BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan-tujuan pribadi yang bersaing atau berlawanan dengan tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan-tujuan pribadi yang bersaing atau berlawanan dengan tujuan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Teori Agensi Fakta yang mendasar pada teori agensi adalah para manajer memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing atau berlawanan dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan untuk membuat keputusan, di mana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Potensi konflik kepentingan terjadi antara agen dengan pemegang saham luar atau antara agen dengan kreditor atau pemilik utang (Brigham, 2006: 36). Agency problem akan timbul karena tindakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan akan memperoleh keuntungan yang baik untuk pemilik atau pemegang saham perusahaan. Keuntungan yang diperoleh adalah penghematan pajak sehinggan kas yang dinikmati pemilik atau pemegang saham akan menjadi lebih besar. Tim manajer akan mendapatkan kompensasi pula dari para pemilik maupun pemegang saham perusahaan. Terlebih lagi, tim manajer bisa mempunyai kesempatan untuk melakukan rent extraction (Chen et al., 2008: 23). Agency 13

2 theory dapat diatasi dengan dua cara (Gitman, 2007 dalam Hidayanti, 2013: 29), sebagai berikut: 1. Market Forces Cara ini dilakukan dengan cara pemegang saham yang memiliki saham mayoritas, seperti investor institusional yang biasanya berupa perusahaan asuransi jiwa, mutual fund, perusahaan dana pension. Melalui hak suara mayoritas maka diyakini akand apat mengatasi masalah agensi yang akan muncul. Hal yang dilakukan yaitu dengan memberikan tekanan pada manajer untuk bekerja lebih baik ataupun menggantikan manajemen yang dianggap tidak dapat memenuhi kesejahteraan pemegang saham ataupun pemilik perusahaan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan motivasi di tim manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan. 2. Agency Cost Cara ini dilakukan karena agency cost merupakan biaya yang akan dikeluarkan untuk mengurangi agency cost sekaligus untuk pemenuhan kesejahteraan para pemegang saham. Biaya yang dikeluarkan berasal dari biaya insentif yang nantinya akan diberikan kepada manajer untuk memaksimalkan harga saham perusahaan. Lalu, agency cost juga timbul oleh adanya pengawasan terhadap setiap tindakan manajer, yang dimana sistem pengawasan tersebut adalah corporate governance Tindakan Pajak Agresif Agresivitas pajak didefenisikan sebagai kegiatan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi tingkat pajak yang efektif (Hlaing, 2012: 4). Penelitian ini mengacu pada definisi pajak agresif yang digunakan Frank et al (2009) yaitu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong ke dalam tax evasion. Perencanaan pajak dapat di golongkan dalam hambatan pajak dan dapat berakibat kurangnya penerimaan kas negara. Hal inilah yang termasuk tax evasion. Tindakan pajak agresif juga dinilai 14

3 dari seberapa besar perusahaan tersebut mengambil langkah penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan. Dengan begitu, perusahaan akan dianggap semakin agresif. Dan untuk memerangi usaha penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan, pemerintah memakai peraturan corporate governance (Schon, 2008 dalam Sari dan Martani, 2010: 6) Suatu agresivitas pelaporan pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena ketidakjelasan posisi akhir atau apakah tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku di kemudian hari (Murhpy, 2004 dalam Sari dan Martani, 2010: 4). Juga menurut Watson (2011 dalam Sari dan Martiani, 2010: 4), perusahaan yang sadar sosial (high level CSR) cenderung kurang agresif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial (low level CSR) dalam kebijakan penghindaran pajaknya Keuntungan dan Kerugian dari Pajak Agresif Manajer selaku pihak yang membuat keputusan, ia akan memperhitungkan terlebih dahulu keuntungan ataupun kerugian dari keputusan yang akan diambilnya. Adapun keuntungan dari tindakan pajak agresif yang dijabarkan oleh Chen et al. (2008: 3), adalah: 1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar. 15

4 2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung atau tidak langsung) dengan mendapatkan kompensasi dari pemilik atau pemegang saham perusahaan atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya. 3. Keuntungan bagi manajer dengan cara mempunyai kesempatan untuk melakukan rent extraction. Sedangkan kerugian yang akan dialami ketika mengambil tindakan pajak agresif menurut Sari dan Martani (2010: 5) adalah: 1. Kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi atau penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan. 2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak. 3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent extraction Good Corporate Governance Tata kelola sebuah perusahaan muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelola perusahaannya. Tata kelola ini disebut juga dengan Corporate Governance. Tata kelola pada perusahaan ini rentan pula dengan masalah, salah satu masalahnya adalah agency problem atau masalah agensi. Masalah agensi adalah konflik yang terjadi karena ada perbedaan tujuan juga kepentingan yang ada pada manajer dan pemilik perusahaan karena perusahaan ini memerlukan pengawasan. Pengawasan inilah yang disebut dengan corporate governance atau tata kelola perusahaan. Atau tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha (Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor. KEP 01/MBU/2011). 16

5 The Indonesian Institute for Corporate Governance atau IICG (2012) mengartikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan norma, etika, budaya dan aturan yang berlaku. Menurut IICG pula, manfaat dari pelaksanaan GCG adalah menjaga sustainability perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar, mengurangi agency cost dan cost of capital, meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders, melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum dan membantu terwujudnya good corporate citizen. Prinsip-prinsip GCG inilah yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan selain hanya terlihat baik di mata pemerintah juga masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No KEP-117/M- MBU/2002 Pasal 1, Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan perundangan dan etika. Dari pengertian ini didapat bahwa Corporate Governance digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha juga akuntabilitasnya. Dapat juga mewujudkan nilai pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan pihak lainnya. Pajak dan Corporate Governance dapat berinteraksi dalam berbagai aspek, dan interaksi ini dapat bersifat satu atau dua arah (Friese dan Mayer, 17

6 2008: 5). Pada tingkat internasional ada interaksi yang sudah mulai di observasi dari corporate governance, misalnya peraturan coroporate governance yang telah dijadikan alat oleh pemerintah untuk memerangi usaha penghindaran pajak yang kerap kali dilakukan oleh perusahaan (Schon, 2008 dalam Sari dan Martani, 2010:6). Begitu pula di Indonesia, peraturan perpajakan yang mempengaruhi governance perusahaan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 43/PMK.03/ (DJP 2008) yang menyatakan wajib pajak (WP) dapat menggunakan nilai buku dalam pemekaran usaha jika wajib pajak pribadi atau badan hasil pemekaran tersebut akan melakukan penawaran umum perdana. Isi peraturan pemerintah ini terdapat dorongan untuk perusahaan melakukan transparansi dengan menjadikan perusahaan itu go public. Dengan keterbukaan informasi, perusahaan akan cenderung mengambil tindakan perpajakan yang tidak berisiko. Prinsip keterbukaan dan transparansi inilah yang termasuk dalam contoh prinsip corporate governance yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan perpajakan bagi perusahaan. Menurut Pedoman Umum GCG Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), good corporate governance awalnya diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang harus 18

7 dilaksanakan oleh masing-masing pilar menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam Pedoman Pelaksanaan GCG Indonesia, adalah: 1. Negara dan perangkatnya menciiptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement). 2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. 3. Masyarakat sebagai pengguna porduk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol usaha (social control) secara objektif dan bertanggung jawab. Prinsip dari GCG tertulis dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP 01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yaitu lima prinsip yang dikemukakan oleh perusahaan tersebut, yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) dan kewajaran (fairness). Prinsip inilah yang diperlukan dalam penerapan GCG karena berkaitan dengan penyajian laporan keuangan perusahaan yang akan di tampilkan kepada publik. Dalam perusahaan, terdapat organ-organ yang menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ perusahaan tersebut mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Organ perusahaan dalam Pedoman Umum GCG Indonesia oleh KNKG terdiri dari: A. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan 19

8 modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi. Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi. B. Dewan Komisaris Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG walaupun Dewan Komisaris tidak boleh ikut serta dalam mengambil keputusan operasional. C. Direksi Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya Asas Good Corporate Governance Menurut KNKG, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG terdiri dari transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). Pedoman Umum GCG Indonesia yang dikeluarkan oleh KNKG menjabarkan asas GCG sebagai berikut: 1. Transparansi (Transarency) untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh 20

9 pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas (Accountability) maksudnya adalah perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) maksudnya adalah perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independency) gunanya untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, maka perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) yaitu dalam pelaksanaan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Dari asas tersebut bisa diteladani beberapa pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Karena itu, prinsip tersebut haruslah diimbangi dengan Good Faith atau bertindak atas itikad baik dan kode etik perusahaan serta pedoman Corporate Governance yang dibuat oleh Komite Nasional Corporate Governance. Pedoman ini juga dapat dijadikan acuan atau dasar dari sikap yang akan di gunakan perusahaan. 21

10 2.1.4 Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatakan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Untung, 2009: 1). CSR melakukan kegiatan-kegiatan dalam segala aspek dengan berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 Pasal 74 Tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dan semakin berkembangnya kegiatan perusahaan, maka dalam Pasal 15 huruf (b) UU No Tentang Penanaman Modal telah mengatur kewajiban dalam kegiatan CSR bagi perusahaan. Isi pasal ini adalah Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan Perusahaan yang melaksanakan kegiatan usahanya akan diwajibkan oleh Undang-Undang agar kegiatan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik. CSR sudah di tetapkan oleh Pemerintah menjadi suatu keharusan pada PP No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Di dalam suatu perusahaan, akan terdapat beberapa kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah CSR sebagai suatu konsep yang diharapkan 22

11 dapat memberikan alternative terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Latar belakang social problems ini berasal dari sejarah pembangunan ekonomi di Indonesia yang diyakini telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cuukup tinggi, ternyata masih menyisakan permasalahan sosial yang cukup serius. Masalah yang dapat diambil sebagai contoh adalah tahun pemerintahan Indonesia telah mampu menekan angka kemiskinan dari 25,32% menjadi 17,44% (Untung, 2009: 2). Oleh karena itu, peranan negara dalam menyelesaikan permasalahan sosial ini adalah dengan desentralisasi sebagai wujud pengakuan pada peranan sektor privat yang telah memberikan peluang besar bagi sektor ini untuk menyumbangkan resources yang dimilikinya guna menyelesaikan masalah sosial ini. Dengan kata lain, CSR sebagai wujud keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin yang berakibatkan terbebasnya warga dari permasalahan sosial. Tetapi program CSR di Indonesia masih terbatas pada realisasi program charity yang belum mampu memberdayakan masyarakat miskin. Keterbatasan kontribusi tersebut disebabkan motif realisasi program CSR untuk meredam konflik dengan masyarakat sekitar dan karena program tersebut belum melibatkan masyarakat pada setiap tahapan pelaksanaan program. Banyak perusahaan yang telah beroprasi di Indonesia tetapi belum merealisasikan program CSR. Walaupun pada periode sekarang dan mendatang telah ada keterbukaan sistem politik yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya termasuk menuntut realisasi program CSR. Perusahaan yang takut terjadi konflik dengan masyarakat akan dengan tanggap merealisasikan tuntutan masyarakat tersebut. 23

12 Pada saat yang bersamaan, pendekatan yang digunakan oleh perusahaan belum mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam memberdayakan masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi CSR bidang lingkungan di Indonesia antara lain dalam Petunjuk Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan (2012: 11) adalah: 1. Komitmen pimpinan perusahaan. Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial dan lingkungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktifitas-aktifitas sosial dan lingkungan. 2. Ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Namun, bukan berarti perusahaan mengengah, kecil, dan belum mapan tersebut tidak dapat menerapkan CSR bidang lingkungan. 3. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin banyak regulasi dan penetapan pajak yang membebani perusahaan akan mengurangi ketertarikan perusahaan dalam mengalokasikan dana CSR nya. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi lebih kepada masyarakat dan lingkungan melalui penerapan CSR. Besarnya pendanaan untuk melaksanakan CSR bisa diukur berdasarkan kesepakatan dengan warga setempat ataupun juga dana yang diambil dari sebagian margin keuntungan. Naiknya jumlah dana CSR disebabkan oleh semakin terbukanya perusahaan melaporkan dana yang disisihkan untuk CSR. Pelaksanaannya pun harus disesuaikan dengan Pedoman Penerapan CSR. Menurut Untung (2009: 22), kewajiban untuk melakukan CSR dalam UU Perseroan sebaiknya diimbangi insentif berupa pengurangan pajak. Jika tidak ada insentif pajak perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak di laksanakan (perusahaan melakukan tindakan pajak agresif). Sebaliknya, 24

13 jika ada insentif sebagai imbangan, CSR tersebut tentunya akan dilaksanakan dengna baik dan benar. Tanggung jawab sosial umumnya bermanfaat untuk memberdayakan masyarakat yang dilihat dari sisi perusahaan. Tetapi alasan yang lain dari pelaksanaan CSR adalah agar kedepannya operasional perusahaan berjalan lancer tanpa gangguan. Hubungan antara perusahaan dan masyarakat harus dibina dengan baik agar tidak ada masalah yang timbul di kemudian hari. Pelaksanaan program CSR belum benar-benar diterima oleh masyarakat maka masih banyak perusahaan yang tidak terlalu memperhatikan program CSR. Menurut Untung (2009: 6) manfaat CSR bagi perusahaan, sebagai berikut: a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan b. Mendapatkan lisensi untuk beroprasi secara sosial c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha e. Membuka peluang pasar yang lebih luas f. Mereduski biaya (misalnya terkait dampak pembuangan limbah) g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders h. Memperbaiki hubungan dengan regulator i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan j. Peluang mendapatkan penghargaan Dilihat dari permasalahan ini, CSR dikaitkan dengan hal corporate citizenship atau keberlanjutan perusahaan juga triple bottom line. Istilah ini menggambarkan keterlibatan perusahaan dengan stakeholder dari pada hanya keterlibatan pemegang saham saja. Lanjutnya perusahaan ke masa depan mengacu pada perilaku perusahaan yang mungkin akan mempengaruhi keberlangsungan aktivitas perusahaan yang akan menciptakan peluang untuk pembangunan 25

14 berkelanjutan. Dengan sisi lain, triple bottom line menurut Bichta (2003: 7) mengacu pada keseimbangan dan kenaikan yang sama dalam kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan dari sebuah bisnis. Dengan Triple bottom line, perusahaan jaman sekarang telah memperhatikan catatan keuangan perusahaan uang termasuk sosial dan aspek lingkungannya. Sinergi ketiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan menurut Siregar (2007) dalam Yoehana (2013: 35) Perpajakan di Indonesia Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2009: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negar berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Departemen Keuangan Republik Indonesia, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Yoehana (2013: 46) menyatakan bahwa perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penyumbang terbesar dalam penerimaan negara melalui pajak penghasilan pajak. Perusahaan sebagai subjek pajak melakukan kegiatan yang menjadi tax deductible. Kegiatan tersebut adalah kegiatan CSR, walaupun tax deductible tersebut terbatas untuk jenis kegiatan tertentu. Kegiatan tersebut diatur pada UU 26

15 No. 36 tahun 2008 yang berisi beberapa aturan terkait biaya-biaya yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan yaitu yang berkaitan dengan isu konsumen, pengembangan masyarakat, lingkungan, ketenagakerjaan, dan hak asasi manusia. Biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto perusahaan yaitu biaya promosi, beasiswa, magang dan pelatihan, kupon makanan dan minuman bagi pegawai kriteria dan daerah tertentu beban pengolahan limbah, cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry untuk usaha pengolahan limbah industri dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tindakan pajak agresif telah di teliti oleh beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan yang beragam dan dengan memakai berbagai variabel yang berbeda. Penelitian terdahulu dengan tindakan pajak agresif sebagai variabel dependennya terdapat banyak perbedaan dari variabel-variabel independennya. Penelitan Yoehana (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ), mereplikasi penelitian dari Lanis dan Richardson (2012) dengan meneliti pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak mendapatkan hasil bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR pada suatu perusahaan, semakin rendah pula tingkat agresivitas pajaknya. Penelitian Yoehana 27

16 ini menggunakan 98 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun sebagai populasi penelitiannya. Sampel penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dan memperoleh 49 perusahaan per tahun yang memenuhi kriteria sampel. Data penelitian ini dianalisis menggunakan model analisis regresi ordinary least square. Hasil penelitian Yoehana menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. Penelitian lainnya mengambil judul Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif oleh Hidayanti (2013). Penelitian ini mengambil populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2008 sampai tahun Data sampel penelitian dikumpulkan dengan metode purposive sampling, dan dianalisis dengan analisis regresi. Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah bahwa kepemilikan keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sedangkan corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Penelitian ini mengukur tindakan pajak agresif dengan pengukuran yang ada pada penelitian Yoehana (2013) sebelumnya yang mengukur tindakan pajak agresif dengan dua ukuran effective tax rates dan satu ukuran book tax differences. Penelitian Winarsih, Prasetyono, dan Kusufi (2014) berjudul Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun ) mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh dari GCG dan 28

17 CSR terhadap tindakan pajak agresif. Penelitian ini mengajukan hipotesis: (1) Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif perusahaan (2) Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif perusahaan (3) Ukuran komite audit berpengaruh terhadap tindakan pajak agreisf perusahaan (4) Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif perusahaan. Populasi penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Sampel penelitiannya telah dipilih sebanyak 80 perusahaan dengan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh pada tindakan pajak agresif perusahaan. Sedangkan ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh pada tindakan pajak agresif perusahaan. Ikhtisar hasil penelitian terdahulu tercantum pada table

18 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun 1. Lanis and Richardson (2012) 2. Hidayanti (2012) 3. Winarsih, Prasetyono, dan Kusufi (2014) Judul Penelitian Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun ) Variabel Penelitian Variabel Independen: Corporate Social Responsibility Variabel Dependen: Corporate Tax Agressiveness. Variabel Independen: Kepemilikan Keluarga. Corporate Governance. Variabel Dependen: Tindakan Pajak Agresif. Variabel Independen: Ukuran Dewan Direksi Ukuran Dewan Komisaris Ukuran Komite Audit Tanggung Jawab Sosial Variabel Dependen: Tindakan Pajak Agresif Hasil Penelitian The higher the level of CSR disclosure of a corporation, the lower is the level of corporate tax aggressiveness. Kepemilikan keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Corporate governance berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif perusahaan. Ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif perusahaan. 4. Yoehana (2013) Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ) Variabel Independen: Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Variabel Dependen: Agresivitas Pajak Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. 30

19 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan beberapa hasil penelitan terdahulu yang sudah di jabarkan, penelitian ini menguji kembali pengaruh GCG dan CSR terhadap tindakan pajak agresif dengan kerangka konseptual dari penelitian ini pada gambar 2.1. Good Corporate Governance (X1) Dewan Komisaris (X1.1) Dewan Direksi (X1.2) Komite Audit (X1.3) Tindakan Pajak Agresif (Y) Corporate Social Responsibility (X2) Gambar 2.1 Kerangka konseptual Penelitian ini akan menjadikan Tindakan Pajak Agresif menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (X) karena dengan menjadikan Tindakan Pajak Agresif menjadi variabel dependen akan dapat diketahui apakah konsep Tindakan Pajak Agresif ini dapat dipengaruhi dengan beberapa variabel independen yang sudah disebutkan pada perusahaan yang akan diteliti. 31

20 Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen di penelitian ini di jelaskan sebagai berikut: 1. Dewan komisaris terhadap pajak agresif Dewan komisaris adalah salah satu organ perusahaan yang mempunyai tugas juga tanggung jawab yang secara kolektif dalam perusahaan untuk mengawasi dan memberikan nasihat pada direksi. Dewan komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaan tersebut sudah memenuhi standar GCG apa tidak. Semakin besar ukuran dewan komisaris yang bekerja dalam perusahaan, maka semakin besarlah kemungkinan akan terjadi tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. 2. Dewan direksi terhadap tindakan pajak agresif Dewan direksi mempunyai tanggung jawab dalam perusahaan yaitu untuk mengelola manajemen perusahaan agar manajemen itu bekerja secara efektif dan efisien. Dengan tugas direksi, manajemen perusahaan tersebut akan menjadi lebih baik lagi dalam menyusun laporan tahunan dan juga laporan kegiatan perusahaan yang memuat laporan pelaksanaan GCG. Dalam melaksanakan tugasnya, direksi akan menemukan benturan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah. Benturan kepentingan ini terjadi karena perusahaan ingin memiliki laba yang tinggi sedangkan pemerintah memandang kenaikan laba sebagai kenaikan objek pajak yang nantinya akan ditagih. Maka direksi perlu mengurangi benturan kepentingan yang terjadi di perusahaan. 32

21 3. Komite audit terhadap tindakan pajak agresif Komite audit bertugas membantu komisaris dalam pengawasan laporan keuangan agar disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku umum (KNKG, 2006). Peraturan BAPEPAM menyatakan komite audit minimal beranggotakan tiga orang yang sudah diketuai oleh seorang dewan komisaris independen yang menjabat sebagai ketua komite audit. Maka untuk perilaku komite audit akan dilihat dari segi perilaku manajemen dalam mengawasi laporan keuangan dengan pajak, yaitu perusahaan akan cenderung mengharapkan komite audit untuk dapat meminimalkan tindakan pajak agresif yang ada di perusahaan. 4. Corporate Social Responsibility terhadap tindakan pajak agresif. Motif pelaksanaan CSR oleh perusahaan sulit dibedakan motifnya antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistic dengan CSR yang dilakukan untuk menguntungkan reputasi perusahaan (William, 2007 dalam Lanis dan Richardson, 2012). Dengan motif yang berbeda ini pula, penting untuk mempertimbangkan bagaimana CSR dapat mempengaruhi agresifnya pajak suatu perusahaan tanpa membuat adanya upaya untuk membedakan tindakan yang diambil perusahaan jika perusahaan tersebut memang ingin mempertanggungjawabkan usahanya dengan alasan tertentu. Jika semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka akan semakin tinggi reputasi perusahaan di lingkungan sekitarnya. Jika pengungkapan tersebut dikaitkan dengan pajak yang dibayarkan, reputasi baik akan diperoleh perusahaan yang membayarkan pajak perusahaan kepada negara dengan benar. 33

22 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah di jabarkan, maka diajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Dewan komisaris terhadap pajak agresif Dewan komisaris adalah salah satu organ perusahaan yang mempunyai tugas juga tanggung jawab yang secara kolektif dalam perusahaan untuk mengawasi dan memberikan nasihat pada direksi. Dewan komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaan tersebut sudah memenuhi standar GCG apa belum. Semakin besar ukuran dewan komisaris yang bekerja dalam perusahaan, maka semakin besarlah kemungkinan akan terjadi tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Annisa dan Kurniasih, 2012). Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H1.1: Good Corporate Governance (diproksikan dewan komisaris) berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 2. Dewan direksi terhadap tindakan pajak agresif Dewan direksi mempunyai tanggung jawab dalam perusahaan yaitu untuk mengelola manajemen perusahaan agar manajemen itu bekerja secara efektif dan efisien. Dengan tugas direksi, manajemen perusahaan tersebut akan menjadi lebih baik lagi dalam menyusun laporan tahunan dan juga laporan kegiatan perusahaan yang memuat laporan pelaksanaan GCG. Dalam melaksanakan tugasnya, direksi akan menemukan benturan kepentingan antara perusahaan dengan perusahaan. 34

23 Benturan kepentingan ini terjadi karena perusahaan ingin memiliki laba yang tinggi sedangkan pemerintah memandang kenaikan laba sebagai kenaikan objek pajak yang nantinya akan ditagih. Maka direksi perlu mengurangi benturan kepentingan yang terjadi di perusahaan (Winarsih, Prasetyono dan Kusufi, 2014). Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H1.2: Good Corporate Governance (diproksikan dewan direksi) berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 3. Komite audit terhadap tindakan pajak agresif Komite audit bertugas membantu komisaris dalam pengawasan laporan keuangan agar disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku umum (KNKG, 2006). Peraturan BAPEPAM menyatakan komite audit minimal beranggotakan tiga orang yang sudah diketuai oleh seorang dewan komisaris independen yang menjabat sebagai ketua komite audit. Maka untuk perilaku komite audit akan dilihat dari segi perilaku manajemen dalam mengawasi laporan keuangan dengan pajak, yaitu perusahaan akan cenderung mengharapkan komite audit untuk dapat meminimalkan tindakan pajak agresif yang ada di perusahaan. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H1.3: Good Corporate Governance (diproksikan komite audit) berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 35

24 4. Corporate Social Responsibility terhadap tindakan pajak agresif. Motif pelaksanaan CSR oleh perusahaan sulit dibedakan motifnya antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistic dengan CSR yang dilakukan untuk menguntungkan reputasi perusahaan (William, 2007 dalam Lanis dan Richardson, 2012). Dengan motif yang berbeda ini pula, penting untuk mempertimbangkan bagaimana CSR dapat mempengaruhi agresifnya pajak suatu perusahaan tanpa membuat adanyaupaya untuk membedakan tindakan yang diambil perusahaan jika perusahaan tersebut memang ingin mempertanggungjawabkan usahanya dengan alasan tertentu. Jika semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka akan semakin tinggi reputasi perusahaan di lingkungan sekitarnya. Jika pengungkapan tersebut dikaitkan dengan pajak yang dibayarkan, reputasi baik akan diperoleh jika perusahaan membayarkan pajak perusahaan kepada negara dengan benar. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis kedua sebagai berikut: H2: Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3: Good Corporate Governance (diproksikan pada dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit) dan Corporate Social Responsibility secara simultan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif. 36

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendapatan utama suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Di berbagai negara, pendapatan pajak sangat penting digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita.hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang sehingga masih melakukan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat agar dapat terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI Jndul : Pengaruh Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak Nama : RR. Maria Yulia Dwi Rengganis Nim : 1306305032 Abstrak Agresivitas

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peranan yang penting dalam perekonomian negara Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar. Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang dikenal sebagai tata kelola perusahaan, merupakan suatu hal yang mendapatkan perhatian cukup besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara tersebut terdapat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara terusmenerus baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan, oleh karena itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pajak merupakan salah satu penerimaan yang besar bagi negara. Pelaksanaan perpajakan diatur oleh pemerintah Indonesia di dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penerimaan kas negara masih rendah terutama faktor-faktor masyarakat yang memiliki minimnya pengetahuan tentang perpajakan. Perpajakan mempunyai kontribusi

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun pemerintah menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memuat alokasi belanja

Lebih terperinci

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun 2011-2013 Diana Alfrita (dianaalfrita1204@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu lingkungan yang menarik investor.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Grand Teori a. Teori Keagenan Paper mengenai penerapan teori keagenan pada manajemen keuangan diajukan oleh Michel C. Jensen dan William H. Meckling. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan pajak semakin penting sebagai sumber utama penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia. Dalam periode 2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar di dunia dan terletak pada kondisi geografis yang cukup strategis. Letak geografis ini menyebabkan Indonesia menjadi kawasan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (dalam Masri dan Martani, 2012)mendeskripsikan agency theory (teori keagenan)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak di luar perusahaan.laporan ini memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi Teori legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan utama suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat serta teknologi yang semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam rangka untuk menopang anggaran penerimaan negara. Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal)

Lebih terperinci

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan peranan penting dalam perekonomian suatu Negara. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders 1. Jawaban Forum Makanisme dan pelaksanaan Good Corporate Governance akan sangat bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua Stakeholders,

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan belanja negara melalui Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Ada beberapa teori yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian ini yaitu agency theory, stakeholder theory, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan. BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di Indonesia diambang kehancuran. Krisis ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang didapat dari penerimaan iuran dari masyarakat dimasukkan ke dalam kas negara. Karena telah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatannya. Menekankan pendapatan yang dimaksud adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatannya. Menekankan pendapatan yang dimaksud adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya, perusahaan selalu berusaha untuk menekankan pendapatannya. Menekankan pendapatan yang dimaksud adalah dengan meningkatkan laba setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit, dan lain lain. Karena dari pajak yang dilunasi oleh masyarakat pemerintah. mempunyai dana untuk membangun hal tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sakit, dan lain lain. Karena dari pajak yang dilunasi oleh masyarakat pemerintah. mempunyai dana untuk membangun hal tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam membangun negara untuk menjadi lebih maju pemerintah tidak bisa hanya bergerak sendirian saja. Pemerintah juga membutuhkan peran serta masyarakat Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat yang dipungut oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bertujuan sebagai penerimaan kas negara. Banyak

Lebih terperinci