SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA STRATEGIS (REVIU 2017) Profesional, Akuntabel, dan Modern

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA STRATEGIS (REVIU 2017) Profesional, Akuntabel, dan Modern"

Transkripsi

1 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA STRATEGIS (REVIU 207) Profesional, Akuntabel, dan Modern

2 PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL RI Rencana Strategis (Renstra) adalah dokumen perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan perkembangan lingkungan strategis. Renstra memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, dan program sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 204 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 204 tentang MPR, DPR,, dan DPRD telah mengamanatkan agar organisasi Setjen RI harus disusun sesuai perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi. Dalam pada itu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/202 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/PUU-XII/204 telah terjadi perubahan yang sifatnya fundamental kepada RI, yaitu berkaitan dengan kemandirian anggaran dan penegasan fungsi legislasi. Terkait dengan hal tersebut, Rencana Strategis Setjen RI perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip membutuhkan pranata dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik sehingga mengakibatkan perubahan Misi Setjen RI, tujuan dan sasaran strategis dibawahnya. Revisi Renstra Sekretariat Jenderal RI diprioritaskan pada penguatan kapasitas lembaga kesetjenan, pembenahan ketatalaksanaan, dan penataan sumber daya manusia (SDM), peningkatan infrast uktur sarana dan prasarana untuk mendukung fungsi dewan, dengan memperhatikan akuntabilitas, dan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik ( good governance), serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. i

3 Revisi Rencana Strategis Sekretariat Jenderal RI tahun yang dibahas intensif dengan melibatkan seluruh unit kerja Sekretariat Jenderal RI, merupakan hasil komitmen bersama seluruh pegawai Sekretariat Jenderal RI untuk menjawab tuntutan dan perkembangan lingkungan strategis yang senantiasa dinamis serta untuk mewujudkan harapan yang diinginkan di masa yang akan datang. Jakarta, Januari 207 Sekretaris Jenderal, Sudarsono Hardjosoekarto NIP ii

4 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN Kondisi Umum... Potensi dan Permasalahan BAB II. VISI, MISI, DAN TUJUAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB III. STRATEGI DAN KEBIJAKAN Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Jenderal RI Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Target Kinerja Kerangka Pendanaan BAB V. PENUTUP Penutup LAMPIRAN Matrik Kerangka Kinerja Matrik Kerangka Regualasi iii

5

6 BAB I PENDAHULUAN.. KONDISI UMUM Pelaksanaan fungsi tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya Sekretariat Jenderal RI (Setjen RI). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 204 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 204 tentang MPR, DPR,, dan DPRD menyatakan bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas, dibentuk Setjen RI. Undang-Undang tersebut juga mengamanatkan agar organisasi Setjen RI harus disusun sesuai perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi. Dalam pada itu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/202 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/PUU-XII/204 telah terjadi perubahan yang sifatnya fundamental kepada RI, yaitu berkaitan dengan kemandirian anggaran dan penegasan fungsi legislasi. Berdasarkan hal tersebut, harapan besar yang diberikan kepada RI tidak dapat dilepaskan dari upaya dukungan Setjen RI dalam rangka pelaksanaan tugas RI. Terkait dengan hal tersebut, Rencana Strategis Setjen RI perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip membutuhkan pranata dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik sehingga mengakibatkan perubahan Misi Setjen RI, tujuan dan sasaran strategis dibawahnya. Adapun perubahan Misi, tujuan dan sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

7 Tabel. Persandingan Misi Setjen RI Misi Setjen RI Revisi Misi Setjen RI Meningkatkan dukungan keahlian. Mewujudkan dukungan dalam pelaksaan fungsi, administratif dan keahlian kepada wewenang, dan tugas RI; dan RI; dan 2. Mewujudkan dukungan kapasitas 2. Meningkatkan dukungan internal Sekretariat Jenderal administrasi dalam pelaksanaan RI yang mampu mendukung fungsi, wewenang, dan tugas kelancaran pelaksanaan fungsi RI. dan tugas RI Tabel.2 Persandingan Tujuan Strategis Setjen RI Tujuan Strategis Setjen RI Revisi Tujuan Strategis Setjen RI Terwujudnya peningkatan. Terwujudnya dukungan dukungan persidangan RI; administratif dan keahlian yang 2. Terwujudnya penigkatan profesional dan akuntabel kepada dukungan penelitian/pengkajian; RI; dan 3. Terwujudnya peningkatan 2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal dukungan (pengolahan asmas); RI yang secara profesional 4. Terwujudnya peningkatan dan modern mampu memberikan dukungan penguatan kapasitas dukungan kelancaran kelembagaan RI; pelaksanaan fungsi dan tugas 5. Terwujudnya SDM yang RI. professional; 6. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan Setjen yang dinamis dan modern; 2

8 7. Terwujudnya peningkatan dukungan administrasi keuangan; 8. Terwujudnya peningkatan pengelolaan data dan informasi RI serta publikasi RI di media massa; 9. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana; dan 0.Terwujudnya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Setjen RI. Tabel.3 Persandingan Sasaran Strategis Setjen RI Sasaran Strategis Setjen RI Revisi Sasaran Strategis Setjen RI Meningkatnya kualitas dukungan. Terwujudnya dukungan sidang/rapat/pertemuan RI; pelaksanaan tugas fungsi RI 2. Meningkatnya kualitas draft yang profesional dan akuntabel; keputusan/peraturan RI; 2. Terwujudnya dukungan kegiatan 3. Meningkatnya kualitas hasil Pimpinan RI dalam penelitian/pengkajian; 4. Meningkatnya kualitas dukungan penguatan kelembagaan RI yang profesional dan akuntabel; representasi melalui pengolahan 3. Terwujudnya pengelolaan data, aspirasi masyarakat dan daerah; 5. Meningkatnya kualitas dukungan informasi dan hasil kajian yang secara profesional dan modern materi terhadap penguatan mampu mendukung pelaksanaan kelembagaan RI; tugas fungsi RI; dan 6. Terwujudnya SDM Aparatur yang 4. Terwujudnya Tata Kelola menduduki jabatan sesuai dengan standar kompetensi; Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan akuntabel 3

9 Sasaran Strategis Setjen RI Terwujudnya kelembagaan yang tepat ukuran dan tepat fungsi; 8. Tersedianya sistem dan prosedur kerja yang efektif dan efisien; 9. Meningkatnya layanan perencanaan dan pengelolaan keuangan yang tertib dan akuntabel; 0.Meningkatnya layanan sistem informasi manajemen;.meningkatnya layanan pemberitaan RI; 2.Meningkatnya layanan perpustakaan RI; 3.Meningkatnya pemenuhan sarana prasarana kerja yang modern dan sesuai dengan kebutuhan; dan 4.Meningkatnya pengawasan pelaksanaan kegiatan pada unit kerja Setjen RI. Revisi Sasaran Strategis Setjen RI mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI. Revisi Rencana Strategis Setjen RI dilakukan mulai tahun 207, oleh karena itu secara substansi penyusunan Revisi Rencana Strategis Setjen RI merupakan perbaikan dari Rencana Strategis Setjen RI yang terkait dengan tugas dan fungsi Setjen RI sesuai amanat ketentuan Pasal 43 ayat () UU MD3: Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas MPR, DPR, dan dibentuk sekretariat jenderal yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden; dan dalam ketentuan Pasal 333 Tata Tertib RI, diatur tugas Setjen RI; sebagai institusi yang merupakan sistem pendukung Parlemen ( Parliament 4

10 Supporting System). Dalam posisi tersebut Setjen RI harus mampu berjalan seiring dan mengikuti setiap derap langkah serta ritme kegiatan RI. Sehingga segala tuntutan maupun permasalahan yang dihadapi oleh RI, merupakan tugas Setjen RI untuk menindaklanjuti serta memberikan dukungannya secara optimal demi terpenuhinya seluruh tuntutan yang ada. Dokumen Revisi Renstra Setjen RI ini merupakan wujud penyempurnaan dokumen Renstra sebelumnya dan upaya perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya dimana perhatian organisasi yang sebelumnya berparadigma pada kegiatan administratif ( staffing) dan berorientasi pada output ( output oriented), sekarang lebih menitikberatkan pada hasil (outcome oriented). Sesuai dengan ketentuan Pasal 334 ayat () Tata Tertib dukungan administratif yang selama ini telah diberikan oleh Setjen RI meliputi: a. Penyelenggaraan administrasi dan keprotokolan lembaga dan hal-hal yang berkaitan dengan dukungan kelembagaan, keanggotaan dan seluruh kegiatan ; b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan ; c. Pelaksanaan pengelolaan anggaran ; d. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang dan rapat-rapat; e. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah; f. Pemberian dukungan keahlian, referensi, dan jaringan kerja; g. Pengelolaan dan pemberikan informasi sesuai kebutuhan masyarakat berkenaan dengan informasi kegiatan seperti hasil-hasil keputusan, penerimaan kunjungan anak sekolah, dan masyarakat yang ingin mengetahui tentang dan lain-lain yang relevan dalam ruang lingkup tugas Sekretariat Jenderal; h. Penyiapan dukungan pelaksanaan sarana dan prasarana berupa fasilitas gedung, ruang rapat, dan peralatan yang dikoordinasikan dengan Badan Pengelola Fasilitas Parlemen; i. Penyiapan dukungan teknologi informasi; 5

11 j. Penyiapan jaringan kerja; k. Penyiapan materi atau bahan bagi pimpinan dalam rangka konsultasi dan koordinasi antar lembaga; dan l. Tugas lain-lain menurut kebutuhan pimpinan dan lembaga sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dukungan keahlian sebagaimana ketentuan Pasal 334 ayat (2) yang dilaksanakan oleh Setjen RI meliputi: a. Penyusunan usul prolegnas dengan menyiapkan kajian yang berupa makalah kebijakan berdasarkan jangka tahunan dan jangka 5 (lima) tahun Prolegnas yang berkaitan dengan kewenangan ; b. Kajian awal yang digunakan untuk Prolegnas dilakukan pada masa awal keanggotaan ; c. Hasil kajian yang digunakan untuk Prolegnas sebagai bahan masukan untuk Komite dan Panitia Perancang Undang-Undang dalam menentukan prioritas Prolegnas Nasional; d. Penyusunan dokumen Naskah Akademik dan draft naskah Rancangan Undang-Undang; e. Perancangan draf Rancangan Undang-Undang sesuai dengan ide atau gagasan dari pemrakarsa; f. Pemberian dukungan keahlian kepada Alat Kelengkapan pada saat sidang-sidang atau rapat-rapat pembahasan di dan DPR; g. Pemberian dukungan teknis kepada Komite dan/atau Panitia Perancang Undang-Undang pada saat sidang atau rapat di daerah; penyiapan bahan materi kepada alat kelengkapan yang ditugaskan oleh Pimpinan untuk melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana dalam kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan ; h. Penampungan hasil diskusi, curah pendapat, atau penjelasan ide/gagasan mengenai perlunya disusun Rancangan Undang-Undang; i. Pengkajian dan penelusuran informasi yang diperlukan melalui diskusi, seminar, aspirasi masyarakat, lokakarya, dan bentuk-bentuk pertemuan lainnya; dan 6

12 j. Pelaksanaan tugas keahlian lainnya dalam rangka pelaksanaan wewenang dan tugas. Dukungan pengelolaan kantor daerah sebagaimana ketentuan Pasal 334 ayat (4) yang dilaksanakan oleh Setjen RI meliputi: a. Penyelenggaraan administrasi dan operasional dalam hal-hal yang berkaitan dengan dukungan kegiatan di kantor daerah; b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan di Kantor Daerah; c. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang atau rapat di kantor daerah; d. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah di kantor daerah; e. Pemberian dukungan keahlian, referensi dan jaringan kerja; f. Penyiapan dukungan sarana dan prasarana di kantor daerah; g. Pengelolaan dan pemberian informasi sesuai kebutuhan masyarakat berkenaan dengan informasi kegiatan ; h. Koordinasi dengan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, instansi pemerintah pusat yang bersifat vertikal, pihak swasta, BUMN, BUMD, dan lembaga swadaya masyarakat di daerah untuk penyerapan aspirasi masyarakat di daerah yang dilaksanakan dalam kegiatan maupun Anggota; dan koordinasi kegiatan Kelompok Anggota Provinsi di Daerah. Dalam memberikan dukungan teknis administratif dan keahlian serta dukungan pengelolaan kantor daerah tersebut di atas oleh Setjen RI, secara sistematis kondisi umum capaian kinerja Sekretariat Jenderal dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang yaitu a) akuntabilitas kinerja dan keuangan; b) dukungan teknis dan substansi/materi persidangan RI; c) dukungan terhadap penguatan kelembagaan RI; d) dukungan efektifitas hubungan antara RI dengan konstituen di daerah pemilihan melalui keberadaan kantor daerah; e) layanan data dan informasi. Gambaran capaian kinerja terhadap kelima bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 7

13 a. Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Sesuai dengan Putusan MK Perkara Nomor 79/PUU-XII/204 menyatakan bahwa Pasal 250 ayat () Undang -Undang Nomor 7 Tahun 204 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 204 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai, Dalam melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249, memiliki kemandirian dalam menyusun anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan disampaikan kepada Presiden untuk dibahas bersama DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya putusan MK tersebut, tantangan Setjen RI semakin meningkat, hal ini dikarenakan isu pelaksanaan kemandirian anggaran sebenarnya telah lama didiskusikan. Bahkan dalam forum pertemuan Sekretariat Jenderal Parlemen di Bali tahun 2007 telah disetujui langkah-langkah kemandiran anggaran parlemen ini yang tertuang dalam laporan Authonomy Parliament in its Varous Aspect. Laporan tersebut sebenarnya merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dilakukan oleh Association of Secretaries General of Parliament (ASGP) tahun 998 melalui hasil studi yang disetujui di Moskow dan dipublikasikan dalam the Constitutional and Parliamentary Information. Kemandirian dalam pengelolaan anggaran RI menjadi penting karena dalam menjalankan fungsi-fungsinya harus didukung ketersediaan anggaran yang cukup. Hal tersebut tertuang dalam ketentuan Pasal 250 ayat () UU MD3, Dalam menjalankan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249, menyusun anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemandirian anggaran ini dirasakan penting ketika dihadapkan pada karateristik RI yang berbeda dengan eksekutif. 8

14 Dengan adanya kemandirian anggaran ini, dituntut untuk meningkatkan kinerjanya, tetapi di sisi lain anggaran yang terbatas dan masih dikontrol oleh eksekutif. Dorongan untuk meningkatkan kinerja lembaga tentunya harus diimbangi dengan peningkatan anggaran. Oleh karena itu, jajaran Setjen RI harus menyiapkan segala instrumen dalam rangka tata kelola administrasi. Aspek penting dalam tata kelola administrasi adalah kebutuhan pengembangan akuntabilitas Setjen RI. Tata kelola administrasi dimaksud meliputi upaya peningkatan pelaporan akuntabilitas aparatur dan transparansi laporan keuangan. Capaian kinerja terkait dengan akuntabilitas kinerja Setjen RI, opini BPK, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan RI dapat memberikan kepercayaan dari Anggota dan Alat Kelengkapan terhadap Setjen RI sebagai unsur pendukung dan menunjukkan tata kelola administrasi yang andal. Penerapan akuntabilitas kinerja di lingkungan Setjen RI dilakukan dengan melaksanakan penyusunan Laporan Kinerja Setjen RI setiap tahunnya, yang ruang lingkupnya mencakup Renstra Setjen RI, Perjanjian Kinerja Setjen RI, Pengukuran Kinerja Setjen RI melalui pengumpulan dan pengelolaan data kinerja, serta analisa capaian kinerja Setjen RI. Sejak tahun 203, Setjen RI telah melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). Transparansi laporan keuangan telah dilaksanakan oleh Setjen RI dengan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan C atatan Atas Laporan Keuangan (C ALK) dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Opini tertinggi dari BPK adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang salah satu syaratnya adalah penilaian atas capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan memperoleh nilai standar tertinggi dari Kementerian Keuangan. Sekretariat Jenderal telah memperoleh Opini WTP dari BPK RI selama 0 (sepuluh) tahun 9

15 berturut-turut, sejak tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 200, 20, 202, 203, 204 dan 205. b. Dukungan Keahlian Materi Persidangan RI Dukungan keahlian Setjen RI disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan tugas RI selama ini. Dukungan tersebut tercermin dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Persidangan I dan Biro Persidangan II serta Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum dan Pusat Kajian Daerah. Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi pendukung sebagai bahan masukan dalam persidangan/alat-alat Kelengkapan RI maupun dalam rangka sidang atau rapat di kantor daerah. Secara kelembagaan, efektifitas RI sebagai lembaga perwakilan daerah dibuktikan dengan kemampuan kelembagaannya untuk membuat keputusan yang terinformasi. Sementara itu, kemampuan RI adalah kapasitas RI untuk mendapatkan informasi, membangun keahlian kebijakan, dan membuat keputusan secara mandiri dari lembagalembaga lain. Kemampuan itu secara kelembagaan sejalan dengan otonomi lembaga yang ditunjukkan melalui pembuatan keputusan dan bertindak secara mandiri dari pemerintah. Otonomi RI sendiri sebenarnya telah digariskan dalam ketentuan Pasal 26 ayat () huruf h U U MD3, yang menyebutkan wewenang Pimpinan RI untuk menetapkan arah dan kebijakan anggaran RI. Idealnya, landasan hukum ini menjadi pendorong jajaran Setjen RI untuk lebih profesional melakukan dukungan kepada RI. Setjen RI sebagai supporting system memberikan dukungan keahlian/materi persidangan RI dalam bentuk () penyelenggaraan rapat/sidang RI; (2) penyusunan draf Keputusan RI terkait fungsi legislasi, fungsi pengawasan, fungsi penganggaran, dan fungsi representasi RI; (3) penyusunan draf Keputusan RI tentang 0

16 materi non RUU; dan (4) pelaksanaan kajian yang digunakan sebagai background paper alat kelengkapan. Pada Periode keanggotaan RI Tahun , Setjen RI berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 4 (empat) fungsi utama RI yaitu dalam perubahan RUU dengan mendorong sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan di bidang penyusunan dan pembahasan RUU yaitu dengan mengembangkan jabatan fungsional Perancang Perundang-Undangan. Draf Keputusan RI terkait fungsi legislasi meliputi naskah usul prolegnas, RUU inisiatif, pandangan pendapat dan pertimbangan terhadap RUU dari DPR maupun Presiden. Penyusunan draft produk legislasi tersebut selanjutnya akan dibahas oleh Anggota di masing-masing alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi Keputusan RI dalam Sidang Paripurna RI. Draf Keputusan RI yang telah dihasilkan oleh Setjen RI pada tahun 204 sebanyak 48 (empat puluh delapan) draf keputusan, tahun 203 sebanyak 43 (empat puluh tiga) draf keputusan, tahun 202 sebanyak 60 (enam puluh) draf keputusan, tahun 20 sebanyak 35 (tiga puluh lima) draf keputusan, dan tahun 200 sebanyak 33 (tiga puluh tiga) draf keputusan. Draf keputusan RI terkait fungsi pengawasan disusun dalam rangka RI pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah. Draf keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen RI pada tahun 204 sebanyak 20 (dua puluh) draf keputusan, tahun 203 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan, tahun 202 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan, tahun 20 sebanyak 3 (tiga belas) draf keputusan, dan tahun 200 sebanyak 5 (lima belas) draf keputusan. Draf keputusan RI terkait fungsi penganggaran meliputi pertimbangan RI terhadap tindak lanjut HAPSEM BPK dan pertimbangan RI terhadap RUR RAPBN/APBN/APBN-P. Draf keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen RI pada tahun 204 sebanyak 5 (lima) draf keputusan, tahun 203 sebanyak 2 (dua) draf

17 keputusan, tahun 202 sebanyak 2 (dua) draf keputusan, tahun 20 sebanyak 3 (tiga) draf keputusan, dan tahun 200 sebanyak (satu) draf keputusan. Draf keputusan terkait fungsi representasi meliputi draf keputusan tentang pemilihan calon anggota BPK. Draf keputusan tersebut selanjutnya akan dibahas oleh Anggota di alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi keputusan RI dalam Sidang Paripurna RI. Jumlah draf keputusan RI tentang pertimbangan RI terhadap calon anggota BPK yang disampaikan kepada DPR RI pada tahun 204 sebanyak (satu) draf keputusan sama dengan jumlah draf keputusan yang dihasilkan pada tahun 203, 202 dan 20. Hal ini dilaksanakan sebagaimana amanat Pasal 23F ayat () UUD 945 bahwa anggota BPK RI dipilih oleh DPR RI dengan memperhatikan pertimbangan RI. Draf keputusan RI tentang materi non RUU pada tahun 204 sebanyak 8 (delapan) draf keputusan/peraturan, tahun 203 sebanyak 9 (Sembilan) draf keputusan/peraturan, tahun 202 sebanyak 9 (Sembilan) draf keputusan/ peraturan, tahun 20 sebanyak 9 (Sembilan) draf keputusan/peraturan, dan tahun 200 sebanyak 4 (empat) dr af keputusan/peraturan. Jumlah kajian yang digunakan sebagai background paper oleh alat kelengkapan RI pada tahun 204 sebanyak 28 (dua puluh delapan) kajian, Pada tahun 203 sebanyak 7 (tujuh belas) kajian, tahun 202 sebanyak 6 (enam belas) kajian, tahun 20 sebanyak 26 kajian, dan tahun 200 sebanyak 6 (enam belas) kajian. Selain itu, Setjen RI juga harus memberikan saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum. Pemberian saran demikian harus tepat dari sisi substansinya. Hal ini harus dimaklumi karena saran kebijakan tersebut akan digunakan Pimpinan dan Anggota RI dalam mengartikulasikan aspirasi masyarakat dan daerah sehingga apabila terjadi kekeliruan akan dapat merugikan RI secara politis atau masyarakat pada umumnya. 2

18 Suatu saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang hukum dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti oleh RI. c. Dukungan terhadap Peningkatan Kapasitas Kelembagaan RI Sebagai lembaga legislatif, RI diamanatkan untuk melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran secara terbatas. Dalam menjalankan tugasnya secara konstitusional membawa RI pada konsekuensi untuk mengimbangi dan mengontrol kapasitas DPR dan pemerintah melalui mekanisme check and balances. Untuk itu RI dituntut melakukan penguatan kelembagaan pada aspek kapasitas dan kredibilitas serta aspek substansi. Pada aspek kapasitas dan kredibilitas, pelaksanaan tugas RI saat ini harus didukung oleh citra yang positif pada masyarakat dan daerah. Citra positif RI terbentuk antara lain melalui publikasi media massa dan tuntutan LSM, Organisasi Masyarakat, kelompok masyarakat dan yang paling penting masyarakat dan daerah. Untuk menghadapi tantangan RI ke depan dibutuhkan pembentukan citra RI yang positif. Pemberitaan media massa terkait isu menjadi suatu hal yang penting dalam penguatan kelembagaan, karena dapat menjadi salah satu corong untuk mensosialisasikan dan produk-produknya. Oleh karena itu dukungan dari Sekretariat Jenderal diperlukan agar setiap kegiatan/produk RI dapat masuk dalam pemberitaan di media massa. Pada tahun 204 terdapat.436 pemberitaan di media massa, tahun 203 terdapat.224 pemberitaan di media massa, tahun 202 terdapat.002 pemberitaan di media massa, tahun 20 terdapat.73 pemberitaan di media massa, dan tahun 200 terdapat pemberitaan di media massa. Kerja sama RI dengan lembaga tinggi/kementerian di Indonesia dalam rangka penguatan kelembagaan RI saat ini sedang dimulai dengan menandatangani nota kesepakatan (MOU) dengan 3

19 lembaga-lembaga tinggi negara terkait dengan tugas dan fungsi RI. Selain dengan lembaga negara dan lembaga non departemen, RI juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perguruan tinggi di 33 (tiga puluh tiga) provinsi. Kerja sama luar negeri meliputi kegiatan kunjungan multilateral dan bilateral. Kegiatan kunjungan multilateral terkait kehadiran RI dalam sidang parlemen internasional meliputi International Parliamentary Union (IPU), ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA), Asia Pacific Parliamentary Forum (APPF). Sedangkan kerjasama bilateral terkait kerjasama antara RI dengan lembaga parlemen negara sahabat. d. Dukungan Efektifitas Hubungan antara RI dengan Konstituen di Daerah Pemilihan melalui keberadaan kantor daerah Dukungan efektifitas hubungan antara RI dengan konstituen di daerah pemilihan oleh Setjen RI diberikan dalam bentuk pengelolaan aspirasi masyarakat dan daerah. Hasil penyerapan aspirasi masyarakat dan daerah (asmasda) merupakan sinergitas dan interaksi 32 (seratus tiga puluh dua) Anggota RI dengan konstituen di daerah pemilihannya yang dilaksanakan pada masa reses. Hasil penyerapan asmasda tersebut dikumpulkan dan diolah serta dianalisa, selanjutnya disusun dalam (satu) laporan per masa reses untuk kemudian dibahas dalam rapat alat kelengkapan guna merumuskan solusi permasalahan daerah. Keberadaan kantor RI di Ibu Kota Provinsi diharapkan dapat semakin memudahkan konstituen dalam menyalurkan aspirasi dan menyerap informasi sesuai kebutuhan yang berkenaan dengan informasi kegiatan serta dalam rangka membangun komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder didaerah. Setjen RI telah mengembangkan sistem penyerapan dan pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah sejak tahun 200. Tujuan sistem tersebut adalah optimalisasi penyerapan, 4

20 pengolahan dan penyajian data aspirasi masyarakat dan daerah yang akan ditindaklanjuti dalam pembahasan materi di alat kelengkapan RI. Sejalan dengan perkembangan teknologi, mulai tahun 204 telah dilakukan pengembangan sistem pengolahan aspirasi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) melalui website dengan jaringan internet. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah memungkinkan kegiatan tahap penyerapan, pengolahan dan analisis serta hasil tindaklanjut aspirasi akan terkomputerisasi, sehingga aspirasi masyarakat dan daerah akan lebih mudah diolah, dianalisa, dan hasil tindak lanjutnya mudah diakses. e. Layanan Data dan Informasi Data dan informasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi RI sebagai lembaga perwakilan karena merupakan dasar bagi RI dalam mengambil kebijakan/keputusan. Oleh karenanya, Setjen RI telah menggunakan sistem informasi manajemen dalam pengelolaan data dan informasi. Sebagai langkah awal perlu dilakukan assesment/audit untuk menilai kondisi existing sistem informasi dalam rangka menentukan posisi sistem informasi Setjen RI, dikaitkan dengan kebijakan dan strategi nasional dalam pengembangan e-government. Dengan mengetahui posisi sistem informasi Setjen RI tersebut, langkah berikutnya dilanjutkan dengan menindaklanjuti hasil audit, dengan mengacu design yang sudah ada melalui pengembangan aplikasi, hardware, network, dan manajemen teknologi informasi, termasuk pengembangan SDM yang terbagi dalam tahapan program (road map) per tahun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Sistem Informasi Manajemen merupakan media teknologi informasi berupa aplikasi yang dapat membantu fungsi, tugas dan kinerja baik kedewanan maupun kesekretariatan. Dengan menggunakan SIM proses pengolahan data dan informasi dapat lebih efektif dan efisien. SIM di host 5

21 (pasang) pada perangkat server (terpusat) yang dapat dengan mudah diakses oleh user (Pimpinan, Anggota, Pegawai Setjen RI dan masyarakat) yang terhubung jaringan komputer. Sejak tahun 20 Setjen RI telah menggunakan 0 (sepuluh) SIM, yaitu Website RI, RI, Sistem Informasi Budget Office, Sistem Aspirasi Masyarakat Daerah, Sistem Informasi Perundang-Undangan, Sistem Informasi Perpustakaan, Sistem Pengolah Risalah (iperisalah), Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik, Sistem Informasi Kepegawaian, dan Sistem Informasi Pengolah Absensi Pegawai. f. Dukungan SDM Aparatur Dalam praktek parlemen modern, kemandiran anggaran seharusnya diikuti oleh kemandirian pada organiasi kesekretariatan. Pada prinsipnya, SDM aparatur Setjen RI seharusnya berada di bawah RI secara langsung. Dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi Setjen RI sebagaimana telah dijabarkan pada bab sebelumnya, Setjen RI harus didukung oleh perangkat kelembagaan, proses bisnis, tata laksana, dan sumber daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada Setjen RI secara efektif dan efisien. Untuk itu kegiatan pengembangan dan penataan kelembagaan yang meliputi organisasi dan ketatalaksanaan, serta pengelolaan sumber daya aparatur mutlak dilaksanakan secara efektif, intensif, dan berkesinambungan. Kebijakan utama Pengembangan Sumber Daya Aparatur (SDA) secara menyeluruh diarahkan untuk memastikan tersedianya SDA yang berintegritas dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Setjen RI. Sasaran utama kebijakan ini adalah terwujudnya menciptakan proses rekrutmen yang transparan dan mampu menarik talent terbaik, peningkatan kompetensi pegawai, dan menciptakan keterkaitan yang jelas antara kinerja, rewards, dan recognition. 6

22 f.. Kondisi Pegawai Setjen RI Kuantitas SDM Setjen RI selalu berubah sesuai dengan kebutuhan kelembagaan baik di ibu kota negara maupun ibu kota provinsi. Jumlah pejabat struktural yang ada dilingkungan Setjen RI pada tahun 207 berjumlah 28 (seratus dua puluh delapan) pejabat dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik. sebagai berikut: Grafik. Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan Setjen RI Tahun 207 Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (PNS) menurut golongan ruang pada tahun 207 berjumlah 36 (tiga ratus enam belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik.2 sebagai berikut: Grafik.2 Jumlah Jabatan Fungsional Umum (PNS) di Lingkungan Setjen RI Tahun 207 7

23 Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (PNS) menurut golongan ruang pada tahun 207 berjumlah 0 (sepuluh) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik.3 sebagai berikut: Grafik.3 Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (PNS) di Lingkungan Setjen RI Tahun 207 Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (CPNS) menurut golongan ruang pada tahun 207 berjumlah 6 (enam belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik.4 sebagai berikut: Grafik.4 Jumlah Jabatan Fungsional Umum (CPNS) di Lingkungan Setjen RI Tahun 207 Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (CPNS) menurut golongan ruang pada tahun 207 berjumlah 69 (enam 8

24 puluh sembilan) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik.5 sebagai berikut: Grafik.5 Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (CPNS) di Lingkungan Setjen RI Tahun 207 Selain Pegawai Negeri Sipil, Setjen RI juga terdiri atas Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang berjumlah 200 (dua ratus) orang. Jumlah Tenaga Perbantuan Setjen RI di Ibu Kota Negara per Januari 207 dapat dilihat berdasarkan Grafik.6 sebagai berikut: Grafik.6 Jumlah Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Setjen RI di Ibu Kota Negara Tahun 207 9

25 f.2. Kebijakan-Kebijakan Umum Pengembagan SDM Aparatur Setjen RI Dampak dengan adanya UU Aparatur Sipil Negara, diantaranya adalah tidak menutup kemungkinan bermunculan jabatan-jabatan fungsional baru, diantaranya jabatan fungsional analis anggaran. Prinsip UU ASN adalah diberlakukannya merit sistem. Merit sistem merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. Proses internalisasi merit sistem dimulai dengan proses pengelolaan kinerja agar dapat dilaksanakan pemetaan pegawai berdasarkan kinerja secara baik, hasil assessment center dan hasil psikotes pegawai. Pasal 2 dan Pasal 22 Undang-Undang ASN mengamanatkan bahwa setiap aparatur sipil negara berhak mendapatkan pengembangan kompetensi..2. POTENSI DAN PERMASALAHAN Manajemen dalam suatu organisasi dapat dikatakan berhasil apabila terdapat kemampuan organisasi untuk berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan yang selalu berubah secara cepat. Hal ini bisa tercapai apabila organisasi dapat melihat dan mempertimbangkan berbagai perubahan lingkungan eksternal dan internal yang akan memberi dampak pada organisasi. Oleh sebab itu, Setjen RI perlu melakukan analisis jangka menengah terkait permasalahan, potensi, dan kelemahan dari lingkungan internal (Setjen RI), serta peluang dan tantangan dari kondisi eksternal (nasional). Potensi dan masalah diidentifikasi sebagai langkah untuk menganalisis permasalahan, potensi, kelemahan serta tantangan jangka menengah yang menjadi lingkup kewenangan Setjen RI dalam kerangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi lembaga. 20

26 Berikut ini analisis permasalahan, potensi, dan kelemahan Setjen RI yang difokuskan pada sisi input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan Setjen RI meliputi: a. Potensi ) Dukungan RI RI merupakan Stakeholder atau pelanggan pengguna layanan Setjen RI. Fungsi RI sebagaimana terdapat dalan ketentuan Pasal 22D Undang-undang Dasar 945 adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Setjen RI mempunyai tugas mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas RI. Kemandirian anggaran sebagaimana diamanatkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 79/PUU-XII/204, namun dalam pengelolaan anggaran Setjen RI harus tunduk dalam pengelolaan keuangan negara. Dukungan RI dibutuhkan dalam rangka membantu Setjen RI dalam melakukan koordinasi yang intensif dan berkesinambungan dengan pemerintah dan dukungan yang sifatnya politis pada waktu pembahasan-pembahasan anggaran di Komisi III DPR RI. Kuantitas jumlah SDM Setjen RI di Ibu Kota Negara saat ini (per Januari 207) berjumlah 738 (Tujuh Ratus Tiga Puluh Delapan) orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil berjumlah 454 (empat ratus lima puluh empat) orang, Calon Pegawai Negeri Sipil berjumlah 84 (delapan puluh empat) orang dan Tenaga perbantuan berjumlah 200 (dua ratus) orang. Kuantitas SDM Setjen RI di Ibu Kota Negara pada saat ini telah sesuai kebutuhan dengan asumsi bahwa idealnya (satu) orang Anggota RI didukung oleh 5 (lima) orang staf yang tersebar di unit kerja sekretariat. 2

27 b. Permasalahan Permasalahan yang berpeluang menjadi tantangan sehingga harus diantisipasi dan dihadapi lima tahun ke depan oleh Setjen RI antara lain: ) Struktur Organisasi dan SDM yang ada kurang sesuai dengan dinamika kelembagaan yang Terjadi. Sebagai sebuah organisasi, Setjen RI mempunyai peluang yang cukup kuat untuk berkembang lebih optimal dalam memberikan dukungan kepada RI. Hadirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 204 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) menandai perubahan fokus manajemen pegawai ASN. Fokus utama UU ASN adalah profesionalisme ASN, oleh karena itu Setjen RI dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk memberikan kontribusi yang produktif bagi organisasi. Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 206 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di lingkungan Setjen RI menandai babak baru profesionalisme pegawai Setjen RI dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas RI. Struktur Setjen RI belum sepenuhnya efektif dalam memberikan dukungan kepada RI, hal ini disebabkan adanya batasan kendala normatif untuk pengembangan Struktur Organisasi Setjen RI. Disamping itu, terdapat kendala berkaitan dengan dukungan SDM aparatur Setjen RI. SDM Setjen RI dianggap belum memadai, salah satunya adalah adanya ketimpangan jumlah staf yang bersifat administrastif dan staf fungsional (yang bersifat substantif). Mengingat adanya perkembangan wewenang dan tugas RI Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/202 dan Putusan Perkara Nomor 79/PUU-XII/204. 2) Sistem Komunikasi dan Informasi Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kinerja RI perlu dibangun sistem komunikasi dan informasi yang memadai. 22

28 Ketersediaan Sistem Komunikasi dan Informasi ini dikarenakan adanya perubahan lingkungan strategis dan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, penggunaan teknologi informasi dalam setiap proses administrasi sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan bersama. Dengan teknologi komunikasi dan informasi akan terjadi perubahan cara kerja, cara berkomunikasi, persepsi tentang efisiensi, pengelolaan dan penggunaan informasi. Dengan adanya sistem tersebut, RI akan mendapatkan manfaat dalam banyak hal, seperti kecepatan komunikasi antara pejabat dan staf Setjen RI, antara staf dengan Anggota RI, serta staf antar Anggota RI. Demikian juga manfaat dalam penyiapan data dan kearsipan akan lebih mudah disimpan dan sekaligus ditemukan kembali apabila diperlukan. Penggunaan internet dan intranet di lingkungan RI dan Setjen RI sudah menjadi kebutuhan penggunan (Dropbox) sudah secara umun dilaksanakan, namun demikan fasilitas yang menyangkut internet di lingkungan Setjen RI masih belum mendukung kinerja RI secara optimal dengan kapasitas 200 Mbps (Megabyte) digunakan oleh komputer/user, padahal dengan penggunaan oleh demikian banyak user selayaknya kapsitas yang mendukung sebesar Gb (Gigabyte), selain itu kendala lain adalah belum adanya tenaga khusus yang secara konsisten menangani dan bertanggungjawab terhadap sistem dan teknologi informasi ini. Selanjutnya terkait sistem penyimpanan bahan pustaka dan kearsipan masih dilaksanakan secara manual, komunikasi antar bagian kearsipan dan dokumentasi dengan alat kelengkapan belum memadai termasuk didalamnya pengelolaan asmasda sehingga menyebabkan kurangnya dukungan kepada RI yang bersifat informatif dan analitik. 3) Belum Adanya Sarana dan Prasarana Kerja yang Memadai Kondisi sarana dan prasarana perkantoran RI di Ibukota Negara semakin tidak memadai mengingat semakin meningkatnya 23

29 aktifitas RI yang dilakukan oleh 0 (sepuluh) alat kelengkapan dan pertambahan SDM yang membutuhkan penambahan ruang rapat dan ruang kerja. Sidang Paripurna RI menggunakan ruang sidang milik Sekretariat Jenderal MPR RI, sehingga pelaksanaan agenda sidang RI harus menyesuaikan dengan agenda kegiatan MPR. Gedung kantor sementara RI di ibu kota provinsi saat ini masih menggunakan gedung kantor pinjam pakai dari Pemerintah Provinsi dan dengan cara sewa yang kondisinya kurang memadai dan belum representatif sebagai gedung kantor lembaga Negara. Pimpinan RI telah melaksanakan koordinasi bersama dengan Pimpinan MPR, Pimpinan DPR, BURT DPR, dan Sekretariat Jenderal MPR, DPR, dan dalam rangka penataan seluruh kawasan komplek parlemen termasuk dengan rencana pembangunan gedung baru RI, namun sampai saat ini belum terealisasi. 4) Perubahan Peraturan Perundang-Undangan Terkait dengan Lembaga yang Berubah Perubahan peraturan perundang-undangan terkait dengan lembaga dan birokrasi, keputusan Mahkamah Konstitusi, Keputusan dan Peraturan lembaga negara lainnya seperti Tatib DPR dan MPR serta DPRD dan Peraturan Presiden tentu akan memberi dampak secara langsung kepada Setjen RI baik dalam format layanan maupun pada struktur kelembagaan sekretariat. 24

30 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 2.. VISI Visi Setjen RI ditetapkan dengan merujuk pada Visi Lembaga RI dan memperhatikan tugas pokok dan fungsi kesekretariatan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Visi Lembaga RI yaitu: Menjadikan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai lembaga perwakilan yang mampu secara optimal dan akuntabel memperjuangkan aspirasi daerah untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari perspektif kelembagaan, Setjen RI adalah kesekretariatan lembaga negara yang berfungsi sebagai sistem pendukung dan merupakan integrasi dari berbagai unsur yang terdiri atas kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan guna memberi dukungan teknis, administratif, dan keahlian yang optimal baik dari aspek manajerial, sumber daya manusia, maupun dukungan sarana dan prasarana kerja serta sumber daya lainnya yang ditata dan dikelola secara konsisten dan dilaksanakan secara simultan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Visi Setjen RI yang mencerminkan gambaran keadaan dan kondisi yang ingin diwujudkan pada tahun , dan sekaligus merefleksikan kesinambungan upaya memberikan dukungan kepada lembaga RI adalah: Sistem Pendukung yang Profesional, Akuntabel, dan Modern kepada RI 25

31 Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Setjen RI merupakan supporting system yang kedudukannya strategis, profesional yang mengedepankan kualitas dan transparansi yang didukung oleh teknologi informasi dalam memberikan dukungan kepada untuk melaksanakan fungsi, wewenang, dan tugas RI berupa dukungan keahlian dan dukungan adminitrasi secara cepat, tepat, transparan, dan akuntabel. Adanya visi ini diharapkan Sekretariat Jenderal RI akan mampu mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan keahlian dan administrasi kepada RI MISI Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Setjen RI sebagai penjabaran atas visi yang telah ditetapkan. Misi. Mewujudkan dukungan Setjen RI yang telah dilakukan penyesuaian meliputi: administratif dan Misi tersebut dimaksudkan bahwa keahlian kepada dalam rangka memberikan dukungan RI; dan kepada RI dalam melaksanakan 2. Mewujudkan dukungan fungsi, wewenang, dan tugas kapasitas internal diperlukan dukungan administrasi dan Sekretariat Jenderal keahlian serta peningkatan kapasitas RI yang mampu internal Sekretariat Jenderal RI mendukung kelancaran sehingga pelaksanaan fungsi, pelaksanaan fungsi dan wewenang, dan tugas RI dapat tugas RI. terlaksana dengan baik dengan mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Setjen RI tidak hanya sebagai kesekretariatan yang bertugas memberikan dukungan administrasi dan keahlian kepada RI, tetapi juga merupakan bagian dari kelembagaan, sehingga misi ini sekaligus 26

32 mendorong adanya paradigma baru kelembagaan bahwa Sekretariat Jenderal adalah bagian dari kelembagaan RI, sehingga Rencana Strategik yang dirumuskan disesuaikan dengan rencanan Strategik RI. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kesekretariatan, Sekretariat Jenderal RI memiliki peran strategis dalam memberikan dukungan kepada RI TUJUAN DAN SASARAN Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah disesuaikan, selanjutnya ditentukan tujuan dan sasaran Setjen RI yang meliputi: TUJUAN Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi yang ingin dicapai dalam jangka waktu satu atau lima tahun. Dengan diformulasikannya tujuan, maka Setjen RI dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam mencapai misinya. Berdasarkan misi di atas maka keberhasilan Setjen RI dapat diukur dari keberhasilan dalam mewujudkan tujuan Setjen RI yaitu:. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang profesional dan akuntabel kepada RI. Terwujudnya dukungan administrastif dan keahlian yang profesional dan akuntabel kepada RI tercermin dari indikatorindikator sebagai berikut: ) Persentase responden Pimpinan dan Anggota RI yang puas terhadap dukungan administratif dan keahlian Setjen RI; 2) Persentase draft Keputusan/Peraturan RI yang digunakan sebagai Keputusan/Peraturan RI; dan 3) Persentase responden Pimpinan RI yang puas dengan kesekretariatan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI. 27

33 2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI. Terwujudnya Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI tercermin dari indikatorindikator sebagai berikut: ) Nilai Reformasi Birokrasi Nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal RI. 2) Opini BPK terhadap laporan keuangan Opini yang diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan Sekretariat Jenderal RI. 3) Predikat SAKIP Predikat yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Sekretariat Jenderal RI SASARAN STRATEGIS Dalam sasaran Setjen RI digambarkan beberapa hal yang ingin dicapai pada setiap tahun selama 5 (lima) tahun ke depan dengan rumusan yang terukur dan spesifik, yang pencapaiannya dilakukan secara gradual dengan mempertimbangkan berbagai aspek, khususnya ketersediaan anggaran dengan mengacu kepada tujuan Sekretariat Jenderal RI sesuai dengan Revisi Rencana Strategis Setjen RI Tahun yang meliputi:. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang profesional dan akuntabel kepada RI; dan 2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI. Selanjutnya pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui sasaran strategis Sekretariat Jenderal RI yang meliputi: 28

34 . Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas fungsi RI yang profesional dan akuntabel; 2. Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan RI dalam penguatan kelembagaan RI yang profesional dan akuntabel; 3. Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan hasil kajian yang secara profesional dan modern mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI; dan 4. Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi RI. Pencapaian tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal RI diukur melalui indikator tujuan dan indikator sasaran. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Sekretariat Jenderal RI sampai dengan Tahun 209 sesuai dengan Revisi Rencana Strategis Sekretariat Jenderal RI adalah sebagai berikut: Tujuan : Terwujudnya dukungan administratif dan Indikator Tujuan keahlian yang profesional dan akuntabel kepada RI. :. Persentase responden Pimpinan dan Anggota RI yang puas terhadap dukungan administratif dan keahlian Setjen RI; 2. Persentase draft Keputusan/Peraturan RI yang digunakan sebagai Keputusan/ Peraturan RI; dan 3. Presentase responden Pimpinan RI yang puas dengan dukungan kesekretariatan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI. Sasaran : Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas fungsi RI yang profesional dan akuntabel. 29

35 Indikator Sasaran Sasaran 2 Indikator Sasaran Tujuan 2 Indikator Tujuan Sasaran Indikator Sasaran :. Persentase responden Anggota RI yang puas dengan dukungan administratif keahlian Setjen RI terhadap pelaksanaan tugas fungsi RI; dan 2. Persentase draft Keputusan/Peraturan RI yang digunakan sebagai Keputusan/Peraturan RI. : Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan RI dalam penguatan kelembagaan RI yang profesional dan akuntabel. : Persentase responden Pimpinan RI yang puas dengan dukungan kesekretariatan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI. : Terwujudnya Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI. :. Indeks Reformasi Birokrasi; : 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan 3. Predikat SAKIP. : Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan hasil kajian yang secara profesional dan modern mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI. :. Persentase Pimpinan dan Anggota yang puas terhadap pengelolaan data informasi Sekretariat Jenderal RI; 2. Persentase Hasil tabulasi aspirasi masyarakat daerah yang digunakan oleh alat kelengkapan RI; dan 3. Persentase hasil kajian yang digunakan 30

36 Sasaran 2 Indikator Sasaran oleh alat kelengkapan RI. : Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI. :. Nilai Reformasi Birokrasi; : 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan : 3. Predikat SAKIP. 3

37 BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3. Arah Kebijakan dan strategi Nasional Berdasarkan Undang-Undang 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun , Visi Pembangunan Nasional ditetapkan berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur Visi pembangunan jangka panjang tersebut diterjemahkan sebagai berikut: Mandiri : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju : Sumber Daya Manusia Indonesia telah mencapai kualitas yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap. Adil : Tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Makmur : Seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain Visi pembangunan nasional tahun itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan 32

38 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Visi pembangunan nasional diwujudkan melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional yaitu:. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu; 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM , tahapan RPJM ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat melalui pemantapan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan menitikberatkan pada prinsip 33

39 toleransi, non diskriminasi dan kemitraan serta semakin mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi itu mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek kehidupan. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung pembangunan nasional. Dalam kerangka pemantapan nilai-nilai demokrasi dan pelaksanaan desentralisasi serta otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam RPJM maka kedudukan RI memiliki arti strategis. Namun dalam perjalanannya selama 2 (dua) periode, RI belum dapat secara optimal memenuhi harapan masyarakat dan daerah dalam pengambilan kebijakan tingkat nasional yang dapat memberikan peningkatan kehidupan yang sama antara pusat dan daerah. Hal ini disebabkan pengaturan fungsi, tugas dan wewenang RI dalam undang-undang tidak sesuai dengan Pasal 22D UUD 945. Putusan MK perkara Nomor 92/PUU-X/202 pada tanggal 27 Maret 203 menegaskan bahwa fungsi RI adalah fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Kewenangan RI dibidang legislasi telah memposisikan kedudukan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam hal mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. RI sebagai lembaga negara juga mempunyai hak dan/atau kewenangan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan 34

40 sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Keterlibatan RI untuk memberikan pertimbangan dimaksudkan supaya RI berkesempatan menyampaikan pandangan dan pendapatnya terhadap RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah sedangkan kewenangan RI dibidang pengawasan diberikan terkait dengan pelaksanaan undang-undang yang menyangkut jenis undang-undang yang ikut dibahas dan/atau diberikan pertimbangan oleh RI. Kewenangan pengawasan RI juga dilakukan bagi pelaksanaan berbagai UU yang berkaitan dengan daerah. Pada tahun beberapa hal yang menjadi prioritas lembaga RI yaitu: a. Penguatan fungsi dan kewenangan RI sebagai lembaga perwakilan Empat tahap perubahan UUD 945 telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan meletakkan orientasi pembangunan pada daerah. Namun demikian harus disadari pula bahwa empat tahap perubahan konstitusi masih menyisakan permasalahan yang mengganggu kehidupan ketatanegaraan. Karenanya penataan terhadap sistem ketatanegaraan tetap harus diupayakan demi tercapainya masa depan Indonesia yang lebih baik. Untuk penguatan fungsi dan kewenangan RI sebagai lembaga perwakilan daerah, RI menetapkan strategi pencapaian secara internal maupun eksternal. Secara internal dilakukan melalui optimalisasi peran dan fungsi dengan mendorong penataan sistem ketatanegaraan dan optimalisasi kinerja RI sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan politis kepada konstituen. Secara eksternal dilakukan oleh Anggota RI dalam kapasitasnya sebagai Anggota MPR. Dalam hal ini inisiasi RI dalam melakukan usul perubahan UUD 945 telah diapresiasi oleh Pimpinan 35

41 MPR dengan pembentukan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Ini berarti bahwa aspirasi atas perubahan konstitusi telah dikanalisasi secara formal di MPR dan sudah semestinya bagi RI untuk memperjuangkan amanat masyarakat di Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Mengingat bahwa penataan sistem ketatanegaraan hanya dapat dilakukan melalui perubahan konstitusi, dan perubahan konstitusi hanya menjadi wewenang MPR, maka sasaran RI untuk mewujudkan targetnya adalah kerja politik di MPR agar dapat diselenggarakannya Sidang Paripurna MPR untuk membahas agenda perubahan konstitusi. b. Peningkatan kinerja RI dalam kerangka hubungan kerja dengan lembaga negara, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat daerah RI merupakan lembaga perwakilan yang keanggotaannya dipilih melalui pemilihan umum DPR, dan DPRD. DPR merupakan representasi masyarakat melalui partai politik. Sedangkan RI merupakan lembaga perwakilan yang merupakan representasi masyarakat daerah (Provinsi). Dengan demikian maka RI mewakili kepentingan daerah ditingkat pusat baik kepentingan pemerintahan daerah ataupun masyarakat daerah. Dalam UU MD3 Pasal 224 dijelaskan bahwa RI mempunyai tugas dan kewenangan dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) bidang tertentu dan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama. Berdasarkan amanat Undang-Undang MD3 tersebut maka tugas dan kewenangan RI sangat terkait dengan tugas dan kewenangan lembaga negara, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sehingga 36

42 hubungan kerjasama yang dilakukan RI dilandasi semangat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanahkan oleh Pembukaan UUD 945. Pelaksanaan tugas RI dalam penyusunan legislasi dan pertimbangan berdasarkan aspirasi masyarakat dan daerah yang diperoleh baik secara langsung disampaikan ke RI maupun pada saat kegiatan reses dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dengan bertemu langsung dengan masyarakat. Cukup banyak metode yang digunakan dalam peyerapan aspirasi masyarakat seperti : Dialog dengan masyarakat dan pejabat daerah atau stake holder lainnya, Dengar Pendapat ( Public Hearing), Focus Group Discusion (FGD), Kunjungan Masyarakat, pengamatan, pengumpulan data sekunder, surat menyurat (kotak pos), kotak saran, Telepon, Short Message Service (SMS), Penggunaan internet (website, chating, facebook dan lain-lain), Media Massa (Radio/Televisi/Koran dan lain lain). c. Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal RI Putusan Mahkamah Konsitusi (MK) perkara Nomor 92/PUU-X/202 pada tanggal 27 Maret 203 bersifat final dan mengikat, oleh karenanya dapat dilaksanakan tanpa menunggu revisi UU MD3 dan UU P3. Putusan MK tersebut menjadi bagian yang mempengaruhi proses legislasi di ranah legislatif dengan otomatis juga mempengaruhi Manajemen kerja Organisai RI secara Internal. Sebagai tindak lanjut dari putusan MK tersebut, perlu disusun dengan segera mekanisme kerja bersama DPR RI dan RI dalam proses pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan lingkup tugas RI yang akan dilakukan pembahasan bersama DPR RI, RI dan Presiden (tripartit). Mekanisme kerja tersebut merupakan aturan-aturan yang disepakati bersama yang selanjutnya dituangkan dalam Tata Tertib DPR RI dan Tata Tertib RI. 37

43 d. Peningkatan Kinerja RI melalui dukungan keahlian dan Hubungan media Untuk meningkatkan komunikasi yang strategis secara kelembagaan maupun anggota RI dengan masyarakat, RI perlu lebih memperhatikan isu-isu daerah yang strategis dalam politik kebijakan nasional dengan membangun jaringan dengan asosiasiasosiasi masyarakat dan pemerintah daerah, memanfaatkan kelompok strategis pengambil kebijakan di tingkat lokal, serta menginisiasi forum yang mengintegrasikan berbagai kelompok masyarakat berkenaan dengan problem-problem daerah yang dirasakan bersama. Untuk itu, RI perlu membuat road map perubahan dan pembangunan representasi daerah yang dibawa ke tingkat nasional dalam bentuk rencana strategis maupun agenda-agenda mendasar yang bersifat proaktif. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang RI tersebut, Anggota RI didukung oleh staf ahli baik di pusat maupun di daerah yang memiliki fungsi untuk memberikan pemikiran, saran, analisa dan hasil kajian yang akurat, tepat guna, dan tepat waktu kepada Anggota RI baik dalam persidangan maupun di luar persidangan. Selain itu, dalam mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang RI dibentuk pula kelompok pakar dan/atau tim ahli yang berasal dari sekelompok orang yang mempunyai kemampuan dalam disiplin ilmu tertentu dengan tugas mendampingi dan menyediakan bahan sidang-sidang alat kelengkapan. Staf ahli yang berada dalam lingkup Sekretariat Jenderal mengisi jabatan fungsional sesuai dengan penugasan Sekretaris Jenderal. 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SETJEN RI Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan didalam Revisi Renstra Setjen RI , diperlukan 38

44 sebuah sistem manajemen yang dapat mengelola peluang dan tantangan yang berasal dari luar secara efektif di dalam kerangka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Setjen RI. Oleh karena itu Setjen RI menggunakan pendekatan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Oportunities and threats) dan Balance Score Cord (BSC) dalam merumuskan kebijakan dan strategi selama 5 (lima) tahun mendatang. Dengan menggunakan dua pendekatan tersebut maka strategi yang dirumuskan akan memiliki keseimbangan terutama dalam mengelola dan mendayagunakan sumberdaya internal, memuaskan kepentingan Anggota RI dan memenuhi aspek kepentingan Setjen RI. Strategi yang dirumuskan kemudian dapat menjadi pendorong pengembangan organisasi Setjen RI. Kebijakan strategis Setjen RI untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran strategisnya berdasarkan 4 (empat) perspektif BSC sebagai berikut: b. Perspektif Stakeholders Meningkatkan kepuasan Anggota RI terhadap dukungan Sidang Paripurna RI /Rapat Alat Kelengkapan RI; Meningkatkan pemenuhan kebutuhan pertemuan Pimpinan RI dengan Lembaga Negara, Pemerintah, Pemda dan unsur masyarakat daerah; Meningkatkan kualitas draft Keputusan/Peraturan RI di bidang legislasi, pengawasan dan penganggaran. c. Perspektif Internal/ Proses Bisnis Membangun sistem kerja Setjen RI; Membangun sistem informasi manajemen; Meningkatkan sarana dan prasarana RI; Meningkatkan dukungan pengolahan aspirasi masyarakat; Meningkatkan dukungan penelitian. d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Pegawai Meningkatkan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran; 39

45 Memperbaiki prosedur kerja; Memperbaiki sistem manajemen SDM aparatur dan mengembangkan knowledge manajemen system; Meningkatkan kompetensi SDM. e. Perspektif Finansial Meningkatkan akuntabilitas dan trasparansi pengelolaan anggaran RI; Meningkatkan pengawasan pelaksanaan kegiatan pada unit kerja Setjen RI. Peta strategi Setjen RI dapat digambarkan seperti gambar berikut ini: Setjen RI sesuai bidang tugasnya akan mendukung pencapaian prioritas nasional dan prioritas lembaga baik melalui kebijakan maupun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama sebagai berikut: Kelembagaan ) Pengembangan struktur sesuai dengan kebutuhan lembaga Sebagai sebuah organisasi birokrasi, Setjen RI mempunyai karakteristik sebagaimana birokrasi pada umumnya yaitu pembagian kerja yang tegas dan jelas, hierarki wewenang yang dirumuskan secara baik, program yang rasional, sistem 40

46 prosedur bagi penanganan situasi kerja, serta aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban para pemegang jabatan. Namun karakteristik tersebut tidaklah berarti bahwa organisasi Sekretariat Jenderal merupakan organisasi birokrasi yang kaku. Hal ini dikarenakan kerja organisasi Setjen RI sangat kompleks, dinamis dan multi dimensional, sesuai dengan dinamika kelembagaan RI, sehingga organisasi dalam perkembangannya harus menjawab persoalan-persoalan yang ada serta menyesuaikan dengan perkembangan struktur kelembagaan RI. Seiring dengan terjadinya perubahan dan perkembangan lembaga RI, maka banyak hal dirasakan tidak lagi sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika organisasi. Struktur organisasi Setjen RI dirasakan tidak lagi sesuai dan tidak mampu menjawab dan memenuhi kebutuhan organisasi yang semakin komplek. Terdapat beberapa hal yang perlu diantisipasi, yaitu: a) Perubahan Nomenklatur dan penambahan unit kerja Peningkatan kewenangan lembaga di bidang legislasi (usul RUU, Pandangan dan Pendapat serta Pertimbangan ) dan pengawasan diimbangi dengan meningkatnya dukungan administratif dan keahlian Sekretariat Jenderal pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Untuk mengantisipasi dinamika kelembagaan yang akan terjadi tersebut, Setjen RI perlu mempersiapkan untuk melakukan pengembangan struktur organisasi Setjen RI sesuai dengan perkembangan struktur kelembagaan RI. b) Penempatan PNS definitif secara bertahap di daerah Untuk mensistematikkan dan mengefektifkan kerja kantor RI Ibukota Provinsi mulai bulan Juli 202, telah 4

47 ditugaskan 33 orang Pejabat di lingkungan Setjen RI untuk memimpin dan menjadi penanggung jawab Kantor RI di Provinsi. Selanjutnya secara bertahap akan diisi secara definitif kepala kantor di daerah sesuai dengan pembangunan gedung kantor secara permanen. Secara bertahap mulai tahun 205 telah ditugaskan secara definitif pejabat eselon III dilingkungan Setjen RI untuk menjadi kepala kantor. Sampai dengan tahun 207 telah ditetapkan 3 (tiga) kepala kantor definitif yaitu Sumatera Selatan, D.I. Yogyakarta dan Nusa Tengga Timur Ketatalaksanaan Bersamaan dengan dilakukan penataan organisasi, Setjen RI melakukan penyempurnaan mekanisme kerja yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja melalui penyederhanaan dan pembakuan dengan mengacu pada prinsip-prinsip: akuntabilitas jabatan/pekerjaan, penyempurnaan proses kerja untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui penyederhanaan, transparansi, pemberian janji layanan serta berorientasi pada pemangku kepentingan (stakeholder). Penyempurnaan mekanisme kerja diarahkan untuk menghasilkan kinerja yang akuntabel, transparan, dan terukur. Upaya yang dilakukan dalam penyempurnaan mekanisme kerja adalah: a) Menyempurnakan Standard Operating Procedure (SOP) yang rinci dan dapat menggambarkan setiap keluaran pekerjaan secara komprehensif; b) Menyempurnakan analisis dan evaluasi jabatan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai tugas yang dilakukan oleh setiap jabatan; 42

48 c) Menyempurnakan analisis beban kerja untuk dapat memperoleh informasi mengenai waktu dan jumlah pejabat yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan ketiga instrumen tersebut Setjen RI diharapkan dapat memberikan dukungan yang optimal kepada Dewan, berupa dukungan teknis, administratif dan keahlian yang cepat, tepat, dan akurat. Standar Operating Procedure Dalam kurun waktu , Setjen RI merencanakan penyempurnaan Standard Operating Procedure (SOP) yang akan menjadi pedoman atau petunjuk prosedural bagi seluruh pegawai Setjen RI dalam proses pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan yang ditetapkan. Analisis dan Evaluasi Jabatan Seiring dengan adanya arah kebijakan dan strategi Setjen RI untuk melakukan revitalisasi dan penataan kelembagaan Setjen RI, maka perlu dilakukan evaluasi dan penyempurnaan analisis dan evaluasi jabatan secara kesinambungan selama lima tahun, sehingga pada tahun 209 diharapkan telah tersusun analisis dan evaluasi jabatan yang komprehensif. Analisis Beban Kerja Untuk mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) dalam melaksanakan program reformasi birokrasi, Setjen RI perlu melakukan analisis beban kerja yang menitikberatkan pada perbaikan ketatalaksanaan. a. Sumber Daya Manusia ) Peningkatan Kompetensi SDM sesuai kebutuhan lembaga 43

49 Untuk memberikan dukungan yang lebih optimal terhadap pelaksanaan tugas, wewenang, dan fungsi RI, Setjen RI secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan kompetensi pegawai yang direncanakan melalui: a) Pendidikan dan Pelatihan Teknis seperti Legal Drafting, Penyusunan Naskah Akademik, Penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah, Penyusunan Proposal Penelitian, Penyusunan Laporan Penelitian dan lain sebagainya; b) Mengikutsertakan pegawai pada Seminar/Workshop/Kursus Singkat di Luar Negeri tentang mekanisme persidangan bersama ( house dan senate), pengelolaan aspirasi masyarakat, sistem pendukung parlemen, legal drafting, sistem penyusunan risalah, pengelolaan perpustakaan parlemen, kebijakan publik, desentralisasi, penyusunan keuangan negara dan daerah, dan sistem informasi manajemen. 2) Penambahan pegawai sesuai kebutuhan organisasi Untuk memenuhi kebutuhan pegawai, Setjen RI melakukan mutasi antar instansi, baik dari instansi pusat, maupun instansi daerah. Selain itu, Setjen RI merencanakan pengajuan formasi pegawai untuk ditugaskan pada kantor RI di ibukota negara dan ibukota provinsi. Saat ini jumlah PNS Setjen RI sebanyak 538 orang. Jumlah pegawai disesuaikan dengan bertambahnya jumlah anggota RI, pengembangan struktur organisasi, dan pembentukan kantor di daerah sehingga diperkirakan pada tahun 209 jumlah pegawai Setjen RI sebanyak 2.00 orang. 3) Pengisian jabatan fungsional tertentu Untuk meningkatkan kualitas dukungan kepada RI, Setjen RI merencanakan pengisian jabatan fungsional 44

50 tertentu sesuai dengan kebutuhan lembaga dengan berpedoman pada ketentuan Kementerian PAN dan RB. Saat ini Setjen RI hanya memiliki 3 (tiga) jenis jabatan fungsional kesehatan yaitu dokter, perawat, fisiotherapy. Untuk itu direncanakan pada tahun 209 Setjen RI menambah 2 (dua belas) jenis jabatan fungsional tertentu yaitu: peneliti, perancang perundang-undangan, arsiparis, pranata komputer, pustakawan, auditor, perencana, analis kepegawaian, analis kebijakan publik, penerjemah, apoteker dan pranata humas. b. Peningkatan Akuntabilitas Setjen RI Setjen RI sebagai kesekretariatan lembaga negara dituntut untuk senantiasa menerapkan prinsip akuntabilitas tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih ( Clean Government) yang salah satu indikatornya terwujud melalui pencapaian nilai/penghargaan atas LAKIP, Opini BPK dan Standar Akuntansi Tertinggi terhadap Laporan Keuangan. ) Target LAKIP Sekretariat Jenderal LAKIP Setjen RI tahun 203 baru mendapatkan nilai CC. Hal ini memotivasi Setjen RI untuk terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan capaian nilai LAKIP pada tahuntahun mendatang, sehingga diharapkan pada tahun 209 Setjen RI mendapatkan nilai BB atas LAKIP tahun ) Opini BPK Pemeriksaan keuangan oleh BPK dimaksudkan untuk memberikan opini laporan keuangan sudah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Opini WTP merupakan penghargaan tertinggi dari BPK yang diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada kesalahan material atas pos-pos laporan keuangan, sehingga 45

51 secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Setjen RI telah memperoleh WTP selama 0 (sepuluh) tahun sejak RI memiliki Bagian Anggaran tersendiri tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 200, 20, 202, 203, 204 dan 205. Ketaatan RI atas terselenggaranya pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan yang efektif dan efisien memiliki upaya berkesinambungan dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) guna mendapatkan opini WTP dari BPK harus terus dipertahankan oleh Setjen RI hingga tahun ) Standar akuntansi keuangan tertinggi terhadap laporan keuangan Setjen RI telah meraih penghargaan dari Kementerian Keuangan atas keberhasilannya menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah 9 (sembilan) tahun sejak 2007, 2008, 2009, 200, 20, 202, 203, 204 dan 205 atas dasar prestasi mampu mempertahankan opini WTP dari BPK. Keberhasilan tersebut sebagai wujud komitmen yang kuat dari Setjen RI yang didukung SDM berkualitas dan sistem manajemen keuangan yang semakin baik, serta penjaminan mutu yang dilakukan pengawas internal. Penghargaan tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan tata kelola anggaran, Setjen RI telah mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku. Penghargaan tersebut memberikan motivasi kepada Setjen RI untuk menyusun laporan keuangan sesuai kaidah-kaidah akuntansi yang dipersyaratkan, sehingga penghargaan tertinggi dari Kementerian Keuangan yang berupa capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus terus dipertahankan oleh Setjen RI hingga tahun

52 c. Peningkatan Dukungan Keahlian Peningkatan dukungan keahlian terhadap pelaksanaan tugas dan wewenang RI dilakukan melalui pelaksanaan pengkajian/penelitian dan penyusunan naskah pidato, sambutan, ceramah, telaah dan makalah serta jurnal ilmiah yang dilakukan oleh Law Center, Budget Office, Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum, dan Pusat Kajian Daerah, kerjasama dengan tim ahli yang berasal dari universitas, pakar, dan praktisi yang kompeten sesuai dengan substansi RUU terkait. Sampai dengan tahun 209 ditargetkan hasil pengkajian/penelitian sesuai dengan kebutuhan alat kelengkapan, baik dari sisi substansi, maupun waktu penyelesaian penyusunan RUU RI, Pertimbangan RI atas RUU tertentu, dan Pandangan/Pendapat atas RUU tertentu. d. Peningkatan dukungan terhadap sosialisasi RI Keberadaan RI sampai dengan periode kedua belum diketahui secara menyeluruh baik oleh masyarakat dan daerah serta dunia internasional. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan dukungan Setjen RI terhadap kegiatan sosialisasi tentang kelembagaan RI di dalam negeri dan luar negeri. Sosialisasi di dalam negeri dilakukan melalui publikasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Publikasi secara langsung kepada masyarakat dalam bentuk dialog kenegaraan, dialog interaktif, dan talkshow di media massa elektronik di pusat dan daerah. Sedangkan publikasi secara tidak langsung berupa penerbitan majalah senator, jurnal ilmiah, dan buku tentang RI. Selanjutnya sosialisasi di luar negeri dilakukan melalui Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) dan alat kelengkapan dewan lainnya dengan melakukan kunjungan kerja ke luar negeri dalam rangka kerjasama 47

53 bilateral maupun multirateral serta kegiatan parlemen internasional lainnya. menghadiri sidang Dengan demikian pada tahun 209, diharapkan masyarakat dan daerah termasuk dunia internasional mengenal dan memahami pelaksanaan tugas dan wewenang RI. e. Sarana dan Prasarana ) Pembangunan gedung kantor di bu kota negara sesuai format standar Sampai saat ini gedung RI belum memadai untuk mendukung tugas-tugas Pimpinan dan Anggota alat kelengkapan serta ruang kerja Setjen RI yang semakin dinamis. Untuk itu selambat-lambatnya pada tahun 209 telah terwujud gedung kantor RI yang terdiri dari ruang Sidang Paripurna, ruang rapat alat kelengkapan RI, ruang kerja Pimpinan alat kelengkapan RI, ruang kerja Anggota, dan ruang kerja Setjen RI sesuai format standar. 2) Pembangunan gedung kantor daerah di seluruh provinsi Pembangunan gedung kantor RI di 33 (tiga puluh tiga) provinsi dilaksanakan secara bertahap dan akan selesai pada tahun 209. Pada tahun 204 telah dilakukan pembangunan gedung kantor RI di Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan pada tahun 205, telah dilakukan pembangunan di 2 (dua) provinsi yaitu: DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. 3.3 KERANGKA REGULASI Keberadaan Setjen RI tidak terlepas dari kelembagaan RI yang mempunyai tugas dan fungsi untuk memberikan dukungan teknis, administratif dan keahlian kepada RI sesuai amanat ketentuan Pasal 48

54 43 ayat () UU MD3 yang selanjutnya pelaksanaan tugas dan fungsi Setjen RI diatur dalam Pasal 332 dan 333 Tata Tertib RI. Sebagai bentuk tindaklanjut atas arah kebijakan dan strategi telah ditetapkan oleh Setjen RI, kualitas kebijakan dan sinergitas antara kebijakan (policy) dengan regulasi menjadi sangat penting guna tercapainya tujuan lembaga. Untuk itu dibutuhkan perencanaan regulasi yang sinergis dengan kebijakan yang telah dirumuskan secara holistik sehingga dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan lembaga. Kondisi regulasi serta perubahan paradigma kelembagaan setelah adanya putusan MK menuntut dilakukannya reformasi regulasi guna perbaikan menyeluruh baik terhadap regulasi-regulasi yang telah ada maupun regulasi-regulasi yang baru akan dibentuk. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya penguatan kelembagaan, baik dari aspek manajerial, administratif, maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta dukungan kelengkapan kerja yang ditata secara simultan. Selain itu, kebutuhan akan regulasi yang jelas untuk mendukung dan memberi arah bagi Sekretariat Jenderal dalam menjalankan tugas dan fungsinya juga sangat diperlukan. Kebutuhan regulasi akan diuraikan secara rinci dalam Revisi Matriks Kerangka Regulasi Setjen RI Tahun dalam Lampiran KERANGKA KELEMBAGAAN Beberapa hal yang dapat dicirikan sebagai penataan kelembagaan RI menurut UU MD3, meliputi hal-hal : a. Pembentukan kantor RI di Provinsi (Pasal 252 ayat (4) ); b. Perubahan pola pembahasan legislasi yang menyatakan RI secara aktif terlibat dalam pembahasan Prolegnas maupun pembahasan RUU di parlemen (Pasal ). 49

55 c. Peningkatan fungsi keterwakilan daerah dan fungsi pengawasan pelaksanaan Undang-Undang oleh Anggota RI di daerah (Pasal 248 ayat (2) dan 249 ayat (2)). Perubahan tugas, fungsi dan wewenang RI memberikan dampak pada peningkatan aktivitas anggota RI. Peningkatan aktivitas ini membawa konsekuensi pada peningkatan kegiatan teknis administratif dan teknis substantif. Dengan demikian berpengaruh pula pada sistem dukungan yang tidak lain merupakan aktivitas kesekretariatan. Berdasarkan kondisi objektif tersebut, maka terhadap kelembagaan pendukung Setjen RI perlu dilakukan penataan tugas, fungsi dan revitalisasi organisasi agar Setjen RI dapat melaksanakan aktivitas sistem dukungan secara optimal baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan peran dan wewenangnya. Oleh karenanya, Revisi Renstra Setjen RI memberikan prioritas dalam penguatan lembaga kesetjenan, pembenahan ketatalaksanaan dan penataan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rencana strategis pengembangan, Setjen didesain lebih bersifat operasional dan substansi. Sekretaris Jenderal di pusat dibantu oleh (satu) inspektorat dan 2 (dua) deputi, yaitu deputi Persidangan dan deputi Administrasi. Revitalisasi organisasi Setjen RI dan tata kelola fungsi-fungsi staff (staff functions) harus dapat memberikan dukungan secara penuh terhadap fungsi-fungsi lini ( line functions). Sehubungan dengan itu, maka harus dilakukan spesialisasi tugas dan fungsi staff dan tidak dibebankan pada satu urusan. Perubahan organisasi Setjen RI ditata ulang dengan pendekatan sebagai berikut : a. Penataan ulang fungsi dukungan keahlian. Pengaturan untuk fungsi dukungan keahlian yang salah satunya dilakukan melalui pelaksanaan pengkajian/penelitian mengalami perubahan dengan menata ulang Pusat 50

56 Kajian yang telah ada menjadi Pusat Kajian Perancangan dan Kebijakan Hukum serta Pusat Pengelolaan Asmas dan Pengkajian Anggaran. b. Penataan ulang fungsi dukungan administratif dilakukan melalui penambahan fungsi administrastif dengan adanya Biro Organisasi Keanggotaan dan kepegawaian, Biro perencanaan, Biro keuangan, Biro komunikasi publik dan protokol, serta Biro sistem informasi dan perpustakaan. berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu maka pengaturan organisasi Setjen RI di tingkat pusat membutuhkan pengaturan secara berjenjang dan sistematis sebagai berikut : a. Posisi puncak Sekretaris Jenderal dengan tingkatan setara eselon I/a. b. Posisi Koordinasi Core Fuction Legislasi (Persidangan) yang dibutuhkan ialah setara Deputi dengan eselon I/b. Kedeputian ini akan membawahi 5 (lima) biro yaitu Biro Persidangan I, Biro Persidangan II, Biro Sekretariat Pimpinan, Pusat Kajian Perancangan dan Kebijakan Hukum, dan Pusat. c. Posisi fungsi sistem pendukung atau service staff, yang dipimpin oleh seorang Deputi setara eselon I/b, yaitu deputi administrasi akan mencakup aspek-aspek perencanaan, keanggotaan dan kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, komunikasi publik dan protokol, serta sistem informasi dan perpustakaan. d. Posisi fungsi pengawasan yang sudah harus semakin intensif didorong dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi melalui agenda-agenda penciptaan aparatur yang bersih dan berwibawa. Dengan skenario itu maka dapat digambarkan perubahan struktur organisasi Setjen RI dari format yang ada sekarang menjadi berubah dengan proyeksi Struktur Organisasi ke depan, meliputi (satu) eselon Ia, 2 (dua) eselon Ib, dan 2 (dua belas) eselon IIa, yaitu :. Sekretaris Jenderal. 2. Deputi Persidangan yang meliputi : 5

57 ) Biro Persidangan I; 2) Biro Persidangan II; 3) Biro Sekretariat Pimpinan; 4) Pusat Kajian Perancangan dan Kebijakan Hukum; dan 5) Pusat Pengelolaan Asmas dan Pengkajian Anggaran. 3. Deputi Administrasi yang meliputi: ) Biro Organisasi, Keanggotaan dan Kepegawaian; 2) Biro Perencanaan; 3) Biro Keuangan; 4) Biro Umum; 5) Biro Komunikasi Publik dan Protokol; dan 6) Biro Sistem Informasi dan Perpustakaan; 4. Inspektorat; Berdasarkan usulan organisasi baru Sekretariat Jenderal di tingkat pusat, diproyeksikan perubahan komposisi Pejabat Eselon sebagaimana tertera pada Grafik berikut ini: Grafik 3.. Komposisi Pejabat Setjen RI Jumlah perubahan eselon pada Kantor di Ibukota Negara karena pengembangan struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut : Eselon I mengalami perubahan dari 2 menjadi 3 52

58 Eselon II menghalami perubahan dari 8 menjadi 2 Eselon III mengalami perubahan dari 38 menjadi 44 Eselon IV mengalami perubahan dari 80 menjadi 48 Diharapkan bahwa pengembangan organisasi Setjen RI dapat memperbaiki kapasitas Setjen RI dalam menyelenggarakan dukungan administratif dan keahlian kepada RI. 53

59 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.. TARGET KINERJA Penyusunan Revisi Rencana Strategis Setjen RI ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional guna meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan negara agar lebih berdayaguna, berhasilguna, dan bertanggung jawab. Namun demikian, Rencana Strategis ini dibuat bukan hanya sekedar untuk melaksanakan instruksi tersebut atau sebagai dokumen resmi Sekretariat Jenderal yang disimpan rapih dalam lemari, tetapi merupakan suatu kebutuhan organisasi yang dapat dijadikan sebagai panduan dan landasan pijak bagi segenap jajaran Sekretariat Jenderal untuk melangkah bersama dan terpadu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan tugas memberikan dukungan administratif dan keahlian kepada. Oleh sebab itu, Rencana Strategis yang telah dilakukan penyesuaian khususnya pada Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Setjen RI memuat secara garis besar hal-hal yang diproyeksikan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu sampai dengan tahun 209, sehingga perlu dijabarkan lebih rinci ke dalam perjanjian kinerja yang ditetapkan setiap tahun, untuk memperjelas dan menuntun segenap jajaran Setjen RI dalam rangka mencapai kinerja yang diinginkan. Melalui perjanjian kinerja yang baik maka pelaksanaan Rencana Strategis dapat dipantau tingkat pencapaiannya. Target kinerja Setjen RI sebagai bagian dari rencana kinerja disusun secara terukur yang akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu menengah (lima tahun) oleh Setjen RI dituangkan dalam Pe rjanjian Kinerja Setjen RI dan dievaluasi setiap tahunnya. Target kinerja dari masing-masing kegiatan ditetapkan dengan menganalisa penindaklanjutan kebutuhan aspirasi daerah dan masyarakat yang 54

60 disesuaikan dengan perkembangan dinamika politik dalam kerangka pelaksanaan fungsi dan kewenangan. Target kinerja Setjen RI dicapai melalui program 3 (tiga) program utama kelembagaan RI yaitu:. program penguatan kelembagaan demokrasi; 2. program dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; dan 3. rogram peningkatan sarana dan prasarana aparatur. Ketiga program tersebut terbagi menjadi beberapa kegiatan yang masing-masing memiliki sasaran, indikator dan target kinerja sebagaimana termuat dalam Revisi Matriks Kerangka Target Kinerja dan Pendanaan Rencana Strategis RI (lampiran ). Selanjutnya untuk merealisasikan rencana kerja tersebut dan memperjelas tindakan-tindakan atau aktivitas utama yang akan dilakukan oleh segenap jajaran Sekretariat Jenderal, ke depan perlu disusun rencana aksi (action plan) yang mengambarkan rangkaian aksi dan penetapan siapa dan kapan dimulai dan diakhirinya tahapan suatu pekerjaan KERANGKA PENDANAAN Perencanaan kebutuhan pendanaan memuat secara detail penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan Setjen RI. Perencanaan kebutuhan pendanaan Setjen RI disusun dalam perspektif jangka menengah yang merupakan wujud penerapan pendekatan pendanaan berdasarkan kebijakan dalam prakiraan maju. Kerangka pendanaan tersebut harus dirinci lebih lanjut ke dalam rencana kerja organisasi yang merupakan langkah nyata Sekretariat Jenderal. Rencana kerja ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengangaran setiap kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tertentu. Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2) Undang -undang Nomor 25 Tahun 2004, antara lain disebutkan bahwa rencana kerja disusun dengan berpedoman pada rencana strategis dan mengacu pada prioritas pembangunan dan pagu indikatif. 55

61 Anggaran Setjen RI disusun dengan mengacu kepada UU No. 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 7 Tahun 204 tentang MPR, DPR,, dan DPRD, dan UU No. Tahun 202 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, serta Peraturan Tata Tertib. Strategi kebijakan dan pendanaan Setjen RI telah disusun sampai dengan tingkat program yang dilengkapi dengan indikator-indikator outcome dari masing-masing program serta sumber pendanaannya. Secara terperinci, target pendanaan dapat dilihat pada matriks kerangka kinerja dan pendanaan yang tercantum dalam Lampiran tentang matriks kinerja dan kerangka pendanaan. 56

62 BAB V PENUTUP Revisi Rencana Strategis Setjen RI merupakan pedoman bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Setjen RI sampai dengan tahun 209 serta sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 204 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Revisi Rencana Strategis memuat secara garis besar hal-hal yang diproyeksikan untuk dapat dicapai sampai dengan tahun 209. Melalui Rencana Strategis dapat dipantau tingkat pencapaiannya dan melihat kemungkinan-kemungkinan dilakukannya evaluasi kinerja untuk memacu pencapaian tujuan dan sasaran organisasi secara lebih cepat. Revisi Rencana Strategis ini dibuat bukan hanya sekedar sebagai dokumen resmi Setjen RI yang disimpan rapih dalam lemari, tetapi merupakan suatu kebutuhan organisasi yang dapat dijadikan sebagai panduan dan landasan pijak bagi seluruh elemen di Setjen RI untuk mengemban dan melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan secara professional, transparan dan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja yang lebih baik. Untuk itu, sebagai tindak lanjut dari rencana strategis ini, ke depan akan disusun rencana tindak ( action plan) yang mengambarkan rangkaian aksi dan penetapan siapa dan kapan dimulai dan diakhirinya tahapan suatu pekerjaan dengan disertai target capaian kinerjanya. Pada akhirnya melalui pengukuran dan evaluasi kinerja diharapkan menjadi umpan balik dalam upaya meningkatkan produktivitas Setjen RI yang pada gilirannya dapat memberikan dukungan yang oprtimal kepada RI. ** 57

63 LAMPIRAN I

64 Halaman MATRIKS KERANGKA PENDANAAN RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL RI TAHUN LAMPIRAN I VISI : Sistem Pendukung yang Profesional, Akuntabel dan Modern kepada RI MISI :. Mewujudkan dukungan administratif dan keahlian kepada RI 2. Mewujudkan dukungan kapasitas internal Sekretariat Jenderal RI yang mampu mendukunga kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Tujuan Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang profesional dan akuntabel kepada RI Persentase responden Pimpinan dan Anggota RI yang puas 0 % 85 % 90 % 92.5 % 95 % terhadap dukungan administratif dan keahlian Setjen RI Persentase draft keputusan/ peraturan RI 2 yang digunakan 85 % 90 % 95 % 97.5 % 00 % sebagai Keputusan/ Peraturan RI Sekretariat Jenderal RI Presentase responden Pimpinan RI yang puas dengan dukungan kesekretariatan 3 terhadap kegiatan 0 % 00 % 00 % 00 % 00 % Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas fungsi RI yang profesional dan akuntabel Sekretariat Jenderal RI Persentase responden Anggota RI yang puas dengan dukungan administratif keahlian 0 % 70 % 80 % 85 % 90 % Setjen RI terhadap pelaksanaan tugas fungsi RI Persentase draft keputusan/peraturan RI yang 2 85 % 90 % 95 % 97.5 % 00 % digunakan sebagai Keputusan/Peraturan RI PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM SISTEM DEMOKRASI 42,20,440,000 59,200,542,722 76,620,452,870 92,72,8,63 28,38,0,983 Progam Dukungan Penyelenggaraan Fungsi Legislasi, Pertimbangan, Pengawasan, dan Pengembangan Kerjasama 56,03,675,000 58,84,358,750 6,755,076,688 64,842,830,522 68,084,972,048 ROSID I Terwujudnya dukungan penyelenggaraan fungsi legislasi, pertimbangan, pengawasan RI, dan pengembangan kerjasama RI Persentase draft keputusan/peraturan RI yang digunakan sebagai keputusan/peraturan RI terkait tugas Komite I, Komite III dan PPUU 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % Kegiatan dukungan Perencanaan dan Penetapan Usul Prolegnas RI,850,000,000,942,500,000 2,039,625,000 2,4,606,250 2,248,686,563

65 Halaman 2 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Terlaksananya dukungan fungsi legislasi terhadap kegiatan penyusunan usul prolegnas RI Jumlah draft keputusan RI tentang usul prolegnas dari RI yang digunakan dalam perencanaan dan penetapan Usul Prolegnas RI Draft Keputusan,850,000,000,942,500,000 2,039,625,000 2,4,606,250 2,248,686,563 Kegiatan dukungan 2 Penyusunan RUU usul dari RI 29,386,634,000 84,055,93,400 08,926,89,955 25,224,022,645 3,485,223,777 Terlaksananya dukungan fungsi legislasi terhadap kegiatan penyusunan RUU Inisiatif dari RI terkait tugas Komite I, Komite III dan PPUU Jumlah draft keputusan RI tentang RUU usul RI terkait tugas Komite I yang digunakan sebagai keputusan RI 2 Draft 4 Keputusan ,373,330,000 9,683,993,000 3,002,288,975 37,977,803,994 39,876,694,94 2 Jumlah draft keputusan RI tentang RUU usul RI terkait tugas Komite III yang digunakan sebagai keputusan RI 2 Draft 4 Keputusan ,373,304,000 9,683,938,400 3,002,202,980 37,977,698,65 39,876,583,583 3 Jumlah draft keputusan RI tentang RUU usul RI terkait tugas PPUU yang digunakan sebagai keputusan RI Draft 4 Keputusan ,640,000,000 44,688,000,000 46,922,400,000 49,268,520,000 5,73,946,000 Kegiatan dukungan penyusunan pandangan/pendapat 3 dan pertimbangan RI atas RUU tertentu 6,995,000,000 0,82,82,500 4,968,734,375 20,207,79,406 2,28,80,977 Terlaksananya dukungan fungsi legislasi dan pertimbangan terhadap kegiatan penyusunan pandangan/pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite I, Komite III dan PPUU Jumlah draft keputusan RI tentang pandangan/ pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite I yang digunakan sebagai keputusan RI 4 Draft 5 Keputusan ,705,000,000 6,75,32,500 9,077,709,375 2,254,907,656 2,867,653,039 2 Jumlah draft keputusan RI tentang pandangan/ pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite III yang digunakan sebagai keputusan RI 3 Draft 5 Keputusan ,290,000,000 4,007,500,000 5,89,025,000 7,952,883,750 8,350,527,938 Kegiatan dukungan penyusunan hasil pengawasan RI 4 atas pelaksanaan undang-undang tertentu 3,382,86,000 20,235,32,20 27,739,222,82 32,534,659,348 34,6,392,35 Terlaksananya dukungan fungsi pengawasan terhadap kegiatan penyusunan hasil pengawasan RI atas pelaksanaan undang-undang tertentu terkait tugas Komite I, Komite III dan PPUU Jumlah draft keputusan RI tentang hasil pengawasan RI atas pelaksanaan Undang- Undang tertentu terkait tugas Komite I yang digunakan sebagai keputusan RI 4 Draft 6 Keputusan ,356,20,000 8,435,889,000,80,244,600 3,950,85,434 4,648,394,005

66 Halaman 3 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS 2 Jumlah draft keputusan RI tentang hasil pengawasan RI atas pelaksanaan Undang- Undang tertentu terkait tugas Komite III yang digunakan sebagai keputusan RI 5 Draft 7 Keputusan ,026,696,000,799,243,20 5,928,978,22 8,583,807,94 9,52,998,30 Kegiatan dukungan 5 persidangan/ rapat RI 4,399,225,000 4,69,86,250 4,850,45,563 5,092,652,84 5,347,285,483 Terlaksananya dukungan terhadap kegiatan persidangan/rapat RI terkait tugas Komite I, Komite III, PPUU, Badan Kerja Sama Parlemen, dan Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Jumlah persidangan/rapat RI yang terfasilitasi terkait tugas Komite I, Komite III, PPUU, Badan Kerja Sama Parlemen, dan Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan 270 kali 270 kali 270 kali 270 kali 270 kali 4,399,225,000 4,69,86,250 4,850,45,563 5,092,652,84 5,347,285,483 Program Dukungan Penyelenggaraan Fungsi Legislasi, 2 Pertimbangan, Pengawasan, dan Fungsi Badan Kehormatan 46,36,55,000 48,679,590,750 5,3,570,288 53,669,248,802 56,352,7,242 ROSID II Terwujudnya dukungan terhadap penyelenggaraan fungsi legislasi, pertimbangan, pengawasan RI, dan fungsi Badan Kehormatan Presentase draft keputusan/peraturan RI yang digunakan sebagai keputusan/peraturan RI terkait tugas Komite II, Komite IV, Panmus. BAP, PURT, dan BK Presentase materi yang digunakan dalam 2 penyusunan rekomendasi putusan Badan Kehormatan 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % Kegiatan dukungan Penyusunan RUU usul dari RI 8,750,000,000 29,53,250,000 3,007,82,500 32,558,203,25 34,86,3,28 Terlaksananya dukungan fungsi legislasi terhadap kegiatan penyusunan RUU Usul Inisiatif dari RI terkait tugas Komite II dan Komite IV Jumlah draft keputusan tentang RUU usul RI terkait tugas Komite II yang digunakan sebagai keputusan RI 2 Draft 4 Keputusan ,375,000,000 9,687,500,000 20,67,875,000 2,705,468,750 22,790,742,88 2 Jumlah draft keputusan tentang RUU usul RI terkait tugas Komite IV yang digunakan sebagai keputusan RI 2 Draft 2 Keputusan ,375,000,000 9,843,750,000 0,335,937,500 0,852,734,375,395,37,094 Kegiatan dukungan penyusunan pandangan/ pendapat 2 dan pertimbangan RI atas RUU tertentu 8,242,620,000 9,736,977,333,926,726,350 3,72,843,98 4,398,486,3 Terlaksananya dukungan fungsi legislasi dan anggaran terhadap kegiatan penyusunan pandangan/pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite II dan Komite IV Jumlah draft keputusan tentang pandangan/pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite II yang digunakan sebagai keputusan RI 9 Draft 0 Keputusan ,625,000,000 5,395,833,333 6,798,750,000 8,328,468,750 8,744,892,88

67 Halaman 4 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS 2 Jumlah draft keputusan tentang pandangan/pendapat dan pertimbangan RI atas RUU tertentu terkait tugas Komite IV yang digunakan sebagai keputusan RI 7 Draft 8 Keputusan ,67,620,000 4,34,44,000 5,27,976,350 5,384,375,68 5,653,593,926 Kegiatan dukungan penyusunan hasil pengawasan RI 3 atas pelaksanaan undang-undang tertentu 7,765,000,000 9,755,36,667 2,595,327,500 3,225,093,875 3,886,348,569 Terlaksananya dukungan fungsi pengawasan terhadap kegiatan penyusunan hasil pengawasan RI atas pelaksanaan undang-undang tertentu terkait tugas Komite II dan Komite IV Jumlah draft keputusan tentang hasil pengawasan RI atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu terkait tugas Komite II yang digunakan sebagai keputusan RI 9 Draft 0 Keputusan ,470,000,000 6,38,666,667 8,040,900,000 8,442,945,000 8,865,092,250 2 Jumlah draft keputusan tentang hasil pengawasan RI atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu terkait tugas Komite IV yang digunakan sebagai keputusan RI 5 Draft 7 Keputusan ,295,000,000 3,373,650,000 4,554,427,500 4,782,48,875 5,02,256,39 Kegiatan dukungan pelaksanaan tugas dan 4 kewenangan Badan Akuntabilitas Publik 2,482,395,000 5,23,029,500 5,473,680,975 5,747,365,024 6,034,733,275 Terlaksananya dukungan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Badan Akuntabilitas Publik Jumlah draft keputusan RI atas penindakan lanjutan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI/Pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang digunakan sebagai Keputusan RI Draft 2 Keputusan ,482,395,000 5,23,029,500 5,473,680,975 5,747,365,024 6,034,733,275 Kegiatan dukungan 5 pelaksanaan tugas dan kewenangan PURT,453,200,000 2,034,480,000 2,36,204,000 2,243,04,200 2,355,64,90 Terlaksananya dukungan terhadap pelaksanaan tugas PURT Jumlah draft peraturan RI terkait kebijakan anggaran dan kerumahtanggaan serta pengawasan pengelolaan anggaran RI yang digunakan sebagai peraturan RI 6 Draft Peraturan Draft 8 Peraturan 8 Draft Peraturan 8 Draft Peraturan 8 Draft Peraturan,453,200,000 2,034,480,000 2,36,204,000 2,243,04,200 2,355,64,90 Kegiatan dukungan 6 pelaksanaan tugas dan kewenangan Panmus 900,000,000,260,000,000,323,000,000,389,50,000,458,607,500 Terlaksananya dukungan terhadap pelaksanaan tugas Panmus Jumlah draft peraturan RI terkait pedoman preparasi rancangan kebijakan internal RI yang digunakan sebagai Peraturan RI 3 Draft Peraturan Draft 4 Peraturan 4 Draft Peraturan 4 Draft Peraturan 4 Draft Peraturan 900,000,000,260,000,000,323,000,000,389,50,000,458,607,500 Kegiatan dukungan pelaksanaan tugas dan 7 kewenangan Badan Kehormatan,7,490,000,480,048,500,554,050,925,63,753,47,73,34,45 Terlaksananya dukungan terhadap pelaksanaan tugas Badan Kehormatan Jumlah draft Peraturan internal RI yang ditetapkan sebagai peraturan RI 4 Draft Peraturan Draft 4 Peraturan 4 Draft Peraturan 4 Draft Peraturan 4 Draft Peraturan 933,40, ,080,500,029,084,525,080,538,75,34,565,689

68 Halaman 5 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS 2 Jumlah draft Putusan/rekomendasi Badan Kehormatan RI atas pengaduan masyarakat terhadap dugaan pelanggaran tata tertib dan kode etik RI Draft Putusan BK 2 Draft Putusan BK 2 Draft Putusan BK 2 Draft Putusan BK 2 Draft Putusan BK 238,080, ,968, ,966,400 55,24, ,775,456 Kegiatan dukungan 6 persidangan/ rapat RI 5,596,80,000 5,876,650,500 6,70,483,025 6,479,007,76 6,802,957,535 Terlaksananya dukungan terhadap kegiatan persidangan/rapat RI terkait tugas Komite II, Komite IV, Panmus. BAP, PURT, dan BK Jumlah persidangan/rapat RI yang terfasilitasi terkait tugas Komite II, Komite IV, Panmus. BAP, PURT, dan BK 392 kali 392 kali 392 kali 392 kali 392 kali 5,350,000,000 5,67,500,000 5,898,375,000 6,93,293,750 6,502,958,438 2 Jumlah risalah persidangan/rapat RI terkait tugas alat kelengkapan 392 risalah 392 risalah 392 risalah 392 risalah 392 risalah 246,80, ,50, ,08, ,73, ,999,098 Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan RI dalam penguatan 2 kelembagaan RI yang profesional dan akuntabel Sekretariat Jenderal RI Presentase responden Pimpinan RI yang puas dengan dukungan kesekretariatan terhadap kegiatan 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI Program Pengelolaan Kesekretariatan dan Keprotokolan Pimpinan 39,835,250,000 5,706,593,222 63,75,805,895 74,209,732,308 93,943,427,693 ROSETPIM Terwujudnya dukungan Kesekretariatan dan Keprotokolan terhadap kegiatan Pimpinan RI yang profesional dan akuntabel Presentase responden Pimpinan RI yang puas dengan dukungan kesekretariatan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI 00 % 00 % 00 % 00 % Kegiatan Pelaksanaan dan Pemasyarakatan Keputusan RI 30,985,000,000 39,456,430,85 48,697,542,287 55,7,442,035 7,38,277,509 Terlaksananya dukungan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka pelaksanaan dan pemasyarakatan keputusan RI Jumlah kegiatan pemasyarakatan Keputusan RI lingkup nasional/internasional yang terfasilitasi 47 kegiatan 57 kegiatan 67 kegiatan 73 kegiatanan 89 kegiatanan 30,985,000,000 39,456,430,85 48,697,542,287 55,7,442,035 7,38,277,509 Kegiatan Pertemuan/ Konsultasi dengan Lembaga 2 Negara, Pemerintah Daerah, dan unsur masyarkat daerah 4,950,250,000 5,847,482,83 7,333,78,027 8,595,799,734 0,34,82,555 Terlaksananya dukungan terhadap kegiatan Pimpinan RI dalam rangka penguatan kelembagaan RI

69 Halaman 6 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Jumlah kegiatan pertemuan/konsultasi Pimpinan RI dengan Lembaga Negara, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, praktisi, LSM, mahasiwa dan kelompok masyarakat yang terfasilitasi 64 kegiatan 72 kegiatan 86 kegiatanan 96 kegiatanan 0 kegiatan 4,950,250,000 5,847,482,83 7,333,78,027 8,595,799,734 0,34,82,555 Kegiatan Kesekretariatan dan 3 Keprotokolan Pimpinan RI 3,900,000,000 6,402,679,558 7,720,545,580 9,902,490,539 2,283,328,629 Terlaksananya dukungan kesekretariatan dan keprotokolan Pimpinan RI Jumlah fasilitasi kesekretariatan dan keprotokolan Pimpinan dan Lembaga 8 layanan 283 layanan 325 layanan 397 layanan 469 layanan 3,900,000,000 6,402,679,558 7,720,545,580 9,902,490,539 2,283,328,629 Tujuan 2 Terwujudnya Sekretariat Jenderal RI yang secara profesional dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas RI Sekretariat Jenderal RI Nilai Reformasi Birokrasi Opini BPK 2 terhadap laporan WTP WTP WTP WTP WTP keuangan 3 Predikat SAKIP CC CC B B BB Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan hasil kajian yang secara profesional dan modern mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI Sekretariat Jenderal RI Persentase Pimpinan dan Anggota yang puas terhadap pengelolaan data 0 % 60 % 65 % 70 % 75 % informasi Sekretariat Jenderal RI Presentase Hasil tabulasi aspirasi masyarakat daerah 2 yang digunakan oleh 70 % 75 % 80 % 85 % 90 % alat kelengkapan RI Persentase hasil kajian yang digunakan 3 75 % 80 % 85 % 90 % 00 % oleh alat kelengkapan RI PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS LAINNYA RI,822,70,000,50,89,242 3,826,343,457 7,27,439,436 23,257,898,640 Program Pengolahan Data dan Teknologi Informasi 9,520,000,000 9,996,000,000 0,904,276,250 3,247,088,750 7,748,47,094 PUSDATIN Terwujudnya dukungan data dan informasi Sekretariat Jenderal RI yang modern Jumlah pengunjung yang mengakses layanan kehumasan/ publikasi/ pemberitaan tentang RI di website RI 200,000 pengunjung 20,000 pengunjung 220,000 pengunjung 230,000 pengunjung 250,000 pengunjung Persentase data yang 2 diolah sebagai bahan sosialisasi RI 50 % 50 % 50 % 00 % 00 % Presentase sistem 3 informasi RI yang digunakan 76 % 76 % 76 % 80 % 00 %

70 Halaman 7 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Kegiatan kehumasan/pemberita an/ publikasi kegiatan RI 3,705,000,000 3,890,250,000 4,493,238,750 5,78,667,500 9,006,90,33 Terlaksananya kegiatan pemberitaan/publikasi kegiatan RI Jumlah kegiatan pemberitaan/publikasi 30 kali 30 kali 33 kali 40 kali 60 kali 3,705,000,000 3,890,250,000 4,493,238,750 5,78,667,500 9,006,90,33 Kegiatan Penyusunan 2 bahan-bahan sosisalisasi RI 2,065,000,000 2,68,250,000 2,276,662,500 3,87,327,500 4,83,367,344 Terlaksananya kegiatan penyusunan bahan-bahan sosialisasi RI Jumlah data yang digunakan dalam penyusunan bahan sosialisasi RI 6 bahan 6 bahan 6 bahan 8 bahan 0 bahan 2,065,000,000 2,68,250,000 2,276,662,500 3,87,327,500 4,83,367,344 Kegiatan pengembangan dan 3 pemeliharaan sistem informasi manajemen 3,750,000,000 3,937,500,000 4,34,375,000 4,34,093,750 4,558,48,438 Terlaksananya kegiatan pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi manajemen 2 Jumlah kegiatan pengembangan sistem informasi manajemen Jumlah kegiatan pemeliharaan sistem jaringan informasi 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan,995,000,000 2,094,750,000 2,99,487,500 2,309,46,875 2,424,934,969 3 kegiatan 3 kegiatan 3 kegiatan 3 kegiatan 3 kegiatan,755,000,000,842,750,000,934,887,500 2,03,63,875 2,33,23,469 Program Pengelolaan dan 2 Pengkajian Aspirasi Masyarakat dan Daerah (asmasda),079,520,000 09,565,27,60,835,27,775,65,380 2,448,026,472 PUSKADA Terwujudnya dukungan aspirasi masyarakat dan daerah yang digunakan oleh alat kelengkapan RI Presentase Hasil asmasda yang digunakan oleh alat kelengkapan RI 70 % 75 % 80 % 85 % 90 % Kegiatan tabulasi hasil penyerapan asmasda 96,000,000 09,565,27 9,645,27 35,29,30 52,202,522 Terlaksananya Kegiatan tabulasi hasil penyerapan asmasda jumlah laporan tabulasi hasil penyerapan asmasda 23 laporan 25 laporan 26 laporan 28 laporan 30 laporan 96,000,000 09,565,27 9,645,27 35,29,30 52,202,522 Terwujudnya kajian isu strategis kedaerahan yang 2 digunakan oleh alat kelengkapan RI Presentase Hasil kajian isu strategis kedaerahan yang digunakan oleh alat kelengkapan RI 70 % 0 % 80 % 85 % 90 % kegiatan kajian terhadap isu strategis kedaerahan 983,520,000 0,04,90,000,639,874,250 2,295,823,950 terlaksananya kegiatan kajian terhadap isu strategis kedaerahan jumlah hasil kajian isu strategis kedaerahan laporan 0 laporan 2 laporan 3 laporan 4 laporan 983,520,000 0,04,90,000,639,874,250 2,295,823,950 Program Penyelenggaraan 3 Pengkajian Kebijakan dan Hukum,223,90,000,405,254,025,76,23,990 2,249,85,306 3,06,455,075 PUSJAKUM

71 Halaman 8 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Terwujudnya dukungan hasil kajian kebijakan tertentu serta hukum dan perundang-undangan Presentase hasil kajian kebijakan tertentu serta hukum dan perundangundangan yang digunakan oleh alat kelengkapan RI 75 % 80 % 85 % 90 % 00 % Kegiatan kajian kebijakan tertentu 647,70, ,830, ,638,95 998,906,895,3,065,300 Terlaksananya kegiatan kajian kebijakan tertentu Jumlah kajian tentang kebijakan yang digunakan oleh alat kelengkapan 5 kajian 6 kajian 7 kajian 20 kajian 25 kajian 647,70, ,830, ,638,95 998,906,895,3,065,300 Kegiatan kajian 2 tentang hukum dan perundang-undangan 576,020, ,423, ,593,075,250,278,4,750,389,775 Terlaksananya kegiatan kajian tentang hukum dan perundangundangan Jumlah kajian tentang hukum dan perundangundangan yang digunakan oleh alat kelengkapan 8 kajian 9 kajian 2 kajian 5 kajian 20 kajian 576,020, ,423, ,593,075,250,278,4,750,389,775 Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal RI yang secara 2 profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi RI Sekretariat Jenderal RI Nilai Reformasi Birokrasi Opini BPK terhadap 2 laporan keuangan WTP WTP WTP WTP WTP Predikat SAKIP 3 CC CC B B BB PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS LAINNYA RI 3,379,33,000 4,248,697,550 5,289,639,428 6,283,878,749 8,46,987,99 Program Penatausahaan Organisasi, Keanggotaan, SDM 2,469,73,000 3,293,67,550 4,286,805,428 5,230,903,049 7,3,363,506 ROMIN Terwujudnya dukungan SDM yang secara profesional mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi RI Indeks profesionalitas ASN Terwujudnya dukungan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang secara profesional dan akuntabel 2 mampu memberikan dukungan kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi RI Nilai Reformasi Birokrasi Predikat SAKIP CC CC B B BB Kegiatan penyusunan analisis kebutuhan personil 08,000,000 3,400,000 9,070,000 25,023,500 3,274,675 Terlaksananya kegiatan penyusunan analisis kebutuhan personil Presentase rekomendasi formasi pegawai Sekretariat Jenderal RI yang disetujui 20 % 40 % 60 % 80 % 00 % 08,000,000 3,400,000 9,070,000 25,023,500 3,274,675 Kegiatan penyusunan 2 analisa jabatan dan evaluasi jabatan 22,632, ,73, ,349, ,566, ,395,08

72 Halaman 9 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Terlaksananya kegiatan penyusunan analisa jabatan dan evaluasi jabatan Presentase rekomendasi perubahan peta jabatan pada unit kerja Sekretariat Jenderal RI yang disetujui 00 % 00 % 00 % 00 % 00 % 3 Kegiatan penyusunan analisa beban kerja 0 273,340, ,04, ,072,050,392,270,957 Terlaksananya kegiatan penyusunan analisa beban kerja Jumlah unit kerja yang dianalisa beban kerjanya 0 unit kerja 0 unit kerja 20 unit kerja 30 unit kerja 44 unit kerja 0 273,340, ,04, ,072,050,392,270,957 Kegiatan penyusunan 4 standard kompetensi pegawai ,000, ,400,000,958,040,000 Terlaksananya kegiatan penyusunan standard kompetensi pegawai Jumlah jabatan yang telah memiliki standard kompetensi pegawai 0 jabatan 0 jabatan 0 jabatan 44 jabatan 48 jabatan ,000, ,400,000,958,040,000 Kegiatan manajemen 5 informasi dan administrasi SDM ,000,000 94,500,000 99,225,000 Terlaksananya kegiatan manajemen informasi dan administrasi SDM Presentase data pegawai yang terinput dan terbaharukan dalam sistem informasi organisasi dan kepegawaian 0 % 0 % 00 % 00 % 00 % ,000,000 94,500,000 99,225,000 Kegiatan pendidikan dan pelatihan 6 Sekretariat Jenderal RI,745,599,000,832,878,950,924,522,898 2,020,749,042 2,2,786,494 Terlaksananya kegiatan pendidikan dan pelatihan Sekretariat Jenderal RI Jumlah pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan 736 pegawai 736 pegawai 736 pegawai 736 pegawai 736 pegawai,745,599,000,832,878,950,924,522,898 2,020,749,042 2,2,786,494 7 Kegiatan assesment sumber daya manusia 244,500, ,725, ,56, ,039,33 297,9,278 Terlaksananya kegiatan assesment sumber daya manusia Presentase pegawai yang ditempatkan sesuai dengan kompetensi 0 % 25 % 50 % 75 % 00 % 244,500, ,725, ,56, ,039,33 297,9,278 Kegiatan penyusunan 8 SAKIP Sekretariat Jenderal RI ,000, ,950,000 24,447,500 Terlaksananya kegiatan penyusunan SAKIP Sekretariat Jenderal RI Predikat SAKIP Sekretariat Jenderal RI CC CC B B BB ,000, ,950,000 24,447,500 Kegiatan penyusunan standard prosedur 9 kerja Sekretariat Jenderal RI 50,000,000 57,500,000 65,375,000 73,643,750 82,325,938 Terlaksananya kegiatan penyusunan standard prosedur kerja Sekretariat Jenderal RI Jumlah standar prosedur kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal RI yang berhasil disusun 0 SOP 0 SOP 0 SOP 0 SOP 0 SOP 50,000,000 57,500,000 65,375,000 73,643,750 82,325,938 Kegiatan evaluasi Reformasi Birokrasi 0 Sekretariat Jenderal RI 0 87,840,000 97,232, ,093,600 27,448,280 Terlaksananya kegiatan evaluasi Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal RI Nilai Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal RI ,840,000 97,232, ,093,600 27,448,280 Kegiatan evaluasi kelembagaan Sekretariat Jenderal RI 0 63,920,000 67,6,000 70,47,800 73,995,390

73 Halaman 0 TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) Terlaksananya kegiatan evaluasi kelembagaan Sekretariat Jenderal RI LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Hasil evaluasi kelembagaan Sekretariat Jenderal RI ,920,000 67,6,000 70,47,800 73,995,390 Kegiatan penataan 2 SOTK Sekretariat Jenderal RI 0 0 2,500,000 8,25,000 24,03,250 Terlaksananya kegiatan penataan SOTK Sekretariat Jenderal RI Jumlah rekomendasi struktur organisasi tata kerja Sekretariat Jenderal RI 0 Rekomendasi 0 Rekomendasi 2 Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi 0 0 2,500,000 8,25,000 24,03,250 Kegiatan penyusunan sistem dan prosedur teknis kelembagaan 3 dan ketatalaksanaan kantor RI di Provinsi 0 75,300,000 84,065,000 93,268, ,93,663 Terlaksananya kegiatan penyusunan sistem dan prosedur teknis kelembagaan dan ketatalaksanaan kantor RI di Provinsi Jumlah kantor RI di Provinsi yang ditata sistem dan prosedur teknis kelembagaan dan ketatalaksanaannya 0 Kantor di Provinsi 4 Kantor di Provinsi 0 Kantor di Provinsi 8 Kantor di Provinsi 28 Kantor di Provinsi 0 75,300, ,62, ,707,25,420,52,638 Program Administrasi 2 Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan RI 628,600, ,030, ,03, ,683, ,067,229 RORENKEU Terwujudnya dukungan administrasi perencanaan dan pengelolaan keuangan RI yang profesional dan akuntabel Opini BPK terhadap laporan keuangan WTP WTP WTP WTP WTP Kegiatan penatausahaan, pembukuan verifikasi dan pelaksana anggaran 628,600,000,473,542,500,576,095,938,685,220,863,769,48,906 Terlaksananya Kegiatan Penyiapan Materi tentang Pemeriksaan Inspektorat, BPK, dan BPKP, dan tindak lanjutnya Jumlah dokumen terkait kegiatan pemeriksaan inspektorat, BPK, dan BPKP. Terlaksanananya Kegiatan Pendampingan Penyusunan Administrasi 2 Pertanggungjawaban Keuangan di Kantor Ibukota Provinsi 48 dokumen 68 dokumen 70 dokumen 72 dokumen 72 dokumen 628,600, ,042,500,00,670,938,09,524,63,46,00,843 Jumlah laporan kegiatan Pendampingan Penyusunan Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan di Kantor Ibukota Provinsi ,500, ,425, ,696, ,38,063 Program 3 Penyelenggraan Pengawasan Intern 28,000, ,050, ,802, ,292,625 34,557,256 INSPEKTORAT Terwujudnya penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan Sekretariat Jenderal RI Nilai maturitas SPIP Sekretariat Jenderal RI 0,92 2,3 2,7 3 Terwujudnya pengawasan internal yang efektif dan 2 efisien di lingkungan Sekretariat Jenderal RI

74 Halaman TUJUAN/INDIKATOR TUJUAN (OUTCOME) SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR SASARAN (OUTCOME) PROGRAM RKA-KL PROGRAM INTERNAL SASARAN PROGRAM/INDIKATOR (OUTCOME) KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/INDIKATOR (OUTPUT) LOKASI TARGET ALOKASI (DALAM RUPIAH) UNIT ORGANISASI K/L-N-B-NS- BS Internal Audit Capability Model 2 2 Opini BPK terhadap laporan keuangan WTP WTP WTP WTP WTP Kegiatan monitoring 30,400,000 24,840, ,582, ,86,00 248,704,55 Terlaksananya kegiatan monitoring Presentase tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan RI Presentase Penyelesaian Kerugian Negara Jumlah unit kerja yang ditetapkan sebagai Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Capaian Perencanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jumlah Pegawai Setjen RI yang telah menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) Setjen RI Jumlah Anggota RI dan Pejabat yang telah menyampaikan LHKPN Setjen RI 72 % 75 % 78 % 8 % 84 % 40,400,000 9,540,000 20,57,000 2,542,850 22,69, % 75 % 78 % 8 % 84 % 90,000,000 24,750,000 25,987,500 27,286,875 28,65, ,400,000 9,320,000 20,286,000 2,300, % 70 % 75 % 80 % 85 % 0 22,950,000 24,097,500 25,302,375 26,567, pegawai 32 pegawai 344 pegawai 367 pegawai 390 pegawai 0 48,080,000 50,484,000 53,008,200 55,658,60 43 Anggota 54 Anggota 65 Anggota 76 Anggota 87 Anggota 0 8,20,000 85,76,000 89,434,800 93,906,540 2 Kegiatan reviu 50,600,000 58,30,000 66,036,500 74,338,325 83,055,24 Terlaksananya kegiatan reviu 2 Penyusunan Grand Design SPIP Presentase Hasil Reviu yang di tindaklanjuti 64 % 67 % 70 % 73 % 76 % 83,00,000 87,255,000 9,67,750 96,98,638 0,008, % 67 % 70 % 73 % 76 % 67,500,000 70,875,000 74,48,750 78,39,688 82,046,672 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR RI 8,320,000,000 9,236,000,000 20,97,800,000 2,207,690,000 22,268,074,500 Program Penyelenggaraan Pelayanan Umum Sarana dan Prasarana RI 8,320,000,000 9,236,000,000 20,97,800,000 2,207,690,000 22,268,074,500 ROUM Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana Sekretariat Jenderal RI yang modern Jumlah keluhan terhadap ketersediaan dan kualitas layanan sarana dan prasarana < 36 nota dinas keluhan < 36 nota dinas keluhan < 36 nota dinas keluhan < 36 nota dinas keluhan < 36 nota dinas keluhan Kegiatan pengadaan peralatan penunjang operasional,69,900,000,700,895,000,785,939,750,875,236,738,968,998,574 Terlaksananya kegiatan pengadaan peralatan penunjang operasional Jumlah pengadaan peralatan penunjang operasional yang modern 200 unit 225 unit 278 unit 297 unit 37 unit Kegiatan operasional 2 dan pemeliharaan kantor 6,700,00,000 7,535,05,000 8,4,860,250 9,332,453,263 20,299,075,926 Terlaksananya kegiatan operasional dan pemeliharaan kantor Jumlah Frekuensi kegiatan operasional dan pemeliharaan kantor RI di Ibukota Negara 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan NOTE : dasar anggaran yang digunakan adalah RAB 205 terakhir dan untuk anggaran ditetapkan dari kenaikan 5% dari anggaran satu output setiap tahun dikali target output pada tahun tersebut (205=diambil dari RAB 205 definitif nov 204, 206=kenaikan 5% dari anggaran persatuan target output dari 205 dikali output pada 206, 207=kenaikan 5% dari anggaran persatuan target output

75 LAMPIRAN II

76 MATRIKS KERANGKA REGULASI SEKRETARIAT JENDERAL RI URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN. Peraturan Presiden. Kelembagaan Peraturan Presiden tentang Dalam upaya penguatan Kementerian Pendayagunaan 205 Struktur Organisasi Sekretariat kelembagaan dibutuhkan Aparatur Negara, Reformasi Jenderal RI adanya landasan hukum terkait dan Birokrasi dengan struktur organisasi Sekretariat Jenderal RI Sekretariat Negara yang baru yang disesuaikan dengan dinamika kebutuhan lembaga RI 2. Peraturan 2. Ketatalaksanaa. Peraturan Sekretaris Dalam rangka penyempurnaan Sekretariat Jenderal RI 207 Sekretaris Jenderal n Jenderal tentang tata cara mekanisme kerja yang RI pelaksanaan dukungan bertujuan meningkatkan kegiatan sidang dan rapat- efektifitas dan efisiensi rapat dukungan terhadap 2. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pedoman penyusunan naskah akademik pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga maka dibutuhkan peraturan Sekretaris Jenderal terkait ketatalaksanaan. 3. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pelaksanaan dukungan Revisi Renstra Setjen RI

77 URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN kegiatan pendampingan kegiatan alat kelengkapan di luar kantor 4. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang tata kelola kearsipan 5. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pedoman keprotokolan Pimpinan, Anggota dan Pimpinan Sekretariat Jenderal RI 6. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pedoman penyerapan, pengelolaan dan analisis aspirasi masyarakat dan daerah 7. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Penyusunan Sistem Kerja Perorangan 8. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pengisian Jabatan Revisi Renstra Setjen RI

78 URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN 9. Peraturan bersama Sekretaris Jenderal RI dan Sekretaris Jenderal DPR RI tentang mekanisme pelaksanaan dukungan Sekretariat Jenderal RI dan Sekretariat Jenderal DPR RI 3. Sumber Daya. Peraturan Sesjen RI Bahwa diperlukan landasan Sekretariat Jenderal RI 207 Manusia tentang Kelas Jabatan hukum tentang pengelolaan 2. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Studi PNS dengan Biaya Sendiri 3. Peraturan Sesjen RI SDM guna mewujudkan SDM yang professional dan handal di lingkungan Sekretariat Jenderal RI tentang Pedoman Penegakan Disiplin PNS 4. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Penegakan Disiplin Tenaga Perbantuan 5. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pelaksanaan Cuti PNS Revisi Renstra Setjen RI

79 URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN 6. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Surat 7. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pengelolaan SDM kantor di ibu kota provinsi 8. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Majelis Kode Etik Setjen RI 9. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Tim Penilai Jabatan Fungsional Khusus 0. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan. Peraturan Sesjen RI tentang Pedoman Pemberhentian atas Permintaan Sendiri sebagai PNS Revisi Renstra Setjen RI

80 URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN 4. Peningkatan. Peraturan Sekretaris Sebagai landasan hukum Sekretariat Jenderal RI 207 akuntabilitas Jenderal tentang pedoman untuk mendukung terwujudnya Sekretariat pengawasan Inspektorat tata kelola pemerintahan yang Jenderal 2. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pedoman baik dan pemerintahan yang bersih audit kantor RI di ibu kota negara dan ibu kota provinsi 3. Peraturan Sekretaris Jenderal tentang pedoman audit pembangunan kantor RI di ibu kota provinsi 4. Peraturan Sesjen RI tentang Penyusunan Perjanjian Kinerja, Laporan Kinerja, dan Revieu Laporan Kinerja Setjen RI 5. Peningkatan. Peraturan Sekretaris Landasan hukum bagi setjen Sekretariat Jenderal RI 207 Dukungan Jenderal terkait pelaksanaan dalam upaya optimalisasi Keahlian kajian di lingkungan dukungan keahlian terhadap Sekretariat Jenderal pelaksanaan tugas dan fungsi 2. Peraturan Sekretaris anggota dan lembaga RI Jenderal RI tentang Revisi Renstra Setjen RI

81 URGENSI PEMBENTUKAN NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URAIAN MATERI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET PENYELESAIAN KAJIAN DAN PENELITIAN pedoman penyusunan jurnal ilmiah 6. Dukungan Peraturan Sekretaris Jenderal Adanya landasan hukum bagi Sekretariat Jenderal RI 207 peningkatan RI tentang Dukungan Sekretariat Jenderal RI sosialisasi peningkatan sosialisasi RI dalam upaya optimalisasi RI dukungan terhadap kegiatan sosialisasi RI 3. Keputusan DPR RI Sarana prasarana. Keputusan DPR RI tentang Adanya persetujuan dari DPR RI Keputusan Gubernur RAPBN 2. Keputusan Gubernur tentang penetapan hibah tanah milik Pemerintah Provinsi Kepada RI pemerintah terkait dukungan anggaran dan lahan untuk pembangunan gedung di ibu kota Negara dan pembangunan kantor RI di ibu kota provinsi Kementerian Keuangan Pemerintah Daerah Revisi Renstra Setjen RI

82 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI Komplek Parlemen MPR/DPR/ RI JL. Gatot Subroto No. 6 Senayan Jakarta dpdriortala@gmail.com

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------------ RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI TAHUN 2015-2019

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------------ RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI TAHUN 2015-2019 DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------------ RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL DPD RI TAHUN 2015-2019 JAKARTA 2015 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I.

Lebih terperinci

. ' Rencana Strategis DPR RI 2015-2019 Uraian di atas memperlihatkan bahwa terkait dengan fungsi legislasi dan terkait dengan pengawasan, DPR RI telah ditempatkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh konstitusi.

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI PERJANJIAN KINERJA Profesional, Akuntabel, dan Modern

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI PERJANJIAN KINERJA Profesional, Akuntabel, dan Modern SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI PERJANJIAN KINERJA 2017 Profesional, Akuntabel, dan Modern DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------ PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA AKSI. Profesional, Akuntabel, dan Modern

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA AKSI. Profesional, Akuntabel, dan Modern SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI RENCANA AKSI 07 Profesional, Akuntabel, dan Modern RENCANA AKSI Sekretariat Jenderal DPD RI Tahun 07 SASARAN STRATEGIS/ TAHUN TAHUN TW TW TW TW 4 TW TW TW

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA 2016 Profesional, Akuntabel, dan Modern DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------ REVISI I PERJANJIAN KINERJA

Lebih terperinci

Jakarta, Februari 2015 Sekretaris Jenderal DPD RI, Prof. Dr. SUDARSONO HARDJOSOEKARTO NIP

Jakarta, Februari 2015 Sekretaris Jenderal DPD RI, Prof. Dr. SUDARSONO HARDJOSOEKARTO NIP KATA PENGANTAR Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Achmad Djuned, SH, MH

Achmad Djuned, SH, MH Achmad Djuned, SH, MH PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi oleh Sistem Pendukung, pada dasarnya terangkum dalam empat permasalahan besar, yang dapat dilihat dengan pendekatan elemen organisasi (4M),

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Secara umum, beberapa capaian utama kinerja tahun 2013 adalah sebagai berikut:

IKHTISAR EKSEKUTIF. Secara umum, beberapa capaian utama kinerja tahun 2013 adalah sebagai berikut: IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka memberikan dukungan yang profesional, andal dan akuntabel untuk optimalisasi pelaksanaan tugas konstitusional DPD RI, maka sejalan dengan RPJMN dan Renstra 2010 2014 Sekretariat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN A. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung tugastugas Dewan adalah Sekretariat Jenderal DPR RI (Setjen DPR RI)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA IKHTISAR EKSEKUTIF SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

LAPORAN KINERJA IKHTISAR EKSEKUTIF SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI IKHTISAR EKSEKUTIF P enyusunan Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Setjen dan BK DPR RI) Tahun dimaksudkan sebagai bentuk akuntabilitas Setjen

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan

Lebih terperinci

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Profil Umum Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI (selanjutnya disingkat menjadi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5568 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6 Persandingan UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 dan TATIB DPR Dalam kaitannya dengan pembahasan dan penetapan APBN, Peran DPD, Partisipasi Masyarakat, dan tata cara pelaksanaan rapat. UU NOMOR 27 TAHUN

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

II. PASAL DEMI PASAL - 2 - PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2015 2019 SEKRETARIS JENDERAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT RI DAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS 2015 2019 Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN AkuNtAbiLitAs kinerja instansi PEMERiNtAH (LAkiP)

LAPORAN AkuNtAbiLitAs kinerja instansi PEMERiNtAH (LAkiP) LAPORAN AkuNtAbiLitAs kinerja instansi PEMERiNtAH (LAkiP) tahun 2011 KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI kata PENgANtAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kepanjen, Januari 2015 SEKRETARIS DPRD KABUPATEN MALANG. Drs. IRIANTORO, M. Si Pembina Tk. I NIP

Kata Pengantar. Kepanjen, Januari 2015 SEKRETARIS DPRD KABUPATEN MALANG. Drs. IRIANTORO, M. Si Pembina Tk. I NIP Kata Pengantar Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN DPD RI DAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT Nomor: W9-A1/93/OT.01.3/I/2015 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT TAHUN 2015-2019 KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Renja 2017 1 Renja 2017 2 Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Bab II Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Tahun lalu..... 6 Bab III Tujuan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 A. PENDAHULUAN Kebijakan Pengelolaan Anggaran DPR RI memiliki arti yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH, SEKRETARIS JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAN SEKRETARIS JENDERAL MAHKAMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) www.kpud-banyumaskab.go.id PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS www.kpud-banyumaskab.go.id PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN A. Gambaran Umum Bab I PENDAHULUAN Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuasin sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci