telah mulai menari sejak jaman prasejarah. Awalnya manusia menari hanyalah berdasarkan

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan dalang Ida Bagus Sudiksa tanggal 23 Maret 2011 di rumahnya.

1 Wawancara dengan dalang Ida Bagus Sudiksa tanggal 23 Maret 2011 di rumahnya. Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian I Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan Sebelum melangkah ke dalam pertunjukan Wayang Kulit Calonarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

SKRIPSI MEPAJAR: SEBUAH PERTUNJUKAN TARI SAKRAL DI DESA ADAT KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG OLEH: I MADE LAKSAMANA PUTRA NIM:

SKRIPSI MEPAJAR: SEBUAH PERTUNJUKAN TARI SAKRAL DI DESA ADAT KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG OLEH: I MADE LAKSAMANA PUTRA NIM: SKRIPSI MEPAJAR: SEBUAH PERTUNJUKAN TARI SAKRAL DI DESA ADAT KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG OLEH: I MADE LAKSAMANA PUTRA NIM: 2009. 01. 020 PROGRAM STUDI S1- SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

Drama Tari Kunti Sraya Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar

Drama Tari Kunti Sraya Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar Drama Tari Kunti Sraya Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar Seni Tari yang merupakan salah satu manifestasi dari kesenian Bali dalam realitasnya sangat berperan dalam

Lebih terperinci

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah kabupaten dan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Pelebon PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Pameran Seni Rupa Truly Bagus II Harmony in Diversity Cullity Gallery, Faculty of Architecture,

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali memiliki berbagai fenomena budaya yang menarik untuk dikaji, mulai dari kepercayaan, tarian, seni rupa dan musik yang melengkapi upacara keagamaannya, tempat peribadatannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Satuan Pendidikan : SDN Kebon Dalem Kelas / Semester : IV / 1 Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER MODERN DI DENPASAR

GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER MODERN DI DENPASAR LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER MODERN DI DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan merupakan aktivitas yang mencakup sosial, hiburan, juga kepercayaan atau adat istiadat yang tidak berwujud sebagai benda. Seni pertunjukan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN Oleh I Gusti Agung Malini Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Selain ritual, menusukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1- BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan

Lebih terperinci