BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik. autoimun dan idiopatik
|
|
- Bambang Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya Klasifikasi 2 1. Tipe 1 terjadi akibat destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin. Yang termasuk didalamnya adalah : autoimun dan idiopatik 2. Tipe 2 : bervariasi mulai dari dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. 3. Tipe lain : tipe ini mencakup defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, serta sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. 4. Diabetes melitus gestasional.
2 Epidemiologi Prevalensi DM di dunia telah meningkat secara dramatis selama 2 dekade terakhir ini. Demikian pula halnya dengan prevalensi GPT (gula darah puasa terganggu) juga meningkat. Meskipun peningkatan prevalensi terjadi pada DM tipe 1 dan tipe 2, namun peningkatan DM tipe 2 diperkirakan akan lebih cepat di masa yang akan datang dikarenakan peningkatan jumlah obesitas dan berkurangnya tingkat aktifitas. Peningkatan jumlah DM sejalan dengan penuaan/pertambahan usia. Pada tahun 2000, prevalensi DM diperkirakan 0,19% pada populasi usia < 20 tahun dan 8,6% pada usia > 20 tahun. Sedangkan pada usia > 65 tahun, prevalensinya sebesar 20,1%. Prevalensinya sama antara pria dan wanita tanpa memandang usia. Namun pada kelompok usia > 60 tahun, pria lebih banyak terkena DM ketimbang wanita. Di Indonesia sendiri, prevalensi DM berkisar antara 1,4 1,6% kecuali di 2 tempat yakni Pekajangan (2,3%) dan Manado (6%). Secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1. Menurut WHO, pada tahun 2025 indonesia akan menempati urutan ke 5 penderita DM terbanyak yakni sebanyak 12,4 juta orang, naik 2 tingkat dari tahun Gambar 1. Prevalensi DM di Indonesia. 9
3 Gambaran Klinis Diagnosis DM mudah ditegakkan jika pasien datang dengan adanya keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan. Gejala lain yang mungkin berhubungan dengan kondisi hiperglikemia antara lain pandangan kabur, kebas-kebas khususnya pada ekstremitas bawah, atau infeksi jamur khususnya balanitis pada pria. Namun demikian, banyak pasien DM tipe 2 ternyata asimtomatik dan tidak terdiagnosa selama bertahun-tahun. Pada sebuah studi disebutkan bahwa pasien DM tipe 2 yang telah menunjukkan gejala sebenarnya telah menderita DM selama 4-7 tahun sebelum diagnosa ditegakkan. Di antara pasien-pasien DM tipe 2 di Inggris, pada sebuah studi prospektif ditemukan bahwa 25% mengalami retinopati, 9% neuropati, dan 8% mengalami nefropati pada saat didiagnosa. 10 Di awal diagnosa DM, jarang ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada DM antara lain : Obesitas khususnya sentral, hipertensi, perdarahan dan atau eksudasi serta neovaskularisasi di mata, akantosis nigrikans, infeksi jamur, penurunan fungsi syaraf khususnya, tidak terasanya sentuhan ringan, sensasi suhu, serta propriosepsi, kehilangan refleks tendon di tumit, kaki kering, atrofi otot, claw toes, serta ulkus. Pemeriksaan pulsasi pembuluh darah ekstemitas juga dapat memberikan gambaran komplikasi DM Patofisiologi DM tipe 1 terjadi sebagai akibat efek sinergis dari faktor genetis, lingkungan serta faktor imunologis yang akhirnya secara bersama-sama merusak
4 9 sel-sel beta pankreas. Perjalanan alamiah terjadinya diabetes melitus tipe 1 dapat dilihat dari gambar 2 yang memperlihatkan secara skematik suatu fungsi dari massa sel-sel beta. Pada individu yang memiliki kecenderungan genetik terhadap DM dapat memiliki massa sel beta yang normal, namun kemudian jumlahnya mulai berkurang akibat destruksi secara autoimun yang berlangsung dalam hitungan bulan atau tahunan. Proses autoimun ini kemungkinan dipicu oleh stimulus infeksi ataupun lingkungan. Pada kebanyakan individu, marker imunologis dapat muncul setelah proses autoimun tersebut dipicu namun sebelum klinis diabetes tampak secara nyata. Massa sel beta selanjutnya perlahan akan menurun dan sekresi insulin akan menurun secara progresif meskipun toleransi kadar glukosa normal masih dapat dipertahankan. Kecepatan penurunan massa sel beta ini bervariasi pada setiap individu. Ada yang berlangsung cepat namun ada pula yang berlangsung lambat. Gambaran diabetes tidak akan tampak pada masa ini hingga kerusakan yang terjadi mencakup + 80% dari seluruh jumlah sel beta. Pada titik ini, sel beta pankreas yang tersisa masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak mencukupi untuk mempertahankan toleransi glukosa. Kejadian yang memicu transisi dari intoleransi glukosa menjadi diabetes sering kali erat kaitannya dengan peningkatan kebutuhan insulin yakni pada keadaan terinfeksi dan pubertas. Setelah manifestasi klinis diabetes tipe 1 ini muncul pertama kali, dapat muncul suatu fase yang disebut fase honeymoon dimana pada masa ini, kontrol glikemik dapat tercapai dengan jumlah insulin yang seadanya. Namun masa yang singkat ini akan segera berakhir sejalan dengan proses autoimun yang terus berlangsung sehingga sel beta yang tersisa akan dirusak sehingga akhirnya akan terjadi defisiensi insulin absolut. 11
5 10 Gambar 2. Merupakan gambaran skematik perjalanan alamiah DM tipe 1. Seseorang yang memiliki predisposisi genetik terpapar dengan pemicu imunologis yang memulai proses autoimun sehingga menyebabkan penurunan jumlah/massa sel beta secara gradual. Gangguan produksi sel beta baru terlihat jika massa sel beta yang rusak telah mencapai + 80%. Fase honeymoon dapat terjadi pada 1 atau 2 tahun pertama setelah onset diabetes. 11 Pada DM tipe 2, resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal berperan sentral pada perjalanan diabetes melitus. Meskipun perbedaan pendapat masih tetap ada berkaitan dengan defek primernya, namun kebanyakan studi mendukung pandangan bahwa resistensi insulin mengawali terjadinya defek sekresi insulin dan munculnya diabetes terjadi di saat sekresi insulin tidak lagi adekuat. Secara garis besar, DM tipe 2 memiliki 3 karakterisitik patofisiologis yakni gangguan pada sekresi insulin, resistensi insulin di perifer serta produksi glukosa hati yang berlebihan. Obesitas, khususnya tipe viseral/sentral (dibuktikan dengan rasio lingkar lengan-pinggang) sangat sering ditemukan pada DM tipe 2. Sel-sel lemak/adiposit, menghasilkan sejumlah produk-produk biologis (lepitin, TNF alfa, asam lemak bebas, resistin, serta adiponectin) yang mengatur sekresi insulin, kerja insulin serta berat badan dan hal ini berpengaruh pada terjadinya resistensi insulin. Di tahap awal kelainan, toleransi glukosa dapat tetap normal
6 11 meskipun terjadi resistensi insulin sebab sel beta pankreas melakukan kompensasi dengan meningkatkan produksi insulin (gambar 3). Sejalan dengan terjadinya resistensi insulin dan kompensasi berupa hiperinsulinemia, sel-sel pankreas pada beberapa individu perlahan tidak lagi mampu untuk mempertahankan kondisi hiperinsulinemik. Maka terjadilah toleransi glukosa terganggu (TGT)/impaired glucose tolerance (IGT). Jika sekresi insulin semakin menurun dan produksi glukosa hepar terus meningkat maka pada suatu titik diabetes melitus akan mulai nyata kelihatan yang ditandai dengan hiperglikemia pada keadaan puasa. Pada akhirnya dapat terjadi apa yang disebut dengan kegagalan sel beta. Marker-marker inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan protein C-reaktif dapat meningkat pada diabetes melitus. 11 Gambar 3. Perubahan metabolik yang terjadi selama perjalanan DM tipe 2. Jumlah sekresi dan sensitifitas insulin memiliki hubungan, dan secara individu cenderung mengarah pada resistensi insulin (dengan bergerak dari poin A menuju poin B), sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Gagalnya mekanisme kompensasi dengan peningkatan jumlah insulin mula-mula akan menyebabkan gangguan toleransi glukosa (IGT; poin C) dan selanjutnya akan terjadi DM tipe 2 (poin D). 11
7 Komplikasi Komplikasi DM dapat terjadi secara akut maupun kronis. Yang termasuk komplikasi akut adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan status hiperglikemik hiperosmolar (HHS/hyperglycemic hyperosmolar state). KAD sering terjadi terutama pada DM tipe 1 sedangkan HHS lebih sering terjadi pada DM tipe 2. Kedua kelainan diatas memiliki kaitan terhadap defisiensi insulin relatif ataupun absolut, deplesi volume carian, serta abnormalitas asam basa. 11 Perbedaan KAD dan HHS dapat dilihat dari tabel 1. Tabel 1. Nilai laboratorium pada KAD dan HHS. 11 Komplikasi kronis DM melibatkan banyak sistem organ, dan hal ini sangat berkaitan dengan tingginya mortalitas dan morbiditas DM. Komplikasi DM dapat dibagi atas komplikasi vaskular dan komplikasi nonvaskular. Komplikasi vaskular dibagi lagi menjadi komplikasi mikrovaskular (retinopati, edema makular, neuropati, serta nefropati) dan komplikasi makrovaskular (penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, serta penyakit serebrovaskuler). Komplikasi nonvaskular meliputi gastroparesis, uropati, disfungsi seksual, katarak, glaukoma, infeksi serta perubahan pada kulit. 11
8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis Selama beberapa dekade diagnosa diabetes didasarkan pada kriteria pemeriksaan kadar glukosa yakni gula darah puasa dan 2 jam setelah menelan 75 gr glukosa dalam tes toleransi glukosa oral (TTGO). Pada tahun 2009, komite para ahli internasional yang melibatkan perwakilan dari American Diabetic Association (ADA), The International Diabetes Federation (IDF) serta The European Association for the Study of Diabetes (EASD) merekomendasikan pemeriksaan A1C untuk mendiagnosa diabetes dengan ambang batas > 6,5%, dan ADA telah mengadaptasi kriteria ini dalam laporannya pada tahun Uji diagnostik harus dilakukan dengan metode yang telah disertifikasi oleh The National Glycohemoglobin Standarization (NGSP). Berikut merupakan kriteria diagnosa diabetes melitus menurut ADA: 12 A1C > 6,5%. Pemeriksaan harus dilakukan di laboratorium yang disertifikasi oleh NGSP dan distandarisasi oleh uji DCCT (Diabetes Control and Complication Trial). Jika A1C meningkat dimana tidak dijumpai hiperglikemia, maka hasil harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan A1C ulang. Atau Gula darah puasa > 126 mg/dl (7,0 mmol/l). Puasa didefinisikan sebagai tidak masukan kalori selama sekurangnya 8 jam. atau Gula darah 2 jam setelah masukan glukosa 75g pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) > 200mg/dL (11,1 mmol/l). Uji harus dilakukan sesuai yang dianjurkan oleh WHO.
9 14 atau Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia diserta kadar gula darah acak/sewaktu > 200mg/dL (11,1 mmol/l) Diabetes Melitus dan Pemeriksaan Fungsi Hati Pemeriksaan fungsi hati (liver function test/lft) sering dilakukan pada praktek klinis dalam rangka skrining penyakit hati, monitoring progresifitas penyakit yang telah diketahui sebelumnya, serta monitoring efek obat yang berpotensi memiliki sifat hepatotoksik. Pemeriksaan fungsi hati yang lazim antara lain : aminotransferase serum (ALT dan AST), alkalin fosfatase, bilirubin, albumin serta waktu protrombin. Alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase memberikan gambaran konsentrasi enzim hati intraseluler yang masuk ke sirkulasi dan bertindak sebagai marker/penanda injuri sel hati/hepatosit. Alkalin fosfatase (ALP), gamma glutamil transpeptidase (GGT), serta bilirubin merupakan penanda fungsi sistem bilier dan kolestasis. Albumin dan waktu protrombin merupakan cerminan dari fungsi sintesis hati. ALT dan AST normalnya bernilai < unit/l. Peningkatan aminotransferase lebih dari 8 kali lipat dari nilai batas atas normal mengindikasikan suatu kondisi hepatitis akut, hepatitis iskemik cedera hati terkait obat atau toksin. Sedangkan transaminase yang meningkat sedikit namun dalam jangka waktu yang lama sering ditemukan pada pasien-pasien diabetes melitus. 6
10 Teori Dibalik Peningkatan Hasil Tes Fungsi Hati pada Pasien Diabetes Hati berperan dalam mempertahankan kadar glukosa normal darah pada saat puasa dan setelah makan. Kehilangan efek insulin di hati dapat menyebabkan glikogenolisis serta peningkatan produksi glukosa hepar. Abnormalitas pada penyimpanan triglisireda serta terjadinya lipolisis pada jaringan yang sensitif terhadap insulin seperti hati merupakan manifestasi awal dari kondisi-kondisi yang berkatian dengan resistensi insulin, dan hal ini muncul lebih dulu daripada hiperglikemia puasa. Namun demikian, bagaimana tepatnya peran dari faktor genetik, lingkungan dan metabolik serta urutan kejadian yang mengarah pada resistensi insulin masih belum jelas. 6,13 Pada percobaan yang dilakukan pada hewan, ditemukan bahwa hiperinsulinemia kronis merupakan faktor predisposisi terhadap terjadinya resistensi insulin di hati. Hal ini ditandai dengan kegagalan insulin untuk mensignal peningkatan substrat-2 reseptor insulin. Terjadi pula peningkatan regulasi dari SREBP-1c (sterol regulatory element binding-protein 1c) yang menyebabkan terjadinya lipogenesis. Lipogenesis terjadi terutama di hati menyebabkan peningkatan trigliserida intraseluler dan menjurus ke arah fatty liver. Hal ini juga dapat meningkatkan sintesis sekresi VLDL. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kondisi hiperinsulinemia dapat berkorelasi langsung dengan resistensi insulin di hati dan hal ini berkaitan dengan fatty liver. 6,7,14 Kondisi berlebihnya asam lemak bebas yang ditemukan pada keadaan resistensi insulin diketahui memiliki efek toksik pada hepatosit. Mekanisme yang diduga menyebabkan hal ini adalah karena kerusakan membran
11 16 sel pada konsentrasi asam lemak bebas yang tinggi, disfungsi mitokondrial, pembentukan toksin, serta aktivasi dan inhibisi pada langkah-langkah penting regulasi metabolisme. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar transaminase pada keadaan resistensi insulin antara lain adanya stres oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid reaktif dan sel-sel inflamasi yang belakangan ikut dilibatkan. Keadaan resistensi insulin juga ditandai dengan munculnya sitokin-sitokin proinflamasi seperti TNF-α (tumor necrosis factoralfa) yang dapat pula berperan pada cedera hepatoselular. Dalam sebuah studi preeliminari ditemukan bahwa peningkatan promotor TNF-α, ditemukan pada pasien dengan NASH (nonalcoholic steatohepatitis). Terori-teori diatas merupakan teori yang mengaitkan elevasi transaminitis dengan cedera hepatosit. Dapat pula ditarik sebuah hipotesa yang menyatakan bahwa peningkatan ALT yang merupakan sebuah enzim glukoneogenik dimana transkripsi gennya dapat disupresi oleh insulin, dapat menandakan adanya gangguan pada signalisasi insulin ketimbang sekedar karena cedera hepatoselular. 6,15,16, Peningkatan Fungsi Hati dan Progresifitas Diabetes Melitus GGT merupakan sebuah marker nonspesisfik yang diketahui meningkat pada DM tipe 2. Pada sebuah studi epidemiologi, GGT memiliki kaitan dengan konsumsi alkohol, merokok, penyakit jantung koroner, indeks massa tubuh, tekanan darah sistolik, trigliserida serum, denyut jantung, asam urat dan hematokrit. Namun hubungan GGT terlihat berlawanan dengan tingkat aktifitas fisik. Karena peningkatan GGT dijumpai pada diabetes dan indeks massa tubuh yang meningkat, oleh karenanya GGT kemungkinan dapat digunakan sebagai salah satu penanda lain pada resistensi insulin. 6,18
12 17 Untuk menentukan apakah pemeriksaan GGT dapat memperkirakan progresifitas diabetes, dilakukanlah suatu studi kohort prospektif pada laki-laki nondiabetes dengan usia tahun selama 12 tahun. Rerata nilai GGT serum pada permulaan studi secara signifikan dijumpai lebih tinggi pada 194 laki-laki yang belakangan didiagnosa DM tipe 2 dibandingkan dengan sisanya yang tidak didiagnosa DM (20,9 vs 15,3 unit/l, P < 0,0001). Hubungan ini tidak terikat dengan kadar glukosa serum dan indeks massa tubuh. Ohlson dkk (1988) melaporkan bahwa peningkatan ALT pada pria nondiabetes di Swedia merupakan faktor resiko terhadap DM tipe 2, terlepas dari obesitas, distribusi lemak tubuh, kadar glukosa plasma, lipid, AST, konsentrasi bilirubin, serta riwayat keluarga dengan diabetes. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Vozaroza et al (2002) yang memantau 451 warga nondiabetik Pima Indian selama rata-rata 6,9 tahun untuk menentukan apakah peningkatan enzim hati dapat dikaitkan dengan kemunculan diabetes. Pada data baseline ditemukan bahwa nilai ALT, AST, dan GGT berkaitan dengan persentasi lemak tubuh. Setelah disesuaikan kembali terhadap usia, jenis kelamin, lemak tubuh, sensitivitas seluruh insulin dan respon akut insulin, hanya peningkatan ALT pada baseline yang berasosiasi dengan produksi glukosa hepar. Secara prospektif didapati bahwa peningkatan konsentrasi ALT berkaitan dengan penurunan sensitivitas insulin hepar dan peningkatan resiko diabetes melitus tipe 2. 6,8,19, Insidensi Peningkatan Nilai Tes Fungsi Hati pada Diabetes Salmela et al (1984) dalam studinya tentang prevalensi tes fungsi hati abnormal dan kaitannya dengan temuan klinis pada 175 pasien rawat jalan diabetes secara acak di Finlandia. 118 pasien dikategorikan sebagai DM tipe 2 dan
13 18 57 pasien sebagai DM tipe 1. Pada pasien DM tipe 2, 33 pasien menggunakan insulin sebagai tambahan terhadap terapi diet dan terapi antihiperglikemia oral termasuk sulfonilurea dan metformin. Tidak satupun dari pasien-pasien ini memiliki penyakit hati kronis dan tidak ada juga yang mengalami nefropati diabetik. Rata-rata nilai HBA1c adalah 11,2 + 2,4%. Tes fungsi hati yang diperiksa adalah albumin, bilirubin total, AST, ALT, ALP, GGT serta konsentrasi asam kolik serta asam chenodeoksikolik. Dari seluruh sampel, 57% persen (100 subjek) mengalami setidaknya satu abnormalitas hasil pemeriksaan fungsi hati. Sementara itu 27% (48 subjek) mengalami setidaknya 2 abnormalitas pemeriksaan fungsi hati. Pada kelompok pasien DM tipe 2 didapati lebih sering mengalami peningkatan nilai ALT (22,9 vs 5,3%) dan GGT (23,7 vs 10,5%) dibandingkan dengan kelompok DM tipe 1. Di sisi lain, kelompok DM tipe 1 lebih sering mengalami peningkatan kadar bilirubin (21,1 vs 10,2%). Namun, peningkatannya jarang melampaui 2 kali lipat batas atas normal. Analisis multivariat menunjukkan bahwa indeks massa tubuh > 25 kg/m 2 dan kontrol diabetik yang buruk (gula darah puasa > 216 mg/dl) merupakan variabel klinis yang paling signifikan yang berkaitan dengan peningkatan nilai ALT dan GGT. Peningkatan ALT juga berhubungan dengan onset diabetes dalam kurun waktu 4 tahun belakangan. Diabetes onset usia muda (31-51 tahun) serta penggunaan diet atau sulfonilurea. Untuk mengetahui reabilitas pemeriksaan fungsi hati dalam kaitannya dengan perubahan histologi, Salmela et al. mengamati secara berurutan 72 pasien rawat inap dengan hepatomegali atau hasil pemeriksaan fungsi hati yang abnormal yang sedang menunggu tindakan biopsi hati. Dari seluruh sampel, 68 subjek merupakan penderita DM tipe 2 sementara 4 subjek merupakan
14 19 penderita DM tipe 1. Seluruh subjek didapati mengalami hepatomegali dan hasil pemeriksaan fungsi hati yang abnormal. Seluruh subjek memiliki hasil pemeriksaan darah rutin, elektrolit serum serta fungsi ginjal yang normal. Tidak satupun subjek mengalami gagal jantung dekompensasi. 5 subjek mengaku merupakan peminum alkohol, sementara 67 lainnya abstain. Dari 72 subjek yang menjalani biopsi hati, 4 pasien atau keseluruhan subjek diabetes melitus tipe 1 dinyatakan memiliki gambaran histologi hati yang normal, sedangkan pada kelompok DM tipe 2 hanya 5 dari 68 subjek yang memiliki histologi hati yang normal. Pada 9 subjek dengan hasil histologi hati yang normal, parameter fungsi hati yang paling sering meningkat adalah bilirubin dan ALP (alkalin fosfatase), sementara peningkatan ALT lebih jarang dan peningkatan GGT tidak dijumpai sama sekali. Dari 63 subjek yang memiliki kelainan pada histologi hati 48 didiagnosa sebagai fatty liver/steatosis dengan perubahan inflamasi nonspesifik, 14 subjek lagi disertai adanya bukti fibrosis. Dari 63 subjek ini, peningkatan GGT dan ALT paling banyak dijumpai, namun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal nilai GGT dan ALT antara tingkatan perburukan yang dijumpai dalam histologi hati (mulai dari steatosis ke steatohepatitis hingga ke fibrosis). Sehingga dapat disimpulkan dari studi ini bahwa abnormalitas pada pemeriksaan fungsi hati lazim dijumpai pada DM namun tidak dapat membedakan derajat penyakit menurut gambaran histologi. 6,21 Sementara itu, Erbey et al (2000) dalam studi skala besar di Amerika Serikat menemukan bahwa dari seluruh subjek yang diteliti dijumpai 4,1% mengalami peningkatan ALT sementara 6,7% menderita diabetes melitus tipe 2. Pada kelompok DM dijumpai peningkatan ALT sebesar 7,8%
15 20 dibandingkan kelompok nondiabetes yakni sebesar 3,8%. Kelompok yang overweight dan obesitas memiliki kecenderungan mengalami peningkatan ALT lebih besar. 6, Hubungan Overweight, Obesitas dan DM tipe 2 Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk diukur, berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh manusia. Obesitas merupakan suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh pada perkembangan penyakit ini.secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga mengganggu kesehatan. Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek sel beta pankreas sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa diabetes mellitus tipe 2 dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian menyusul berkurangnya pelepasan insulin. Pada penderita obesitas juga ditemukan adanya resistensi insulin. Ada dugaan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 dimulai dengan berat badan
16 21 normal, kemudian menjadi obes dengan resistensi insulin dan berakhir dengan diabetes melitus tipe 2. Pada umumnya penderita diabetes melitus dengan keluhan khas yang datang ke klinik sudah ditemukan baik resistensi insulin maupun defek sel beta pankreas. Indek massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang sangat sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih atau obesitas pada orang dewasa 34. Tabel 2. Klasifikasi IMT untuk ASIA Dewasa Menurut WHO dalam The Asia Pasific Perspective, Nonalcoholic Fatty Liver Disease Penyebab tersering adanya abnormalitas pada pemeriksaan fungsi hati pada pasien diabetes adalah nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). NAFLD merupakan suatu spektrum klinikopatologis yang memberikan gambaran temuan histologi mulai dari steatosis hati tanpa inflamasi, hingga steatosis hati dengan adanya komponen nekroinflamatori yang dapat/tidak disertai dengan
17 22 fibrosis (NASH/nonalcoholic steatohepatitis). NAFLD muncul tanpa adanya riwayat konsumsi alkohol yang signifikan, dengan biopsi hati menunjukkan adanya steatosis makrovesikular dengan atau tanpa adanya aktifitas nekroinflamatori dan eksklusi dari adanya kemungkinan penyakit hati lain. Meskipun patogenesisnya belum jelas, NAFLD memiliki ciri khas adanya akumulasi trigliserida dalam hepatosit. Resistensi insulin memainkan peranan penting dalam akumulasi trigliserida. Berlebihnya asam lemak intraseluler, stres oksidatif, deplesi jumlah ATP, serta disfungsi mitokondrial secara bersama-sama berperan dalam menyebabkan cedera hepatoselular disusul inflamasi dan fibrosis. Oleh karena tidak lagi mengejutkan bahwa temuan yang paling sering dari kondisi NAFLD adalah peningkatan kadar transaminase serum yang tidak terlalu tinggi. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya yakni tingginya kadar peningkatan transaminase tidak berkorelasi dengan keparahan penyakit secara histopatologi. 6,15,22, NAFLD pada Pasien Nondiabetes Saat ini NAFLD telah mengambil alih posisi penyebab tersering peningkatan kronis fungsi hati pada pasien diabetes dan nondiabetes di Amerika Serikat yang sebelumnya ditempati oleh alkoholik dan viral. Di antara seluruh pasien NAFLD tersebut, 60-95% mengalami obesitas, 28-55% dengan diabetes melitus tipe 2, dan 20-92% dengan hiperlipidemia. Sebuah studi prospektif dari orang dewasa yang dirujuk karena adanya peningkatan kronis nilai fungsi hati, 81 orang dijumpai dengan etiologi tidak diketahui marker infeksi (hepatitis B dan C), metabolik (TSH), autoimun (serum protein elektroforesa, antibodi antinuklear, antimitokondrial antibodi, anti-smooth muscle antibody) atau
18 23 penyebab penyakit hati yang diturunkan secara herediter (α-1 antitripsin, seruloplasmin, besi, kapasitas ikat besi, ataupun ferritin) dijumpai negatif. Kelompok ini juga tidak memiliki riwayat pengguna alkohol dan obat-obat hepatotoksik demikian juga tanda-tanda penyakit hati kronis. Dari antara 81 pasien dengan etiologi yang tidak diketahui ini, 73 orang memiliki gambaran histologi hati yang abnormal dengan gambaran steatosis. Pada pasien dengan penyakit hati tanpa etiologi yang jelas, prevalensi steatosis dan steatohepatitis ditemukan sebesar 50,6 dan 32%. 6,24, Hepatitis C dan Diabetes Melitus tipe 2 Hepatitis C virus (HCV) merupakan penyebab penyakit hati tersering di Amerika Serikat dan merupakan prediktor yang independen pada DM tipe 2. HCV diketahui ternyata memiliki prevalensi tinggi di kalangan penderita diabetes. Simo R et al (1996) menemukan bahwa prevalensi hepatitis C lebih tinggi pada penderita DM dibandingkan dengan kelompok pendonor darah (11,5 vs 2,5%, P < 0,001). Dari kelompok pasien diabetes yang terinfeksi HCV ditemukan 72,3% memiliki nilai fungsi hati abnormal sedangkan pada kelompok diabetes tanpa infeksi HCV hanya 27,7% (P < 0,001). Hal ini membuktikan bahwa peningkatan nilai fungsi hati pada pasien diabetes perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap hepatitis C. 6,26,27,28
19 Kerangka Teori Diabetes Mellitus Hiperglikemia 1. KGD puasa 2. KGD 2JPP Resistensi Insulin Peningkatan glukoneogenesis Peningkatan asam lemak bebas Peningkatan stress oksidatif Peningkatan sitokin proinflamasi Peningkatan Trigliserida Kerusakan hepatosit (membran sel, mitokondrial ) Peroksidase lipid reaktif dan sel inflamasi Peningkatan TNF alpha Liver Injury Peningkatan fungsi hati (ALT, AST, ALP, GGT)
BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciDIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
Lebih terperinciDIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Menurut ADA (2010) DM merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan pada sekresi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai
Lebih terperinciDiabetes Mellitus Type II
Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
Lebih terperinciOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent
BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciDefinisi Diabetes Melitus
Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang telah menjadi masalah global dengan jumlah penderita lebih dari 240 juta jiwa di dunia. Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (ADA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Lebih terperinciPERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver disease ( NAFLD ) merupakan gangguan pada hati yang biasa terjadi di dunia, insiden yang paling
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HbA 1c (hemoglobin terglikasi /glikohemoglobin/hemoglobin terglikosilasi/ Hb glikat/ghb) 2.1.1Biokimiawi dan metabolisme Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan
Lebih terperinciVitamin D and diabetes
Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe
Lebih terperinciPREVALENSI DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS 1 PREVALENSI DIABETES MELLITUS -Meningkat dari tahun ke tahun utama daerah urban -Data epidemiologi 1980 1,2 2,3 % dari jumlah penduduk 1982 Jakarta 1,7% 1993 Jakarta 5,7% -Diabetes Atlas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus pada dasarnya merupakan kelainan kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu peninggian kadar gula darah, kelainan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan permasalahan yang besar di masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Asia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Melitus a. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar glukosa yang berlebih dalam darah) seperti pada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sidartawan, 2004). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah sekelompok kondisi metabolik, dicirikan dengan kenaikan kadar glukosa darah dikarenakan ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan insulin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Mellitus 2.1.1 Definisi Menurut American Diabetes Association, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinci