BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan bertambahnya volume sampah. Ditambah pola yang semakin beragam (Abdullah, 2011). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 mengemukakan bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Tulang Bawang Barat sebagai salah satu kabupaten di Indonesia yang baru dimekarkan dari Kabupaten Induknya berdasarkan Undang-undang nomor 50 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat di Propinsi Lampung, merupakan daerah yang terus berkembang yang ditandai dengan bertambahnya kawasan pemukiman dan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian. Seiring dengan pembangunan yang terus berjalan dikabupaten Tulang Bawang Barat maka pada dasarnya pembangunan tersebut adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi lain pembangunan ini juga dapat menimbulkan limbah atau sampah yang berdampak negative bagi lingkungan yaitu terjadinya perubahan lingkungan biofisika, lingkungan social ekonomi dan lingkungan budaya. Pembangunan merupakan program nasional di daerah sebagaimana disebutkan dalam UU NO 18 Tahun 2008 pada Bab XVI Ketentuan Peralihan 1

2 2 Pasal 44 bahwa Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan system pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun pasal 15 ayat (2) mengenai Tempat Pemrosesan Akhir () dengan pola sanitary landfill. harus mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan ekologis (Murusali, 2008). Beberapa hal yang diakibatkan oleh pemilihan lokasi sampah yang tidak tepat diantaranya yaitu terjadinya banjir, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, maupun gangguan estetika. Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemilihan lokasi sampah, maka lokasi sampah hendaknya benar-benar ditempatkan sesuai baik dari aspek fisik maupun aspek social dan memenuhi persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup serta tata ruang yang ada. Hal ini telah diatur dalam pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dimana pemerintah kota/kabupaten wajib menyediakan dan mengoperasikan serta melakukan pemilihan sesuai tata ruang wilayah propinsi dan atau kabupaten/kota dengan lokasi yang memenuhi aspek geologi, hidrologi, kemiringan zona, jarak dari pemukiman maupun lapangan

3 3 terbang, tidak berada diarea cagar alam serta bukan daerah banjir perulangan 25 tahunan. Dan dalam SNI kosong tiga, tiga dua empat satu tahun seribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan (SNI ) dijelaskan mengenai Tata Cara Pemilihan sampah dengan melihat 3 kriteria, yaitu: kriteria regional, criteria penyisihan dan criteria penetapan yang dilakukan dengan analisa spasial menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) kemudian di overlay sesuai dengan criteria dari SNI Rumusan Masalah Perkembangan kabupaten TulangBawang Barat sebagai salah satu kabupaten otonomi baru di propinsi Lampung telah meningkatkan jumlah penduduk, aktifitas pembangunan serta aktifitas perekonomian, maka berdampak pula pada jumlah timbulan sampahnya sehingga perlu didukung dengan system pengelolaan sampah yang terencana dengan baik salah satunya adalah dengan menentukan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. Adapun beberapa permasalahan yang mendasardi kabupaten Tulang Bawang Barat antar alain : 1. Sebagai salah satu daerah pemekaran baru di propinsi Lampung maka kabupaten Tulang Bawang Barat dalam mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah dengan pembangunan tempat pemrosesan akhir () sampah sebagai salah satu system prasarana pengelolaan lingkungan;

4 4 2. Belum tersedianya tempat sampah sehingga masyarakat kabupaten Tulang Bawang Barat banyak memanfaatkan lahan-lahan kosong dan sungai sebagai tempat membuang sampah. Dari beberapa permasalahan di atas maka pertanyaan penelitian (research question) adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menentukan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah di kabupaten Tulang Bawang Barat agar mendapatkan lokasi yang tepat; 2. Bagaimana menentukan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah yang sesuai dengan Strategi Arahan Kebijakan Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung proyeksi jumlah penduduk, jumlah timbulan sampah serta proyeksi jumlah sampah yang akan masuk tempat pemrosesan akhir sampah di kabupaten Tulang Bawang Barat; 2. Menghitung kebutuhan luas lahan sampah sesuai umur perencanaan sampah; 3. Menentukan alternative lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah yang sesuai dengan persyaratan lingkungan dan kebijakan daerah di kabupaten Tulang Bawang Barat serta Standar Nasional Indonesia (SNI ). 1.4 Sasaran Penelitian Adapun yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

5 5 1. Mengidentifikasi potensi pertumbuhan jumlah penduduk serta timbulan sampah di kabupaten TulangBawang Barat; 2. Menganalisis kebutuhan luas lahan Tempat Pemrosesan Akhir () sampah di kabupaten Tulang Bawang Barat; 3. Menentukan alternative Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah di kabupaten Tulang Bawang Barat 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat-manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam bidang pembangunan bagi pemerintah kabupaten Tulang Bawang Barat diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam menempatkan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah. 2. Dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya penentuan lokasi yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. 3. Dapat digunakan sebagai pembelajaran dan juga sebagai tambahan refernsi apabila ada penelitian sejenis. 1.6 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat memberikan hasil yang maksimal maka akan diberikan beberapa batasan, antara lain: 1. Lokasi penelitian adalah wilayah kabupaten Tulang Bawang Barat yang meliputi 8 (delapan) kecamatan;

6 6 2. Tempat Pemrosesan Akhir () mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga; 3. Tata cara pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah menggunakan SNI tentang Tata Cara Pemilihan sampah. 4. Kelayakan lokasi sampah berdasarkan kelayakan geografi, arah kebijakan daerah RTRW kabupaten Tulang Bawang Barat dan kelayakan criteria penyisih SNI sampah terpisah dari lokasi pelaksanaan prinsip 3R (TPS 3R). 1.7 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terkait pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir () sampah,antara lain dapat dilihat pada Tabel 1.1.

7 7 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Penulis, No. Tahun 1. Mizwar, Ade Basyarat, 2006 Tujuan Metode Lokasi Analisis lahan dengan Kec. menggunakan metode Cempaka scoring dan Banjarbaru, pembobotan Kalimantan Selatan Evaluasi Analisis kritis terhadap sampah kelayakan criteria pemilihan lokasi Leuwinanggu sampah sampah SK SNI ng- Kota Leuwinanggung Depok Hasil Pemanfaatan ruang Kota Depok untuk 3. La Uji Citra Landsat Kabupaten Murusali, ETM+, dan analisis SIG Muna, 2008 dengan pendekatan Sulawesi kuantitatif Tenggara 4. Hasmanto Pembobotan Parameter Kota Bandar Alternatif Abdullah, dengan pertimbangan lampung, lokasi 2011 abiotic, biotik, culture Lampung 5. Muartaqhn Metode scoring pada Kecamatan Daya dukung an Hefrie, parameter kelayakan Prambanan fisik lahan 2012 regional dan parameter Kabupaten dalam kesesuaian lahan Sleman, penentuan Yogyakarta 6. Desy Analisis menggunakan Kabupaten Alternatif Renisita, kelayakan geografi Tulang lokasi 2013 dengan bantuan Sistem Bawang Informasi Geografi Barat, (SIG), kelayakan Lampung Kebijakan Daerah serta kelayakan criteria penyisih SNI