DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA. Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA. Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005"

Transkripsi

1 Berdasarkan hasil survai, penumpang kereta api memiliki berbagai tujuan dalam menggunakan fasilitas transportasi ini. Tujuan tersebut antara lain untuk bekerja, berdagang, berlibur, dan mengunjungi sanak keluarga. Selain itu, penumpang memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan didominasi oleh pegawai serta pedagang. Tujuan penumpang kereta yang beragam memberikan kesempatan munculnya fasilitas untuk mewadahi kebutuhan mereka seperti fasilitas tunggu, makan, telekomunikasi, istirahat, dan pejual kebutuhan sehari-hari. Selain itu, keberadaan penumpang yang memiliki tujuan berlibur atau mengunjungi keluarga memungkinkan tumbuhnya fasilitas rileksasi, hiburan, makan/minum, serta komersial. DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA JANUARI 2003 DESEMBER 2002 JUMLAH PENUMPANG (ORG) JANUARI DESEMBER WAKTU (JAM) Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005 Aktivitas di stasiun kereta api Bandung berlangsung dari pukul dua dini hari hingga pukul sepuluh malam. Aktivitas penumpang kereta mendorong munculnya beragam aktivitas lainnya di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung seperti berjualan dan menunggu penumpang. Hal ini membawa dampak positif berupa hidupnya kawasan selama hampir satu hari penuh dan tersedianya calon pengguna fasilitas yang akan dirancang. 68

2 3.2.2 Tinjauan Perkembangan Kawasan Jalan Kebon Jati Jalan Kebon Jati terletak di daerah pusat kota dan berhubungan langsung dengan stasiun kereta api Bandung. Pada kawasan jalan Kebon Jati terdapat kegiatan utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kota Bandung yaitu Pasar Baru dan stasiun kereta Api. Ketika Pasar Lama yang terletak di Ciguring-Kepatihan (Anno 1812, menurut Prof. Dr. Ec. Godee Mols Bergen) terbakar habis dalam peristiwa kerusuhan Munada (pertengahan abad ke-19), para pedagang di kota Bandung tidak memiliki tempat yang dapat menampung mereka. Sebagai dampak peristiwa tersebut, mereka terpaksa berdagang di emperan toko terutama sekitar jalan ABC. Pemerintah kemudian membangun Pasar Baru untuk menampung para penjual tersebut. Kehadiran Pasar Baru mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan usaha di sekitar pasar. Perkembangan tersebut menyebabkan kawasan Pasar Baru dan sekitarnya menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi di kota Bandung. Dampak kehadiran Pasar baru juga dapat dirasakan di jalan Kebon Jati berupa lebih cepat berkembangnya area permukiman dan tempat usaha. (Kunto dalam Edi S., 1991) Gambar 3.19 : Kegiatan usaha di sekitar Pasar Baru Gambar 3.20 : Pasar Baru Kegiatan utama lainnya yang berpengaruhi terhadap perkembangan jalan Kebon Jati adalah stasiun kereta api. Jalur pertama yang dilayani stasiun ini menghubungkan kota Batavia (Jakarta) dengan Bandung melalui Bogor dan Cianjur. Kemudian jalur baru yang dibuat 69

3 untuk menghubungkan kota Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya memperbesar pengaruh stasiun terhadap perkembangan kota Bandung. Akses ke berbagai tempat yang difasilitasi kereta api mengakibatkan kegiatan perdagangan di Pasar Baru dan sekitarnya lebih semarak. Selain itu, hasil perkebunan dari kota Bandung dan daerah sekitarnya menjadi lebih mudah pengangkutan dan pemasarannya. Kota Bandung pada awalnya merupakan tempat persinggahan sementara para penumpang kereta api dari Jakarta menuju Surabaya karena perjalanan yang harus ditempuh memerlukan waktu cukup lama. Penumpang harus berganti kereta di stasiun Bandung dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Hal ini memaksa penumpang kereta untuk bermalam di kota Bandung dan mendorong munculnya fasilitas penginapan di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung termasuk jalan Kebon Jati. (Kunto dalam Edi S., 1991) Gambar 3.21 : Fasilitas penginapan (hotel Surabaya) di sekitar jalan Kebon Jati yang masih bertahan sampai sekarang. Sarana transportasi lainnya yang berkembang di jalan Kebon Jati adalah bus. Sarana transportasi ini mulai muncul di Bandung sekitar tahun 1940-an dan mengakibatkan perubahan area boulevard stasiun menjadi terminal. Pada waktu terminal Kebon Kelapa selesai tahun an, terminal bus dipindah ke jalan Kebon Kelapa sedangkan terminal lama dipakai untuk angkutan kota sampai sekarang. Kebutuhan terhadap fasilitas hiburan terutama bagi orang Belanda menyebabkan dibangunnya bioskop di jalan Kebon Jati. Beberapa bioskop yang cukup terkenal antara lain Luxor Theater, Luxor Park Theater, Roxy Theater, dan Aneka 70

4 Riang (untuk kaum pribumi golongan ekonomi lemah). Kehadiran fasilitas hiburan ini diikuti munculnya fasilitas komersial lain seperti restoran. (Kunto dalam Edi S., 1991) Gambar 3.22 : Bangunan bioskop yang berubah fungsi menjadi fasilitas komersial (toko). Pada perkembangannya usaha bioskop ini mengalami kematian salah satunya akibat kualitas kawasan sekitar stasiun yang terus menurun. Pada 1960-an penduduk kota Bandung mengalami peningkatan yang drastis sehingga menimbulkan kepadatan lalu lintas kendaraan. Pihak pemerintah daerah mengadakan perlebaran jalan Kebon Jati untuk mengatasi permasalahan ini. Pelebaran jalan ini mengakibatkan ditebanginya pohon-pohon di tepi jalan dan menjadikan jalan Kebon Jati tampak gersang. Selain itu, bangunan yang semula memiliki halaman menjadi berbatasan langsung dengan jalan (garis sempadan nol). Pada tahun 1980-an, jalan Kebon Jati dirubah menjadi satu arah untuk mengatasi kemacetan. Perubahan jalur menjadi satu arah menimbulkan dampak terhadap kegiatan usaha yang ada di kawasan ini. Pertokoan yang menjual produk umum/biasa menjadi kurang laku, sedangkan toko yang menjual produk khusus seperti suku cadang kendaraan, ban, dan pelumas mesin terus bertambah jumlahnya. (Kunto dalam Edi S., 1991) Gambar 3.23 : Jalur pejalan kaki (trotoar) Akibat perluasan jalan kendaraan di jalan Kebon Jati maka luas jalur pejalan kaki terus menyempit dan kehilangan pohon yang berfungsi sebagai peneduh. 71

5 Gambar 3.24 : Toko Toko yang menjual ban, pelumas, dan suku cadang kendaraan berkembang di jalan Kebon Jati. Pada awal tahun 1990-an, pemerintah telah menggalakkan industri pariwisata sebagai sumber pemasukan devisa non-migas. Kota Bandung sebagai kota pariwisata banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara merupakan aset yang menjanjikan. Hal ini mendorong para investor untuk membangun hotel di jalan Kebon Jati. Pertumbuhan hotel diikuti pula munculnya usaha biro perjalanan. Akibat kondisi jalan Kebon Jati yang mengalami penurunan kualitas menyebabkan usaha perhotelan ini menjadi tidak berkembang. (Kunto dalam Edi S., 1991) Gambar 3.25 : Bangunan bekas hotel Penurunan kualitas kawasan sekitar stasiun kereta api Bandung bagian Selatan menyebabkan usaha perhotelan yang ada di jalan Kebon Jati mengalami k d Analisis dan Kondisi Tapak Lokasi site berada di sebelah Selatan stasiun kereta api Bandung. Pemilik lahan adalah PERUMKA dan DLLAJR. Peruntukkan kawasan ini adalah untuk mewadahi aktivitas komersial, perdagangan, dan sosial budaya. Kawasan memiliki aturan dalam membangun berupa batas maksimal koefisien dasar bangunan (KDB) sebesar 70% dan koefisien lantai bangunan (KLB) sebesar 2,8. Lahan dibatasi oleh rel kereta api 72

6 (Utara), jalan Kebon Jati (Selatan), jalan Otto Iskandardinata (Timur), dan jalan Pasir Kaliki (Barat). Lahan merupakan area pusat aktivitas karena dekat dengan stasiun kereta api, fasilitas komersial, jasa, pendidikan, publik, kesehatan, perkantoran, pemukiman penduduk, dan terminal transit angkutan umum dalam maupun luar kota. Keragaman aktivitas tersebut memberikan keuntungan bagi rencana peningkatan kualitas kawasan berupa tersedianya calon pengguna dan terciptanya keramaian di sekitar site. Posisi lahan yang dekat dengan pusat kota dan hidup selama hampir dua puluh empat jam. Aktivitas yang memberikan sumbangan terbesar bagi hidupnya kawasan sekitar stasiun kereta api Bandung (site) adalah perdagangan yang berlangsung di Pasar Baru. Lokasi Pasar Baru hanya berjarak sekitar 300 meter dari site. Jarak tersebut masih berada dalam batas toleransi yang dapat ditempuh oleh pejalan kaki. Generator penggerak manusia lainnya adalah terminal transit angkutan umum dalam maupun luar kota berjarak kurang dari 200 meter dari stasiun kereta api. Kawasan termasuk dalam wilayah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi baik dalam aktivitas maupun penggunanya. Fasilitas yang ada sudah tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna kawasan. Hal ini dapat dilihat dari buruknya kondisi perparkiran, kemacetan lalulintas kendaraan, hilangnya ruang bagi para pejalan kaki, serta tidak adanya pepohonan yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna kawasan. Selain itu, sarana publik seperti lampu, tempat duduk, dan toilet yang tidak tersedia atau kurang terawat menyebabkan site menjadi tidak aman dan nyaman untuk disinggahi Permasalahan Tapak Permasalahan kawasan sekitar stasiun kereta api Bandung yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan dapat dikelompokkan menjadi persoalan sirkulasi dan ruang publik berupa ruang terbuka. 73

7 Sirkulasi Kendaraan di Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Peta 3.12 : Analisa sirkulasi kendaraan pribadi di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan Pergerakan kendaraan pribadi yang melintasi kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan berpusat pada berberapa titik. Titik tersebut antara lain, penggalan jalan Statsion timur dan Barat (1) yang merupakan area antar-jemput penumpang kereta api sehingga banyak kendaraan pribadi hilir mudik. Gambar 3.26 & 3.27 : Area pintu masuk stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. 74

8 Titik berikutnya yang menjadi pusat pergerakan adalah area masuk terminal angkutan kota (2) yang berada di penggalan jalan Kebon Jati. Area tersebut sangat ramai karena kehadiran fasilitas komersial di sekitar area masuk terminal dan merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan dengan pusat keramaian, yaitu jalan Otto Iskandardinata. Gambar 3.28 & 3.29 : Area masuk terminal Area masuk terminal dikelilingi oleh berbagai fasilitas komersial. Jalan alternatif (3) yang menghubungkan jalan Kebon Jati dengan fasilitas komersial utama (Pasar Baru) dipenuhi oleh aktivitas komersial berupa pasar tradisional dan ruko-ruko yang berderet di sepanjang jalan. Faktor ini menyebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang lewat, baik menuju Pasar Baru maupun ruko atau pasar tradisional di pinggiran jalan. Gambar 3.30 : Jalan alternatif Jalan alternatif dipenuhi oleh fasilitas komersial berupa pasar tradisional dan deretan ruko di sepanjang jalan. Gambar 3.31 : Pintu masuk pasar baru Jalan alternatif yang menghubungkan jalan Kebon Jati dengan pintu masuk fasilitas komersial utama, yaitu Pasar Baru. 75

9 Persimpangan antara jalan Kebon Jati dengan Jalan Otto Iskandardinata (4) merupakan titik teramai di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. Area ini menjadi titik pertemuan pergerakan kendaraan pribadi baik yang menuju Pasar Baru, stasiun, maupun ke pusat kota. Beragam kegiatan komersial, baik berupa pedagang kaki lima maupun ruko yang berada di area ini menjadi salah satu penyebab terjadinya pergerakan. Gambar 3.32 & 3.33 : Area persimpangan jalan Kebon Jati dengan Otto Iskandardinata Area persimpangan jalan dipenuhi oleh fasilitas komersial berupa pedagang kaki lima dan deretan ruko menjadi motor terjadinya penggerak. Jalan masuk utama menuju stasiun kereta api Bandung bagian Selatan berada di jalan Otto Iskandardinata (5). Area persimpangan ini ramai oleh pergerakan kendaraan yang masuk atau keluar stasiun. Selain itu, area ini menjadi akses menuju kawasan pusat pemerintahan kota, sehingga ramai oleh pergerakan kendaraan pribadi. Fasilitas komersial dan perkantoran yang berada di area ini juga menjadi salah satu motor dari pergerakan. 76

10 Gambar 3.34 & 3.35 : Jalan Otto Iskandardinata Jalan masuk utama kendaraan ke kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang diramaikan oleh beragam aktivitas komersial dan perkantoran menjadi motor terjadinya pergerakan kendaraan pribadi. Peta 3.13 : Analisa sirkulasi kendaraan umum di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan Pergerakan kendaraan umum di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan berpusat di beberapa titik yang memiliki tingkat keramaian tinggi, seperti pasar, pedagang kaki lima, terminal, serta pintu masuk stasiun bagian Selatan. Titik keramaian antara lain terletak di penggalan jalan Statsion Timur yaitu pintu masuk stasiun kereta api Bandung bagian Selatan (1) dan di jalan Otto Iskandardinata berupa terminal bayangan (6). Pada area ini, pergerakan kendaraan umum 77

11 berupa menaikkan, menurunkan, serta menunggu penumpang (mengetem) yang berasal dari stasiun atau menuju stasiun. Gambar 3.36 : Area masuk stasiun Area pintu masuk stasiun bagian Selatan. Gambar 3.37 : Terminal bayangan Area terminal bayangan yang ada di penggalan jalan Otto Iskandardinata Pusat pergerakan kendaraan umum juga terjadi di dalam terminal (2) serta pintu masuk terminal (3) yang berada di penggalan jalan Kebon Jati. Pergerakan yang terjadi berupa menaikkan, menurunkan, serta menunggu penumpang yang menuju stasiun, fasilitas komersial, atau ke berbagai bagian kota. Gambar 3.38 : Terminal Area terminal di depan stasiun bagian Selatan. Gambar 3.39 : Area masuk terminal Area pintu masuk terminal di penggalan jalan Kebon Jati. Pasar tradisional di jalan alternatif menuju Pasar Baru (4) dan pedagang kaki lima yang berada di persimpangan jalan Kebon Jati dengan Otto Iskandardinata (5) menjadi pusat pergerakan kendaraan 78

12 umum lainnya. Aktivitas yang terjadi berupa menaikkan, menurunkan, dan menunggu penumpang. Gambar 3.40 : Area persimpangan jalan alternatif menuju Pasar Baru. Gambar 3.41 : Area persimpangan antara jalan Kebon Jati dengan jalan Otto Iskandardinata Sirkulasi Manusia di Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Peta 3.14 : Analisa sirkulasi pergerakan manusia di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan Pergerakan manusia pada kawasan stasiun kereta api Bandung terpusat di penggalan jalan Statsion Timur, Kebon Jati, Otto Iskandardinata, dan jalan alternatif yang menuju Pasar Baru. Titik keramaian yang menjadi motor pergerakan manusia dari satu titik menuju titik lainnya adalah pintu masuk stasiun bagian Selatan (1), terminal 79

13 angkutan kota (2), pasar tradisional dan Pasar Baru (3), pedagang kaki lima dan ruko (4), serta terminal bayangan (5). Gambar 3.42 : Terminal bayangan Area terminal bayangan yang ada di penggalan jalan Otto Iskandardinata. Gambar 3.43 : Pintu masuk stasiun Area pintu masuk stasiun bagian Selatan yang berada di penggalan jalan Statsion Timur. Gambar 3.44 : Area masuk terminal Area terminal angkutan kota di penggalan jalan Kebon Jati. Gambar 3.45 : Pasar tradisional Area pasar tradisional di penggalan jalan alternatif menuju Pasar Baru. Gambar 3.46 : Pedagang kaki lima Area pedagang kaki lima dan ruko yang berada di penggalan jalan Otto Isakandardinata. 80

14 Kesimpulan Pergerakan Kendaraan dan Manusia di Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Peta 3.15 : Analisa pergerakan kendaraan dan manusia di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan Pergerakan kendaraan dan manusia di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan sangat terpusat di jalan Kebon Jati. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kemacetan dan ketidak teraturan di penggalan jalan tersebut. Hal ini menyebabkan kawasan stasiun bagian Selatan menjadi tidak aman dan nyaman bagi manusia untuk beraktivitas. Pada akhirnya, keadaan ini menghilangkan perasaan memiliki terhadap tempat dan lama-kelamaan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas kawasan stasiun bagian Selatan. Gambar 3.47 : Jalan Kebon Jati Kepadatan di jalan Kebon Jati akibat tidak adanya jalur alternatif lain bagi pengendara kendaraan bermotor. 81

15 Terpusatnya pergerakan kendaraan dan manusia di jalan Kebon Jati disebabkan beberapa faktor. Pertama, keberadaan terminal dan area parkir dari kantor PT. KAI (DAOPS II) di area boulevard stasiun bagian Selatan. Hal ini menyebabkan terputusnya orientasi dan sirkulasi menuju pintu stasiun bagian Selatan dari jalan Kebon Jati, sehingga calon penumpang terutama yang menggunakan kendaraan terpaksa harus berputar melalui jalan Otto Iskandardinata. Kedua, tidak tersedianya akses bagi kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang datang dari sebelah Barat, yaitu melalui jalan Pasir Kaliki menuju jalan Statsion Barat, menyebabkan mereka harus berputar melalui jalan Kebon Jati. Gambar 3.48 : Area masuk terminal Keberadaan terminal menghilangkan orientasi dan akses menuju stasiun bagian Selatan. Gambar 3.49 : Area parkir Area parkir di depan kantor PT. KAI (DAOPS II) memotong akses sirkulasi terutama bagi kendaraan menuju stasiun bagian Selatan. Terpusatnya pergerakan kendaraan dan manusia dari arah jalan Kebon Jati menuju stasiun bagian Selatan menyebabkan area jalan Statsion Timur dan Barat tidak berkembang serta berubah menjadi area yang terbengkalai. Selain akses yang sulit terutama bagi kendaraan, menurunnya kualitas kawasan juga disebabkan kondisi jalur pedestrian yang kurang nyaman bagi pengguna kawasan untuk melaluinya. Jarak tempuh yang panjang dan tidak tersedianya akses bagi kendaraan ke sebelah Utara (menuju jalan Pasir Kaliki) dari jalan Statsion Barat, menyebabkan para pengendara lebih memilih untuk berputar di depan pintu masuk stasiun 82

16 bagian Selatan dan keluar melalui jalan Statsion Timur. Kondisi ini menambah semakin terisolasinya area jalan Statsion Barat. Gambar 3.50 : Area boulevard Area boulevard di depan stasiun bagian Selatan yang berfungsi sebagai jalur pedestrian mengalami penurunan kualitas. Gambar 3.51 : Jalur pedestrian Jalur pedestrian yang panjang dan tidak aman serta nyaman untuk dilalui pada penggalan jalan Statsion Barat. Gambar 3.52 : Jalan Statsion Barat Area di penggalan jalan Statsion Barat yang terbengkalai karena minimnya pergerakan dan aktivitas yang berlangsung. Gambar 3.53 : Jalan Statsion Barat Jalan Statsion Barat yang sepi pergerakan baik manusia maupun kendaraan menyebabkan penurunan kualitas kawasan. Kepadatan yang terjadi di jalan Kebon Jati menyebabkan timbulnya permasalahan bagi para pejalan kaki. Kehadiran Terminal, pasar tradisional, Pasar Baru, fasilitas komersial, dan perkantoran yang ada telah mendorong hadirnya pedagang kaki lima yang menempati jalur pedestrian. Perluasan jalan kendaraan dari tahun ke tahun ikut mengurangi lebar jalur pedestrian dan menghilangkan pohon-pohon peneduh yang ada sehingga perasaan aman dan nyaman untuk bergerak sudah tidak dirasakan lagi. Semua faktor ini menyebabkan pejalan kaki 83

17 kehilangan ruang untuk berjalan dan terpaksa berbaur dengan kendaraaan bermotor dalam melakukan pergerakan. Akibat pembauran ini, kondisi jalan semakin tidak teratur dan macet sehingga mengakibatkan penurunan kualitas kawasan. Gambar 3.54 : Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima yang mengambil jalur pedestrian sebagai tempat menggelar dagangan memaksa pejalan kaki berjalan di jalan kendaraan. Gambar 3.55 : Jalur pedestrian Pelebaran jalan telah mengambil lahan jalur pedestrian dan pohon peneduh di samping jalan menyebabkan perasaan tidak aman dan nyaman dalam berjalan. Akibatnya pejalan kaki terpaksa berbaur dengan kendaraan. Minimnya pergerakan yang melalui beberapa bagian kawasan menyebabkan munculnya ruang-ruang mati yang terus mengalami penurunan kualitas fisik. Pada akhirnya, kondisi ini ikut mempengaruhi perkembangan kawasan ke arah yang tidak semestinya (kemunduran) Ruang Publik di Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Ruang publik berupa ruang terbuka yang ada di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan berubah menjadi ruang yang tidak termanfaatkan secara optimal atau terbengkalai. Kondisi tersebut terjadi akibat ruang yang ada tidak dapat mewadahi perilaku pengguna, sehingga mereka merasa enggan untuk beraktivitas di dalamnya. 84

18 Gambar 3.56 : Area sirkulasi pemukiman dan tempat usaha Area sirkulasi pemukiman dan tempat usaha (home industry) yang sepi aktivitas berubah menjadi area yang terbengkalai. Gambar 3.57 : Area sirkulasi Area sirkulasi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal dan sepi aktivitas berubah menjadi tempat berjualan (warung) serta tempat parkir. Gambar 3.58 : Ruas jalan kendaraan Ruas jalan kendaraan yang sepi berubah menjadi tempat membuang sampah serta bermukim pemulung. Gambar 3.59 : Area perbelanjaan Area perbelanjaan (Bandung Textile Centre) berubah menjadi area yang terbengkalai karena kurangnya aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut. 85

19 Gambar 3.60 : Area sirkulasi pejalan kaki Area sirkulasi pejalan kaki berubah menjadi area kumuh karena kurangnya aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut. Tidak terwadahinya perilaku pengguna juga menyebabkan ruang publik di kawasan stasiun mengalami perubahan bentuk fisik (proses adaptasi). Proses ini dilakukan pengguna kawasan agar ruang dapat mewadahi kebutuhan aktivitas dan perilakunya. Perubahan fisik tersebut mengakibatkan ruang mengalami penurunan kualitas fisik dan lamakelamaan ditinggalkan. Gambar 3.61 : Area sirkulasi kendaraan Area dimanfaatkan sebagai tempat berjualan dan berkumpul. Gambar 3.62 : Area sirkulasi pejalan kaki Area dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan bermain. Gambar 3.63 : Area sirkulasi pejalan kaki Area dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan bermain. 86

20 Gambar 3.64 : Area sirkulasi pejalan kaki Area dimanfaatkan sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima. 3.3 Studi Banding Sebagai bahan pertimbangan dalam merancang ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan digunakan dua contoh pengembangan kawasan yang dianggap berhasil dan memiliki kemiripan karakteristik, yaitu terletak di area yang berdekatan dengan sarana transportasi massal, menjadi pusat pertemuan beragam jenis sarana transportasi, serta berada di tempat berkumpulnya beragam fasilitas (publik dan komersial). Kawasan yang dijadikan sebagai contoh adalah terminal Blok M dan Drottningtorget. Kawasan terminal Blok M merupakan area terminal yang diintegrasikan dengan fasilitas komersial (perbelanjaan dan hiburan) serta jasa (hotel). Sedangkan kawasan Drottningtorget merupakan area yang menjadi pertemuan beragam jenis sarana transportasi dan fasilitas penting (publik serta komersial) Terminal Blok M Blok M merupakan pusat bisnis dan belanja yang berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan ini sangat ramai sepanjang hari dan mencapai puncaknya pada waktu malam. Blok M banyak didatangi pengunjung antara lain karena murahnya harga barang, kehidupan malamnya (bar), dan kemudahan akses akibat kehadiran terminal bus (terminal Blok M). 87

21 Peta 3.16 : Peta kawasan BLOK M, Jakarta Selatan Fasilitas yang berperan sebagai magnet kawasan antara lain mall Blok M, Plaza Blok M, dan Pasaraya Grande. Blok M merupakan fasilitas belanja yang menjual berbagai macam barang dengan harga murah dan juga memberlakukan sistem barter dalam proses jual belinya. Sedangkan Plaza Blok M adalah mall biasa dan Pasaraya Grande merupakan department store besar yang dikelola pemerintah. Kedua fasilitas komersial tersebut terdiri dari area food court yang berada di basement serta bioskop di lantai paling atas. Gambar 3.65 : Mall Blok M Sumber : Gambar 3.66 : Plaza Blok M Area paling populer di kawasan Blok M berada di jalan Pelatehan yang didominasi fasilitas bar. Jalan ini menjadi sangat padat saat malam tiba dan berlangsung hingga larut malam. Pengguna kawasan bukan 88

22 hanya berasal dari penduduk lokal tetapi juga kaum pendatang (expatriat). Gambar 3.67 : Jalan Palatehan Gambar 3.68 : Fasilitas bar Terminal Blok M merupakan terminal angkutan umum (bus) yang terletak di kawasan komersial Blok M. Terminal ini menggunakan area terowongan (underground) sebagai jalur pedestrian dan hall yang dilengkapi pusat perbelanjaan. Sistem ini membuat para calon penumpang tidak merasa cemas akibat lalu lintas bus yang bisa membahayakan jiwa dan dapat menghindari terjadinya kemacetan. Pada area pintu masuk terowongan menuju terminal yang bersebelahan dengan pusat perbelanjaan SEIBU banyak terdapat pedagang kaki lima yang berjualan berbagai macam barang. Pemisahan akses dan sirkulasi kendaraan di dalam terminal bertujuan menghindari terjadinya penumpukan dalam satu jalur yang dapat menimbulkan kemacetan. Sistem ini juga memberikan kemudahan kepada calon penumpang dalam mencari tempat pemberhentian bus yang akan ditumpanginya. Selain itu, penempatan loket penjual tiket bagi penumpang busway (berada di terowongan bawah tanah) yang terpisah dari tempat menunggu bus berfungsi menghindari terjadinya kepadatan akibat antrean pembeli tiket. 89

23 Gambar 3.69 : Area hall dan loket di basement Gambar 3.70 : Pembagian jalur bus Sumber : Ariandono, Eko, 2005 Sumber : Ariandono, Eko, 2005 Banyaknya penumpang yang menunggu bus tidak di tempat pemberhentian resmi, umumnya di pintu masuk terminal telah menyebabkan terjadinya kemacetan. Kondisi ini menjadi lebih buruk ketika terjadinya puncak keramaian. Penumpang cenderung lebih suka menunggu di pintu masuk karena khawatir tidak mendapat tempat duduk di dalam bus. Aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang juga terjadi di perempatan pintu keluar terminal. Hal ini mengakibatkan terhambatnya arus lalu-lintas di perempatan jalan tersebut. Gambar 3.71 : Perilaku penumpang bus berupa menunggu kendaraan di area masuk terminal Blok M Sumber : Ariandono, Eko, Drottningtorget Area ini merupakan pintu masuk utama menuju kawasan kota tua (Queen s Square) yang sangat padat oleh jaringan transportasi dan tidak memiliki batasan ruang/arsitektural yang jelas. Berbagai jaringan sirkulasi bertemu di area ini, seperti jalur kereta, bus, truk, kendaraan pribadi, dan pejalan kaki. Masalah kepadatan transportasi di Drottningtorget yang 90

24 timbul akibat kawasan menjadi titik pertemuan dari berbagai jenis transportasi, menyebabkan pejalan kaki kehilangan orientasinya. Kondisi tersebut menyebabkan area terbuka yang dikelilingi bangunan-bangunan publik dan komersial yang penting menjadi terbengkalai dan sulit untuk dimanfaatkan. Gambar 3.72 : Foto udara Drottningtorget Sumber : Trancik, Roger, 1986 Gambar 3.73 : Blok plan Drottningtorget Sumber : Trancik, Roger, 1986 Bangunan-bangunan utama yang ada di sekitar lahan tidak membentuk penutup/batas ruang yang memadai. Ruang publik yang dirancang berupa ruang terbuka terdiri dari jalur pedestrian dan dikelilingi oleh penghijauan di pusatnya. Bentuk rancangan ini menciptakan ruang di dalam ruang. Aktivitas-aktivitas yang berlangsung di sekitar lokasi ditata ulang agar lebih hidup. Selain itu, jaringan transportasi dibuat lebih rasional dengan menggunakan ladder system dalam tingkat (ketinggian jalan) yang sama untuk menghubungkan tiap jenis sirkulasi (kendaraan umum/bus, pribadi, dan kereta). 91

25 Gambar 3.74 : Konsep ruang publik Sumber : Trancik, Roger, 1986 Konsep yang diterapkan adalah menciptakan area perlindungan bagi pejalan kaki di pusat ruang (ruang dalam ruang). Jaringan transportasi ditata ulang dan bangunan baru ditambahkan untuk menciptakan penutup/batas bagi ruang. Gambar 3.75 : Konsep sirkulasi Sumber : Trancik, Roger, 1986 A. Kantor Pos B. Area parkir --- Jalur kendaraan pribadi Jalur utama (pribadi dan umum/bus) Pemisahan tiap jenis sirkulasi mampu menciptakan area pejalan kaki yang nyaman di tengah /pusat ruang publik. Bentuk jalur pedestrian pada ruang publik ditentukan setelah mengatur ulang sistem jalur transportasi. Jalur pedestrian dibuat memanjang membentuk garis tegak lurus dari pintu masuk stasiun hingga batas kanal di Nygatan. Pada sisi sebelah kanan, kira-kira sepertiga jarak dari stasiun menuju kanal, terdapat garis lurus menyilang menghubungkan Norra Hamngatan dengan ruang terbuka (ruang publik) dan memusat di bangunan kantor pos. Pada pusat bangunan kantor pos dibuat tangga masuk (besar dan elegan) yang menghubungkannya dengan gedung parkir di bagian belakang. Kantor pos memiliki area lantai dasar yang luas sedangkan ruang terbuka di depannya sangat membutuhkan fokus dari arah kanal karena tidak memiliki pembatas ruang. Kondisi ini menimbulkan ketidak jelasan dan ketidak nyamanan bagi pengguna ruang. Sebagai solusinya dibuat jalur pedestrian yang tegak lurus dan bersebelahan dengan fasade bangunan kantor pos, sehingga dapat memberikan wajah yang menarik serta dramatis bagi ruang publik. Lantai dasar bangunan kantor pos dibuat satu tingkat (ketinggian) lebih tinggi dari yang lain. Jalur pedestrian 92

26 dan bangunan kantor pos yang ditinggikan ini menjadi jalur utama menuju stasiun kereta dan membentuk pembatas di sebelah Timur. Pada bagian belakang hotel Egger, bangunan jembatan dibuat menghubungkan hotel Europa dan pusat perbelanjaan dengan stasiun kereta, sehingga menciptakan pembatas pada sisi tersebut. Sedangkan colonnade (barisan tiang yang menopang atap) dan pepohonan dapat membentuk pembatas pada dua sisi lainnya serta menjadi perwujudan konsep ruang dalam ruang. Gambar 3.76 : Drottningtorget setelah rekonstruksi Sumber : Trancik, Roger, 1986 Rekonstruksi ruang publik dilakukan dengan cara menciptakan persilangan garis tegak lurus yang kuat dan menghubungkan bangunanbangunan di sekitarnya, sehingga menghasilkan ruang yang saling berhubungan serta memusat. Keterangan : A. Kantor pos B. Tambahan hotel Europa P. Bangunan parkir baru yang dilengkapi fasilitas kantor dan ritel 93

27 3.4 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa di atas maka diperoleh kebutuhan tentang fasilitas yang sesuai dengan kawasan, pembagian waktu kegiatan, serta calon pengguna kawasan. 1. Fungsi : ruang terbuka, fasilitas sosial (tempat ibadah dan toilet), pameran dan pertunjukkan, makan, parkir, belanja, serta hiburan. 2. Calon pengguna : penumpang kereta, warga pemukiman sekitar, penduduk kota Bandung, turis lokal maupun mancanegara, serta pengguna fasilitas-fasilitas di sekitar Stasiun (kantor, rumah sakit, sekolah, perdagangan, dan hotel). 3. Pembagian waktu kegiatan : kegiatan pertunjukkan, pameran dan belanja berlangsung dari pagi hingga sekitar pukul sembilan malam, kegiatan hiburan berlangsung sore hingga larut malam, sedangkan kegiatan makan berlangsung selama dua puluh empat jam. Berdasarkan studi banding kawasan terminal Blok M diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : a. Pada perancangan terminal dapat dilakukan pemisahan jalur kendaraan berdasarkan rute pelayanan angkutan umum yang ada. b. Pemisahan antara sirkulasi pejalan kaki dengan kendaraan umum untuk mencegah terjadinya kemacetan. c. Area terminal harus berhubungan langsung dengan jalan kendaraan untuk mencegah terjadinya penumpukan di pintu masuk atau keluar terminal. d. Terminal membutuhkan tempat menunggu yang nyaman dan mudah untuk mencapai tempat pemberhentian angkutan umum. e. Kawasan di sekitar terminal dapat dikembangkan menjadi fasilitas komersial dan tempat berjualan bagi sektor informal (PKL). f. Pencapaian menuju terminal dapat dilakukan melalui area komersial. 94

28 Berdasarkan studi banding kawasan Drottningtorget diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Pada kawasan yang menjadi pertemuan beberapa jenis transportasi, pola sirkulasi harus ditata dengan baik untuk meningkatkan kualitas ruang publik. 2. Aktivitas lokal yang ada dapat dijadikan alat untuk menghidupkan ruang publik. 3. Pembuatan jalur pedestrian yang aman dan nyaman penting dalam menciptakan hubungan antar fungsi di sekitar ruang publik. 4. Pemisahan jalur sirkulasi berdasarkan jenis transportasi yang ada dapat mengatasi masalah kepadatan dan ketidak jelasan kawasan. 5. Orientasi menjadi salah satu perhatian utama bagi para pejalan kaki. 6. Kenyamanan merupakan salah satu faktor penting bagi pejalan kaki dan pengguna ruang publik. 7. Ruang harus memiliki batasan yang jelas agar dapat dimanfaatkan secara optimal. 8. Ruang publik dapat hidup salah satunya dengan cara menjadi pengikat dan penghubung fungsi-fungsi di sekitarnya. 95

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KAWASAN

BAB III ANALISIS KAWASAN BAB III ANALISIS KAWASAN 3.1 Analisis Makro 3.1.1 Tinjauan Perkembangan Kawasan Stasiun Kawasan stasiun Bandung sejak akhir abad ke-19 telah berkembangan sebagai kawasan komersial. Semenjak dibukanya jalur

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG A. PEMAHAMAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG Pengembangan Stasiun Pemalang merupakan suatu proses atau

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development BAB II FIRST LINE Sesuai dengan proses perancangan, pengetahuan dan pengalaman ruang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mendapatkan data-data yang berkaitan dengan kasus yang ditangani. Karena itu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat BAB II TPKL SEBAGAI SIMPUL SIRKULASI 2.1. Terminal Sebagai Simpul Sirkulasi. 2.1.1. Pengertian Terminal. - Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat berhenti dan memuat, membongkar barang, misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan. PENGENALAN OBYEK LATAR BELAKANG Stasiun Semut merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki peranan penting dalam perkembangan kota Surabaya dalam hal penyediaan layanan transportasi massal. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN MAHASISWA: AMELIA LESTARI (NIM: 41211010044) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta ) Gatot Nursetyo Abstrak Terminal merupakan bagian dari jaringan pelayanan transportasi sebagai simpul dari suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan

PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan Tesis Desain Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal penumpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pembangunan saat ini, maka sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Transportasi misalnya memegang peranan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kabupaten Cianjur mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh

Lebih terperinci

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA Oleh : Johansyah, Abdul Malik, Bharoto Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas

dimungkinkan terletak diantara pertemuan perencanaan suatu terminal jalur arteri primer Jl. Bekas 2.1 STUDI KASUS TERMINAL PULO GADUNG Dalam studi kasus Terminal Pulogadung ini, mengacu pada standar perencanaan dan perancangan dari studi literatur dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 PENGERTIAN PUSAT PERBELANJAAN Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya calon pembeli dan penjual dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan 29 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Data Hotel Malioboro Hotel direncanakan memliki kamar sebanyak 30 unit dan fasilitas parkir yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI Rumusan akhir dalam studi karakteristik tundaan disajikan dalam dua bagian yang saling terkait dan melengkapi sebagai jawaban terhadap pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalur pejalan kaki merupakan salah satu wadah atau ruang yang digunakan para pejalan kaki untuk melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Asal kata parkir dari park yang berarti taman, dan menurut Kamus Besar Indonesia sebagai tempat penyimpanan. Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan BAB III ANALISA 3.1 Analisa Tapak 3.1.1 Batas Tapak Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan Batas-batas tapak antara lain sebelah barat merupakan JL.Jend.Sudirman dengan kondisi berupa perbedaan level

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126 BAB V KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Manusia memiliki sifat alami untuk selalu bergerak. Pergerakan yang dilakukan dapat bersifat fisik (berpindah tempat) maupun non fisik (perilaku). Bergerak secara fisik

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan ruang parkir disingkat SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Objek Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang merupakan kota terbesar ke tiga di Jawa Timur setelah Surabaya dan

Lebih terperinci