LAPORAN TUGAS AKHIR. Nama. : Freza Surya Asrina NIM : A Program Studi. Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TUGAS AKHIR. Nama. : Freza Surya Asrina NIM : A Program Studi. Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR Analytical Hierarchi Process Modelling Dalam Pendukung Keputusan Reward and Punishment Pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S1 pada fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoroo Disusun Oleh : Nama NIM Program Studi : Freza Surya Asrina : A : Sistem Informasi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2013

2 DAFTAR ISI Judul... i Persetujuan... ii Pengesahan... iii Pernyataan Keaslian Tugas Akhir... iv Pernyataan Persetujuan Publikasi... v Ucapan Terimakasih... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber Alfaria Trijaya Dengan Metode AHP Penerapan Metode Analitical Hierarchi Process Dalam Penerimaan Karyawan Pada PT. Pasir Besi Indonesia Konsep Dasar Pengambilan Keputusan Definisi Keputusan Pengambilan Keputusan Proses Pengambilan Keputusan Definisi Pendukung Keputusan Jenis Keputusan... 10

3 2.2.6 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Keberadaan dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan pada Pengelolaan Informasi Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan Tingkat Teknologi Sistem Pendukung Keputusan Metode Analytical Hierarchy Process Langkah-langkah AHP Prosedur AHP Konsep Sistem Reward dan Punishment Pengertian Reward dan Punishment Faktor-faktor Sistem Reward dan Punishment Proses Analisa Reward dan Punishment Indikasi Sistem Reward dan Punishment Metodologi Pengembangan Sistem Alat-alat Permodelan Sistem Flow of Document (FOD) Diagram Konteks Data Flow Digram (DFD) Kamus Data Entity Relationship Data (ERD) Pemrograman Visual Basic Pengenalan Visual Basic Mengapa Visual Basic Koneksi Database Pengertian MySQL Cristal Report BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data... 41

4 3.3 Metode Pengumpulan Data Tahap-tahap Pengembangan Sistem Perencanaan Analisis Kebutuhan Desain Sistem Implementasi sistem Pengujian Sistem Perawatan Sistem Kerangka Pikir BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Profil Instansi Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi Tugas dan Tanggung Jawab Analisis Sistem Unsur Penilaian Reward dan Punishment Identifikasi Masalah dan Sumber Masalah Identifikasi Kebutuhan Informasi Alternatif Sistem yang Diusulkan Identifikasi Kebutuhan Proses Penilaian Kinerja Karyawan Menentukan Bobot (Prioritas) Kriteria Perhitungan Hasil Desain Sistem Subsistem Model Subsistem Basisdata Pengujian Sistem Maintenance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 81

5 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA... 82

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi informasi saat ini bergerak dalam bidang apapun sangat mebutuhkan alat bantu dalam pengolahan data. Perkembangan teknologi dalam berbagai bidang menuntut informasi yang cepat dan tepat. Dalam hal ini sistem pendukung keputusan merupakan suatu sarana yang tepat, dimana dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan pada permasalahan atau persoalan yang rumit. Suatu perusahaan atau instansi baik milik pemerintah maupun swasta selalu membutuhkan tenaga kerja yang sering disebut juga dengan karyawan atau pegawai guna pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Salah satu penunjang keberhasilan suatu instansi adalah adanya sumber daya manusia yang berkualitas membuat instansi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara pegawai serta pimpinan dalam instansi terseut. Begitu pula dengan Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindunngan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah atau yang dapat disebut Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. Untuk pencapaian tugas pokok tersebut tidak lepas dari peran para pegawainya. Bagi pimpinan Kesbang pol dan linmas karyawan-karyawan yang bekarja didalamnya merupakan roda penggerak yang sangat penting bagi kelangsungan mutu untuk mengukur keberhasilan kegiatan sumber daya manusia. Namun kualitas kerja dari beberapa karyawan tidak selamanya sesuai dengan standar mutu yang diberlakukan. Suatu situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk mencapai tujuan dan harapan instansi tersebut, sehingga menyebabkan menilaian prestasi kerja menjadi menurun. Maka dari itu pimpinan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para pegawai. Secara berkala Kesbang Pol dan Linmas memberilan penilaian kerja terhadap pegawai-pegawai berkualitas. Adapun tujuan dilakukanya proses penilaian terhadap pegawai yang berkualitas adalah sebagai tanda ucapan terimakasih atas dedikasi dan kinerja pegawai, selain itu sanksi atau hukuman bagi pegawai yang melanggar aturan instansi. Semua itu diberikan agar pegawai dapat terus meningkatkan kinerjanya pada instansi di tiap tahunya.

7 Penulis melakukan penelitian terhadap kinerja karyawan untuk menentukan prioritas dari berbagai alternatif yang akan diambil sebagai pendukung keputusan pihak kepegawaian, maka diperlukan suatu metode yang dapat memecahkan masalah penentuan prioritas ini yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP pada dasarnya adalah suatu bentuk metode pengambilan keputusan yang menutupi semua kekurangan dari metode sebelumnya. Metode AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap expert sebagai inputan utamanya. Dengan adanya sistem pendukung keputusan yang menggunakan AHP ini maka diharapkan dapat mempercepat dan mempermudah user dalam pengambilan keputusan dalam menentukan hadiah atau hukuman atas kinerja pegawai sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka hal ini penulis memilih judul Analytical Hierarchi Process Modelling Dalam Pendukung Keputusan Reward and Punishment Pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, sebagai judul untuk menyusun laporan tugas akhir guna menyelesaikan Program Studi Strata I di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada tugas akhir ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pendukung keputusan reward dan punishment karyawan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng dengan metode Analytical Hierarchi Process agar mampu memberikan pelayanan terbaik untuk pegawai?. 1.3 Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup kegiatan yang dilakukan instansi Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng, maka untuk menyusun laporan tugas akhir ini penulis menentukan batasan masalah pada: 1. Sistem pendukung keputusan ini disesuaikan dengan aturan yang berlaku dan informasi yang dikelola sebatas penilaian pegawai yang berada di lingkungan instansi Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng. 2. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini berdasarkan penilaian hasil survey yang diberikan oleh pihak kepegawaian Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng.

8 3. Metode yang digunakan adalah Sistem Pendukung Keputusan ini yaitu metode AHP (Analytical Hierarchi Process) sedangkan pada pembuatan program aplikasi menggunakan software Microsoft Visual Basic 6.0, untuk mengolah database menggunakan SQLyog Enterprise, serta tidak diakses secara on-line. 1.4 Tujuan Penelitian Membuat suatu sistem pendukung keputusan yang dapat digunakan untuk mengelola data dalam penilaian kinerja pegawai serta pemilihan prioritas terbaik dalam memberikan reward (hadiah) pada karyawan teladan dan pemberian punishment (sanksi) terhadap karyawan yang melanggar aturan yang berlaku di Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng secara terkomputerisasi. 1.5 Manfaat Penelitian 5.1 Bagi Penulis Untuk melatih, menambah pengetahuan dan mengukur seberapa daya tangkap penulis dalam mempreaktekkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta menerapkannya didalam lingkup instansi. 5.2 Bagi Universitas a. Sebagai referensi yang dapat digunakan untuk bahan pengembangan terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah kinerja karyawan dan pemberian reward dan punishment. b. Untuk menambah pembendaharaan kepustakaan dan sekaligus sebagai acuan terhadap laporan yang behubungan dengan masalah terkait, juga sebagai media untuk menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa dan pembaca lainya. 5.3 Bagi Instansi Membantu bagian kepegawaian Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng dalam mengambil keputusan menggunakan metode AHP sesuai kriteria-kriteria yang ada sehingga proses pengoprasian, pengawasan, pengecekan dan informasi mengenai kinerja karyawan serta pemberian reward dan punishment sehingga dapat diketauhi dalam waktu yang relative singkat dengan penyajian yang benar.

9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian yang berkaitan dengan SPK (Sistem Pendukung Keputusan) dalam suatu rekrutmen antara lain: Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber Alfaria Trijaya Dengan Metode AHP.[1] Data pustaka berikut ini membahas tentang bagaimana mendefinisikan AHP dalam pengambilan keputusan penilaian pelamar kerja dengan efektif dan efisien. Serta membuat kriteria dan alternatif untuk mendukung dalam perhitungan nilai pelamar. Sumber data dari penelitian ini adalah berasal dari data sekunder berupa kriteria syarat perekrutan karyawan yang berasal dari inatansi terkait objek penelitian. Kelebihan dari data pustaka ini adalah dari segi pengumpulan data, penggunaan data sekunder membantu proses pengumpulan data sehingga tidak diperlukan adanya proses peninjauan langsung kelapangan terkait dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti.tahun penelitian pada jurnal tergolong baru yaitu pada tahun 2012 yang membuat usia data yang ada pada jurnal masih bisa valid untuk dijadikan acuan penelitian setelahnya. Kemudian kekurangan dari jurnal ini adalah akses terhadap data sekunder tidak mudah sehingga paling tidak peneliti harus mempunyai jalinan komunikasi yang baik dengan sumber-sumber terkait untuk masalah hak akses akan data Penerapan Metode Analitical Hierarchi Process Dalam Penerimaan Karyawan Pada PT. Pasir Besi Indonesia. [2] Data pustaka berikut membahas tentang bagaimana metode AHP dapat diaplikasikan dalam suatu sistem pengambilan keputusan pada penerimaan karyawan yang berupa data masukan serta nilai-nilai atau point-point yang berdasarkan bobot kriteria dan data masukan. Sumber data dari penelitian ini

10 adalah berasal dari data sekunder berupa kriteria rencana strategis yang berasal dari inatansi terkait objek penelitian. Kelebihan dari data pustaka ini adalah dari segi pengumpulan data, penggunaan data sekunder membantu proses pengumpulan data sehingga tidak diperlukan adanya proses peninjauan langsung kelapangan terkait dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Tahun penelitian pada jurnal tergolong baru yaitu pada tahun 2010 yang membuat usia data yang ada pada jurnal masih bisa valid untuk dijadikan acuan penelitian setelahnya. Kemudian kekurangan dari jurnal ini adalah data sekunder memiliki standarisasi usia data, sehingga data yang dibutuhkan harus data yang masih memiliki usia muda atau tergolong baru. Akses terhadap data sekunder tidak mudah sehingga paling tidak peneliti harus mempunyai jalinan komunikasi yang baik dengan sumber-sumber terkait untuk masalah hak akses akan data. 2.2 Konsep Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses intelektual yang bersifat dasar bagi perilaku manusia Definisi Keputusan Kata keputusan sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan, karena berhubungan dengan masalah-solusi. Definisi dari keputusan pada umumnya adalah pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Jika berhubungan dengan proses, maka keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis yang diberi label pengambilan keputusan. Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri atas aktifitas yang berhubungan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Dengan kata lain, keputusan merupakan kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Bila dikaitkan dengan suatu organisasi, keputusan ini disebut dengan sistem keputusan. Dan sistem keputusan ini adalah salah satu bagian dari sistem organisasi. Keputusan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu :

11 a. Strategis, keputusan dengan ciri : ketidakpastian besar dan orientasi masa depan. b. Taktis, keputusan dengan ciri : berhubungan dengan aktifitas jangka pendek dan alokasi sumber-sumber daya guna mencapai sasaran. c. Teknik, keputusan dengan ciri : standar-standar ditetapkan dan bersifat deterministik, mengusahakan agar tugas spesifik diimplementasikan dengan efektif dan efisien Pengambilan Keputusan Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih dengan proses tertentu serta diharapkan memperoleh sebuah keputusan yang terbaik. Empat faktor pengkajian masalah dalam pengambilan keputusan, yaitu : a. Lingkungan Karakteristik lingkungan menyulitkan pengambilan keputusan, yaitu : ketidakpastian, kompleks, dinamis, persaingan dalam linkungan dan keterbatasan sumberdaya. b. Kemampuan manusia Karakteristik kemampuan manusia yang harus dimiliki, yaitu kecerdasan, persepsi (pemahaman dan pengalaman) dan falsafah (pandangan dan prinsipprinsip hidup). c. Intuisi Hasil atau proses intuisi harus rasional. d. Keputusan vs. Hasil Untuk melihat kualitas keputusan adalah dengan melihat apakah keputusan tersebut konsisten dengan pilihan yang ada dan konsisten atas preferensi yang dimiliki pengambil keputusan serta mencapai hasil seperti yang ditargetkan Proses Pengambilan Keputusan Dalam proses pengambilan keputusan terdapat model proses pengambilan keputusan yang terdiri dari beberapa fase, yaitu : 1. Penelusuran (Intelligence)

12 Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. 2. Perancangan (Design) Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. Beberapa hal yang dilakukan dalam pembentukan model tahap perancangan ini diantaranya : Strukturisasi model. Pemilihan kriteria untuk evaluasi, termasuk penetapan tingkat aspirasi untuk menetapkan suatu tujuan yang layak. Pengembangan alternatif. Memperkirakan hasil, dikaitkan dengan ketersediaan informasi yang mempengaruhi ketidakpastian atau kepastian dari suatu hasil solusi. Pengukuran hasil penetapan skenario. 3. Pemilihan (Choice) Dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. 4. Implementasi (Implementation) Tahap ini sebenarnya adalah bagian dari tahap 3, tahap ini merupakan pelaksanaan dari keputusan yang diambil.

13 Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan [Sumber : Decision Support Systems and Intelligent Systems, Turban Efrain, 2005] Definisi Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S.Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Konsep Sistem Pendukung Keputusan ditandai dengan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pengambilan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, permodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.[2] Kerangka dasar pengambilan keputusan manajerial dalam tipe keputusan dibagi menjadi : 1. Terstruktur Berisi masalah rutin yang sering terjadi, solusinya adalah standar dan baku. Prosedur yang berisi solusi terbaik dari pemecahan masalah yang ada atau mendeteksi solusi standar. Teknologi yang digunakan sistem informasi manajemen (SIM) dan penelitian operasional. 2. Tidak Terstruktur

14 Berisi masalah kompleks menggunakan pemecahan masalah yang tidak standar. Pencarian solusi ini melibatkan intuisi manusia sebagai basis pembuat keputusan. Teknologi yang digunakan adalah sistem pakar. 3. Semi Terstruktur Merupakan gabungan antara keputusan terstruktur dengan tidak terstruktur, solusi masalah merupakan gabungan antara prosedur solusi standar dengan kemampuan individu manusia. Pengambilan keputusan ini tidak hanya memberikan solusi tunggal tetapi juga memberikan alternatif solusi. Teknologi yang digunakan adalah sistem pendukung keputusan Jenis Keputusan Metode pengelompokan keputusan menurut Herbert A. Simon, yaitu : 1. Keputusan terprogram (Programmed Decision) Merupakan keputusan yang bersifat berulang dan rutin, sedemikian sehingga suatu prosedur pasti telah dibuat untuk menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu dianggap de novo (baru) setiap kali tejadi. 2. Keputusan tidak terprogram (Nonprogrammed Decision) Merupakan keputusan yang bersifat baru, tidak terstruktur dan jarang konsekuensi. Tidak ada metode yang pasti untuk menangani masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah muncul sebelumnya, atau karena sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan kompleks, atau karena masalah tersebut demikian penting sehingga memerlukan penanganan khusus Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Tujuan dari sistem pendukung keputusan antara lain: a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi structured. b. Mendukung penilaian manajer, bukan mencoba menggantikannya. c. Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, SPK ditujukam untuk kepentingankepentingan yang memmerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.[3]

15 2.2.7 Keberadaan dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Pada Pengolahan Informasi Pada pengolahan informasi/data terdapat konsep-konsep pengolahan, yaitu pengolahan data elektronik (PDE), sistem informasi manajemen (SIM) dan sistem pendukung keputusan (SPK). SPK pada pengolahan informasi adalah kemajuan secara revolusioner dari SIM dan PDE. Karena untuk PDE pengolahan data yang terfokus pada data, dan SIM pengolahan data yang terfokus pada informasi sedangkan SPK pengolahan data yang terfokus pada keputusan. Perbedaan dari PDE, SIM, dan SPK ditunjukkan dengan penjelasan dari karakteristik masingmasing. PDE diterapkan pada level operasional organisasi. Karakteristik PDE meliputi aktivitas-aktivitas : Menitikberatkan pada data, penyimpanan, pengolahan dan aliran pada level operasional. Membantu pengolahan transaksi-transaksi secara lebih efisien. Memungkinkan pengolahan komputer secara lebih terjadwal dan optimal. Menyediakan pembukuan terpadu untuk kegiatan yang saling berkaitan. Memberikan laporan umum atau ikhtisar kepada manajer. SIM diterapkan dan difokuskan pada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi, yaitu penitikberatan pada aktivitas penyediaan informasi dengan penekanan pada integrasi informasi dan perencanaan fungsi-fungsi sistem informasi. SIM disini diorientasikan pada struktur aliran informasi dan operasional (rutinitas). Karakteristik SIM meliputi : Menitikberatkan pada informasi bagi manajer menengah. Menangani aliran-aliran informasi yang terstruktur. Memadukan PDE dari kegiatan-kegiatan berdasarkan fungsi usaha (SIM produksi, SIM pemasaran dan lain-lain). Melayani kebutuhan informasi dan pembuatan laporan, umumnya database. SPK merupakan sistem yang ditujukan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi lagi, dengan karakteristik sebagai berikut :

16 Berfokus pada keputusan, ditujukan pada manajer puncak dan pengambil keputusan. Menekankan pada fleksibilitas, adaptabilitas, dan respon cepat. Mampu mendukung berbagai gaya pengambilan keputusan dari masingmasing pribadi manajer. SPK dari sudut teotrikal, tidak hanya sekedar evolusioner dari PDE dan SIM, tetapi SPK merupakan kelas sistem informasi yang berinteraksi dengan bagian-bagian lain dari sistem informasi manajemen secara keseluruhan untuk mendukung aktivitas pengambilan keputusan dalam organisasi. Disini SPK mempunyai karakteristik-karakteristik dasar yang efektif, yang ditunjukkan sebagai berikut : 1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception. 2. Adanya interface antara manusia/mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan. 3. Mendukung pengambilan kuputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur. 4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai. 5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan model interaktif. 6. Hasil keluaran ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan. 7. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem. 8. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen. 9. Pendekatan easy to use, ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahan untuk digunakan dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang dihadapi. 10. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menangani dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi. (Turban Efrain, 2005)

17 Gambar 2.2 Hubungan antara PDE, SIM, dan SPK [Sumber : DSS and Intelligent Systems, Turban Efrain, 2005] Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan SPK terdiri dari tiga komponen utama atau subsistem, yaitu : 1. Subsistem manajemen basisdata (Database) Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data tersebut disimpan dalam suatu basisdata (database) yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut sistem manajemen basisdata (Database Management System/DBMS). 2. Subsistem manajemen basis model (Modelbase) Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Model tersebut diorganisasikan oleh pengelola model yaitu basismodel (modelbase). Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil menjadi tidak akurat dan tidak sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, dalam penyimpanan barbagai model pada sistem basis model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. 3. Subsistem manajemen basis dialog (User System Interface) Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem dengan pemakai secara interaktif. Fasilitas ini dikenal dengan subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diimplementasikan sehingga pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem

18 yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu: a. Bahasa aksi (Action Language), yaitu perangkat lunak yang dapat digunakan pemakai untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai media seperti keyboard, mouse, dan key function lainnya. b. Bahasa tampilan (Display/Presentation Language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang dimaksudkan seperti printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain. c. Basis pengetahuan, apa yang harus diketahui pemakai agar sistem bisa efektif. Basis ini bisa dalam pikiran pemakai, referensi dan buku manual. (Suryadi Kadarsah dan Ramdhani M. Ali, 1998) Gambar 2.3 Model Konseptual SPK Sumber: [Sistem Pendukung Keputusan, Suryadi Kadarsah dan Ramdhani M. Ali, 1998] Tingkat Teknologi Sistem Pendukung Keputusan Pembangunan SPK berdasarkan perangkatnya mencakup tiga tingkat perangka keras/lunak (Turban Efrain, 2005). Ketiga tingkat teknologi dijelaskan sebagai berikut : 1. SPK Spesifik (Specific DSS) Suatu paket yang terdiri dari perangkat keras dan lunak digunakan oleh sekelompok pengambil keputusan tertentu untuk menangani permasalahan khusus. SPK spesifik dikembangkan dari tool SPK dan atau generator SPK. 2. Peralatan SPK (DSS Tools)

19 Merupakan elemen-elemen perangkat keras/lunak untuk mengembangkan SPK spesifik maupun pembangkit SPK. Meskipun peralatan SPK ini mampu membuat SPK spesifik secara langsung, namun mengembangkan SPK spesifik dengan pembangkit SPK jauh lebih mudah dan efisien. 3. Pembangkit SPK (DSS Generator) Merupakan paket dari kumpulan perangkat keras/lunak yang menyediakan kemampuan untuk membuat SPK spesifik dengan cepat dan mudah. 2.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan salah satu model pengambilan keputusan yang sering digunakan. AHP digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif atau pilke dalam kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.[4] Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Disamping bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada proses yang terstruktur dan logis.[4] AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.[4] Kelebihan AHP dibanding lainya adalah : [4] a. Struktur yang berhierarki, sebagai konsistensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subsubkriteria yang paling dalam. b. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivas pengambilan keputusan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:

20 a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalahan/persoalan, maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsurunsurnya, sampai yang sekecil-kecilnya. b. Comparative Judgement, prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. c. Synthesis of Priority, dari setiap matriks pairwise comparison vektor eigen cirinya untuk mendapatkan prioritas lokal, karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. d. Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu Langkah-langkah AHP Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ekspert sebagai input utamanya. Kriteria ekspert disini lebih mengacu pada orang ayng mengerti bener permasalahnya dan mempunyai kepentingan akan masalah tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif merupakan hal yang sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan didunia dan tingkat ketidak pastian yang makin tinggi. Selain itu AHP juga mengguji konsistensi penilaian. Bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsisten sempurna, maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang. Langkah-langkah dalam metode AHP : [5] a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. c. Membuat matriks perbandingan setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.

21 d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgmest seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. f. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor merupakan bobot setiap elemen. h. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgmest harus diperbaiki. Menurut Saaty, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat. Berikut ini adalah nilai dan definisi pendapat kualitatif dalam skala perbandingan Saaty : Table 2.1 : Tabel pelilaian kriteria dan alternatif Saaty [6] Nilai Keterangan 1 Kriteria / alternatif A sama penting dengan kriteria / alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Prosedur AHP Gambar 2.4 Dekomposisi masalah

22 Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi: 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. 2. Menentukan perioritas, meliputi menentukan prioritas elemen dan matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. Tabel 2.2. matriks perbandingan berpasangan [Sumber : Sistem pendukung keputusan, Suryadi Ramdani, 1998] 3. Sistesis, terdiri dari menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. Tabel 2.3. matriks perbandingan hasil normalisasi C A1 A2... An Jumlah Prioritas A1 a11 a12... a1n A2 a21 a22... a2n An an1 an2... ann Jumlah

23 [Sumber : Sistem pendukung keputusan, Suryadi Ramdani, 1998] Ket : n = banyaknya kriteria. 4. Mengukur konsistensi, dengan cara mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya. Tabel 2.4. Perhitungan Rasio Konsistensi [Sumber : Sistem pendukung keputusan, Suryadi Ramdani, 1998] 5. Menghitung consistency index (CI)dengan rumus CI = ( λ maks-n ) / n Dimana n adalah banyaknya kriteria 6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus : CR = CI/RC Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index

24 IR = Index Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) seperti berikut : Tabel 2.5 Daftar Indeks Random Konsistensi Ukuran Matriks Nilai IR 1,2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1, , , ,48 [Sumber : Sistem pendukung keputusan, Suryadi Ramdani, 1998] 2.4 Konsep Sistem Reward dan Punishment Pengertian Sistem Reward dan Punishment Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam peningkatan kinerja karyawan. Salah satu yang berpengaruh adalah pemberian kompesasi terhadap setiap aktivitas yang dilakukan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan fisik, yang mempengaruhi motivasi yang pada giliranya mempengaruhi perilaku karyawan.

25 Oleh karena itu manajemen kompensasi penting untuk meningkatkan motovasi pegawai mencapai prestasi yang terbaik. Pemberian kompensasi berupa penghargaan (reward) yang tepat dalam arti memenuhi persyaratan adil dan layak merupakan prinsip penting dalam sistem manajemen kompensasi. Manajemen kompesasi yang baik adalah kompensasi yang berorientasi pada pemberian penghargaan, karena sistem penghargaan akan mendorong manajemen untuk memperlakukan dan menempatkan karyawan pada posisi yang terhormat atau dihormati dan berharga. Penghargaan (reward) adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan. Dalam organisasi ada istilah insentif, yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau organisasi. [7] Terdapat tiga bentuk reward yang dapat diberikan kepada individu dalam sebuah organisasi, yang disebut sebagai The Reward Triangle yaitu: a. Direct financial reward, seperti peningkatan gaji, bonus, komisi, ontest, intensif dan lainya. b. Career advancement, seperti teritory yang luas, pelanggan ukuran besar, promosi jabatan dan lainya. c. Recognition, sertifikat penghargaan pencapaian prestasi, bingkisan, tropi. Sementara Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. [7] Faktor-faktor Sistem Reward dan Punishment Hal yang dapat dijadikan kebijakan dalam penetapan sistem kompensasi ada empat faktor, yaitu :

26 a. Dari faktor organisasi (the organization), penetapan kompensasi harus dilihat dari sisi kebijakan manajemen, keadaan politik yang mempengaruhi organisasi dan kemampuan organisasi dalam penyebaran. b. Dari faktor pegawai (the employee), penetapan kompensasi ini harus menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan kinerja pegawai itu, pembayaran berdasarkan merit, variable gaji, pembayaran yang didasarkan pada keterampilan pegawai, pembayaran berdasarkan pada kompetensi, senioritas pegawai, pengalaman kerja, hubungan keanggotaan dalam organisasi, potensinya, pengaruh politik dan yang terakhir adalah keberuntungan. c. Dari faktor pasaran tenaga kerja (the labor market), penetapan kompensasi juga harus melihat kompensasi yang berlaku secara umum si pasar tenaga kerja, untuk itu organisasi dalam menetapkan system kompensasi ini haruslah melakukan survey pada organisasi lain, kelayakan, biaya hidup, organisasi buruh, tingkat sosial dan perundang-undangan ekonomi yang berlaku. d. Sedangkan dari faktor peketjaan (the job), maka penetapan sistem kompensasi harus di dasari dengan uraian tugas pekerjaan (job description) dan terakhir penawaran secara kolektif (collective bargining) Proses Analisa Reward dan Punishment Reward dan punishment memang banyak diterapkan oleh perusahaan besar sebagai salah satu tools untuk peningkatan produktivitas para karyawan. Salah satu cara yang bisa kita lakukan diantaranya adalah dengan melakukan Game of Work yaitu bagai mana membuat suasana kerja menjadi lebih menyenangkan seperti bermain game sehingga produktivitas kerja meningkat. Ada beberapa prinsip dalam Game of Work yang perlu kita ketauhi, diantaranya: a. Adanya goal dan tujuan yang jelas Tetapkan tujuan bekerja yang jelas bagi karyawan da goal yang jelas bagi pencapaian yang telah diraih. b. Pencatatan angka (score keeping)

27 Dengan demikian aktivitasnya bisa lebih terpantau dengan baik. Harus sederhana dan objektif, score harus bisa dicatat sendiri serta pencatatan harus dinamis. c. Umpan balik laporan (feedback) Apa yang sudah baik, apa yang perlu ditambah, atau yang perlu diperbaiki. Meningkatkan frekuensi feedback yaitu meningkatkan kuantitas pencapaian prestasi. d. Pilihan sikap Antara lain terkait dengan memilih keputusan dan memilih tindakan. e. Aturan bermain Kembangkan kepastian sehingga orang-orang yang terlibat didalamnya mau dan bisa melakukan dengan sepenuh hati. Aturan main yang perlu ditekankan harus jelas, antara lain : i. Kapan keluar : misalnya karena tidak jujur ii. Kapan menang : diantaranya aturan penghargaan (reward) dan sanksi (punishment), aturan operasional Indikasi Sistem Reward dan Punishment Rasa keadilan dapat membuat karyawan menjadi puas terhadap kompensasi yang diterimanya. Sebaliknya pihak perusahaan juga berharap bahwa kepuasan yang dirasakan oleh karyawan akan mampumemotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Apabila hal ini dapat terwujud, sebenarnya bukan hanya tujuan perusahan yang tercapai, namun kebutuhan karyawan juga akan terpenuhi. 2.5 Metodologi Pengembangan Sistem Metode yang digunakan kali ini adalah metode pengembangan sistem Waterfall atau siklus hidup pengembangan sistem merupakan tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analisa sistem dan programer dalam membangun suatu sistem informasi.

28 Gambar 2.5 SDLC Waterfall menurut Sommerville Sumber : Sistem Informasi Konsep & Aplikasi, Agus Mulyanto, 2009 Tahap-tahap yang dilakukan pada model Waterfall adalah sebagai berikut : [8] 1. Tahap Analisis Kebutuhan Pada tahap ini dilakukan analisis dan penentuan defenisi dan alur kerja dari sistem yang diperluka. Penjelasan dan tujuan dari sistem dapat diperoleh melalui konsultasi dengan pengguna sistem. Hasil konsultasi tersebut kemudian didefenisikan ke dalam rincian kebutuhan sebagai perencanaan sekaligus perancangan sistem. 2. Tahap Desain Sistem Desain diperlukan untuk tampilan perangkat lunak atau antarmuka sistem yang akan dibangun. Desain sistem menetapkan arsitektur sistem secara menyeluruh. Desain perangkat lunak melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi dari sistem beserta relasinya. 3. Tahap Implementasi & Pengujian Unit Pada tahap ini, desain dari perangkat lunak dibuat dalam programatau unit-unit dari program. Pengujian unit melibatkan verifikasi setiap unitmemenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. 4. Tahap Pengujian Sistem

29 Unit program atau program diintegrasikan dan diuji sebagai satusistem untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan perangkat lunak telahterpenuhi dan terintegrasi satu sama lain. Setelah pengujian, sistem diberikanpada pengguna. 5. Tahap Perawatan Sistem Pengoperasian sistem dan pemeliharaan sistem dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak ditemukan pada tahap sebelumnya, mengembangkan implementasi dari unit sistem, dan meningkatkan pelayanan sistem mengikuti berbagai kebutuhan yang baru. 2.6 Alat-alat Permodelan Sistem Flow Of Document ( FOD ) Bagan alir (Flowchart) adalah bagan (Chart) yang menunjukkan alir (Flow) di dalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Macam-macam bagan alir : 1. Bagan Alir Sistem Bagan alir sistem (System Flowchart) merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. 2. Bagan Alir Dokumen Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart) atau disebut juga Bagan Alir Formulir (Form Flowchart) atau Paperwork Flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya. Tabel 2.6 Simbol Bagan Alir Dokumen Simbol Dokumen Keterangan Mendefinisikan dokumen input dan output baik untuk proses manual, mekanik atau computer

30 Pemasukan Data Simbol Kegiatan Manual Digunakan untuk mendefinisikan pemasukan data umumnya melalui keyboard, tetapi juga dapat masukan lain seperti digitizer, mouse dan lainnya. Menunjukan kegiatan manual Arsip / Dokumen Digunakan untuk mendefinisikan penyimpanan arsip; Simbol Proses Mendefinisikan proses dari kegiatan computer Display Mendefinisikan output tampilan monitor Konektor Mendefinisikan penghubung kebagian lain tetapi masih di halaman yang sama Konektor Mendefinisikan penghubung kebagian lain di halaman yang berbeda. File Master Mendefinisikan penyimpanan (storage) untuk data master.

31 File Transaksi Mendefinisikan penyimpanan (storage) yang bukan master yang berupa file transaksi, referensi, temporer, dan lain-lain. Prosedur Yang Tidak Kartu Plong Didefinisikan Mendefinisikan prosedur lain yang tidak termasuk sebagai bagian dari sistem prosedur yang dibuat. Mendefinisikan input/output yang menggunakan kartu plong. Pita Kerta Berlubang Pita Magnetik Simbol Drum Magnetik Mendefinisikan input/output yang menggunakan pita kerta berlubang. Mendefinisikan input/output yang menggunakan pita magnetik. Mendefinisikan input /output menggunakan drum magnetic Sumber : Analisis dan Desain Sistem Informasi Pedekatan Terstruktur, Kondisi Mendefinisikan alternatif pemilihan suatu proses. Simbol Garis Alir Menunjukan arus dari proses Jogiyanto,HM, Bagan Alir Sematik

32 Bagan alir skematik (Schematik Flowchart) merupakan bagian akhir yang merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem yaitu menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir juga menggunakan gambar komputer dan peralatan yang digunakan Diagram Konteks Diagram konteks menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Diagram konteks seringkali dikatakan sebagai gambaran yang mendasar, karena hanya digambarkan oleh tiga simbol atau gambar. Adapun simbol-simbol yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 2.7 Simbol Diagram Konteks Simbol Keterangan Menunjukan kesatuan luar Entity atau terminator Menunjukkan suatu proses untuk mengeluarkan input atau output. Menunjukkan aliran atau arus. Sumber : Analisis dan Desain Sistem Informasi Pedekatan Terstruktur, Jogiyanto,HM, Data Flow Diagram (DFD) Menurut Jogianto (1995) DFD (Data Flow Diagram) merupakan diagram yang digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa memperhitungkan lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan. Selain itu tujuan penggunaan DFD untuk menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antar fungsi yang berhubungan satu sama lain dengan aliran dan penyimpanan data. Dalam penelitian ini DFD yang digunakan dibedakan menjadi 2 (dua) bagian pokok, yaitu ;

33 a. Data Flow Diagram Conteks Level (Context Diagram), yaitu kasus khusus DFD yang dipresentasikan dengan lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem. Ini merupakan bagian dari DFD yang berfungsi memetakan model lingkaran. b. Data Flow Leveled, yaitu model yang menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan kerja antara fungsi yang berhubungan satu dengan lainya dengan aliran dan penyimpanan data, yang selanjutnya disebut saja dengan DFD. Sementara itu beberapa simbol yang digunakan dalam penggambaran DFD yaitu: Tabel 2.8 Simbol Data Flow of Document Simbol Keterangan Eksternal Entity (kesatuan luar) atau boundary (batas luar) Data Flow (Arus Data) Process Data Store (Simpanan Data) Sumber : Analisis dan Desain Sistem Informasi Pedekatan Terstruktur, Jogiyanto,HM, Kamus Data Kamus data menjelaskan lebih detail DFD yang mencakup proses, arus data, dan tempat penyimpanan data. Simbol-simbol yang digunakan adalah : Tabel 2.9 Simbol Kamus Data Simbol Keterangan = Terdiri dari + Dan

34 ( ) Pilihan (boleh ada atau tidak) { } Iterasi/pengulangan [ ] Pilih salah satu pilihan Pemisah pilihan di dalam simbol [ ] * Penunjuk (key field) Sumber : Analisis dan Desain Sistem Informasi Pedekatan Terstruktur, Jogiyanto,HM, Entity Relationship Diagram ( ERD ) ERD merupakan gambaran yang menunjukan hubungan antara suatu sistem. SIMBOL KETERANGAN Simbol Entity Merupakan sesuatu yang nyata atau abstrak dimana kita akan menyimpan data. Simbol Atribut Merupakan ciri umum semua atribut atau sebagian besar instansi pada entitas tertentu. Simbol Hubungan Merupakan hubungan alamiah yang terjadi antara satu atau lebih entitas. Hubungan ini disebut relationship. Simbol Garis Merupakan garis menghubungkan atribut dengan kumpulan entitas dan relasi. Gambar 2.10 Simbol-simbol ERD Sumber : Janner Simartama & Imam Paryudi, Pemrograman Visual Basic Pengenalan Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemrograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner s All-purpose

35 Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic merupakan salah satu development tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi windows. Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer yang mendukung objek (Object Oriented Programming = OOP). Microsoft Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang bekerja dalam lingkup MS-Windows. Microsoft Visual Basic dapat memanfaatkan kemampuan MS-Windows secara optimal. Kemampuannya dapat dipakai untuk merancang program aplikasi lainnya berbasis MS-Windows. Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven programing. Program yang berbasis Windows, artinya program bekerja berdasarkan event yang terjadi pada object di dalam program tersebut. Menurut Rahadian Hadi dalam bukunya Pengenalan Visual Basic, pemrograman bersifat event driven artinya programmer dapat menyisipkan kode program pada event yang dimiliki suatu obyek, menunggu respon lalu memproses input yang telah diduga sebelumnya pada siklus pemrograman dan menawarkan Integrated Development Environment (IDE). (Rahadian Hadi, 2006) 1. Project Gambar 2.11 Project designer pada visual basic [Sumber : Cepat Mahir Visual Basic 6.0, Krisna D. Octovhiana, 2003]

36 Project adalah sekumpulan modul. Pada jendela project terdapat tiga icon, yaitu view, view object, toogle folder digunakan untuk menampilkan folder (tempat penyimpanan file). 2. Form Designer Form adalah suatu objek yang dipakai sebagai tempat bekerja program aplikasi. 3. Toolbox Toolbox adalah kotak alat yang berisi icon-icon untuk memasukkan objek tertentu kedalam jendela form. 4. Properties Properties digunakan untuk menentukan setting suatu objek. Setting properti akan menentukan cara kerja dari objek yang bersangkutan saat program aplikasi dijalankan. 5. Jendela kode Jendela kode digunakan untuk menulis, menampilkan, dan mengedit kode program Visual Basic Mengapa Visual Basic Penulis memilih membuat sistem dengan menggunakan aplikasi Visual Basic karena visual basic cenderung lebih mudah dalam pembuatannya. Visual Basic menyediakan tools yang dibutuhkan dalam membuat suatu aplikasi, sehingga tidak perlu menggunakan coding untuk membuat interface suatu aplikasi. Disamping itu Visual Basic dapat di hubungkan dengan MySQL untuk database dan crystal report untuk pembuatan dan laporan. Visual Basic juga mempunyai tampilan yang user friendly sehinga memudahkan user dalam menggunakan sistem. Microsoft visual basic 6.0 mempunyai banyak kelebihan dibandingkan software atau bahasa pemograman lainnya, diantara kelebihan dari visual basic adalah, sebagai berikut : a. Kurva pembelajaran dan pengembangan yang lebih singkat dibandingkan bahasa pemrograman yang lain seperti C/C++, Delphi atau bahkan PowerBuilder sekalipun. b. Memiliki kompiler handal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan lebih efisien.

37 c. Menghilangkan kompleksitas pemanggilan fungsi windows API, karena banyak fungsi fungsi tersebut sudah di embedded kedalam syntax visual basic. d. Cocok digunakan untuk mengembangkan aplikasi / program yang bersifat Rapid Application Development). e. Sangat cocok digunakan untuk membuat program atau aplikasi bisnis. f. Digunakan oleh hampir microsoft office sebagai bahasa macro dan segera akan diikuti oleh yang lainnya. g. Menyediakan wizard yang sangat berguna untuk mempersingkat atau mempermudah pengembangan aplikasi. h. Mendekati Object Oriented Programming. i. Dapat di-integrasikan dengan internet, baik itu pada sisi Client maupun pada sisi Server. j. Integrasi dengan Microsoft Transaction Server. k. Dapat menjalankan server tersebut dari mesin yang sama atau bahkan dari mesin atau komputer yang lain. 2.8 Koneksi database Tool yang digunakan untuk melakukan koneksi ke database adalah : 1. ADODC Merupakan tools yang digunakan untuk koneksi ke database SQL. 2. Data Grid Merupakan tools yang digunakan untuk menampilkan tabel yang ada di SQL. 2.9 Pengertian MySQL MySQL adalah salah satu jenis database server yang dapat digunakan pada berbagai platform (unix/windows) tanpa harus membayar. Untuk mendapatkan MySQL dapat di download dari atau MySQL termasuk jenis RDBMS (Relational Database Management Sistem). Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah table. Table terdiri dari sejumlah baris dan setiap baris mengandung satu atau beberapa kolom. Seperti halnya SQL engine yang lainnya, MySQL memiliki tiga sub bahasa, yaitu:

38 1. DDL (Data Definiton Language), berfungsi membuat pada objek SQL dan menyimpan definisinya dalam table. Perintah-perintah yang digolongkan dalam DDL adalah create, alter dan drop. 2. DML (Data Manipulation Language), memiliki fungsi untuk objek table, seperti melihat, menambah, dan merubah isi tabel. Perintah-perintah yang digolongkan dalam DML adalah select, update, insert, dan delete. 3. DCL (Data Control Language), digunakan untuk kepentingan database, seperti memberikan hak akses ke database dan menghapus hak tersebut dari database. Dua perintah utama di dalam DCL adalah grant dan revoke. Sebagai software database dengan konsep database modern, MySQL memiliki banyak kelebihan. 1. Protability MySQL dapat digunakan dengan stabil tanpa kendala, berarti pada berbagai sistem operasi diantaranya seperti Windows, Linux, Mac OS X Server, Solaris, Amiga HP- UX dan masih banyak lagi. 2. Open source MySQL didistribusikan secara open source di bawah lisensi GPL, sehingga dapat memperoleh menggunakannya secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya sepeserpun. 3. Multiuser MySQL dapat digunakan untuk menangani beberapa user dalam waktu yang bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik. Hal ini akan memungkinkan sebuah database server MySQL dapat diakses client secara bersamaan dalam waktu yang bersamaan pula. 4. Performance Tuning MySQL memiliki kecepatan yang cukup menakjubkan dalam menangani query sederhana, serta mampu memproses lebih banyak SQL persatuan waktu. 5. Column Types MySQL didukung tipe kolom(tipe data) yang sangat kompleks. 6. Command dan Functions MySQL memiliki operator dan fungsi secara penuh yang mendukung perintah SELECT dan WHERE dalam query.

39 7. Scalability dan Limits Dalam hal batas kemampuan, MySQL terbukti mampu menangani database dalam skala yang besar dengan jumlah record lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 miliar baris. Selain itu batas indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada setiap tabelnya. Interface sama halnya dengan software database lainnya, MySQL memiliki interface (antarmuka) terhadap berbagai aplikasi dan bahasa pemrograman dengan menggunakan fungsi API (Aplication Programming Interface). 8. Struktur tabel Struktur tabel MySQL cukup baik, serta cukup fleksibel. Misalnya ketika menangani Alter Table, dibandingkan database lainnya semacam ProgresSQL ataupun Oracle Crystal Report Crystal Report adalah program yang matang dengan fitur yang luas seperti membuat report cross-tab dan pembuatan formula yang lebih lengkap. Crystal Reports dirancang untuk membuat laporan yang dapat digunakan dengan bahasa pemrograman berbasis Windows, seperti Borland Delphi, Visual Basic, Visual C/C++, dan Visual Interdev. Menurut Hadi, (2003) ada beberapa kelebihan dari Crystal Reports ini adalah : 1. Dari segi pembuatan laporan, tidak terlalu rumit yang memungkinkan para programmer pemula sekalipun dapat membuat laporan yang sederhana tanpa melibatkan banyak kode pemrograman. 2. Integrasi dengan bahasa-bahasa pemrograman lain yang memungkinkan dapat digunakan oleh banyak programmer dengan masing-masing keahlian. 3. Fasilitas impor hasil laporan yang mendukung format-format populer seperti Microsoft Word, Excel, Access, Adobe Acrobat Reader, HTML dan sebagainya.

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah kerangka teoritis yang digunakan penulis untuk menganalisis, mengerjakan atau mengatasi masalah yang dihadapi. Jadi peran metode sangat penting dalam penelitian, karena baik buruknya hasil penelitian tergantung kita menerapkan metode yang kita pakai. Untuk itu pemakaian metode harus cermat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan tempat atau perusahaan dimana dilaksanakannya penelitian. Obyek penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. 3.2 Jenis dan Sumber Data Dalam setiap penelitian diperlukan adanya suatu data, karena dengan data tersebut dapat diketahui secara detail mengenai obyek yang akan diteliti dan ditarik kesimpulan. Data dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu jenis data menurut sifatnya dan jenis data menurut sumbernya Jenis Data 1. Data Kualitatif Data kualitatif yaitu jenis data yang diperoleh dari Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng yang tidak dinyatakan dalam nilai nominal, angkaangka atau bilangan, misalnya : data-data mengenai sejarah umum perusahaan, struktur organisasi, dan tujuan dari Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif yaitu data-data yang disajikan berupa angka-angka atau nilai nominal, misalnya : jumlah pelanggan/calon pelanggan Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng.

41 3.2.2 Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion FGD) dan penyebaran kuesioner.[9] 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.[9] 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu : a. Studi Pustaka Penelitian dengan mempelajari karangan ilmiah yang relevan dengan pembahasan tugas akhir dan buku-buku yang memiliki hubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan buku-buku maupun referensi yang terdapat di perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang guna menunjang pembuatan laporan tugas akhir. b. Penelitian dan Mengunjungi Situs (Research and Site Visits) Kunjungan situs merupakan bentuk penelitian yang khusus. Dengan menjelajahi internet, kita dapat memperoleh informasi yang banyak dari berbagai referensi dan sudut pandang yang berbeda-beda. Segala informasi dan data yang didapat, diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam menunjang penbuatan laporan tugas akhir. c. Wawancara (Interview)

42 Wawancara adalah metode untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber. Metode ini dilakukan penulis dengan cara tanya jawab secara langsung dan juga melalui mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3.4 Tahap Tahap Pengembangan Sistem Dalam melakukan pengembangan sistem, penulis memilih metode SDLC Waterfall Modeling dimana proses dilakukan secara berurutan. Dengan metode ini, diharapkan dapat menghasilkan sistem yang lebih sempurna karena memungkinkan adanya evaluasi kembali terhadap proses. pengembangan sistem. Apabila sistem yang dikembangkan kurang sesuai dengan kebutuhan, maka pengembangan dapat ditinjau ulang untuk dapat di analisis kembali agar lebih sempurna. Adapun tahapan pengembangan sistem yang akan dilakukan adalah sebagai berikut Perencanaan Merupakan tahap untuk mempersiapkan pelaksanaan pengembangan sistem yang akan dilakukan. Adapun persiapan-persiapan yang dibutuhkan adalah : a. Mengajukan proposal dan surat permohonan survey ke instansi terkait b. Mengatur jadwal survey dan wawancara c. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara d. Mempersiapkan alat pengembangan sistem Analis Kebutuhan Yaitu proses penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dalam kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. Adapun proses analisis sistem yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada instansi dengan menanyakan langsung kepada bagian yang terlibat dalam proses bisnis.

43 b. Melakukan survey dan wawancara untuk memahami kinerja sistem yang sedang berlangsung saat ini, yang selanjutnya digambarkan dalam FOD (Flow Of Document) dan dianalisis kembali permasalahan-permasalahan tersebut sesuai kinerja sistem yang berjalan Desain Sistem Merupakan gambaran yang diberikan kepada user tentang sistem atau tentang kegiatan yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut dari analisis sistem. Dalam desain sistem kegiatan yang dilakukan adalah : a. Merancang sistem umum dengan menggunakan : 1) Context Diagram dan 2) Dfd Levelled b. Merancang sistem basis data dengan menggunakan : 1) ERD (Entity Relationship Diagram), 2) Kamus data, dan 3) Normalisasi c. Merancang desain input dan output sebagai interface antara user dengan sistem pada saat pemasukan data dan menyajikan informasi yang dibutuhkan Implementasi Sistem Merupakan tahapan-tahapan untuk penerapan sistem yang baru ke perusahaan. Implementasi yang akan dilakukan meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pemrograman yaitu membuat kode program yang akan dieksekusi oleh komputer, dengan mengacu pada hasil analisis dan desain input output pada tahap sebelumnya agar mampu mengatasi permasalahan yang ada. 2. Pengujian sistem baru untuk melihhat tingkat keberhasilan sistem, dan untuk mengetahui kekurangan dari sistem yang baru, untuk dapat diperbaiki menjadi lebih sempurna

44 3. Pelatihan dan pemilihan personil operasional mengenai pengoperasian sistem agar sistem dapat berjalan dengan maksimal saat telah benarbenar diimplementasikan 4. Menggantian Sistem dengan sistem yang baru 5. Perawatan sistem secara berkala untuk menyelamatkan data apabila suatu saat terjadi kerusakan pada basis data Pengujian Sistem Unit program atau program di integrasikan dan di uji sebagai suatu sistem untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan perangkat lunak telah terpenuhi dan terintegrasi satu sama lain. Setelah pengujian sistem selesai barulah di berikan kepada pengguna Perawatan sistem Pengoprasian sistem dan pemeliharaan sistem dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak ditemukan pada tahap sebelumnya, mengembangan inplementasi dari unit sistem, dan meningkatkan pelayanan sistem mengikuti berbagai kebutuhan yang baru. 3.5 Kerangka Pikir Gambar 3.1 Kerangka Pikir

45 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Profil Instansi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah di Bidang Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat. Badan ini dipimpin oleh seorang Kepala Badan, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah dan instansi lain sesuai dengan tugas masing-masing. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah, berlokasi di Jalan Achmad Yani Nomor 160 Semarang. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat merupakan peleburan atau penggabungan dua organisasi yaitu Direktorat Sosial Politik Provinsi Jawa Tengah dan Markas Wilayah Pertahanan Sipil Provinsi Jawa Tengah. Penggabungan kedua organisasi ini merupakan implementasi dari penyempurnaan organisasi sebelumnya, yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat. Disamping itu penggabungan ini merupakan fungsi dari efisiensi dan efektifitas suatu organisasi. Perkembangan Organisasi Markas Wilayah Pertahanan Sipil dan Direktorat Sosial Politik dibentuk berdasarkan landasan yuridis, yaitu : Markas Wilayah Pertahanan Sipil dibentuk sesuai dengan Keputusan Menhankam/Pangab Nomor Kep/A/323/1967 tanggal 9 Nopember 1967 tentang Organisasi Pertahanan Sipil disusun menurut tingkat Komando Daerah Tingkat I (Propinsi) dibentuk Markas Daerah (Mada) Hansip yang dipimpin oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan dibantu oleh seorang Kepala Staf. Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) dibentuk Markas Resort (Mares) Hansip yang dipimpin oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Pada perkembangannya

46 kemudian diperbarui dengan diterbitkanya Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1972 tentang Penyerahan Pembinaan Organisasi Pertahanan Sipil dari Departemen Pertahanan Keamanan kepada Departemen Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Organisasi Markas Wilayah Pertahanan Sipil terdiri Markas Wilayah Pertahanan Sipil Propinsi, Markas Wilayah Pertahanan Sipil Kabupaten/Kotamadya, Markas Wilayah Pertahanan Sipil Kecamatan dan Satuan Tugas Pertahanan Sipil Desa/Kelurahan. Sedangkan Direktorat Sosial Politik Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1977 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Khusus Propinsi dan Sub Direktorat Kabupaten/Kotamadya. Kantor ini pada awalnya merupakan suatu Biro yaitu Biro politik yang disebut dengan Kantor Direktorat Sosial Politik Provinsi Jawa Tengah yang berada dibawah Asisten Pemerintahan Setwilda Jawa Tengah. Kemudian didasarkan pada Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1977 tentang Perubahan Sebutan Direktorat Khusus menjadi Direktorat Sosial Politik, sebagai realisasi penyempurnaan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Sosial Politik Provinsi dan Kantor Kerja Kabupaten/Kotamadya, maka Direktorat Khusus kemudian berubah menjadi Direktorat Sosial Politik Provinsi Jawa Tengah. Pada era reformasi terjadi banyak perubahan dalam praktik kehidupan negara, diantaranya muncul adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kedudukan Tugas Pokok, Fungsi serta Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Menurut Peraturan Daerah ini, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah merupakan peleburan atau penggabungan dua organisasi yaitu Direktorat Sosial Politik Provinsi Jawa Tengah dan Markas Wilayah Pertahanan Sipil Provinsi Jawa Tengah. Penggabungan kedua organisasi ini merupakan implementasi dari penyempurnaan organisasi sebelumnya, bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat. Disamping itu penggabungan ini merupakan fungsi dari efisiensi dan efektifitas suatu organisasi.

47 Seiring dengan perkembangannya, kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat berubah namanya menjadi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. 4.2 Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Badan Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sumber: Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng

48 Mempunyai tugas pokok yaitu dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat yang mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. 3. Pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas di bidang ideology dan kewaspadaan, ketahanan bangsa, politik dalam negeri, dan perlindungan masyarakat lingkup provinsi dan kabupaten/kota. 4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. 5. Pelaksanaan kesekretariatan badan. 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya Sekertariat Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian, dan mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang program. b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan. c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat, membawahkan :

49 a. Subbagian Program. b. Subbagian Keuangan. c. Subbagian Umum Dan Kepegawaian. Masing-masing Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Bidang Ideologi dan Kewaspadaan Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ideologi dan wawasan kebangsaan dan kewaspadaan nasional, yang mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ideologi dan wawasan kebangsaan. b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kewaspadaan nasional. c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Ideologi dan Kewaspadaan, membawahkan : a. Subbidang Ideologi Dan Wawasan Kebangsaan. b. Subbidang Kewaspadaan Nasional. Masing-masing Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Ideologi Dan Kewaspadaan Bidang Ketahanan Bangsa Mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kemasyarakatan, ketahanan ekonomi, yang mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang ketahanan seni dan budaya, agama dan kemasyarakatan. b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ketahanan ekonomi.

50 c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Ketahanan Bangsa, membawahkan : a. Subbidang Ketahanan Seni Dan Budaya, Agama Dan Kemasyarakatan. b. Subbidang Ketahanan Ekonomi. Masing-masing Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Ketahanan Bangsa Bidang Politik dalam Negri Mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang sistem, implementasi dan kelembagaan politik, pemilu, pendidikan dan budaya politik, yang mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sistem, implementasi dan kelembagaan politik. b. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemilu, pendidikan dan budaya politik. c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Politik Dalam Negeri, membawahkan : a. Subbidang Sistem, Implementasi Dan Kelembagaan Politik. b. Subbidang Pemilu, Pendidikan Dan Budaya Politik. Masing-masing Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Politik Dalam Negeri Bidang Perlindungan Masyarakat Mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan sumber daya manusia perlindungan masyarakat, dan bina perlindungan masyarakat, yang mempunyai fungsi :

51 a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan sumber daya manusia perlindungan masyarakat. b. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bina perlindungan masyarakat. c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Perlindungan Masyarakat, membawahklan : a. Subbidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Perlindungan Masyarakat. b. Subbidang Bina Perlindungan Masyarakat. Masing-masing Subbidang dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat. 4.3 Analisis Sistem Unsur Penilaian Reward dan Punishment Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan penilaian terhadap karyawan. Diantaranya adalah Prestasi Kerja, Kejujuran, Kerjasama, Tanggung Jawab, Kepemimpinan, Kesetiaan, Ketaatan, Prakarsa yang akan menunjang nilai lebih seorang karyawan untuk mendapatkan penghargaan (Reward). Sedangkan jika terdapat karyawan berprilaku tidak jujur yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang mudah harus segera dicegah. Pencegahan dapat dilakukan melalui penerapan peraturan yang berupa sanksi. Sanksi dapat di bedakan menjadi 3 macam. Setelah menentukan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria yang dibuat dari rincian persoalan optimasi penilaian kinerja karyawan. Untuk menentukan kriteria tersebut, maka dilakukan survey di Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng. Dengan hasil survey yang diperoleh dari Kesbang Pol dan Linmas adalah : a. Prestasi Kerja a.1 Ide

52 a.2 Prakarsa b. Kesetiaan b.1 Lama mengabdi b.2 Kejujuran c. Kepemimpinan c.1 Kepemimpinan c.2 Tanggung Jawab d. Kerjasama d.1 Kedisiplinan d.2 Ketaatan Identifikasi Masalah dan Sumber Masalah Masalah yang terjadi pada proses penilaian kinerja pegawai pada Kesabang Pol dan Linmas prov Jateng adalah Identifikasi Kebutuhan Informasi Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada proses penilaian kinerja karyawan pada Kesbang Pol dan Linmas Prov Semarang, diperlukan informasi tentang nilai kerja dan informasi lain yang diperlukan untuk pengolahan data, informasi tersebut adalah : 1. Informasi Data Personalia. a. Data Karyawan. 2. Informasi Data Kinerja Karyawan. 3. Informasi Data Penilaian Alternatif Sistem Yang Diusulkan Setelah dilakukan survei terhadap Kesbang Pol dan Limas mengenai penilaian kinerja yang berjalan, maka diusulkan sebuah sistem pendukung keputusan reward dan punishment untuk karyawan. Dari sistem baru ini, diharapkan pemimpin dapat mengetauhi kinerja karyawanya secara cepat dan tepat. Dan pada akhirnya karyawan dapat mengembangkan dirinya dan pimpinan dapat mengambil keputusan untuk langkah-langkah positif perusahaan maupun karyawan terdepan Identifikasi Kebutuhan Identifikasi Kebutuhan Perangkat Keras dan Lunak

53 Untuk mendukung pelaksanaan sistem pendukung keputusan reward dan punishment karyawan, perlu adanya sistem yang memadai baik dari segi hardware maupun software. 1. Identifikasi Kebutuhan Software a. Bahasa Pemrograman Menggunakan bahasa pemrograman Visual basic 6.0 merupakan bahasa pemprograman yang bekerja dalam lingkup sistem operasi. Bahasa pemrograman dipilih karena dapat digunakan untuk menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir.exe yang bersifat executable atau dapat langsung dijalankan. b. Sistem Operasi Sistem operasi yang dibutuhkan yaitu Microsoft Windows 7 profesional sebagai tempat pengontrol keluar masuknya data dari pemakai yang terinstal dengan sistem. 2. Identifikasi Kebutuhan Hardware Sebaiknya perusahaan menggunakan komputer dengan spesifikasi minimal : Processor Intel core 2 duo 3,3 GHz Memory DDR3 1GB, Hard disk 160GB, VGA 512MB CD RW, Keyboard, Mouse, dan Monitor Identifikasi Kebutuhan Biaya Biaya-biaya yang diperlukan dalam penerapan atau pembuatan sistem pendukung keputusan reward dan punishment karyawan ini adalah : 1. Biaya Pegadaan Pembelian perangkat keras (hardware) : 1 unit komputer Rp UPS Rp Printer Rp Biaya Persiapan Operasional Biaya Survey Rp Biaya Analisis Sistem Rp

54 Biaya Programer Rp Biaya Pelatihan Rp Total biaya keseluruhan Rp Identifikasi Kebutuhan Manfaat Adanya pengembangan sistem baru ini mempunyai manfaat yang sangat besar, antara lain : a. Dapat membantu pimpinan dengan memberikan alternatifalternatif terbaik dalam menentukan nilai yang tpat bagi karyawan. b. Para karyawan dapat mengembangkan kemampuan secara optimal untuk mencapai kinerja terbaik. 4.4 Proses Penilaian Kinerja Karyawan Kaidah pembobotan menyatakan bahwa : Nilai bobot kriteria berkisar 0-1 atau antara 0%-10%. Jumlah total bobot semua kriteria harus bernilai 0,1 (10%). Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-). Gambar 4.2 Hierarki Tujuan Proses Pemilihan Karyawan Menentukan Bobot (Prioritas) Kriteria a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Membuat matrik perbandingan ke8 kriteria penilaian berdasarkan hasil survey pada Badan Kesbang Pol dan Linmas Prov Jateng.

55 Table 4.1 : Matriks perbandingan berpasangan b. Membuat matriks nilai kriteria Nilai baris kolom baris = nilai baris / jumlah kolom lama Table 4.2 : Matriks nilai kriteria c. Membuat matriks penjumlahan setiap baris Matriks ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas dengan matriks perbandingan berpasangan. Dengan hasil perhitungannya yaitu : Table 4.3 :Matriks penjumlahan setiap baris d. Penghitungan rasio konsistensi Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) 0,1. Jika ternyata nilai CR 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan harus di perbaiki. Table 4.4 : Perhitungan rasio konsistensi Dari table diatas, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Jumlah (jumlah dari seluruh nilai hasil) = 5,00 n (jumlah kriteria) = 4

56 λ maks (jumlah/n) = 5,00/4 = 1,25 CI [(λ maks/n) /n] = (1,25/4)/4 = 0,31/4 = 0,08 IR : 1,41 CR (CI/IR) = (0,08/0,90) CR = 0,089 Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut diterima Perhitungan Hasil Prioritas hasil perhitungan pada langkah tersebuut kemudian dituangkan pada matriks hasil. Dapat dicontohkan seaindainya diberikan diberikan data dari tiga karyawan, maka hasil akhirnya seperti : a. Tahap instalasi Pada tahap ini masing-masing akan diberi nilai skala tertentu untuk setiap kriteria yang akan diberi bobot sesuai dengan prioritas. Setelah proses penentuan nilai skala untuk setiap alternatif dan bobot untuk setiap kriteria. Table 4.5 : Tahap penilaian karyawan b. Tahap perhitungan Perhitungan yang dilakukan cukup sederhana yaitu menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara nilai skala dengan bobot kriteria untuk setiap alternatif, seperti : Table 4.6 : Contoh penilaian karyawan Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas, terlihat bahwa pilihan tertinggi jatih kepada Karyawan 2. hal ini menunjukkan bahwa dia merupakan

57 pilihan yang terbaik dari pilihan alternatif yang ada, semakin besar nilainya, tersebut karyawan semakin berprestasi dan mendapatkan reward sedangkan pada saat penilaian dari kriteria tersebut tidak tercapai dan bibawah nilai rata-rata, maka mereka akan mendapat sebuah punishment. 4.5 Desain Sistem Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Reward dan Punishment akan dibagi mencadi 2 subsistem, yaitu : Subsistem model dan Subsistem basisdata Subsistem Model Sesuai dengan fungsinya, SPK Reward dan Punishment karyawan ini harus mampu memberikan berbagai alternatif solusi bagi pengambil keputusan. Model yang akan dimasukkan dalam subsistem model adalah Flow of Document (FOD), Context diagram, Decomposition Diagram, DFD Level dan penerapan berbasis model dalam aplikasi Narasi Reward dan Punishment Bidang kepegawaian membuat surat penilaian pegawai (DP3) yang akan di sebarkan kepada atasan (kepala bidang) guna penilaian karyawan nya, setelah penilaian selesai DP3 di berikan kepada karyawan yg dinilai untuk menyetujui (tanda tangan) hasil dari DP3 tersebut setelah selesai hasil DP3 d serahkan kepada bidang kepegawaian untuk di proses. Hasil surat DP3 di proses untuk di jadikan surat rekomendasi reward dan punishment, kemudian Surat rekomendasi Reward dan Punishment di berikan kepada kepala badan untuk di setujui (tanda tangan) yang kemudian bagian kepegawaian membuat surat pemberitahuan penerima reward dan punishment dikirimkan kepada karyawan yang mendapatkannya Flow of Document (FOD)

58 Context Diagram Gambar 4.3 Flow of Document SPK reward and punishment

59 Gambar 4.4 Context Digram SPK reward and punishment Decomposition DFD Level 0 Gambar 4.5 Decomposition SPK reward and Punishment

60 Gambar 4.6 DFD Level 0 SPK reward and punishment a DFD Level 1 proses pendataan Gambar 4.7 DFD Level 1 proses pendataan

61 b DFD Level 1 proses Penilaian Gambar 4.8 DFD Level 1 proses Penilaian c DFD Level 1 proses Laporan Subsistem Basisdata Gambar 4.9 DFD Level 1 Laporan

62 Data yang akan digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan Reward dan Punishment ini ditampung dalam sebuah basis data yang akan terintegrasi dengan program komputer untuk berinteraksi dengan pengguna. Pangkalan data ini dirancang agar data yang berkaitan dengan proses penilaian kinerja karyawan dan pemberian reward and punishment dapat terorganisir kemudian tersimpan dengan baik Entity Relationship Diagram (ERD) ERD adalah diagram yang memperlihatkan entitas-entitas yang terlibat dalam suatu sistem serta hubungan-hubungan (relasi) antar entitas tersebut. Dari ERD ini dapat menggambarkan tentang tabel dan database apa saja yang terdapat pada setiap proses penilaian kinerja pegawai. Gambar 4.10 Entity Relationship Data Aplikasi SPK Reward and Punishment Implementasi ERD ke dalam Tabel Berdasarkan kaidah transformasi tabel yang ada, maka dari ERD diatas dapat diperoleh beberapa tabel berikut ini: a) Relasi antara Karyawan dengan Kriteria Gambar 4.11 Relasi karyawan dengan kriteria

63 Karena relasi Mempunyai pada ERD memiliki derajat relasi 1(satu) ke M (many), maka himpunan relasi Mempunyai akan dicantumkan pada himpunan entitas yang memiliki derajat relasi yang lebih besar yaitu himpunan entitas Kriteria, jadi tabel yang dapat terbentuk: Tabel 4.7 Tabel Karyawan Tabel 4.8 Tabel Kriteria b) Relasi antar himpunan agregasi melakukan dengan penilaian Gambar 4.12 Relasi agregasi penilaian Karena relasi pada ERD diatas mempunyai nilai kardinalitas satu ke satu maka himpunan relasi Melakukan tidak akan terbentuk tabel sendiri, sedangkan atribut yang ada pada himpunan Penilaian, sehingga tabel bari yang terbentuk: Tabel 4.8 Tabel Penilaian Uji Normalisasi 1. Tabel Karyawan a. Uji terhadap 1 st NF (First Normal Form) Pada tabel karyawan tidak ada atribut berulang atau bernilai ganda.

64 Tabel karyawan memenuhi 1 st NF. b. Uji terhadap 2 nd NF (Second Normal Form) Tabel karyawan telah memenuhi 1 st NF dan setiap atribut bukan kunci utama bergantung secara fungsional terhadap semua atribut kunci dan bukan hanya sebagian kunci, dimana kunci utamanya adalah NIP. Tabel karyawan memenuhi 2 nd NF. NIP Nama, Golongan, Jabatan, Alamat, No_tlp, Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin. c. Uji terhadap 3 rd NF (Third Normal Form) Tabel kriteria telah memenuhi 2 nd NF dan setiap atribut bukan kunci tidak tergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain dalam relasi tersebut. Tabel karyawan telah memenuhi 3 rd NF. Ketergantungan fungsionalnya (KF) adalah: Nama Alamat, Golongan, Jabatan, No_tlp, Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin Alamat Golongan, Jabatan, No_tlp, Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin Golongan Jabatan, No_tlp, Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin Jabatan No_tlp, Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin No_tlp Tempat_lhr, Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin Tempat_lhr Tanggal_lhr, Agama, Jns_kelamin Tanggal_lhr Agama, Jns_kelamin Agama Jns_kelamin 2. Tabel Kriteria a. Uji terhadap 1 st NF (First Normal Form)

65 Pada tabel kriteria tidak ada atribut berulang atau bernilai ganda. Tabel kriteria memenuhi 1 st NF. b. Uji terhadap 2 nd NF (Second Normal Form) Tabel kriteria telah memenuhi 1 st NF dan setiap atribut bukan kunci utama bergantung secara fungsional terhadap semua atribut kunci dan bukan hanya sebagian kunci, dimana kunci utamanya adalah Kd_kriteria. Tabel kriteria memenuhi 2 nd NF. Nomor Prestasi Kerja, Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Nilai c. Uji terhadap 3 rd NF (Third Normal Form) Tabel kriteria telah memenuhi 2 nd NF dan setiap atribut bukan kunci tidak tergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain dalam relasi tersebut. Tabel kriteria telah memenuhi 3 rd NF. Nomor Prestasi Kerja, Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Nilai Prestasi Kerja Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Nilai Kesetiaan Kepemimpinan, Kerjasama, Nilai Kepemimpinan Kerjasama, Nilai Kerjasama Nilai 3. Tabel Penilaian a. Uji terhadap 1 st NF (First Normal Form) Pada tabel penilaian tidak ada atribut berulang atau bernilai ganda. Tabel penilaian memenuhi 1 st NF. b. Uji terhadap 2 nd NF (Second Normal Form) Tabel penilaian telah memenuhi 1 st NF dan setiap atribut bukan kunci utama bergantung secara fungsional terhadap semua

66 atribut kunci dan bukan hanya sebagian kunci, dimana kunci utamanya adalah Kd_penilaian. Tabel penilaian memenuhi 2 nd NF. Tanggal NIP, Nama, Prestasi Kerja, Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Prioritas c. Uji terhadap 3 rd NF (Third Normal Form) Tabel penilaian telah memenuhi 2 nd NF dan setiap atribut bukan kunci tidak tergantung secara fungsional kepada atribut bukan kunci yang lain dalam relasi tersebut. Tabel penilaian telah memenuhi 3 rd NF. Ketergantungan fungsionalnya (KF) adalah: NIP Nama, Prestasi Kerja, Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Prioritas Nama Prestasi Kerja, Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Prioritas Prestasi Kerja Kesetiaan, Kepemimpinan, Kerjasama, Prioritas Kesetiaan Kepemimpinan, Kerjasama, Prioritas Kepemimpinan Kerjasama, Prioritas Kerjasama Prioritas Setelah melakukan uji normalisasi, maka tabel yang terbentuk adalah: a. Tabel karyawan b. Tabel kriteria c. Tabel penilaian Tabel Relationship

67 Rancangan Fisik Database 1. Tabel Karyawan Nama Tabel : karyawan Gambar 4.13 Tabel Relationship Keterangan : menyimpan data karyawan Tabel 4.9 Database karyawan Nama Field Tipe data Size Keterangan * NIP Text 13 Nomor Induk Pegawai Nama Text 30 Nama pegawai Golongan Text 5 Golongan pegawai Jabatan Text 15 Jabatan pegawai Alamat Text 30 Alamat pegawai No_tlp Text 13 Nomer telpon Tempat_lhr Text 13 Tempat lahir Tanggal_lhr Date Tanggal lahir Agama Text 10 Agama pegawai Jns_kelamin Text 1 Jenis kelamin 2. Tabel Kriteria Nama Tabel : kriteria Keterangan : menyimpan data penilaian kriteria penilaian Tabel 4.10 Database kriteria

68 Nama field Tipe data Size Keterangan * Nomor Text 2 Nama urut Prestasi Kerja Numeric 5 Prestasi kerja, Prakarsa Kesetiaan Numeric 5 Kesetiaan, Kejujuran Kepemimpinan Numeric 5 Kepemimpinan, Tanggung jawab Kerjasama Numeric 5 Kerjasama, Ketaatan Nilai Numeric 5 Nilai Prioritas Kriteria 3. Tabel Penilaian Nama Tabel : penilaian Keterangan : menyimpan data penilaian pegawai Tabel 4.11 Database penilaian Nama field Tipe data Size Keterangan * Tanggal Date Tanggal Input Nilai ** NIP Text 13 Nomor Induk Pegawai Nama Text 30 Nama pegawai ** Nomor Text 2 Nomor Urut Prestasi Kerja Numeric 5 Prestasi kerja, Prakarsa Kesetiaan Numeric 5 Kesetiaan, Kejujuran Kepemimpinan Numeric 5 Kepemimpinan, Tanggung jawab Kerjasama Numeric 5 Kerjasama, Ketaatan Prioritas Numeric 5 Nilai Prioritas Alternatif Kamus Data 1. Karyawan Karyawan = NIP + Nama + Golongan + Jabatan + Alamat + No_tlp + Tempat_lhr + Tanggal_lhr + Agama + Jns_kelamin NIP = 1 {Text} 13 Nama = 1 {Text} 30 Golongan = 1 {Text} 5 Jabatan = 1 {Text} 15 Alamat = 1 {Text} 30 No_tlp = 1 {Text} 13 Tempat_lhr = 1 {Text} 13 Tanggal_lhr = auto Agama = 1 {Text} 10 Jns_kelamin = 1 {Text} 1

69 Text = [ A...Z a...z ] 2. Kriteria Kriteria = Kd_kriteria + Nm_kriteria + Bobot + Keterangan Nomor = 1 {Text} 10 Prestasi_kerja = 1 {Numeric} 5 Kesetiaan = 1 {Numeric} 5 Kepemimpinan = 1 {Numeric} 5 Kerjasama = 1 {Numeric} 5 Nilai = 1 {Numeric} 5 Text = [ A...Z a...z ] 3. Penilaian Penilaian = Kd_penilaian + NIP + Nama + Jabatan + Kd_Kriteria + Prestasi_kerja + Kesetiaan + Kepemimpinan + Kerjasama + Nilai Tanggal = auto NIP =1 {Text} 13 Nama =1 {Text} 30 Nomor = 1 {Text} 10 Prestasi_kerja = 1 {Numeric} 5 Kesetiaan = 1 {Numeric} 5 Kepemimpinan = 1 {Numeric} 5 Kerjasama = 1 {Numeric} 5 Prioritas = 1 {Numeric} 5 Text = [ A...Z a...z ] Desain Input dan Output A. Desain Input 1. Desain Input Login

70 Gambar 4.14 Input Login Sistem 2. Desain Input Data Karyawan 3. Desain Input Kriteria Gambar 4.15 Input Data Karyawan 4. Desain Input Penilaian Gambar 4.16 Input Data Kriteria

71 Gambar 4.17 Input Data Penilaian B. Desain Output 1. Desain Output Data Karyawan Gambar 4.18 Laporan Data Karyawan 2. Desain Output Hasil Nilai Karyawan

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Analytical Hierarchi Process Modelling Dalam Pendukung Keputusan Reward and Punishment Pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Freza Surya Asrina Strata Satu

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem seperti yang ditulis dalam buku analisis dan disain sistem informasi Jogianto HM didefinisikan sebagai kumpulan dari elemenelemen yang berinteraksi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem a. Sistem adalah merupakan suatu kumpulan atau himpunan dari unsurunsur atau variable-variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) Faris Alwanuha Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL Asep Nurhidayat Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori tentang Permasalahan 2.1.1 Prosedur penilaian prestasi kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja, rotasi tenaga perawat dilakukan dua tahun sekali. Selama ini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem hampir selalu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA Ian Febianto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonrsia Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi, Karakteristik dan Kriteria Jasa Kurir 2.1.1 Defenisi Jasa Kurir Jasa adalah sebagai aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud yang berinteraksi antara konsumen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Data dan Informasi Data merupakan fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambargambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (sumber:

BAB III LANDASAN TEORI. (sumber: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Koperasi Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rudiansyah Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sutu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem ada dua pendekatan yaitu menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau elemen. Untuk pendekatan yang menekankan pada prosedur,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, dan menjelaskan system yang digunakan pada kerja praktik ini. Adapun teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan. implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan. implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI Teori teori yang digunakan sebagai landasan dalam desain dan implementasi dari sistem ini adalah sebagai berikut : 2.1. Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6].

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6]. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. Informasi adalah data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, memperbaharui atau merubah,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam penyelesaian kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam penyelesaian kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Landasan teori ini akan menjadi dasar pemahaman dan pengetahuan dalam sebuah analisa pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Aplikasi Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan; lamaran; penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah program siap pakai yang direka untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita

BAB II LANDASAN TEORI. Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang sistem. Adapun beberapa definisi sistem antara lain : Menurut Dr. Azhar

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB) Cirata merupakan pusat PLTA yang terletak di Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEGAWAI TELADAN PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEGAWAI TELADAN PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG ABSTRAK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEGAWAI TELADAN PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG Fitriani Yaqiyatum Mustajiroh Program Studi Sistem Informasi S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem dan Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen dan elemenya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Koperasi Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan didistribusikan kepada para pemakai.

BAB II LANDASAN TEORI. dan didistribusikan kepada para pemakai. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Didalam bukunya, Abdul Kadir (2014) mendefinisikan arti sistem informasi menurut pendapat ahli. Menurut Haal didalam buku karangan Abdul Kadir (2014), definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah salah satu produk software yang dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS Nova Widyantoro Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. informasi (Information System) atau disebut juga processing system atau

BAB III LANDASAN TEORI. informasi (Information System) atau disebut juga processing system atau BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, struktur data yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan teori yang meliputi hal-hal dari permasalahan yang ada dan teori yang membahas tentang ilmu yang terkait dalam permasalahan tersebut. 3.1 Pemesanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. yang dimaksud dengan data dan informasi? Data adalah fakta fakta yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. yang dimaksud dengan data dan informasi? Data adalah fakta fakta yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang mengandung arti kesatuan dari bagian yang berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Jogiyanto system adalah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) Ivan Kinski (0911189) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputusan dan Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi James A.F.Stoner mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan diantara alternatifalternatif. Definisi lainnya yaitu menurut Prof.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN MOTOR JENIS YAMAHA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN MOTOR JENIS YAMAHA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN MOTOR JENIS YAMAHA Wira Guna Wulan Rindryani Jurusan Sistem Informasi STMIK PalComTech Palembang Abstrak PT Thamrin Brothers adalah sebuah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Perpustakaan Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber lain, diantaranya : (BSNI, 2009) Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMK BINA NUSANTARA UNGARAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMK BINA NUSANTARA UNGARAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMK BINA NUSANTARA UNGARAN MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) Eko Wahyu Prasetyo Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Sistem secara umum dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan anatara satu dengan yang lainnya yang membentuk satu kesatuan dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen dan elemenya. Pendekatan sistem

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan aplikasi yang digunakan pada kerja praktek ini. 1.1 Restoran Menurut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Ialah sebuah set elemen atau komponen terhubung satu sama lain yang mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan (output) data dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan unsur atau komponen yang saling berinteraksi, terkait serta saling bergantung satu dengan yang lain. Kumpulan unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam landasan teori ini akan menjelaskan tentang teori-teori mengenai sistem berbasis komputer dari teori-teori yang berhubungan dengan landasan teori yang akan dipakai pada tahap

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN LPK ALFABANK SEMARANG DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN LPK ALFABANK SEMARANG DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016 59 DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN LPK ALFABANK SEMARANG DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Sumardi AMIK JTC Semarang Abstrak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. compansation), dan kompensasi secara tidak langsung (indirect compensation).

BAB III LANDASAN TEORI. compansation), dan kompensasi secara tidak langsung (indirect compensation). 3.1 Gaji BAB III LANDASAN TEORI Kompensasi/upah adalah imbalan atas jasa yang dapat berbentuk secara langsung (berbentuk uang), atau secara tidak langsung (misalnya asuransi kesehatan, fasilitas liburan).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rancang Bangun Rancang Bangun (desain) adalah tahap dari setelah Analisis dari siklus pengembangan sistem yang merupakan pendefinisian dari kebutuhan- kebutuhan fungsional,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI HARGA PANGAN POKOK PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN KOTA LUBUKLINGGAU

SISTEM INFORMASI HARGA PANGAN POKOK PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN KOTA LUBUKLINGGAU SISTEM INFORMASI HARGA PANGAN POKOK PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN KOTA LUBUKLINGGAU (Dosen STMIK MURA Lubuklinggau) ABSTRAK Penelitian ini membuat Aplikasi pada Sistem Informasi Harga Pangan Pokok pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Data Pengertian data adalah : Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Menjual atau penjualan

BAB III LANDASAN TEORI. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Menjual atau penjualan BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam pembuatan kerja praktek. Sebagai langkah awal menyusun Laporan Kerja Praktek perlu dipahami terlebih dahulu mengenai manajemen

Lebih terperinci

Ferry Ferdian (A ) Jurusan Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro

Ferry Ferdian (A ) Jurusan Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode AHP untuk Menyeleksi Pengajuan Bantuan Pembangunan Sarana dan Prasarana (Musrenbang) Akibat Bencana di Wilayah Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Ferry Ferdian (A11.2008.04340)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi komputer dapat diartikan sebagai alat untuk menghitung. Perkembangan teknologi dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Kusrini dan Ester Sulistyawati STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl.Ringroad Utara Condong Catur,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH..

DAFTAR ISI.. RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP PENULIS Abstrak Abstract Lembar Pengesahan KATA PENGANTAR.... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR TABEL.. DAFTAR SIMBOL.... Hal. i ii iv vii ix x BAB I

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era golobalisasi saat ini modernisasi terjadi pada segala aspek kehidupan, demikian pula juga halnya dengan teknologi yang berkembang begitu pesat. dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan berperan dominan di dalam menentukan keberhasilan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Surat adalah alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain adalah untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA MENGGUNAKAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS (AHP) Fithriya Naila Khusna Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. khususnya di bidang perbidanan dalam suatu wilayah kerja. BPS hanya

BAB III LANDASAN TEORI. khususnya di bidang perbidanan dalam suatu wilayah kerja. BPS hanya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bidan Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta (BPS), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PERUSAHAAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PERUSAHAAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PERUSAHAAN Andy Rachman Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Jl. Arif Rahman Hakim 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Definisi atau pengertian sistem secara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo) Jurusan Sistem Informasi STMIKPringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Menurut Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc; 2011:1. Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG DI MINIMARKET xxx. Oleh : SITI EKA WAHYUNI Nim : SISTEM INFORMASI

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG DI MINIMARKET xxx. Oleh : SITI EKA WAHYUNI Nim : SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG DI MINIMARKET xxx Oleh : SITI EKA WAHYUNI Nim : 04203059 SISTEM INFORMASI ABSTRAK Tujuan dari pembuatan sistem informasi pembelian dan persedian barang yaitu Membuat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Tujuanan alias sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : Imam Husni A Abstrak - Penelitian ini mengembangankan Sistem Pendukung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bercerita banyak, sehingga perlu diolah lanjut. (Jogiyanto, 2001:8).

BAB III LANDASAN TEORI. bercerita banyak, sehingga perlu diolah lanjut. (Jogiyanto, 2001:8). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Gaji Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi pegawai untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan. Gaji sering disebut juga sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Menurut Alter dalam buku yang ditulis oleh Kusrini (2007), sistem pendukung keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam pembuatan tugas akhir Sistem Informasi Administrasi Salon SN berbasis desktop ini dilakukan beberapa tinjauan sumber pustaka, dan berikut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.

BAB III LANDASAN TEORI. aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek. 13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen Proyek Menurut PMBOK (Project Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009:3) manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian secara keseluruhan, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

Lebih terperinci