BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan pelanggaran hukum khususnya tindak pidana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan pelanggaran hukum khususnya tindak pidana"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pelanggaran hukum khususnya tindak pidana merupakan tanggung jawab setiap unsur masyarakat. Tindak pidana itu setua sejarah kehidupan masyarakat, mulai dari zaman Adam terjadinya perkelahian antara Habil dan Qabil sampai dengan berbagai macam tindak pidana. Tindak pidana merupakan kerawanan sosial dan penyakit membahayakan, tentulah logis jika masyarakat menunjukkan sikap ketidaksukaannya ketika melihat sesuatu yang bertentangan dengan nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat. 1 yang diperkenalkan oleh Marcus Tullius Cicero ( SM) 2, menyatakan dimana masyarakat di situ ada hukum. Pernyataan ini menggambarkan bahwa setiap masyarakat pasti ada hukum dan perkembangan masyarakat tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan hukum. Realitas perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat melahirkan nilai-nilai baru dalam masyarakat itu sendiri. Perkembangan tersebut ada yang dapat diterima oleh masyarakat secara universal, namun ada juga yang bertentangan dengan nilai-nilai sebelumnya atau bisa dikatakan sebagai perilaku menyimpang. 1 Abdul Wahid dan Moh. Labib, 2005, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung, hlm. ii 2 Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, hlm. 159

2 2 Tindak pidana yang terjadi di masyarakat tentu bukan sesuatu yang diinginkan. Masyarakat menginginkan kehidupan yang damai, tertib, nyaman, selain itu yang tidak kalah penting adalah masyarakat membutuhkan hukum untuk melindungi semua hak-haknya, dan mendisiplinkan semua kewajiban yang harus dilakukan. Thomas Hobbes sebagaimana dikutip oleh Achmad Sodiki pernah menyatakan bahwa sebelum ada negara dan hukum, dalam kehidupan sehari-hari manusia adalah bahaya bagi manusia lainnya. Manusia binatang ganas yang siap menerkam manusia lainnya ( homo homini lupus). 3 Kehidupan yang damai, tertib, dan adil akan tercapai apabila diatur dengan baik, hukum dijadikan panduan dalam kehidupan dan interaksi sosial masyarakat, serta negara sebagai alat yang menjamin akan terwujudnya hukum tersebut. Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi awal baru dalam pembangunan nasional. Membangun manusia seutuhnya dengan berlandaskan hukum dan Pancasila untuk terciptanya keadilan, beradab, serta menjunjung nilai-nilai persatuan. Setelah 70 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia pembangunan nasional semakin maju dan berkembang dalam segala bidang 4. Aspek sosial yang global membuat masyarakat semakin bergantung pada teknologi dan informasi menjadikan perkembangan di bidang teknologi semakin pesat. Pengguna internet di 3 Achmad Sodiki, 1996, Hukum dan Moralitas, naskah pidato Dies Natalis ke 33 Universitas Brawijaya, Malang, hlm Evaluasi-Arah-Pembangunan, diakses pada tanggal 27 November 2015, pukul 5:25 WIB

3 3 Indonesia sampai Desember 2015 telah mencapai 82 juta orang. Hasil tersebut menjadikan Indonesia pada peringkat ke 8 di dunia dalam hal pengguna internet. 5 Menurut Paul sebagaimana dikutip dari Didik J. Rachbini, 6 teknologi informasi dan media elektronika dinilai sebagai simbol pelopor yang akan mengintegrasikan seluruh sistem dunia, baik dalam aspek sosial, budaya, ekonomi, dan keuangan. Dari sistem-sistem kecil lokal dan nasional, proses globalisasi dalam tahun terakhir bergerak cepat, bahkan terlalu cepat untuk menuju suatu sistem global. Berbicara tentang teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa dilepaskan dari jaringan internet. Media internet sebagai wadah yang dengan sangat mudah diakses, cepat mengantarkan informasi dan sejenisnya kepada pihak yang diinginkan. Pada mulanya jaringan internet hanya dapat digunakan oleh ruang lingkup pendidikan (perguruan tinggi) dan lembaga penelitian. Tahun 1995, internet baru dapat digunakan oleh umum. Beberapa tahun kemudian, tim Berners-Lee mengembangkan aplikasi world wide web (www) yang memudahkan orang untuk memperoleh informasi di internet. 7 Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Disamping itu, 5 /Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker#.VleJH1 6d6-A, diakses pada tanggal 27 November 2015, pukul 5:41 WIB 6 Hirst, Paul dan Grahame Thompson, 2001, Globalisasi Adalah Mitos, Yayasan Obor, Jakarta, hlm Makalah, Bandung, hlm. 4,

4 4 perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, selain memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana yang efektif dalam perbuatan melawan hukum. 8 Adanya tindak pidana yang dilakukan dengan menggunakan sarana teknologi dan informasi merupakan dampak negatif dari perubahan pola perilaku pada era kehidupan global. Dalam hal ini mulai muncul berbagai jenis tindak pidana dengan dimensi baru seperti penyalahgunaan komputer, tindak pidana perbankan dan lain sebagainya yang semakin sulit untuk ditanggulangi. 9 Tindak pidana melalui media internet semakin mudah untuk dilakukan, seperti tindak pidana pencemaran nama baik, pornografi, perjudian, pembobolan bank, pembobolan rekening, pengrusakan jaringan cyber (hacking), penyerangan menggunakan virus (virus attack). Dengan adanya Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi, perjudian juga mengalami pergeseran mengikuti perkembangan zaman. Dari awalnya hanya berupa perbuatan judi yang konvesional, namun sekarang sudah bergeser kepada judi melalui dunia maya atau internet. Bermodalkan jaringan internet, baik di komputer, smartphone, dan media lain yang bisa digunakan untuk jaringan internet, setiap orang 8 Ahmad M.Ramli, 2004, Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hlm. 1 9 Al. Wisnubroto, 1999, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. iv.

5 5 sudah bisa melakukan transaksi judi melalui media elektronik. Beberapa contoh situs yang dapat diakses dengan mudah untuk melakukan perjudian melalui media elektronik seperti Asikqq.com, MenuQQ.com, bwin.com, 10 dan lainnya yang masih bertebaran di dunia maya. Pemerintah dalam hal ini telah membuat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Infomasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagai salah satu tindakan dan upaya yang dilakukan dalam mencegah terjadinya praktik perjudian online. Pasal 27 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengatur persoalan perbuatan yang dilarang, seperti kesusilaan, perjudian, penghinaan dan pencemaran nama baik, serta pemerasan dan pengancaman yang dilakukan melalui media internet. Setiap orang yang melakukan perbuatan perjudian melalui media elektronik, baik berupa mendistribusikan, mentransmisikan, atau dapat diaksesnya perjudian online dapat dikenakan pidana sesuai dengan Pasal 45 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). Hal tersebut berarti bahwa segala bentuk tindak pidana berupa perjudian melalui media elektronik dapat dijerat dengan UU ITE. Namun demikian, penulis menemukan perbedaan terkait sanksi pidana penjara antara 10 Situs Judi online yang penulis coba untuk membukanya pada tanggal 11 November 2015, namun dengan cepat dan mudah diakses.

6 6 UU ITE dengan Pasal 303 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana,, serta kurang jelas dan tidak rincinya bunyi pasal dalam UU ITE, dan adanya upaya peringanan sanksi pidana, dengan penjelasan sebagai berikut : Pertama, pada hakikatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama, kesusilaan, moral, Pancasila, serta membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Perjudian itu harus diberantas, sangat jelas dalam semangat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban oleh karena itu perlu diadakan usaha-usaha untuk menertibkan perjudian, membatasinya sampai lingkungan sekecil-kecilnya, untuk akhirnya menuju ke penghapusannya sama sekali dari seluruh wilayah Indonesia. Semangat untuk memberantas perjudian juga dapat dilihat dalam bunyi Pasal (2) Undang - ancaman hukuman dalam Pasal 303 ayat (1) Kitab Undang -Undang Hukum Pidana (KUHP), dari hukuman penjara selama -lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan puluh ribu rupiah, menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak- Sanksi pidana merupakan peringatan agar orang menjauhi perbuatan yang dapat membawa akibat pengenaan pidana. 11 Sanksi pidana bertujuan memberikan penderitaan istimewa (bijzonder leed) kepada pelanggar, supaya 11 Todung Mulya Lubis, 2009, Kontroversi Hukuman Mati Perbedaan Pendapat Hakim Konstitusi, Kompas, Jakarta, hlm. 236.

7 7 pelaku merasakan akibat perbuatannya. Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan pelaku. 12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 yang memberatkan sanksi pidana berupa penjara terhadap tindak pidana perjudian, berbanding terbalik dengan UU ITE yang meringankan terhadap sanksi pidana berupa penjara. Pasal 303 ayat (1) KUHP memberikan sanksi pidana maksimal 10 tahun atau denda maksimal 25 juta rupiah, sedangkan Pasal 45 UU ITE memberikan sanksi pidana maksimal 6 tahun dan/atau denda 1 miliar rupiah. Semangat untuk mencegah tindak pidana perjudian melalui media elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya, sebagaimana tercantum dalam hal menimbang huruf f UU ITE, tidak terlihat dalam penerapan pasalnya. Kedua, penggabungan sanksi pidana terhadap beberapa tindak pidana Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar Penulis mempunyai perhatian khusus pada Pasal 45 UU ITE, bahwa melanggar susila, perjudian, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, 12 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, hlm. 5

8 8 serta pemerasan dan/atau pengancaman, diberikan sanksi yang sama. Sedangkan dalam KUHP terhadap tindak pidana yang diatur dalam Pasal 27 UU ITE, memberikan sanksi yang berbeda-beda, baik sanksi pidana penjara maupun denda. Melanggar kesusilaan dalam KUHP diatur dalam Pasal 281 dengan ancaman pidana penjara dua tahun delapan bulan atau denda 500 rupiah. Perjudian diatur dalam Pasal 303 KUHP, dengan acaman pidana penjara 10 tahun atau denda 25 juta rupiah. Penghinaaan dan/atau pencemaran nama baik dalam KUHP diatur dalam Pasal 310, dengan ancaman pidana penjara maksimal 9 bulan atau denda 300 rupiah. Pemerasan dan/atau pengancaman diatur dalam Pasal 368, dengan ancaman penjara maksimal sembilan tahun. Keempat tindak pidana di atas dalam UU ITE diancam dengan sanksi pidana yang sama, yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). Cyber crime merupakan salah satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negatif sangat luas bagi seluruh bidang kehidupan modern saat ini. 13 Mestinya hal ini mendapat perhatian khusus, apalagi mengingat Indonesia dalam cyber crime dinyatakan sebagai peringkat pertama dalam kejahatan dunia maya (menggunakan internet) telah menggantikan posisi Ukraina yang sebelumnya menduduki posisi pertama Barda Nawawi Arief, 2006, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm Sutaman, 2007, Cyber Crime (Modus Operandi Dan Penanggulanggannya), Laksbang Pressindo, Yogjakarta, hlm. 10

9 9 Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga tidak luput dari kejahatan dunia maya. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY Kombes Pol Kokot Indarto mengatakan pada tahun 2012 terdapat 145 kasus cyber crime, pada tahun 2013 ada sekitar 300 kasus, kemudian pada tahun 2014 ada sekitar 130 kasus. 15 Angka tersebut mengungguli data yang ada di Polda Jawa Timur, 16 pada tahun 2013 tercatat 33 perkara, sementara tahun 2014 meningkat menjadi 98 perkara. Terkait perjudian melalui media elektronik yang terjadi di wilayah hukum Daerah Istimewa Yogyakarta, penulis melalukan penelitian ke Polda DIY dan menemui salah seorang penyidik yang menangani kasus perjudian melalui media elektronik yaitu Briptu Agus, yang mengatakan bahwa tercatat dari awal tahun sampai bulan Juni 2016, ada 167 kasus perjudian, 59 diantaranya terindikasi perjudian melalui media elektronik. 17 Penulis juga melakukan wawancara dengan Iptu Sunardi 18, yang menyatakan bahwa perjudian melalui media elektronik di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin mengkhawatirkan. Meskipun perjudian melalui media elektronik tergolong baru, namun setiap tahun pelaku perjudian melalui media elektronik terus meningkat. Tahun 15 cyber crime -diy-bakal-bentuk-lembaga-penanganan-kejahatan-dunia-maya , diakses pada tanggal 29 November 2015, pukul WIB 16 Agus cyber crime /Kelana%20Kota/2015/ Awas..-Cyber-Crime-di-Jawa-Timur-Meningkat-, diakses pada tanggal 29 November 2015, pukul WIB 17 Wawancara dengan Briptu Agus selaku penyidik perjudian di Tipidum Bareskrim Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 6 april Wawancara dengan Iptu Sunardi, S.H, selaku Panit Perjudian Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 5 Juni 2016 pada tanggal 5 Juni 2016

10 ada 4 kasus perjudian melalui media elektronik, tahun 2014 ada 12 kasus, di tahun 2015 ada 37 kasus yang sama 19. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan kajian terhadap kebijakan penanggulangan tindak pidana cyber crime khususnya perjudian melalui media elektronik yang semakin mengkhawatirkan. Penulis juga memilih Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai lokasi penelitian, mengingat makin meningkatnya tindak pidana cyber crime khususnya perjudian melalui media elektronik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Terkait permasalahan tersebut penulis sajikan dalam bentuk Tesis dengan judul : Kriminal Oleh Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah penegakan hukum yang dilakukan oleh Polda DIY terhadap tindak pidana perjudian melalui media elektronik? 2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh Polda DIY dalam mencegah terjadinya tindak pidana perjudian melalui media elektronik? 3. Bagaimanakah seharusnya kebijakan penanggulangan tindak pidana perjudian melalui media elektronik di masa mendatang? 19 Ibid

11 11 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian adalah : 1. Mengetahui penegakan hukum yang dilakukan Polda DIY terhadap tindak pidana perjudian melalui media elektronik, setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Infomasi dan Transaksi Elektronik. 2. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh Polda DIY dalam pencegahan terjadinya tindak pidana perjudian melalui media elektronik. 3. Mengkaji kebijakan penanggulangan tindak pidana perjudian melalui media elektronik di masa yang akan datang. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan akademis a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum pidana yang berkaitan dengan perjudian melalui media elektronik. b. Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan substansi disiplin bidang ilmu hukum, terutama disiplin ilmu kebijakan kriminal. 2. Kegunaan praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pikiran dan memberikan sumbangan bagi pemerintah yang berwenang yaitu

12 12 Kementerian Informasi dan Komunikasi Indonesia, dalam mengambil kebijakan terkait cyber crime di Indonesia. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pikiran dan memberikan sumbangan kepada aparat penegak hukum dalam menjalankan Undang-Undang Nomor 11 Tahun c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pikiran dan memberikan sumbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) sebagai pemegang kewenangan legislatif untuk dapat melakukan perbaikan hukum positif dalam bidang perjudian melalui media elektronik. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pikiran dan memberikan sumbangan kepada seluruh lapisan mayarakat untuk lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan internet. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti lakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan media elektronik, peneliti belum menemukan penelitian yang sama atau identik dengan judul penelitian penulis. Namun demikian, terdapat beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Mulyadi, 20 Program Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, 20 Online yang Dilakukan Oleh Anak di Kota Makassar, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar

13 13 an Kriminologis Terhadap Kejahatan Perjudian Online penelitian ini penulis mengambil 3 rumusan masalah, yaitu : a. Bagaimanakan modus operandi dari perjudian online? b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan anak melakukan kejahatan perjudian online di Kota Makassar? c. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan perjudian online yang dilakukan oleh anak di Kota Makassar? Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah pertama, kejahatan perjudian online yang dilakukan oleh anak di Kota Makassar terbagi atas dua garis besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua, upaya pencegahan kejahatan perjudian online yang dilakukan oleh anak di Kota Makassar terdiri dari upaya preventif dan reprensif. Penulis menyarankan agar pihak terkait melakukan sosialisasi mengenai UU ITE karena warga tidak mengetahui tentang UU ITE, sehingga warga tidak menyadari perbuatan yang mereka lakukan akan mendapatkan sanksi pidana. Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pertama, penelitian di atas mengkaji tentang modus operandi dalam perjudian online, sedangkan penelitian penulis membahas tentang penegakan hukum oleh kepolisian terhadap perjudian melalui media elektronik. Kedua, penelitian di atas membahas tentang faktor-faktor terjadinya perjudian online, sementara penulis mengkaji tentang langkahlangkah kepolisian daerah dalam menanggulangi tindak pidana perjudian

14 14 melalu media elektronik. Ketiga, dalam penelitian ini penulis juga mengkaji kebijakan dalam menanggulangi tindak pidana perjudian melalui media elektronik untuk masa yang akan datang. ( ius constituendum) 2. Wisnu Murti, 21 Program Ilmu Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta, Mencegah dan Menanggulangi Praktek Judi Sepak Bola Dalam penelitian ini penulis mengambil 1 rumusan masalah, yaitu Bagaimanakah upaya Polisi Resort ( POLRES) Sleman dalam mencegah dan menaggulangi praktek judi sepak bola online?. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah Polres Sleman dalam mencegah dan menanggulangi praktik judi sepak bola online melakukan upaya-upaya pencegahan ( preventif) dengan melakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat, melakukan penyuluhan hukum ke sekolah-sekolah, mengajak masyarakat untuk hidup taat beragama. Kedua dengan upaya penanggulangan ( represif), dengan cara mencari informasi dari masyarakat, membentuk tim khusus untuk memata-matai, dan melakukan penyelidikan dan peyidikan. Penulis juga menyarankan agar Polres Sleman diharapkan melakukan lebih banyak lagi sosialisasi kepada masyarakat tentang penyalahgunaan alat teknologi informasi dan komunikasi yang mengarah terhadap tindak kejahatan. 21 Wisnu Murti, 2014, Upaya Polisi Resort (Polres) Sleman Dalam Mencegah dan Menanggulangi Praktek Judi Sepak Bola Online, Skripsi, Fakultas Hukum Atmajaya, Yogyakarta

15 15 Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pertama, penelitian diatas terkait tentang pencegahan perjudian sepak bola online di Polres Sleman. Sementara penulis mengkaji penegakan hukum oleh kepolisian terhadap perjudian melalui media elektronik, penulis juga mengkaji tentang kebijakan dimasa yang akan datang terkait penanggulangan perjudian melalui media elektronik. 3. Benyamin Yasolala Zebua, 22 Program Ilmu hukum Universitas Kristen Pidana Perjudian Bola Online Berdasarkan Undang Undang Informasi da rumusan masalah, yaitu : a. Bagaimana pengaturan larangan perjudian bola online di Indonesia? b. Bagaimana aspek pembuktian tindak pidana perjudian online dilihat dari undang-undang informasi dan transaksi elektronik? c. Bagaimana kelemahan undang undang informasi dan transaksi elektronik (ITE) dalam pembuktian tindak pidana perjudian online? Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kehadiran Undang-Undang ITE dapat memberikan kepastian hukum dalam pengaturan perjudian bola online yang semakin berkembang pesat di Indonesia. Dalam hal pembuktian perjudian online di persidangan hakim 22 erjudian Bola Online Berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektrinik (ITE), Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha, Bandung

16 16 menggunakan sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif sesuai Pasal 183 KUHAP dan dilengkapi dengan Pasal 184 KUHAP yaitu menjatuhkan pidana apabila alat bukti secara limitatif telah ditentukan undang-undang dan hakim memiliki keyakinan atas eksistensi alat bukti tersebut. Ketentuan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam KUHAP yaitu pada Bab XVI bagian ketiga tentang acara pemeriksaan biasa dan bagian keempat tentang pembuktian dan putusan dalam acara pemeriksaan biasa. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan saksi, ahli, surat, dan terdakwa. Selain itu juga terdapat kekurangan dari UU ITE, yaitu tidak spesifiknya Pasal 27 ayat 2 UU ITE, Pasal 43 ayat (3) UU ITE dininali lebih mementingkan hak tersangka sehingga menyulitkan bagi aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan. Penelitian ini menyarankan adanya dukungan dari aparat penegak hukum secara sumber daya manusia, peningkatan forensic digital, Penelitian ini juga menyarankan adanya kerjasama antara penegak hukum dengan dengan penyedia layanan internet untuk meminimlisir tindak pidana perjudian bola online. Adapun perbedaan perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pertama, penelitian yang dilakukan Benyamin mengkaji tentang aspek pembuktian tindak pdana dalam Undang-Undang ITE, sementara penulis sendiri mengkaji tentang penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, Benyamin dalam penelitiannya mengkaji tentang

17 17 kelemahan apa yang ada dalam Undang-Undang ITE, sedangkan penulis mengkaji tentang kebijakan dalam arti luas dimasa yang akan datang, penulis juga megkaji tentang langkah-langka yang dilakukan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mencegah terjadinya perjudian melalui media elektronik. Dengan demikian terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dianggap telah memenuhi kaedah keaslian penelitian. Apabila di kemudian hari ditemukan bahwa permasalahan dalam penelitian ini pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi dengan peneliti lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Dengan kemampuan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu: BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan Uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu: 1. Upaya Penanggulangan tindak pidana di dunia maya yang di lakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) A. Pengertian Cyber Crime Membahas masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi perkembangan dan kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling menonjol adalah dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya upaya yang dilakukan dalam pembuktian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai suatu proses yang membawa seluruh penduduk di dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global society dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. Beragam agama, ras, suku bangsa, dan berbagai golongan membaur menjadi satu dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindak penipuan perdagangan online dapat dikemukakan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika Alamat: Kampus I, Jl. Wates. Km. 10 Yogyakarta. 55753. Telp.(0274) 649212,649211,Fax.(0274)-649213.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara demokrasi tuntutan masyarakat terhadap keterbukaan informasi semakin besar. Pada masa sekarang kemajuan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan industri yang merupakan hasil dari budaya manusia membawa dampak positif, dalam arti teknologi dapat di daya gunakan untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer didorong oleh kemajuan teknologi informasi komunikasi yaitu berupa kecepatan dan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI 20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana

Lebih terperinci

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN ANALISIS DAN IMPLIKASI YURIDIS TINDAK PIDANA MENYEBARKAN BERITA BOHONG DAN MENYESATKAN BERDASARKAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal dengan Negara Hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 amandemen ketiga yang berbunyi

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.

Lebih terperinci

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta 1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum bukan didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) amandemen ke-3 Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhmya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang mengalami proses pembangunan. Proses pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial positif yaitu

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan

Lebih terperinci

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 The World We Are Facing Today A Borderless,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum. 49 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Dit.Reskrimsus) mengalami banyak kendala dalam penanganan dan pengungkapan tindak pidana kejahatan dan penipuan melalui internet.

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan 81 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Penerapan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan masyarakat seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena selalu didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin

Lebih terperinci

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI Diajukan Oleh: Nama : MUHAMMAD YUSRIL RAMADHAN NIM : 20130610273 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKATA 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang di dunia telah melakukan pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu dibentuknya undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya

Lebih terperinci

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber 2 internet yang memudahkan masyarakat untuk mengakses setiap peristiwa yang terjadi di belahan dunia yang lain. Perkembangan teknologi informasi selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT TIM PERUMUS RUU TENTANG KUHP KOMISI III DPR RI DENGAN DIRJEN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI --------------------------------------------------- (BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pula pada dinamika kehidupan masyarakat. Perkembangan dalam kehidupan masyarakat terutama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada hukum.namun dilihat dari sudut hukum, hak dan kewajiban secara individual selalu berkonotasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kejahatan (Crime) yang terjadi dalam masyarakat biasanya dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Kejahatan (Crime) yang terjadi dalam masyarakat biasanya dilakukan oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan (Crime) yang terjadi dalam masyarakat biasanya dilakukan oleh sebagian masyarakat itu sendiri, biasanya masyarakat melakukan hal itu karena adanya desakan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

CYBER LAW & CYBER CRIME

CYBER LAW & CYBER CRIME CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan semata, hal ini berdasarkan penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah Bandar Lampung adalah menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan sebaik-baiknya sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap

Lebih terperinci

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Pasal 45 Ayat 1 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Daftar Isi... 2 BAB I... 3 1.1 Informasi Berita Pelanggaran Kode Etik di Dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika yang pada awal mula penggunaannya bertujuan untuk memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan, kini keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar-Belakang Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian dikalangan masyarakat. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak pidana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makumur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Oleh : GUSTI BETHA V.Y. D1A 011 117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek hukum yang berlaku. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE I. PEMOHON Muhammad Habibi, S.H., M.H., Kuasa Hukum Denny

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi ternyata tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh negatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang sering dihasilkan oleh kemajuan teknologi, tentu mempunyai berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek penyalahgunaannya. Dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya dalam Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam segala aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang, karena anak mempunyai peran yang sangat penting untuk memimpin dan memajukan bangsa. Peran

Lebih terperinci