THE DIFFERENCES OF FUNICULLUS UMBILICALIS BLOOD ph IN ASPHYXIA AND NOT ASPHYXIA BABY AT MARGONO SOEKARDJO HOSPITAL PURWOKERTO IN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE DIFFERENCES OF FUNICULLUS UMBILICALIS BLOOD ph IN ASPHYXIA AND NOT ASPHYXIA BABY AT MARGONO SOEKARDJO HOSPITAL PURWOKERTO IN 2014"

Transkripsi

1 THE DIFFERENCES OF FUNICULLUS UMBILICALIS BLOOD ph IN ASPHYXIA AND NOT ASPHYXIA BABY AT MARGONO SOEKARDJO HOSPITAL PURWOKERTO IN 2014 Des Alifia Mega Purnama, Sugi Purwanti ABSTRACT Asphyxia was a condition the newborn had the respiratory failure spontaneously and could be regular soon after birth. One of the factor that caused the asphyxia was mother hypoxia. Mother hypoxia was the condition the mother blood lacked of the oxygen and caused the blood ph decrease, so had the acidic condition in the blood that called acidosis. The acidosis condition as the hypoxia directly cause was the main cause was the adaptation of respiratory failure in newborn infant.knowing the differences of funicullus umbilicalis blood ph in asphyxia and not asphyxia baby at Margono Soekardjo Hospital Purwokerto in The type of research in this study was comparative study with cross sectional approach. The sample in this study as many as 33 baby. The sampling technique usedaccidental sampling method. The analysis in this study used independent t test.based on the research result there were 19 baby (57,6%) had the blood ph classified as acid, 6 baby (18,2%) had netral blood ph and 8 baby (24,2%) had the alkali blood ph. The asphyxia baby more (69,7%) than the baby who not asphyxia (30,3%). Independent t test showed that there was a differences between ada funicullus umbilicalis blood ph in the asphyxia newborn with not asphyxia newborn (p= 0,000 < α 0,05).There was a differences between ada funicullus umbilicalis blood ph in the asphyxia newborn with not asphyxia newborn in Prof. Dr. Margono Soekardjo hospital in Keywords : Asphixia, Blood ph, Funicullus Umbilicalis PERBEDAAN PH DARAH TALI PUSAT PADA BAYI ASFIKSIA DAN TIDAK ASFIKSIA DI RSUD MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO TAHUN 2014 ABSTRAK Latar belakang: Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Salah satu faktor yang menyebabkan asfiksia adalah hipoksia ibu. Hipoksia ibu merupakan keadaan dimana darah ibu kekurangan oksigen dan mengakibatkan ph darah menurun, sehingga menciptakan suasana asam dalam darah yang disebut dengan asidosis. Keadaan asidosis sebagai akibat langsung dari hipoksia ibu merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi pernapasan pada bayi baru lahir.

2 2 Tujuan: Mengetahui perbedaan ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun Metode: Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah comparative studydengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 bayi.teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakanaccidental sampling. Analisis menggunakan uji independent t test. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 19 bayi (57,6%) memiliki ph darah yang tergolong asam, 6 bayi (18,2%) memiliki ph darah netral dan sisanya 8 bayi (24,2%) memiliki ph darah basa. Bayi yang mengalami asfiksia lebih banyak (69,7%) dibandingkan dengan yang tidak asfiksia (30,3%). Uji independent t test menunjukkan bahwa ada perbedaan antara ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia (p= 0,000 < α 0,05). Kesimpulan: Ada perbedaan antara ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo tahun Kata Kunci : Asfiksia, ph Darah, Funicullus Umbilicalis PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Faktor utama yang mempengaruhi angka kematian bayi tersebut diantaranya berupa asfiksia (34%), infeksi dan komplikasi lahir dini (23%) serta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (31%) (SDKI, 2012). Berdasarkan data

3 3 prevalensi di atas, asfiksia menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia. Asfiksia merupakansuatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Dewi, 2010). Menurut Mansjoer (2002), yang di kutip oleh Suryandari dkk (2011), asfiksia dapat mengakibatkan edema otak, perdarahan otak, anuria atau oliguria, hiperbilirubinemia, kejang, koma dan hipotermia. Faktor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah hipoksia ibu, usia ibu, jumlah gravida, penyakit ibu, plasenta previa, solusio plasenta, prematuritas, gangguan tali pusat, partus lama, aliran darah uterus dan partus buatan (Gomella, 2009). Hipoksia ibu merupakan keadaan dimana oksigen dalam darah ibu berkurang dan mengakibatkan ph darah menurun, sehingga menciptakan suasana asam dalam darah yang disebut dengan asidosis. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) (Gondosari, 2010). Keadaan asidosis sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi pernapasan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009). Kegagalan adaptasi pernapasan pada bayi baru lahir diawali sejak masa kehamilan. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan lanjutan asfiksia janin yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan pertukaran O 2 dan CO 2 dalam darah transplasenter yang mengakibatkan keasaman pada darah (Dewi, 2010). Keasaman pada darah dinyatakan dengan menggunakan istilah ph atau derajat keasaman yaitu suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. Nilai normal ph adalah 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai ph < 7 menunjukkan keasaman. ph 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan ph 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi (Radityo, 2011). Derajat keasaman (ph) dapat diukur melalui berbagai metode yang diantaranya adalah penggunaan kertas lakmus yang merupakan metode paling sederhana, penggunaan phmeter dan analisis gas darah. Pemeriksaan ph darah

4 4 diukur melalui analisis gas darah yaitu suatu pemeriksaan darah yang dilakukan melalui darah arteri (Yusup, 2009). Manfaat diketahuinya ph darah adalah untuk mendiagnosis suatu kelainan sistem yang ada dalam tubuh baik secara langsung maupun tidak dapat menimbulkan suatu kelainan yang membahayakan hidup seseorang. ph darah pada bayi baru lahir menunjukkan adanya suatu kelainan yang diderita oleh bayi tersebut. Asam atau tidaknya darah pada bayi dapat dideteksi dalam darah yang terdapat pada tali pusat (funicullus umbilicalis). Darah yang ada pada tali pusat merupakan darah sejak saat bayi di kandungan yang ikut berkontribusi dalam pengaturan metabolisme bayi termasuk kelainan dan komplikasi yang terjadi pada bayi (Amstrong dan Stenson, 2007). Adanya pemeriksaan ph darah funicullus umbilicalis akan menunjukkan adanya ketidaknormalan darah yang ikut berperan menyebabkan suatu komplikasi pada bayi terutama asfiksia. Keuntungan dari pemeriksaan ph darah tali pusat yaitu agar diketahui bahwa ada kaitan antara darah bayi sejak saat dalam kandungan dengan komplikasi setelah bayi lahir dan dari itu diharapkan akan mencegah komplikasi berulang pada bayi yang lain dengan cara menghindari faktor penyebab komplikasi sejak bayi masih dalam kandungan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa kelainan dan penyakit pada bayi baru lahir yang salah satunya adalah asfiksia ditandai dengan rendahnya ph dalam darah (Amstrong dan Stenson, 2007). ph darah pada neonatus atau bayi baru lahir yang mengalami asfiksia adalah < 7,3, sedangkan bayi yang tidak asfiksia memiliki ph darah 7,3. Darah bayi yang diperiksa untuk mengetahui keasamannya adalah darah arteri funicullus umbilikalis yang merupakan darah janin sejak masa kehamilan (Amstrong dan Stenson, 2007). Gangguan aliran darah tali pusat 50% secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin serta menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir berupa adaptasi pernapasan bayi baru lahir (Gondosari, 2010).

5 5 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto didapatkan data bayi lahir bulan Januari-November 2013 sebanyak bayi. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah bayi normal sebanyak bayi, bayi dengan asfiksia sebanyak 817 bayi, bayi BBLR sebanyak 980 bayi, bayi hipotermi sebanyak 25 bayi, 7 bayi dengan kelainan kongenital dan sisanya bayi dengan komplikasi lain. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kejadian asfiksia di RSUD Margono Soekardjo termasuk dalam kejadian terbanyak kedua setelah BBLR. TINJAUAN PUSTAKA A. Asfiksia Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi berupa kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis, konsekuensi fisiologis yang terutama terjadi pada asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria menurut WHO (2008), didapatkan adanya gangguan neurologis berupa Hypoxic Ischaemic Encepalopaty (HIE), akan tetapi kelahiran ini tidak dapat diketahui dengan segera. Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir, kegagalan ini juga berakibat pada terganggunya fungsi dari masing-masing jaringan dan organ yang akan menjadi masalah pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir (Prawirohardjo, 2009). B. ph (Derajat Keasaman) phatau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai ph < 7 menunjukkan keasaman. ph 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi dan ph 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus

6 6 yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah (Firmansyah, 2013). C. ph Darah Pada Asfiksia Periode perinatal merupakan masa terjadinya perubahan status kardiopulmoner pada bayi. Sistem respirasi mengalami perubahan, pada awalnya janin bergantung dari maternal menjadi bayi yang harus memenuhi kebutuhan dengan sendirinya. Respirasi yang bergantung pada plasenta harus digantikan oleh paru-paru dalam hitungan menit setelah persalinan. Sistem kardiovaskuler juga berubah secara dramatis dimana sirkulasi yang berlangsung paralel menjadi sirkulasi yang serial. Sehingga diperlukan proses adaptasi dan maturasi dari bayi baru lahir terhadap perubahan lingkungannya (Bawono, 2005). Pemeriksaan analisis gas darah pada bayi merupakan teknik yang telah lama dikenal dalam menentukan assesment, pengobatan dan prognosis dari bayi. Analisis gas darah merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami keadaan yang sakit atau mengalami masa kritis. Dari analisis gas darah dapat kita ketahui informasi mengenai oksigenasi pada bayi tersebut. Hambatan yang dapat ditemui dalam melakukan pemeriksaan ini adalah dalam mengambil sampel untuk pemeriksaan (Bawono, 2005). Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari akses yang tepat untuk menentukan analisis gas darah tersebut. Brouillette dan Waxman (2007), mengungkapkan bahwa lokasi pengambilan yang menunjukkan analisis mengenai oksigenasi adalah di pembuluh darah arterial, akan tetapi tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam lokasinya apakah dari umbilikus atau perifer. Pemeriksaan analisis gas darah pada bayi asfiksia didapatkan peningkatan kadar PaCO2, penurunan ph, PaO2, bikarbonat dan gangguan pada defisit basa. Mohan (2004), dalam penelitiannya menetapkan kadar PaO2 < 50 mmh2o, PaCO2 > 55 mmh2o, ph < 7,3 merupakan parameter terjadinya asfiksia. Sedangkan American Heart Association (2006),

7 7 menetapkan salah satu kriteria terjadinya asfiksia adalah adanya asidemia yang ditandai dengan kadar ph < 7,3. Perubahan ph darah dihubungkan dengan gangguan metabolisme. Ketika ph turun, darah lebih asam dan merupakan adanya asidosis (Sweet, 2000). Dalam menentukan adanya asidosis, akibat ph pada darah janin, kenaikan asam lactic, asidosis menjadi lebih berat. Hipoksia persisten dapat menunjukkan adanya akumulasi asam lactic dalam jaringan otak janin dan menunjukkan oedema serta kerusakan pada cerebral (Seller, 1993 dalam Ramdani, 2013). Darah selalu mengandung sedikit alkali, ph darah adalah 3,35 sampai 7,45, angka ini tetap dipertahankan, sedikit saja berubah, baik kearah asam atau basa dapat dipengaruhi kondisi janin. Asidosis menekan aktivitas mental, jika asidosis berlebihan (ph darah dibawah 7,0) akan menyebabkan disorientasi, koma dan kematian. Sebagian besar janin akan menoleransi asidemia intrapartum dengan ph samapai 7,00 tanpa menimbulkan gangguan neurologis. ph darah <7,10 dapat menyebabkan reflek vasokontriksi paru yang mengakibatkan terganggunya pertukaran gas lebih lanjut (Pearce, 2002 dalam Ramdani, 2013). Tubuh menggunakan penyangga ph (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam ph darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan ph suatu larutan. Penyangga ph yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat (Gondosari, 2010). Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah

8 8 karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur ph darah menit demi menit (Gondosari, 2010). Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya ph darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan terkadang menyebabkan meningkatnya ph darah (Gondosari, 2010). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian comparative studydengan pendekatancross sectional. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir spontan pada bulan Mei 2014 di RSUD Prof.Dr. Margono Soekardjo yang berjumlah 50 bayi baru lahir..pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data yang sudah terolah, akan dianalisis menggunakan analisis univariate dan bivariate. Analisis univariate digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel-variabel bebas dan terikat, sedangkan analisis bivariate digunakan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan pengujian statistik berupa independent t test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi ph darah funicullus umbilicalis pada bayi baru lahir

9 9 Grafik 1. Deskripsi ph darah funicullus umbilicalis pada bayi baru lahir di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2014 Grafik 1 menjelaskan bahwa variabel ph darah funicullus umbilicalis pada bayi baru lahir memiliki nilai minimum sebesar 5 (asam), maksimumsebesar 7,5 (basa), mean sebesar 6,58 dan standar deviasi sebesar 0,714. Data tersebut menunjukkan rata-rata ph darah yang dimiliki bayi baru lahir RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2014 dalam kategori asam. phatau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai ph < 7 menunjukkan keasaman. ph 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi dan ph 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi (Firmansyah, 2013). Perubahan ph darah dihubungkan dengan gangguan metabolisme. Ketika ph turun, darah lebih asam dan merupakan adanya asidosis (Sweet, 2000). Dalam menentukan adanya asidosis, akibat ph pada darah janin, kenaikan asam lactic, asidosis menjadi lebih berat. Hipoksia persisten dapat menunjukkan adanya akumulasi asam lactic dalam jaringan otak janin dan menunjukkan oedema serta kerusakan pada cerebral (Seller, 1993 dalam

10 10 Ramdani, 2013). Darah selalu mengandung sedikit alkali, ph darah adalah 3,35 sampai 7,45, angka ini tetap dipertahankan, sedikit saja berubah, baik kearah asam atau basa dapat dipengaruhi kondisi janin. Asidosis menekan aktivitas mental, jika asidosis berlebihan (ph darah dibawah 7,0) akan menyebabkan disorientasi, koma dan kematian. Sebagian besar janin akan menoleransi asidemia intrapartum dengan ph samapai 7,00 tanpa menimbulkan gangguan neurologis. ph darah <7,10 dapat menyebabkan reflek vasokontriksi paru yang mengakibatkan terganggunya pertukaran gas lebih lanjut (Pearce, 2002 dalam Ramdani, 2013). Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya ph darah.alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan terkadang menyebabkan meningkatnya ph darah (Gondosari, 2010). Berdasarkan paparan di atas, darah ibu hamil yang mengandung lebih banyak karbondioksida akan sulit mengikat oksigen yang akhirnya kandungan asam di dalam darah meningkat. Meningkatnya asam di dalam darah mengakibatkan hipoksia ibu dan janin dimana hipoksia janin akan dapat berlanjut pada saat janin dilahirkan yaitu suatu keadaan yang disebut asfiksia. Upaya mencegah menurunnya ph darah pada ibu hamil adalah dengan menghindari penyebab yang dapat menurunkan ph darah yang disebutkan di atas terutama harus mencukupi mineral dalam tubuh karena janin sangat membutuhkan mineral yang banyak selama proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam kandungan (Dewi, 2010). B. Deskripsi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir

11 11 Grafik 2. Deskripsi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2014 Sumber: Data Primer Penelitian Mei 2014 Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui bahwa bayi baru lahir yang mengalami asfiksia lebih banyak yaitu 23 bayi (69,7%) daripada bayi baru lahir yang tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 10 bayi (30,3%). Banyaknya bayi baru lahir yang asfiksia disebabkan oleh karena RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang sering sekali menerima pasien bersalin dengan komplikasi baik ibu ataupun janin yang ada dalam kandungan, sehingga suatu hal yang wajar apabila kejadian asfiksia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak asfiksia. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Dewi, 2010).

12 12 Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara, proses ini dianggap perlu merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan pernafasan dapat menyebabkan gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida sehingga menimbulkan berkurangnya oksigen dan meningkatkan karbondioksida, diikuti dengan asidosis respiratorik (Radityo, 2011). Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel akan berlangsung dalam suasana anaerobik yang berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama glikogen terutama pada jantung dan hati akan berkurang dan asam organik yang terjadi menyebabkan asidosis metabolik (Gupta et al, 2005). Neonatus dengan asfiksia neonatorum didapatkan PaO 2 < 50 mmh 2 O, PaCO 2 > 55 mmh 2 O, ph < 7,3 (Fitzpatrick et al, 2004).WHO (2008), sudah menambahkan kriteria dalam penegakkan diagnosis asfiksia selain berdasarkan skor APGAR dan adanya asidosis metabolik, ditambahkan adanya gangguan fungsi organ berupa gejala neurologis berupa Hypoxic Ischaemic Encephalopathy (HIE). Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Varney (2008), bahwa kondisi penurunan ph darah akan menyebabkan asidosis metabolik yang lebih lanjut menyebabkan vasokonstriksi paru dan juga menyebabkan penurunan produksi surfaktan dan akan menyebabkan gawat pernapasan. C. Perbedaan ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dan bayi yang tidak asfiksia Tabel 1. Perbedaan ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dan bayi yang tidak asfiksia ph darah funicullus umbilicalis n M ean t p 33-1, ,966 0,000 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa perbedaan rata-rata dari ph darah funicullus umbilicalis antara bayi asfiksia dengan yang tidak asfiksia sebesar -

13 13 1,01043, artinya rata-rata ph darah funicullus umbilicalis bayi yang asfiksia lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata ph darah bayi yang tidak asfiksia. Nilai t hitung diketahui sebesar -6,966 dengan nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan signifikan antara ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia. Periode perinatal merupakan masa terjadinya perubahan status kardiopulmoner pada bayi. Sistem respirasi mengalami perubahan, pada awalnya janin bergantung dari maternal menjadi bayi yang harus memenuhi kebutuhan dengan sendirinya. Respirasi yang bergantung pada plasenta harus digantikan oleh paru-paru dalam hitungan menit setelah persalinan. Sistem kardiovaskuler juga berubah secara dramatis dimana sirkulasi yang berlangsung paralel menjadi sirkulasi yang serial. Sehingga diperlukan proses adaptasi dan maturasi dari bayi baru lahir terhadap perubahan lingkungannya (Bawono, 2005). Pemeriksaan analisis gas darah pada bayi merupakan teknik yang telah lama dikenal dalam menentukan assesment, pengobatan dan prognosis dari bayi. Analisis gas darah merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami keadaan yang sakit atau mengalami masa kritis. Dari analisis gas darah dapat kita ketahui informasi mengenai oksigenasi pada bayi tersebut. Hambatan yang dapat ditemui dalam melakukan pemeriksaan ini adalah dalam mengambil sampel untuk pemeriksaan (Bawono, 2005). Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari akses yang tepat untuk menentukan analisis gas darah tersebut. Brouillette dan Waxman (2007), mengungkapkan bahwa lokasi pengambilan yang menunjukkan analisis mengenai oksigenasi adalah di pembuluh darah arterial, akan tetapi tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam lokasinya apakah dari umbilikus atau perifer. Suatu hal yang layak apabila ada perbedaan ph darah bayi asfiksia dengan yang tidak asfiksia karena telah diketahui bahwa pernafasan manusia berhubungan dengan adanya oksigen di dalam tubuhnya yang terikat pada

14 14 aliran darah. Semakin sedikit kandungan oksigen dalam darah seseorang, maka system pernafasan orang tersebut akan mengalami gangguan. Begitupun halnya dengan yang dialami oleh ibu hamil, apabila kandungan oksigen dalam darahnya mengalami penurunan, maka akan terjadi gangguan pernafasan baik bagi ibu sendiri maupun janin yang dikandungnya. Hal tersebut didukung oleh adanya hasil penelitian Mohan (2004), yang menyatakan bahwa pemeriksaan analisis gas darah pada bayi asfiksia didapatkan peningkatan kadar PaCO2, penurunan ph, PaO2, bikarbonat dan gangguan pada defisit basa. Mohan (2004), dalam penelitiannya juga menetapkan kadar PaO2 < 50 mmh2o, PaCO2 > 55 mmh2o, ph < 7,3 merupakan parameter terjadinya asfiksia. Sedangkan American Heart Association (2006), menetapkan salah satu kriteria terjadinya asfiksia adalah adanya asidemia yang ditandai dengan kadar ph < 7,3. KESIMPULAN 1. Rata-rata ph darah funicullus umbilicalis pada bayi baru lahir ada pada kategori asam. 2. Sebagian besar bayi baru lahir di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo tahun 2014 mengalami asfiksia. 3. Ada perbedaan ph darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun DAFTAR PUSTAKA Aggarwal, A., Kumar, P., Chowdary, G. (2005). Evaluation of renal function in asphyxiated newborns. Trop Ped: 51: Amri, R.P. (2008). Hubungan persalinan preterm dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Pariaman tahun Karya Tulis Ilmiah. Pariaman: Stikes Piala Sakti Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

15 15 Bawono, S.B. (2005). Gambaran analisis gas darah arteri umbilikalis neonatus pada preeclampsia berat. Unpublished master s thesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Brouillette RT, Waxman DH. (2007). Evaluation of the newborn s blood gas status. Clin chemistry. 2007; 43(1): Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba Medika Dharmasetiawani, N. (2008). Asfiksia dan resusitasi bayi baru lahir. Jakarta: IDAI Firmansyah. (2013). Keseimbangan asam basa dalam darah. [On-line]. Terdapat pada: Akses tanggal 2 April Fitzpatrick, MM., Kerr, S.J., Bradburry, M.G. (2004). Clinical pediatric nephrology. Oxford: Buttenvorth-Heinemann. Ginting, A.B. (2010). Asfiksia pada neonatus. [On-line]. Terdapat pada: neonatus. html. Akses tanggal 2 April Gomella, T. L. (2009). Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. USA: McGraw-Hill Companies. Gondosari. (2010). Keseimbangan asam basa dalam darah. [On-line]. Terdapat pada: Akses tanggal 12 November Gupta, B.D., Sharma, P., Bagla, J., Parakh, M., Soni, J.P. (2005). Renal failure in asphyxiated neonates. Indian Ped: 42: Karlowicz, M.G., Adelman, R.D. (2005). Nonoliguric and oliguric acute renal failure in asphyxiated term neonates. Pediatr Nephrol: 9: Manuaba, I, B, G. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC Marnoto, I. (2010). Derajat keasaman. Jakarta: Erlangga. Mohan, P.V. (2004). Renal insult in asphyxia neonatorum. Indian Ped: 37: Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

16 16 Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Radityo, A.N. (2011). Asfiksia neonatorum sebagai faktor risiko gagal ginjal akut. Sari Pediatri 2012: 13(5): Ramdani, P. (2012). Hubungan kadar ph darah funiculus umbilicalis dengan asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Cilacap. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Desember 2013, hlm Santjaka, A. (2009). Biostatistik. Purwokerto Timur: Global Internusa. Santjaka, A. (2011). Statistik untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. SDKI. (2012). Laporan Pendahuluan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Sugiyono. (2010). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta. Suryandari, A.E., Purwanti, S., & Sumarni. (2011). Buku ajar askeb neonatus, bayi dan balita. Purwokerto: Akbid YLPP Purwokerto. WHO. (2008). Basic newborn resuscitation: a practical guide. [On-line]. Terdapat pada: reproductive-health/ publications/ newborn_resus_citation/index.html. Akses tanggal 12 Januari Yusup, M. (2009). Pemeriksaan analisis gas darah. [On-line]. Terdapat pada: Akses tanggal 13 November 2013.

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 Ayu Wulansari 1, Tonasih 2, Eka Ratnasari 3 ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010) BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa gagal nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan Ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. World Health Organisation (WHO) mencatat sekitar delapan juta perempuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi ibu berdasarkan karakteristik umur saat bersalin di RSUD Sukoharjo didapatkan hasil ibu bersalin umur 20-35

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR ph DARAH FUNICULUS UMBILICALIS DENGAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD CILACAP

HUBUNGAN KADAR ph DARAH FUNICULUS UMBILICALIS DENGAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD CILACAP HUBUNGAN KADAR ph DARAH FUNICULUS UMBILICALIS DENGAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD CILACAP Putri Ramdani, Irma Wijiastuti, Yuliawati, Tri Susanti Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap Jalan Dr.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK Lismiati Akademi Kebidanan Wira Buana Metro Email : lismi_ati@yahoo.co.id Abstrak Angka kejadian asfiksia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO Sri Wahyuni 1), Ainiatuz Zulfa 2) Abstrak : Latar Belakang Penelitian. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya

Lebih terperinci

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI DiajukanOleh: DENTA ADITYA EPISANA J 500 060

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM Tinjauan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Juni 2014-Juni 2015 Novia Fajarwati 1, Pudji Andayani 2, Lena Rosida 3 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan waktu yang paling rawan untuk kelangsungan hidup anak. Pada tahun 2015, 2,7 juta neonatus meninggal, merepresentasikan 45% dari kematian anak

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK Dinamika Kesehatan, Vol. 6 No. 2 Desember 2015 Khadijah et al., Gambaran Tingkat Ikterus Fisiologis... GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016 Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana Volume NO, September 7 ISSN:54-5387 HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 6 Erma Mariam Akademi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor penyebab kematian ibu hamil dipengaruhi oleh penyakit ibu, yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia. Abruptio plasenta adalah terlepasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak dan setiap tahunnya kira-kira 3%

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM Tuti Rohani, Syuhada Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul email: rohani.tuti@yahoo.com Abstrak: Karakteristik Bayi Baru Lahir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015 Nurhasanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 45135 Email: khansa_noer@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi bayi baru lahir yang baru mengalami proses kelahiran sangat perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). Kehidupan antara intrauterine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. Hal tersebut merupakan tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Dasar Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Lahir asfiksia merupakan penyebab terbesar kelima kematian anak balita (8,5%) setelah pneumonia, diare, infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Angsar, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM.1212020025 Subject : Anemia, Asfiksia Neonatorum, bayi Description : Asfiksia neonatorum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara

Lebih terperinci

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang 1) Elli Yafit Viviawati 2) Luvi Dian Afriyani 3) Yunita Galih Yudanari 1) Fakultas

Lebih terperinci

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum ISSN : 2339-1731 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Novisye Katiandagho 1,Kusmiyati 2. 1. RSUD Liun Kendage Tahuna 2, Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, e-mail:kusmiyati98@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU Suroso 1, Sunarsih 2 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Apgar Score,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marmi, 2012). Bayi baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah

Lebih terperinci

Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Asfiksia merupakan salah satu penyebab Artikel Asli Asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut Adhie Nur Radityo, M Sholeh Kosim, Heru Muryawan Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2007-2008 Afriyani Kurniawati Putri¹, Ismarwati², Warsiti³ Intisari: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan masa yang kritis sepanjang kehidupan bayi. Perubahan minimal yang terjadi sebelum atau pada saat persalinan, dapat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami perempuan dalam masa reproduksi. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung

Lebih terperinci

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil LBM 1 Bayiku Lahir Kecil STEP 1 1. Skor Ballard dan Dubowitz : penilaian dilakukan sebelum perawatan bayi, yang dinilai neurologisnya dan aktivitas fisik 2. Kurva lubschenko dan Nellhause : 3. Hyaline

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011. Husin :: Eka Dewi Susanti

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011. Husin :: Eka Dewi Susanti HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011 Husin :: Eka Dewi Susanti ISSN : 2086-3454 VOL 05. NO 05 EDISI 23 JAN 2011 Abstrak

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Junita caroline Gerungan 1, Syuul Adam 2, Fredrika Nancy Losu 3 1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Sutaryono 2), Sri Lestari 3) STIKES Muhammadiyah Klaten ABSTRAK

Lebih terperinci

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM Supriyanti*, Tri Indah Idi Retnani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

Prevalensi Derajat Asfiksia Neonatorum pada Berat Badan Bayi Lahir Rendah. The Prevalence of Asphyxia Neonatorum Severity In Low Birth Weight Infants

Prevalensi Derajat Asfiksia Neonatorum pada Berat Badan Bayi Lahir Rendah. The Prevalence of Asphyxia Neonatorum Severity In Low Birth Weight Infants Prevalensi Derajat Asfiksia Neonatorum pada Berat Badan Bayi Lahir Rendah Afiana Rohmani 1, Lilia Dewiyanti 1, Prima Maulana cahyo Nugroho 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 Wachyu Amelia Dosen STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: amelia.wachyu@yahoo.com

Lebih terperinci

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id GAMBARAN BERAT PLASENTA TERHADAP BERAT LAHIR BAYI Laila

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN BAYI DENGAN ASFIKSIA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Joyo Minardo, Kartika Sari, Tutik Susilowati, Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo joyo_minardo@yahoo.co.id ABSTRACT

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan... HUBUNGAN PERSALINAN TINDAKAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Winda Maolinda 1, Desilestia Dwi Salmarini 2, Mariani 1 1 Program Studi DIV Bidan Pendidik,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE 2010-2012 NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH: LIA LISMIATI 201210104173 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kejadian gagal bernapas secara spontan dan teratur pada bayi baru lahir. Kelainan ini ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis

Lebih terperinci

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung Raditiya B, Berawi M, Kurniawan B Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Elvi Nola Gerungan 1, Meildy Pascoal 2, Anita Lontaan 3 1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 2. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Adriana Palimbo 1, RR. Dwi Sogi Sri Redjeki 2, Arum Kartikasari

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM SUMMARY FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Tri Rahyani Turede NIM 841409074 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN PENANGANAN ASFIKSIA BERAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG NICU RSUP PROF DR R.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN PENANGANAN ASFIKSIA BERAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG NICU RSUP PROF DR R. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN PENANGANAN ASFIKSIA BERAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG NICU RSUP PROF DR R.D KANDOU MANADO Sutriani Lumatauw Lucky Kumaat Michael Karundeng Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Dina Hartatik, Enny Yuliaswati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : YOLANDA KOLO

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : YOLANDA KOLO STUDI KASUS PADA By. Ny. T UMUR 2 HARI YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA DI RUANG TERATAI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YOLANDA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Yuni Asih 1, Saryono 2, Puji Kurniati 1 1 Akademi Kebidanan Paguwarmas Maos,

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

EVALUASI PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN EVALUASI PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2-2 Khuriyah, Dyah Fajarsari, dan Lina Dwi Puji Rahayu Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 03 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Ussy Putri Mulia 0300409 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR CORRELATION BETWEEN PREMATURE RUPTURE AND LABOR IN SECTIO CAESAREA WITH ASPHYXIA IN INFANT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN An-Nadaa, Vol 1 No.2, Juni 2014, hal 48-52 ISSN 2442-4986 HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN Determine the

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 Penyebab utama yang menyumbang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Nani Hendriani 1, Fitrina Nurul Fauziah 1 1 Program Studi D III Kebidanan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM

HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM 1212010051 SUBJECT: Tekanan Darah, Ibu, Asfiksia Neonatorum DESCRIPTION:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015: 116-120 HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Neneng Siti Lathifah(¹), Nurul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran dapat terjadi pada neonatus. Prevalensi gangguan pendengaran bilateral kongenital sedang sampai sangat berat pada neonatus berkisar antara 1 dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal, Angka Kematian Bayi (AKB)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN TAHUN 2009

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN TAHUN 2009 HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN TAHUN 2009 MUNTARI STIKES NU Tuban PRODI DIII Kebidanan ABSTRAK Ketuban pecah dini adalah pecahnya

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH Differences Result Of Infant Outcome Between High Parity Mother And Low Parity Mother Yogi Andhi Lestari 1*, Sohimah 2, Evy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) pada tujuan yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES

ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES Melania Wahyuningsih 1, *, Anita Liliana 2 1,2 Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta melaniawahyuningsih@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKB (Angka Kematian Bayi) menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab

Lebih terperinci

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun ) KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Vivin Supinah Dosen Tetap Akbid Nadira Bandar Lampung ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu masalah nutrisi makro yang masih membutuhkan perhatian

Lebih terperinci

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT UMUR KEHAMILAN DENGAN RESIKO MENDERITA AUTIS PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN DI POSYANDU WILAYAH DESA MENGANTI Ita Rahmawati 1 Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara Email : rahma.safii@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kehamilan merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan. Komplikasi kehamilan merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu dan janin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% penyebab kematian neonatal di seluruh dunia adalah komplikasi dari kelahiran prematur, infeksi neonatal dan asfiksia (WHO, 2006). Di Indonesia, penyebab

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila* Dini Novia Sari** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Resa Valentri*, Dessy Hertati, Nobella Kristia Angelina Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disepakati oleh negara di seluruh dunia pada tahun 2000. World

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci