PROSES BELAJAR BERDASARKAN KERJA OTAK Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf, Subdivisi Saraf Anak RSHS/FK UNPAD Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES BELAJAR BERDASARKAN KERJA OTAK Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf, Subdivisi Saraf Anak RSHS/FK UNPAD Bandung"

Transkripsi

1 PROSES BELAJAR BERDASARKAN KERJA OTAK PROSES BELAJAR BERDASARKAN KERJA OTAK Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Saraf, Subdivisi Saraf Anak RSHS/FK UNPAD Bandung PENDAHULUAN Saat ini kita sering mendengar terjadi krisis dibidang pendidikan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Metode pembelajaran yang berlangsung saat ini dengan penyajian lebih menitik beratkan pada rangsangan dengar (auditory) berupa latihan (drill), pengulangan, orientasinya detail, kurang melibatkan proses pemecahan suatu masalah, sangat sesuai dengan pola belajar pada otak kiri, dimana individu tersebut kurang hiperaktif dan tidak mendapatkan terlalu banyak rangsangan. Masalah mulai timbul karena pada generasi anak saat ini dimana dengan berkembangnya budaya, sejak kecil anak telah diberi banyak rangsang penglihatan (visual), misalnya rangsangan dari TV dll; sehingga pola pembelajaran anak bergeser kearah otak kanan dengan pola berpikir secara visual dan lemah dalam menerima rangsang dengar (auditory) tetapi mempunyai kemampuan untuk pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan jurang antara anak didik dan guru menjadi lebar, karena pola pembelajaran disekolah tidak sesuai dengan pola pembelajaran yang dibutuhkan; sekolah menjadi tidak sejalan dengan pikiran anak. Sementara itu para pendidik yang umumnya adalah populasi dengan pola otak kiri, seperti juga pada dominasi otak kiri lainnya, mempunyai kelemahan berupa kesulitan untuk dapat memahami bahwa orang lain mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memproses keadaan. (Freed 1997) Dalam makalah ini saya akan menguraikan mengenai proses belajar pada umumnya, perbedaan individu dengan otak kiri, otak kanan dan keduanya, proses belajar pada otak kiri dan otak kanan. I. PROSES BELAJAR (Njiokiktjien 1988) Rangsangan yang masuk melalui indera, akan dipersepsikan (diartikan), kemudian secara selektif informasi tersebut disimpan. Proses penyimpanannya melibatkan kedua belahan otak. Ditingkat pre-kategorikal, informasi tertentu (spesifik) akan bertahan dalam waktu yang singkat (ingatan jangka pendek), untuk informasi yang dilihat ( visual) bertahan 200 ms, untuk informasi

2 yang didengar (auditory) bertahan 2000 ms. Ini merupakan bagian dari working memory. Ditingkat katagorikal, informasi secara kompetitif dipahami, kemudian menuju bagian otak tertentu sesuai jenis informasi yang masuk. Terjadi di working memory. Informasi kemudian disimpan dalam ingatan jangka panjang; dan dapat direproduksi serta dapat dipanggil kembali (retrieval) atau direcall (diingat atau dikenali). Langkah langkah proses informasi yang terjadi di working memori berupa pengenalan, kebermaknaan dan direkam dalam waktu yang singkat. Di ingatan jangka pendek (short term memory) akan menampung unit secara terbatas, informasi dicoding secara semantik (berdasarkan arti), berurutan dan untextuality Memori disimpan dalam berbagai modalitas yaitu Memori episodik (waktu kejadian) memori semantik (diartikan); dapat dalam bentuk verbal fonologi (suara dan bunyi) atau visual tekstual ( yang dilihat) Penyimpanan visual : konkrit penyimpanan auditory : berurutan dan abstrak; ada 2 aspek yaitu verbal dan non verbal Memori prosedural : mengetahui bagaimana melakukan memori deklaratif : mengetahui bahwa. II. PERBEDAAN PADA INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI, OTAK KANAN DAN KEDUA OTAK. (Freed 1997) A. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI Informasi diproses secara dengar (auditory); Orang ini senang berbicara dan menuliskan sesuatu. Informasi yang didapat sedikit-sedikit, untuk mengetahui sesuatu secara gambaran utuh. Mudah menangkap peraturan peraturan pada mengeja, tata bahasa, pemisahan kata dan mudah memahami bahasa asing. Pola berpikirnya runtut ( sequensial), sangat logis dan analitik, senang membuat daftar. Senang membuat aturan dan menaati aturan. Belajar lebih berhasil dengan mengetahui langkah demi langkah yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dibanding bila didemonstrasikan. Ingatan disimpan dalam bentuk nama dan kata kata dibandingkan dengan diimajinasikan. Biasanya sangat reliable, prestasi disekolah baik. Menyukai sesuatu yang dikenalnya dan yang dapat diperkirakannya. Tidak menyenangi tantangan, ide baru dan perubahan pada rutinitas. Mempunyai kecenderungan untuk menerima dan menghargai apa yang didengar dan dibaca daripada bertanya dan berpikir secara mandiri.

3 Mengerjakan sesuatu lebih memilih dalam kelompok dibanding bekerja sendiri. Akan berhasil dalam pekerjaan rutinitas, tapi tidak berhasil bila memerlukan kreatifitas untuk penyelesaian masalah. B. INDIVIDU DENGAN OTAK KANAN Tipe pembelajaran visual (melalui rangsang mata). Dia akan belajar dengan gambar lalu membuat dengan caranya sendiri Intuitif dan prosesnya acak (tidak berurutan) Informasi terutama disimpan dalam bentuk gambar. Ingatan visualnya kuat, ingatan dengarnya lemah. Ingatan dalam imajinasi dapat bertahan dalam waktu yang lama Terdapat keterlambatan dalam memproses sesuatu yang didengar, karena kata yang didengar harus diubah menjadi gambar mental (mental picture). Bila mengingat seseorang atau kejadian, akan ingat imajinasi orang tersebut dan dapat mengingat detail kejadian Kurang mampu untuk menampilkan sesuatu secara logis, atau pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa.lebih memilih menggambar dan berkreasi dibanding menulis dan bicara. Senang mengerjakan beberapa pekerjaan pada saat yang bersamaan. Menyukai pekerjaan dimana mereka dapat bergerak bebas dan tidak perlu duduk diam. Tidak menyukai aturan, impulsif dan sering bertanya. Menyenangi tantangan baru, penuh ide, sangat kompetitif dan perfeksionis. Seorang genius yang kreatif, menyenangi seni dan musik Cara berpikirnya menyeluruh (holistik), proses belajar secara menyeluruh untuk mengetahui bagian bagian kecil (whole to part learners) Berpikirnya spasial (ruang) dan 3 dimensi Keterampilan didapat dari demonstrasi, tidak dari penjelasan tahapan tahapan yang harus dilalui C. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI-KANAN Mempunyai kemampuan untuk memindahkan pekerjaan sesuai dengan otak yang dibutuhkan. Bila melibatkan proses membaca dan melakukan pekerjaan yang logis, dapat berlaku secara efisien dan secara berurutan. Mempunyai kemampuan kreatif misalnya menggambar, memainkan musik Mempunyai kemampuan (menyeluruh) holistic untuk menyelesaikan masalah yang besar dan perhatian detail. Mempunyai kemampuan untuk mengorganisir dari otak kiri dan kemampuan kreatif dan brilliant dari otak kanan.

4 III. PROSES BELAJAR PADA OTAK KIRI DAN OTAK KANAN 1. BACA-TULIS- EJA PADA OTAK KIRI. OTAK KIRI-KANAN: (Njiokiktjien 1997, NJiokiktjien 2003) a. Pemahaman dan pengenalan apa yang dilihat. Mula mula anak belajar membaca melalui proses penglihatan, dimana bentuk huruf dan kata harus dicamkan dan diingat; kemudian bentuk tersebut diidentifikasi, diingat dan dihubungkan dengan bunyi huruf/kata. b. Hubungan antara deret huruf dan deret bunyi Setelah ada proses pemahaman tentang apa yang dilihat, didalam otak deretan huruf akan dirubah menjadi deretan bunyi, sehingga terjadi perekaman kata. Deretan huruf ini akan masuk dalam proses didaerah pendengaran sehingga terjadi pemanggilan bunyi. c. Menganalisa apa yang didengar. Perbendaharaan kata pada permulaan bahasa bicara diwujudkan sebagai kesatuan bunyi,kemudian anak tahu bahwa satu kata terdiri dari beberapa bunyi tersendiri. Anak harus belajar untuk menganalisa apa yang didengar. d. Pemahaman apa yang dibaca. Bila sudah terdapat kemajuan dalam proses membaca, bacaan tersebut harus dapat dimengerti sehingga dapat membuat ringkasan atau jalan pikiran dari apa yang telah dilihat. Untuk tahapan ini anak tidak boleh ada kesulitan dalam menemukan kata, dapat bicara dengan lancar, mempunyai tata bahasa yang digunakan. PADA OTAK KANAN (Freed, 1997) a. Mengeja (Visual Spelling) Proses berpikir pada individu dengan otak kanan adalah secara visual dan spasial(penglihatan dalam ruang). Anak dapat membedakan konsonan tapi sulit untuk membedakan vocal tertentu. Karena proses berpikirnya dalam ruang, mudah terjadi inverse huruf, dan terlihat seperti cermin. Karena penglihatannya 3 dimensi, maka kata yang dilihat dapat terimajinasi berotasi (dari arah atas, bawah, seperti cermin). Bentuk kata yang dilihat, diimajinasikan, lalu diingat. Setelah itu baru dapat dieja kedepan atau dieja mundur. Agar lebih mudah terperhatikan kata tersebut harus ditulis berwarna dengan masing suku kata diberi warna yang berbeda. Perlihatkan keanak selama 20 detik agar dapat terekam dipikirannya. Anak akan sulit untuk menuliskan apa yang dilihat karena harus melihat kebawah, yang mempengaruhi proses pemanggilan kembali imajinasi visualnya. Setelah menguasai dengan satu kata, ditingkatkan dengan gabungan

5 beberapa kata atau satu kalimat. b. Membaca Proses membaca dimulai dengan melihat kata, diubah menjadi gambar didalam pikirannya, lalu diucapkan dengan kata. Hal ini akan sulit dikerjakan karena konsentrasi anak lebih mudah beralih, informasi diproses dengan acak dan pandangan dapat melompat atau mundur dari kata yang harus dibaca. Jadi proses membaca menjadi tidak lancar; akan ada kata yang terlewati dan baris yang terlompati. Bila anak ini mengerti konsep untuk mengubah kata menjadi gambar didalam pikirannya (mental picture), anak akan dapat membaca dalam hati. Pola belajar yang whole to part, mengakibatkan ketidak mampuan dalam belajar huruf bunyi (fonem). Anak biasanya baru dapat membaca dikelas 3, setelah perbendaharaan kata yang dilihatnya banyak. Metode phonic yang memecah kata menjadi huruf bunyi seperti yang diajarkan secara konfensional dan memerlukan proses pendengaran dan berurutan, hanya dapat dipakai untuk pola belajar otak kiri atau ke 2 otak (part to whole). Pada otak kanan dipakai metode bahasa yang menyeluruh (whole language), dimana ini akan merangsang anak untuk senang membaca dan mengerti (komprehensif), baru kemudian memperbaiki detail (ejaan dan tata bahasa). Anak diperlihatkan kata utuh dan dibacakan utuh untuk kemudian direkam dalam pikirannya (jangan dibiarkan anak untuk menebak). c. Membaca dalam hati Individu dengan pola belajar dengan otak kanan adalah seorang pembaca dalam hati yang ulung, dan dapat membaca dengan cepat, karena membaca adalah komprehensif (pemahaman) dan komprehensif adalah visual (sesuatu yang dapat dilihat). Pada individu dengan pola belajar memakai otak kiri walau dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik. Untuk memahami apa yang dibaca, harus dengan membaca perlahan (silent) dan pelan pelan (slowly), sehingga kata kata tersebut akan masuk kedalam pikirannya. Biasanya menggunakan catatan, sehingga penyimpanan informasinya sistimatik. Individu dengan otak kanan akan membaca dengan cepat, melakukan scanning terhadap kata kata yang ada, sehingga mendapatkan gambaran detailnya. Mula mula dibacakan, lalu disuruh untuk merubah kata kata tersebut menjadi gambar mental. d. Menulis. Merupakan hal yang paling sulit untuk dikerjakan karena koordinasi motorikhalus umumnya juga terganggu.

6 Orientasi visualnya yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan dalam menyalin huruf dan angka. Terdapat kesulitan dalam mengalihkan dari gambar yang ada dipikirannya kedalam kertas dalam bentuk kata, membentuk huruf, ejaan, pemisahan kata, karena terjadi distorsi dari mental picturenya. Pada otak kiri, berpikirnya secara symbol dan dalam bentuk kata,, sehingga mudah untuk menerjemahkan pikirannya ke kertas. Pada otak kanan, sejak awal anak cenderung perfeksionis. Jadi bila terdapat kesalahan menulis yang harus diperbaiki membuatnya tidak mau menulis. Anak disuruh berbicara lambat, lalu kita menuliskan kata tersebut, beri tanda baca dan pemisahan kata; dengan demikian dia mengerti bagaimana cara menulis. Kemudian kita berbicara dengan lambat, anak disuruh menuliskan. Bila terdapat kesalahan perbaikilah kata tersebut secara kata yang utuh. 2. BERHITUNG PADA OTAK KIRI (Njiokiktjien 1997, Njiokiktjien 2003). a. Dapat menghitung dan mempunyai pengertian bilangan. Sebelum anak mampu berhitung, harus ada pengertian tentang jumlah dan pengertian tentang perbedaan diantara jumlah tersebut. Saat balita anak belajar berhitung dalam situasi fisik dan konkrit, menghubungkan jumlah tersebut dengan bahasa yang diucapkan yaitu bilangan2 kemudian disusul dengan angka angka. Pengertian bilangan ( pengertian jumlah tanpa ada benda fisik /konkrit yang dapat dihitung) harus sudah dimiliki pada usia 5 tahun. b. Bahasa pada proses berhitung Membagi atau merubah suatu jumlah, pengertian ditambah dan dikurangi, lebih besar dan lebih kecil perlu diajarkan selama perkembangan bicara dalam bentuk gerakan dan penglihatan. Salah satu syarat untuk dapat berhitung adalah tidak mengalami gangguan perkembangan berbahasa. c. Mengerjakan simbol simbol hitungan. Syarat lain untuk berhitung adalah mengenal bentuk lambang hitungan, sehingga proses berhitung dapat berlangsung. d. Proses berhitung sentral Operasi matematika (tambah, kurang, kali dan bagi) akan dipelajari pada ahir periode manipulasi secara konkrit. Operasi matematika tidak tergantung dari simbul tertulis. e. Faktor lain pada berhitung. Perhatian, pencaman dan daya ingat jangka pendek yang baik perlu untuk mencongak. Juga perlu daya ingat yang baik tentang apa yang didengar verbal. Pada mencongak juga diperlukan imajinasi penglihatan (visual) selama hitungan hitungan belum mampu dilakukan secara otomatis. Pada operasi yang lebih besar diperlukan keberuntunan, yang

7 satu dulu, baru yang lain dan diperlukan urutan yang tepat serta perencanaan. PADA OTAK KANAN (Freed, 1997) Proses pembelajaran secara berlatih (drill), pengulangan dan ujian dengan waktu yang terbatas, hanya sesuai untuk individu dengan otak kiri. Karena pola belajar pada otak kanan adalah visual, maka ilustrasikan konsep matematika secara visual misalmya menghitung uang, menggunakan sempoa. Kekuatan individu ini terdapat pada intuisi matematika, sedangkan perhitungan arithmatika yang sederhana merupakan sisi kelemahannya. Proses pembelajaran dengan menarik minat mereka dengan memperkenalkannya pada konsep matematika yang kompleks misalnya bilangan negatif, kuadrat, akar, tenaga (power), sebelum ahirnya diperkenalkan pada konsep dasar yaitu penjumlahan, pembagian sederhana, perkalian. Kegiatan tersebut dapat berupa menghitung volume air yang ada di botol, mengetahui berapa lama kereta api dapat menempuh jarak bandungjakarta bila kecepatannya tertentu, kegiatan memasak dengan cara menakar menggunakan cangkir dan sendok akan mengajarkankonsep volume, pecahan, perkalian. Setelah dapat memahami proses perhitungan sederhana dan persamaan, dengan mudah akan dapat memahami sesuatu yang lebih abstrak dan konsep yang sulit ( misalnya geometri, kalkulus) Proses berpikirnya visual; hindari anak disuruh menulis, tidak perlu menghitung dengan jari, dalam suasana relax, tidak ada tekanan karena pembatasan waktu, lakukan latihan mental matematika yang melibatkan keberuntunan secara auditori dan konsep matematika. Dengan cara ini akan memotong daerah kelemahan anak (proses dengar) dan merubahnya menjadi kekuatan menggunakan kemampuan visualnya. Latihan mental matematika ini juga memanfaatkan kemampuan visual tanpa gangguan untuk menuliskan atau menunjukan cara (langkah) penyelesaian. Jangan memberi soal yang berlebihan ; cukup 5-10 soal dengan masalah yang berbeda. KESIMPULAN Terdapat 3 tipe proses belajar pada individu yaitu otak kiri, otak kanan dan kedua otak. Harus dikenali pola belajar pada anak didik agar metode pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga hasil yang diperoleh optimal. DAFTAR KEPUSTAKAAN

8 Freed J. The Left-Right Brain Continum. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue Freed J. Spelling. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997: Freed J. Reading. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997: Freed J. Math. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997: Freed J. Writing. In: Right Brained Children in a Left Brained World. Simon & Schuster. Avenue.1997: Njiokiktjien.Attention and Memory Development. In Pediatric Behavioural Neurology. Suyi Publicaties Amsterdam. 1988: Njiokiktjien. Dysleksia and Dyscalculia. In Pediatric Behavioural Neurology. Suyi Publicaties Amsterdam. 1988: Njiokiktjien. Kesulitan Belajar pada Membaca, Menulis, dan Berhitung. Dalam Masalah dalam Perkembangan Psikomotor. Suyi Publ. Indonesia, Semarang. 2003: PERTANYAAN UNTUK MENGINVENTARISIR POLA BELAJAR ANAK USIA 5-13 TAHUN 1. Apakah anak anda sangat banyak bergerak? 2. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mewarna dan menulis? 3. Apakah anak anda mengalami keterlambatan dalam berjalan? 4. Apakah anak anda sangat sensitif terhadap kritikan? 5. Aapakah anak anda menderita alergi atau asma? 6. Apakah anak anda terampil dalam membangun mainan (building toys), misalnya Lincoln logs Legos dan Tinker toys? 7. Apakah anak anda terampil dalam permainan teka teki (puzzles) dan yang tercerai berai (mazes)? 8. Bila anda membacakan sebuah buku kepada anak anda dua atau 3 kali, dapatkah dia mengisi kata yang hilang dengan ingatan yang sangat baik? 9. Apakah sangat penting bahwa anak menyukai guru disekolah agar dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik didalam kelas? 10. Apakah anak anda mudah beralih perhatiannya, atau sering melamun? 11. Apakah anak anda tidak dapat menyelesaikan tugas secara konsisten? 12. Apakah anak anda cenderung berbuat duli baru berpikir? 13. Apakah anda harus memotong label baju anak anda? Apakah anak anda hanya mau memakai baju yang lembut dan well worn? 14. Apakah anak anda overwhelmed pada saat berolah raga, pesta yang ramai, amusement park?

9 15. Apakah anak nada cenderung malu dan menghindari pelukan? 16. Apakah anak anda harus selalu diingatkan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan? 17. Apakah anak anda sangat kompetitif (bersaing) dan tidak mau kalah? 18. Apakah anak anda memiliki rasa humor yang baik? Apakah dia mempunyai kemampuan diatas rata rata untuk mengerti dan menciptakan permainan kata? 19. Apakah anak anda sempurna dalam mencoba cara dalam melakukan sesuatu yang baru 20. Mampukah anak anda mengingat kembali saat liburan atau kejadian pada 1 atau 2 tahun yang lalu secara gamblang detailnya? Hasil : makin banyak jawaban "ya" makin kearah kanan "ya" 0-4 = sangat otak kiri 5-8 = lebih otak kiri 9-12 = otak kiri-kanan = lebih otak kanan = sangat otak kanan PERTANYAAN UNTUK MENENTUKAN OTAK KIRI ATAU OTAK KANAN PADA ANAK USIA BELASAN DAN DEWASA 1. Apakah anda lebih baik mengingat wajah dibanding nama seseorang? 2. Bila anda dihadapkan pada mainan atau harus memasangkan perabotan, apakah anda akan membuang petunjuk tertulisnya dan mencoba coba sendiri bagaimana cara memasangnya? 3. Apakah anda lebih baik memikirkan ide bila anda ditinggal sendirian, konsentrasi, dibandingkan bekerja berkelompok? 4. Apakah anda lebih mengandalkan pada gambar untuk mengingat sesuatu dibanding nama dan kata kata? 5. Apakah anda mengalami terutama kehilangan pendengaran akut? 6. Apakah anda memotong label baju? Apakah anda menukai bahan pakaian yang lembut dan well worn, dibanding bahan yang kasar? 7. Apakah anda cenderung untuk sering put yourself down? 8. Bila anda diminta untuk mengeja kata, apakah anda melihat diingatan atau menyebutkannya secara apa yang didengar (phonetic)? 9. Bila anda mempelajari sesuatu, apakah anda lebih memilih mempelajari secara menyeluruh dulu, dibandingkan mempelajari banyak fakta? 10. Apakah anda terampil dalam membuat teka teki (puzzle) dan kesimpang siuran (mazes)? 11. Apakah anda mudah membayangkan dalam 3 dimensi dengan baik? Dengan kata lain dapatkah anda memvisualisasikan kubus dibenak anda,

10 memutarnya, dan melihatnya dari berbagai sudut tanpa kesulitan? 12. Apakah anda tergolong telat berkembang (late bloomer)? 13. Apakah anda harus menyukai guru anda agar dapat berprestasi baik dikelas? 14. Apakah perhatian anda cepat beralih dan sering melamun? 15. Apakah anda seorang yang perfeksionis dalam mencoba menyelesaikan masalah yang baru? 16. Apakah anda seorang yang yang sangat kompetitif, pantang menyerah dibanding orang lain? 17. Apakah anda seorang yang dapat menjelaskan seseorang dengan baik? Apakah orang lain menganggap anda adalah seorang yang dapat membaca seseorang dengan baik? 18. Apakah tulisan tangan anda dibawah rata rata atau termasuk buruk? 19. Apakah saat kanak kanak anda mengalami keterlambatan dalam berjalan atau keterlambatan motorik lainnya? 20. Bila anda berada dalam ruangan yang baru, apakah anda cenderung mudah untuk mencari jalan disekeliling? Hasil : makin banyak jawaban "ya" makin kearah kanan "ya" 0-4 = sangat otak kiri = lebih otak kanan 5-8 = lebih otak kiri = sangat otak kanan 9-12 = otak kiri-kanan option=com_content&task=view&id=195&itemid=68

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Kerangka Kerja Berpikir Efektif : Tahapan dalam berfikir efektif terdiri dari : 1. Tahap Menganalisis. Menguraikan kedalam bagian-bagian; membagi suatu

Lebih terperinci

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca A. Pendahuluan Diposting oleh : Zikwan, S.Pd. Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF. No Gambar Nama Manfaat dan Cara Bermain Usia Harga (Rp) MAINAN KAYU

PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF. No Gambar Nama Manfaat dan Cara Bermain Usia Harga (Rp) MAINAN KAYU PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF http://rmhpintar.wordpress.com Pasar Kembang Parakan Temanggung Jawa Tengah Phone : 081578844127 / 081388230970 Email : riskaerma@gmail.com No Gambar Nama Manfaat dan Cara

Lebih terperinci

PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF. No Gambar Nama Manfaat dan Cara Bermain Harga (Rp) MAINAN KAYU

PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF. No Gambar Nama Manfaat dan Cara Bermain Harga (Rp) MAINAN KAYU PUSAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF http://rmhpintar.wordpress.com Pasar Kembang Parakan Temanggung Jawa Tengah Phone : 081578844127 / 081388230970 Email : riskaerma@gmail.com No Gambar Nama Manfaat dan Cara

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan terdapat proses yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya, yaitu proses belajar dan proses mengajar yang saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Oleh Susana Widyastuti, M.A. Disampaikan pada Seminar Metode Belajar yang Efektif Yang diselenggarakan pada Sabtu, 25 September 2010 Oleh Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning adalah belajar, disability artinya ketidak mampuan sehingga terjemahannya menjadi ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan pendidikan lanjutan, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa baru mengalami kegagalan dalam belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Mengingat 1. Defenisi Ingatan Menurut Matlin (2005), ingatan adalah proses untuk mempertahankan informasi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Oxford University Press

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam

Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam Kesulitan belajar oleh: Imas Diana Aprilia Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan,

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sempoa merupakan suatu warisan kebudayaan dari Tiongkok dan merupakan penemuan terbesar dalam sejarah dunia. Namun, pada zaman modern ini kepraktisan menggunakan

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Merupakan salah satu bentuk pendidikan yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan prasekolah tugas utama

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL

BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL Dalam menjalankan proses pendidikan di TK, pengenalan dasar-dasar akademik seperti membaca, menulis, dan menghitung juga sangat penting.

Lebih terperinci

DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5

DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5 DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5 MENULIS Menulis adalah keterampilan kompleks yang mengkombinasikan gerakan motor dan komponen linguistik yang bertujuan untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

Memori. Rahayu Ginintasasi

Memori. Rahayu Ginintasasi Memori Rahayu Ginintasasi Memori A. Pengertian memori kemampuan untuk menerima informasi (Encoding), menyimpannya (Storage), dan mengeluarkannya kembali (Retrieval), tanpa ada perbedaan dengan saat kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

Produksi Media Public Relations AVI. Modul ke: 03FIKOM CREATIVE. Fakultas. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Program Studi HUMAS

Produksi Media Public Relations AVI. Modul ke: 03FIKOM CREATIVE. Fakultas. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Program Studi HUMAS Produksi Media Public Relations AVI Modul ke: CREATIVE Fakultas 03FIKOM Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan Kelas XI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Simbol-simbol Matematika 1. Definisi Matematika Matematika merupakan salah satu ilmu pasti yang wajib dipelajari oleh siswa. Matematika berasal dari bahasa Yunani: mathêmatiká yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran matematika tentu tidak akan terlepas dari masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum terdapat beberapa mata pelajaran sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat lima mata pelajaran pokok

Lebih terperinci

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK Mohamad Sugiarmin PERSEPSI Proses mental yg menginterpretasikan dan memberi arti pd obyek yg ditangkap atau diamati oleh indera. Ketepatan persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat utama yang diandalkan manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pergaulan serta komunikasi dengan sesamanya. Keberhasilan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri, juga sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK KESULITAN BELAJAR SPESIFIK PENGERTIAN IDEA (1997) : Anak-anak yang mengalami hambatan / penyimpangan pada satu / lebih proses-proses psikologis dasar yg mencakup pengertian / penggunaan bahasa baik lisan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

Nama : Rahmadi, M.Kom. NIP : Instansi : Universitas Andalas Mata Diklat : Standar Layanan Pembelajaran Fasilitator : Hairun Nissa

Nama : Rahmadi, M.Kom. NIP : Instansi : Universitas Andalas Mata Diklat : Standar Layanan Pembelajaran Fasilitator : Hairun Nissa Nama : Rahmadi, M.Kom. NIP : 197605182001121001 Instansi : Universitas Andalas Mata Diklat : Standar Layanan Pembelajaran Fasilitator : Hairun Nissa Soal : TUGAS 2: Carilah dan jelaskan klasifikasi karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika merupakan dasar dari mata pelajaran lain yang saling berkesinambungan. Namun,

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam pertumbuhan. Pada masa ini mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menanggapi dan belajar

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

Sylvi Dewajani SpringUP Education Consultant

Sylvi Dewajani SpringUP Education Consultant Sylvi Dewajani SpringUP Education Consultant Banyak keyakinan-keyakinan yang berkembang di masyarakat, bahwa mengajarkan membaca pada usia dini (di bawah lima tahun) justru akan menghambat proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta

Lebih terperinci

Bab 4 Pemecahan Masalah Matematika

Bab 4 Pemecahan Masalah Matematika Bab 4 Pemecahan Masalah Matematika A. Pengertian Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu tidak akan terlepas dari proses belajar dimulai dari awal kehidupannya. Belajar (learning) merupakan proses yang sedeharna yang dialami oleh individu namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK KELAS I

SILABUS TEMATIK KELAS I SILABUS TEMATIK KELAS I Satuan Pendidikan Kelas Kompetensi Inti : SD/MI : I (satu) KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Picture and Picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

TRIK MEMBACA NOTASI BALOK

TRIK MEMBACA NOTASI BALOK Susah membaca notasi balok? Here some tips to help you in the practice! TRIK MEMBACA NOTASI BALOK Artikel Majalah Staccato (September 2012) Oleh: Jelia Megawati Heru sumber: majalah staccato edisi September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Kemampuan Penguasaan Kosakata Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 1021-1030. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 DESKRIPSI PENGGUNAAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari masalah pendidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah simbol. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dalam mengembangkan bakat anak dan bahkan menjadi landasan atau pondasi yang kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

Tes Visualisasi Spasial

Tes Visualisasi Spasial Tes Visualisasi Spasial Tes visualisasi spasial ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita memvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertianya serta berpikir secara abstrak melalui benda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang merupakan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tak dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan tes tertulis serta wawancara dengan semua subjek. Tes tertulis dan wawancara tahap pertama dilakukan pada tanggal 16 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Efektifitas pembelajaran tematik terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dan perubahan perilaku anak hiperaktif di SDN I Pangkalan Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2005/2006

Lebih terperinci